Selayang Pandang Bangunan Pura Mangkunegaran PDF
Document Details
Uploaded by Deleted User
Himawan Prasetyo
Tags
Summary
This article provides insights into the Pura Mangkunegaran in Surakarta, Indonesia. The author discusses the history, architecture, and significance of the site. The article analyzes the building elements and their historical context.
Full Transcript
Keraton: Journal of History Education and Culture Vol. 4., No. 2, Desember 2022, pp. 55-61 ISSN 2685-9114 (print), 2686-0082 (online) 55 http://journal.univetbantara.ac.id/index.php/keraton Selayang Pandang Bangunan Pura Mang...
Keraton: Journal of History Education and Culture Vol. 4., No. 2, Desember 2022, pp. 55-61 ISSN 2685-9114 (print), 2686-0082 (online) 55 http://journal.univetbantara.ac.id/index.php/keraton Selayang Pandang Bangunan Pura Mangkunegaran Himawan Prasetyo1 a Pamong Budaya Ahli Muda Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X 1 [email protected] * Corresponding Author; Himawan Prasetyo Received 21 Agustus 2022; accepted 21 September 2022; published 30 Desember 2022 Kata Kunci ABSTRACT Pura Mangkunegaran memiliki nilai penting, maka peninggalan tersebut dapat Bangunan, Pura dimanfaatkan untuk beberapa kepentingan antara lain ideologis, akademis, dan ekonomis. Manfaat secara ideologis antara lain untuk meningkatkan kualitas hidup Mangkunegaran bangsa, memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal harga diri dan kebanggan nasional, memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjadi This is an open- access article under penggerak bagi terwujudnya cita-cita Kota Solo. the CC–BY-SA license 1. Pendahuluan Berdirinya Kadipaten Mangkunegaran tidak dapat dipisahkan dengan sejarah kerajaan Mataram di Kartasura pada masa pemerintahan Sunan Amangkurat IV. Pada awalnya Amangkura IV menetapkan putra sulungnya, Pangeran Adipati Arya Mangkunegara sebagai penggantinya dikemudian hari. Namun, kenyataannya setelah Amangkurat IV wafat yang menjadi raja Mataram adalah Pangeran Adipati Anom Mangkunegara atau Sunan Paku Buwana II. Pangeran Adipati Arya Mangkunegara diasingkan ke Afrika karena dianggap membahayakan kedudukan raja. Salah satu putranya Raden Mas Said menganggap pembuangan ayahnya adalah suatu perbuatan yang sewenang-wenang dan tidak adil. Maka, ia mengadakan perlawanan terhadap Sunan Paku Buwana II. Hasilnya, ia mengakui Perjanjian Salatiga 1757 yang isinya pemberian gelar dan nama Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I kepada Raden Mas Said dan ia menerima 4000 cacah dari Paku Buwana III yang meliputi Laroh, Keduwang, Matesih dan Pacitan. Sejak saat itulah berdirinya Kadipaten Mangkunegaran atau Pura Mangkunegaran. 2. Metode Penelitian Realitas historis sebenarnya sangat kompleks. Kompleksitas masa lampau menjadi tantangan bagi setiap penelitian sejarah untuk memusatkan perhatiannya dalam rangka rekonstruksi sejarah. Penulisan artikel ini menggunakan metode sejarah yang sesuai dengan kaidah ilmu sejarah. Adapun langkah awal yang ditempuh adalah mengumpulkan data, dengan mencari dan mengumpulkan berbagai literatur yang relevan dengan tema tulisan ini. Langkah selanjutnya, setelah data-data terkumpul kemudian diseleksi dan dilakukan kritik ekstern dan intern. Setelah dilakukan tahapan kritikan, data-data tersebut kemudian diinterpretasi dan dianalisa sehingga menghasilkan suatu fakta sejarah yang obyektif. Setelah diperoleh fakta-fakta yang obyektif kemudian disusun secara sistematis dan kronologis untuk membangun suatu konstruksi masa lalu dalam bentuk sejarah sebagai satu kisah tertulis yang dapat dipertanggungjawabkan. 10.32585/keraton.v1i1.xxx [email protected] 56 Keraton: Journal of History Education and Culture ISSN 2685-9114 (print), 2686-0082 (online) Vol. 4., No. 2, Desember 2022, pp. 55-61 3. Pembahasan Pura Mangkunegaran terletak di wilayah Kelurahan Keprabon, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. Kompleks Pura Mangkunegaran di sebelah selatan dibatasi oleh Jalan Ronggowarsito, sebelah barat dibatasi Jalan Kartini, sebelah utara dibatasi Jalan Siswo, dan sebelah timur dibatasi Jalan Teuku Umar. Di sebelah barat kompleks Pura Mangkunegaran terdapat Masjid Al Wustho Mangkunegaran. Untuk memasuki kompleks Pura Mangkunegaran terdapat tiga pintu gerbang yang terdapat di sisi selatan, barat, dan timur. Pintu gerbang utama terletak pada sisi selatan. Secara keseluruhan kompleks Pura Mangkunegaran dibagi menjadi tiga halaman. 3.1. Halaman pertama Batas halaman pertama pada sisi selatan, barat dan timur adalah pagar keliling sisi selatan, barat dan timur. Batas halaman pertama sisi utara adalah jalan masuk pura yang terdapat di sisi barat dan timur. Di antara pagar keliling bagian selatan terdapat pintu gerbang pertama yang dapat dicapai dari Jalan Diponegoro ke arah utara. Di sebelah selatan pintu gerbang pertama tersebut terdapat halaman yang cukup luas dinamakan pamedan, berarti lapangan latihan. Dahulu pamedan ini berfungsi sebagai tempat latihan perang dan baris berbaris Legiun Mangkunegaran. Pada halaman pertama kompleks Pura Mangkunegaran terdapat bangunan-bangunan sebagai berikut: 3.1.1. Bangunan Kavaleri Artileri Pada sisi timur pamedan terdapat bangunan Kavaleri Artileri. Bangunan tersebut dahulu berfungsi untuk kandang kuda bagi pasukan kavaleri artileri Mangkunegaran dan sebagian untuk gudang senjata api. Bangunan tersebut sekarang berfungsi untuk tempat tinggal. Denah bangunan ini empat persegi panjang, membujur utara-selatan dan di sisi barat terdapat bangunan yang menonjol berbentuk empat persegi panjang. Di depan bangunan tersebut terdapat teras..Teras bagian tengah dibuat dari konstruksi bata berplester dengan penyangga empat buah tiang bergaya doria. Empat tiang ini masing-masing dua buah terletak di kanan kiri jalan masuk bangunan. Di atas empat tiang ini terdapat papan berbentuk persegi yang dibuat dari semen. Pada papan tersebut terdapat tulisan KAVALLERIE- ARTILLERIE berwarna hitam, Di kanan kiri teras bagian tengah terdapat teras dengan/atap dari seng dan disangga dengan sebuah tiang kayu. Bangunan yang menonjol pada lantai satu dibagi menjadi dua ruang yang dipisahkan dengan pintu masuk. Bangunan Kavaleri Artileri bagian atas mempunyai tiga jendela kayu pada sisi barat, satu jendela kayu pada sisi selatan, dan satu jendela kayu pada sisi utara. Di kanan kiri jendela kayu bagian tengah pada sisi barat terdapat dua buah pilaster. Di atas empat pilaster terdapat bentangan tembok yang di atasnya terdapat bentuk segitiga tumpul yang disebut pediment. Di tengah pediment terdapat lingkaran yang di tengahnya terdapat angka 1874, Atap bangunan Kavaleri Artileri berbentuk limasan dengan bahan dari genting. 3.1.2. Bangunan Mandrasasana dan Langenpraja. Bangunan Mandrasasana dan Langenpraja terletak di sebelah barat pintu gerbang kedua sisi selatan dan membujur barat-timur. Bangunan sisi timur lebih lebar daripada sisi barat. Setengah bagian bangunan sebelah barat dinamakan Mandrasasana sedang setengah bagian di sebelah timur dinamakan Langenpraja. Bangunan ini menghadap utara dan selatan dengan teras di depannya serta mempunyai tiga belas ruang tertutup. Bangunan Mandrasasana sebelah barat tidak seluruhnya berteras di sisi utara. Bangunan yang menghadap ke utara terdiri dari enam ruang tertutup, sedangkan yang menghadap ke selatan terdiri dari tujuh ruang tertutup. Bangunan Mandrasasana dahulu berfungsi untuk kantor yang mengurus masalah-masalah umum. Bangunan Langenpraja dahulu berfungsi untuk kantor yang mengurus masalah-masalah pemeliharaan dan pengembangan seni, tetapi sekarang berfungsi untuk Kantor Biro Pariwisata Mangkunegaran. Teras utara bangunan Mandrasasana dan bangunan Langenpraja sisi barat sekarang digunakan untuk garasi mobil. Himawan Prasetyo (Selayang Pandang Bangunan Pura Mangkunegaran) Keraton: Journal of History Education and Culture 57 Vol. 4., No. 2, Desember 2022, pp. 55-61 ISSN 2685-9114 (print), 2686-0082 (online) 3.1.3. Garasi Kereta dan Kantor Rumah Targga Pura Bangunan ini terletak di sebelah timur pintu gerbang membujur ke arah timur kemudian ke arah utara atau berdenah seperti huruf L. Bangunan yang membujur utara-selatan disebut Garasi Kereta. Sedang yang membujur barat-timur dinamakan Kantor Rumah Tangga Pura. Bangunan yang membujur barat-timur menghadap ke utara dan selatan. Bangunan yang menghadap ke selatan mempunyai empat ruang tertutup dan teras di depannya. Bangunan yang menghadap ke selatan ini dahulu berfungsi untuk gudang senjata Legiun Mangkunegaran. Bangunan garasi kereta dan kantor rumah tangga pura mempunyai jendela kayu dan pintu kayu, yang berbentuk kupu tarung dan dicat hijau muda. Di atas pintu dan jendela tersebut terdapat lubang angin berbentuk empat persegi panjang. Pintu yang ada di tengah bangunan yang menghadap utara berukuran lebih lebar yaitu 2,5 meter. Sembilan ruang yang terdapat pada bangunan yang menghadap ke utara dahulu berfungsi untuk kantor urusan rumah tangga pura dan tiga ruang untuk kamar kecil. Sembilan ruang ini sekarang mengalami perubahan fungsi menjadi tiga ruang untuk kantor Himpunan Kerabat Mangkunegaran Suryasumirat dan enam ruang untuk tempat menyimpan kereta kencana. Pada tahun 1990 enam ruang tempat menyimpan kereta praja ini dijadikan satu (dinding pemisah antar-ruang dihilangkan). Dua ruang yang terdapat pada bangunan yang menghadap ke barat, dahulu berfungsi untuk gudang, kantor urusan rumah tangga dan menyimpan kereta. Kedua ruang ini sekarang tidak jelas fungsinya. Perubahan fungsi tersebut terjadi pada tahun 1940. Bangunan yang menghadap ke barat dan utara ini direnovasi pada tahun 1990, yaitu berupa penggantian lantai dari ubin menjadi teraso berwarna putih dan jendela serta pintu dari warna hijau tua menjadi hijau muda. Di depan bangunan Langenpraja, Mandrasasana, kantor, rumah tangga pura dan garasi kereta terdapat halaman. Di tengah halaman terdapat sebuah kolam yang di tengahnya kolam terdapat patung perunggu berupa seorang anak kecil duduk di atas burung. Di selatan jalan masuk pula sisi timur terdapat bangunan yang dahulu berfungsi untuk rumah Panti Jeksan, yang dahulu berfungsi untuk rumah tahanan. 3.2. Halaman kedua Halaman kedua di sisi selatan dibatasi oleh jalan yang terdapat di sisi barat dan timur. Batas masuk pura sisi utara adalah bangunan Pracimasana yang membujur ke bangunan di sebelah timur barat-timur dan Balekencur. Batas sisi barat adalah bangunan Daryasugandan yang dahulu berfungsi untuk tempat tinggal putera Mangkunegara yang telah menikah dan batas sisi timur adalah bangunan Prangwedanan. Di sebelah utara jalan antara pintu gerbang pertama dan pintu gerbang kedua terdapat kompleks Prangwedanan. Bangunan ini menghadap ke selatan dan dahulu merupakan tempat tinggal putera mahkota. 3.2.1. Pendapa Di sebelah utara kolam terdapat bangunan pendapa yang menghadap ke selatan. Pendapa merupakan sebuah ruang terbuka berdenah empat persegi panjang. Di tengah pendapa sisi selatan terdapat Bangsal Tosan, yaitu bagian pendapa yang tiang dan atapnya dibuat dari besi. Lantai pendapa bagian tengah lebih tinggi 80 cm dari lantai sekelilingnya dan terdapat sebuah tangga pada empat sisinya. Lantai pendapa bagian tengah dibuat dari marmer dan lantai keliling pendapa dibuat dari ubin. Lantai Bangsal Tosan lebih rendah dari lantai keliling dan lebih tinggi dari lantai halaman, Atap bangsal Tosan didukung empat buah tiang besi berwarna coklat dan berdiri di atas umpak semen. Pada bidang segitiga yang depan dihias dengan relief sulur gelung. Pada puncak segitiga terdapat hiasan berbentuk bulatan yang di dalam di atas bulatan terdapat mahkota sedang di kanan dan kirinya terdapat figur dua anak kecil dalam posisi berdiri. Di kanan dan kiri motif kepala manusia dan pada bagian dasar segitiga terdapat motif roset dengan mutiara di bawahnya. Di antara motif sulur gelung terdapat figur empat anak kecil bersayap. Pendapa Mangkunegaran berbentuk joglo ageng, dengan atap terdiri dari empat bagian, yaitu paling atas disebut brunjung, di bawahnya disebut penanggap, di bawahnya lagi disebut penitih, dan yang paling rendah disebut paningrat. Langit-langit pendapa bagian tengah dihias dengan Himawan Prasetyo (Selayang Pandang Bangunan Pura Mangkunegaran) 58 Keraton: Journal of History Education and Culture ISSN 2685-9114 (print), 2686-0082 (online) Vol. 4., No. 2, Desember 2022, pp. 55-61 motif modhang (motif nyala api). Di tengah motif modhang ini terdapat lukisan senjata-senjata para dewa penguasa mata angin yang dilukis sesuai dengan arah mata anginnya. Di antara gambar-gambar tersebut terdapat gambar-gambar rasi bintang Jawa. Pendapa Mangkunegaran berfungsi untuk menerima, tamu dan tempat pengambilan sumpah para pegawai dan perwira, Selain itu juga dipakai untuk pentas Langendriyan yaitu suatu tarian tradisional khas Jawa yang diiringi musik gamelan serta nyanyian. 3.2.2. Bangunan Hamongpraja Bangunan Hamongpraja terletak di sebelah utara pintu gerbang kedua sebelah timur. Bangunan ini membujur ke arah utara-selatan dan bertingkat satu. Bangunan Hamongpraja menghadap ke barat dan mempunyai sepuluh ruang tertutup dengan teras di depannya. Lantai bangunan dibuat dari ubin dan lebih tinggi dari lantai halaman. Bangunan Hamongpraja mempunyal sebelas pintu kayu dan delapan Jendela kayu yang menghadap ke barat dan satu pintu menghadap ke utara, Ruang yang tidak berjendela adalah ruang yang paling utara dan paling selatan. Pintu dan jendela Hamongpraja berbentuk kupu tarung dan dicat hijau tua. Bangunan Hamongpraja dahulu berfungsi sebagai kantor untuk mengatur pemerintahan ke dalam. Ruang-ruang tersebut sekarang telah berubah fungsi yaitu empat ruang untuk Kantor Biro, satu ruang berfungsi untuk kantor urusan umum, berfungsi untuk gudang, satu ruang berfungsi untuk kantor Wedana Satria yaitu kantor yang mengurusi segala sesuatu tentang urusan keluarga Mangkunegaran, satu ruang untuk menyimpan koleksi wayang, satu ruang berfungsi untuk kantor bina budaya, dan satu ruang berfungsi untuk kantor dinas urusan pura. Satu ruang yang paling selatan tidak mengalami perubahan fungsi yaitu untuk kamar kecil (WC). Ruang Hamongpraja bagian atas dinamakan Reksa Pustaka yang terdiri dari empat ruang. Tangga naik terdapat di ruang nomor tiga dari utara. Tangga naik dan lantai ruang Reksa Pustaka dibuat dari kayu. Bangunan Reksa Pustaka mempunyai sebelas buah jendela kayu yang menghadap ke barat dan sebelas buah jendela kayu menghadap ke timur. Konstruksi atap berbentuk limasan dengan atap dari genting. Bangunan Reksa Pustaka tidak mengalami perubahan fungsi yaitu sebagai perpustakaan. 3.2.3. Bangunan Reksa Sunggata Bangunan Reksa Sunggata terletak di sebelah utara pintu gerbang sebelah barat dan membujur dengan arah utara selatan. Bangunan ini terdiri dari tiga belas ruang tertutup dengan teras di sebelah timur. Lima ruang menghadap ke barat dan delapan ruang menghadap ke timur. Lantsi bangunan dibuat dari ubin dan lebih tingsi dari halaman. Ruang yang menghadap ke timur mempunyai delapan pintu kayu dan delapan buah jendela kayu berwarna hijau tua. Tiang-tiang Reksa Sunggata berbentuk bulat dengan gaya tiang doria tanpa gerigi pada tubuh tiang dan diberi tambahan pada kaki tiang berbentuk cincin. Atap bangunan Reksa Sunggata berbentuk limasan dengan bahan dari genting. Ruang-ruang Reksa Sunggata di sebelah barat tidak mengalami perubahan fungsi yaitu untuk kantor yang mengurus masalah-masalah perjamuan dan perabotan. Semua ruang di sebelah timur dahulu berfungsi untuk kantor urusan pemerintahan keluar. 3.2.4. Pringgitan Pringgitan Pura Mangkunegaran merupakan sebuah beranda terbuka berukuran 21,5 m X 15,5 m. Bagian kanan dari pringgitan berbentuk setengah lingkaran. Sebelum tahun 1916 bagian kanan kiri pringgitan ini merupakan garis lurus dan masing-masing bagian terdapat dua buah pintu. Di atas empat pintu tersebut terdapat motif krawangan. Lantai pringgitan lebih tinggi dari lantai paretan dan dibuat dari marmer. Dinding setengah lingkaran yang merupakan bagian kanan dan kiri pringgitan dibuat dari kayu berwarna hijau muda. Dinding kayu tersebut terdiri dari lima bidang kayu yang setiap bidangnya terdiri dari dua papan kayu. Bidang membujur nomor dua dan empat dari kanan berupa kaca, sedangkan bidang nomor 1 dan nomor 5 berukir krawangan dengan motif sulur gelung dan dicat keemasan. Di tengah relief sulur gelung terdapat dua buah tangkai daun berwarna hijau yang membentuk setengah lingkaran, Di tengah relief lingkaran terdapat relief sebuah mahkota dicat merah dan di bawah relief mahkota terdapat huruf MN IV berwarna merah. Himawan Prasetyo (Selayang Pandang Bangunan Pura Mangkunegaran) Keraton: Journal of History Education and Culture 59 Vol. 4., No. 2, Desember 2022, pp. 55-61 ISSN 2685-9114 (print), 2686-0082 (online) Pada bidang membujur nomor 3 dari kanan (paling tengah) terdapat hiasan sejenis, bentuk sulur gelung dan mahkota berbeda dengan yang terdapat pada kedua bidang nomor satu dan nomor lima dan di bawah mahkota terdapat huruf MN VII. Pada bagian lisplang pringgitan terdapat hiasan sulur gelung. Hiasan ini dibuat dari besi dengan sistem tuang yang dipesan dari Jerman. Di tengah lisplang terdapat hiasan berupa bulir padi dan setangkai kapas dan' pangkalnya bersilang dan membentuk lingkaran. Di tengah lingkaran terdapat sebuah mahkota. Di bagian tengah lingkaran terdapat tulisan huruf M dan N yang berhimpit, dan di bawahnya terdapat angka 1866. Warna dasar relief tersebut merah, kapas, berwarna putih, tangkai daun berwarna hijau, serta padi, mahkota, huruf, dan angka berwarna kuning. Atap pringgitan berbentuk limasan dengan bahan sirap. Pringgitan ini digunakan sebagai tempat pertunjukan wayang kulit dan untuk menerima tamu. 3.2.5. Dalem Ageng Dalem Ageng terletak di sebelah utara pringgitan. Di antara pringgitan dan dalem ageng terdapat dinding tembok yang mempunyai tiga pintu kayu berwarna hijau muda. Pintu lebih besar dari pintu yang bagian tengah berukuran lebih besar dari pintu yang lain. Dalem ageng berukuran 36,5 m X 27,5 m. Lantai dalem ageng berupa marmer dan lebih tinggi dari lantai pringgitan. Dalem ageng mempunyai tujuh ruang tertutup yang terletak di sisi utara membujur dari barat-timur. Pembatas ruang tersebut dibuat dari kayu yang dicat hijau muda. Setiap ruang mempunyai sebuah pintu pada sisi selatan kecuali ruang paling tengah. Atap dalem ageng berkonstruksi limasan dengan bahan sirap. Pada langit-langit dalem ageng dihias dengan motif modhang namun lebih sederhana daripada yang terdapat pada langit-langit pendapa. Di sebelah selatan ruang tertutup dahulu digunakan untuk menyelenggarakan upacara- upacara.resmi, sekarang digunakan untuk menyimpan barang-barang koleksi Mangkunegaran. Dua ruang: dalem ageng berfungsi untuk tempat tidur, dan empat ruang berfungsi untuk menyimpan pusaka. Ruang yang paling tengah disebut petanen yaitu tempat untuk memuja Dewi Sri. Dua ruang di sebelah kanan kiri petanen disebut sentong dan dua buah ruang di sebelah kanan kiri sentong disebut dempil. 3.2.6. Balepeni Bangunan Balepeni terletak di sebelah timur dalem ageng. Bangunan tersebut membujur arah barat-timur dengan ukuran 22 m X 11 m. Bangunan Balepeni menghadap ke utara dan selatan. Lantai teras dan ruangan dibuat dari ubin. Bangunan sisi selatan mempunyai tiga pintu kayu dan empat jendela kayu berwarna hijau muda. Pintu, tersebut berukuran 1,1 meter dan tinggi 2 meter. Bagian Balepeni yang menghadap ke selatan mempunyai empat ruang tertutup berfungsi untuk kantor Mangkunegara dan sekretarisnya. Bagian Balepeni yang menghadap ke utara mempunyai teras di depannya, berdenah persegi panjang berukurart 23 meter X 5 meter. Lantai teras dibuat dari ubin dan lebih rendah dari Dalem Ageng. Atap teras Balepeni berbentuk limasan dengan bahan genting. Bagian Balepeni yang menghadap ke utara ini terdiri dari empat ruang tertutup dan tidak mengalami perubahan fungsi yaitu sebagai tempat tinggal Mangkunegara. 3.2.7 Balewarni Bangunan Balewarni terletak di sebelah barat Dalem Ageng. Bangunan tersebut berdenah persegi panjang dengan ukuran 22 meter X 11 meter. Bangunan Balewarni membujur ke arah barat-timur dan menghadap ke utara dan selatan. Bagian Balewarni yang menghadap ke utara mempunyai teras di depannya. Teras tersebut, berdenah persegi panjang dengan ukuran 23 meter X 11 meter. Lantai teras terdiri dari ubin dan lebih rendah dari lantai dalem ageng. Atap Balewarni berbentuk limasan dengan bahan genting. Bagian Balewarni yang menghadap ke utara mempunyai empat buah ruang tertutup yang dahulu berfungsi untuk tempat tinggal permaisuri Mangkunegara. Ruang-ruang ini sekarang berfungsi untuk tempat tinggal keluarga Mangkunegaran. Himawan Prasetyo (Selayang Pandang Bangunan Pura Mangkunegaran) 60 Keraton: Journal of History Education and Culture ISSN 2685-9114 (print), 2686-0082 (online) Vol. 4., No. 2, Desember 2022, pp. 55-61 3.2.8. Pacaosan Bangunan Pacaosan terletak di sebelah barat kamar kecil Hamongpraja. Pacaosan terdiri dari dua ruang yang menghadap ke selatan dengan teras di depannya. Bangunan tersebut mempunyai empat pintu kayu berwarna hijau muda yang menghadap ke selatan, Bahan atap Pacaosan adalah genting. Pacaosan dahulu berfungsi untuk melayani kebutuhan Mangkunegara sehari-hari dan sekarang berfungsi untuk Kantor Keuangan Dinas Urusan Istana Mangkunegaran. 3.2.9. Purwasana Di sebelah utara Pacaosan, pada jarak 2,6 meter dari Balepeni terdapat Purwasana. Bangunan ini membujur utara-selatan dengan ukuran panjang 40 meter dan lebar 6 meter. Purwasana mempunyai enam ruang tertutup, Atap teras didukung oleh dua belas tiang bergaya doria tanpa gerigi pada tubuh tiang dan diberi tambahan pada kaki tiang berbentuk cincin. Dua belas tiang ini berdiri di atas umpak. Atap ruang berbentuk limasan dengan bahan genting. Purwasana dahulu berfungsi untuk keputren dan sekarang telah mengalami perubahan fungsi yaitu menjadi tempat tinggal Mangkunegara. Perubahan fungsi tersebut terjadi pada tahun 1940. Di sebelah utara Purwasana terdapat bangunan yang membujur ke barat-timur dan membentuk sudut 900 dengan bangunan Purwasana serta sejajar dengan Pracimasana. Bangunan tersebut terdiri dari 5 ruang. Bangunan yang terletak tepat pada sudut berfungsi sebagai dapur. Empat bangunan yang menghadap ke selatan berfungsi sebagal kamar tidur putra Mangkunegara dan gudang. 3.2.10. Pracimasana Di sebelah barat Balewarni terdapat bangunan yang membujur ke utara dan membelok 90 0 ke arah timur disebut Pracimasana. Lebar bangunan Pracimasana 6 meter, panjang bangunan yang membujur ke utara 44 meter dan yang membujur ke timur 36 meter, Bangunan Pracimasana mempunyai teras selebar 3 meter di depannya. Lantai teras dan ruangan dibuat dari ubin. Atap bangunan berbentuk limasan dengan bahan genting. Konstruksi atap didukung oleh dinding ruangan dan atap teras didukung oleh enam belas tiang kayu persegi dan berwarna kuning. Di sebelah tenggara dari bagian yang menyudut 90 0 terdapat bangunan terbuka berdenah segi delapan. Lantai bangunan lebih tinggi dari lantai halaman, lantai bangunan bagian tengah lebih tinggi dari lantai sekelilingnya dan dibuat dari ubin. Atap bangunan bertingkat tiga dan berbentuk tajuk semar tinandu dengan bahan sirap. Pada tiap sudut bangunan terdapat dua tiang. Atap paling bawah didukung oleh enam buah tiang. Di bagian atas antara tiang satu dengan lainnya terdapat kisi-kisi. Di atas kisi-kisi terdapat bidang kayu yang dipasang membujur. Di tengah bidang kayu terdapat relief sulur gelung. Bangunan segi delapan ini berfungsi untuk menerima tamu pribadi keluarga Mangkunegaran. 3.2.11. Balekencur Di sebelah timur bangunan Pracimasana terdapat bangunan Balekencur yang terletak tepat di sebelah utara Dalem Ageng. Di antara Balekencur dan Dalem Ageng terdapat taman. Bangunan Balekencur berbentuk seperti huruf U terbalik. Bangunan ini terdiri dari sembilan ruang tertutup dengan teras di depannya. Lantai bangunan Balekencur dibuat dari semen, Dahulu Balekencur sebagai tempat untuk mempersiapkan segala berfungsi sesuatu yang berhubungan dengan upacara, tetapi sekarang sudah tidak digunakan lagi. 3. Halaman ketiga Halaman ketiga terletak paling belakang, yaitu di sebelah utara Pracimasana, Di bagian ini yaitu di sepanJang dinding belakang Pura Mangkunegaran terdapat taman yang disebut Ujung Puri, Ujung Puri merupakan tempat istirahat dan bersantai Mangkunegara beserta keluarganya. 4. Penutup Pura Mangkunegaran adalah bangunan bersejarah yang memiliki nilai penting didalamnya, maka peninggalan tersebut dapat dimanfaatkan untuk beberapa kepentingan antara lain ideologis, akademis, dan ekonomis. Dapat dijelaskan bagaimana manfaat secara ideologis antara lain untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar, Himawan Prasetyo (Selayang Pandang Bangunan Pura Mangkunegaran) Keraton: Journal of History Education and Culture 61 Vol. 4., No. 2, Desember 2022, pp. 55-61 ISSN 2685-9114 (print), 2686-0082 (online) memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal harga diri dan kebanggan nasional, memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjadi penggerak bagi terwujudnya cita-cita Kota Solo. References Bernadib Halimah M.D. 1985. Bergerak dan Melangkah Maju untuk Bangsanya: Mengenang R.M.A Soerjo Soeparto. Surakarta: Dinas Urusan Istana Mangkunegaran. Lombard, Denys. Nusa Jawa Silang Budaya Jilid III: Warisan Kerajaan-kerajaan Konsentris (Jakarta: PT Gramedia, 1990). Metz, Th. M, 1987. Mangkunegaran Analisis Sebuah Kerajaan Jawa, Diterjemahkan oleh Muhammad Husodo Pringgokusumo. Surakarta: Reksapustaka. Muhammad Dalyana, 1977. Ketataprajaan Mangkunegaran. Surakarta: Reksapustaka. Sartono Kartodjirjo, 1987. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900, Dari Emporium Sampai Imperium Jilid I. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Suhartono, 1991. Apanage dan Bekel. Perubahan Sosial di Pedesaan Surakarta 1830-1920. Yogyakarta: Tiara Wacana. Himawan Prasetyo (Selayang Pandang Bangunan Pura Mangkunegaran)