K24. Terapi Sistemik dan Topikal untuk Penyakit Kulit PDF

Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...

Summary

Dokumen ini membahas tentang terapi sistemik dan topikal pada penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi virus, jamur, helmint, dan protozoa. Prinsip-prinsip penyerapan obat melalui kulit serta berbagai macam obat topikal dan antibiotik dibahas secara mendalam dalam dokumen ini. Materi ini cocok untuk siswa program studi kedokteran.

Full Transcript

K24. Terapi sistemik dan topikal pada penyakit kulit akibat infeksi virus, jamur, helmint, dan protozoa DC : kuliah ini ada 2 ppt yang di terangkan, jadi mohon maaf kalau satu ppt ngga mimin jelaskan, soalnya ada 3 ppt y...

K24. Terapi sistemik dan topikal pada penyakit kulit akibat infeksi virus, jamur, helmint, dan protozoa DC : kuliah ini ada 2 ppt yang di terangkan, jadi mohon maaf kalau satu ppt ngga mimin jelaskan, soalnya ada 3 ppt yang dikirim, nah yang satu lagi gak diterangkan, mimin 🙏 jg manusia, susah kalau blm diterangkan, maaf yaaa Prinsip Kulit itu sebenarnya secara biologi sangat fungsional dan aktif, dan kulit juga adalah orang yang multi kompartemen (organ atau struktur tubuh yang terdiri dari beberapa bagian) Obat yang diberikan melalui kulit, baik di oles maupun di tempel, itu punya 2 tujuan : 1. mengobat kelianan pada kulit secara langsung contohnya : obat jerawat 2. mengantarkan efek obat ke jaringan contoh : nikotin tack (untuk orang yang ingin berhenti merokok agar tubuhnya punya keinginan untuk berhenti merokok Yang paling atas adalah s. korneum, adalah epidermis, dermis (kelenjar rambut, melanosit dan langerhans, kelenjar ekrin), dan subkutan (ada lemak, sel darah, dan limfe) bagaimana caranya obat yang dioles masuk ke dalam tubuh 1. menembus sel sel yang ada pada s corneum, nah masuknya bisa melalui jalur trans intraseluler, dan hair follicle, bisa juga melalui sel melanosit dan langerhans yang ada di basal 2. setelah menembus epidermis dan dermis, dia akan sampai ke subkutan dan masuk ke pembuluh darah Jalur masuknya Penyerapan obat melalui cutaneus - Rute absortif (dapat terjadi secara individual ataupun melalui kombinasi) Antara sel dan stratum corneum (intraseluler) Melintasi lapisan seluler (transelular) Melalui folikel rambut > dimana di folikel rambut itu ada kelenjar sebasea and muskulus arektor pili Melalui melanosit dan sel langerhans (yang terdapat di bawah lapisan epidermis) Kelenjar ekrin - Jalur penyerapan obat dapat juga melalui limfatik dan pembuluh darah yang ada di kulit Semakin kecil berat molekul dari obat, bisa dengan mudah diserap oleh kulit, biasanya ada dalam sediaan yang pas antara air dan minyak. Salep atau gel harus berada dalam takaran yang sesuai, jadi bikin salep bukan sesuatu yang mudah, harus ada dalam suatu kombinasi yang tepat antara minyak dan airnya yang mengakibatkan bisa diserap kandungannya oleh s. corneum Krim/salep jauh lebih lama tahan nya di kulit dibanding gel, antara salep dan gel ada perbedaan yang beda dalam komposisinya, obat yang di salep lebih tahan lama karena kandungan airnya lebih sedikit ketimbang yang gel Sel-sel yang ada di kulit tidak mengeluarkan energi, namun karena adanya sifat dari obatnya yang mengakibatkan obat tersebut dapat masuk/ tembus s.corneum Untuk meningkatkan penyerapan obat yang dioleskan pada kulit, seringkali digunakan teknik oklusif. Teknik oklusif ini melibatkan penutupan area yang diobati dengan bahan seperti plastik, sehingga menciptakan kondisi yang lembap dan hangat. Kondisi ini dapat meningkatkan permeabilitas kulit terhadap obat. Selain itu, penggunaan teknologi seperti laser juga dapat meningkatkan absorpsi obat dengan cara membuat pori-pori kulit terbuka lebih lebar, sehingga obat dapat lebih mudah menembus ke lapisan kulit yang lebih dalam. Semakin banyak air di s.corneum maka semakin baik karena hal itu bakal ngebuat stratum corneum nya terhidrasi, jadinya penyerapannya melalui percutaneous jadi lebih baik Metabolisme obat topikal 1. Jika melalui jalur transdermal, kelebihannya bisa melewati metabolisme pertama, kalau minum obat secara per oral sebelum didistribusikan oleh tubuh, tubuh akan masuk ke hepar dan akan dimetabolisme dulu, kalau secara topikal kelebihannya adalah tidak harus di metabolisme di hati dulu, dan dapat langsung menembus kulit (langsung kerja). 2. Tapi… epidermis ini dapat berisi enzim-enzim yang berperan dalam memetabolisme obat Contoh enzim nya: salah satu yang cukup terkenal tu glutation Nah, sekarang sudah banyak kan skincare yang mengandung glutation, seperti yang stephanie tanyakan pada kuliah dr. Maria. Tapi ingat yaa, lebih bijak dalam menggunakan skincare, sesuaikan budget dan yang dibutuhkan oleh kulit. CMIIW Ini jalur masuk nya obat Obat yang diberikan akan diserap oleh tubuh, kemudian didistribusikan ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Setelah mencapai jaringan target, obat akan melakukan efek farmakologisnya. Setelah itu, obat akan dimetabolisme di hati dan akhirnya diekskresikan dari tubuh. yang perlu diperhatikan : 1. kondisi dari kulit ( kulit yang sedang terinfeksi adalah kulit yang sangat bagus untuk menyerap obat, barrier nya rusak jadi lebih mudah diabsorpsi obatnya 2. sifat kimia obat ( obat dengan berat molekul yang kecil lebih mudah diserap kulit, kalau lebih besar lebih sukar diabsorbsi kulit) 3. Bahan-bahan lain yang membuat obat itu berbentuk salep/gel (vehicle) nah bahan pengisi itu sebagian besar juga menentukan adsorpsi obat, lemak=mudah absorpsi, kalau air butuh transeluler 4. Berapa banyak obat yang melewati kulit 5. Target kerja obat, misalnya ada jerawat nah pake salep gentamicin targetnya berarti ada di jerawat tersebut 6. Faktor genetik 7. adverse effect (efek obatnya tu mau yang sistemik atau lokal) kalau salep ada rasa lengket, soalnya ada minyak nya kadang malah buat koneng di baju sekarang ada banyak obat yang sebenarnya dosisnya kecil tapi harus diberikan secara terus menerus contohnya (patching) Struktur Kulit yang Terlibat Stratum corneum: Lapisan paling luar kulit, terdiri dari sel-sel mati yang rapat dan berfungsi sebagai penghalang utama masuknya zat asing ke dalam tubuh. Viable epidermis: Lapisan kulit di bawah stratum corneum, terdiri dari sel-sel hidup yang terus-menerus beregenerasi. Dermis: Lapisan kulit yang lebih dalam, mengandung pembuluh darah, saraf, kelenjar keringat, dan folikel rambut. Hypodermis: Lapisan lemak di bawah dermis yang berfungsi sebagai bantalan dan isolasi. Proses Penyerapan Obat 1. Vehicle (Kendaraan): Obat topikal umumnya diformulasikan dalam suatu basis atau kendaraan (misalnya krim, gel, salep) yang berfungsi sebagai pembawa obat dan membantu penetrasi obat ke dalam kulit. 2. Penetrasi: Obat berpenetrasi melalui stratum corneum, lapisan yang paling sulit ditembus. Proses ini dapat terjadi melalui celah-celah antar sel atau melalui sel-sel stratum corneum itu sendiri. 3. Permeation: Setelah melewati stratum corneum, obat akan berdifusi melalui lapisan epidermis yang lebih dalam. 4. Resorption: Obat yang telah mencapai dermis akan diserap oleh pembuluh darah atau pembuluh limfa dan kemudian didistribusikan ke seluruh tubuh. Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Obat Sifat fisikokimia obat: Kelarutan, ukuran molekul, dan koefisien partisi obat akan mempengaruhi laju penetrasi. Karakteristik kulit: Ketebalan kulit, kadar air, suhu kulit, dan kondisi kulit (misalnya adanya luka) akan mempengaruhi penyerapan obat. Formulasi obat: Jenis basis, konsentrasi obat, dan adanya zat tambahan dalam formulasi dapat mempengaruhi pelepasan dan penetrasi obat. terdiri dari 2 hal Obat topikal 1. Dilihat dari bahan aktifnya 2. Vehicle (bahan pengisi nya) bagaimana cara mengisi bahan pengisi 1. tergantung bahan aktifnya contohnya gentamisin pastikan based nya itu dan dicampur bahan lain agar bisa diabsorbsi cukup bagus dan bertahan 2. bagaimana bahan pembawa bisa menghidrasi s.corneum 3. interaksi kimia dan fisika 4. stabilitas terapeutik agen kalau obat golongan membasmi mikroba dia butuh waktu lebih lama nyerapnya Respon farmakologi suatu obat pada kulit faktor determine 1. Variasi regional penetrasi obat - setiap kulit untuk absorbsinya sendiri berbeda-beda tergantung ketebalan kulitnya, misalnya di telapak kaki dan muka jelas beda, perbedaan tempat kulit juga akan mempengaruhi respon fisiologi dari obatnya 2. Konsentrasi bahan 3. Jadwal pemberian dosis (nah ini nantinya bakal mempengaruhi ke tingkat kepatuhan minum obat) 4. Vechicle dan oklusi (teknik yang digunakan untuk meningkatkan penyerapan obat melalui kulit) Vehicle 1. Tincture (misalnya minyak gosok cap kapak, minyak kayu putih) nah dua minyak oles ini sediaannya cair tapi bisa memberikan rasa hangat ke tubuh 2. wet dressing tambah lapisan (misalnya sudah dioles obat kasih kasa, di satu sisi bisa meningkatkan absorpsi obat namun kekurangannya bisa meningkatkan infeksi 3. Lotion 4. Gel 5. Aerosol 6. powders 7. pasta 8. cream 9. salep ada beberapa patogen: yang paling banyak - staphylococcus aureus - streptococcus pyogenes - Propionibacterium acne - Candida sp (jamur) - Herpes Virus Family (Herpes simplex tipe 1 dan 2) - Parasit : pediculus humanus, Pthirus pubis, Sarcoptes scabiei (parasit yang sering menyebabkan skabies), dan Cutaneous larva migran - Bakteri yang paling sering menginfeksi adalah yang 2 teratas, infeksi yang disebabkan oleh bakteri tersebut dapat menimbulkan misalnya ada folikulitis, selulitis, - Infeksi dari patogen-patogen yang telah disebutkan menjadi lebih infektif ketika menginfeksi orang dengan gejala imun, topical antibacterial agents 1. Bacitracin 2. Gramicidin - Dua obat diatas yang telah disebutkan digunakan untuk indikasi infeksi bakteri gram positif 1. Polymyxin B 2. Neomycin 3. Gentamicin - Tiga obat yang telah disebutkan diatas digunakan untuk indikasi infeksi bakteri gram negatif bacitracin dan gramicidin Bacitracin : mengganggu pembentukan dinding sel, jarang digunakan sendiri biasanya kalau salep digunakan dengan bahan lain dan biasanya ditambahkan antiinflamasi, - Spectrum : Bacitracin ini dipakai untuk bakteri gram positif - Frekuensi penggunaanya dapat dikombinasikan dengan berbagai agen (seperti polymyxin B dan neomycin) dia dibuat secara topikal, agar efek sistemiknya tidak terlalu nampak kalau sistemik malah bisa mengakibatkan gangguan ginjal - Penggunaan/sediaannya : ada dalam bentuk salep, krim, dan aerosol - Biasanya agen anti inflamasi dapat ditambahkan hidrokortison Gramicidin anti infeksi yang digunakan dalam obat topikal dan sistemik itu beda, kalau pada kegunaan topikal jenis obat nya (ionofor) dia bisa bekerja seperti melubangi sel dan bekerja seperti kanal ion, sehingga akan terjadi pertukaran ion dan lingkungan dengan bagian dalam bakteri, kalau tidak pas bakterinya mati gramicidin penggunaanya hanya pada sediaan topikal kalau sistemik dia toxic pada ginjal polymixin B - Spectrum : polymycin B ini dapat digunakan pada bakteri gram negatif (seperti P. aeruginosa, e.coli, enterobacter, dan klebsiella) - Dia bekerja dengan cara memecah membran sitoplasma yang nantinya akan mengakibatkan kematian bakteri - Bisa digunakan secara sistemik, namun efek samping nya cukup berbahaya sehingga banyak digunakan dalam sediaan topikal. Obat-obat kek yang 3 sudah disebut ini, kalau sistemik malah toxic - efek samping :bisa mengakibatkan nefrotoksisitas, dan neurotoksisitas neomycin dan gentamicin Dua obat ini termasuk ke dalam antibiotik aminoglikosida yang akan menghambat sintesis ribosom 30 s, yang gunanya untuk bekerja merangkai protein pada waktu translasi kalau ribosom nya terganggu maka proteinnya tidak akan terbentuk, biasanya dibuat dalam sediaan topikal - Spectrum : neomycin dan gentamycin ini digunakan pada bakteri gram negatif - Gentamycin ini sendiri lebih aktif pada bakteri Staphylococci dan pada kelompok alfa dan beta pada bakteri Streptococcus - Pasien dengan penyakit ginjal, penggunaanya akan menyebabkan akumulasi dimana hal tersebut akan menyebabkan penyakit seperti nefrotoksisitas, neurotoksisitas, dan ototoxixitas Obat antibakteri yang digunakan pada jerawat 1. Clindamycin 2. Eritromycin 3. Metronidzole 4. Sodium sulfacetamide clindamycin - Vehicle hidroalkohol (zat pembawa yang digunakan untuk meningkatkan kelarutan di air dan yang tidak larut di air) dan formulasi busa dapat menyebabkan kulit kering dan iritasi, dengan keluhan seperti terbakar dan menyengat - sama seperti aminoglikosida dari golongan glikosamid, sering dibuat dalam sediaan gel atau lotion dan jarang mengakibatkan alergi. Dermatitis kontak tidak muncul pada penggunaan clindamycin secara topikal ini - pada pemberian sistemik dan topikal yang terlalu lama (pseudo) akibat pemakaian clindamycin dapat mengganggu flora normal yang ada di usus, ada berbagai jenis kuman awalnya komensal namun pada akhirnya tidak terkendali sehingga dapat mengakibatkan diare yang cukup parah, kalau sudah diare hentikan penggunaan clindamicin nya - Clindamycin dapat disediakan menggunakan kombinasi dengan obat gel topikal dengan benzoil peroksida dan tretinoin metronidazole - Efektif pada pengobatan/penanganan rosacea (inflamasi pada area tertentu pada area kulit yang ditandai dengan warna kulit yang kemerahan) - Penggunaan secara topikal pada ibu hamil, ibu menyusui dan anak-anak tidak direkomendasikan (ini jujur aku ragu, kalau cari dari artikel ada yang menyatakan kalau penggunaan nya tu boleh-boleh aja asal ada saran dari dokter, tapi kalau teman-teman ada yang paham boleh hubungi tentir yaa) - Efek penggunaan secara lokal kurang bagus, dengan formulasi gel yang kandungan airnya lebih dominan, hal ini bisa menyebabkan kulit kering, kulit terasa panas, dan ada rasa menyengat pada kulit - Jika kandungan air nya lebih sedikti dikurangi, nah ini setidaknya jadi lebih baik - biasanya bagus untuk infeksi kuman anaerob atau protozoa tertentu, tapi juga bisa digunakan pada infeksi jerawat - cara kerjanya reaktif oksigen spesies, membunuh langsung agen infeksinya dan adanya antiinflamasi juga berperan dengan cara bekerja dengan neutrofil eritromisin - menghambat sintesis ribosom 50s, bisa digunakan pada jerawat propionibacterium bakteri acne, kalau berlebihan maka flora normal pada kulit bisa tidak normal sehingga dapat mengakibatkan infeksi staphylococcus - Reaksi lokal pada eritromicin memiliki dampak yang kurang bagus, seperti akan menimbulkan sensasi panas dalam pengaplikasiannnya, dan dapat menyebabkan kulit kering dan iritasi - Penggunaan eritromicin dapat dikombinasikan dengan benzoil peroksida untuk pengobatan topikal pada jerawat ada 2 jenis terapi anti jamur : 1. derivatiazol (topikal dan sistemik) (mengganggu sintesis sterol) 2. griseofulvin (oral) menghambat pembentukan hifa dari jamur Adapun obat-obat yang masuk ke dalam derivat azol : 1. Clotrimazole 2. Econazole 3. Ketonacozole 4. Miconazole 5. Oxiconazole 6. Sulconazole derivat azol - mengganggu permeabilitas dari dinding sel jamur dengan cara mengganggu sintesis dari sterolnya - digunakan bila sudah pasti kena infeksi jamur - pemberian secara sistemik dapat mengakibatkan gangguan pada liver function test - Efektif penggunaannya pada reaksi sistemik mikosis, mucocutaneous candidiasis, dan infeksi lain yang menyerang cutaneous - sediaan topikalnya cukup aman - pemberian obat kalau bisa agak jauh dari batas yang terinfeksi, karena jamur itu miselium nya dapat menembus sampai jauh, jadi harapannya kalau pemberiannya jauh dapat benar-benar membunuh infeksi jamur - lama pemberiannya: misalnya kalau ada gejala gatal, nah kalau sudah tidak gatal, berikan lebih lama dari gejalanya obatnya biar benar-benar memastikan infeksi jamur nya ga ada lagi - ciclopirox olamine : digunakan pada tines versicolor - Naftifine dan terbinafine : digunakan pada tinea pedis, tinea cruris, dan tinea corporis - Tolnaftate - Nystatin dan ampotericin B - Penggunaan dua obat ini hanya pada infeksi jamur Candida albicans - Tersedia dalam sediaan topikal, oral, dan vaginal - kurap atau kudis selain diberikan gol azol, bisa juga berikan ciclopirox - ada beberapa jamur yang suka di area kelenjar sebasea, - ciclopirox : mengganggu enzim katalase dan perokdidase jamur - tolnaftate : menghambat enzim skualen epoksidase yang berguna untuk membentuk ergosterol - terbinafine bisa juga digunakan pada infeksi fungi akibat candida oral agents Derivat azol - fluconazole dapat digunakan juga untuk infeksi pada candida vaginalis Griseofulvin - Efektif pada jamur epidermophyton, microsporum, dan trichophyton - Penggunaan berkepanjangan dapat digunakan 4-6 minggu untuk rambut 6 bukan untuk kuku tangan 8-18 minggu untuk kuku kaki Memiliki banyak efek samping - pada orang dengan gangguan hepar untuk sistemik nya bisa diberikan griseofulvin, dan terapinya bisa lebih lama, misalnya infeksi jamur pada kuku bisa sampai 8 bulan, karena penggunaan jangka panjang maka banyak efek samping yang tidak diinginkan, - terbinafine efektif pada onkomikosis (ringworm pada kuku) 6 minggu untuk kuku jari tangan 12 minggu untuk kuku kaki Topikal antiviral oro labial dan dental (tipe 1) dulu penggunaannya dipisah, namun kalau sekarang sudah nyampur Oro labial digunakan untuk bibir Dental untuk gigi 1. acyclovir 2. valasiklovir 3. Penciclovir 4. Famciclovir Ketiga obat diatas, kerjanya dengan cara menghambat sintesis guanin dengan menghambat aktivitas agen virus herpes pada replikasi virus nya Penggunaan salep dan krim dapat digunakan oro labial pada infeksi herpes simplex ektoparasit pediculus humanus dapat menggunakan permethrin (salep warna putih) aplikasikan selama 10 menit dan bilas dengan air hangat skabies : terowongan (gatal malam), aplikasikan ke seluruh tubuh dan kontaknya tidak boleh hilang sampai 14 jam, permetrin : mendistrak membran dan perlu diulang pemberiannya, permetrin hanya bisa membunuh kutu dewasa Lindane sekarang sudah dihindari soalnya bisa diserap kulit sehingga dapat mengakibatkan neurotoksisitas dan hematotoksisitas sulfur (belerang) CLM : yang bisa terinfeksi adalah orang-orang yang kontak langsung dengan cacing tambang, disebut migran karena bisa bermigrasi, gunakan obat-obatan anti helminth alhamdulillah selesai Penjelasan warna stabilo 1. Kuning : artinya penting untuk diingat 2. Biru Tosca : cukup penting untuk diingat 3. Kuning pucat :nice to know 4. Warna merah pucat : indikasi kekurangannya

Use Quizgecko on...
Browser
Browser