Konfigurasi Jaringan SC PDF
Document Details
Tags
Summary
This document discusses supply chain configuration, including topics such as initial needs assessment, trade-offs in supply chain network design, influencing factors, and different models.
Full Transcript
KONFIGURSI JARINGAN SUPPLY CHAIN Sub bahan kajian Penentuan Kebutuhan Awal Tradeoff dalam Merancang Jaringan Rantai Pasok Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jaringan Rantai Pasok Model-Model Untuk Merancang Jaringan Rantai Pasok Tujuan dari keberadaan jaringan SC :...
KONFIGURSI JARINGAN SUPPLY CHAIN Sub bahan kajian Penentuan Kebutuhan Awal Tradeoff dalam Merancang Jaringan Rantai Pasok Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jaringan Rantai Pasok Model-Model Untuk Merancang Jaringan Rantai Pasok Tujuan dari keberadaan jaringan SC : untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang tentunya bisa berubah secara dinamis dari waktu ke waktu. Perancangan jaringan SC merupakan satu kegiatan strategis yang harus dilakukan pada SCM Perancangan jaringan SC mencakup keputusan tentang lokasi, jumlah, dan kapasitas fasilitas produksi & distribusi. Menurut Menurut Kibli Kibli et et al al (2010), (2010), rancangan rancangan jaringan jaringan SCSC mencakup mencakup jawaban jawaban terhadap terhadap berbagai berbagai pertanyaan pertanyaan berikut berikut :: Implementasi strategi SC bisa berlangsung secara efektif apabila SC memiliki jaringan dengan konfigurasi yang sesuai. Struktur jaringan menentukan SC yang responsif / efisien. SC Responsif SC Efisien Konfigurasi jaringan harus didukung oleh fasilitas Jaringan relatif tersentralisasi dengan produksi dan gudang yang lebih banyak dan fasilitas yang lebih sedikit tersebar di berbagai lokasi pemasaran Pada dasarnya jaringan SC merupakan hasil dari beberapa keputusan strategis berikut: Keputusan tentang lokasi fasilitas produksi dan gudang, dan keputusan tentang pembelian Keputusan outsourching Keputusan tentang aliran produk pada fasilitas-fasilitas fisik tsb. Fenomena SC banyak berubah dari model integrasi vertikal ke model outsourcing ke pihak ketiga. – Contoh: banyak perusahaan yang tadinya melakukan sendiri kegiatan pengepakan dan penyimpanan sekarang mengalihkan kegiatan tersebut ke pihak ketiga. Dalam membuat konfigurasi jaringan SC, pertimbangan strategi SC dan lingkungan bisnis sama-sama penting. Keputusan didasari oleh banyak pertimbangan seperti kondisi ekonomi, sosial politik, teknologi dan keamanan. SC yang ingin berkompetisi atas dasar HARGA, akan mencari tempat-tempat yang murah untuk lokasi operasi, walaupun harus mengirim material pada jarak yang sangat jauh. Perusahaan menerapkan kebijakan ini yakin bahwa peningkatan biaya transportasi lebih rendah dibandingkan dengan penurunan biaya produksi sehinga biaya keseluruhan akan berkurang dengan menempatkan pabrik di lokasi-lokasi tersebut. Konfigurasi SC tergantung juga pada karakteristik produk dan model distribusinya. – Produk softdrink seperti Coca-Cola yang pada intinya adalah produk fungsional dan harga menjadi salah satu faktor dominan dalam bersaing, memiliki pabrik di hampir setiap wilayah, bukan hanya karena ingin responsif terhadap kebutuhan pasar, tetapi karena ingin mencapai efisiensi dalam proses pengiriman. – Produk Coca-Cola adalah produk yang relatif mahal biaya transportasinya sehingga agar produk mereka sampai ke tangan konsumen dengan harga murah, Coca-Cola harus meminimalkan jarak transportasi. Contoh konfigurasi jaringan SC: – Waktu respon lebih cepat – Biaya transportasi dari pabrik ke gudang besar. Skala ekonomi pengiriman lebih sulit dicapai Kebutuhan sumber daya pengiriman dari pabrik ke gudang (mis: truk & sopir) lebih banyak. – Biaya-biaya tetap yang berkaitan dengan fasilitas (gudang) lebih besar – Biaya persediaan lebih tinggi karena tiap gudang akan memiliki stok sendiri, baik cycle stock maupun safety stock. – Dengan hanya ada dua gudang, rata- rata jarak kirim dari gudang ke toko atau pusat pelanggan lebih jauh. – Biaya pengiriman dari gudang ke lokasi toko atau daerah pelanggan lebih besar. – Semakin terpusat gudang-gudang penyimpanan suatu produk, semakin rendah fluktuasi permintaan, sehingga safety stock bisa dikurangi. Fasilitas adalah tempat-tempat dalam jaringan supply chain dimana inventory disimpan, dirakit, atau diproduksi. Dua jenis umum dari fasilitas : tempat produksi dan tempat penyimpanan. Penentuan fasilitas mempunyai dampak yang besar dalam tingkat responsifitas dan efisiensi supply chain. Komponen dari keputusan mengenai fasilitas : a. Location b. Capacity c. Operation methodology d. Warehouse methodology a. Location – Penentuan keputusan dimana suatu perusahaan menentukan lokasi pabrik atau gudangnya. b. Capacity Perusahaan menentukan kapasitas dari masing-masing fasilitas yang dimiliki. c. Operation methodology Bagaimana metode perusahaan dalam memproduksi barang (menggunakan mesin yang bersifat fleksibel atau mesin yang hanya bisa membuat satu macam produk saja). d. Warehouse Methodology Stock Keeping Unit (SKU) Storage. Gudang tradisional yang menyimpan segala macam produk dalam suatu tempat. Job Lot Storage. Yaitu suatu metode penyimpanan persediaan dimana semua produk-produk yang berbeda dibutuhkan untuk suatu pekerjaan khusus atau memuaskan konsumen tipe khusus, disimpan bersama-sama. Crossdocking. Yaitu sebuah metode, dimana barang tidak disimpan dalam fasilitas (gudang) perusahaan. Truk dari pemasok tiap hari membawa jenis barang pesanan yang berbeda-beda, diangkut menuju fasilitas perusahan. Dari perusahaan dipecah menjadi bagian-bagian kecil dan dengan cepat diangkut ke retailer menggunakan truk-truk lain yang berisi barang-barang yang beragam. Trade-off : – Perusahaan yang responsif terhadap pasar cenderung memiliki fasilitas yang lebih banyak dan biasanya menempatkan fasilitas produksi atau gudang dekat dengan pasar. Meningkatnya jumlah fasilitas, meningkatkan biaya persediaan, tetapi menurunkan biaya transportasi dan mengurangi waktu respon. Meningkatkan fleksibilitas akan meningkatkan biaya fasilitas tetapi mengurangi biaya persediaan dan waktu respon. Fleksibel adalah kemampuan mengakomodasi fluktuasi yang terjadi pada saluran SC spt supplier, distributor, customer. – Adalah semua bahan mentah, barang dalam proses, dan barang jadi dalam rantai pasokan Inventory merupakan salah satu penggerak supply chain yang penting karena perubahan kebijakan inventory dapat mengubah secara drastis tingkat responsivitas dan efisiensi supply chain. Komponen dari keputusan mengenai inventory adalah (Chopra dan Meindl, 2004): a. Cycle inventory b. Safety Inventory c. Seasonal Inventory a. Cycle Inventory Cycle inventory adalah jumlah rata-rata dari inventory yang digunakan untuk memenuhi permintaan dalam suatu waktu. Misalnya dalam sebulan memerlukan 10 ton bahan baku, perusahaan bisa saja memesan 10 ton dalam sekali pesan atau bisa memesan 1 ton yang dipesan tiap 3 hari. tergantung dari strategi supply chain apa yang mereka terapkan (responsif atau efisiensi) dengan memperhitungkan ordering cost (biaya pesan) dan holding cost (biaya penyimpanan). b. Safety Inventory Safety inventory adalah inventory yang dibuat untuk berjaga-jaga terhadap perkiraan akan kelebihan permintaan. Ini digunakan untuk mengatasi ketidakpastian atas permintaan yang tinggi. c. Seasonal Inventory Seasonal inventory adalah inventory yang dibuat untuk mengatasi keragaman yang dapat diprediksi dalam permintaan. Perusahaan yang menggunakan seasonal inventory akan membangun persediaan mereka pada periode permintaan barang rendah dan menyimpannya untuk periode permintaan barang menjadi tinggi, dimana pada saat permintaan tinggi mereka tidak dapat memproduksi semua barang untuk memenuhi permintaan. Trade-off : – Peningkatan persediaan umumnya membuat SC lebih responsif – Tingkat persediaan yang lebih tinggi memungkinkan pengurangan biaya produksi dan transportasi, tetapi biaya penyimpanan persediaan meningkat Informasi terdiri dari data dan analisis yang berkaitan dengan inventory, transportasi, fasilitas dan pelanggan diseluruh supply chain. Informasi menyajikan pihak manajemen kesempatan untuk membuat supply chain lebih responsif dan efisien. Informasi secara potensial adalah penggerak terbesar performa supply chain. Komponen dari keputusan mengenai informasi adalah (Chopra dan Meindl, 2004): a. Push versus Pull b. Cordinating and Information sharing c. Forecasting and Aggregate Planning d. Enabling Technologies a. Push versus Pull – Sistem push biasanya menggunakan Material Requirement Planning untuk jadwal produksi. – Sistem pull menggunakan informasi atas permintaan aktual konsumen, sehingga perusahaan dapat dengan tepat memenuhi permintaan tersebut. b. Cordinating and Information sharing Koordinasi dari supply chain terjadi ketika semua tingkatan dari supply chain bekerja menuju tujuan yang memaksimalkan keuntungan total supply chain dibandingkan dengan bekerja sendiri- sendiri Kekurangan koordinasi berpengaruh pada kerugian yang besar atau keuntungan supply chain. Ini bisa dilakukan dengan pertukaran data antara tiap-tiap bagian dalam supply chain itu sendiri. c. Forecasting and Aggregate Planning Peramalan adalah ilmu pengetahuan dan seni untuk membuat rencana mengenai kebutuhan masa depan dan kondisinya. Peramalan digunakan dalam pengambilan keputusan. Setelah menciptakan peramalan, maka perusahaan mengubah menjadi rencana aktivitas untuk memenuhi permintaan yang telah diperhitungkan. d. Enabling Technologies 1. Electronic Data Interchange (EDI) 2. The Internet 3. Enterprise Resource Planning (ERP) Systems 4. Supply Chain Management (SCM) Software 5. Radio Frequency Identification (RFID) Peran dalam Strategi Kompetitif : – Informasi yang tepat dapat membantu SC memenuhi kebutuhan pelanggan dengan biaya lebih rendah – Meningkatkan visibilitas transaksi dan koordinasi keputusan di seluruh rantai pasokan. – Siapa yang akan melakukan aktivitas rantai pasokan tertentu Keputusan sumber daya sangat penting karena mempengaruhi tingkat efisiensi dan respons dalam rantai pasokan Outsource kepada pihak ketiga yang responsif diperlukan jika biaya yang dibutuhkan terlalu mahal untuk mengembangkan sendiri. Globalisasi menciptakan lebih banyak pilihan sumber daya dengan peluang dan potensi risiko besar. Keputusan dalam sourching: – In-house atau outsourcing – Pemilihan pemasok Jumlah pemasok, kriteria evaluasi dan seleksi, negosiasi langsung atau lelang – Pembelian Pemasok yang langsung mengirimkan produk sebagai tanggapan atas pesanan pelanggan. Trade-off : Meningkatkan surplus rantai pasokan Tingkatkan total surplus untuk dibagikan ke seluruh rantai pasokan Sumber daya berdampak pada penjualan, layanan, biaya produksi, biaya persediaan, biaya transportasi, dan biaya informasi Outsource bisa diterapkan jika bisa meningkatkan surplus dibanding dikerjakan sendiri oleh perusahaan. Tetap berfungsi in-house jika pihak ketiga tidak dapat meningkatkan surplus rantai pasokan atau jika risiko outsourcing signifikan Strategi penetapan harga dapat digunakan untuk mencocokkan permintaan dan penawaran Perusahaan dapat menggunakan strategi penetapan harga optimal untuk meningkatkan efisiensi dan responsif Strategi penetapan harga yang berbeda menghasilkan profil permintaan yang berbeda yang harus dilayani rantai pasokan Penyedia kegiatan harus memutuskan bagaimana menetapkan harga dengan tepat untuk mencerminkan skala ekonomi. Keputusan dalam penentuan harga: – Harga Tetap versus Harga Menu Jika biaya SC marjinal atau nilai untuk pelanggan bervariasi secara signifikan di sepanjang beberapa atribut, seringkali efektif untuk memiliki menu penetapan harga. Dapat mengarah pada perilaku pelanggan yang berdampak negatif terhadap laba. Trade-off : Meningkatkan laba perusahaan Strategi dapat mendukung : efisiensi dalam rantai pasokan, menurunkan biaya rantai pasokan, mempertahankan pangsa pasar, atau mencuri pangsa pasar Penetapan harga diferensial dapat digunakan untuk menarik pelanggan dengan berbagai kebutuhan Strategi harus membantu meningkatkan pendapatan atau mengecilkan biaya atau lebih baik keduanya. Aspek lingkungan bisnis yang perlu dievaluasi secara cermat dalam mengambil keputusan terkait dengan konfigurasi supply chain adalah: – Faktor ekonomi makro – Faktor sosial politik – Faktor teknologi – Faktor keamanan 1. Faktor Ekonomi Makro Meliputi: pajak, bea cukai, tingkat kurs, dan faktor ekonomi lainnya yang tidak ada dalam diri perusahaan tersebut. Faktor ini memiliki dampak yang signifikan terhadap kesuksesan atau kegagalan dari jaringan rantai pasokan. 2. Faktor Sosial Politik Meliputi : kultur masyarakat, tingkat penerimaan mereka terhadap kehadiran investasi asing, ketersediaan tenaga kerja yang dibutuhkan, peraturan ketenagakerjaan dan kebijakan pemerintah lainnya. Stabilitas politik dalam suatu negara merupakan hal yang sangat dipertimbangkan karena memiliki dampak yang signifikan terhadap peranan dalam pilihan lokasi. Perusahaan lebih memilih untuk menempatkan fasilitas pada lokasi atau Negara yang memiliki tingkat stabilitas yang memberikan kejelasan dalam hal aturan-aturan perdagangan dan kepemilikan. 3. Faktor Teknologi Karakteristik yang terdapat pada teknologi produksi memiliki dampak yang signifikan terhadap keputusan jaringan desain. Fasilitas-fasilitas lokal dipersiapkan, karena akan membantu biaya transportasi yang lebih rendah. Fleksibilitas dalam teknologi produksi berdampak pada tingkat konsolidasi yang dapat dicapai oleh jaringan. 4. Faktor Keamanan Faktor keamanan menentukan apakah suatu negara atau wilayah cukup menarik untuk dijadikan tempat operasi atau tempat untuk mendapatkan input (seperti bahan baku) bagi suatu supply chain. Beberapa model jaringan rantai pasok: – Logistics Network Model – The Interenterprise Supply Chain Model – Gravity Location Model – Model Lokasi dan Alokasi Dengan Batasan Kapasitas – Model Penentuan Lokasi dan Gudang Secara Simultan 2 konsep untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pergerakan barang : – Mengurangi jumlah supplier Tujuan: mengurangi ketidakseragaman, biaya negosiasi dan pelacakan (tracking) Perubahan konsep multiple-supplier ke single supplier.. – Mengembangkan supplier partnership atau strategic alliance Supplier partnership merupakan strategic sources yang dapat diandalkan dan menjamin kelancaran pergerakkan barang dalam supply chain. Logistics Network Model, dengan pemain utama adalah : 1. Suppliers 2. Manufacturer 3. Distribution 4. Retail Outlets 5. Customers Chain 1 : Suppliers – Sumber penyedia bahan pertama: bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, subassemblies, suku cadang, dll. – Sumber pertama disebut dengan suppliers, termasuk di dalamnya : suppliers’ suppliers atau sub-suppliers yang biasanya jumlahnya banyak. Chain 1 – 2 : Suppliers – Manufacturer – Rantai pertama dihubungkan dengan rantai ke dua yaitu manufacturer atau plants atau assembler atau fabricator atau bentuk lain yang melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi, merakit, mengkonversikan atau menyelesaikan barang (finishing). Chain 1 – 2 – 3 : Suppliers – Manufacturer – Distribution – Barang yang sudah jadi mulai disalurkan oleh manufacturer ke pelanggan. – Barang dari pabrik disalurkan melalui gudang ke gudang distributor atau wholesaler atau pedagang besar dalam jumlah besar. Chain 1 – 2 – 3 – 4 : Suppliers – Manufacturer – Distribution – Retail Outlets – Pedagang besar biasanya mempunyai gudang sendiri atau menyewa gudang dari pihak lain. – Gudang dipakai untuk menimbun barang sebelum disalurkan ke pihak pengecer. – Disini dapat dilakukan penghematan dalam bentuk jumlah inventories dan biaya gudang, dengan cara melakukan desain kembali pola pengiriman barang baik dari manufacturer maupun ke pengecer. Chain 1 – 2 – 3 – 4 – 5 : Suppliers – Manufacturer – Distribution – Retail Outlets – Customers – Barang ditawarkan oleh pengecer atau retailers langsung ke pelanggan atau pengguna barang tersebut. – Merupakan rantai terakhir, tetapi bisa jadi masih ada satu mata rantai lagi yaitu pembeli yang mendatangi real customers atau real user. – Mata rantai benar-benar berhenti jika barang telah sampai ke pemakai yang sebenarnya. Susun deskripsi Desain Jaringan dalam Supply Chain https://bit.ly/3fB6gim