Penelusuran Pustaka Sediaan Suspensi Dan Suspensi Rekonstitusi Kelompok 1 PDF

Summary

Dokumen ini merupakan penelusuran pustaka tentang sediaan suspensi dan suspensi rekonstutuisi. Dokumen membahas definisi, klasifikasi, dan berbagai aspek lainnya. Dokumen juga menyajikan informasi tentang komponen-komponen dan keuntungan, serta kerugian sediaan tersebut.

Full Transcript

# Sediaan Suspensi dan Suspensi Rekonstitusi ## Kelompok 1 ### Anggota | Nama | NIM | |---|---| | Najwa Dinu Rahmah | 230106087 | | Neng Lia Fatimah | 230106096 | | Pardan Padilah | 230106102 | | Roudotul Farikhah | 230106118 | | Siti Rahmawati F | 230106128 | | Tia Amelia | 230106134 | | Yuli Tr...

# Sediaan Suspensi dan Suspensi Rekonstitusi ## Kelompok 1 ### Anggota | Nama | NIM | |---|---| | Najwa Dinu Rahmah | 230106087 | | Neng Lia Fatimah | 230106096 | | Pardan Padilah | 230106102 | | Roudotul Farikhah | 230106118 | | Siti Rahmawati F | 230106128 | | Tia Amelia | 230106134 | | Yuli Tri Arifah | 230106138 | | Yusrin Maedah Amelia | 230106142 | ## Definisi - Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair (FI ed 6, 2020). - Suspensi Rekonstitusi adalah campuran sirup dalam keadaan kering yang akan didispersikan dengan air pada saat digunakan dan dalam VSP tertera sebagai “For Oral Suspension”. Suspensi ini digunakan terutama untuk obat yang mempunyai stabilitas terbatas didalam pelarut air seperti golongan antibiotika (Lieberman et al., 1996). ## Klasifikasi - **Jenis-jenis suspensi dibagi menjadi 4**: - Suspensi oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan oral. (FI ed 6, 2020) - Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit. (FI ed 6, 2020) - Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar - Suspensi optalmik seperti tertera pada sediaan obat mata - **Jenis-jenis suspensi rekonstitusi dibagi menjadi 3**: - Suspensi Rekonstitusi yang berupa campuran serbuk. Proses pencampuran ini dilakukan secara bertahap apabila ada bahan berkhasiat dalam komponen yang berada dalam jumlah kecil, penting untuk diperhatikan alat pencampur untuk mendapatkan campuran yang homogen. (Lieberman, 1989) - Suspensi Rekonstitusi yang di Granulasi. Granulasi dilakukan menggunakan air atau larutan pengikat dalam air. Dapat juga digunakan pelarut non air untuk bahan berkhasiat yang teruarai dengan adanya air (Lieberman, 1989) - Suspensi Rekonstitusi yang Merupakan Campuran antara Granul dan Serbuk. Komponen yang peka terhadap panass seperti zat aktif yang tidak stabil terhadap panas atau faktor dapat ditambahkan sesudah pengeringan granul untuk mencegah pengaruh panas. Pada tahap awal dibuat granul beberapa komponen dicampur dengan serbuk (kines). (Lieberman, 1989) ## Keuntungan 1. Lebih stabil daripada Larutan 2. Bentuk sediaan yang ideal bagi pasien yang sulit menelan tablet/kapsul 3. Dapat menutupi rasa tidak enak 4. Obat yang tidak larut dalam semua media pembawa dapat dibuat sebagai bentuk sediaan, salah satunya yaitu suspensi (Tungadi, 2020) ## Kerugian 1. Keakuratan dosis saat sediaan digunakan untuk pengobatan tidak mungkin dibanding rasanya yang diperoleh dengan menggunakan tablet atau kapsul 2. Pengendapan atau endapan yang kompak menyebabkan masalah dimana tidak mudah untuk dilarutkan 3. Produknya cair dan secara relatif massanya berat. Sifat ini tidak menguntungkan bagi farmasis dan pasien. 4. Keefektifan dari formulasu dan suspensi aecara farmasetik bagus biasanya sulit untuk dicapai dan sediaan tablet atau kapsul pada obat yang sama (Tungadi, 2020) ## Alasan Pembuatan Suspensi Rekonstitusi - Ada beberapa alasan untuk menyiapkan suspensi. Misalnya, obat-obatan tertentu secara kimiawi tidak stabil dalam larutan tetapi stabil saat disuspensikan. Dalam hal ini, suspensi memastikan stabilitas kimiawi sekaligus memungkinkan terapi cairan. Bagi banyak pasien, bentuk cair lebih disukai daripada bentuk padat dari obat yang sama karena kemudahan menelan cairan dan fleksibilitasnya (Ansel, 2014). - Sedangkan, suspensi yang tersedia sebagai bubuk kering yang ditujukan untuk suspensi dalam pembawa cair. Ini adalah campuran kering yang mengandung obat dan zat pensuspensi dan pendispersi yang sesuai untuk diencerkan dan diaduk dengan jumlah pembawa tertentu, paling sering air murni. Obat yang tidak stabil jika disimpan untuk waktu yang lama dengan adanya pembawa berair (misalnya, banyak obat antibiotik) sering kali disediakan sebagai campuran bubuk kering untuk dilarutkan kembali pada saat pemberian (Bhandare & Yadav, 2016). ## Eksipien ### 1. Komponen dari sistem suspensi - **a. Bahan pembasah** - Alcohol, maksimal jumlah alkohol yang termasuk dalam obat OTC adalah 10% v/v untuk produk yang diberi label untuk digunakan oleh orang berusia 12 tahun ke atas, 5% v/v untuk produk yang ditujukan untuk digunakan oleh anak-anak berusia 6-12 tahun, dan 0,5% v/v untuk produk yang digunakan oleh anak di bawah usia 6 tahun (Rowe et al., 2009). - **Aquadest** - **b. Bahan suspending agent** - Akasia tidak cocok dengan sejumlah zat termasuk middleopyrine, apomorphine, cresol, etanol (95%), garam besi, morfin, fenol, fisostigmin, tanin, timol, dan vanilin. Enzim pengoksidasi yang terdapat pada akasia dapat mempengaruhi sediaan mengandung zat yang mudah teroksidasi (Rowe et al., 2009). - xanthan gom larutan stabil jika terdapat hingga 60% yang dapat larut dalam air pelarut organik seperti aseton, metanol, etanol, atau propan-2-o. Namun, di atas konsentrasi ini terjadi pengendapan atau gelasi terjadi (Rowe et al., 2009). - **c. Bahan pengental** - Propilen glikol alginat digunakan sebagai zat penstabil, pensuspensi, pembentuk gel, dan pengemulsi dalam formulasi farmasi oral dan topikal. Biasanya, konsentrasi 0,3-5% b/v digunakan, meskipun ini dapat bervariasi tergantung pada aplikasi spesifik dan mutu propilen glikol alginat yang digunakan. Propilen glikol alginat juga digunakan dalam kosmetik dan produk makanan (Rowe et al., 2009). - **d. Cairan pembawa** - Bahan pensuspensi : bahan pensuspensi digunakan untuk memperlambat pengendapan sehingga keseragaman dosis dapat diukur, untuk mencegah pengendapan dari massa konsentrat yang sulit untuk tersuspensi kembali, dan untuk mencegah koagulasi dari bahan berlemak. - Bahan pembasah, penambahan bahan yang mengurangi tegangan permukaan air sangat menolong untuk meningkatkan dispersi dari bahan yang tidak larut. - Tambahan suspensi: alkohol, gliserin, PEG 400 dan 4000, larutan sorbitol, sirup, madu dan campuran polihidro lain manolong dalam meningkatkan kualitas suspensi dan memberikan reduksi dalam viskositas. - Pengawet ### 2. Komponen dari pembawa suspensi - **a. Pengotrol pH / buffer** - Asam sitrat (baik sebagai bahan monohidrat maupun anhidrat) banyak digunakan dalam formulasi farmasi dan produk makanan, terutama untuk mengatur pH larutan. Kadar yang dipakai sekitar 0,1-2,0% (Rowe et al., 2009). - **b. Bahan pewarna, pengaroma, dan perasa** - **1. Pewarna** - FD&C, beberapa bahan pewarna disertakan dalam berbagai farmakope; misalnya, titanium dioksida disertakan dalam PhEur 6,4 (Rowe et al., 2009). - **2. Pengaroma** - Menthol, banyak digunakan dalam farmasi, permen, dan produk perlengkapan mandi sebagai bahan penyedap atau penambah bau. Selain itu dengan rasa khas peppermint, menthol, yang terjadi secara alami juga memberikan sensasi dingin atau menyegarkan kadar pemakaian untuk suspensi oral adalah 0,003% (Rowe et al., 2009). - Etil vanili, digunakan sebagai pengganti vanili, yaitu sebagai bahan penyedap dalam makanan, minuman, gula-gula, dan farmasi. Etil vanili juga digunakan dalam wewangian penggunaan untuk sirup oral adalah dengan kadar 0,01% (Rowe et al., 2009). - **3. Perasa** - Sakarin, dalam formulasi farmasi oral, sakarin digunakan pada konsentrasi 0,02-0,5% b/b. Sakarin telah digunakan dalam formulasi tablet kunyah sebagai bahan pemanis (Rowe et al., 2009). - Sukrosa banyak digunakan dalam formulasi farmasi oral. Sirup sukrosa, yang mengandung 50-67% b/b sukrosa, digunakan dalam pembuatan tablet sebagai bahan pengikat untuk granulasi (Rowe et al., 2009). - Sorbitol, konsentrasi nya 70% untuk suspense (Rowe et al., 2009). ### 3. Pengawet untuk mengontrol pertumbuhan mikroba - Methylparaben, mempunyai kadar 0,05-0,2 untuk suspensi oral (Rowe et al., 2009). - Asam benzoat juga memiliki sejarah panjang penggunaan sebagai agen antijamur dalam sediaan terapi topikal seperti salep Whitfield (asam benzoat 6% dan asam salisilat 3%) kadarnya 0,1% untuk suspensi oral (Rowe et al., 2009). ## Metode Pembuatan Suspensi ### 1. Metode dispersi - Metode ini dilakukan dengan cara menambahkan serbuk bahan obat ke dalam musik lagu yang telah terbentuk kemudian baru diencerkan perlu diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kesukaran pada saat dipersiapkan serbuk ke dalam. Pembawa hal tersebut karena adanya udara lemak atau kontaminan pada serbuk serbuk yang sangat halus mudah termasuk di udara sehingga suka dibasahi mudah dan sukarnya serbuk dibasahi tergantung pada besarnya sudut kontak antara zat terdispersi dengan medium jika sudut kontak kurang lebih 90° serbuk akan mengambang di atas cairan serbuk yang demikian disebut memiliki sifat hidrofob untuk menurunkan tegangan permukaan antara partikel zat padat dengan cair tersebut perlu ditambahkan zat pembasa atau wetting agent. ### 2. Metode Presipitasi - Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dahulu ke dalam pelarut organik yang hendak dicampur dengan air setelah larut dalam pelarut organik lalu zat ini kemudian diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam air sehingga akan terjadi endapan halus tersuspensi dengan bahan pensuspensi cairan organik tersebut adalah etanol propilen berikut dan Polietilen glikol. ## Metode Pembuatan Suspensi Kering 1. **Campuran bubuk** - Campuran bubuk, terkadang disebut campuran bubuk, disiapkan dengan mencampur eksipien campuran kering dalam bentuk bubuk. Eksipien yang ada dalam jumlah kecil mungkin memerlukan operasi pencampuran dua tahap. Eksipien tersebut dapat dicampur dengan sebagian eksipien utama untuk membantu dispersinya. Misalnya, sukrosa giling menyediakan area permukaan yang besar untuk penyerapan minyak perasa dalam jumlah kecil. Tahap kedua meliputi pencampuran eksipien yang tersisa. Pemilihan pencampur yang tepat melibatkan beberapa pertimbangan, yang paling penting adalah bahwa pencampur harus menghasilkan campuran yang homogen dengan cepat dan andal. 2. **Produk Granulasi** - Granulasi basah merupakan proses yang biasa dilakukan dan cairan granulasi adalah air atau larutan pengikat berair. Ada dua metode untuk menggabungkan obat. Obat dapat dicampur kering dengan bahan lain atau dapat dilarutkan atau disuspensikan dalam cairan granulasi. Granulasi basah biasanya terdiri dari langkah-langkah berikut (Lieberman et al., 1996): - Bahan padat dicampur dan diaduk dengan cairan granulasi dalam pencampur planet. - Massa basah dibentuk menjadi granula dalam salah satu dari berikut ini sebelum pengeringan: saringan getar, granulator berosilasi, parutan, atau penggilingan. - Untuk obat yang mengalami hidrolisis, cairan granulasi non nair dapat digunakan. - Massa berbasis sukrosa yang cukup kering dapat terbagi cukup dalam aliran udara aliran pengering Fluida tanpa menggunakan langkah penyaringan basah. Namun, paling sering, pemijaran dan penyaringan basah merupakan metode yang lebih disukai. - Granul yang terbentuk dikeringkan dalam oven baki atau pengering fluid bed. - Granul kemudian disaring dalam saringan getar atau granulator berosilasi untuk mencegah atau menghilangkan agrefat granul. 3. **Produk kombinasi** - Eksipien bubuk dan granular dapat dikombinasikan untuk mengatasi beberapa kelemahan produk granular. Lebih sedikit energi dan peralatan untuk granulasi mungkin diperlukan jika sebagian besar bahan pengencer dapat ditambahkan setelah granulasi. Pada metode ini umumnya adalah pertama-tama menggranulasi beberapa bahan pengencer, kemudian mencampur bahan pengencer yang tersisa dengan granula kering sebelum mengisi wadah. Keberadaan bahan pengencer membantu meningkatkan aliran dan mengurangi pemisahan dan pembentukan debu. ## Evaluasi Suspensi | Nama Uji | Prosedur | Syarat | |---|---|---| | Uji organoleptis | Evaluasi organoleptis suspensi dilakukan dengan menilai perubahan rasa, warna, dan bau yang diamati dengan panca indera. | Rasa, bau, dan warna dengan spesifikasi yang ditentukan | | Uji volume sedimentasi | MeMasukkan 10 ml suspensi ditempatkan dalam gelas ukur dan disimpan pada suhu kamar. Volume suspensi yang terisi adalah volume awal (Vo). Perubahan volume diukur setiap 30 hari tanpa pengadukan dan dicatat sampai tinggi sedimentasi sediaan menjadi konstan. Volume tersebut merupakan volume akhir (Vu). Uji ini dilakukan untuk mengetahui rasio pengendapan yang terjadi selama masa penyimpanan dalam waktu yang telah ditetapkan. Parameter pengendapan dari suatu suspensi dapat ditentukan dengan mengukur volume sedimentasi (F) yaitu perbandingan volume akhir endapan (Vu) dengan volume awal sebelum terjadi pengendapan (Vo) (Shah, et al., 2014) | Menurut Farmasi Fisika, kriteria suspensi yang baik adalah zat yang terdispersi tidak boleh cepat mengendap. Kemampuan redispersi atau sedimentasi yang baik apabila suspensi terdispersi sempurna jika dikocok dengan tangan maksimum selama 30 detik (Shavira et al., 2021). | | Uji Berat Jenis | Pengujian berat jenis dilakukan dengan Piknometer kosong yang bersih dan kering ditimbang (a). Kemudian aquadest dimasukkan ke dalam piknometer dan ditimbang beratnya (b). Piknometer dibersihkan dan dikeringkan. Suspensi kombinasi ekstrak dimasukkan ke dalam piknometer, kemudian ditimbang beratnya (c). Massa jenis suspensi ditentukan menggunakan rumus sebagai berikut (Wijaya & Lina, 2021). P = c-a / b-a x p | Bobot jenis untuk sediaan dengan pembawa air harus > 1,00 g/mL, karena air memiliki bobot jenis 1,00 g/mL (Wijaya & Lina, 2021). | | Uji rheologi | Pengukuran rheologi dilakukan dengan menyiapkan masing-masing suspensi yang telah diaduk dalam labo stirrer selama 2 jam sampai terlihat larutan terpisah antara air dan suspensi stabil sebanyak kurang lebih 5mL pada gelas ukur. Dicuplik sampel masing-masing kurang lebih 3 tetes menggunakan pipet yang diletakan pada tempat sampel yang ada pada optik _rheoscope_. Pengukuran hasil rheologi akan terbaca secara otomatis pada instrumen. hasilnya akan diketahui jenis Fluida pada supensi (shenoy, 1999). | Batas terendah dari ukuran partikel mendekati 0,1 µm sedangkan ukuran partikel suspensi yang lain adalah 1-50 µm (Tungadi, 2020). | | Uji Terpindahkan | Tuang perlahan-lahan isi dari tiap wadah ke dalam gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi, secara hati-hati untuk menghindarkan pembentukan gelembung udara. Pada waktu penuangan dan diamkan selama tidak lebih dari 30 menit untuk wadah dosis ganda dan 5 menit untuk wadah dosis tunggal kecuali dinyatakan lain dalam monografi. jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran. Untuk sediaan volume kecil yang dikemas dalam wadah dosis tunggal, volume dapat dihitung sebagai berikut: 1. keluarkan isi dari wadah ke dalam wadah yang sesuai dan telah ditara (biarkan mengalir sampai tidak lebih dari 5 detik) 2. tentukan bobot isi dari wadah, dan 3. hitung volume setelah. penetapan bobot jenis | Syarat volume terpindahkan pada sediaan suspensi adalah kurang dari 100%, tidak kurang satupun dari 95% volume (nuzzaibah, 2023) | ## Evaluasi Suspensi Kering | Nama Uji | Prosedur | Syarat | |---|---|---| | Uji organoleptis | Evaluasi organoleptis suspensi dilakukan dengan menilai perubahan rasa, warna, dan bau yang diamati dengan panca indera. | Rasa, bau, dan warna dengan spesifikasi yang ditentukan | | Pengujian Kadar Air | Timbang serbuk sebanyak 5 g, masukkan serbuk ke dalam cawan penguap.Panaskan serbuk pada suhu (>0° - 70°) selama 30 menit di oven sampai bobotnya konstan. Kemudian ditimbang lagi. Hitung kadar airnya dengan menggunakan rumus: W1-W2 / W1 x100% Keterangan: W1 = bobot awal W2 = bobot setelah perlakuan | Standar kadar air yaitu tidak lebih dari 2,5% | | Penentuan Sudut Baring dan Waktu Alir | Serbuk dimasukkan dalam corong hingga penuh, lalu penutup corong di buka dan granul dibiarkan mengalir keluar hingga kertas yang digunakan sebagai alas horizontal tertutupi oleh timbunan serbuk dengan ketinggian tertentu. Kemudian diukur puncak timbunan serbuk dan diameter lingkaran dasar timbunan. Sudut diam antara 200-400 menunjukkan sifat alir yang bagus. Sudut diam dihitung dengan rumus sebagai berikut : TgD = 2h / D Dimana h = tinggi timbangan serbuk (cm) D = Diameter timbunan serbuk (cm) Φ = Sudut diam () | Sudut diam antara 200-400 menunjukkan sifat alir yang bagus. | | Penentuan bobot jenis dan porositas | Penetapan bobot jenis nyata dilakukan dengan menimbang granul sebanyak 10 gram. Kemudian dimasukkan kedalam gelas ukur 15ml dan dicatat volumenya (Vo). Bj mampat = Bobot granul / Volume mampat Bj nyata = Bobot granul / Volume nyata Penetapan bobot jenis mampat dilakukan uenyan pengecukan sebanyak 100 ketukan, lalu dicatat volumenya dan dilakukan perhitungan sebagai berikut : Penetapan bobot jenis sejati dilakukan dengan cara menimbang piknometer 25 ml yang kosong (a). Kemudian piknometer tersebut diisi dengan paraffin cair dan ditimbang kembali (b), setelah itu dimasukan granul sebanyak kuranglebih 2/3 bagian piknometer dan ditimbang (c). Kemudian paraffin cair ditambahkan hingga penuh dan ditimbang kembali (d). Bobot jenis paraffin cair dapat dihitung sebagai berikut : b-al / 25 Bobot jenis paraffin cair = g/ml Bj sejati = Bobot granul / Vp-(j/1) penentuan porositas dilakukan dengan membagi BJ mampat dengan BJ sejati dan dikali dengan 100%. Hasil dari penentuan porositas menyatakan banyaknya pori-pori yang ada dalam serbuk suspensi. 1- Bj mamapat / Bj sejati x100 | Porositas teoritis dari suatu serbuk yang terdiri dari bola-bola yang sama dalam pengepakan paling dekat adalah 26% dan untuk pengepakan yang paling longgar adalah 48%. | | Pengukuran viskositas | Pengukuran viskositas suspensi kering dilakukan setelah direkonstitusi dengan menggunakan alat viskometer brookfield pada kecepatan 50 RPM. Dilakukan minimal 3 kali replikasi. | Nilai viskositas suspensi yang baik menurut SNI berada pada rentang 38-396 cp (Shavira et al., 2021). | | Pengamatan partikel tersuspensi | Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan mikroskop biasa untuk melihat ukuran partikel tersuspensi. Caranya yaitu suspensi (yang sebelumnya diencerkan atau tidak) diteteskan pada slide (semacam objek dan deckglass), kemudian besarnya akomodasi mikroskop diatur pada pembesaran 40x sehingga partikel terlihat dengan jelas. | Pencampuran suspensi kering dengan air dapat tercampur atau tersuspensi dengan baik (Nurlina let all., 2014). | ## Evaluasi Suspensi | Nama Uji | Prosedur | Syarat | |---|---|---| | Penentuan pH | Sediaan Evaluasi pH sediaan menggunakan pH meter. Sediaan suspensi kering direkonstitusi yang telah dimasukan kedalam erlenmeyer. Celupkan pH meter yang sebelumnya telah dikalibrasi kedalam sediaan suspensi. Biarkan beberapa menit hingga pH meter terendam secara sempurna. Amati dan catat pH nya. | Kadar pH yang ideal bagi suspensi yaitu pada rentang 5-7 (Shavira et al., 2021). | | Penentuan Volume Sedimentasi | Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan mikroskop biasa untuk melihat ukuran partikel tersuspensi. Caranya yaitu suspensi (yang sebelumnya diencerkan atau tidak) diteteskan pada slide (semacam objek dan deckglass), kemudian besarnya akomodasi mikroskop diatur pada pembesaran 40x sehingga partikel terlihat dengan jelas. | Menurut Farmasi Fisika, kriteria suspensi yang baik adalah zat yang terdispersi tidak boleh cepat mengendap. Kemampuan redispersi atau sedimentasi yang baik apabila suspensi terdispersi sempurna jika dikocok dengan tangan maksimum selama 30 detik (Shavira et al., 2021). | ## Uji Stabilitas Suspensi dan Suspensi Kering 1. **Uji stabilitas dipercepat (accelerated test)** - Pada pengujian ini dilakukan peningkatan laju degradasi kimia dan perubahan fisika yaitu dengan cara menyimpan produk atau sediaan dalam kondisi suhu serta kelembaban yang dilebihkan dari semestinya. 2. **Uji stabilitas jangka panjang (long term testing atau real time)** - Uji ini biasanya dilakukan hingga masa kadaluarasa dari sediaan tersebut dan disimpan pada konsisi ruang sesuai dengan zona masing-masing negara. 3. **Uji stabilitas intermediet (intermediat testing)** - Uji stabilitas yang dilakukan dengan kondisi hampir sama dengan keadaan normal atau uji stabilitas jangka panjang tetapi dengan jangka waktu yang lebih singkat yaitu 6 bulan. 4. **Uji stabilitas (stress testing)** - Dilakukan untuk melihat efek ketika suatu obat disimpan pada kondisi stress, biasanya kondisi baik suhu maupun kelembaban yang digunakan jauh dari kondisi semstinya bahkan jauh lebih parah dibandingkan kondisi uji stabilitas dipercepat. 5. **Uji freeze thaw** - Dapat diterapkan untuk menekan suspensi dengan tujuan pengujian kestabilan. Perlakuan ini mendorong pertumbuhan partikel dan menunjukkan keadaan kemungkinan dimasa yang akan datang setelah penyimpanan yang lama pada temperatur kamar. Dimana suspensi basah tersebut disimpan pada dua suhu ekstrim, yaitu pada suhu 5°C yang dimasukan dalam lemari pendingindan 35°C dalam lemari pemanas secara bergantian masing-masing 12 jam selama 10 kali siklus (Nurlina et al., 2014). ## Referensi - Ansel dkk. (2014). *Ansel's Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems Fifth Edition.* - Aremu, O. I., & Oduyela, O.O. (2015). *Evaluation of Metronidazole suspensions.* *African Journal of Pharmacy and Pharmacology.* 9(12): 439-450. - Bhandare, S. P. & Yadav, V.A. (2016). *A Review On "Dry Syrups For Paediatrics".* *International Journal of Current Pharmaceutical Research.* 9(1), 25-31. - Depkes. (2020). *Farmakope Indonesia Edisi VI.* hal 61. - Hardani. (2021). *Buku Ajar Farmasi Fisika.* Mataram : Samudra Biru - Lidia & Kurniawan, D. (2017). *Penentuan Perbedaan Stabilitas Fisik Suspensi Kering Ampisilin Generik Dan Nama Dagang setelah Direkonstitusi Dengan Air Suling.* *Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi.* 2(1). 21-26. - Lieberman, A. H., Lachman, L. & Kanig, L. J. (1989). *The Theory and Practice of Industrial Pharmacy 3rd.* hal 78-80 - Nurlina, Rahman, F., Hasyim, N., & Tomagola, I. M. (2014). *Formulasi Suspensi Kering Kombinasi Ekstrak Etanol Kunyit (Curcuma longa L.) dan Serbuk Daging Buah Pisang Kepok (Musa balbisiana Colla.) dengan Variasi Bahan Pensuspensi.* *Jurnal As-Syifaa 6(2), 166-177.* - Nurdianti, L. & Setiawan, F. (2022). *Teknologi Sediaan Farmasi Semi Solida dan Likuid.* *Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia.* - Qomara, W. F., Musfiroh, I., & Wijayanti, R. (2023). *Review : Evaluasi Stabilitas dan Inkompatibilitas Sediaan Oral Liquid.* *Majalah Farmasetika.* 8 (3). 209-223. - Salman, Megrlan, E. O. M., Wahyudi., Yudiana, N., Irawan, H. A. D. & Nanda, D. Y. A. (2023). *Development of Stability Testing Based on Parameters in Suspension Formulations with Various Different Active Ingredients.* *Journal of Pharmaceutical and Sciences.* 6(2), 634-638. - Shah, K., Shrivastava S. K., & Mishra, P. (2014). *Formulation and evaluation of suspension: mefenamic acid produgs.* *Journal of Pharmacy and sciences.* 27(4), 917-923. - Shavira, S. Fat Maria., Sitorus, U. R., Sandra, D, A. & Margaretta, D. A. (2021). *Formulasi dan Uji Stabilitas Se(diaan Suspensi Ekstrak Rimpang (Zingiber zerumbe)t.* *Herb-Medine Jurnal.* 4(4), 7-11. - Shenoy, A. V. (1999). *Rheology of Filled Polymer Systems* Kluwer Academic Publishers : Pune - Syamsuni. (2006). *Ilmu Resep Penerbit Buku Kedokteran EGC.* - Tungadi, R. (2020). *Teknologi Nano Sediaan Liquida & Semisolid.* Sagung Seto. - Wardani, S. T. & Septiarini, D. A. (2021). *Farmasetika 3 Formulasi Sediaan Solid.* Pustaka Baru Press. - Wijaya, H. M & Lina, R. N. (2021). *Formulasi Dan Evaluasi Fisik Sediaan Suspensi Kombinasi Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya L.) Dan Umbi Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) Dengan Variasi Konsentrasi Suspending Agent Pga (Pulvis gummi arabici) Dan Cmc-Na (Carboxymethylcellulosum natrium).*Cendekia Journal of Pharmacy. 5 (2). 166-175.

Use Quizgecko on...
Browser
Browser