Perkembangan Remaja PDF

Document Details

ProvenMothman2575

Uploaded by ProvenMothman2575

null

Mutiara Arel Azzahra, Nadiva Dwindra Salsabila, Scolastika Prajna, Adelia Valentina

Tags

perkembangan remaja psikologi perkembangan identitas self-esteem

Summary

Dokumen ini membahas perkembangan remaja dari perspektif kognitif, sosio-emosional, dan masalah-masalah yang mungkin muncul. Ia menjelaskan bagaimana remaja memahami diri mereka sendiri, mencari identitas, dan mengembangkan harga diri. Diskusi mencakup juga perbandingan sosial, perlindungan diri, dan bagaimana faktor-faktor sosial mempengaruhi perkembangan ini.

Full Transcript

PERKEMBANGAN REMAJA KOGNITIF, SOSIO-EMOSI & MASALAH REMAJA KELOMPOK 10 — C 2024 1 MUTIARA AREL AZZAHRA NADIVA DWINDRA SALSABILA 24010930062 24010930195 SCOLASTIKA PRAJNA ADELIA VALENTINA 24010930026 2401093...

PERKEMBANGAN REMAJA KOGNITIF, SOSIO-EMOSI & MASALAH REMAJA KELOMPOK 10 — C 2024 1 MUTIARA AREL AZZAHRA NADIVA DWINDRA SALSABILA 24010930062 24010930195 SCOLASTIKA PRAJNA ADELIA VALENTINA 24010930026 24010930065 2 Pemahaman diri adalah bagaimana individu melihat PEMAHAMAN dan memahami siapa dirinya berdasarkan berbagai aspek kehidupan termasuk peran, aktivitas, dan DIRI DAN keanggotaan dalam kelompok. Mencakup representasi kognitif yang merangkum substansi dan MEMAHAMI isi dari konsepsi diri seseorang. ORANG LAIN Namun, pemahaman diri yang dibantu oleh peran sosial tsb hanya memberikan dasar-dasar rasional tentang identitas, bukan keseluruhan dari identitas pribadi. 3 Tahap kognitif piaget: Tahap operasional formal Abstraksi dan Idealisme Perkembangan diri pada masa remaja bersifat kompleks dan melibatkan sejumlah aspek diri. Remaja mulai berpikir secara abstrak dan idealis seiring dengan perkembangan kognitif mereka, sebagaimana dijelaskan oleh teori perkembangan Piaget. Ketika diminta untuk mendeskripsikan diri, remaja menggunakan istilah yang lebih kompleks dan reflektif dibandingkan anak- anak. Contoh : “Saya tidak bisa mengambil keputusan” “Saya sangat peduli dengan perasaan orang lain” Tidak semua remaja menggambarkan diri mereka dengan cara yang idealis, tetapi sebagian besar remaja membedakan antara real self dan ideal self. 4 Diferensiasi Pemahaman diri remaja menjadi semakin terdiferensiasi seiring berjalannya waktu. Pemahaman diri remaja mulai lebih bervariasi sesuai konteks, menunjukkan kemampuan mereka untuk melihat perbedaan peran dan perilaku. Fluktuasi Diri Konsep diri dapat berubah-ubah mencerminkan pencarian identitas yang masih berkembang. “The Barometric Self” : Remaja yang berfluktuasi (Rosenberg, 1979). Dicirikan oleh ketidakstabilan emosi, perilaku, cara remaja mendeskripsikan diri mereka. 5 Kontradiksi dalam Diri Remaja menyadari adanya inkonsistensi dalam konsep diri mereka (pandangan bertentangan tentang diri mereka sendiri) yang telah terdiferensiasi. Real vs. Ideal, True vs. False Selves POSSIBLE SELVES “diri yang mungkin” Kemampuan untuk membangun ideal self dapat membingungkan remaja, meskipun kapasitas Diri yang diharapkan : Apa yang mereka untuk mengenali perbedaan antara real self & impikan/ inginkan di masa depan. Ex : Sukses ideal self merupakan kemajuan kognitif, Carl dlm karir, dikagumi, masuk ke perguruan Rogers berpendapat bahwa perbedaan yang ada tinggi yang bagus. merupakan tanda ketidaksesuaian, perbedaan Diri negatif yang ditakuti : Apa yamg mereka yang terlalu besar ini dapat menimbulkan rasa khawatirkan/ ingin hindari di masa depan. gagal dan mengktitik diri sendiri, bahkan memicu Ex: Gagal dlm karir, kesepian, tidak lolos ke depresi. perguruan tingi yang bagus. 6 Social Comparison Remaja cenderung lebih membandingkan dirinya dengan orang lain dibandingkan saat kanak-kanak, dan memahami bahwa orang lain membuat perbandingan tentang mereka. Looking glass (cermin diri) : Keyakinan individu tentang bagaimana ia dipandang oleh orang lain. Kesadaran Diri Remaja cenderung lebih sadar diri dan sibuk dengan pemahaman diri mereka dibandingkan anak-anak. Meskipun remaja menjadi lebih introspeksi, mereka tidak melakukannya secara sepenuhnya independen. Remaja memerlukan masukan, feedback, atau klarifikasi dari teman-temannya untuk memahami 7 diri mereka lebih baik. Perlindungan Diri Rasa kebingungan dan konflik yang ditimbulkan karena memahami diri sendiri disertai dengan kebutuhan untuk melindungi dirinya sendiri. Remaja cenderung menyangkal karakteristik negatif mereka. Ketidaksadaran Diri Pemahaman diri semakin menyadari bahwa diri terdiri dari aspek sadar (dapat dikenali dan di kontrol) dan tidak sadar(tidak selalu dapat dipahami/dikontrol sepenuhnya). Namun, kesadaran ini biasanya baru muncuk di akhir masa remaja. 8 Diri yang Belum Koheren PEMAHAMAN DIRI dan Terintegrasi DAN KONTEKS SOSIAL Karena adanya berbagai versi diri dan citra diri yang tidak realistis selama masa remaja, proses Pemahaman diri pada masa remaja mengintegrasikan berbagai bersifat dinamis dan dapat pemahamam konsep diri ini berubah berdasarkan hubungan menjadi bermasalah. Kemudian, sosial dan situasi tertentu. biasanya pada masa dewasa awal, individu baru berhasil mengintegrasikan berbagai aspek diri. 9 Keseluruhan cara yang pergunakan untuk SELF-ESTEEM mengevaluasi diri kita. Self-esteem ini mengalami penurunan di masa awal remaja. Self-esteem pada remaja perempuan dibanding remaja laki-laki. Disebabkan karena pada masa pubertas, remaja perempuan cenderung memiliki citra diri yang negatif. 10 SELF-ESTEEM Seorang remaja perempuan itu sangat memperhatikan penampilan dirinya. Seorang remaja cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain, seperti apakah dia pintar dan menarik bagi orang lain. WHY SELF-ESTEEM IS IMPORTANT? Self-esteem yang sehat merupakan sumber daya psikologis yang penting karena mempunyai berbagai penanan dalam hidup. Pengaruhnya kepada prestasi, hubungan-hubungan yang kita jalin, hingga rasa puas atas diri kita sendiri. Mempunyai self-esteem yang rendah dapat membuat seseorang menjadi depresi, tidak mengembangkan potensi mereka, dan bahkan jatuh ke dalam toxic relationship atau hubungan yang abusif. 11 Sementara, self-esteem yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kesombongan dan ketidakmampuan untuk belajar dari kesalahan. Bahkan, self-esteem yang terlalu tinggi bisa menjadi gejala dari narsisme. Narsisme mengacu pada pendekatan terhadap orang lain yang berpusat pada diri (self-centered) dan memikirkan diri sendiri (self-concerned). Biasanya, narsisme tidak menyadari aktual diri sendiri dan bagaimana orang lain memandangnya. Pelaku narsisme sangat berpusat pada dirinya, selalu menekankan bahwa dirinya sempurna (self-congratulatory), serta memandang keinginan dan harapannya adalah hal terpenting. 12 Studi menemukan bahwa ketika kekompakan keluarga meningkat, harga diri remaja meningkat seiring waktu (Baldwin & Hoffman, 2002). Dalam studi ini, kohesi keluarga didasarkan pada : Jumlah waktu yangg dihabiskan bersama keluarga Kualitas komunikasi Sejauh mana remaja terlibat dalam pengambilan keputusan. Adapun atribut pengasuhan dikaitkan dengan self-esteem anak laki-laki yang tinggi : Ekspresi kasih sayang Perhatian tentang masakah anak laki-laki Keharmonisan di rumah Partisipasi dalam kegiatan bersama keluarga Ketersediaan untuk memberikan bantuan yang kompeten dan terorganisir ketika anak membutuhkannya Menetapkan aturan yang jelas dan adil Mematuhi aturan Memberikan kebebasan kepada anak laki-laki dalam batasan yang ditetapkan dengan baik. (Coopersmith, 1967) 13 IDENTITAS Who Am I ? 14 IDENTITAS Identitas tersusun dari beberapa aspek seperti karakteristik kepribadian, citra diri dan citra tubuh, motivasi hidup, keyakinan spiritual, hobi, dan profesi yang dijalani. 15 Identitas merupakan konsep diri yang mencakup tujuan, nilai, dan keyakinan yang dipegang oleh seseorang. Identitas didefinisikan sebagai “potret diri” yang mengacu pada teori Erikson tentang Idenity vs. Identity Confusion. Menurut Erikson, remaja harus memutuskan siapa dirinya, bagaimanakah dirinya, dan tujuan apa yang hendak diraihnya. Pada masa remaja, individu berusaha menemukan siapa diri mereka dan menentukan tujuan hidup. Jika berhasil, mereka akan memiliki identitas yang kuat, dan sebaliknya, jika gagal mereka mungkin mengalami kebingungan identitas, mereka merasa bingung tentang siapa mereka, atau peran mereka di masyarakat. 16 Psychosocial Moratorium, masa di mana remaja menunda keputusan permanen terkait identitas, memberi mereka kesempatan mengeksplorasi berbagai peran, nilai dan keyakinan sebelum mendapat identitas yang stabil, penting untuk membentuk mengatasi krisis identitas secara positif, jika tidak terselesaikan, remaja akan mengalami kebingungan kritis dan dapat menarik diri dari hubungan sosial. 17 4 STATUS IDENTITAS MENURUT MARCIA : Identity Diffusion Identity Moratorium Individu yang belum pernah mengalami Remaja yang berada dalam krisis krisis atau membuat komitmen apapun. (eksplorasi), namun tidak memiliki Remaja yang mengalami kebingungan komitmen sama sekali/ tidak terlalu tentang siapa dirinya dan ingin apa jelas. dalam hidupnya. Identity Achievement Identity Foreclosure Individu yang telah mengalami krisis Individu yang telah membuat komitmen dan membuat suatu komitmen. namun tidak pernah mengeksplorasi Perasaannya stabil karena telah berbagai pendekatan, ideologis dan pekerjaannya sendiri. Biasanya terjadi pada mengeksplorasi dan menemukan orang tua yang otoriter. identitas dirinya 18 Identitas cenderung lebih stabil saat individu beranjak ke usia dewasa awal (18-25 tahun) karena masa ini sering kali ditandai dengan tanggung jawab yang lebih besar. Mahasiswa tingkat atas lebih mungkin mencapai identity achievement dibandingkan remaja SMA atau mahasiswa baru karena pengalaman mereka yang lebih banyak dan proses eksplorasi yang lebih mendalam. Pada identity diffusion, individu belum memulai eksplorasi identitas atau belum membuat keputusan terkait identitas mereka. Status moratorium identitas berkembang secara stabil hingga usia 19 tahun dan salama masa remaja akhir-dewasa awal. Resolusi masalah identitas (seperti pencapaian identitas) di satu tahap kehidupan tidak menjamin identitas akan tetap stabil selamanya. Identitas ini ialah sesuatu yang dinamis dan dipengaruhi oleh pengalaman hidup baru, seperti perubahan karier, peran keluarga, atau nilai- nilai yang berubah seiring waktu. Banyak identitas positif yang dikembangkan mengikuti siklus MAMA. Moratorium-Achievement-Moratorium-Achievement : Pola perkembangan identitas di mana individu melalui siklus moratorium (penjelajahan identitas) dan achievement (pencapaian identitas) berulang kali sepanjang hidup mereka. 19 IDENTITAS Konteks sosial memengaruhi perkembangan DAN identitas remaja. KONTEKS SOSIAL 1.2. Pengaruh Identitas Keluarga terhadap Identitas dan Hubungan Teman Sebaya/Romantis 3. Perkembangan Identitas dan Lingkungan Digital 4. Identitas Budaya dan Etnis 20 Identitas Budaya dan Etnis Identitas etnis adalah aspek permanen dari diri yang mencerminkan hubungan seseorang dengan kelompok etnisnya, mencakup rasa keterhubungan emosional dan ekspresi budaya. Identitas ini terus berkembang sepanjang hidup, khususnya pada masa remaja ketika individu mulai memahami maknanya dalam konteks sosial yang lebih luas. Mencakup : Rasa keanggotaan dalam kelompok etnis tertentu Sikap dan perasaan terkait keanggotaan tersebut. Seseorang memiliki perasaan positif atau negatif terhadap kelompoknya dan mungkin merasa bangga atau justru berjuang dengan pengalaman diskriminasi atau stereotip. Banyak remaja menyelesaikan pilihan antara 2 atau lebih sumber identifikasi kelompok etnis dengan mengembangkan identitas bikultural. 21 Identitas Budaya dan Etnis Identitas bikultural yang terbentuk ketika individu, seperti remaja dari kelompok etnis minoritas, mengelola identitas mereka di antara dua budaya: budaya etnis asal mereka dan budaya mayoritas di lingkungan tempat mereka tinggal. Pada masa remaja, identitas etnis menjadi semakin penting karena: Kemampuan berpikir abstrak, remaja mulai merenungkan makna etnisitas dan bagaimana hal itu memengaruhi diri mereka. Remaja cenderung mengeksplorasi dan mungkin mengadopsi elemen dari budaya mayoritas selain budaya etnis mereka. Diskriminasi dan stereotip. Pengalaman ini dapat memengaruhi bagaimana remaja memahami dan mengekspresikan identitas etnis mereka. 22 Proses di mana individu mengembangkan nilai-nilai dan prinsip etika yang mempengaruhi tindakan mereka. Pada masa remaja, perkembanghan ini beralih dari pemahaman sederhana tentang aturan (pra- konvensional) ke pemahaman yang kebih kompleks (konvensional). Remaja mulai mengeksplorasi nilai-nilai seperti keadilan, hak asasi manusia, serta mejadi kritis terhadap PERKEMBANGAN otoritas dan aturan yang dianggap tidak adil. MORAL 23 Spiritualitas dan keagamaan berperan penting dalam perkembangan remaja, terutama dalam pembentukan identitas dan moralitas. Remaja mulai mengeksplorasi dan mempertanyakan keyakinan yang diwariskan, yang membantu remaja menemukan makna hidup dan memperkuat identitas diri, memberikan dasar SPIRITUAL DAN moral untuk membedakan mana yang benar KEAGAMAAN dan mana yang salah. 24 Remaja perempuan lebih religius dari pada laki-laki, remaja perempuan lebih sering mendatangi tempat ibadah, AGAMA DAN merasa bahwa agama membentuk kehidupan sehari-hari, berpartisipasi PERKEMBANGAN IDENTITAS dalam kelompok keagamaan, sering Identitas menjadi fokus sentral berdoa, dan merasa lebih dekat pada pada masa remaja dan dewasa tuhan (Penelitian Smith & Denton, awal. Sebagai bagian dari 2005. Remaja usia 13-17 Tahun) pencarian identitas, remaja dan dewasa awal, mulai bergulat Agama berperan dalam kesehatan dan dengan cara berpikir logis dan masalah perilaku mereka. rumit. Remaja yang tingkat religiusnya tinggi, cenderung lebih sedikit merokok, minum “Mengapa saya ada di bumi ini?” alkohol, menggunakan narkoba, bolos sekolah, terlibat dalam kenakalan remaja, “Apakah tuhan benar-benar ada, dan tidak merasa depresi dibanding yang atau saya hanya mempercayai apa tingkat religiusnya rendah. yang ditanamkan orang tua dan Remaja yang religius juga menerapkan tempat ibadah saya?” 25 peran kasig sayang dan kepedulian terhadap sesama Gender Gender adalah karakteristik seperti peran ataupun tanggung jawab yang biasanya dilekatkan pada laki laki ataupun perempuan. 26 Pada masa remaja, pubertas dapat meningkatkan aspek GENDER seksual dalam berperilaku sesuai dengan gendernya seperti pada masa Perempuan yang berperilaku lebih sensitive, anggun, dan bertuturkata lemah lembut (feminim) sementara laki laki remaja yang lebih tegas, sombong dan memaksa saat berada di dekitar Perempuan (maskulin). Hal ini dipengaruhi oleh perubahan hormon saat masa purbertas. Orang tua mempengaruhi gender pada masa remaja, pada masa remaja orang tua membentuk perilaku gender melalui interaksi yang berbeda dengan anak remaja laki-laki dan Perempuan. Teori kongnitif sosial tentang gender menekankan bahwa perkembangan gender pada remaja dipengaruhi oleh peniruan mereka terhadap perilaku orang lain, serta penghargaan ataupun hukuman atas kesesuaiaan ataupun ketidaksesuaiian perilaku dengan gender. Teman sebaya dapat mensosialisasikan perilaku gender dengan penerimaan dan penolakan berdasarkan atribut terkait gender mereka. 27 GENDER Faktor kognitif berpengaruh pada cara berpikir remaja mengenai peran gender yaitu bagaimana bertidak sebagai laki- pada masa laki dan bagaimana bertindak sebagai perempuan. Pada masa remaja ini perempuan menunjukan lebih banyak remaja rasa empati daripada laki-laki perempuan juga memiliki hubungan kedekatan dengan teman sebaya yang lebih erat. Perempuan lebih baik dalam mengespresikan emosi seperti tersenyum ,maupun menangis sementara laki-laki lebih banyak mengekspresikan kemarahan daripada perempuan. Dalam hal pengaturan diri dan emosi perempuan juga lebih mahir daripada laki-laki orientasi peran gender, androgini: perempuan atau laki laki yang memiliki sifat feminism dan maskulinitas yang tinggi, feminisme: memiliki sifat ekspresif yang tinggi dan instrument yang rendah, maskulinitas: memiliki ekspresif yang rendah dan instrument yang cukup tinggi, dan diferensi rendah: seseorang yang memiliki tingkat feminism dan maskulinitas yang rendah. 28 SEKSUALITAS pada masa remaja 29 EKSPLORASI seksual Masa remaja adalah jembatan antara anak aseksual dan orang dewasa secara seksual. Seksualitas remaja juga berhubungan dengan banyak aspek lain dari perkembangan remaja, termasuk perkembangan fisik dan pubertas, perkembangan kognitif, diri dan identitas, jenis kelamin, keluarga, teman sebaya, sekolah, dan budaya. Pada masa remaja sikap permisif dalam seksualitas juga lebih mengingkat karena pengaruh budaya yang lebih terbuka dan paparan seks ekplisit yang ada pada tontonan remaja. Remaja memiliki keinginan tahu yang sangat tinggi mengenai seks yang sangat tinggi, mereka sering berfikir apakah mereka cukup menarik secara seksual bahkan berfikir bagaimana cara melakukan hubungan seksual. 30 MENGEMBANGKAN identitas seksual Identitas seksual pada remaja terbentuk dari berbagaiaspek seperti orientasi seksual, minat dan gaya perilakunya. Dalam mengembangkan identitas seksual remajamemerlukan proses yang cukup Panjang , remaja perlu mengelola perasaan seksual dan perilakunya dalam lingkungan sosial agar tidak mendapatkan konsekuensiatas perilaku yang menyimpang. 31 WAKTU perilaku seksual remaja Waktu untuk mengawali aktivitas seksual remaja sangatlah bervariasi tergantung negara, gender dan sosio ekonomi. Di Indonesia menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 (dilakukan per 5 tahun) mengungkapkan, sekitar 2% remaja wanita usia 15-24 tahun dan 8% remaja pria di usia yang mengaku sama telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah, dan 11% diantaranya mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Di antara wanita dan pria yang telah melakukan hubungan seksual pra nikah 59% wanita dan 74% pria melaporkan mulai berhubungan seksual pertama kali pada usia 15-19 tahun. 32 WAKTU perilaku seksual remaja 33 FAKTOR perilaku seksual remaja Tingkat ekonomi : ditemukan lebih banyak remaja yang aktif secara seksual pada daerah yang berpenghasilah rendah daripada daerah yang berpenghasilan tinggi. Keluarga : pola pengasuhan yang baik dan benar efektif untuk mengurangi perilaku seksual yang berisiko Teman sebaya: bergaul dengan teman yang menyimpang akan mempengaruhi perilaku seksual Factor kognitif: Dengan regulasi diri yang rendah remaja akan sulit mengendalikan emosi dan perilaku 34 PENGGUNAAN konsepsi Saat ini masih banyak remaja yang belum menggunakan konsepsi saat melakukan aktivitas seksual, hal ini tentu sangat berisiko seperti: infeksi seksual dan kehamilan yang tidak diharapkan. 35 PENGGUNAAN konsepsi 36 INFEKSI yang ditularkan secara seksual Remaja yang melakukan hubungan seks berisiko terkena infeksi yang ditularkan secara seksual atau IMS. IMS (infeksi menular seksual) adalah infeksi yang ditularkan terutama melalui kontak seksual. Kontak ini tidak terbatas pada hubungan seksual melalui vagina, tetapi juga mencakup kontak oral-genital dan anal-genital. Dalam satu kali hubungan seksual yang tidak aman seorang gadis remaja berisiko tertular HIV sebesar 1%, herpes genital sebesar 30% dan sifilis sebesar 50% Di Indonesia Angka kejadian IMS pada remaja usia 15-24 tahun mengalami peningkatan dari 16.8% menjadi 18.8% antara tahun 2012-2017. 37 INFEKSI yang ditularkan secara seksual 38 KEHAMILAH remaja Dampak pada bayi : Memiliki bobot yang cenderung lebih rendah saat lahir daripada bayi normal pada umumnya yang dapat menyembabkan kematian dan masalah neurologis saat kanak-kanak. Selain itu bayi yang dilahirkan juga cenderung memiliki prestasi yang rendah Dampak pada ibu: ketidak siapan secara fisik akan menyebabkan gangguan kesehatan selain itu kondisi psikologis yang tidak siap juga akan berisiko menyebabkan depresi. Dampak pada ayah laki-laki yang memiliki anak pada usia dini cenderung menjadi pengangguran. Hal ini juga akan berdampak pada kemiskinan. Kehamilan saat remaja juga akan berpengaruh pada pola asuh anak, seorang remaja cenderung akan berperilaku negative pada anaknya karena belum stabilnya emosi 39 KEHAMILAH remaja 40 REMAJA & Orang tuanya 41 Pengawasan ORANG TUA Pengawasan orang tua merupakan hal yang penting bagi remaja. Pemantauan yang dilakukan meliputi pilihan lingkungan sosial, aktivitas, teman dan prestasi akademis. Dengan pola pengasuhan yang positif remaja akan jauh lebih terbuka pada orang tuanya yang tentu akan sangat penting dalam pemantauan pada seorang remaja. 42 Gaya pengasuhan Diana Baumrind memberikan 4 gaya pengasuhan pada anak remaja 1. Pola asuh otoriter adalah gaya pengasuhan yang membatasi dan menghukum, di mana orang tua menasihati remaja untuk mengikuti arahan yang diberikan. Orang tua yang otoriter memebrikan batasan dan kontrol yang tegas dan hanya sedikit mengizinkan pertukaran pikiran. 2. Pola asuh otoritatif mendorong remaja untuk mandiri namun tetap memberikan batasan dan kontrol terhadap tindakan mereka. Memberi dan menerima pertukaran pikiran, dan orang tua bersikap hangat dan mengayomi remaja. (pola asuh yang paling efektif bagi remaja) 3. Pola asuh abai adalah gaya pengasuhan di mana orang tua tidak terlibat dalam kehidupan remaja. 4. Pola asuh yang memanjakan adalah gaya pengasuhan di mana orang tua sangat terlibat dengan anak remajanya, tetapi hanya sedikit memberikan tuntutan atau kontrol pada mereka. 43 Kebebasan & Kelekatan Kebebasan Pada masa remaja, seseorang cenderung ingin merasakan kebebasan. Sebagai orang tua lebih baik untuk mengurangi kendali pada seorang remaja untuk mengambil Keputusan Dimana remaja dimungkinan dapat mengambil Keputusan yang benar dan masuk akal. Tetapi pada Keputusan yang belum terlalu dipahami bagi remaja orang tua dapat mengarahkannya. Dengan cara ini seorang remaja dapat terus belajar untuk mengambil Keputusan yang tepat kedepannya. Kelekatkan Kelekatan pada orang tua adalah hal yang tak kalah penting bagi remaja. Tingkat kelekatan ini berpengaruh pada tingkat kenakalan remaja serta pengelolaan emosi. Tingkat kelekatan yang positif juga berdampak pada kelekatan dengan teman sebaya yang baik. Jadi meskipun remaja bergerak menuju kemandirian mereka tetap perlu terhubung dengan keluarganya. 44 Konflik orang tua & REMAJA Konflik antar remaja dan orang tua biasanya meingkat pada masa remaja awal dan cenderung menurun pada umur 17-20 tahun. Konflik yang cenderung kecil dan normal dapat memerikan dampak positif dalam membantu remaja dari transisi seorang remaja yang sangat bergantung pada orang tua dan menjadi remaja yang mandiri. Namun konflik yang cukup bersar berisiko meningkatkan tingkat kecemasan dan depresi, serta tingkat harga diri dan empati yang rendah. 45 REMAJA & TEMAN Persahabatan SEBAYA Persahabatan menjadi hal penting dalam memenuhi kebutuhan sosial remaja. Pada masa remaja, kebutuhan intimasi akan meningkat sehingga memotivasi remaja untuk mencari Remaja memiliki kebutuhan untuk disukai dan diterima sahabat. Seorang remaja yang gagal kedalam suatu kelompok pertemanan sebaya yang akan mengembangkan persahabatan akan merasa memberikan mereka rasa puas. Pertemanan sebaya kesepian dan menurunnya self-worth. berfungsi untuk memberi informasi kepada individu mengenai dunia di luar keluarga. Dalam kelompok ini, remaja menerima umpan balik mengenai kemampuan Teman sebaya mereka. Dalam hubungan teman sebaya, standar suatu kelompok merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku remaja. Remaja dalam kelompok akan menyesuaikan diri dengan standar yang diciptakan oleh temannya. 46 REMAJA DAN HUBUNGAN ROMANTIS Remaja menghabiskan cukup banyak waktunya untuk berpacaran atau berpikir mengenai pacaran. Kamyu milea yahhh? (Collins. Welsh, 6 Furman, 2009, Conolly & Mclsaac, 2009). Bukan... Aq Adelea.. 47 1. Relasi romantis heteroseksual Relasi romantis heteroseksual adalah jenis hubungan romantis yang terjadi antara 1. Mulai memasuki afiliasi dan atraksi romantis pada usia individu laki-laki dan perempuan. sekitar 11 hingga 13 tahun. Tahap awal ini dipicu oleh pubertas, remaja mulai 2. Relasi romantis Minoritas tertarik pada hal romantis. Perasaan tertarik pada Relasi romantis minoritas mengacu pada seseorang hanya dikatakan kepada teman. hubungan romantis antara individu yang memiliki orientasi seksual sesama jenis yaitu 2. Mengeksplorasi relasi romantis pada usia sekitar 14 hubungan gay (laki-laki dengan laki-laki) hingga 16 tahun. atau lesbian (perempuan dengan perempuan) dalam hal ini pasangan saling Remaja mulai lebih aktif dalam menjalin tertarik secara emosional dan fisik terhadap hubungan romantis ada dua jenis pacaran yang orang yang memiliki jenis kelamin yang umum terjadi pada usia ini. (1) Casual dating: sama. pacaran yang terjadi antara individu yang saling tertarik. (2) Dating in groups: mencerminkan keterkaitan dalam kontes teman sebaya 3. Mengonsolidasi keterikatan romantis dyadik pada usia sekitar 17 hingga 19 tahun. Gay Lesbian Hubungan yang terjadi lebih serius, lebih Heteroseksual stabil, dan lebih kuat seperti yang terlihat pada 48 hubungan orang dewasa. Faktor yang memengaruhi hubungan romantis pada remaja 1. Orang tua/Keluarga 3. Budaya Seperti relasi dengan orang tua Nilai-nilai keyakinan religius dan tradisi yang berbeda jenis kelamin, budaya memiliki pengaruh terhadap kelekatan dan pengasuhan anak- pola hubungan romantis pada remaja seringkali meliputi penentuan usia yang anak di masa dini, dan relasi 2. Teman sebaya tepat untuk berpacaran, besarnya 4. Media sosial perkawinan orang tua. Teman sebaya jadi pengaruh kebebasan yang diberikan dalam Media sosial memberikan berpacaran, dan apakah proses pacaran dalam memilih pasangan dan harus dikawal oleh orang dewasa atau pandangan baru dan norma- bagaimana cara mereka orang tua. norma baru terkait dengan mengembangkan hubungannya. hubungan romantis pada remaja Bergabungnya remaja ke dalam yang ternyata memengaruhi cara kelompok teman sebaya juga remaja berinteraksi dalam memengaruhi kesiapan terlibat hubungan romantis. hubungan romantis. FUNGSI HUBUNGAN ROMANTIS 1 Sebagai bentuk rekreasi, huhungan romantis memberikan hiburan dan 2Hubungan romantis meningkatkan status sosial di lingkungan teman kesenangan. sebaya 3 Membantu proses sosialisasi di masa remaja, membantu remaja untuk 4 Memberikan kesempatan untuk menciptakan relasi yang bermakna mempelajari bagaimana bergaul dengan dan unik dengan lawan jenis kelamin. orang lain serta mempelajari tata krama dan perilaku sosial 6 Membantu remaja memiliki 5 Hubungan romantis membantu remaja melakukan eksperimen dan eksplorasi seksual. sahabat yang mendukung (ikatan persahabatan erat) di luar keluarga 7 Membantu remaja dalam hal pembentukan dan pengembangan 8Membantu remaja dalam mensortir dan memilih pasangan untuk masa identitas, menemukan dan dewasa nanti. memahami diri sendiri. Ketidakstabilan emosi. Konflik dalam hubungan atau putus hubungan DAMPAK BURUK dapat menyebabkan remaja stress, cemas, depresi, hingga bunuh diri. Potensi hubungan seksual dini yang bisa berujung kehamilan yang HUBUNGAN ROMANTIS tidak diinginkan atau terkena penyakit menular seksual. Potensi terjerumus dalam penyalahgunaan obat. Menghambat eksplorasi identitas dan menghambat pengembangan keterampilan sosial yang lebih luas. Jika tidak sesuai budaya, akan menimbulkan konflik baik di rumah maupun lingkungan. Penurunan prestasi akademik. Terlalu fokus dengan berpacaran hingga lalai terhadap tugas belajar terkadang buntut dari tekanan dan emosi negatif dari pacaran juga bisa mengganggu prestasi akademik. Bisa terlibat dalam toxic relationship, meliputi: 1. Fisik: memukul, mendorong, dan menendang 2. Emosional: mengancam atau menyampaikan kata-kata yang kejam 3. Seksual: dipaksa melakukan hubungan seksual 51 J A D A N B U M A D A E Y A R Budaya (culture) yaitu pola perilaku keyakinan dan hal-hal lain yang dihasilkan oleh suatu kelompok orang tertentu yang diwariskan dari generasi yang satu ke generasi berikutnya. Budaya memengaruhi pola pikir, nilai, dan perilaku remaja termasuk dalam hubungan sosial. Remaja cenderung beradaptasi dengan budaya lokal tetapi pengaruh globalisasi 52 meningkatkan keragaman identitas budaya. PENGARUH Budaya PADA REMAJA Status Sosial-Ekonomi, merujuk pada sekelompok orang-orang yang memiliki pekerjaan, pendidikan, dan karakteristik ekonomi yang kurang lebih sama. Individu yang berasal dari SES yang berbeda memiliki tingkat kekuasaan, pengaruh, dan penghormatan yang berbeda-beda. Contoh: remaja yang dibesarkan dalam kemiskinan. Etnisitas, didasarkan pada warisan budaya, karakteristik negara, ras, agama, dan bahasa. Contoh: Remaja di Amerika kebanyakan dibesarkan dengan budaya individualitas (lebih fokus pada diri sendiri) sedangkan remaja di Indonesia kebanyakan dibesarkan dengan budaya kolektivitas (lebih fokus pada kelompok). Remaja dari kelompok minoritas sering mengalami diskriminasi. Ritual peralihan pada suatu budaya juga memengaruhi remaja. Budaya juga berperan utama dalam seksualitas remaja. Contoh: beberapa budaya menganggap aktivitas seksual remaja sebagai suatu hal yang wajar, namun jika kita melihat pada negara kita, 53 Indonesia, hal tersebut sangat dilarang. REMAJA, SEKOLAH, PEKERJAAN Sekolah tidak hanya tempat belajar, tetapi juga pusat perkembangan berbagai aspek kehidupan remaja, seperti kognitif, keterampilan sosial, dan emosi remaja. Perencanaan kerja juga merupakan salah satu aspek remaja dalam mencari jati diri. Pertanyaan yang muncul biasanya adalah “Apa yang seharusnya saya lakukan?” mirip dengan pertanyaan “Akan menjadi apa saya nantinya?” Besarnya minat remaja terhadap pendidikan sangat dipengaruhi oleh minat mereka pada pekerjaan. 54 REMAJA DAN Tantangan remaja di sekolah SEKOLAH 1. Stress akibat aktivitas akademik. 2. Tekanan teman sebaya untuk berkonformitas. Sekolah menjadi tempat pencarian identitas melalui 3. Bullying yang mengganggu kesejahteraan aktivitas akademik dan ekstrakulikuler. Guru sebagai emosional remaja. pembimbing dan mentor. 4. Diskriminasi pada remaja minoritas. 5. Remaja dengan ekonomi kurang berkecukupan Manajemen keluarga dan keterlibatan orang tua di cenderung sulit melanjutkan sekolah dan terpaksa rumah juga memiliki pengaruh. harus memilih bekerja. Teman sebaya sangat berpengaruh pada remaja hal ini berkaitan dengan keberhasilan akademis, Sumber dukungan emosional, dan pengaruh utama pada keputusan remaja daripada orang tua. 55 Prestasi di Masa Remaja Hambatan meraih prestasi Proses berprestasi pada remaja dipengaruhi oleh motivasi 1. Penundaan intrinsik dan ekstrinsik. Hal ini berkaitan dengan manajemen waktu yang buruk, Motivasi intrinsik (faktor-faktor internal) meliputi kesulitan konsentrasi, takut, dan cemas determinasi-diri, Interest, dan Self-Efficacy. Motivasi ekstrinsik meliputi penghargaan, hukuman, teman 2. Kegelisahan (anxiety) terhadap tantangan sebaya, ekspetasi orang lain termasuk orang tua dan guru. akademik/tugas. Yaitu munculnya rasa khawatir atau risau ketika menghadapi tantangan tugas akademik, bisa disebabkan Strategi meraih prestasi karena ekspetasi dan tekanan untuk berprestasi dari orang tua. 3. Melindungi nilai diri (self-worth) dengan menghindari kegagalan. Biasanya hal ini sering melibatkan strategi membatasi diri Manajemen waktu Penetapan tujuan, perencanaan, dan monitor diri sendiri dengan sengaja. menetapkan prioritas Monitoring 56 Tren pekerjaan paruh waktu. Remaja Dan Pekerjaan Banyak remaja mulai bekerja ketika masih mengenyam pendidikan baik hanya sekedar untuk pengalaman dan ada juga sebagai pemenuhan kebutuhan ekonomi. Penentuan dan perencanaan karir pada remaja tidak lepas dari perkembangan identitas. Dampak pekerjaan Positif: mengembangkan rasa tanggung jawab, Remaja yang berkembang lebih baik dalam kemandirian, belajar bekerja bersama orang dewasa, pembentukan identitasnya cenderung mampu belajar mengelola keuangan, dan belajar time menyatakan pilihan pekerjaannya dan mampu management. menentukan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan jangka pendek dan tujuan Negatif: kehilangan aktivitas sosial dengan teman jangka panjang. sebaya dan keluarga, mengurangi waktu tidur, serta memengaruhi prestasi akademik. Dalam konteks sosial, seperti perekonomian, ekspetasi orang tua, konformitas teman sebaya, pengaruh sekolah, dan gender sangat memengaruhi bagaimana remaja dalam mengembangkan karirnya. 57 SCREENTIME PADA Televisi REMAJA Remaja saat ini lebih banyak menghabiskan waktu menonton televisi dibandingkan waktu yang dihabiskan untuk berinteraksi dengan orang tua. Program televisi yang ditonton seorang remaja dapat Ditemukan bahwa rata-rata remaja menghabiskan memiliki pengaruh terhadap perilakunya. Jika sekitar 6,5 jam sehari dalam menggunakan media remaja menonton acara yang berkonten agresif, (Rideout, Roberts & Foehr, 2005). Screentime yang maka ada kecenderungan remaja juga akan berlebihan memberi dampak negatif bagi berperilaku agresif Video Games perkembangan remaja, dan mengakibatkan remaja sulit berkonsentrasi, menganggu kesehatan, menganggu kualitas tidur, serta menimbulkan perilaku agresif. Pengaruh video games yang dimainkan oleh remaja dapat membuat mereka berperilaku secara agresif. Memainkan video games berlebih juga dapat meningkatkan kemungkinan obesitas maupun penurunan berat badan. 58 SCREENTIME PADA Musik REMAJA Konten musik yang didengarkan oleh remaja memberi pengaruh pada kehidupan remaja. Seorang remaja yang mendengarkan musik dengan konten seksual akan terdampak oleh kegiatan seksual lebih cepat. Selain itu, musik yang didengarkan oleh remaja dapat juga meningkatkan efikasi diri dan ekspektasi romantis remaja. Internet Penggunaan internet yang terlalu bebas menjadi suatu kekhawatiran, hal ini karena remaja dapat mengakses berbagai konten dewasa secara mudah dalam internet. Penggunaan internet yang berlebihan juga dapat menganggu kesehatan dan waktu tidur remaja. 59 MASALAH PERKEMBANGAN Pada masa remaja, tentu seorang individu mengalami berbagai tekanan dan tuntutan dari lingkungan sosial. Dalam perkembangannya tentu seorang remaja akan mulai mencari identitas dan jati dirinya. Terkadang dalam masa mencari identitas dan jati diri remaja kerap mengalami berbagai masalah BIOLOGIS Genetik, pubertas, PSIKOLOGIS Pada masa remaja, SOSIAL Faktor sosial seperti hormon, dan emotional swing menjadi keluarga, pertemanan, perkembangan otak suatu hal yang kerap maupun lingkungan juga mempengaruhi masalah terjadi. Emotional swing berkontribusi dalam yang ada pada remaja. merupakan perubahan masalah remaja. Perubahan hormon emosi secara drastis, yang Hubungan maupun drastis meningkatkan bila terjadi terus-menerus konflik yang terjadi kecenderungan depresi dapat berdampak pada antara remaja, keluarga serta masalah lainnya. depresi. dan teman sebaya mempengaruhi perkembangan remaja. 60 MASALAH depresi & bunuh diri PERKEMBANGAN Depresi terjadi akibat perubahan masa transisi menuju masa dewasa yang penuh akan tuntutan. Kecenderungan depresi antara laki-laki dan REMAJA perempuan berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh remaja perempuan yang cenderung lebih memikirkan suasana hati.Tekanan dan tuntutan masa dewasa yang semakin intens menjadi suatu pendorong bagi remaja untuk melakukan bunuh diri. kenakalan remaja Kenakalan remaja merupakan suatu tindakan remaja yang melanggar hukum, atau melakukan sesuatu yang ilegal. Kenakalan remaja berfaktor dari pengaruh lingkungan. Apabila seorang remaja tinggal di lingkungan dengan tingkat kriminalitas tinggi, akan ada kecenderungan baginya untuk melakukan hal yang serupa. 61 MASALAH alkohol & obat terlarang PERKEMBANGAN Dalam masa transisi ini, mengonsumsi alkohol dianggap hal yang normal bagi remaja. Dalam hal ini, kelompok mahasiswa lebih banyak REMAJA mengonsumsi alkohol, yang berakibat buruk bagi kegiatan studinya. Selain alkohol, remaja kerap terlibat dengan penggunaan obat-obatan terlarang. Obat yang dikonsumsi kerap berfungsi untuk menenangkan pikiran dan kecemasan. eating disorders Obesitas Bulimia Anorexia Binge Eating 62 Sekian presentasi dari kami, selanjutnya kami siap menerima pertanyaan bukan kenyataan bahwa kita hanya sebatas teman. PAHAM!!! 63

Use Quizgecko on...
Browser
Browser