GENRES DAN KLASIFIKASI (KELOMPOK 4) PDF
Document Details
Annisa Wulandari, Keisya Aulia, Salsaabila Hesa Putri, Khalil Deva Febriyantina Jaya, Cut Kinanthi Khanza, Nafian Firda Cahayani A.R
Tags
Summary
Presentasi ini membahas genre dan klasifikasi dalam berbagai konteks media, termasuk sastra, film, dan media lainnya. Penjelasannya mencakup definisi, pengaplikasiannya di era globalisasi, dan studi kasus seperti "The Silence of the Lambs" serta "The Passion of the Christ". Berfokus pada bagaimana genre membentuk ekspektasi dan pengalaman penonton.
Full Transcript
GENRES AND OTHER CLASSIFICATION S KELOMPOK 4 ANGGOTA ANNISA WULANDARI KEISYA AULIA SALSABILA HESA PUTRI KHALILAH DEVA FEBRIYANTINA JAYA CUT KINANTHI KHANZA NAFIAN FIRDA CAHAYANI...
GENRES AND OTHER CLASSIFICATION S KELOMPOK 4 ANGGOTA ANNISA WULANDARI KEISYA AULIA SALSABILA HESA PUTRI KHALILAH DEVA FEBRIYANTINA JAYA CUT KINANTHI KHANZA NAFIAN FIRDA CAHAYANI A.R DEFINISI Kata genre berasal dari bahasa Prancis yang berarti "jenis" atau "kategori." Dalam konteks seni atau sastra, genre merujuk pada kategori atau jenis karya berdasarkan ciri-ciri tertentu. Misalnya, dalam sastra ada genre seperti fiksi ilmiah, drama, roman, atau puisi, yang masing-masing memiliki ciri khas tertentu. 'Klasifikasi’ adalah proses pengelompokan atau pengorganisasian objek, ide, atau informasi ke dalam kategori atau jenis tertentu berdasarkan karakteristik atau kriteria tertentu. Dalam konteks media, klasifikasi membantu dalam memahami dan mengatur berbagai bentuk karya, seperti film dan musik, berdasarkan elemen seperti genre, tema, dan konteks budaya. Klasifikasi juga mempengaruhi cara konsumen mengakses dan memahami produk media. Klasifikasi adalah proses mengelompokkan objek, ide, atau informasi ke dalam kategori-kategori tertentu. Pengelompokan ini dilakukan berdasarkan karakteristik atau ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh objek atau ide tersebut. Misalnya, dalam konteks film, kita bisa mengklasifikasikan film ke dalam genre seperti horor, drama, atau komedi berdasarkan elemen-elemen seperti tema cerita, suasana, PENGAMPLIKASIAN GENRE Pengamplikasian genre dilakukan melalui berbagai cara: 1. Inovasi Naratif: Pembuat film sering menggabungkan elemen dari berbagai genre untuk menciptakan pengalaman baru, seperti romcom yang mengandung elemen komedi dan romantis 2. Penggunaan Teknologi: Teknologi baru, seperti media sosial dan platform streaming, memungkinkan genre untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan berinteraksi secara langsung dengan penonton. PENGAPLIKASIAN GENRE 3. Adaptasi Budaya: Genre dapat disesuaikan dengan konteks budaya lokal, menghasilkan variasi yang relevan dengan audiens tertentu, seperti film Bollywood yang mengadaptasi elemen romcom dengan tradisi India. 4. Pengaplikasian genre di dunia industri : Di dalam dunia industri, 'genre' mengemukakan cara- cara perusahaan yang memproduksi dan memperdagangkan 'teks' media, mencoba meminimalkan risiko dengan mengelompokkan, memasarkan, serta mendistribusikan produk mereka melalui ekspektasi yang stabil dan mapan. GENRE PADA ERA GLOBALISASI Di era globalisasi, genre dan klasifikasi mengalami transformasi signifikan karena pengaruh lintas budaya dan akses yang lebih luas terhadap berbagai bentuk media. 1. Globalisasi mendorong hibridisasi genre, di mana elemen dari berbagai budaya dan tradisi digabungkan, menciptakan produk media yang lebih beragam dan inovatif, seperti film yang menggabungkan unsur drama, komedi, dan aksi dari berbagai negara. 2. Klasifikasi genre menjadi lebih fleksibel dan dinamis, dengan batasan yang tidak lagi kaku, memungkinkan penonton untuk mengkategorikan media berdasarkan preferensi pribadi dan konteks budaya, bukan hanya berdasarkan label tradisional. 3. Platform digital dan media sosial memungkinkan distribusi yang lebih luas dan aksesibilitas terhadap berbagai genre dari seluruh dunia, sehingga penonton dapat mengeksplorasi dan mengkonsumsi konten yang sebelumnya tidak tersedia di pasar lokal mereka. Secara keseluruhan, globalisasi telah memperkaya pengalaman media dengan memperluas cakrawala genre dan klasifikasi, menciptakan ruang untuk inovasi dan interaksi budaya yang lebih besar. STUDI KASUS FILM “THE SILENCE OF THE LAMBS” The Silence of the Lambs adalah film yang disutradarai oleh Jonathan Demme dan diangkat dari novel karya Thomas Harris. Meskipun film ini memiliki banyak elemen yang mengindikasikan bahwa itu adalah film horor, seperti kehadiran pembunuh berantai dan suasana yang menegangkan, ia dipromosikan sebagai thriller psikologis. Penggunaan istilah ‘thriller’ ini memberikan konotasi yang lebih positif dan menarik, seolah-olah film ini lebih berkualitas dan cerdas dibandingkan film horor biasa. Promosi yang berfokus pada aspek "thriller" tidak hanya menarik penonton yang menghindari film horor karena stigma negatif, tetapi juga berusaha membangun citra film sebagai karya seni yang serius. Penampilan Jodie Foster sebagai Clarice Starling, seorang agen FBI, dan Anthony Hopkins sebagai Dr. Hannibal Lecter, menambahkan kedalaman karakter yang sering kali tidak ditemukan dalam film horor yang lebih konvensional. Dengan memposisikan film ini sebagai thriller, produser berharap dapat menarik lebih banyak penonton, termasuk mereka yang mencari pengalaman menonton yang menantang secara intelektual dan emosional. STUDI KASUS FILM “THE PASSION OF THE CHRIST” The Passion of the Christ, disutradarai oleh Mel Gibson, adalah film yang menggambarkan saat-saat terakhir kehidupan Yesus Kristus. Film ini mendapatkan perhatian besar karena penggunaan bahasa Aram dan Latin, serta penggambaran kekerasan yang realistis. Meskipun mengandung elemen yang sangat grafis dan bisa dianggap sebagai film horor karena adegan penyiksaan dan penyaliban, film ini dipandang sebagai karya serius dan religius. Penggambilan gambar yang dramatis dan penggunaan musik yang menyentuh juga menambah kesan emosional yang kuat, membuat film ini lebih diterima oleh penonton sebagai sebuah epik alkitabiah daripada sekadar film horor. Kritikus dan penonton sering kali menggambarkan film ini sebagai refleksi spiritual dan penjelajahan yang mendalam tentang iman, alih-alih menilai kontennya yang terkadang sangat berdarah sebagai horor. Dengan mengedepankan pesan moral dan religius, The Passion of the Christ berhasil mendapatkan status yang lebih tinggi dalam kategori film, meskipun elemen kekerasan dan ketegangan yang ada di dalamnya. FORMAT DAN GENRE Big Brother dan lainnya adalah 'acara permainan' bentuk hiburan yang berpusat di sekitar tim atau individu yang biasanya bersaing satu sama lain untuk mendapatkan hadiah besar, melalui 'permainan' atau 'tugas' yang melibatkan berbagai tingkat kesenangan, rasa malu, bahaya, kesulitan. Ini menggabungkan: Televisi realitas' (tidak dilatih, tidak ditulis, dan menggunakan pekerjaan kamera pengintai.); Acara permainan (secara inovatif, memiliki tim dan individu yang di dalamnya diatur untuk bersaing satu sama lain dan menggunakan kontestan yang sangat terpilih); Keterlibatan audiens melalui teknologi interaktif yang sangat FORMAT DAN GENRE Logo Big Brother Inggris yang sudah tidak berlaku lagi. Perbedaan/keseimbangan standardisasi jenis baru dapat diamati dalam format produksi TV, misalnya Endemol, sebuah perusahaan independen yang mengoperasikan "multi-platform" (terutama di TV dan Web 2.0). Ini tentang format, atau kategori yang tumpang tindih dengan "genre". Format adalah sebuah konsep atau susunan yang dapat dijual di seluruh dunia dan kemudian berbeda dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Format dapat mencakup apa saja mulai dari tautan presentasi, jenis set, pencahayaan, musik, hingga produser senior PENDEKATAN BUDAYA TERHADAP GENRE Pendekatan budaya pada genre menekankan bahwa genre bukanlah kumpulan elemen tetap, melainkan sistem yang cair dari konvensi dan harapan yang dipelajari oleh pembuat dan audiens. Ini menunjukkan bahwa baik produsen maupun penonton aktif dalam menciptakan makna, dengan genre yang terus berinovasi dan beradaptasi. Pendekatan ini juga mempertimbangkan bagaimana elemen generik dapat memperkuat identitas atau imajinasi tertentu, serta dampaknya terhadap eksklusi KLASIFIKASI FORMAL Genre bukan satu-satunya jenis klasifikasi posisi atau 'bingkai' produk media bagi kita, yang menciptakan ekspektasi dalam beberapa hal dan tidak dalam hal lain. Hal ini dapat berubah menjadi penyensoran, sebagai bagian dari spektrum aktivitas: Pada kehidupan sehari-hari: kita semua melakukan self-cencor, yaitu menyensor diri sendiri untuk sesuatu yang kita katakan atau tulis sebelum berkomitmen melakukannya. Pada kehidupan sehari-hari: proses pembentukan berita oleh 'sumber resmi', sensor diri sebagai 'profesional yang baik', dan lain- lain. Klasifikasi formal: klasifikasi ini tidak melarang secara langsung, tetapi mungkin menayangkan program-program kontroversial pada saat-saat 'pasca-titik balik', atau sangat menyarankan bahwa beberapa film atau DVD harus ditayangkan pada kelompok usia KESIMPULAN Materi ini membahas tentang kompleksitas genre dalam media, menyoroti bagaimana genre tidak hanya berfungsi sebagai kategori klasifikasi, tetapi juga sebagai alat untuk memahami interaksi antara pembuat media dan audiens. Genre seperti film “The Passion of the Christ” menunjukkan bahwa klasifikasi bisa beragam macamnya, tergantung pada konteks dan perspektif yang digunakan. Pentingnya genre terletak pada: Persepsi dan Ekspektasi : Genre membentuk harapan audiens dan pengalamannya terhadap media. Konteks Budaya : Genre beroperasi dalam kerangka sosial dan budaya yang lebih luas, mempengaruhi cara produk media diproduksi, dipasarkan, dan diterima. Hibriditas : Genre kini semakin bersifat hibrida, sering kali memadukan elemen dari berbagai kategori, menciptakan pengalaman yang lebih kompleks dan intertekstual. Secara keseluruhan, genre bukanlah kategori statis, tetapi sistem yang dinamis dan cair, yang beradaptasi dengan perubahan dalam masyarakat dan teknologi. Pemahaman yang lebih dalam tentang genre dapat memberikan wawasan yang lebih baik tentang bagaimana media berfungsi dalam kehidupan sehari-hari dan THANK YOU FOR LISTENING