Makalah Bimbel Fix Kelompok 2 PDF 2024
Document Details
Uploaded by Deleted User
Universitas Bhinneka PGRI Tulungagung
2024
Tags
Related
- Bremerich-Vos et al. 2009 Chapter 5: Writing PDF
- Currículo Educativo: Diseño y Aplicación PDF
- Teacher's Professional Competence in Biology Education
- Strengthening Teacher Support for Math Learning Outcomes (El Salvador 2019)
- Didáctica Universitaria PDF
- Mentoría en la formación docente como base para el aprendizaje significativo de las competencias investigativas PDF
Summary
This is a makalah (academic paper) about learning, specifically focused on students in elementary school (SD). It covers definition, types, problems, factors, and solutions to learning problems, characteristics, growth, development, and learning styles of elementary school students, and includes a list of references for further research.
Full Transcript
DEFINISI BELAJAR, JENIS-JENIS BELAJAR, PROBLEMATIKA BELAJAR, FAKTOR TERJADINYA BELAJAR, PENANGGULANGAN PROBLEMATIKA BELAJAR, KARAKTERISTIK SISWA SD, PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SISWA SD, GAYA BELAJAR SISWA SD Dos en Pengampu : Leny Suryaning Astutik, M.Pd...
DEFINISI BELAJAR, JENIS-JENIS BELAJAR, PROBLEMATIKA BELAJAR, FAKTOR TERJADINYA BELAJAR, PENANGGULANGAN PROBLEMATIKA BELAJAR, KARAKTERISTIK SISWA SD, PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SISWA SD, GAYA BELAJAR SISWA SD Dos en Pengampu : Leny Suryaning Astutik, M.Pd Anggota Kelompok : 1. Putri Cahaya Maharani (21186206105) 2. Kharisma Nanda Aprilia (21186206120) 3. Gangga Yoyok Prasetyo (21186206121) 4. Illa Estiana (21186206150) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS SOSIAL DAN HUMANIORA UNIVERSITAS BHINNEKA PGRI TULUNGAGUNG TAHUN 2024 KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,atas segala nikmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “DEFINISI BELAJAR, JENIS-JENIS BELAJAR, PROBLEMATIKA BELAJAR, FAKTOR TERJADINYA BELAJAR, PENANGGULANGAN PROBLEMATIKA BELAJAR, KARAKTERISTIK SISWA SD, PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SISWA SD, GAYA BELAJAR SISWA SD”. Sholawat serta salam semoga selalu senantiasa abadi tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung kita Nabi Muhammad SAW dan umatnya. Sehubungan dengan adanya penulisan makalah ini, maka penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Ibu Leny Suryaning Astutik M.Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah Bimbingan Belajar Universitas Bhinneka PGRI. 2. Kedua orang tua yang telah mendukung dan membantu secara finansial dalam mengerjakan makalah ini. 3. Serta teman-teman yang telah banyak membantu penulis dalam mengerjakan makalah ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukkan, saran, dan kritik dari semua pihak yang telah membaca makalah ini. Demikian makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak dan penulis sendiri. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih. Tulungagung, 05 Oktober 2024 Kelompok 2 ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii BAB I......................................................................................................................................... 4 PENDAHULUAN.................................................................................................................... 4 A. Latar Belakang.............................................................................................................. 4 B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 6 C. Tujuan Masalah............................................................................................................. 6 BAB II....................................................................................................................................... 7 PEMBAHASAN....................................................................................................................... 7 A. Definisi Belajar.............................................................................................................. 7 B. Jenis-Jenis Belajar........................................................................................................ 8 C. Problematika Belajar.................................................................................................. 10 D. Faktor Terjadinya Belajar......................................................................................... 13 E. Penanggulangan Problematika Belajar.................................................................... 14 F. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar........................................................................... 15 G. Pertumbuhan dan Perkembangan Siswa Sekolah Dasar.................................... 16 H. Gaya Belajar Siswa Sekolah Dasar........................................................................ 18 BAB III.................................................................................................................................... 22 PENUTUP............................................................................................................................... 22 A. Kesimpulan.................................................................................................................. 22 B. Saran............................................................................................................................ 22 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 23 iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan manusia. Pendidikan selalu mengalami perubahan, perkembangan dan perbaikan sesuai dengan perkembangan di segala bidang kehidupan. Perubahan dan perbaikan dalam bidang pendidikan meliputi berbagai komponen yang terlibat di dalamnya baik itu pelaksana pendidikan di lapangan (kompetensi guru dan kualitas tenaga pendidik), mutu pendidikan, perangkat kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan dan mutu menejemen pendidikan termasuk perubahan dalam metode dan strategi pembelajaran yang lebih inovatif. Upaya perubahan dan perbaikan tersebut bertujuan membawa kualitas pendidikan Indonesia lebih baik. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, maka peningkatan mutu pendidikan suatu hal yang sangat penting bagi pembangunan berkelanjutan di segala aspek kehidupan manusia. Sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional, maupun global (M ulyasa, 2006: 4). Memasuki masa era globalisasi, bangsa Indonesia tidak mati-matinya selalu melakukan pembangunan disegala bidang kehidupan baik pembangunan material maupun spiritual termasuk di dalamnya sumber daya manusia, salah satu 2 faktor yang menunjang pembangunan atau peningkatan sumber daya manusia yaitu melalui pendidikan mendapat prioritas utama. Pendidikan tidak terlepas dari kegiatan pembelajaran. Belajar menurut Spears dalam Suprijono (2009:2) adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu. Jadi belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan kepada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, memahami sesuatu yang dipelajari Belajar merupakan proses yang harus dilalui manakala seseorang ingin mencapai sesuatu yang diharapkan dapat berhasil dengan baik. Belajar merupakan 4 suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010: 2). Belajar merupakan aktifitas penting yang dilakukan oleh siswa di dalam dunia pendidikan, karena dengan proses belajar anak akan menjadi tahu dari apa yang tidak diketahuinya. Menurut Susilo (2006: 22) proses belajar akan terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu dilingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuhan-tumbuhan, manusia, atau hal-hal lain yang dijadkan bahan ajar. Belajar merupakan suatu aktifitas yang bersifat psikologis maupun fisiologis. Aktifitas yang bersifat psikologis yaitu, aktifitas yang merupakan proses mental, misalnya aktifitas berpikir, memahami, menyimpulkan, menyimak, menelaah, membandingkan, membedakan, mengungkapkan, menganalisis, dan sebagainya. Sedangkan aktifitas yang bersifat fisiologis yaitu, aktifitas yang merupakan proses penerapan atau praktik, misalnya melakukan eksperimen atau percobaan, latihan, kegiatan praktik, membuat karya (produk), apresiasi dan sebagainya (Rusman, 2011: 7). Sebagai mahluk sosial manusia tidak dapat melepaskan diri dari manusia lain, antara manusia yang satu dengan manusia yang lain mereka saling membutuhkan satu sama lain. Hubungan ini akan terjalin suatu proses saling mempengaruhi. Dalam proses belajar mengajar guru dituntut untuk dapat mewujudkan dan menciptakan situasi yang memungkinkan siswa untuk aktif dan kreatif. Pada sistem ini diharapkan siswa dapat secara optimal melaksanakan aktivitas belajar sehingga tujuan instruksional yang telah ditetapkan dapat tercapai secara maksimal. Selain itu belajar juga memiliki arti penting bagi siswa dalam melaksanakan kewajiban keagamaan, meningkatkan derajat kehidupan, dan mempertahankan dan mengembangkan kehidupan. Karena belajar sangat penting dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, dimakalah ini akan dibahas semua hal yang berkaitan dengan belajar. 5 B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Belajar ? 2. Apa saja Jenis-Jenis Belajar ? 3. Apa Saja Problematika Dalam Belajar ? 4. Apa Saja Faktor-Faktor Terjadinya Belajar ? 5. Bagaimana Penanggulangan Dalam Problematika Belajar ? 6. Bagaimana Karakteristik Yang Dimiliki Siswa Sekolah Dasar ? 7. Bagaimana Pertumbuhan dan Perkembangan Yang Dialami Siswa Sekolah Dasar ? 8. Apa Saja Gaya Belajar Siswa Sekolah Dasar ? C. Tujuan Masalah 1. Untuk Mengetahui Definisi Dari Belajar 2. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Belajar 3. Untuk Mengetahui Problematika Belajar Yang Dialami Siswa 4. Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Terjadinya Belajar 5. Untuk Mengetahui Penanggulangan Dalam Problematika Belajar 6. Untuk Mengetahui Berbagai Karakteristik Yang Dimiliki Siswa Sekolah Dasar 7. Untuk mengetahui Pertumbuhan dan Perkembangan Yang Dialami Siswa Sekolah Dasar 8. Untuk Mengetahui Macam-Macam Gaya Belajar Yang Digunakan Siswa Sekolah Dasar 6 BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Belajar Belajar adalah suatu proses didalam kepribadian manusia, perubahan tersebut ditempatkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas. Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respons. Belajar merupakan suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh Buku Ajar Belajar dan Pembelajaran pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman (experience). Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri, maupun didalam suatu kelompok tertentu. Dipahami ataupun tidak dipahami, sesungguhnya sebagian besar aktivitas didalam kehidupan sehari-hari kita merupakan kegiatan belajar. Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan (knowledge) atau a body of knowledge. Definisi belajar menurut Hilgar dan Bower dalam bukunya “Theories of Learning” (1975), belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan kematangan. Menurut Gagne dalam buku The Condition of Learning (1977) belajar terjadi apabila sesuatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi tadi. Morgan dalam buku Induction to Pshycologie(1978) mengemukakan adalah sikap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. 7 Witherington, dalam buku Educational Pshycology, mengemukakan belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. Selanjutnya pendapat lain mengenai belajar dikemukakan oleh Abdillah dalam Aunurrahman (2014, hlm. 35) yaitu, “Suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu”. Sedangkan Rusman (2010, hlm. 134) mengemukakan bahwa, “Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya sekedar menghafal, melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri seseorang”. Dari beberapa pengertian belajar di atas, adapat dipahami bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan berbagai aspek dalam individu yang diperoleh melalui pengalaman ataupun interaksi dengan lingkungan untuk mencapai tujuan tertentu. B. Jenis-Jenis Belajar Jenis-jenis belajar bermacam-macam, dilihat dari sudut pandang para ahli yang berbeda-beda. Menurut Gagne dalam Asep Jihad (2012) membagi belajar menjadi 8 jenis yaitu: a) Belajar isyarat (signal learning) b) Belajar stimulus (stimulus response learning) c) Belajar rantai atau rangkaian (chaining) d) Belajar asosiasi verbal (verbal association) e) Belajar diskriminatif (discrimination learning) f) Belajar konsep (concept learning) g) Belajar aturan (rule learning) h) Belajar memecahkan masalah (problem solving) 8 Selanjutnya pendapat lain mengenai jenis-jenis belajar dikemukakan oleh Yusuf dalam Asep Jihad (2012, hlm. 7) mengemukakan bahwa jenis belajar dapat dibagi ke dalam 5 jenis yaitu sebagai berikut: a) Belajar keterampilan intelektual, untuk memperoleh kemampuan untuk membantu dan mengungkapkan konsep, pengertian, pendapat, dan generalisasi pemecahan masalah. b) Belajar kognitif, yaitu untuk menambah atau memperoleh pengetahuan, pemahaman, pengertian dan informasi tentang berbagai hal. c) Belajar verbal, yaitu belajar untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman dan kemampuan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan yang lainnya. d) Belajar keterampilan motorik, yaitu untuk memperoleh kemampuan atau penguasaan keterampilan untuk membuat, memainkan, memproses dan memperbaiki. e) Belajar sikap, yaitu untuk memperoleh kemampuan dalam menerima, merespon, menghargai, menghayati dan menginterpretasikan objek-objek atau nilai-nilai moral. Selanjutnya Ali dalam Asep Jihad (2012, hlm. 7) mengemukakan bahwa, “Bentuk atau jenis-jenis belajar dibagi ke dalam empat jenis yaitu belajar verbal, belajar konsep dan prinsip, belajar pemecahan masalah, dan belajar keterampilan”. Sedangkan Rusyan dalam Asep Jihad (2012, hlm. 7) membedakan belajar menjadi dua yaitu belajar konsep dan belajar proses”. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa jenis-jenis belajar secara garis besar yaitu belajar afektif, belajar kognitif, dan belajar psikomotor. Belajar afektif yaitu belajar mengenai aspek sikap untuk memperoleh karakter nilai-nilai dari norma. Belajar kognitif yaitu belajar mengenai aspek pengetahuan untuk memperoleh pemahaman, wawasan, informasi. Belajar psikomotor yaitu belajar mengenai keterampilan untuk memperoleh suatu keahlian/kemampuan memproses keterampilan itu sendiri. 9 C. Problematika Belajar Permasalahan belajar adalah situasi khusus yang dihadapi oleh seorang siswa dan menghalangi kemajuan dalam proses memperoleh perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan. Situasi tersebut bisa berkaitan dengan kondisi individu itu sendiri, seperti kelemahan yang dimilikinya, atau bisa juga terkait dengan lingkungan yang tidak mendukung bagi perkembangannya. Tidak hanya siswa-siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar yang terpengaruh, tetapi juga siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, pintar, atau cerdas. Menurut Catur Hari Wibowo (2015) istilah masalah/problematika berasal dari bahasa inggris yaitu problematic yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam Kamus Besar Indonesia (2002), problema berarti hal yang belum dapat dipecahkan, yang menimbulkan masalah sebagai suatu kesulitan yang dapat didefinisikan sebagai suatu kesulitan yang perlu dipecahkan, diatasi atau disesuaikan. Syukir (1983) mengemukakan masalah adalah suatu kesenjangan yang mana antara harapan dan kenyataan yang di harapkan dapat menyelesaikan atau dapat diperlukan. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan masalah adalah berbagai persoalan- persoalan sulit yang dihadapi dalam proses pemberdayaan, baik yang datang dari individu (faktor internal) maupun dalam upaya pemberdayaan sumber daya alam atau guru dalam dunia pendidikan. Menurut Aunurrahman (2014), belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Syarifuddin (2011), belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap pada seseorang akibat pengalaman atau latihan yang menyangkut aspek fisik maupun psikis, seperti dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak berpengetahuan menjadi tahu tentang sesuatu, dari tahu menjadi lebih tahu, dari tidak memiliki keterampilan menjadi memiliki keterampilan dan sebagainya. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku menuju perubahan tingkah laku yang baik, dimana perubahan tersebut terjadi melalui latihan atau pengalaman (Nidawati, 2013), sehingga dapat di simpulkan bahwa belajar merupakan kegiatan penting yang 10 harus dilakukan setiap orang secara maksimal untuk dapat menguasai atau memperoleh sesuatu agar memperoleh suatu perubahan tingkah laku. Berdasarkan pendapat diatas, problematika belajar adalah permasalahan yang harus diselesaikan dalam proses pembelajaran agar terciptanya perubahan tingkah laku individu secara menyeluruh sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri didalam interaksi dengan lingkungan sekitar. Problematika/masalah belajar juga merupakan suatu kendala yang harus dihadapi dalam proses belajar mengajar yang harus dipecahkan agar tercapainya tujuan yang maksimal. Ada beberapa jenis-jenis masalah (problematika) belajar diantaranya sebagai berikut : Menurut Saechan Muchith (2008) menjelaskan tiga macam bentuk masalah/problematika pembelajaran yaitu: a) Masalah (Problem) yang bersifat metodologis yaitu masalah yang terkait dengan upaya atau proses pembelajaran yang menyangkut maslah kualitas penyampaian materi, kualitas interaksi antar guru dengan siswa, kualitas pemberdayaan sarana dan elemen dalam pembelajaran. b) Masalah yang bersifat cultural yaitu masalah yang berkaitan dengan karakter atau watak seorang guru dalam menyikapi atau mempersepsi terhadap proses pembelajaran. Masalah ini muncul dari cara pandang guru terhadap peran guru dan makna pembelajaran. c) Masalah yang bersifat sosial, yaitu masalah yang terkait dengan hubungan dan komunikasi antara guru dengan elemen lain yang ada di luar guru, seperti adanya kekurang harmonisan antara guru dan siswa, antara pimpinan sekolah dengan siswa, bahkan diantara sesama siswa. Ketidakharmonisan antara guru dan siswa bisa disebabkan akibat pola atau sistem kepemimpinan yang kurang memperhatikan masalah masalah kemanusiaan Problematika Belajar juga terdapat 2 faktor yaitu faktor internal dan eksternal, problematika belajar juga tidak hanya terjadi pada siswa saja namun juga terdapat pada guru, problematika belajar pada siswa dan guru diantaranya sebagai berikut : 11 1. Problematika Belajar Pada Siswa : Faktor Internal: Minat dan Motivasi: Kurang tertarik pada mata pelajaran tertentu, kurangnya motivasi untuk belajar, atau kesulitan menemukan tujuan belajar yang jelas. Kognitif: Kesulitan dalam memahami konsep, daya ingat yang lemah, kesulitan dalam memecahkan masalah, atau gaya belajar yang tidak sesuai dengan metode pembelajaran yang digunakan. Emosional: Cemas, stres, depresi, atau gangguan emosional lainnya yang dapat mengganggu konsentrasi dan proses belajar. Fisik: Kondisi kesehatan yang kurang baik, gangguan tidur, atau kekurangan nutrisi yang dapat mempengaruhi kinerja otak. Faktor Eksternal: Lingkungan Belajar: Kondisi lingkungan belajar yang tidak kondusif, seperti ruang kelas yang bising, kurangnya fasilitas belajar, atau kurangnya dukungan dari orang tua. Guru: Metode pembelajaran yang kurang efektif, kurangnya interaksi antara guru dan siswa, atau perbedaan gaya belajar antara guru dan siswa. Teman Sebaya: Pengaruh negatif dari teman sebaya, seperti pergaulan bebas atau bullying. Kurikulum: Kurikulum yang terlalu padat, materi pembelajaran yang kurang relevan, atau metode penilaian yang tidak sesuai. 2. Probelamika Belajar Pada Guru : Kurangnya Kompetensi: Kurangnya penguasaan materi pelajaran, kurangnya keterampilan dalam mengelola kelas, atau kurangnya kemampuan dalam mengembangkan materi pembelajaran yang menarik. Beban Kerja: Beban kerja yang terlalu berat, seperti banyaknya tugas administratif, persiapan mengajar, dan kegiatan ekstrakurikuler. Kurangnya Motivasi: Kurangnya motivasi untuk terus belajar danmengembangkan diri sebagai seorang pendidik. Kondisi Fisik dan Mental: Kondisi kesehatan yang kurang baik, stres, atau kelelahan yang dapat mempengaruhi kinerja dalam mengajar. 12 D. Faktor Terjadinya Belajar Faktor terjadinya belajar adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran, baik dari dalam diri siswa (faktor internal) maupun dari luar diri siswa (faktor eksternal). Faktor-faktor ini dapat memengaruhi motivasi, minat, pemahaman, dan hasil belajar siswa. Secara umum, faktor terjadinya belajar dapat dibagi menjadi dua kategori utama: 1. Faktor Internal o Kognitif: Kemampuan berpikir, daya ingat, perhatian, dan pemahaman siswa. o Afektif: Sikap, minat, motivasi, emosi, dan nilai-nilai yang dimiliki siswa. o Psikomotor: Keterampilan fisik dan gerakan yang mendukung proses belajar. o Fisiologis: Kondisi fisik siswa seperti kesehatan, gizi, dan tingkat kelelahan. 2. Faktor Eksternal o Lingkungan Keluarga: Suasana keluarga, dukungan orang tua, dan gaya parenting. o Lingkungan Sekolah: Guru, kurikulum, metode pembelajaran, fasilitas sekolah, dan teman sebaya. o Lingkungan Masyarakat: Budaya, sosial ekonomi, dan akses terhadap sumber belajar. Contoh Faktor Terjadinya Belajar dalam Bimbel Faktor Internal: o Minat: Siswa yang memiliki minat tinggi pada suatu mata pelajaran cenderung lebih mudah belajar dan memahami materi. o Motivasi: Adanya motivasi intrinsik (dari dalam diri) atau ekstrinsik (dari luar diri) dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat. o Kecerdasan: Setiap individu memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Mengetahui jenis kecerdasan siswa dapat membantu guru bimbel dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai. Faktor Eksternal: o Guru Bimbel: Kualitas guru bimbel, metode mengajar, dan kemampuannya dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sangat berpengaruh. 13 o Materi Ajar: Materi yang relevan, menarik, dan sesuai dengan tingkat pemahaman siswa akan meningkatkan efektivitas pembelajaran. o Fasilitas Bimbel: Ruangan yang nyaman, lengkap dengan peralatan belajar yang memadai, dapat mendukung proses belajar siswa. E. Penanggulangan Problematika Belajar Penanggulangan Problematika Belajar adalah bagian penting dalam bimbingan belajar yang fokus pada upaya mengatasi berbagai kesulitan atau hambatan yang dialami siswa dalam proses belajar. Tujuan utama dari bagian ini adalah untuk membantu siswa mencapai potensi belajar maksimal dan meningkatkan prestasi akademik mereka. beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi problematika belajar adalah: 1. Identifikasi Masalah: o Analisis Diri: Coba identifikasi bagian mana yang sulit dipahami, apa yang membuat tidak fokus, atau emosi apa yang muncul saat belajar. o Konsultasi: Bicarakan dengan guru, tutor, atau psikolog untuk mendapatkan pandangan yang lebih objektif. 2. Cari Penyebab: o Faktor Internal: Jika masalah berasal dari dalam diri, coba atasi dengan teknik relaksasi, meditasi, atau terapi. o Faktor Eksternal: Jika masalah berasal dari lingkungan, coba ubah suasana belajar atau cari dukungan dari orang terdekat. 3. Sesuaikan Strategi Belajar: o Gaya Belajar: Setiap orang memiliki gaya belajar yang berbeda (visual, auditori, kinestetik). Sesuaikan metode belajar dengan gaya belajar Anda. o Teknik Belajar: Gunakan teknik-teknik seperti membuat catatan, membuat mind map, atau belajar kelompok. 4. Manfaatkan Teknologi: o Aplikasi Belajar: Banyak aplikasi yang dapat membantu dalam belajar, seperti aplikasi kamus, aplikasi belajar bahasa, atau aplikasi latihan soal. o Online Learning: Manfaatkan platform pembelajaran online untuk mendapatkan materi yang lebih beragam dan fleksibel. 14 5. Jalin Komunikasi: o Guru: Jangan ragu untuk bertanya kepada guru jika ada materi yang belum dipahami. o Teman: Belajar bersama teman dapat membantu saling melengkapi dan memotivasi. o Orang Tua: Libatkan orang tua dalam proses belajar, mintalah dukungan dan bimbingan. F. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Karakter menurut Puerwadarminta adalah watak, tabiat atau sifat-sifat kejiwaansedang menurut IR Pedjawijatna mengemukakan karakter atau watak adalah seluruh aku yang ternyata dalam tindakannya (insani). Dengan beberapa pengertian tersebut dapat penulis katakan bahwa karakteristik siswa adalah merupakan semua watak yang nyata dan timbul dalam suatu tindakan siswa dalah kehidupannya setiap saat. Sehingga dengan demikian, karena watak dan perbuatan manusia yang tidak akan lepas dari kondrat, dan sifat , serta bentuknya yang berbeda-beda, maka tidak heran jika bentuk dan karakter siswa juga berbeda-beda. Adapun bentuk dan karakter siswa SD khususnya adalah dapat di uraikan sebagai berikut : 1. Senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih – lebih untuk kelas rendah. Guru sd seyogiyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius seperti ipa, matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsur permainan seperti pendidikan jasmani, atau seni budaya dan keterampilan. 2. Senang bergerak, Orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan. 15 3. Anak senang bekerja dalam kelompok. Dari pergaulanya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga dan membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok. 4. Senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung. Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentuk konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang solat jikalangsung dengan prakteknya. G. Pertumbuhan dan Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Pertumbuhan dan perkembangan pada siswa sekolah dasar merupakan proses yang dinamis dan kompleks. Pada tahap ini, anak mengalami perubahan yang signifikan dalam berbagai aspek, baik kognitif, fisik, sosial, bahasa, maupun emosional. 1. Kognitif Kognitif perkembangannya diawali dengan perkembangan kemampuan mengamati, melihat hubungan dan memecahkan masalah sederhana. Kemudian berkembang ke arah pemahaman dan pemecahan masalah yang lebih rumit. Aspek 16 ini berkembang pesat pada masa anak mulai masuk sekolah dasar (usia 6-7 tahun). Berkembang konstan selama masa belajar dan mencapai puncaknya pda masa sekolah menengah atas (usia 16-17 tahun). Menurut Piaget, dinamika perkembangan intelektual individu mengikuti dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep atau pengalaman baru ke dalam struktur kognitif yang sudah ada di dalam pikirannya. Struktur kognitif yang dimaksud adalah segala pengetahuan individu yang membentuk pola-pola kognitif tertentu. Jadi struktur kognitif sesungguhnya merupakan kumpulan dari pengalaman dalam kognisi individu. Ada dua fungsi guru SD sekaitan proses asimilasi, yakni meletakkan dasar struktur kognitif yang tepat tentang sesuatu konsep pada kognisi anak dan memperkaya struktur kognitif menjadi semakin lengkap dan mendalam. Peletakkan struktur kognitif yang tepat tentang sesuatu konsep pada kognisi anak dianggap penting sebab pendidikan di SD sangat fundamental bagi pemerkayaan dan pendalaman. Sementara itu pemerkayaan dan pendalaman struktur kognitif anak diarahkan kepada perluasan wawasan kognitif mereka. 2. Fisik Perkembangan fisik anak usia SD mengikuti prinsip-prinsip yang berlaku umum menyangkut: tipe perubahan, pola pertumbuhan fisik dan karakteristik perkembangan serta perbedaan individual. Perubahan dalam proporsi mencakup perubahan tinggi dan berat badan. Pada fase ini pertumbuhan fisik anak tetap berlangsung. Anak menjadi lebih tinggi, lebih berat, lebih kuat, dan lebih banyak belajar berbagai keterampilan. Perkembangan fisik pada masa ini tergolong lambat tetapi konsisten, sehingga cukup beralasan jika dikenal sebagai masa tenang. 3. Sosial Perkembangan aspek sosial diawali pada masa kanak-kanak (usia 3-5 tahun). Anak senang bermain bersama teman sebayanya. Hubungan persebayaan ini berjalan terus dan agak pesat terjadi pada masa sekolah (usia 11-12 tahun) dan sangat pesat pada masa remaja (16-18 tahun). Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak berlangsung melalui hubungan antar teman dalam berbagai bentuk permainan. 4. Bahasa Aspek bahasa berkembang dimulai dengan peniruan bunyi dan suara, berlanjut dengan meraban. Pada awal masa sekolah dasar berkembang kemampuan berbahasa sosial yaitu bahasa untuk memahami perintah, ajakan serta hubungan 17 anak dengan teman-temannya atau orang dewasa. Pada akhir masa sekolah dasar berkembang bahasa pengetahuan. Perkembangan ini sangat berhubungan erat dengan perkembangan kemampuan intelektual dan sosial. Bahasa merupakan alat untuk berpikir dan berpikir merupakan suatu proses melihat dan memahami hubungan antar hal. Bahasa juga merupakan suatu alat untuk berkomunikasi dengan orang lain, dan komunikasi berlangsung dalam suatu interaksi sosial. Dengan demikian perkembangan kemampuan berbahasa juga berhubungan erat dan saling menunjang dengan perkembangan kemampuan sosial. Perkembangan bahasa yang berjalan pesat pada awal masa sekolah dasar mencapai kesempurnaan pada akhir masa remaja. 5. Afektif Perkembangan aspek afektif atau perasaan berjalan konstan, kecuali pada masa remaja awal (13-14 tahun) dan remaja tengah (15-16 tahun). Pada masa remaja awal ditandai oleh rasa optimisme dan keceriaan dalam hidupnya, diselingi rasa bingung menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya. Pada masa remaja tengah, rasa senang datang silih berganti dengan rasa duka, kegembiraan berganti dengan kesedihan, rasa akrab bertukar dengan kerenggangan dan permusuhan. Gejolak ini berakhir pada masa remaja akhir yaitu pada usia 18-21 tahun. 5. Emosional Rasa ingin tahu anak sangat tinggi, mereka selalu ingin belajar hal-hal baru, anak mulai mengalami perasaan yang lebih kompleks seperti kecemburuan, persaingan, dan empati, kemudian anak akan mulai menunjukkan keinginan untuk mandiri dan melakukan berbagai hal sendiri. H. Gaya Belajar Siswa Sekolah Dasar Gaya belajar adalah suatu cara dalam menerima, mengelola, mengingat, dan menerapkan informasi dengan mudah. Dengan mengetahui gaya belajar siswa, guru dapat membantu siswa belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki siswa sehingga prestasi belajar siswa dapat tumbuh dengan baik melalui pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajarnya. Menurut masing-masing siswa cenderung mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda yang berguna untuk pembelajaran. Gaya belajar dengan kata modalitas belajar, istilah lain untuk modalities adalah sensory acuity yang artinya suatu sistem yang dimiliki oleh seseorang untuk mengakses dunia luar, dan agar yang 18 bersangkutan tetap terhubung dengan dunia luar. Pada kata Bahasa Indonesia untuk sensory adalah indra. Manusia mempunyai 5 indra untuk memetakan informasi yang diaksesnya sehingga „‟dunia kecilnya” yaitu badan, jiwa dan rohnya terhubung dengan “dunia besar” yaitu dunia luar. Kelima indra itu adalah penglihatan (visual), pendengaran (auditory), perabaan atau perasaan (kinestetik), penciuman (olfactory) dan pengecapan (gustatory). Ada 3 jenis gaya belajar yaitu: 1. Gaya belajar visual (visual learning) Visual learning adalah gaya belajar dengan cara melihat sehingga mata memegang peranan penting. Gaya belajar visual dilakukan seseorang untuk memperoleh informasi seperti melihat gambar, diagram,peta, poster, grafik dan sebagainya. Gaya belajar seperti ini mengandalkan melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Ada beberapa karakteristik yang khas bagi siswa yang memiliki gaya belajar visual, yaitu: kebutuhan melihat sesuatu secara visual untuk mengetahui atau memahaminya, memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik, memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung, terlalu reaktif terhadap suara, sulit mengikuti anjuran secara lisan, dan seringkali salah menginterprestasikan kata atau ucapan. Ciri-ciri gaya belajar visual adalah sebagai berikut: a) Lebih mudah mengingat dengan cara melihat. b) Lebih suka membaca daripada dibacakan. c) Rapi dan teratur. d) Biasanya tidak terganggu oleh keributan. e) Mempunyai masalah untuk mengingat informasi verbal. 2. Gaya belajar auditorial (auditory learning) Gaya belajar ini biasanya disebut sebagai gaya belajar pendengar. Orang-orang yang memiliki gaya belajar pendengar mengandalkan proses belajarnya melalui pendengaran (telinga). Karakteristik gaya belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu. Ada beberapa karakteristik yang khas bagi siswa yang memiliki gaya belajar auditorial yaitu: siswa yang memiliki gaya belajar 19 ini adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran, memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, dan memiliki kesulitan menulis ataupun membaca. Model ini awalnya dikembangkan oleh Anthony Gregorc, Profesor di bidang kurikulum dan pengajaran di Universitas Connecticut. Kajian investigatifnya menyimpulkan adanya dua kemungkinan otak, yaitu, Persepsi konkret dan abstrak, Kemampuan pengaturan secara sekuensial (linear) dan acak (non linear). Ini dapat dipadukan menjadi 4 kombinasi kelompok perilaku yang disebut gaya berfikir. Gregorc menyebut gaya ini dengan sekusensial konkret,sekusensial abstrak, acak konkret, acak abstrak. Siswa yang termasuk dalam kategori “sekusen. Ciri-ciri gaya belajar auditorial yaitu: a) Lebih mudah mengingat dengan cara mendengarkan daripada melihat. b) Mudah terganggu oleh keributan. c) Suka berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar. d) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan. e) Menyukai music atau sesuatu yang bernada dan berirama. 3. Gaya belajar kinestetik (kinesthetic learning) Gaya belajar ini biasanya disebut juga sebagai gaya belajar penggerak. Hal ini disebabkan karena anak-anak dengan gaya belajar ini senantiasa menggunakan dan memanfaatkan anggota gerak tubuhnya dalam proses pembelajaran atau dalam usaha memahami sesuatu. Bagi pembelajar kinestetik, kadang-kadang membaca dan mendengarkan merupakan kegiatan yang sangat membosankan. Mereka memiliki kecenderungan lebih memahami tugasnya bila mereka mencobanya. Mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Karakteristik yang khas bagi siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik yaitu: menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya beberapa siswa yang memiliki satu macam gaya belajar secara menonjol. Pada umumnya siswa memiliki lebih dari satu macam gaya belajar, misalnya memiliki gabungan antara gaya belajar kinestetik dan visual atau gaya belajar auditorial dan visual, sebagainya. Identifikasi gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik membedakan bagaimana siswa menyerap 20 informasi lebih mudah. Model ini awalnya dikembangkan oleh Anthony Gregorc, professor di bidang kurikulum dan pengajaran di Universitas Connecticut. Ciri-Ciri gaya belajar kinestetik adalah sebagai berikut: a) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak. b) Berbicara dalam perlahan. c) Belajar melalui memanipulasi dan praktik. d) Tidak dapat duduk diam untuk jangka waktu yang lama. e) Banyak menggunakan isyarat tubuh. Ketiga gaya belajar tersebut baik visual, auditorial, dan kinestetik merupakan hal yang sangat penting diketahui oleh guru, karena gaya belajar merupakan ekspresi keunikan individu yang relavan dengan pendidikan. Kaitannya dengan pengajaran dikelas, gaya belajar dapat digunakan oleh guru untuk merancang model pengajaran yang efektif sebagai upaya membantu siswa belajar untuk mencapai prestasi yang tinggi. 21 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Proses belajar merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, perlu dilakukan berbagai upaya, baik oleh individu maupun oleh lingkungan sekitar. Pemahaman yang mendalam tentang proses belajar, faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta karakteristik siswa sangat penting untuk mengatasi berbagai masalah yang mungkin timbul dalam proses belajar. Bimbel memberikan kesempatan bagi siswa untuk mempelajari materi pelajaran secara lebih mendalam dan dengan pendekatan yang berbeda dari yang diajarkan di sekolah, bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami suatu materi pelajaran, bimbel dapat memberikan bantuan tambahan. B. Saran Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai definisi belajar, jenis-jenis, problematika, faktor terjadinya belajar, penanggulangan problematika belajar, karakteristik siswa sd, pertumbuhan dan perkembangan siswa sd, gaya belajar siswa sd. Penulis a juga menyadari bahwa sepenuhnya dalam makalah ini terdapat kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. 22 DAFTAR PUSTAKA Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Pratama, D. (2020, 15 Mei). Tantangan dan peluang pembelajaran online di masa pandemi. Kompas.com. Ahmadi, A. & Rohani, A. (1991). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta. Prayitno, E.A. (2004). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. Nurihsan, A.J. & Yusuf, S. (2010). Landasan Bimbingan Belajar & Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 23