Filsafat Pendidikan Dasar Islam (PDF)
Document Details
Uploaded by Deleted User
IAIN Kediri
Deva Aulia Rafifa, Fajarul Azizah, Runna Hikmatur Rohmah
Tags
Summary
This document discusses the history of Islamic education philosophy, starting from the era of the Prophet Muhammad. It covers the early period of Islam, including the Prophet's methods and the development of Islamic thought. It examines different periods and key figures, with a focus on the principles and practices of Islamic education.
Full Transcript
1 HISTORITAS FILSAFAT PENDIDIKAN DASAR ISLAM Deva Aulia Rafifa1, Fajarul Azizah2, Runna Hikmatur Rohmah3 [email protected], [email protected], [email protected] Pendahuluan Historitas filsafat pendidikan dasar islam secara garis besar dinamika sejarah fils...
1 HISTORITAS FILSAFAT PENDIDIKAN DASAR ISLAM Deva Aulia Rafifa1, Fajarul Azizah2, Runna Hikmatur Rohmah3 [email protected], [email protected], [email protected] Pendahuluan Historitas filsafat pendidikan dasar islam secara garis besar dinamika sejarah filsafat pendidikan islm di mulai bersamaan dengan munculnya agama islam. Agama islam muncul pada abad ke 7 masehi sehingga filsafat pendidikan islam pun juga berkembang seiring dengan kebangkitan kemunculan agama islam itu sendiri, artinya secara preodesasi maka historitas filsafat pendidikan islam di mulai sejak era Rasulullah SAW. Filsafat pendidikan Islam bisa dibilang telah memiliki warisan berkelanjutan yang dapat ditelusuri kembali ke zaman klasik dan meskipun narasi dan kesimpulan dari diskusi ini bisa sangat berbeda, bahkan kontras. Pemikiran - pemikiran aliran pendidikan berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan yakni pemikiran-pemikiran terdahulu yang selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir berikutnya, karena dialog tersebut akan melahirkan pemikiran - pemikiran baru dimana proses ini merupakan verifikasi ilmu pengetahuan. Ada tiga disiplin ilmu yang membantu filsafat pendidikan, yaitu: Etika atau teori tentang nilai, Teori ilmu pengetahuan atau epistimologi, dan Teori tentang realitas atau kenyataan. Filsafat pendidikan dasar islam pada masa rasulullah Rasulullah Saw. lahir dan dibesarkan di tanah Mekkah. Kondisi masyarakat pada zaman Rasulullah masih dikenal sebagai bangsa nomaden yang erat dengan fanatisme kesukuan yang tinggi. Karakteristik orang Mekkah adalah kasar, keras dan temperamental. Kebiasaan masyarakat Arab jauh dari nilai moral sebagai manusia, mereka suka 2 berjudi, minum khamr, berzina, perusuhan / pertikaian antar suku, dan membunuh anak perempuan hidup-hidup karena malu dengan yang lain. Agama yang dianut oleh masyarakat Arab sebelum hadirnya Islam adalah Yahudi, Nasrani dan Paganisme/agama nenek moyang. Rasulullah Saw. telah disiapkan oleh Allah Swt. sebagai utusan yang akan menyeru perintahnya di bumi sehingga dengan lingkungan jahiliyyah beliau tidak larut dalam kondisi dan keadaan tersebut dan teguh dengan pendiriannya. Beliau berkhalwat dan mendekatkan diri kepada Allah Swt. untuk berdoa meminta rezeki dan penngetahuan. Rasulullah Saw. sering berkhalwat dan mendapat wahyu pertama di Gua Hira di Mekkah tahun 6100 M, pada saat itu, QS. Al- Alaq: 1-5 yang menyeru kepada manusia agar membaca.1 Dalam surah al alaq menjelaskan bahwa pentingnya ilmu pengetahuan bagi manusia. Ayat ini menyerukan kepada semua manusia untuk sebanyak mungkin mencari ilmu. Pendidikan islam pada masa Rasulullah SAW. ada 2 periode antara lain sebagai berikut.2 Periode Mekkah Pada periode mekkah ini islam pertama kali datang di Mekkah yang harus di benahi tentu saja adalah akidah nya dan dari sisi ketauhitan harus diperkuat terlebih dahulu karena agama itu harus diawali di dalam diri sendiri berawal dari dalam hati keimanan kemudian bisa di perluas dan dipertajam pada urusan urusan yang lain. Dan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. adalah pelaku utama dari kajian filsafat pendidikan islam pada masa awal kemunculan islam. Filsafat pendidikan islam yang ada saat itu lebih mengarah kepada penguatan ketauhitan, penanaman akidah, dan juga bagaimana nilai-nila dasar keislaman yang harus di pegangi. Ada tiga tahapan pendidikan pada zaman Rasulullah di Makkah, yaitu. Pendidikan perorangan yang dilakukan secara rahasia, ketika turun QS. Al-Muddatsir: 1-7 Rasulullah memulai tugasnya untuk menyampaikan wahyu dari Allah. Penyampaian tersebut beliau mulai 1 Hamim Hafiddin, ‘Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah’, TARBIYA: Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, 1.1 (2015), pp. 17–30. 2 Karunia Hazyimara, Syamsuddin, and Usman, ‘Sejarah Pendidikan Islam: Pertumbuhan Dan Pembinaan Pada Awal Islam’, SETYAKI : Jurnal Studi Keagamaan Islam, 1.2 (2023), pp. 35–42, doi:10.59966/setyaki.v1i2.252. 3 dari keluarga dan sahabat- sahabatnya secara sembunyi-sembunyi karena kondisi sosial-politik yang belum stabil. Beliau memulai dari keluarganya yang terdiri dari Siti Khadijah, Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Tsabit, dan kemudian beliau sampaiakan kepada sahabat-sahabatnya. Rasulullah memusatkan dakwah sembunyi-sembunyi ini di rumahnya dan di rumah Arqam bin Abil Arqam, yang dipandang aman dan terlindung dari penglihatan kaum Quraisy. Pada tahap awal ini Rasulullah Saw. menyampaikan dengan metode ceramah yang di dalamnya terdapat nasehat berkaitan akhlak dan ibadah yang kemudian dipraktekkan oleh keluarga dan sahabatnya. Rasulullah Saw. memberikan nasehat agar dasar-dasar atau pokok-pokok agama Islam dapat menambah keimanan sahabatnya. Menyeru dan mengajak Bani Abdul Muthalib, pada tahap ini jumlah sahabat bertambah banyak sehingga memberanikan Rasulullah untuk berdakwah kepada Bani Abdul Muthalib. Selain atas dasar tersebut, Allah Swt. berfirman pada QS. Al-Syu’ara: 214-215 yang memerintahkan untuk berdakwah pada kerabat terdekat. Rasulullah Saw. dalam berdakwah di Bani Abdul Muthalib mendapat kecaman dari sebagian keluarganya. seperti Abu Lahab dan istrinya. Pada tahap ini Rasulullah Saw. mengumpulkan Bani Abdul Muthalib di bukit Shafa. Pemindahan tempat ini salah satunya dilatar belakangi oleh rumah Arqam bin Abil Arqam yang sudah diketahui oleh kaum Quraisy sebagai pusat penyebaran dan pendidikan Islam. Seruan dan ajakan secara umum, pada tahap ketiga ini turun QS. Al-Hijr: 94 memerintah untuk dakwah secara terang-terangan. Rasulullah Saw. menyeru tanpa pandang untuk orang- orang masuk Islam. Pada musim haji pun Rasulullah mendatangi satu per satu tenda jamaah untuk membicarakan agama dan menyampaikan seruan Islam, tetapi seruan tersebut tidak serta merta diterima, beberapa dari mereka menolak. Seruan yang dilakukan Rasulullah Saw. dan sahabat ini diterima oleh kabilah Khazraj dari Yastrib secara antusia.Materi pendidikan yang disampaikan Rasulullah Saw. pada mulanya berorientasi untuk mengembalikan agama Tauhid yang dibawa nabi Ibrahim as. Materi yang disampaikan fokus pada pendidikan tauhid sehingga ajaran yang telah diselewengkan oleh kaum Jahililiyyah dapat dimurnikan kembali, yaitu pada ajaran Islam. Nilai- nilai ketauhidan yang terkandung QS. Al-Fatihah ayat 1-7 yang menjadi 4 salah satu materi ketauhidan pada masa Rasulullah Saw. yaitu Allah Swt. adalah pencipta seluruh alam Allah Swt. telah melimpahkan rezeki-Nya di alam ini, Allah Swt. adalah pemilik hari kiamat, Allah Swt. sebagai satu-satunya sesembahan, tiada Tuhan selainNya. Rasulullah Saw. mengajarkan baca-tulis Al-Qur’an, hafalan Al-Qur’an dan isi kandungan Al-Qur’an. Dengan mempelajari ilmu Al-Qur’an tersebut diharapkan umat Muhammad Saw. mengerti dan memahami isi Al-Qur’an. Pengajaran Rasulullah Saw. kepada para sahabatnya juga ditujukan agar para sahabat dapat menghafalkan firman-firman Allah Swt. yang merupakan petunjuk bagi manusia. Melalui penghayatan dari firman Allah Swt. tersebut dapat mengantarkan pada kemuliaan. b. Periode madinah Pendidikan di Madinah dikembangkan pada aspek ekonomi, politik dan pendidikan sosial. Tujuan pendidikan periode Madinah adalah untuk membina kader Islam yang diarahkan dapat membina aspek-aspek kemanusiaan dalam mengelola dan menjaga kesejahteraan alam semesta. Awal kedatangan Rasulullah SAW. yang disambut dengan ramah dan gembira sudah menjadi nilai beda dari kondisi Mekkah yang penuh kebencian. Materi pendidikan periode Madinah ini tidak terbatas pada pendidikan tauhid tetapi pada pendidikan sosial dan politik, tanpa menghilangkan landasan tauhid/akidah. Pendidikan ini mengarah pada kehidupan manusia di dunia sehingga dapat mencapai kesempurnaan kehidupan dunia secara individu maupun sosial. Awal kedatangan Rasulullah Saw. di Madinah, program pertamanya adalah membangun masjid yang digunakan sebagai sentral pendidikan umat Islam. Selain untuk beribadah dan melakukan proses belajar-mengajar, di masjid tersebut disediakan ruangan untuk Rasulullah Saw. istirahat dan juga kaum Muhajirin yang tidak mampu membangun tempat tinggal. Periode Madinah ada upaya upaya dari Rasulullah SAW. memberikan pemahaman yang lebih jelas dengan syariat islam, terkait dengan bagaimana hablumminallah yang baik hablumminannas dulunya yang berkaitan dengan muamalah dan beberapa hal yang harus dipelajari. Tidak hanya dari sisi akhidah islamiah saja tetapi juga bagaimana 5 bermuamalah dengan sesama umat islam dengan orang lain yang bukan islam juga menjadi teladan bagi umat umat setelahnya.3 Filsafat pendidikan dasar islam pada masa khulafaur rasyidin Setelah meninggalnya Rasulullah SAW, pendidikan Islam dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin. Pendidikan Islam pada masa ini dibagi menjadi empat periode, yaitu: periode Khalifah Abu Bakar as- Siddiq, periode Khalifah Umar bin Khatab, periode Khalifah Usman bin Affan dan periode Ali bin Abu Thalib.4 1. Periode Khalifah Abu Bakar as- siddiq (11-13 H / 632 -634M) Nama lengkap dari Abu Bakar adalah Abdullah bin Abi Quhafa At-Tamimi. Beliau merupakan sahabat yang utama, juga termasuk dalam golongan assabiqunal awwalun, yaitu orang-orang yang pertama memeluk agama islam. Saat Rasulullah hendak wafat, beliau menunjuk Abu Bakar untuk menggantikan menjadi imam shalat. Selain itu, pada Q.S. At-Taubah : 40 juga menjelaskan kemuliaan Abu Bakar. Oleh karena itu, Abu Bakar As-Siddiq, dilantik oleh seluruh komunitas muslim sepeninggal nabi Muhammad SAW. menjadi khalifah islam pertama sebab shalat merupakan kegiatan agama terpenting, juga para sahabat telah bersepakat bahwa Abu Bakar ialah orang yang di maksud dalam ayat Al Qur’an itu. Tempat kaum muslim melantik Abu Bakar menjadi khalifah adalah di Saqifah Bani Sa‟idah. Masa kekhalifahan Abu Bakar penuh dengan pemberontakan orang-orang murtad, orang-orang yang mengaku sebagai nabi, dan orang-orang yang tidak mau membayar zakat. Abu Bakar berupaya menumpas mereka dengan mengirimkan pasukan ke Yamamah. Hal ini berdampak pada banyaknya umat islam yang gugur, termasuk para sahabat yang merupakan hafiz Al-Qur'an. Maka dari itu, Umar bin Khattab menyarankan pada Khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an. Pengumpulan Al-Qur'an ini adalah 3 https://youtu.be/qaRbFeQuWPE?si=pe8BYYxXB1hem9gZ 4 Erfinawati, Zuriatin, and Rosdiana, ‘Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin (11-41 H/632-661 M)’, Jurnal Pendidikan Ips, 9.1 (2019), pp. 29–40, doi:10.37630/jpi.v9i1.172. 6 salah satu jasa terbesar pada masa Khalifah Abu Bakar. Lembaga pendidikan pada masa Abu Bakar tidak jauh beda dari masa Rasulullah, akan tetapi sudah mengalami banyak perkembangannya dari segi kuantitas maupun kualitas. Yang pertama adalah kitab. Materi pembelajaran pada fase ini meliputi membaca dan menulis; membaca Al- Qur‟an dan menghafalnya; Pendidikan keimanan; Pendidikan akhlak; Pendidikan ibadah; Kesehatan. Yang kedua adalah masjid. Materi yang disampaikan adalah Al-Qur‟an dan tafsirnya, Hadits dan syarahnya, Fiqih (tasyri’). 2. Periode Khalifah Umar bin Khattab (13-23 H/634-644 M) Beliau merupakan sahabat yang mulia, mendapat penghormatan yang tinggi dari umat muslim, juga menjadi tangan kanan pada masa Khalifah Abu Bakar. Sebelum menginggal pun, Abu Bakar telah menunjuk Umar untuk menjadi penerusnya agar tidak terjadi perpecahan dalam umat islam seperti pada zaman Rasulullah wafat. Khalifah Umar mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap daerah yang ditaklukkan, meliputi semenanjung Arabia, Palestina, Syiria, Irak, Persia dan Mesir untuk mengajarkan mengajarkan isi Al-Qur'an dan ajaran Islam kepada penduduk yang baru masuk Islam. Selain itu, Khalifah umar juga mengangkat panglima dan gubernur yang memiliki ilmu agama yang luas, mereka juga adalah ulama.Dalam bidang pendidikan, Khalifah Umar membangun tempat-tempat pendidikan (sekolah), menggaji guru- guru, imam, muazzin dari dana baitul mal. Beliau juga merupakan pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di kota Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di masjid-masjid dan pasar pasar, serta mengangkat guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukkan. 7 Mereka bertugas mengajarkan isi Al-Qur’an, fiqih, dan ajaran Islam lainnya kepada penduduk yang baru masuk Islam (Nizar, 2009:47). Mata pelajaran agama Islam pada masa khalifah Umar lebih maju dan lebih luas, serta lebih lengkap karena masa Umar bin Khattab negara dalam keadaan stabil dan aman, menjadikan masjid sebagai pusat pendidikan, juga telah terbentuk pusat-pusat pendidikan di setiap kota. 3. Usman Ibn Affan (23-36 H/644-656 M) Ahli sejarah membagi masa pemerintahan Usman ibn Affan pada dua periode. Enam tahun pertama pemerintahan yang gemilang dan enam tahun kedua pemerintahan yang kacau. Periode pertama ditandai dengan keberhasilan menguasai banyak daerah. Banyaknya negara-negara baru yang dikuasai pada masa pemerintahan Usman bin Affan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan pendidikan Islam karena semakin banyak pula mualaf yang membutuhkan pendidikan dasar islam. Prestasi gemilang yang dicapai pada masa ini adalah pembukuan Al-Qur'an. Enam tahun pertama kekhalifahan Usman bin Affan, pendidikan Islam mengalami perkembangan dan kemajuan yang pesat, sedangkan pada enam tahun terakhir masa pemerintahan Khalifah Usman bin Affan pendidikan Islam tidak mengalami kemajuan yang berarti. Hal ini terjadi karena banyaknya persoalan-persoalan sosial politik yang pada akhirnya pemerintahan Khalifah Usman bin Affan mengalami kekacauan, pemberontakan, hingga terbunuhnya Khalifah Usman. 8 4. Ali Ibn Abi Tholib (36-41 H/656-661 M) Sepeninggal Usman bin Affan, sebagian umat muslim menginginkan Ali bin Abi Tholib untuk menjadi khalifah keempat. Yang awalnya menolak, Ali menerima untuk dijadikan khalifah karena terdesak. Tetapi juga ada pihak yang tidak menyetujui pengangkatan Ali sebagai Khalifah, yaitu keluarga terdekat Khalifah Usman, bani Umayyah. Hal tersebut dikarenakan Ali memecat pejabat penting yang diangkat Usman. Di sisi lain, Ali juga menghadapi tantangan yaitu datangnya dari Aisyah, Thalhah dan Zubeir yang menentang Ali karena Ibnu Zubeir berambisi menjadi khalifah yang berakhir dengan kemenangan Ali pada perang jamal. Selanjutnya Ali menghadapi tantangan muawiyah pada tempat bernama shiffin (perang shiffin). Dalam peperangan tersebut pasukan Ali hampir memperoleh kemenangan, namun dalam pasukan Muawiyah terdapat seorang ahli politik yang sangat lihai, beliau mengusulkan supaya pasukan Muawiyah mengangkat mushaf Al-Qur'an tinggi-tinggi ke atas dengan ujung tombak sebagai ajakan damai. Dicapailah perundingan damai (tahkim). Dalam peristiwa tahkim pasukan Ali terkalahkan oleh kelicikan Amru bin Ash di pihak Muawiyah bin Abi Sofyan. Karena tidak setuju dengan tahkim sebagian pasukan Ali keluar dari barisan Ali dan membentuk kelompok tersendiri yang dalam sejarah dikenal dengan nama golongan Khawarij. 9 Menurut golongan Khawarij, siapa saja yang terlibat dalam peristiwa tahkim adalah kafir, maka mereka berusaha untuk membunuh Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abu Sofyan dan Amru bin Ash. Karena Ali tidak pernah menggunakan pengawal pribadi, salah seorang Khawarij yang bernama Abdurrahman bin Muljam berhasil menikam khalifah keempat ini pada Shubuh dini hari. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada masa Khalifah Ali bin Abi Tholib mendapat hambatan dan gangguan walaupun tidak terhenti sama sekali karena beliau tidak sempat lagi memikirkan masalah pendidikan. Perhatian Khalifah Ali ditumpahkan pada jaminan keamanan, ketertiban dan ketentraman dalam segala kegiatan kehidupan, yaitu mempersatukan kembali kesatuan umat, tetapi Ali tidak berhasil. Pelaksanaan pendidikan pada masa Ali tidak jauh berbeda dengan masa Nabi, yang menekankan pada pengajaran baca tulis dan ajaran-ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan Sunnah Rasul. 5 Filsafat pendidikan dasar islam pada masa klasik (Dinasti Umayyah dan Abbasiyah) Khalifah Umayyah memulai perluasan Islam ke wilayah barat dimulai dari penaklukan Afrika Utara dan menyebrang ke Andalusia. Andalusia berhasil ditaklukkan pada tahun 711 M.1 Bani Umayyah berkuasa pada tahun 756-1031 M di Spanyol (Andalusia dan Kordoba). Didirikan oleh Abdurrahman ibn Marwan. Sebelumnya, Spanyol sudah ditaklukkan oleh tiga pahlawan Islam, yaitu Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Spanyol dan kota-kota penting lainnya jatuh ke tangan umat Islam. Sejak saat itu secara politik, Spanyol berada di bawah kekuasaan Khalifah Bani Umayyah. Untuk memimpin wilayah 5 Hasna Rizky Ramadhan and others, ‘Metode Discovery Learning Dalam Pembelajaran Sejarah Khulafaurrasyidin’, Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, 8.01 (2019), p. 143, doi:10.30868/ei.v8i01.357. 10 tersebut, pemerintah pusat yang berada di Dimaskus mengangkat seorang panglima atau gubernur. Ketika Dinasti Abbasiyah berkuasa, keluarga Bani Umayyah ditangkap dan dibunuh namun ada yang berhasil meloloskan diri dari usaha pengejaran dan pembunuhan tersebut. Dialah Abdurahman ibn Marwan. Setelah berhasil melepaskan diri dari serangan Bani Abbasiayah, dia melarikan diri ke Spanyol atas perintah dari Yusuf bin Abdurrahman Al-Fikry (Umayyah I). Banyaknya pertentangan sesama kabilah Arab, membuat peluang Abdurrahman untuk menundukkan wilayah tersebut dan ia mendapat dukungan.6 Terjadi perlawanan antara Yusuf dan Abdurrahman yang kemudian dimenangkan Abdurrahman. Setelah itu, ia dapat mengalahkan Raja Roderick dan Ratu Julian dan berhasil mendirikan Kerajaan Umayyah II Andalusia dan bergelar Al-Dakhil (yang masuk ke Spanyol/ sang penakluk) dimenangkan Abdurrahman. Dinasti bani ummayah mencapai puncak kejayaan pada masa Abdurrahman an-Nashir (912-961 M) dan masih dipertahankan di bawah kepemimpinan Hakam II al-Mustanshir (961-976 M).7 Dinasti bani abassiyah didirikan karena melanjutkan dinasti bani ummayah. Dinamakan Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti tersebut adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan karena melanjutkan dinasti ummayah oleh Abdullah Al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abbas. Karakter Bani Abbassiyah berbeda dengan Bani Umayyah, karena Bani Abbasiyah mendapat pengaruh dari Persia dan dapat melunakkan kekerasan dari kehidupan Arabbia yang primitive itu, dan membuka jalan bagi suatu zaman baru yang ditandai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan pengajaran ilmu pengetahuan.Popularitas Dinasti 6 Dkk Daulay, Haidar Putra, ‘Masa Keemasan Dinasti Umayyah Dan Dinasti Abbasiyah’, Jurnal Kajian Islam Kontemporer (JURKAM), 1.2 (2020), pp. 72–77. 7 Daulay, Haidar Putra. 11 Abbasiyah mencapai puncaknya pada masa Khalifah Harun Al-Rasyid (786 M -809 M) dan putranya Al-Ma’mun (813-833 M).8 Filsafat Pendidikan Dasar Islam Pada Masa Kontemporer Filsafat pendidikan dasar islam pada masa kontemporer kata “kontemporer” sendiri mempunyai korelasi sangat erat dengan “modern”. Dua kata yang tidak mempunyai penggalan masa secara pasti. “komtemporer” adalah semasa, pada masa yang sama dan kekinian. Semenatara “modern” adalah kini yang sudah lewat, tapi bersifat relevansif hingga sekarang. Karena tidak ada kepermanenan dalam era kontemperer, modern yang telah lewat dari kekinian tidak bisa disebut kontemporer. Filsafat Kontemporer juga bisa diartikan dengan cara pandang dan berpikir mendalam menyangkut kehidupan pada masa saat ini. Filsafat kontemporer ini sering dikaitkan dengan posmodernisme, dikarenakan posmodernisme yang berarti “setelah modern” merupakan akibat logis dari zaman kontemporer.9 Eksistensi pendidikan Islam kontemporer saat ini berada pada zaman modernisasi dan globalisasi yang dituntut untuk berperan secara dinamis dan proaktif dengan intelektualitas dan religiusitas. Intektulitas seorang Islam saat ini tidak diragukan lagi kecerdasan ilmu pengetahuannya, apalagi didukung dengan teknologi yang sangat canggih. Namun hal perlu diimbangi dengan religiusitas dengan selalu mengedepankan dan mengamalkan pendidikan nilai dalam kehidupan sehari - harinya. Dalam konteks tersebut, merekontruksi pendidikan terutama dalam hal pendidikan nilai secara komprehensif dengan tujuan supaya terwujud pendidikan Islam yang mencerdaskan dan bermoral. 8 Serli Mahroes, ‘Kebangkitan Pendidikan Bani Abbasiyah Perspektif Sejarah Pendidikan Islam’, Tarbiya:Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, 1.1 (2015), pp. 77–108. 9 Muhammad M Qadafi UIN Sjech Djamil Djambek Bukittinggi Ridha Ahida UIN Sjech M Djamil Djambek Bukittinggi Ali Akbar UIN Sjech M Djamil Djambek Bukittinggi Alamat and others, ‘Sejarah Filsafat Ilmu Pada Abad Kontemporer’, Jurnal Ilmiah Research Student, 1.3 (2024), pp. 124–32. 12 Dalam konteks pembelajaran, pandangan pendidikan Islam saat ini bisa kita amati dari konsep pemikiran dengan ide mengharmonisasikan aspek spiritual, aspek mental, dan aspek moral dalam proses belajar mengajar. Maksudnya proses belajar memgajar yang diinginkan bersifat kreatif dan inovatif dengan memikirkan berbagai kondisi peserta didik atau murid. Tujuan dari pendidikan Islam adalah membimbing seorang umat dengan memberikan pengajaran, pelatihan, pengarahan, pengawasan, dan dengan memberikan contoh yang baik dengan merangkul semua usaha yang mengarah pada pembentukan manusia sebagai seorang hamba yang shalih ataupun sholihah.10 Sudut Pandang dari Kami Filsafat pendidikan dalam konteks dinasti Islam, seperti Dinasti Umayyah, Abbasiyah, dan masa Rasulullah, memiliki karakteristik unik yang mencerminkan perkembangan sosial, politik, dan intelektual.Filsafat pendidikan dalam ketiga dinasti tersebut menunjukkan evolusi dari fokus pada moral dan akhlak ke pengembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Ini menciptakan fondasi penting bagi pendidikan Islam yang terus berkembang hingga saat ini. 10 Maftukhah Maftukhah and Mukh Nursikin, ‘Epistemologi Pendidikan Nilai Ditinjau Dari Filsafat Pendidikan Islam Kontemporer’, Anwarul, 3.4 (2023), pp. 588–601, doi:10.58578/anwarul.v3i4.1242. 13 Penutup Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Filsafat pendidikan Islam menekankan pentingnya pendidikan sebagai sarana untuk membangun manusia yang berakhlak baik, berilmu pengetahuan, dan berperan aktif dalam masyarakat. Pendidikan Islam pada masa Nabi terbagi menjadi dua periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Pendidikan di Mekkah berlangsung dalam empat tahap yaitu tahap rahasia, Tahap menyeru dan mengajak Bani Abdul Muthalib, tahap umum, dan tahap Seruan ajakan secara umum. Sedangkan pendidikan di Madinah merupakan kelanjutan dari pendidikan Mekkah, yaitu Pendidikan di Madinah dikembangkan pada aspek ekonomi, politik dan pendidikan sosial. Pendidikan Islam pada masa Khulafaur Rasyiddin. Pendidikan Islam pada masa itu terbagi pada masa Khalifah Abu Bakar as-Siddiq, Khalifah Umar bin Khattab, Khalifah Utsman bin Affan, dan pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib. Penyelenggaraan pendidikan Islam pada masa Abu Bakar baik dari segi bahan ajar maupun perlengkapan pendidikan sama seperti Rasulullah saw. Pendidikan pada masa Umar bin Khattab mengalami kemajuan, materi pendidikan juga berkembang karena pemerintahan dalam keadaan stabil dan aman. Pada masa Utsman bin Affan terjadi keresahan sosial akibat ketidaksukaan umat saat Utsman mempercayakan urusan politik kepada sanak saudaranya, juga tidak ada perkembangan di bidang pendidikan. Pendidikan tidak berkembang pada masa Ali bin Abi Thalib karena adanya pemberontakan dan peperangan. Filsafat Kontemporer diartikan dengan cara pandang dan berpikir mendalam menyangkut kehidupan pada masa saat ini. Filsafat kontemporer ini sering dikaitkan dengan posmodernisme, dikarenakan posmodernisme yang berarti “setelah modern” merupakan akibat logis dari zaman kontemporer. Dalam penyusunan artiket ini, kami tentu menyadari bahwa dalam pembahasan masih terdapat kekurangan dari isi materi daan juga referensi. Dalam penulisan makalah inipun juga masih terdapat kekurangan, oleh sebab itu saran dan kritik sangat kami butuhkan guna memperbaiki makalah kami berikutnya. 14 DAFTAR PUSTAKA Hamim Hafiddin, ‘Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah’, TARBIYA: Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, 1.1 (2015), pp. 17–30. Karunia Hazyimara, Syamsuddin, and Usman, ‘Sejarah Pendidikan Islam: Pertumbuhan Dan Pembinaan Pada Awal Islam’, SETYAKI : Jurnal Studi Keagamaan Islam, 1.2 (2023), pp. 35–42, doi:10.59966/setyaki.v1i2.252. https://youtu.be/qaRbFeQuWPE?si=pe8BYYxXB1hem9gZ Erfinawati, Zuriatin, and Rosdiana, ‘Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin (11-41 H/632-661 M)’, Jurnal Pendidikan Ips, 9.1 (2019), pp. 29–40, doi:10.37630/jpi.v9i1.172. Hasna Rizky Ramadhan and others, ‘Metode Discovery Learning Dalam Pembelajaran Sejarah Khulafaurrasyidin’, Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, 8.01 (2019), p. 143, doi:10.30868/ei.v8i01.357. Dkk Daulay, Haidar Putra, ‘Masa Keemasan Dinasti Umayyah Dan Dinasti Abbasiyah’, Jurnal Kajian Islam Kontemporer (JURKAM), 1.2 (2020), pp. 72–77. Daulay, Haidar Putra. Serli Mahroes, ‘Kebangkitan Pendidikan Bani Abbasiyah Perspektif Sejarah Pendidikan Islam’, Tarbiya:Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, 1.1 (2015), pp. 77–108. Muhammad M Qadafi UIN Sjech Djamil Djambek Bukittinggi Ridha Ahida UIN Sjech M Djamil Djambek Bukittinggi Ali Akbar UIN Sjech M Djamil Djambek Bukittinggi Alamat and others, ‘Sejarah Filsafat Ilmu Pada Abad Kontemporer’, Jurnal Ilmiah Research Student, 1.3 (2024), pp. 124–32. Maftukhah Maftukhah and Mukh Nursikin, ‘Epistemologi Pendidikan Nilai Ditinjau Dari Filsafat Pendidikan Islam Kontemporer’, Anwarul, 3.4 (2023), pp. 588–601, doi:10.58578/anwarul.v3i4.1242.