Teknologi Perbanyakan Tanaman Hutan PDF
Document Details
Uploaded by KidFriendlySugilite5674
IPB University
2023
Dr Arum Sekar Wulandari, Andi Sukendro, MSi
Tags
Summary
This document discusses forest tree propagation technology, including reproductive systems, concepts and strategies for developing seed sources, national seed policies, classifications of Indonesian seed sources, strategies for increasing forest productivity, challenges in seed management, and trends in using quality seeds. It is intended for forestry researchers and practitioners in Indonesia.
Full Transcript
Teknologi Perbanyakan Tanaman Hutan SVK1328 Dr Arum Sekar Wulandari Andi Sukendro, MSi Div Silvikultur 2023 1 Sistem Reproduksi Pohon...
Teknologi Perbanyakan Tanaman Hutan SVK1328 Dr Arum Sekar Wulandari Andi Sukendro, MSi Div Silvikultur 2023 1 Sistem Reproduksi Pohon Seksual Aseksual Generatif Vegetatif Benih Stek Cangkok Okulasi Sambungan Kultur jaringan 2 3 TERIMA KASIH 4 Konsep dan Strategi Pembangunan Sumber Benih Arum Sekar Wulandari Reporter:XX Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 2022 1 Kebijakan Perbenihan Nasional Surat Menteri Undang-Undang Kehutanan Nomor Nomor 12 Tahun 1992 937/Menhut-V/2001 Sistem perbenihan tanggal 29 Juni 2001 tentang Sistem perihal Program Benih tanaman hutan Budidaya Tanaman untuk Rakyat (Seed for People) Keputusan Menteri Pertanian Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : Nomor P.01/Menhut-II/2009 tentang 1017/Kpts/TP.120/12/1998 Penyelenggaraan Perbenihan Tanaman telah ditetapkan Izin Produksi Hutan (Berita Negara Republik Indonesia Benih Bina,Izin Pemasukan Tahun 2009 Nomor 4) sebagaimana telah Benih dan Pengeluaran Benih Bina; diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.72/Menhut-II/2009 2 Tujuan Menjamin kelestarian sumber daya genetik 1 tanaman hutan dan pemanfaatannya Menjamin tersedianya benih 2 dan/atau bibit tanaman hutan dengan mutu yang baik 3 PENGERTIAN Benih tanaman hutan bahan tanaman yang berupa bahan generatif (biji) atau bahan vegetatif yang digunakan untuk mengembangbiakkan Perbenihan Tanaman tanaman hutan Bibit tanaman hutan Hutan segala sesuatu yang berkaitan dengan pembangunan sumber adalah tumbuhan muda hasil daya genetik, pemuliaan Sumber benih pengembangbiakan secara tanaman hutan, pengadaan generatif atau secara dan pengedaran benih dan vegetatif bibit, dan sertifikasi. suatu tegakan di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan hutan yang dikelola guna memproduksi benih berkualitas 4 DEFINISI BENIH VS BIJI Mutu genetik diketahui asal usul indukannya Mutu fisik Mutu fisiologis murni, tidak cacat (pecah, memiliki daya kecambah berlubang), ukuran seragam yang tinggi 5 Klasifikasi Sumber Benih Tanaman Hutan 1 3 2 4 sumber benih yang dibangun sumber benih dengan kualitas khusus atau berasal dari TBT tegakan rata-rata, yang ditunjuk atau TBS yang ditingkatkan dari hutan alam atau hutan kualitasnya melalui tanaman dan lokasinya penebangan pohon-pohon teridentifikasi dengan tepat sumber benih yang berasal yang fenotipenya tidak bagus sumber benih yang dibangun dari TBT dengan kualitas dari benih yang provenannya tegakan di atas rata-rata telah teruji... next 6 Klasifikasi Sumber Benih Tanaman Hutan 5 7 6 sumber benih yang dibangun sumber benih yang dibangun dari bahan generatif yang dari bahan generatif atau berasal dari pohon plus pada vegetatif dari pohon induk tegakan yang diberi yang berasal dari KBK atau perlakuan penjarangan sumber benih yang dibangun KBS berdasarkan hasil uji dari bahan vegetatif yang keturunan berasal dari pohon plus pada tegakan yang diberi perlakuan penjarangan berdasarkan hasil uji keturunan 7 Lokasi Sumber Benih Tanaman Hutan di Indonesia 400 300 200 100 0 132 253 131 131 184 57 Sumatera Jawa Kalimantan Bali Sulawesi Maluku Madura Nusa Tenggara Papua 8 Luas Sumber Benih Tanaman Hutan di Indonesia (15.603,98 ha) 8.000 6.000 4.000 2.000 2.218,08 5.102,70 4.664,67 790,69 1.799,81 1.026,53 0 Sumatera Jawa Kalimantan Bali Sulawesi Maluku Madura Nusa Tenggara Papua 9 Sumber Benih Tanaman Hutan di Indonesia 0.02 3.52 8.35 0.04 5.99 Tegakan Benih Teridentifikasi 7.00 Tegakan Benih Terseleksi Areal Produksi Benih Tegakan Benih Provenans Kebun Benih Semai Kebun Benih Klon Kebun Pangkas 75.08 10 Strategi Peningkatan Produktivitas Hutan Step 01 Step 02 Step 03 Step 04 Uji jenis Uji provenans Uji keturunan Uji klon (Clonal (Species trial) (Provenance (Progeny test) test) test) evaluasi 1/3 daur benih generatif stek, okulasi, dll vegetatif Pertanaman komersial (commercial plantation) 11 Tren Penggunaan Benih Bermutu 4 5 2 3 1 Luas lahan kritis Permintaan kayu yang Pertumbuhan masih luas terus meningkat Suplai kayu dari HTI, HTR, HR, hutan alam yang terus Rehabilitasi hutan rusak dan terus menurun meningkat tidak produktif (legal dan ilegal logging, kebakaran hutan, lahan bekas pertambangan, dll) 12 Silvikultur intensif Manipulasi lingkungan Pemuliaan Pengendalian hama terpadu 13 Kendala Pelaksanaan Kegiatan Perbenihan Perencanaan teknis Minimnya pendataan Terbatasnya Terbatasnya pemahaman dan terhadap sumber pelayanan sertifikasi kesadaran petani tentang benih yang telah ada sumber benih dan pentingnya pembangunan (sudah disertifikasi) bibit oleh institusi sumber benih, penanganan dan wilayah yang berwenang sumber benih dan penggunaan sebarannya (wilayah kerja BPTH benih unggul dalam kegiatan demikian luas) pembangunan hutan 14 Pembangunan sumber benih merupakan 1 prasyarat mutlak untuk membangun hutan yang produktif, kompetitif, efisien dan lestari Berbagai tingkatan sumber benih akan Penutup 2 memudahkan dalam klasifikasi mutu benih yang dihasilkan, terutama mutu genetik Teknologi benih menjadi pendukung 3 utama untuk menghasilkan benih berkualitas secara fisik dan fisiologis 15 THANK YOU FOR YOUR LISTENING 16 BIOLOGI, PERKEMBANGAN DAN EKOLOGI BENIH La bo r a t o r ium S ilv ikult ur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan I PB U niv e r s it y 2 02 0 1 ISI KULIAH Pendahuluan Batasan dan Istilah dalam Biologi Reproduksi Biologi Reproduksi pada Tumbuhan Berbiji Perkembangan dan Pemasakan Biji Morfologi Buah dan Biji Penyebaran Benih Ekologi Buah dan Tipe Biji Musim dan Periodisitas Pembungaan dan Pembuahan Umur Reproduktif Pengaruh Faktor Luar terhadap Produksi Benih Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 2 1 PENDAHULUAN Sistem Sexual Seeds Reproduksi Pohon Cuttings Plant propagation Grafting Asexual/Vegetative Layers/Suckers Micropropagation Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 3 PILAR PERBENIHAN Conservation of Forest Genetic Resources Biotechnology Tree Seed Improvement Procurement Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 4 PENINGKATAN KUALITAS BENIH Uji Genetik Kebun Benih Sumberdaya Seleksi Genotipe Terbaik Pertanaman Genetik Persilangan Pembiakan Vegetatif Rekayasa Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Genetik 5 IPB University Batasan dan Istilah dalam Biologi 2 Reproduksi B unga (flower) : Organ reproduksi pada jenis angiospermae yang terdiri atas putik dan stamen; sepal dan petal https://www.quora.com/What-are-the-parts-of-the- flower-and-their-functions Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 6 Batasan dan Istilah dalam Biologi Reproduksi Bunga Bunga Sempurna Lengkap Bunga yang mempunyai organ Bunga yang memiliki Bunga yang memiliki jantan (stamen) dan organ stamen, putik, sepal dan stamen dan putik betina (putik) petal Departemen Silvikultur Pasar Petani Fakultas Bukit Waikeke Kehutanan dan |2020 Lingkungan IPB University 7 ISTILAH Bunga tidak sempurna Pembungaan (imperfect) (flowering) atau Monoecious Unisexual) Dioecious Tahapan mulai dari Bunga yang memiliki pembukaan tunas bunga dan putik saja atau stamen Bila stamen dan putik Stamen dan Putik hilangnya struktur bunga saja dijumpai pada individu dijumpai pada seperti stamen, petal dan yang sama tetapi individu yang sepal serta pembesaran buah. terpisah satu sama lain berbeda Tahapan ini disebut juga anthesis Departemen Silvikultur Pasar Petani Fakultas Bukit Waikeke Kehutanan dan |2020 Lingkungan IPB University 8 Sistem Seksual Contoh pada Famili atau Marga Hermaprodit Hanya pada Angiospermae (Leguminoseae, Verbenaceae, Dipterocarpaceae, beberapa Melaleuca) Dioisme Gymnospermae (Ginko, Taxus, Podocapus, beberapa Araucaria) Angiospermae (Euphorbiaceae, Contoh hermaprodit, monoisme dan Guttifeare, Calamus spp., beberapa dioisme Casuarina) Monoisme Gymnospermae (Pinaceae, Taxodiaceae, sebagian besar Cupressaceae dan Araucariaceae) Angiospermae (Fagaceae, Betulaceae, Moraceae, Anarcadiaceae, Euphorbiaceae, Ebenaceae dan sebagian besar Casuarinaceae Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 9 ISTILAH B uah (fruit). Dalam pengertian botani adalah putik yang telah masak atau putik pada bunga angiospermae, dalam beberapa tipe disertai dengan beberapa bentuk seperti receptacle atau parianth Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 10 ISTILAH q Pada umumnya organ-organ yang memiliki biji yang telah masak terdapat pada gymnospermae seperti megastrobili (cones) dan ovul yang telah masak berikut pembungkusnya seperti pada Podocarpus disebut dengan buah (fruit) q Pembuahan (fruiting) : suatu tahapan mulai dari akhir pembungaan sampai jatuhnya buah masak. q Benih (seed) : Embrio yang diselimuti oleh endosperma atau perisperm dan lapisan pelindung (testa) atau kulit biji. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 11 Biologi Reproduksi pada Tumbuhan 3 Berbiji Biji umumnya berkembang dari ovul yang dibuahi, dan penyerbukan merupakan prasyarat untuk terjadinya pembuahan Ovul dihasilkan dari gametofit betina sedangkan tepungsari (polen) dari gametofit jantan Pembuahan selalu terjadi di dalam gametofit betina Tepung sari harus ditransfer ke organ betina dengan bantuan vektor Tepungsari berisi berbagai komponen yang berperan dalam penyerbukan dan pembuahan Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 12 Tepungsari berisi berbagai komponen yang berperan dalam penyerbukan dan pembuahan Pada saat tepungsari melekat pada organ betina yang reseptif, tepungsari berkecambah dan sperma berjalan ke ovul dengan dibantu struktur-struktur tertentu yang terdapat pada gametofit betina Pembuahan terjadi saat sperma bertemu dengan ovul: bahan dasar penyusun genetik dari dua sel haploid membaur, membentuk sel diploid yang disebut ovul yang telah dibuahi Pembuahan terjadi sesaat terjadi penyerbukan, beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian Setelah pembuahan, ovul membesar dan sel-sel mengalami pembelahan dan berkembang membentuk embrio, perisperm dan kulit biji. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 13 Proses penyerbukan, pembuahan dan perkembangan biji berbeda antar kelompok Gymnspermae dan Angiospermae Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 14 PERBEDAAN SIKLUS REPRODUKSI GYMNOSPERMAE DAN ANGIOSPERMAE Gymnospermae Angiospermae Organ jantan dan betina selalu terpisah Organ jantan dan betina pada satu bunga (hermaprodit) atau pada bunga terpisah Tepungsari dihasilkan di dalam mikrosporongia pada Tepungsari dihasilkan di dalam kepala sari mikrosporofil pada bunga jantan atau hermaprodit Ovul terbuka pada megasporofil Ovul terbungkus di dalam putik atau carpel Penyerbukan oleh angin Penyerbukan oleh angin, air dan binatang Tepungsari terkumpul pada cairan penyerbukan Tepungsari terkumpul pada permukaan stigma (pollination droplet) pada ujung integumen Megasporogenesis (meosis dan pembentukan sel telur) Megasporogenesis biasanya terjadi sebelum terjadi setelah penyerbukan penyebukan Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 15 PERBEDAAN SIKLUS REPRODUKSI GYMNOS DAN ANGIOS Gymnospermae Angiospermae Tepungsari tetap dorman untuk waktu yang lama pada Pembuahan terjadi segera setelah penyerbukan kantong tepung sari sebelum pembuahan Pembuahan tunggal, sperma membaur dengan sel telur Pembuahan ganda: satu sel sperma bergabung untuk membentuk zigot dengan sel telur untuk membentuk zigote dan sperma yang lain membaur dengan sel tengah untuk membentuk endosperma triploid Endosperma terbentuk dari jaringan haploid induk betina Endosperma terbentuk dari jaringan triploid induk jantan dan betina Siklus reproduksi panjang Siklus reproduksi pendek Pada saat penyerbukan struktur biji dan ovul memiliki Ovarium dan ovul berukuran kecil saat ukuran maksimal penyerbukan Ovul yang tidak dibuahi berkembang menjadi biji kosong Ovul yang tidak dibuahi biasanya gugur Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 16 PERKEMBANGAN DAN 4 PEMASAKAN BIJI qOvul yang dibuahi akan berkembang menjadi buah dan organ pembentuk biji yang masak qBenih disebut masak bila secara fisiologis dapat berkecambah qPerkembangan buah yang tidak disertai perkembangan biji disebut Partenokarpi qPada pohon yang memiliki buah besar (Swietenia, Mangifera) biasanya hanya 1-2 buah yang berkembang dari satu bunga majemuk, sementara yang berbuah kecil (Legum, Eucalyptus) lebih banyak buah yang berkembang qProses pematangan buah dan biji umumnya terjadi pada waktu yang bersamaan, beberapa kasus terjadi sebaliknya qPada Jati, buah mencapai ukuran masak 2 bulan setelah pembentukan bunga dan perlu 5 bulan lagi untuk mencapai kemasakan biji Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 17 FISIOLOGI PEMATANGAN BUAH Pematangan buah bervariasi berdasarkan tipe buahnya Terjadi peningkatan gula dan Buah kadar air pada daging buah, terjadi perubahan warna, biji Polong / mudah lepas dari daging, pada Kapsul tahap akhir terjadi penurunan kadar air Buah Berdaging Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 18 FISIOLOGI PEMATANGAN BIJI Tahap akhir pematangan biji : Proses biokimia pembentukan protein dan 1 hormon 2 Terjadi dehidrasi q Rekalsitran 25 – 30 % q Ortodoks 5-10 % Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 19 MORFOLOGI DAN 5 KLASIFIKASI BUAH klasifikasi buah Buah Sederhana buah berasal dari satu ovarium satu bunga Buah agregat seperti buah sederhana tapi masing-masing karpel membentuk buah tunggal yang mengelompok menjadi satu unit yang besar Buah Multiple Buah berasal dari peleburan putik dari beberapa bunga Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 20 KLASIFIKASI BUAH 1. Sederhana Daging Berry Drupe Pome Kering Dehiscent Folicle Pod/Legume Kapsul Indehiscent Pod/Legum Kapsul Nut Samara 2. Agregat Daging Kering 3. Majemuk Daging Kering Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 21 PENJELASAN q Berry : Buah berdaging tanpa lapisan keras, umumnya berbiji banyak (Manilkara, Diospyros, Nephelium) q Drupe : Buah berdaging dengan kulit luar, lapisan tengah berdaging, lapisan dalam keras. Kulit biji sangat tipis (Mangifera, Prunus) q Pome : Buah yang berasal dari putik gabungan yang masuk ke dalam hypanthium berdaging atau tabung epygeneous bunga. Umumnya berbiji banyak (Apel) q Follicle : Buah yang berasal dari satu carpel dan terbelah sepanjang satu sisi (Salix) q Polong : Dibentuk dari satu carpel dan terbuka sepanjang dua sisis (Sengon) Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 22 PENJELASAN q Capsule : Buah yang terbentuk dari dua atau lebih carpel yang melebur (Eucalyptus, Swietenia) q Nut : Buah yang berasal dari lebih dari satu carpel namun hanya satu atau sedikit ovul yang bertahan, menghasilkan buah dengan satu atau sedikit biji (Querqus, Dipterocarpaceae) q Samara : Buahnya serupa dengan nut, hanya bentuknya datar pada bagian tepi untuk membentuk sayap (Pterocarpus, Terminalia) q Agregat : Beberapa putik dari satu bunga yang membentuk individu sederhana (Magnolia) q Multiple : Buah terdiri atas individu buah yang lebur atau terpisah namun berdekatan satu sama lain (Casuarina, Artocarpus, Ficus, Morus) Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 23 Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Pasar Petani Bukit Waikeke |2020 IPB University 24 MORFOLOGI BIJI DAN EMBRIO § Biji : Testa, Endosperma, Perisperm § Embrio : Kotiledon, Epikotil, Hipokotil, Radikel Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Pasar Petani Bukit Waikeke |2020 IPB University 25 PENYEBARAN 6 BENIH q Tujuan : Membentuk Koloni Baru q Agen : Angin, Hewan, Air q Ekologi Buah dan Tipe Biji Berkorelasi dengan habitatnya 1. Mangrove 2. Hutan Hujan tropis Klimaks dan Pionir 3. Hutan Savana 4. Hutan Dataran Tinggi Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 26 MUSIM DAN PERIODISITAS PEMBUNGAAN DAN 7 PEMBUAHAN qMerupakan fenomena fisiologis yang kompleks qDipengaruhi oleh musim hujan dan panas qPolinator sangat memengaruhi pembuahan qKekeringan dan sinar matahari sangat memengaruhi pembungaan qSetiap jenis mempunyai periode berbunga dan berbuah yang berbeda Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 27 UMUR REPRODUKTIF 8 qBervariasi setiap jenis qSangat dipengaruhi faktor genetik dan lingkungan Pengaruh Faktor Luar terhadap Produksi Benih § Kegagalan penyerbukan dan pembuahan 1. Rendahnya produksi tepungsari 2. Rendahnya transfer tepungsari 3. Bunga atau kerucut yang tertutup 4. Inbreeding § Kerusakan pada Produksi Awal 1. Kondisi Cuaca yang buruk 2. Serangan Hama Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 28 Pemahaman sifat bunga, buah, benih dan teknik perbanyakan tanaman hutan menjadi dasar penting untuk menghasilkan bibit berkualitas (Genetik, Fisik dan Fisiologis) Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 29 TERIMA KASIH Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 30 PENGUMPULAN BENIH Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 2020 1 ISI KULIAH Pendahuluan Perencanaan dan Persiapan Pengumpulan Benih Pengunduhan, Pengumpulan dan Pemanenan Faktor-Fakor yang Mempengaruhi Metode Pengumpulan Pengumpulan dari Tanah Pengumpulan dari Tajuk Pohon yang ditebang Pengumpulan dari Tegakan Pohon Teknik Advance Line Pengamanan Pengumpulan Benih Record Lapangan dan Pengambilan Contoh Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 2 IPB University PENDAHULUAN Dalam perencanaan pengumpulan benih, terdapat hubungan langsung dengan pertanyaan di bawah ini: 1 PEMILIHAN JENIS 2 JUMLAH Jenis apa yang akan Berapa banyak benih yang dikumpulkan ? akan dikumpulkan? 3 SUMBER BENIH, POHON 4 WAKTU PANEN INDUK Kapan benih akan Dimana benih akan dikumpulkan? dikumpulkan? 5 METODE PENGUMPULAN Bagaimana cara pengumpulan benih? Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 3 IPB University PERKIRAAN KUANTITAS, KUALITAS DAN WAKTU PEMANENAN Terdapat hubungan antara iklim dan Musim Buah, namun bervariasi untuk setiap jenis JENIS J F M A M J J A S O N R. mucronata S O N R. apiculata F B. gymnorrhiza J A C. tagal A A. marina J S. alba M S X. granatum O Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 4 IPB University PERKIRAAN KUANTITAS, KUALITAS DAN WAKTU PEMANENAN Pengamatan Korelasi antara Pembuangaan dan Pembuahan dari setiap jenis sangat diperlukan 1. Memanjat Pohon Metode Pengamatan reproduksi dapat 2. Pengamatan di tempat tertinggi di dilakukan melalui: alam atau buatan 3. Inspeksi pada bunga dan buah yang jatuh Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 5 IPB University PERKIRAAN KUANTITAS, KUALITAS DAN WAKTU PEMANENAN Penilaian pembuangaan pada umumnya dilakukan berdasarkan tingkatan mulai dari sangat buruk – sangat baik Tingkatan Deskripsi 4 Sangat baik Sebagian besar pohon dalam tegakan berbunga lebat 3 Baik Sebagian pohon berbunga, sebagian berbunga lebat 2 Pertengahan Kurang dari 40% pohon berbunga, sedikit yang berbunga banyak 1 Buruk Sebagian besar pohon berbunga sedikit, pohon tepi dan terbuka berbunga banyak 0 Sangat buruk Pembungaan buruk dan hanya pohon tepi dan terbuka yang berbunga Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 6 IPB University PENENTUAN WAKTU PANEN OPTIMAL Pada saat sebagian besar benih bernas, dapat berkecambah dan dapat dikumpulkan Pada saat sebagian besar buah dan benih masak dan hanya sedikit yang hilang karena dimakan hewan, tersebar, berkecambah dan rusak. Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 7 IPB University PENENTUAN WAKTU PANEN OPTIMAL Terdapat 3 Kategori : 1 Pohon yang bereproduksi sepanjang tahun dengan satu atau dua kali musim buah (Agathis spp., Accacia spp.) Pohon dengan musim buah terbatas, terkadang waktunya 2 pendek, saat benih masak cepat tersebar, diserang hama dan masa berkecambah pendek (Pinus strobus, Cassia spp.) 3 Pohon dengan musim buah terbatas tetapi tetap berada di atas pohon sebelum tersebar (Terminalia ivorensis, Eucalyptus spp.) Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 8 IPB University INDIKASI KEMASAKAN BUAH DAN BENIH Ø Bervariasi sesuai dengan jenis dan tipe buah Ø Benih yang berukuran besar dapat dilakukan pengamatan langsung melalui uji belah Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 9 IPB University INDIKASI KEMASAKAN BUAH DAN BENIH Tanda-tanda Kemasakan Metode Pengamatan Perubahan Warna : VISUAL Buah Kering : Hijau ke kuning, coklat, hitam dll Buah basah : Hijau mencolok Pengeringan (Buah Kering) Visual : pegang atau timbang dengan tangan Mengukur Berat Jenis Dehiscent dan absisi Pengamatan dari buah yang jatuh atau yang membuka Memukul atau mengguncang cabang yang berbuah Memukul atau membelah buah Pengamatan pada struktur buah (sisik, katup dll) Mematahkan batang buah Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 10 IPB University INDIKASI KEMASAKAN BUAH DAN BENIH Tanda-tanda Kemasakan Metode Pengamatan Pengerasan kulit buah/biji Memotong, memecah atau mengelupas kulitnya Pelunakan pada buah basah Dipencet Penyusutan daging buah Dipencet, digosok atau cara pemisahan lain Penimbunan Kandungan Gula Rasa (hati-hati beracun) Perkembangan endosperma dan embrio Pemotongan benih benih Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 11 IPB University INDIKASI KEMASAKAN BUAH DAN BENIH Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 12 IPB University INDIKASI KEMASAKAN BUAH DAN BENIH Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 13 IPB University PENGUMPULAN BUAH DAN BENIH YANG BELUM MASAK Alasan Kerugian Meminimumkan kemungkinan hilang Sumber daya tambahan untuk proses atau lepasnya benih dari setelah buah masak buah/tangkainya Menghindari pembentukan dormansi Lebih banyak tenaga dalam pengumpulan dan ekstraksi benih Memperpanjang musim pengumpulan Menurunkan viabilitas dan vigoritas benih yang dikumpulkan Mengurangi kerusakan akibat pengelolaan awal Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 14 IPB University PENGUMPULAN DAN PENANGANAN BENIH Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 15 IPB University PENGUMPULAN DAN PENANGANAN BENIH Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Pengumpulan No. Faktor Metode Pemanenan dan Pengumpulan 1. Kondisi iklim dan cuaca selama a. Pada saat musim kemarau atau awal musim masa pengumpulan: hujan. Pengumpulan benih dari pohon atau lantai a.Iklim musiman pohon dapat dilakukan. b.Suhu, kelembaban udara, dan b. Pemanjatan sebaiknya dilakukan pada pagi/sore angin hari ketika suhu udara rendah, kelembaban udara tinggi, dan tidak berangin. 2. Kerusakan terhadap pohon Kerusakan dapat dikurangi dengan memotong cabang secara benar: untuk menghindari kulit kayu terkelupas dan meninggalkan kayu gubal terbuka, cabang harus dipotong dari bawah sebelum dipotong dari atas. 3. Aksesibilitas dan Kelerengan dapat membantu mempermudah topografi/kelerengan pemanenan, misalnya dengan menggapai cabang yang mempunyai buah atau meletakkan tali pada cabang pada tempat dengan posisi mendaki. Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 16 IPB University PENGUMPULAN DAN PENANGANAN BENIH Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 17 IPB University PENGUMPULAN DAN PENANGANAN BENIH Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Pengumpulan No Faktor Metode Pemanenan dan Pengumpulan 4. Ukuran dan ketinggian pohon benih a) Dapat dipanen langsung, menggunakan tangga atau gergaji a) Pohon pendek, bertajuk lebar atau fleksibel. sempit. b) Dapat dipanjat sampai di atas tajuk dengan menggunakan alat b) Batang lurus dan diameter kecil, tajuk bantu panjat. Berpindah dengan tali pengaman dan lebar dan sedikit cabang besar. menggoyang atau memotong cabang-cabang berbuah. c) Diameter besar dan banyak c) Dapat dipanjat sampai di atas tajuk dengan menggunakan alat tumbuhan merambat. bantu panjat. Berpindah dengan tali pengaman dan d) Batang berdiameter kecil, bebas menggoyang atau memotong cabang-cabang berbuah. cabang tinggi, tajuk kecil dan d) Pemanjatan manual dengan tali pengaman. Pemotongan bercabang banyak. ranting-ranting atau dijolok. 5. Tipe buah dan benih a) Dipanen buah dari pohon sebelum buah membuka/mekar. a. Benih kecil Pengumpulan sebelum buah matang. b. Benih besar b) Dikumpulkan dari tanah. 6. Identitas pohon induk Pengumpulan benih langsung pada pohon induk dan tidak dari tanah, kecuali jika jarak tanamannya sangat lebar. 7. Potensi benih musim panen berikutnya Tidak memotong atau memangkas cabang dan ranting dalam jumlah banyak. Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 18 IPB University Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 19 IPB University PENGUMPULAN DARI TANAH Pengumpulan setelah benih jatuh secara alami Pengumpulan setelah penggoyangan Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 20 IPB University PENGUMPULAN DARI TAJUK POHON YANG DITEBANG Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 21 IPB University PENGUMPULAN DARI TEGAKAN POHON Pengumpulan dari bawah Batang Pohon yang lurus Penembakan Cabang Melalui Tangga Pengumpulan dengan Pemanjatan Melalui Advance Line Pemanjatan ke dalam Tajuk Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 22 IPB University PENGUMPULAN DARI TEGAKAN POHON Pengumpulan dari bawah Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 23 IPB University PENGUMPULAN DARI TEGAKAN POHON Penembakan Cabang Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 24 IPB University PENGUMPULAN DARI TEGAKAN POHON Pengumpulan dengan Pemanjatan Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 25 IPB University PENGUMPULAN DARI TEGAKAN POHON Melalui Tangga Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 26 IPB University PENGUMPULAN DARI TEGAKAN POHON Melalui Advanced Line Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 27 IPB University PENGUMPULAN DARI TEGAKAN POHON Cara Penggunaan Advanced Line Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 28 IPB University PENGUMPULAN DARI TEGAKAN POHON Pemanjatan ke dalam Tajuk Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 29 IPB University PENGAMANAN PENGUMPULAN BENIH Gunakan peralatan operasi di tanah Bahaya dari objek yang jatuh Pemeliharaan dan penggunaan alat pemanjat Kesiapan pribadi Pakaian perlengkapan pribadi Kerusakan/kelemahan pohon Serangga Peralatan ketika memanjat Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 30 IPB University Record Lapangan dan Pengambilan Contoh Jenis sampai varietas Lokasi (posisi geografis) dan ketinggian tempat Sampel Tanah Nomor Pohon Tetua Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 31 IPB University Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengumpulan benih adalah sebagai berikut : v Benih yang dikumpulkan adalah benih yang telah masak dan sehat. v Pengunduhan dapat dilakukan dengan memanjat pohon, dengan galah pengunduh, dan melalui tangga pemanjat. Benih jangan sampai jatuh untuk menghindari infeksi patogen. v Pengunduhan dari lantai pohon (atas tanah) memiliki keuntungan mudah dan murah, sedangkan kerugiannya benih kemungkinan besar telah terkontaminasi dan jelek karena terkena hama dan penyakit. v Benih dikumpulkan dari induk yang baik, yaitu yang tumbuh pada tapak yang sama dan pohon yang terbaik tumbuh pada tegakan yang sama. Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 32 IPB University Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengumpulan benih adalah sebagai berikut : v Hindari pengumpulan dari hutan tanaman yang asal pohon induknya tidak diketahui, yaitu dari pohon-pohon yang tumbuh pada tapak yang berbeda dan pohon induk yang jelek. v Mutu benih terbaik diperoleh pada saat puncak musim berbuah. v Untuk pohon yang dimanfaatkan kayunya, benih dikumpulkan dari pohon yang tinggi dan lurus sedangkan jika akan dimanfaatkan untuk makanan ternak, benih harus dari pohon yang lebat. v Pohon terpencar dan jarak antar pohon benih diambil min 75-1000 m. v Jangan mengumpulkan benih dalam karung dan naungan terbuka, karena suhu yang tinggi dapat merusak benih Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 33 IPB University TERIMA KASIH Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 34 IPB University 1 PEMROSESAN BENIH Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 2020 ISI KULIAH 2 Penanganan Benih setelah pengunduhan di lapangan Pemprosesan Benih Pembersihan awal Perawatan Awal Ekstraksi benih Dewinging (Pembuangan Sayap) Pembersihan Pengkelasan benih (Seed grading) Mengatur KA untuk penyimpanan Potensi Kerusakan Benih selama Pemprosesan Faktor Keselamatan Mempertahankan Identitas selama pemprosesan Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University SUMBER-SUMBER BENIH 3 Sumber-Sumber Benih (Tegakan Benih, Areal Produksi Benih dan Kebun Benih) Kerucut dan Buah Pra-pembersihan, Pengukuran dan Pengeringan Udara Perendaman (khusus kerucut Buah Kerucut mengandung resin) (jenis daun lebar) (jenis daun jarum) Penirisan Maserasi atau Pengeringan Abrasi (di kilang) Sisa-sisa kerucut Penampihan mekanis Pembersihan Benih Pembersihan Pengujian Sayap (persen kecambah, kadar air, kemurnian) Kondisioning Pembersihan (Kadar Air 5-8%) Penyimpanan Laboratorium Silvikultur (4oC atau –20oC) Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University PENANGANAN BENIH SETELAH PENGUNDUHAN DI 4 LAPANGAN Pengurangan Campuran Mempertahankan viabilitas Mempertahankan Identitas Kesehatan dan kontaminasi Proses dan penyimpanan Lapangan Kondisi selama Pengangkutan Penyimpanan sementara Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University ALAT PROSES DI LAPANGAN 5 Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University ALAT PROSES DI LAPANGAN 6 Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University ENAM CARA PENYIMPANAN DI LAPANGAN 7 Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 8 Rumah Simpan Sementara Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University RINGKASAN PENANGANAN BENIH 9 DI LAPANGAN Tipe Benih Tipe Buah Penjagaan viabilitas Pengurangan berat (ekstraksi) Ortodoks Dehiscent kering Pengeringan Pengeringan-goyang-saring atau Penyisihan manual bagian buah Indihiscent kering Pengeringan Pemukulan, penyaringan manual Berdaging serat Pengeringan Pemanggangan-goyang-saring Berdaging Kupas daging tipis: Penghilangan daging pengeringan Belum masak Penyimpanan lembab Tidak dapat dilakukan Rekalsitran Kering Penyimpanan lembab Pengeringan sampai membuka, saring atau buang manual bagian buah Berdaging Penghilangan daging, Penghilangan daging Penyimpanan lembab Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 10 KONDISI SELAMA PENGANGKUTAN 01 Berikan ventilasi yang optimal untuk benih ortodoks 02 Hindari pengeringan benih rekalsitran Hindari dari kelembaban tinggi dengan cara ditutup 03 terpal 04 Hindari dari pengaruh matahari langsung 05 Lindungi benih-benih yang peka terhadap suhu dingin Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 11 PEMPROSESAN BENIH 1 Pembersihan awal 2 Perawatan Awal 3 Ekstraksi benih 4 Dewinging (Pembuangan Sayap) 5 Pembersihan 6 Pengkelasan benih (Seed grading) 7 Mengatur KA untuk penyimpanan 8 Mempertahankan Identitas selama pemprosesan Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 12 PEMPROSESAN BENIH 1 Pembersihan awal Pembuangan sebagian besar benda besar: daun, cabang dan buah kosong Tujuan : (1) Mengurangi berat/volume selama Pengangkutan (2) Membuang benda yang menghambat proses ekstraksi (3) Mengurangi potensi kontaminasi oleh bakteri dan fungi Gambar 6.1 Pembersih awal mekanis dengan pengayak. Pembersih awal ini dilengkapi dengan tipe ayakan/saringan berbeda untuk ukuran buah/kerucut yang berbeda. FAO 1967 Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 13 PEMPROSESAN BENIH 2 Perawatan Awal Buah dibiarkan lembab untuk periode waktu yang cukup lama sebelum dilakukan ekstraksi Merangsang pemeraman buah yang belum masak Terdapat 2 Pemikiran Mempermudah proses ekstraksi benih yang apabila dilakukan pengeringan cepat kemungkinan menyebabkan permasalahan dalam proses ekstraksi Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 14 PEMPROSESAN BENIH 2 Perawatan Awal 4 Akhiri proses 3 ketika warna buah menjadi 2 Kurangi masak kelembapan bila Simpan pada pada warna buah 1 ruang suhu kamar, mendekati masak Pisahkan buah berventilisai dan berdasarkan kelembapan tingkat tinggi kemasakannya Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 15 PEMPROSESAN BENIH 2 Perawatan Awal Gambar 6.2 Hamparan perawatan awal dengan menggunakan rak-rak di udara terbuka ; Zimbabwe Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 16 PEMPROSESAN BENIH 3 Ekstraksi benih E kstraksi merupakan proses pengeluaran biji dari dalam buah dan memisahkannya dari bagian lainnya. Pemikiran utama perlunya ekstraksi benih adalah : Mengurangi campuran, pengurangan campuran dapat, membantu mengurangi biaya penyimpanan dan pengangkutan Mempermudah penanganan benih Meningkatkan kemampuan penyimpanan Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 17 PEMPROSESAN BENIH 3 Ekstraksi benih Ekstraksi Buah Berdaging Ekstraksi Ekstraksi Buah Kering Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University PEMPROSESAN BENIH 18 3 Ekstraksi benih Benih umumnya diekstrak sebelum Leguminoseae, Konifer, Meliaceae, disimpan Casuarina, Eucalyptus Benih umumnya disimpan dan ditanam Terminalia spp., Dipterocarpus spp. bersama-sama dengan buah Benih sering atau terkadang disimpan di Vitex parfiflora, Maesopsis eminii, dalam buah tetapi diekstraksi sebelum Pterocarpus spp. disemai Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 19 Ringkasan Metode Ekstraksi Tipe Buah Prosedur Ekstraksi Buah Kering merekah: polong, kerucut, kapsul (Pinus, Pengeringan diayak/diputar dalam drum/silinder Eucalyptus, dan Legum) Buah kering dan tidak merekah (Acacia nitolica, A. Pengeringan Pemukulan untuk melepas benih siberianan) Buah serotinous (berserat keras) seperti kerucut dan kapsul Pemanasan dalam tanur/oven Pemutaran dalam drum Pembakaran permukaan buah Pemutaran dalam drum Buah berdaging lunak mengandung serat tipis (Vitex spp.) Pengeringan Perendaman sampai jenuh Pencucian Buah berdaging lunak mengandung serat lunak (Prunus, Perendaman Fermentasi Ficus) Pencucian Perendaman sampai jenuh pencucian Buah lunak mengandung bahan berserat (Gmelina) Perendaman sampai jenuh pencucian diampelas/digosok Buah berdaging mengandung jalinan serat (Tectona grandis, Perendaman diampelas/digosok Sclerocarya sp. Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University PEMPROSESAN BENIH 20 3 Ekstraksi benih Buah merekah yang membuka selama pengeringan Buah dan Kerucut berserat Ekstraksi Buah Buah tidak merekah yang benihnya dapat diekstraksi Kering Buah tidak merekah yang benihnya tidak dapat diekstraksi Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University PEMPROSESAN BENIH 21 3 Ekstraksi benih Gambar 6.3 Pengeringan buah dalam nampan yang ditutup dengan lembar plastik transparan. Suhu meningkat di bawah lembaran plastik seiring dengan menurunnya kelembaban udara. Uap air yang dikeluarkan dari buah harus dibuang keluar dengan menggunakan ventilasi yang memadai. Ventilasi yang memadai (pada hari tidak berangin misal memerlukan kipas angin) juga dapat menghindari adanya pemanasan berlebihan Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University PEMPROSESAN BENIH 22 3 Ekstraksi benih Gambar 6.4 Naungan pengiring untuk mengekstraksi biji pinus; Zimbabwe Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University PEMPROSESAN BENIH 23 Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University PEMPROSESAN BENIH 24 3 Ekstraksi benih Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University PEMPROSESAN BENIH 25 3 Ekstraksi benih Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University PEMPROSESAN BENIH 26 3 Ekstraksi benih Ekstraksi manual secara individu Pencucian dalam mangkuk dalam atau drum Ekstraksi Buah Pencucian pada ayakan kawat Berdaging Pencampur semen dengan bahan abrasif Pelepasan daging buah secara mekanis Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University PEMPROSESAN BENIH 27 3 Ekstraksi benih Ekstraksi Biologi Menggunakan rayap Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University PEMPROSESAN BENIH 28 4 Dewinging (Pembuangan Sayap) Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University PEMPROSESAN BENIH 29 5 Pembersihan 1 Penyaringan 2 Silinder Pembersih berident (Alur) 3 Penggunaan angin dan hembusan 4 Pemisah berdasarkan berat jenis 5 Pembersihan menggunakan gesekan 6 Pengapungan Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University PEMPROSESAN BENIH 30 1. Penyaringan Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University PEMPROSESAN BENIH 31 2. Silinder Pembersih Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University PEMPROSESAN BENIH 32 3. Penggunaan Angin dan Hembusan Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University PEMPROSESAN BENIH 33 Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University PEMPROSESAN BENIH 34 Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University PEMPROSESAN BENIH 35 4. Pemisah berdasarkan berat jenis Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University PEMPROSESAN BENIH 36 4. Pemisah berdasarkan berat jenis Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University PEMPROSESAN BENIH 37 5. Pemisah dengan gesekan Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University PEMPROSESAN BENIH 38 5. Pemisah dengan gesekan Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University PEMPROSESAN BENIH 39 6. Pengapungan Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University PEMPROSESAN BENIH 40 6. Pengapungan Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University PEMPROSESAN BENIH 41 6 Pengkelasan benih (Seed grading) Memperbaiki/meingkatkan rata-rata kualitas fisiologis lot benih dengan cara membuang benih yang sama yang berkualitas rendah Dilakukan berdasarkan ukuran benih dan setelah proses pembersihan Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University PEMPROSESAN BENIH 42 7 Mengatur KA untuk penyimpanan Benih Ortodoks 1. Suhu udara 30 -35 0C KA 10 – 12% 2. Suhu udara 35- 45 0C KA 5 – 10% 3. Suhu udara 45- 55 0C KA 3 – 5% Benih Rekalsitran Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University PEMPROSESAN BENIH 43 Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University POTENSI KERUSAKAN BENIH SELAMA 44 PEMPROSESAN Kerusakan Mekanis Kerusakan karena panas Kerusakan karena bahan kimia Air Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University FAKTOR KESELAMATAN SELAMA 45 PEMPROSESAN Bahaya Kebakaran Iritasi pada saluran pernafasan, mata dan kulit Peralatan mekanis Daging buah beracun Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University PEMPROSESAN BENIH 46 8 Mempertahankan Identitas selama pemprosesan 1. Dua label harus selalu mengikuti lot benih, satu di dalam, satu di luar 2. Label yang tidak berlaku lagi harus dibuang 3. Bila benih sedang diproses, label harus diletakkan di alat pemroses 4. Bila benih masih dalam proses yang berbeda, maka keduanya harus diberi label terpisah dengan memberikan huruf A, B, C dst 5. Label yang tidak lengkap harus dibuang Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 47 TERIMA KASIH Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University PENYIMPANAN BENIH Arum Sekar Wulandari Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University ISI KULIAH 1. Kaidah ekofisiologi penyimpanan benih 2. Benih ortodoks dan rekalsitran 3. Penuaan benih dan faktor-faktor yang memengaruhi umur benih Laboratorium Silvikultur F a k u l t a s Ke h u t a n a n d a n L i n g k u n g a n IPB University 2 DEFINISI Penyimpanan benih adalah suatu kegiatan atau perlakuan yang dilakukan untuk mempertahankan viabilitas benih dalam periode simpan yang selama mungkin. Laboratorium Silvikultur F a k u l t a s Ke h u t a n a n d a n L i n g k u n g a n IPB University 3 TUJUAN PENYIMPANAN mempertahankan viabilitas maksimum benih selama mungkin atau memperpanjang stadium II pada konsep Steinbourer-Sadjad Lintasan viabilitas dan momen mutu benih menurut kaidah Steinbauer-Sadjad (Sadjad dan Ilyas 1999) L a b o rat o r i u m S i l v i ku l t u r Fa ku l t a s Ke h u t a n a n d a n L i n g ku n ga n I P B U n i v e rs i t y 4 DAYA SIMPAN BENIH DIPENGARUHI OLEH: Fungsi penyimpanan q Saat panen yang tepat benih adalah menciptakan (beberapa saat setelah masak fisiologis) kondisi sedemikian rupa q cara panen sehingga faktor-faktor yang menyebabkan penurunan q pasca panen benih mutu benih dapat (periode konservasi sebelum simpan) dikendalikan. Batas akhir dari penyimpanan adalah jika viabilitas benih sudah turun hingga Laboratorium Silvikultur 80% (SNI 01-6234.1-2003). F a k u l t a s Ke h u t a n a n d a n L i n g k u n g a n IPB University 5 q Musim buah dan tanam tidak sama Kenapa Benih Perlu Disimpan ? q Mempertahankan sumber genetik q Sebagai Penyangga antara Produksi dan Permintaan Laboratorium Silvikultur F a k u l t a s Ke h u t a n a n d a n L i n g k u n g a n IPB University 6 Pertimbangan Penyimpanan benih Banyak jenis yang buahnya Benih harus mengalami masak pada permulaan atau transportasi ke tempat tujuan pertengahan musim kemarau p e n a n a m a n d a n m e m a ka n waktu lama dalam perjalanan Beberapa jenis musim buahnya Produksinya kurang mencukupi tidak terjadi sepanjang tahun untuk penanaman areal yang luas Laboratorium Silvikultur F a k u l t a s Ke h u t a n a n d a n L i n g k u n g a n IPB University 7 DIPENGARUHI OLEH: Jangka waktu q kualitasnya pada saat pengumpulan benih dapat q perlakuan antara pengumpulan dan bertahan tanpa penyimpanan, berkecambah q kondisi penyimpanannya. umur simpan benih sangat bervariasi dari satu spesies ke spesies lain meskipun mereka diberi perlakuan dan kondisi penyimpanan yang sama Laboratorium Silvikultur F a k u l t a s Ke h u t a n a n d a n L i n g k u n g a n IPB University 8 membagi benih menjadi 3 kelas biologis berdasarkan lamanya benih mampu mempertahankan kelangsungan hidup di bawah kondisi penyimpanan yang "baik": Ewart (1908) 1. Mikrobiotik: umur simpan benih ≤ 3 tahun 2. Mesobiotik: umur benih dari 3-15 tahun 3. Makrobiotik: umur benih dari 15 ->100 tahun Laboratorium Silvikultur F a k u l t a s Ke h u t a n a n d a n L i n g k u n g a n IPB University 9 Tidak mungkin menetapkan masa penyimpanan benih satu set standar kondisi spesies tertentu sangat penyimpanan "baik" yang bervariasi bergantung pada (Roberts 1973) sesuai untuk semua spesies kondisi penyimpanannya 1. Ortodoks 2. Rekaslitran 3. Intermediat Laboratorium Silvikultur F a k u l t a s Ke h u t a n a n d a n L i n g k u n g a n IPB University 10 Klasifikasi Benih Benih Ortodoks Dr EH Roberts (1973) membagi benih q dapat dikeringkan kadar airnya menjadi 2 grup berdasarkan sampai 6 Wadah: menggunakan rumus Y = 5 + 0,1 X § Y = Jumlah wadah yang harus diambil contohnya § X = Jumlah seluruh wadah Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 25 PENGAMBILAN CONTOH BENIH B. Benih dalam satu wadah yang besar atau hamparan: Berat lot benih Jumlah Contoh Primer s/d 500 kg Paling sedikit 5 501 – 3.000 kg 1 contoh dari setiap 300 kg tetapi tidak kurang dari 5 contoh primer 3001 – 20.000 kg 1 contoh dari setiap 500 kg tetapi tidak kurang dari 10 contoh primer > 20.000 kg 1 contoh primer dsri setiap 700 kg tetapi tidak kurang dari 40 contoh primer Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 26 27 PEMBAGIAN CONTOH Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan 28 Conical divider used for Manual mixing of a seed dividing composite samples lot prior to sampling. into submitted samples. Some mechanical dividers used for accurate and unbiased reduction of sample size. Examples of the weight of samples submitted for seed testing, given that each submitted sample contains twice the minimum weight of the working sample (approximately 2,500 seeds). (From Poulsen et al. 1998) ANALISIS KEMURNIAN § Ketentuan Penulisan Berat Komponen § Dihitung prosentase tiap komponen benih § % Benih murni § % Benih tanaman lain § % Kotoran benih Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 30 Example of fractions indicated in a purity test for Pinus merkusii. ‘Other seed’ occurred in this seed lot because some comes of another pine were accidentally mixed with the seed lot. In most cases the other seed fraction is not relevant. (Figures from Vietnam seed test) ANALISIS KEMURNIAN Berat contoh kerja (g) Jumlah desimal 0 Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 31 Penentuan Berat 1000 butir Untuk mengetahui berat setiap kelompok benih per 1000 butir benih : § Dapat dipergunakan untuk mengetahui jumlah benih per kg dari suatu jenis yang dapat dijadikan standar dalam perencanaan kebutuhan benih untuk persemaian maupun penanaman § Penghitungan dapat dilakukan melalui 2 cara (ISTA) 1. Menghitung seluruh benih § Seluruh benih murni dari analisis kemurnan dihitung (= X butir) § Benih tersebut ditimbang (= Y g) § Berat 1000 butir = Z = 1000 x Y/X 2. Menghitung 1000 butir benih berdasarkan ulangan-ulangan, menjadi 8 ulangan kemudian dicari koefisien keragamannya. § Bila CV > 4 maka pengujian harus diulang Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 33 Penentuan Berat 1000 butir Contoh jumlah benih dalam 1 kg berat untuk beberapa jenis tanaman hutan No. Jenis Pohon Jumlah per kg 1. Accacia mearnsii 50.000 – 75.000 2. Accacia mangium 40.000 – 70.000 3. Anthocephalus chinensis beberapa juta 4. Aracauria angustifolia 100 – 180 5. A. cuninghamii 2400 – 4000 6. Azadirachta indica 4000 – 6500 7. Cassia siamea 30.000 – 45.000 8. Cassuarina equisetifolia 200.000 – 800.000 9. Cedrela odorata 45.000 – 60.000 10. Cordia alliodora 20.000 – 30.000 11. Cupressus lusitanica 170.000 – 320.000 12. Eucalyptus camaldulensis 700.000 – 800.000 13. E. deglupta 1 – 2 juta 14. E. globules 70.000 – 140 000 15. E. grandis 600.000 – 700.000 Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 35 Pengujian KA Benih § Untuk mengetahui KA benih sebelum disimpan dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung § Cara tidak langsung dengan Oven: 1. Suhu (103±1) 0C selama 17 ± 1 jam, desikator 30-45 min 2. Suhu (130 ±3) 0C selama 1-4 jam, desikator 30-45 min Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 37 Pengujian KA Benih q Pengujian KA dilakukan sebanyak 2 ulangan, diratakan dan dibandingkan dengan nilai toleransi q Benih Kecil : jumlah/kg > 5000 butir q Benih Besar : jumlah/kg < 5000 butir Ukuran Benih Rata-rata KA < 12 % 12 – 25 % > 25 % Kecil 0.3 % 0.5 % 0.5 % Besar 0.4 % 0.8 % 2.5 % Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 39 Uji Daya Kecambah § Untuk mengetahui potensi daya berkecambah maksimum dari suatu kelompok benih, yang dapat digunakan untuk membandingkan dengan kelompok benih lain dan untuk menentukan kebutuhan benih di lapangan § Uji daya kecambah dilakukan terhadap benih murni hasil uji kemurnian. Benih yang digunakan sebanyak 100 butir x 4 ulangan. Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 40 Uji Daya Kecambah § Kecambah normal: memperlihatkan potensi untuk perkembangan selanjutnya menjadi tanaman normal dalam lingkungan yang sesuai : Panjang akar > 2x panjang benihnya dan dalam keadaan sehat § Kecambah abnormal: tidak memperlihatkan potensi untuk tumbuh menjadi tanaman normal meskipun dalam kondisi yang cocok untuk pertumbuhannya Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 41 Uji Daya Kecambah q Kecambah yang rusak : 1. Cacat, belah, patah, luka-luka 2. Tanpa akar primer q Kecambah yang lemah Kecambah 1. Plumula membelit, belah abnormal 2. Plumula keluar tanpa ada akar 3. Akar membengkok pendek 4. Kecambah tidak bersisi 5. Tidak menunjukkan titik tumbuh di antara kedua kotiledonnya 6. Tidak mencapai ukuran normal q Kecambah yang busuk Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 42 Uji Daya Kecambah § Metode Langsung Dengan media: Pasir, Kertas (UDK, UAK, UKDdp) § Metode Tidak Langsung Cara Biokimia: Tetrazolium test, H2O2 Lama Pengujian: bergantung jenis Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University 43 Germination under different test conditions. a top of paper (TP), b betweenpaper (BP), c pleated paper (PP), d top of sand (TS), e in sand (S). The abbreviations in parentheses refer to ISTA abbreviations a c d e b 44 Perkecambahan Benih A cutting test reveals the conditions in the interior of the seed Seed stained by tetrazolium Bright-red areas (dark areas in this figure) indicate live tissue, pale areas are dead or necrotic tissue. Necrotic tissue in the radicle or embryo axis normally means that the seed is not viable, while some necrotic tissue in the cotyledons may not affect germination, and the seed is thus still viable Working procedure for hydrogen peroxide viability test. (From Laedem 1984) 45 X-ray radiographs used for seed quality analysis. a Pinus kesiya; some seeds with rudimentary embryos and some empty seeds. b Albizia procera; seeds infected with bruchid beetles. (From Saelim et al. 1996) Form keterangan contoh benih Relation between viability and vigour over a period of time. The relation may be expressed as germination under a certain set of conditions after a certain ageing period. The viability curve represents germination under optimal conditions while the vigour curve expresses germination under stressed conditions. Example: after 8 months’ storage, germination under optimal conditions is about 80% while under stressed condition it is only about 30%. Vigour stress test during seed germination. Seeds are germinated under a layer of gravel, which restricts expansion. Vigorous seedlings will grow through the gravel layer, while less vigorous seedlings are not able to overcome the impediment Dokumentasi TERIMA KASIH PERSEMAIAN RUMPIN PELURU REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BERSAMA MASYARAKAT 26 SEPTEMBER 2024 Dinni Melati, S.Hut, M.SE Plt. MANAGER PERSEMAIAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN DAS DAN REHABILITASI HUTAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BPDAS CITARUM CILIWUNG Apa itu Triple Planetary Crisis? Mengapa kita harus aware? Menurut PBB, seluruh dunia saat ini sedang menghadapi Triple Planetary Crisis (tiga krisis planet) yang akan menentukan masa depan kehidupan di Planet Bumi. Tiga krisis planet mengacu pada tiga masalah utama yang saling terkait yaitu : climate change (perubahan iklim), biodiversity loss (hilangnya biodiversitas/keanekaragaman hayati), dan pollutant (polusi/limbah) ü Perubahan iklim mengacu pada perubahan suhu dan pola cuaca dalam jangka panjang yang akan mengubah ekosistem pendukung kehidupan di planet ini. ü Kehilangan Biodiversitas mengacu terjadinya penurunan keanekaragaman makhluk hidup meliputi hewan, tumbuhan dan ekosistemnya. ü Polusi mengacu pada berbagai bentuk pencemaran yang meliputi pencemaran air, udara, tanah serta sampah. Sumber: Dit. PTH, Ditjen PDASRH What can we do to fight the crisis? #GenZPeduliLingkunganHidup Sebagai GenZ kita bisa melakukan hal kecil tapi berdampak besar. Menanam bukan asal sembarang tanam ya, kita juga harus tau Bibit yang Berkualitas Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca Tinggi/High Quality Seedlings Apa solusinya hanya menanam? Tidak, ada banyak cara untuk melawan krisis iklim tapi dengan menanam sebagai aksi nyata peningkatan tutupan lahan akan meningkatkan daya dukung dalam mitigasi perubahan iklim serta ketahanan pangan, energi, dan kesejahteraan makhluk hidup