Pendekatan Dalam Pengembangan Kurikulum PDF
Document Details
Uploaded by WinningFantasticArt6124
Tags
Related
Summary
Dokumen ini membahas tentang pendekatan-pendekatan dalam pengembangan kurikulum, meliputi pendekatan top-down dan grass-roots. Pendekatan top-down menekankan kebijakan yang ditetapkan dari atas ke bawah, sementara pendekatan grass-roots menekankan partisipasi guru dan sekolah dalam merancang kurikulum.
Full Transcript
**Definisi Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum** Pendekatan merupakan cara kerja dengan menggunakan strategi dan metode yang sesuai dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang dilakukan secara terstruktur untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik. Pendekatan dalam pengembangan kurikul...
**Definisi Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum** Pendekatan merupakan cara kerja dengan menggunakan strategi dan metode yang sesuai dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang dilakukan secara terstruktur untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik. Pendekatan dalam pengembangan kurikulum mengacu pada sudut pandang atau pandangan umum tentang proses pengembangan kurikulum itu sendiri (Huda, 2019). Pendekatan dalam pengembangan kurikulum adalah cara atau metode yang digunakan untuk merancang, mengorganisasikan, dan mengimplementasikan kurikulum agar sesuai dengan tujuan pendidikan. Pendekatan ini menentukan bagaimana kurikulum dikembangkan, mulai dari analisis kebutuhan hingga evaluasi hasil belajar. Pendekatan pengembangan kurikulum bisa berbeda-beda tergantung pada teori pendidikan, kebutuhan peserta didik, serta konteks sosial dan budaya (Sukmadinata, 2012). Pengembangan kurikulum memiliki cakupan yang luas. Menurut Sukmadinata (2000), pengembangan kurikulum bisa berarti menyusun kurikulum baru (*curriculum construction*) atau memperbaiki kurikulum yang sudah ada (*curriculum improvement*). Sukmadinata menjelaskan bahwa pengembangan kurikulum dapat mencakup penyusunan seluruh komponen kurikulum, mulai dari dasar-dasar kurikulum, struktur mata pelajaran, hingga pedoman pelaksanaan *(macro curriculum*). Di sisi lain, pengembangan kurikulum juga dapat melibatkan penerapan kurikulum yang lebih rinci oleh guru-guru di sekolah, seperti penyusunan rencana tahunan atau satuan pelajaran (*micro curriculum*). B. **Pendekatan Top down** Pendekatan Top-Down dalam pengembangan kurikulum adalah proses di mana kebijakan, arahan, dan kerangka kerja pengembangan kurikulum ditetapkan oleh pemerintah pusat atau otoritas pendidikan di tingkat atas, kemudian diimplementasikan secara bertahap ke tingkat sekolah dan kelas. Dalam pendekatan ini, para pemangku kepentingan di tingkat sekolah seperti guru atau kepala sekolah cenderung memiliki sedikit kontrol terhadap penyesuaian atau modifikasi kurikulum. Tujuannya adalah untuk menciptakan keseragaman dan konsistensi dalam standar pendidikan di seluruh wilayah yang lebih luas, meskipun terkadang pendekatan ini dapat mengurangi fleksibilitas sekolah untuk menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan lokal atau spesifik. (Sukmadinata, 2012). Pendekatan top down dalam pengembangan kurikulum berasal dari inisiatif para pejabat pendidikan atau pengambil keputusan, seperti administrator, direktur jenderal, atau kepala kantor wilayah pendidikan. Pengembangan kurikulum ini kemudian diturunkan ke tingkat yang lebih rendah melalui jalur komando. Karena prosesnya dimulai dari tingkat atas, pendekatan ini juga dikenal sebagai model line staff. Pendekatan ini sering diterapkan di negara-negara dengan sistem pendidikan yang terpusat. Dalam penerapannya, pendekatan top down dapat digunakan untuk merancang kurikulum baru (*curriculum construction*) atau untuk meningkatkan kurikulum yang sudah ada (*curriculum improvement*). (Sanjaya, 2017). Prosedur pendekatan Top-Down dalam pengembangan kurikulum melibatkan beberapa tahap, di mana inisiatif dan keputusan utama berasal dari otoritas pendidikan di tingkat atas (seperti pemerintah atau lembaga pendidikan pusat), yang kemudian diteruskan ke tingkat sekolah dan pelaksana di lapangan. Menurut (Sukmadinata, 2012) tahapan dari prosedur top-down meliputi 1. Penetapan Kebijakan di Tingkat Pusat: Pemerintah atau lembaga pendidikan nasional menentukan kebijakan, tujuan, dan kerangka dasar kurikulum. Ini mencakup visi, misi, dan kompetensi inti yang ingin dicapai oleh sistem pendidikan nasional. 2. Perancangan Kurikulum: Tim ahli yang ditunjuk oleh pemerintah merancang kurikulum berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan. Kurikulum ini dirancang untuk seluruh tingkatan pendidikan dan biasanya berlaku secara nasional. 3. Sosialisasi dan Pelatihan: Setelah kurikulum dirancang, dilakukan sosialisasi ke tingkat daerah dan sekolah. Pelatihan bagi guru dan kepala sekolah diberikan agar mereka memahami kurikulum baru dan cara penerapannya. 4. Implementasi di Sekolah: Sekolah-sekolah diwajibkan untuk menerapkan kurikulum yang telah ditetapkan, dengan sedikit atau tanpa perubahan. Implementasi ini diawasi oleh dinas pendidikan setempat atau otoritas pendidikan terkait. 5. Monitoring dan Evaluasi: Pemerintah atau lembaga terkait melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap penerapan kurikulum. Hasil evaluasi ini digunakan untuk penyesuaian atau perbaikan kurikulum di masa mendatang. Sedangkan menurut (Sanjaya, 2017) prosedur top-down meliputi, 1. Langkah pertama adalah pembentukan tim pengarah oleh pejabat pendidikan, yang biasanya terdiri dari pengawas pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu, dan tokoh dari dunia kerja. Tim ini bertugas merumuskan konsep dasar, kebijakan umum, falsafah, serta tujuan pendidikan secara umum. 2. Langkah kedua melibatkan pembentukan tim kerja untuk menjabarkan kebijakan yang telah dirumuskan. Anggota tim ini termasuk ahli kurikulum, akademisi dari perguruan tinggi, dan guru senior. Tugas mereka adalah merumuskan tujuan operasional, menyusun materi pelajaran, memilih strategi pengajaran, serta menyiapkan alat evaluasi dan panduan pelaksanaan kurikulum bagi guru. 3. Langkah ketiga adalah penyerahan hasil kerja tim kepada tim perumus untuk dikaji, diberi catatan, atau direvisi. Jika perlu, kurikulum tersebut diuji coba dan hasil evaluasinya digunakan untuk menyempurnakan kurikulum. 4. Langkah keempat, administrator memerintahkan sekolah-sekolah untuk mengimplementasikan kurikulum yang telah disusun. Dari langkah-langkah ini, tampak bahwa inisiatif pengembangan kurikulum datang dari para pemegang kebijakan, sementara guru bertindak sebagai pelaksana. Karena proses ini diatur melalui jalur komando dari atas ke bawah, pendekatan ini disebut pendekatan top down atau sistem komando. C. **Pendekatan Grass roots** Pendekatan Grass roots merupakan inisiatif untuk pengembangan kurikulum berasal dari guru-guru di lapangan sebagai pelaksana langsung, dan kemudian berkembang ke tingkat yang lebih luas, sehingga pendekatan ini dikenal sebagai dari bawah ke atas. Pendekatan ini lebih sering digunakan untuk penyempurnaan kurikulum **(***curriculum improvement*), meskipun bisa juga diterapkan pada pengembangan kurikulum baru ***(**curriculum construction**)*** dalam skala terbatas (Sanjaya, 2017). Pendekatan Grass roots dikenal juga dengan istilah Bottom-up yaitu adalah suatu model yang fokus pada inisitif dari bawah, terutama dari guru dan sekolah, untuk menanggapi kebutuhan Pendidikan yang ada dilapangan, apabila dilapangan terjadi beberapa masalah atau ketidaksesuain dengan kebutuhan. Terdapat perbedaan dengan pendekatan top-down yang lebih bersifat administratif dan ringkas, pendekatan ini mengutamakan partisipasi aktif dari para pelaksana pendidikan, yaitu guru, siswa, orang tua, dan Masyarakat ( catatan kaki) Pendekatan grass roots dapat efektif, beberapa kondisi harus dipenuhi. Pertama, kurikulum harus cukup fleksibel, memberikan peluang bagi guru untuk memperbarui atau menyempurnakannya. Kurikulum yang kaku dan hanya mencakup petunjuk teknis akan sulit dikembangkan dengan pendekatan ini. Kedua, pendekatan grass roots hanya mungkin berhasil jika guru memiliki sikap profesional yang tinggi dan keterampilan yang memadai. Sikap profesional ini melibatkan keinginan untuk terus mencoba inovasi demi meningkatkan kinerja, serta upaya untuk memperluas pengetahuan dan wawasan melalui berbagai sumber. Seorang guru profesional akan terus berusaha mencapai hasil yang terbaik dan merasa puas hanya ketika hasil kinerjanya mencapai standar maksimal (Sanjaya, 2017). Menurut (............) 1. Identifikasi masalah : Proses pendekatan Grass roots dimulai dengan kesadaran guru akan adanya masalah dalam kurikulum yang ada, seperti dengan ketidaksesuaian metode pengajaran atau rendahnya motivasi siswa. 2. Refleks dan analisis : Guru melakukan refleksi untuk mencari penyebab masalah dan menkaji literatur yang relevan untuk menemukan solusi terhadap masalah yang terjadi. 3. Pengembangan kurikulum : Berdasarkan guru dan tim analisis pengejar merumuskan kurikulum baru aau melakukan perbaikan pada kurikulum yang ada 4. Uji coba dan evaluasi : Kurikulum yang telah disusun kemudian diuji coba di kelas, dan hasilnya evaluasi untuk diperbaiki lebih lanjut. 5. Sosialisasi dan Implementasi : Setiap revisi, kurikulum harus disosialisasikan kepada semua pihak terkait untuk diimplemetasikan secara luas di sekolah. Dalam pendekatan **grass roots**, prosedur pengembangan kurikulum mengikuti beberapa langkah utama: 1. **Mengidentifikasi masalah**: Proses ini dimulai ketika guru menyadari adanya masalah dalam kurikulum yang ada, seperti ketidakcocokan strategi pembelajaran, masalah dalam evaluasi, atau kurangnya motivasi siswa. Kesadaran terhadap masalah ini merupakan langkah awal yang penting dalam pendekatan ini. 2. **Melakukan refleksi**: Setelah masalah diidentifikasi, guru perlu mencari penyebabnya melalui refleksi, yang melibatkan kajian literatur relevan, diskusi dengan rekan sejawat, dan pengumpulan data dari berbagai sumber seperti siswa, orang tua, atau informasi online. 3. **Mengajukan hipotesis**: Berdasarkan hasil refleksi, guru menyusun berbagai kemungkinan penyebab dan solusi untuk masalah yang ada. 4. **Memilih hipotesis yang paling mungkin**: Dari hipotesis yang diajukan, guru memilih solusi yang paling sesuai dengan kondisi dan situasi lapangan, merencanakan langkah-langkah yang diperlukan, dan memperhitungkan potensi hambatan yang mungkin muncul. 5. **Melaksanakan dan mengevaluasi perencanaan**: Setelah perencanaan, guru melaksanakan solusi yang telah dipilih dan melakukan evaluasi secara berkelanjutan. Guru dapat bekerja sama dengan rekan sejawat atau meminta pendapat mereka dalam proses ini. 6. **Menyusun laporan**: Langkah terakhir adalah menyusun laporan mengenai hasil pengembangan yang dilakukan, yang penting untuk publikasi dan diseminasi agar hasilnya dapat dimanfaatkan oleh pihak lain. Peran guru sangat krusial dalam pendekatan grass roots karena mereka bertindak sebagai pelaksana perubahan dan penyempurnaan kurikulum, sementara administrator berperan sebagai motivator dan fasilitator. Pendekatan ini lebih mungkin diterapkan di negara-negara dengan sistem pendidikan desentralisasi, di mana kebijakan pendidikan dikelola oleh tingkat daerah atau sekolah, memungkinkan adanya persaingan antar sekolah atau daerah untuk meningkatkan kualitas pendidikan. D. **Perbedaan pendekatan Top Down dengan Grass Root dalam Pengembangan Kurikulum.**