Tugas Prinsip K3 RS Makalah Tugas dr Suryo PDF
Document Details
Universitas Indonesia
2024
Aria Kekalih, Bernard Christian Hasugian, Loly Sixteen Oramahi Purba, Victorson Leonardo Zega, Wiwit Setiyawati
Tags
Summary
This document is a postgraduate research paper on workplace stress in hospitals, specifically focusing on the factors contributing to stress in hospital settings and strategies for managing stress in the workplace. The study covers various aspects of stress, types of stress, and the impact stress has on organizations and individuals. The document is also likely aimed at students or professionals involved in medical or related fields.
Full Transcript
TUGAS MATA KULIAH PRINSIP K3 MAKALAH K3 RUMAH SAKIT “Studi tentang Faktor Penyebab Stres Kerja dan Strategi Manajemen Stres” Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Prinsip K3 (dr. Suryo Wibowo, MKK, Sp.Ok) Oleh...
TUGAS MATA KULIAH PRINSIP K3 MAKALAH K3 RUMAH SAKIT “Studi tentang Faktor Penyebab Stres Kerja dan Strategi Manajemen Stres” Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Prinsip K3 (dr. Suryo Wibowo, MKK, Sp.Ok) Oleh : Aria Kekalih (2406372230) Bernard Christian Hasugian (2406372243) Loly Sixteen Oramahi Purba (2406466520) Victorson Leonardo Zega (2406372363) Wiwit Setiyawati (2406372376) PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA 2024 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stres kerja saat ini menjadi masalah global dan berdampak signifikan terhadap pekerja dan profesi secara global. Stres di tempat kerja menimbulkan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja jika aktivitas melebihi sumber daya, kemampuan, dan keterampilan bekerja dikerjakan terus-menerus. (ILO, 2016) Stres kerja adalah bermacam rangsangan atau tanggapan tubuh sendiri baik dari dalam maupun luar yang menimbulkan dampak buruk misalnya kesehatan menurun dan terjadi penyakit. Stres dijelaskan sebagai ketidaksanggupan seseorang untuk melakukan kebutuhan kerja akibat tidak nyaman saat bekerja. Stres ini diciptakan oleh tubuh yang menerima stressor, yang kemudian direspons dalam bentuk berbagai respons emosional atau fisiologis. (Dodi Pratama et.all 2020) Menurut World Health Organization (WHO), di seluruh dunia ada berkisar 450 juta orang menderita masalah kejiwaan dan perilaku. WHO memperkirakan pada tahun 2020 stres di tempat kerja dapat menjadi masalah utama yang mengancam kesehatan manusia. Fakta lain yang mendukung hal tersebut ialah hasil riset yang ditunjukkan National Institute Occupational Safety and Health (NIOSH), pekerjaan di bidang kesehatan atau rumah sakit rentan terhadap stres di tempat kerja dan depresi. American National Association for Occupational Health (ANAOH) menempatkan masalah stres kerja di bidang kesehatan yaitu lingkungan rumah sakit ditemukan pada tenaga kesehatan yang mana perawat berada pada posisi teratas dari 40 kasus di kalangan pekerja. Berdasarkan data hasil riset ANAOH dan WHO tersebut, penulis dan tim berusaha mencari dan menambahkan studi-studi lain yang mendukung sebagai upaya untuk menjelaskan mengenai faktor-faktor penyebab stres kerja di Lingkungan Rumah Sakit dan strategi manajemen stres. 1.2 Rumusan Masalah Sesuai pada Sub Bab Latar Belakang yang dibahas maka diambil Rumusan Masalah sebagai berikut: 1. Apa saja yang menjadi faktor stres kerja di lingkungan Rumah sakit? 2. Bagaimana strategi manajemen stres kerja di lingkungan Rumah sakit ? BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Stres Stress adalah gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh faktor luar. Hal ini umumnya dialami oleh semua orang dan merupakan bagian alami serta penting dari kehidupan, tetapi jika berlangsung lama dapat berdampak merusak kesehatan.(Kemenkes) Menurut Kementrian Kesehatan RI stres merupakan reaksi yang diberikan seseorang secara fisik maupun emosional yang terjadi ketika terdapat perubahan terhadap lingkungan yang mengharuskan seseorang untuk menyesuaikan diri (Kemenkes RI, 2018). Sedangkan kondisi yang cenderung menyebabkan stress disebut stressor (Umar, 2005). Stressor bisa didefinisikan juga sebagai suatu peristiwa, suatu individu, atau objek yang dapat menimbulkan stres dan reaksi terhadap stres. National Institute of Mental Health Amerika Serikat, stressor adalah yang menyebabkan individu merasa stres “A stressor is anything that causes the release of stress hormones”. Menurut derajatnya, stres dibagi menjadi 3 jenis : 1. Stres Ringan : stress yang tidak dapat merusak aspek fisiologis dari seseorang. Stress ringan umumnya dirasakan oleh semua orang misalnya lupa, ketiduran, dikritik dan kemacetan. Stress ringan sering terjadi pada kehidupan sehari-hari dan kondisi ini dapat membantu individu menjadi waspada. 2. Stres Sedang : terjadi lebih lama, dari beberapa jam hingga beberapa hari. Respon tubuh dari tingkat stres ini gangguan pada lambung dan usus misalnya maag, buang air besar tidak teratur, ketegangan pada otot, gangguan pola tidur, perubahan siklus menstruasi, perubahan sistem metabolisme, daya konsentrasi dan daya ingat menurun. Contoh dari stresor yang menimbulkan stres sedang adalah beban kerja yang berlebihan & mengharapkan pekerjaan baru. 3. Stres Berat : stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun. Respon dari tingkat stres ini didapat gangguan pencernaan berat, debar jantung semakin meningkat, sesak napas, tremor, perasaan cemas dan takut meningkat, mudah bingung dan panik. Contoh dari stresor yang dapat menimbulkan stres berat adalah hubungan suami istri yang tidak harmonis, Hubungan sosial dilingkungan kerja, tekanan pekerjaan berlebih & menumpuk, kesulitan finansial, dan penyakit fisik yang lama. Konsep terjadinya stress Stres kerja menjadi salah satu isu penting terkait kesehatan mental yang dihadapi oleh banyak para pekerja di Indonesia. Dengan meningkatnya tuntutan pekerjaan, perubahan lingkungan kerja, dan tekanan dari atasan, banyak individu mengalami dampak negatif yang tidak hanya berpengaruh pada kesehatan fisik tetapi juga mental. Penelitian dan literatur mengenai stres kerja di Indonesia menunjukkan bahwa masalah ini semakin meluas dan perlu penanganan yang serius WHO Mendefinisikan stress kerja sebagai respons yang ditimbulkan karena dihadapkan pada tekanan dan tuntutan kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan seseorang, sehingga orang tersebut tidak bisa mengatasinya. Menurut Hasibuan (2016), stres kerja muncul ketika ada ketidaksesuaian antara tuntutan pekerjaan dan kemampuan individu untuk menghadapinya. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti beban kerja yang tinggi, kurangnya dukungan dari rekan kerja, serta ketidakpuasan terhadap lingkungan kerja. Stress Kerja Menurut WHO. Sumber Slide Prof DR dr Dewi Soemarko, SpOK 2.2 Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan memiliki peran penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan merupakan setiap orang yang mengabdikan diri di bidang kesehatan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok antara lain tenaga medis, tenaga psikologi klinis,tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat,tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga teknik biomedika,tenaga kesehatan tradisional dan tenaga kesehatan lainnya. Pengertian dari tenaga kesehatan tercantum dalam Pasal 1 nomor 7 Undang- Undang Kesehatan yaitu, Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki sikap profesional, pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan tinggi yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Salah satu profesi yang termasuk dalam ruang lingkup tenaga kesehatan ini adalah perawat. Hasil survei yang dilakukan oleh PPNI dalam Ramdani dan Wartono menyatakan bahwa sekitar 50,9% perawat di Indonesia mengalami stres kerja. Para perawat yang mengalami stres kerja mengeluh sering merasakan pusing, lelah, tidak bisa beristirahat karena beban kerja tinggi dan menyita waktu. Berdasarkan hasil observasi, stress kerja perawat tersebut ditandai dengan beberapa gejala seperti sering mengalami pusing dan ingin segera keluar dari situasi tersebut, timbul nyeri atau tegang pada otot, sering mengalami gangguan pencernaan seperti diare, sembelit atau maag, serta mengalami gangguan tidur dan jantung berdebar kencang. Selain itu perawat tersebut mengalami penurunan kualitas kerja seperti ketika melaksanakan tugasnya tidak bersungguh-sungguh dan kurang teliti dalam bekerja, pada saat bekerja sering menunda-nunda pekerjaannya, sering datang terlambat dan pulang lebih awal serta adanya perawat yang keluar masuk pada saat jam kerja, dan masih ada sebagian perawat yang tidak menyelesaikan pekerjaannya tepat pada waktunya. Stres sedang berdampak pada sikap perawat yang mudah marah dan malas bekerja, sedangkan stres ringan berdampak pada perawat yang sering gelisah dan pesimistis pada saat bekerja, kinerja atau performa menurun. Beberapa alasan ini yang membuat sebagian besar perawat memiliki stres kerja. perawat mengeluhkan pernah mengalami kelelahan dalam bekerja dengan gejala adanya rasa pusing, kehilangan kesabaran, perasaan cemas, menurunnya semangat bekerja dan kehilangan konsentrasi saat bekerja, sehingga mengakibatkan adanya situasi ketegangan atau tekanan emosional saat sedang menghadapi tuntutan yang sangat besar yang mempengaruhi emosi, pikiran, serta kondisi fisik. Dari kelelahan dan stres oleh perawat berakibat pada gejala fisik yang diderita oleh perawat itu sendiri yaitu menderita penyakit maag, sakit kepala dan peningkatan tekanan darah sedangkan gejala psikologisnya yaitu tidak dapat berkonsentrasi pada pekerjaan, merasa lelah dan mudah tersinggung. Tabel 1. Dampak Stres Kerja DAMPAK STRES KERJA PADA DAMPAK STRES KERJA PADA INDIVIDU ORGANISASI 1. Menurunnya Tingkat 1. Terjadinya hambatan Kesehatan Orang Yang pekerjaan secara manajemen Terkena Stres (Imun, Fisik maupun operasional Dan Mental Sebagai 2. Menurunkan produktivitas, Dampak Langsung Stres) kinerja, kualitas 2. Menurunnya Produktivitas layanan, mutu dan Kreativitas Kerja kehidupan kerja (Cenderung Malas, 3. Menurunnya inovasi dan Menghindari Kewajiban kreativitas kerja pegawai Kerja) 4. Membengkaknya 3. Interaksi Sosial Dan Pola pengeluaran organisasi akibat Komunikasi Terganggu besarnya cost yang dibayar (Cenderung Murung, Dan (asuransi, kecelakaan kerja & Merasa Terkucilkan) pencemaran lingkungan) 5. Kecenderungan tingginya absensi pegawai sehingga pekerjaan terbengkalai 6. Turnover meningkat 2.3 Penyebab Stres Kerja Menurut Handoko (dalam Astianto, 2014: 3) faktor stres ada dua, yaitu: a. On-the-job antara lain beban kerja yang berlebihan, tekanan atau desakan waktu, kualitas supervisi yang jelek, iklim politis yang tidak aman, umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai, wewenang yang tidak mencukupi untuk melaksanakan tanggung-jawab, konflik peran ganda, frustasi, konflik antar pribadi dan antar kelompok, perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dan karyawan, serta berbagai bentuk perubahan. b. Off-the-job antara lain kekhawatiran finansial, masalah yang bersangkutan dengan anak, kesehatan fisik, perkawinan (misal: perceraian), perubahan-perubahan yang terjadi di tempat tinggal, serta masalah pribadi lainnya, seperti kematian sanak saudara. Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan stres kerja, terutama stress kerja di rumah sakit. Beberapa di antaranya adalah: 1. Beban Kerja yang Tinggi (Kuantitatif dan Kualitatif) : Banyak para pekerja di rumah sakit dihadapkan pada tuntutan pekerjaan yang tidak realistis, yang menyebabkan mereka merasa tertekan. Hal ini sering terjadi pada sektor-sektor seperti manufaktur dan layanan pelanggan (Ningsih, 2020). Hal ini tentu bisa berpotensi terjadi pada pekerja-pekerja yang bekerja di lingkungan rumah sakit. Para pekerja di rumah sakit mempunyai beban kerja yang tinggi, jam kerja yang panjang, tuntutan pekerjaan yang harus sempurna terutama pekerja-pekerja yang bekerja di bagian kritis atau kegawatdaruratan, dan di dalam kesibukannya dalam bekerja dituntut untuk tetap ramah terhadap pelanggan atau pasien. 2. Lingkungan Kerja yang Tidak Mendukung: Kurangnya komunikasi yang baik dan dukungan dari atasan dapat meningkatkan rasa isolasi dan tekanan yang dirasakan karyawan. Sebuah studi oleh Sari (2021) menunjukkan bahwa karyawan yang merasa tidak didukung oleh rekan kerja dan atasan cenderung mengalami stres lebih tinggi. Di lingkungan rumah sakit pengaruh shift kerja, pembagian tugas yang tidak jelas saat bekerja, konflik sesama rekan kerja, cuti kerja yang tidak fleksibel membuat stress kerja di rumah sakit berpotensi terjadi. 3. Pengembangan Karir : Perasaan pekerja mengenai ketidakberdayaan / perasaan tidak mempunyai harapan / perasaan mengharapkan dalam pengembangan karir individu dalam perusahaan 4. Ketidakpastian Pekerjaan: Di tengah situasi ekonomi yang tidak stabil, banyak pekerja rumah sakit merasa khawatir tentang masa depan pekerjaan mereka. Ketidakpastian ini dapat menambah beban mental dan emosional. 5. Konflik Peran : Keadaan di mana individu menghadapi harapan yang berlawanan dari bermacam-macam peranan yang dimilikinya 6. Tanggung jawab dan peran : Kemampuan pekerja dalam melakukan tugas dan kewajiban menjalankan pekerjaan 7. Gaji rendah atau honor rendah, para pekerja di rumah sakit yang bergaji rendah bisa menjadi penyebab kecemasan bahkan stres pada pekerja tersebut.. 2.3.1 Penyebab Stres Kerja di Lingkungan Rumah Sakit Stres kerja di lingkungan rumah sakit disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi. Adapun faktor penyebab stres kerja di lingkungan rumah sakit berdasarkan beberapa penelitian adalah sebagai berikut: a) Berdasarkan penelitian "Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Pegawai Rumah Sakit Mata Provinsi Sulawesi Utara" oleh Esra Margaret Singal, Aaltje Ellen Manampiring, dan Jeini Ester Nelwan, faktor-faktor penyebab stres kerja antara lain : - Usia : memiliki hubungan yang signifikan dengan stres kerja, di mana pegawai yang lebih tua cenderung lebih rentan mengalami stres. - Masa kerja : berpengaruh secara signifikan, di mana pegawai dengan masa kerja lebih lama cenderung mengalami stres lebih tinggi. - Beban kerja : faktor paling dominan yang mempengaruhi stres kerja, dengan, menunjukkan bahwa peningkatan beban kerja secara signifikan meningkatkan risiko stres pada karyawan. - b) Berdasarkan penelitian "Stres Kerja pada Perawat di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer" oleh Herqutanto, Hasto Harsono, Meita Damayanti, dan Elsa P. Setiawati, faktor-faktor penyebab stres kerja antara lain : - Kematian dan pasien yang sekarat : Menghadapi pasien yang meninggal atau sedang sekarat menjadi sumber stres besar bagi perawat. - Konflik dengan dokter : Ketegangan dan ketidakcocokan dengan dokter sering kali menyebabkan perasaan stres. - Kurangnya persiapan : Perawat merasa stres ketika mereka merasa tidak cukup dipersiapkan untuk menghadapi situasi di tempat kerja. - Masalah dengan rekan kerja : Hubungan interpersonal yang buruk di antara perawat dan staf lain juga menjadi penyebab stres. - Masalah dengan supervisor atau atasan : Ketidakharmonisan dengan atasan sering memicu stres. - Ketidakjelasan pengobatan : Ketika prosedur atau pengobatan yang diberikan kepada pasien tidak jelas, ini meningkatkan ketegangan. - Masalah dengan pasien dan keluarga : Perawat yang mengalami konflik atau menghadapi keluhan dari pasien atau keluarga mereka sering mengalami stres yang lebih tinggi. c) Berdasarkan penelitian "Beban Kerja dan Stres Kerja Perawat Beban Kerja dan Stres Kerja Perawat di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara " oleh Putri Fitra Alam, Waode Suarni, dan Ida Sriwaty Sunarjo, faktor-faktor penyebab stres kerja antara lain : - Beban kerja yang tinggi : Jumlah pasien yang banyak serta tugas administratif tambahan dapat menyebabkan beban kerja yang berlebihan. Hal ini seringkali melebihi kemampuan perawat dalam menyelesaikan tugasnya, yang pada akhirnya menyebabkan stres. - Kondisi psikologis yang tidak stabil : Berhadapan dengan pasien yang agresif, gelisah, atau menolak berkomunikasi menjadi tantangan bagi perawat, sehingga meningkatkan stres psikologis mereka. Ketika ini berlangsung terus-menerus, perawat dapat mengalami penurunan kualitas perawatan yang diberikan, kurangnya konsentrasi, dan kelelahan. - Kondisi pasien yang berubah-ubah : Variasi kondisi pasien, terutama di unit kesehatan jiwa, juga menjadi sumber stres. Ketidakpastian dan agresivitas pasien membuat perawat harus selalu waspada, yang berpotensi menyebabkan kelelahan dan stres. d) Berdasarkan penelitian "Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura Kota Jayapura" oleh Ayu Anisa Maranden, Apriyana Irjayanti, dan Erich Christian Wayangkau, faktor-faktor penyebab stres kerja yang ditemukan adalah sebagai berikut: - Beban kerja yang tinggi : Hasil analisis menunjukkan bahwa beban kerja yang berat menjadi faktor utama yang berhubungan dengan stres kerja pada perawat. Sebanyak 54% dari perawat dengan beban kerja berat mengalami stres. - Dukungan sosial yang rendah : Kurangnya dukungan sosial juga berkontribusi terhadap tingginya tingkat stres. Perawat yang tidak menerima dukungan sosial yang memadai dari rekan kerja, atasan, atau keluarga memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami stres. - Shift kerja : Meskipun shift kerja tidak menunjukkan hubungan signifikan dengan stres dalam penelitian ini, shift malam dianggap sebagai salah satu waktu yang lebih menantang, karena tingginya tingkat kesibukan dan kebutuhan pengawasan pasien yang konstan.. - Aktivitas di luar pekerjaan, umur, jenis kelamin, dan status pernikahan: Faktor-faktor ini tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan stres kerja dalam penelitian ini. Namun, beberapa responden mencatat bahwa aktivitas di luar pekerjaan dapat mempengaruhi tingkat stres secara individu. e) Berdasarkan penelitian "Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Perawat ICU di RSUD Dr.R.M. Djoelham " oleh Ayose Dodi Pratama, Arifah Devi Fitriani, Juliandi Harahap, faktor-faktor penyebab stres kerja yang ditemukan adalah sebagai berikut: - Masa kerja : masa kerja lama dapat disebabkan oleh kebosanan yang timbul akibat rutinitas kerja yang monoton, dan adanya kejenuhan dalam bekerja serta pengalaman seseorang dalam menghadapi suatu pekerjaan. - Beban kerja : beban kerja yang berat menimbulkan tekanan stress kerja. - Kegagalan Interpersonal : adanya hal yang berkaitan dengan kesulitan di dalam mendelegasikan tanggung jawabnya kepada para bawahannya, konflik dalam peranan, perkembangan karir dalam organisasi, keadaan pekerja dalam organisasi, perubahan yang sering dalam organisasi, suasana di tempat kerja, kesetiaan yang terbagi antara kehendak organisasi dan kehendak sendiri. - Tanggung jawab terhadap orang lain : Bentuk tanggung jawab perawat diantaranya adalah tanggung jawab terhadap keamanan yaitu menjaga pasien agar selalu dalam kondisi tenang, tanggung jawab terhadap kebutuhan pasien yaitu memberikan perawatan sebaik mungkin sesuai dengan kebutuhan pasien selama masa penyembuhan, tanggung jawab moral untuk merawat pasien dengan penuh kasih sayang dan sikap peduli serta banyaknya tanggung jawab pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan harapan orang lain agar orang lain merasa puas dengan pekerjaan yang telah dilakukan. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang menyebabkan stres kerja. 2.4 Strategi Manajemen Stres Manajemen stres adalah tentang bagaimana kita melakukan suatu tindakan dengan melibatkan aktivitas berpikir, emosi, rencana atau jadwal pelaksanaan, dan cara penyelesaian masalah. Manajemen stres diawali dengan mengidentifikasikan sumber-sumber stres yang terjadi dalam kehidupan. Dengan manajemen stress yang baik, karyawan lebih sehat dan memiliki imun tubuh tinggi. Pekerja yang sehat mampu menyelesaikan pekerjaan dengan performa positif sehingga hasilnya tidak mengecewakan. Ada 5 hal untuk mengurangi stres : 1. Pahami Penyebab stress (stressor). Stresor pada umumnya termasuk kurangnya sumber daya, beban kerja tinggi, rekan kerja kurang kooperatif 2. Jaga dirimu 3. Membangun hubungan baik 4. Manfaatkan sumber daya di tempat kerja 5. Komunikasikan Gambar 2. Teknik mengelola stress Strategi dalam mendukung manajemen stress : 1. Flextime Memberikan karyawan fleksibilitas dalam mengatur jam kerja mereka, sehingga mereka dapat menyeimbangkan kebutuhan pekerjaan dan pribadi dengan lebih mudah 2. Telework Memungkinkan karyawan untuk bekerja dari rumah atau lokasi lain, sehingga mereka dapat mengurangi waktu perjalanan dan meningkatkan fleksibilitas kerja 3. Cuti Berbayar Memberikan karyawan cuti yang cukup untuk beristirahat dan menghabiskan waktu dengan keluarga dan teman, sehingga mereka dapat kembali bekerja dengan energi yang lebih segar 4. Program Kesehatan - Menawarkan program kesehatan dan kesejahteraan karyawan seperti gym, kelas yoga, dan program konseling, untuk membantu karyawan menjaga kesehatan fisik dan mental mereka - Menciptakan budaya perusahaan yang mendukung work-life balance, dimana karyawan merasa nyaman untuk mengambil cuti dan menyeimbangkan kehidupan kerja dan pribadi mereka tanpa merasa terbebani oleh tuntutan pekerjaan. BAB III KESIMPULAN 3.1 KESIMPULAN 1. Tidak semua stressor selalu bisa kita hindari. 2. Stres kerja yang dialami perawat di rumah sakit akan mempengaruhi kualitas layanan yang diberikan. Stres yang dialami perawat dan ketidakmampuan penanganannya, dapat mengakibatkan tindakan yang salah dalam merawat, tidak peduli dan mengancam keselamatan pasien 3. Strategi manajemen stres adalah belajar menerapkan teknik-teknik untuk mengendalikan stres dalam kehidupan kita dan membantu kita untuk tetap berada pada tingkat stres yang rendah atau kembali ke kondisi sehat dan seimbang 4. Kegunaan manajemen stres : menjaga seseorang tetap berada pada keadaan yang sehat dan bahagia. 3.2 SARAN Demi kesempurnaan dan pemanfaatan makalah ini dalam penerapan / sosialisasi kepada aspek tenaga kesehatan terutama perawat dan terpenuhinya pembelajaran mahasiswa program studi magister kedokteran kerja, diharapkan adanya masukan serta keberlanjutan terhadap studi ataupun penelitian terkait topik ini. Penulis dan tim juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca terutama kepada dosen ajar mata kuliah Prinsip K3. DAFTAR PUSTAKA 1. ILO. Workplace Stress: A Collective Challenge. Workplace Stress: A Collective Challenge Word.2016). 2. Aufar A.F, Raharjo S.T. Kegiatan Relaksasi Sebagai Coping Stress di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik 2020. Et. Efriana, Nani Y, Kusnan A. Covid-19, Nakes, Stres Kerja C. 2021 3. Dodi Pratama Y,Devi Fitriani A, Harahap J. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stres Kerja Pada Perawat ICU di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai Tahun 2020. Journal Healthcare Technology and Medicine. 2020 4. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan.2014 5. Mustika Suci, Intan S. Analisis Hubungan Faktor Individu dan Beban Kerja Mental dengan Stres Kerja. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health. 2018 BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 KESIMPULAN Penerapan K3 di Rumah Sakit merupakan sebuah kewajiban bukan hanya karena memenuhi peraturan perundangan yang berlaku ataupun untuk akreditasi rumah sakit. melainkan sebagai suatu tindakan nyata agar semua pekerja terhidar dari kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat kerja. Dalam upaya penerapan K3 dan pengendalian risiko yang ada di Rumah sakit tersebut dibutuhkan suatu sistem manajemen risiko K3RS yang melibatkan semua pihak didalam rumah sakit. Ada 7 langkah dalam penerapan Sistem Manajemen Risiko Rumah sakit, yang antara lain: Persiapan/ menetapkan konteks, identifikasi bahaya Potensial, Analisis Risiko, Evaluasi Risiko, Pengendalian Risiko, komunikasi dan Konsultasi dan Monitoring dan Telaah Ulang. Dalam proses manajemen risiko juga kita perlu menetapkan prioritas risiko yang harus di mitigasi dan dikelola, hal ini dikarenakan terkadang kita memiliki sumber daya yang terbatas baik dari segi SDM maupun finansial sehingga prioritas risiko yang dikelola harus ditentukan. Semua Risiko yang ada wajib dikelola dan dimitigasi (sesuai Prioritas risiko yang ditentukan). Proses mitigasi ini dibuat dan direncanakan -pada risiko yang diidentifikasi sebelumnya merupakan berbagai tindakan konkrit yang akan diwujudkan agar di kemudian hari dapat meniadakan atau mereduksi status tingkat risikonya dari tingkat risiko Ekstrim atau Tinggi menjadi tingkat risiko medium atau rendah 3.2 SARAN Rumah sakit sebagai suatu institusi yang memiliki banyak pekerja dan memiliki banyak risiko yang harus dikelola wajib menerapkan sistem K3 RS sesuai regulasi yang ada. dengan menerapkan sistem k3 RS diharapkan para pekerja dapat terhindar dari Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat kerja. DAFTAR PUSTAKA Adiratnya, Yuli Dkk. Profil Kesehatan dan Keselamatn Kerja Nasional Indonesia tahun 2022. Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan keselamatan dan Kesehatan Kerja Kementerian Ketenagakerjaan RI; Jakarta; 2022 Departemen Kesehatan RI. Pedoman Manajemen K3 di Rumah Sakit. Jakarta:Departemen Kesehatan RI; 2006 Jafar, Ahmad Dkk. Safety and Health Management System, Safety Climate, and Accident Occurrences in Hospitals: The Study of Needlestick, Sharp Injuries and Recidivism Rates. Iranian Journal of Nursing and Midwifery Research, Volume 28, Issue 5. Kemenkes Rl. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit. 2016;75 Khirekar J, Badge A, Bandre G R, et al. (December 06, 2023) Disaster Preparedness in Hospitals. Cureus 15(12): e50073. DOI 10.7759/cureus.50073. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi di Lingkungan Kementerian Kesehatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta McGowan J, Wojahn A, Nicolini JR. Risk Management Event Evaluation and Responsibilities. 2023 Aug 23. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan–. PMID: 32644752. Moeloek, NF. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta; 2016 Moeloek, NF. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2019 tentang Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi di Lingkungan Kementerian Kesehatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta; 2019 Onyango, Rebecca Dkk. Evolution of the Chief Medical Officer Role in Teaching Hospitals and Health Systems. Journal of Healthcare Management 68(2):p 121-131, March/April 2023. Diakses 12 Maret 2024 Putri S, Santoso S, Rahayu EP. Pelaksanaan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Kejadian Kecelakaan Kerja Perawat Rumah Sakit. J Endur. 2018;3(2):271. Raffaele L & Stefano F. Clinical Risk Management: As Modern Tool for Prevention and Management of Care and Prevention Occupational Risk. Int. J. Environ. Res. Public Health 2022, 19, 831. Diakses 12 Maret 2024 Silviasari. Penerapan Manajemen Risiko dan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Immanuel Medan Tahun 2011. Univ Sumatera Utara. 2011;2:16–20. The Australian Council on Healthcare Standards (ACHS). Risk Management and Quality Improvement Handbook. Australia. 2013.