Studi Kasus Mati Batang Otak Tn. A (15 September 2024)
Document Details
Tags
Summary
Dokumen ini merinci studi kasus pasien Tn. A, 45 tahun, yang diduga mengalami mati batang otak setelah kecelakaan. Studi kasus meliputi riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan rencana penentuan mati batang otak. Terdapat pula pertimbangan etis dan komunikasi dengan keluarga.
Full Transcript
**STUDI KASUS** 1. **Identitas Pasien:** - **Nama**: Tn. A - **Usia**: 45 tahun - **Jenis Kelamin**: Laki-laki - **Status Pernikahan**: Menikah - **Pekerjaan**: Karyawan swasta - **Tanggal Masuk**: 15 September 2024 **Riwayat Penyakit:** - Tn. A mengalami kecelakaan lalu lint...
**STUDI KASUS** 1. **Identitas Pasien:** - **Nama**: Tn. A - **Usia**: 45 tahun - **Jenis Kelamin**: Laki-laki - **Status Pernikahan**: Menikah - **Pekerjaan**: Karyawan swasta - **Tanggal Masuk**: 15 September 2024 **Riwayat Penyakit:** - Tn. A mengalami kecelakaan lalu lintas dengan benturan kepala hebat setelah terjatuh dari sepeda motor. Pasien ditemukan dalam keadaan tidak sadar di tempat kejadian dan segera dibawa ke unit gawat darurat rumah sakit. - Di IGD, pasien tidak merespons stimulus nyeri dan didapati pupil yang dilatasi (melebar) tanpa respons terhadap cahaya. - Hasil **CT Scan** menunjukkan adanya perdarahan intraserebral besar dengan edema serebral (pembengkakan otak) yang signifikan, dan pergeseran struktur otak (herniasi otak) yang mengarah pada batang otak. **Pemeriksaan Fisik:** - **GCS (Glasgow Coma Scale)**: Skor 3 (E1, M1, V1) - **Tekanan Darah**: 110/70 mmHg - **Frekuensi Nadi**: 90 x/menit - **Frekuensi Napas**: 8 x/menit (menggunakan ventilator) - **Saturasi Oksigen**: 98% (dengan ventilator) - **Pupil**: Tidak bereaksi terhadap cahaya, dilatasi bilateral 6 mm - **Refleks batang otak**: Tidak ada (tidak ada refleks kornea, refleks pupil, refleks faringeal, dan refleks batuk) **Riwayat Tindakan:** - Pasien dipasangkan ventilator setelah dinyatakan mengalami gagal napas. - Pemantauan terus dilakukan di unit perawatan intensif (ICU). **Pengkajian Klinis:** Tim dokter mencurigai pasien mengalami **mati batang otak** karena adanya tanda-tanda berikut: - **Tidak adanya refleks batang otak**: Tidak ada refleks pupil, kornea, dan faring. - **Koma dalam**: Tidak ada respons terhadap rangsangan eksternal. - **Tidak ada upaya bernapas** meskipun pasien sudah dilepas dari ventilator selama beberapa waktu (Tes Apneu dilakukan kemudian). **Rencana Penentuan Mati Batang Otak:** 1. **Tes Klinis untuk Mati Batang Otak**: - Tes refleks batang otak diulang untuk memastikan tidak adanya respons. - Pencatatan hasil tes pupil, kornea, dan refleks apnea. - Tes apnea dilakukan untuk melihat apakah pasien bernapas spontan setelah ventilator dilepas. 2. **Tes Tambahan**: - Jika tes klinis masih kurang jelas atau tidak dapat dilakukan dengan sempurna, dokter berencana melakukan **EEG** (Elektroensefalogram) untuk memastikan tidak adanya aktivitas listrik di otak. - Tes **CT angiografi** untuk mengevaluasi aliran darah ke otak. **Komunikasi dengan Keluarga:** **Pertanyaan untuk Analisis:** 1. Berdasarkan hasil pengkajian klinis, apa saja tanda-tanda yang mendukung diagnosis mati batang otak pada Tn. A? 2. Bagaimana peran perawat dalam memastikan bahwa seluruh prosedur diagnostik dilakukan dengan benar dan aman? 3. Apakah hasil **tes apneu** pada pasien ini menunjukkan adanya aktivitas batang otak? Jelaskan. 4. Diskusikan implikasi etik dan legal dari penghentian alat bantu hidup setelah diagnosis mati batang otak ditegakkan. 5. Jelaskan langkah-langkah komunikasi yang harus dilakukan perawat kepada keluarga pasien dalam menghadapi keputusan sulit ini.