Pengertian Logika dan Berpikir Kritis PDF
Document Details
Universitas Airlangga
Dr. Achmad Chusairi, MA, Dr. Johny Alfian Khusyairi, MA, Fahrul Muzaqqi, Saudara.IP., M.IP
Tags
Related
- Logika Informatika PDF
- Rancangan dan Proses Perkuliahan MK Logika & Pemikiran Kritis Semester Genap 2022/2023 PDF
- Rancangan dan Proses Perkuliahan MK Logika & Pemikiran Kritis Semester Gasal 2024/2025 PDF
- Logika (Part 2) PDF
- Logika dla informatyków - Materiały do zajęć - 2004
- Sistem Penilaian Mata Kuliah Logika & Algoritma PDF
Summary
This document provides an overview of the concepts of logic and critical thinking. It explores different dimensions of logic, and includes the historical contexts and perspectives connected with logic. It includes various philosophical perspectives relating to logics and their impact in various fields.
Full Transcript
TM. III Pengertian Logika dan Berfikir Kritis Unit Pendidikan Kebangsaan dan Karakter Universitas Airlangga Tim MK. Logika dan Pemikiran Kritis Dr. Achmad Chusairi, MA Dr. Johny Alfian Khusyairi, MA Fa...
TM. III Pengertian Logika dan Berfikir Kritis Unit Pendidikan Kebangsaan dan Karakter Universitas Airlangga Tim MK. Logika dan Pemikiran Kritis Dr. Achmad Chusairi, MA Dr. Johny Alfian Khusyairi, MA Fahrul Muzaqqi, Saudara.IP., M.IP UPKK Sub pokok bahasan 1. Pengertian logika 2. Pengertian berpikir kritis 3. Logika dan berpikir kritis sebagai ketrampilan Berlogika Tradisi filsafat meyakini bahwa ciri manusia adalah pada kemampuan berpikirnya untuk dapat memperoleh (pengetahuan) kebenaran. Hal ini dimungkinkan karena manusia memiliki akal (reason). Proses manusia untuk mencapai kebenaran oleh karena itu disebut sebagai reasoning (penalaran). Konteks ini yang menjadikan lahir kebutuhan untuk dapat mengerti bagaimana membedakan penalaran yang benar dan salah, menemukan hukum-hukum penalaran dan mengetahui pola penalaran yang keliru. Upaya-upaya tersebut melahirkan logika (logic). Berlogika Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal atau pemikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat. Logika mempelajari hukum, pola, dan cara bagaimana proses berpikir menjadi lurus, tepat dan teratur. Berlogika Kita dengan belajar logika diharapkan mampu berpikir menggunakan penalaran yang lurus, tepat dan teratur. Nalar sendiri dapat diartikan sebagai proses akal budi berusaha sampai pada suatu keterangan baru (simpulan) dengan bertolak dari satu atau beberapa keterangan yang sudah diketahui (pernyataan/premis). Premis itu sendiri tentu merupakan urutan kelanjutan dari keterangan/beberapa keterangan sebelumnya. Logika sebagai disiplin ilmu Logika sebagai bidang kajian dapat dimaknai dalam dua bentuk yaitu: a. Sebagai ilmu pengetahuan (logike episteme) atau dalam bahasa latin disebut logica scientia yang berarti ilmu logika. Objek materialnya adalah proses berpikir / bernalar, sementara objek formalnya adalah ketepatan bernalar; b. Sebagai Cabang filsafat praktis. Logika digunakan untuk pembuktian. Logika juga dipahami sebagai sistematisasi pikiran. Matematika sebagai produk logika yang tersistematisasi. Sejarah Logika Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang yakin pada kemampuan akal budi dalam menjelaskan alam semesta, dan meninggalkan dongeng dan takhayul, seperti tampak dalam buku Theologia: Cosmogoni. Logika sejak Thales kemudian dipraktikkan oleh para filsuf Yunani, meski istilah “logika” belum digunakan. Filsuf Yunani menggunakan logika untuk meyakinkan orang lain akan kebenaran pemikirannya, pula Ketika para filsuf berusaha menunjukkan kelemahan pemikiran filsuf lain. Sejarah Logika Aristoteles (384 SM – 322 SM) adalah filsuf yang berjasa mengembangkan dasar-dasar pokok logika. Ia dianggap orang yang mengembangkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica scientica. Aristoteles menulis buku berjudul To Organon yang berarti Alat, yang membahas prinsip-prinsip pengambilan simpulan yang benar. Aristoteles tentang Logika Istilah logika sebenarnya tidak dikenal oleh Aristoteles. Ia menyebut bidang ilmu yang mengkaji metode pengambilan simpulan yang benar itu sebagai Analytica. Istilah analytica menunjuk pada penalaran, bentuk-bentuk silogisme, termasuk pembahasan tentang proposisi (pernyataan) dan term (istilah). Prinsip logika: Silogisme (Deduksi) dan Induksi Logika pada dasarnya merupakan sebuah metode untuk menarik simpulan yang benar. Aristoteles menyatakan ada dua bentuk utama penarikan kesimpulan yang logis. Pertama, silogisme yakni penarikan kesimpulan melalui penalaran dari yang bersifat universal (prinsip) kepada yang bersifat partikular (kasus atau contoh yang bersifat khusus) yakni dengan menggunakan deduksi. Kedua, melalui induksi yang merupakan kebalikan dari deduksi, yakni penarikan kesimpulan dari yang bersifat partikular kepada yang bersifat universal. Contoh Silogisme (Deduksi) dan Induksi Logika Deduktif. Logika deduktif terdiri atas premis (pernyataan) yang kebenarannya mutlak dan cakupannya bersifat universal disebut premis mayor, kemudian ada premis minor yaitu pernyataan yang makna cakupannya bersifat khusus dan diakhiri oleh simpulan. ▪ Premis mayor : Semua filsuf adalah manusia ▪ Premis minor : Aristoteles adalah seorang filsuf ▪ Simpulan : Aristoteles adalah seorang manusia Logika induktif terdiri atas dua atau lebih premis minor yang kemudian menjadi dasar penarikan simpulan. Simpulan dalam logika induktif, cakupan maknanya pasti bersifat universal dan mencakup makna yang terkandung dalam setiap premis minor. ▪ Premis (P) 1 : Manusia butuh makanan ▪ P2 : Hewan butuh makanan ▪ P3 : Tanaman butuh makanan ▪ Simpulan : Semua makhluk hidup butuh makanan Logika = Matematika (Logika Simbolis) Logika sebagai disiplin ilmu juga dikembangkan dalam bidang matematika. Logika dianggap sama dengan matematika sebagai ilmu penarikan simpulan yang logis dan sistematis. Matematika adalah pendekatan logika pada bidang ilmu ukur yang menggunakan tanda atau simbol matematika (atau yang juga disebut logika simbolik). Upaya ini dimulai oleh dua orang ahli medis yaitu Galenus (130-201 M) dan Sextus Empiricus (sekitar 200 Modal psikologis) yang mengembangkan logika dengan menerapkan prinsip geometri. Logika = Matematika (Logika Simbolis) Logika sebagai disiplin ilmu juga dikembangkan dalam bidang matematika. Hal ini disebabkan karena logika dianggap sama dengan matematika sebagai ilmu penarikan simpulan yang logis dan sistematis. Matematika adalah pendekatan logika pada bidang ilmu ukur yang menggunakan tanda atai simbol matematika (atau yang juga disebut logika simbolik). Upaya ini dimulai oleh dua orang ahli medis yaitu Galenus (130-201 M) dan Sextus Empiricus (sekitar 200 Modal psikologis) yang mengembangkan logika dengan menerapkan prinsip geometri. Logika = Matematika (Logika Simbolis) Pengembangan logika simbollis ini terus terjadi seiring berkembangnya ilmu matematika dan ilmu alam. Filsuf yang dikenal mengembangkan logika simbolik yaitu Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) yang menyusun logika aljabar berdasarkan Ars Magna dari Raymundus Lullus, George Boole (1815-1864), John Venn (1834-1923, Gottlob Freege (1848- 1925) dan Charles Sanders Pierce (1839-1914), seorang filsuf Amerika. Puncak dari pengembangan logika simbolis terjadi pada 1910-1913 dengan terbitnya 3 jilid buku Principia Mathematica karya bersama Alfred North hitehead (1861-1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872-1970). Logika = Matematika (Logika Simbolis) Pengembangan logika simbollis ini terus terjadi seiring berkembangnya ilmu matematika dan ilmu alam. Puncak dari pengembangan logika simbolis terjadi pada 1910- 1913 dengan terbitnya 3 jilid buku Principia Mathematica karya bersama Alfred North hitehead (1861-1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872-1970). Logika Simbolik Sejarah Logika Organon Kompilasi 6 buku karya Aristoteles: 1. Berawal dari tradisi Filsafat 1. Categoriae / konsep (I) Stoa sebagai cikal bakal lahirnya logika modern (logika Gottfried Leibniz 2. De Intepretatione / Preposisi (II) simbolik / matematik) 1646 – 1716 3. Analytica Priora / Silogisme (III) 2. Proses konklusi didasarkan Aristoteles 4. Analytica Posteriora / atas premis yang terbatas dan 384 – 322 SM Pembuktian (IV) sudah melepaskan diri dari 5. Topica / Seni Berdebat (V) kenyataan 6. De Sophisticis Elenchis / Sesat 3. Implementasi logika model ini Pikir (VI). terdapat pada bahasa sandi, kalkulus maupun bahasa pemograman komputer. https://m.media- https://kbimages1- a.akamaihd.net/a8d7cd12-c7ed-4710-a832- amazon.com/images/I/51UhqGxL4TL.jpg Logika Aristotelian a6b25a7e5f7c/353/569/90/False/organon- posterior-analytics.jpg 1. Ilmu untuk membuat penyimpulan yang tepat, Leibniz’s Law sebagai batu fondasi yang penting bagi 1. Tidak ada di alam semesta yang persis semua jenis pengetahuan 2. Logika dan matematika merupakan disiplin sama dalam semua segi yang bertalian erat https://cutateachings.org/wp-content/uploads/2017/05/Aristotle-250x300.png 2. Tidak ada dua hal yang benar-benar 3. Logika dibangun di atas prinsip-prinsip umum sama dalam semua segi kecuali secara 4. Hanya berkonsentrasi pada bentuk numerik 5. Tidak memperhatikan apakah suatu premis benar atau salah dalam kenyataannya. 3. Segala sesuatu yang berbeda secara numerik memiliki perbedaan- perbedaan yang dapat dicermati. Sejarah Logika Georg W.F. Hegel Immanuel Kant Logika Metafisik 1770 – 1831 Filsafat Kritis 1724 – 1804 1. Ia adalah perintis filsafat 1. Logika dipahami sebagai Ilmu tentang ide dari struktur logis Aristoteles kritis 384 – 322 SM 2. Kant membedakan antara 2. Pikiran sentral Hegel adalah akal, rasio dan pengalaman ide, alam, dan roh. 3. Pengalaman melalui panca 3. “Ide” akan senantiasa berdinamika/ berkembang indera bersifat a posteriori, dalam dirinya sedangkan akal sendiri sifatnya a priori. https://pngimage.net/wp- https://maverickphilosopher.typepad.com/.a/ Logika Materiil Kant content/uploads/2018/06/immanuel-kant- 1. Terdapat antitesis ide yang berada di luar dirinya yakni ”ruang 6a010535ce1cf6970c01b8d1b9d436970c- 320wi png.png / alam” yang juga terus menerus berkembang 1. Merupakan kaidah berpikir yang mempelajari kegiatan akal 2. Pada diri manusia pun terdapat perkembangan kesadaran diri dengan menilai hasil-hasil logika formal dengan cara menguji yang terus menerus pula yang dikenal dengan “roh” dengan kenyataan yang sebenarnya. 3. Terdapat pula antitesis dari ide dan alam pada tataran 2. Terdapat 3 pijakan: kesadaran yakni “sejarah” a. Apa yang saya ketahui berbeda dengan kenyataan itu https://cutateachings.org/wp-content/uploads/2017/05/Aristotle-250x300.png 4. Waktu bukanlah fisik yang berjalan bersama ruang. Waktu sendiri adalah “kesadaran” b. Tindak tanduk manusia selalu dikendalikan oleh apa yang 5. Roh menyusun kesadaran berupa fase sejarah karena disebut kategori imperatif (keharusan yang absolut) perkembangan yang bersifat dialektis c. Berkaitan dengan soal estetik dengan pertanyaan 6. “Sejarah” sesungguhnya adalah “perkembangan roh dalam spesifiknya, apakah suatu benda telah sesuai/merujuk waktu”. pada ketentuan yang umum sifatnya. Filsuf Muslim dan Logika Pengenalan logika di dunia muslim dimulai dari dilanjutkannya tradisi kaum kristiani Syiria dalam bidang pengajaran pokok-pokok pikiran Aristoteles pada masa dinasti Ummayah (661–750). Tradisi kristiani Syiria membahas pokok-pokok pikiran dalam Organon, bab Kategori, bab Interpretasi dan tujuh bab awal karya Analytics Priora yang membahas silogisme. Logika kemudian mendapat perhatian besar sejak semakin tingginya minat pada filsafat Yunani pada masa dinasti Abbasiah (750-1258). Berikut ini sedikit filsuf muslim yang terlibat dalam bidang logika, hanya untuk menunjukkan bahwa para filsuf muslim berjasa besar dalam meneruskan tradisi filsafat Yunani, khususnya bidang logika Al-Kindi adalah filsuf pertama yang menulis buku ringkasan karya Aristoteles Organon dalam Bahasa arab. Abu Nasr Muhammad al-Farabi Alpharabius (870-14 December 950). Al-Farabi adalah filsuf muslim yang banyak membahas pemikiran Organon Aristoteles. Pengakuan kepada Al-Farabi adalah ia mengaitkan logika Aristoteles dengan kajian Bahasa, sehingga memberikan nuansa yang lebih kompleks dan rumit peran logika pada fungsi Bahasa. Kontribusi penting Al-Farabi yang lain adalah catatan yang ia buat untuk Organon. Ibnu Sina (dikenal di dunia Barat sebagai Avicenna) (980 – 22 Juni 1037). Ibnu Sina dikenal banyak mengkritik pokok-pokok pikiran Aristoteles. Berpikir kritis adalah Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir dengan jelas dan rasional tentang apa yang harus dilakukan dan diyakini. Berppikir kritis juga berarti mampu berpikir secara reflektif (berjarak dari pengalaman yang sudah dialami/terjadi) dan otonom (tidak ikut-ikutan). Individu dengan kemamppuan berpikir kritis akan dapat: Memahami hubungan logis antar gagasan Mengidentifikasi, membangun dan mengevaluasi argumen Mengetahui ketidak-konsisten-an dan kesalahan satu argumentasi Menyusun penyelesaian masalah secara sistematis Mengidentifikasi gagasan yang relevan dan penting Merefleksikan/mengenali Kembali alasan/justifikasi keyakinan dan nilai-nilai pribadi Berpikir kritis adalah Proses mengambil simpulan/keputusan yang cermat dan berhati-hati (make careful judgments) Melakukan pemeriksaan berdasarkan data (sensible evaluations), dan berpendapat dengan argumentasi Yang artinya tidak dipengaruhi sikap emosional (does not rely on emotion) Yang artinya tidak hanya mempertimbangkan satu aspek saja (does not involve only one aspect) Dan harus mempertimbangkan berbagai aspek kehidupan (does involve all aspects of life) Logika dan berpikir kritis sebagai ketrampilan Logika dan berpikir kritis adalah kemampuan melakukan analisis, penyimpulan dan memutuskan. Selain menjadi kemampuan dasar mahasiswa ketika menempuh perkuliahan, kemampuan tersebut terus dapat dipraktikkan dalam kehidupan, baik kini maupun di masa datang, di berbagai bidang kehidupan.