Document Details

Uploaded by Deleted User

Tags

forensic dentistry forensics dental science medical jurisprudence

Summary

This document provides a summary of lectures on forensic odontology, it covers topics such as definitions, scope, standards, identification methods, and case studies in forensic dentistry. It's intended for students or professionals in the field.

Full Transcript

LECT ODONTOLOGI FORENSIK FT Definisi Cabang ilmu kedokteran gigi yg menerapkan pengetahuan dental utk kepentingan hukum dan peradilan Fokus utamanya adl identifikasi manusia melalui karakteristik gigi da...

LECT ODONTOLOGI FORENSIK FT Definisi Cabang ilmu kedokteran gigi yg menerapkan pengetahuan dental utk kepentingan hukum dan peradilan Fokus utamanya adl identifikasi manusia melalui karakteristik gigi dan struktur mulut Ruang lingkup - Identifikasi korban bencana massal - Penentuan usia berdasarkan perkembangan gigi - Analisis bekas gigitan dlm kasus kriminal - Pemeriksaan trauma dental utk kasus kekerasan - Evaluasi malpraktik - Rekonstruksi wajah forensik Standar - ABFO - Interpol DVI - ISO/IEC 17025 Metode identifikasi pd Primer/utama: korban - Gigi - Sidik jari - DNA Sekunder/pendukung: - Visual - Properti - Medik Pedoman pengisian odontogram pada data AM/PM Posisi permukaan gigi Material restorasi - Amalgam dan logam lainnya (selain logam mulia) = hitam - Emas (logam mulia/berharga lainnya) = merah - Sewarna gigi (komposit/GIC/porcelain) = hijau Keadaan gigi Sound → Tdk ada karies/restorasi → Tanda S Missing - Missing ante mortem → tanda X - Missing post mortem → tanda X dan dilingkari Tidak ada informasi → diberi tanda ? pada odontogram dan ditulis NON pada teks box Dental implan → IPX di odontogram dengan restorasi mahkotanya Gigi belum tumbuh (unerupted tooth) → dituliskan UE pada odontogram Sisa akar (retained root) → dituliskan RR pada odontogram Gigi tiruan Full denture - Maksila = F/- - Mandibula = -/F Partial denture - Maksila = P/- - Mandibula = -/P Kode Interpol DVI Contoh LECT TANATOLOGI Definisi Ilmu yg mempelajari kematian dan perubahan yg terjadi setelah kematian serta faktor2 yg mempengaruhi perubahan tsb Definisi mati Berhentinya sirkulasi, respirasi, persarafan, dan batang otak secara permanen (mati klinis) Istilah2 mati Mati somatis → Mati klinis → gangguan sistem KVR dan N secara permanen Mati suri (apparent death) → Gangguan sementara sistem KVRN Mati seluler (mati molekuler) → Kematian jaringan atau organ beberapa saat setelah mati somatis → Dimulai dari sel2 paling atas, ditandai dengan teraba dingin Mati serebral → Kerusakan pada kedua hemisfer otak irreversible (kecuali batang otak dan serebelum) Mati otak (batang otak) → Kematian seluruh neural intrakranial termasuk batang otak dan serebelum Tanda kematian Tanda tidak pasti - Pernapasan berhenti (> 10 menit) - Sirkulasi berhenti (> 15 menit, nadi karotis tdk teraba) - Kulit pucat - Tonus otot menghilang dan relaksasi - Pembuluh darah retina mengalami segmentasi - Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan (klo kornea dibuka, kemudian 10 menit masih hilang kekeruhannya → masih hidup) Tanda pasti - Livor mortis (lebam mayat) - Rigor mortis (kaku mayat) - Algor mortis - Dekomposisi - Adiposera - Mumifikasi Livor mortis Definisi → Noda/bercak ungu kemerahan akibat akumulasi darah di bagian tubuh paling rendah akibat gaya gravitasi (tdk terjadi pd bagian yg tertekan alas keras) → Dpt berwarna ungu kebiruan atau merah kebiruan Note: – Mulai tampak 20-30 menit pasca kematian klinis – Meluas dan menetap 8-12 jam pasca kematian klinis – Setelah 12 jam → terfiksasi sempurna (tdk hilang dg penekanan jari selama 30 detik) – 6-10 jam blm terfiksasi sempurna (dpt hilang dg penekanan) Lokasi – Terbentuk pd bagian penyokong tubuh pd saat kematian klinis – Telentang → livor mortis di punggung, paha, betis, belakang kepala, daun telinga, ekstensor lengan, fleksor tungkai – Tengkurap → livor mortis di dada, perut, paha bag atas, dahi, pipi, ekstensor tungkai – Miring ke samping → lengan, paha samping, kaki – Tergantung → ujung ekstremitas dan genitalia eksterna, terdapat jg teraan teratur diagonal di mandibula Mekanisme – Sirkulasi darah gagal → akumulasi sel darah dan plasma darah sukar dialirkan → eritrosit sedimentasi ke jar longgar dan plasma menuju jar → edema dan blister pd kulit → tampak luar bintik merah kebiruan – Eritrosit dg Hb teroksidasi (merah) → interval waktu PM meningkat → merah keunguan Warna livor mortis Faktor yg mempengaruhi livor mortis - Posisi - Perdarahan - Anemia - Warna kulit - Suhu dingin - Senyawa kimia Rigor mortis (kaku mayat) Konsep: – Meninggal = perubahan dari ATP → ADP – Selama tubuh ada glikogen, msih dpt terjadi resintesa ADP → ATP, shg otot2 masih dlm keadaan lemas (ada penguraian difosfat jd trifosfat) – Jika glikogen habis → resintesa ADP jd ATP tdk ada, akibatnya semua ATP dirubah menjadi ADP → kaku – Serabut otot mengandung aktin dan miosin → jika ATP habis, maka aktin dan miosin menggumpal → otot menjadi kaku Waktu: – Mulai tampak 2-4 jam postmortal, dimulai dri otot yg kecil sampai otot yg besar – Akan lengkap meliputi seluruh otot dlm waktu 8-12 jam – Hilang perlahan mulai 15-36 jam Perubahan otot pd mayat: 1. Primary flaccidity → Otot masih lemas, dpt dirangsang mekanik dan elektrik, masih agak hangat → Terjadi dlm stadium somatic death → Berlangsung selama 2-3 jam 2. Rigor mortis → Otot2 tdk dpt berkontraksi → Terjadi dlm stadium cellular death 3. Secondary flaccidity (fase lemas) Faktor2 yg mempengaruhi: – Suhu → dingin = menghambat kekakuan → hangat = mempercepat kekakuan – Keadaan otot/aktivitas sblm meninggal → dlm aktivitas yg butuh O2 = mempercepat kekakuan → dlm keadaan tidur (banyak O2) = memperlambat kekakuan – Umur dan gizi → Obesitas = lambat kaku Keadaan yg mirip rigor mortis a) Heat stiffening → tjd karena koagulasi protein akibat suhu yg tinggi → otot yg mjd kaku akibat heat stiffening tdk dpt mengalami rigor mortis → heat stiffening dpt terjadi pd otot yg sdh mengalami rigor mortis ex : korban yg mati terbakar → kakunya krn dibakar/kena api b) Freezing/cold stiffening → karena cairan synovial membeku → jika digerakkan akan terdengar suara krepitasi → pembeda dgn rigor mortis = jika dipindahkan ke suhu ruang, otot2 akan menjadi lemas c) Cadaveric spasm → kontraksi otot dlm stadium somatic death pd saat otot2 lain dlm fase primary flaccidity dan berlangsung terus sampai timbul secondary flaccidity → ditemukan pada = - korban bundir dg pisau/senjata api - meninggal sewaktu mendaki gunung Pembusukan (dekomposisi) Mekanisme - autolisis (pelepasan enzim) - pembusukan (aksi mikroorganisme) – Tanda awal = warna kehijauan pd sisi kanan perut atas (pd caecum yg berisi cairan dan bakteri terutama clostridium welchii) – Eritrosit lisis melepas Hb dan clostridium welchii → menghasilkan gas H2S Waktu – Panas/kering = 12-18 jam pasca kematian → gas HbS dan warna kehijauan mulai muncul – Dingin = 18-24 jam – Bau gas HbS menarik serangga → bertelur = 18-24 jam – Larva menetas = 30-48 jam Suhu - 21-43 = mempercepat - 0 dan > 50 = memperlambat Faktor yg mempengaruhi - mikroorganisme - suhu - kelembaban udara (tinggi → cepat) - umur (bayi, anak, dan ortu → lebih lambat) - konstitusi tubuh (gemuk → cepat, kurus → lambat) - sifat media (udara : air : tanah = 1:2:8) - keadaan saat mati (oedem → cepat, dehidrasi → lambat) - penyebab kematian (radand/infeksi/sepsis → cepat, penggunaan kimia → lambat) - seks (post partum → cepat) LECT TRAUMATOLOGY Definisi Trauma → Kekerasan yg dpt menimbulkan efek scr jasmani maupun psikis seseorang Traumatologi → Ilmu yg mempelajari ttg luka dan cedera serta hubungannya dg berbagai kekerasan Luka → Diskontinuitas jaringan tubuh akibat kekerasan Klasifikasi trauma Trauma mekanik - kekerasan tumpul - kekerasan tajam - tembakan senjata api Trauma fisik - akibat suhu panas dan dingin - listrik dan petir - perubahan tekanan udara - akustik - radiasi Trauma kimiawi - bahan asam - bahan basa Trauma mekanik benda → tdk bermata tajam, konsistensi keras/kenyal, tumpul permukaan halus/kasar → cara kematian: kecelakaan, pembunuhan → sebab kematian: kerusakan organ vital, perdarahan, infeksi → macam : - abrasi (lecet) - contusion (memar) - laceration (robek/koyak/retak) Luka memar → luka yg baru terjadi tampak sbg bercak biru kemerahan dan agak menimbul awal = merah → ungu dan hitam 4-5 hari = hijau 7-10 hari = kuning 14-15 hari = menghilang Luka lecet → pergeseran benda tumpul pd kulit → kerusakan sebatas epidermis → dpt sembuh sempurna 10-14 hari 1-3 hari = kemerahan krn eksudat darah 4-5 hari = lebih gelap 1-2 minggu = pembentukan epidermis baru 2 minggu = sembuh sempurna – luka lecet geser → jatuh sampai gesek aspal → bagian pertama bergeser memberikan batas yg lebih rata, penggumpalan epidermis terakhir → arah jatuh terakhir Luka robek → luka yg kulitnya sampai terbuka dg tepi tdk rata → pd salah 1 sisi, dpt ditemukan jejas berupa luka lecet tekan → arah : mulai dari daerah lecet tekan ke arah luar dan pd sisi tepi ini kulit terangkat dari dasarnya Trauma mekanik benda tajam Pembeda Benda tajam tdk terangkat jaringannya/tdk ada jembatan jaringan Benda tumpul ada jembatan jaringan Luka tusuk → kekerasan tajam yg mengenai kulit dg arah kekerasan tegak lurus terhadap permukaan kulit → tepi luka rata → pd saat mengenai kulit, akan terbentuk celah pd kulit, berbentuk sudut lancip – luka tusuk bundir → ditemukan luka percobaan yg dangkal dg arah yg sejajar Luka sayat → kekerasan tajam yg bergerak sejajar dg permukaan kulit → panjang luka melebihi dalamnya luka Luka bacok → kekerasan tajam dg bagian mata senjata yg mengenai kulit dg arah tegak → kedua sudut luka lancip dg luka yg cukup dalam Perbedaan trauma tumpul dan tajam Trauma fisik Luka akibat suhu panas Efek suhu tinggi a) Primary heat exhaustion → penglepasan panas tubuh yg rendah b) Secondary heat exhaustion → dehidrasi c) Heat stroke → kerja pusat pengatur suhu mjd gagal, suhu letal = 43 derajat d) Sun UV stroke e) Heat cramps → hilangnya NaCl darah dg cepat f) Luka bakar Luka bakar → faktor yg berperan : temperatur dan lama kntak → faktor yg mempengaruhi keparahan = derajat luka, luas area luka, lokasi luka → penilaian = area yg paling parah, tergantung dri luas permukaan, bukan derajat luka bakar → luka bakar AM (terbakar → meninggal) = terdapat tanda2 intravital (kemerahan, jelaga pd sal nafas, saturasi CO dlm darah) → luka bakar PM (meninggal → terbakar) = tdk terdapat tanda intravital, tubuh keras kekuningan, gelembung berisi sedikit sekali albumin, berisi cairan pembusukan Luka akibat suhu rendah a) Frosbite → pembekuan jar karena pembentukan kristal es intraseluler dan bendungan mikrovaskuler → tjd anoksia jaringan → krn kegagalan pusat pengatur suhu + rendahnya disosiasi O2-Hb b) Frostnip → bentuk ringan trauma dingin → nyeri, pucat, kesemutan pd daerah yg terkena c) Non freezing injury → cedera yg disebabkan kerusakan endotel mikrovaskular → trench foot → disebabkan terkena udara basah terus menerus yg suhunya msih di atas titik beku Luka akibat sengatan listrik → manusia lebih sensitif terhadap arus bolak balik - AC 25 atau DC 25-80 → blm tjd apa2 - AC 25-80 atau DC 80-300 → fibrilasi jantung - > 3A → henti denyut jantung Mekanisme kematian - fibrilasi ventrikel - paralisis pernafasan - paralisis pusat pernafasan Jejas listrik pd tubuh - electric mark - joule burn → bagian tengah dangkal dan pucat - exogenous burn → tubuh terbakar karena terkena benda dg tegangan yg sangat tinggi - metalisasi Luka akibat petir → kematian krn efek arus listrik → tjd kelumpuhan SSP, fibrilasi ventrikel, panas, dan ledakan gas Jejas korban - aborescent mark (spt ranting pohon) - metalisasi (partikel metal dr benda yg dipakai) - magnetisasi (benda yg dipakai berubah jd magnet) - pakaian terbakar dan robek Luka akibat perubahan Mekanisme tekanan udara perubahan tekanan udara → perubahan vol gas dlm tubuh → barotrauma aural, pulmoner, dibarisme, emboli udara Barotrauma aural → nyeri ringan dan dengung pd telinga Barotrauma pulmoner → emfisema, pneumotoraks, emboli udara, nyeri pd gigi, gangguan keseimbangan Disbarisme → nyeri, pusing, nafas pendek, kelelahan ekstremitas, kolaps Perubahan vol gas pd SSP → tremor, konvulsi, pusing, mual Perubahan vol gas pd sendi → antralgia hiperbarik Luka akibat asam Ciri khas → koagulasi protein, kering, warna coklat kehitaman, tdk penetrasi ke jaringan Asam organik - asam oksalat - asam asetat - asam sitrat - asam karbol Asam anorganik - asam fluorida - asam klorida - asam nitrat - asam sulfat Luka akibat basa Ciri khas → saponifikasi, luka basah/licin, tdk berwarna, penetrasi ke jaringan Basa kuat - kalium hidroksida - natrium hidroksida - amonia Luka kelabu keputihan LECTURE BITEMARK Definisi Tanda gigitan dri pelaku yg tertera pd kulit korban dlm bentuk luka, jaringan kulit, maupun jaringan ikat di bawah kulit sbg akibat dri pola permukaan gigitan dri gigi pelaku melalui kulit korban Beberapa hal yg masih - gigi yg terlibat (maks 20 gigi) terlihat di bitemark - perbedaan posisi - perbedaan ukuran dan space interdental - gigi yg hilang - perbedaan lengkung rahang yg dikaitkan dg usia Tahap penanganan bitemark 1) Penyelamatan barang bukti di TKP 2) Pengambilan swab utk serologi dan DNA 3) Perekaman bekas gigitan 4) Analisa awal bekas gigitan 5) Pencetakan gigi tersangka 6) Analisis perbandingan bekas gigitan vs gigi tersangka 7) Penyusunan kesimpulan hasil analisa Klasifikasi bitemark Kelas I → terdapat jarak dari gigi I dan C Kelas II → Seperti kelas I, tp terlihat cusp bukal, palatal, lingual dan derajat bite marknya masih kecil Kelas III → Derajat luka lebih parah dri kelas II, permukaan gigi insisivus telah menyatu Kelas IV → Terdapat luka pd kulit dan otot di bawah kulit yg sedikit terlepas atau rupture shg bitemark terlihat irregular Kelas V → Terlihat luka yg menyatu bitemark insisivus, kaninus, dan premolar baik pd rahang atas maupun rahang bawah Kelas VI → Luka dari seluruh gigitan dri ra dan rb dan jaringan kulit serta jaringan otot terlepas sesuai dg kekerasan oklusi dan pembukaan mulut Bitemark krn gigitan manusia → Perlukaan berbentuk elips atau circular → Bentukan rahang seperti U → Diameter luka = 25-40 mm → Tampak paling banyak 16 gigi ICPM manusia = 2I 1C 2P 3 M = 2123 Bitemark krn gigitan hewan > Hewan karnivora = 6 insisivus dan 2 gigi caninus > ICPM anjing = 3143/3142 (atas/bawah) > ICPM kucing = 3142/3142 > ICPM tikus = 1003/1003 > Cobra dewasa (homodont → 4 gigi taring panjang) > Phyton (homodont → tdk punya ICPM) > Buaya (homodont → gigitan buaya biasanya koyak, menimbulkan bitemark kelas V) Rangkuman Lengkap Materi Toksikologi Forensik Pengertian Toksikologi Forensik Toksikologi forensik adalah cabang ilmu yang bertujuan untuk memahami penyebab kematian mendadak akibat racun, membantu diagnosis, investigasi, dan penanganan kasus keracunan. Jenis Racun 1. Logam Berat ○ Arsen: Bersumber dari air, tanah, tembakau, atau produk industri. Menyebabkan kerusakan seluler melalui gangguan respirasi mitokondria. Keracunan akut: Syok kardiovaskular, gagal hepatorenal. Keracunan kronis: Gangguan pencernaan, malnutrisi, perubahan pigmentasi kulit. ○ Timbal (Pb): Terdapat dalam bahan industri seperti aki dan cat lama. Menyebabkan spastisitas usus, kerusakan saraf, dan dehidrasi. 2. Insektisida ○ Racun organik sintetis seperti karbamat dan organofosfat. Menyerang fungsi biologis serangga hingga menyebabkan kematian. 3. Sianida ○ Hidrogen sianida (HCN): Racun mematikan yang menghambat enzim respirasi sel. ○ Sumber: Produk industri, asap kebakaran. ○ Tanda: Bau almond, sianosis, lebam merah ceri. 4. Karbon Monoksida (CO) ○ Gas tidak berwarna dan tidak berbau dari pembakaran tidak sempurna. ○ Menyebabkan hipoksia melalui pengikatan hemoglobin (COHb). ○ Gejala: Dari sakit kepala hingga koma. 5. Alkohol ○ Etanol, Metanol, Isopropanol: Digunakan sebagai pelarut atau minuman keras. ○ Efek: Intoksikasi akut hingga gagal hati pada keracunan kronis. 6. Narkotika ○ Opiat: Morfin, heroin, metadon. Memicu depresi pernapasan. ○ Kokain: Menyebabkan hipertensi akut, gagal jantung. ○ Ganja: Umumnya tidak fatal, tetapi dapat memicu aritmia. Diagnosis Keracunan 1. Gejala Fisik: Sesuai dengan jenis racun. 2. Analisis Kimia: Racun ditemukan pada barang bukti atau cairan tubuh (darah, urine). 3. Otopsi: Pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik menunjukkan kerusakan organ spesifik. 4. Riwayat Kontak: Bukti paparan racun sebelumnya. Diagnosa pasti tercapai jika memenuhi poin 1-3 atau 1-4 di atas. Penanganan Kasus Keracunan 1. Pemeriksaan TKP ○ Identifikasi penyebab dan cara kematian. ○ Pengumpulan barang bukti (sampel, benda terkontaminasi). 2. Analisis Toksikologi ○ Pada korban hidup atau mati. 3. Otopsi ○ Pemeriksaan luar: Bau khas, lebam, luka bakar, tanda suntikan. ○ Pemeriksaan dalam: Kerusakan organ, sisa racun di tubuh. Pemeriksaan Toksikologi Sampel: Urine, darah, empedu, jaringan organ, rambut, cairan lambung. Metode: ○ Uji Reinsch, Gutzeit, Marsh untuk logam berat. ○ Analisa nyala api (sianida). ○ Gas chromatography. Hasil Temuan Otopsi 1. Logam Berat (Arsen dan Timbal) ○ Arsen: Granula putih di lambung, kerusakan mukosa lambung. ○ Timbal: Garis gelap pada gusi, organ pucat karena anemia. 2. Sianida ○ Bau almond di rongga dada, lebam merah ceri. 3. Karbon Monoksida ○ Lebam merah muda, jaringan tubuh berwarna merah terang. 4. Alkohol ○ Organ penuh darah encer, bau alkohol pada jaringan tubuh. 5. Narkotika ○ Edema paru, sisa obat di lokasi suntikan. Rangkuman ini mencakup poin utama yang diperlukan dalam menganalisis dan menangani kasus toksikologi forensik. Jika diperlukan tambahan, silakan sampaikan! LECT CHEILOSCOPY Definisi Sidik bibir → pola berupa celah/fisur yg terdapat pd permukaan mukosa bibir Sulci labiorum rubrorum → kerutan dan alur yg terlihat di bibir Figura liniae labiorum rubrorum → pola yg dihasilkan Jenis sidik bibir a) Sidik bibir terlihat b) Sidik bibir laten → akibat sekresi minyak dan kelembaban Why cheiloscopy - unik dan tdk berubah - tdk dipengaruhi oleh faktor lingkungan - ada kemiripan antara orang tua dan saudara kandung - perbedaan pola pada pria dan wanita Manfaat sidik bibir - identifikasi personal - alat penyelidikan - penentuan jenis kelamin → tipe I dan I’ → perempuan di kuadaran 3 dan 4 (bibir bawah) → tipe II → laki2 di kuadran 2 (bibir atas kiri) → pola berbeda di semua kuadran → laki2 → pola sama di semua kuadran → perempuan Klasifikasi sidik bibir Martin Santos a) Simple wrinkles - straight line - curved line - angled line - sine shaped curve (berbentuk gelombang sinus) b) Compound wrinkles - bifurcated - trifurcated - irregular Suzuki classification Tipe I = vertical (berdasarkan 4 tipe natural lip fissure) Tipe II = branching Y-shaped Tipe III = criss-cross (saling silang) Tipe IV = reticular Suzuki and tsuchihashi’s Tipe I = full vertical groove (pd seluruh bagian bibir) (1971) Tipe I’ = short vertical groove (mirip tipe I tp tdk pd seluruh bagian bibir) Tipe II = branched groove (pola alur bercabang) Tipe III = diamond groove (pola alur saling menyilang) Tipe IV = rectangular groove (pola alur membentuk kotak) Tipe V = irregular (pola alur bukan salah 1 dri tipe di atas/bentuk lainnya) 6 tipe sidik bibir a) Long vertical b) Short vertical c) Branched groove = bercabang d) Intersected groove/diamond groove = groove saling memotong secara menyilang Reticulated groove/rectangular = berbentuk seperti jaring Groove yg tdk dpt dibedakan scr morfologi Renauds (1975) a) Complete vertical b) Incomplete vertical c) Complete bifurcated d) Incomplete bifurcated e) Complete branched f) Incomplete branched g) Reticular pattern h) X or coma form i) Horizontal j) Other forms Afohar-Bayat A1 = vertical dan straight menutupi seluruh bibir A2 = vertical dan straight tp tdk menutupi seluruh bibir B1 = straight branched groove B2 = angulated branched groove C = converging groove D = reticular pattern groove E = other groove Sex determination Tipe I dan I’ = perempuan Tipe I dan II = perempuan Tipe III = laki-laki Tipe IV = laki-laki Tipe V = laki-laki Metode Tracing - fotografi langsung - bedak sidik jari (bedak aluminium, logam perak, nitrat perak, oksida kobalt, magnetik) - pewarna fluoresen - bahan cetak gigi Pengamatan cheiloscopy One compartment bagian bibir bawah tengah → krn paling stabil, secara konsisten terlihat dlm jejak 4 compartment > Cheilion = titik lateral paling tepi dri permukaan mulut > Labrale superius = titik tertinggi dri margin bibir atas di garis sagital tengah > Stomion = titik kontak bibir atas dan bawah di garis sagital tengah > Labrale inferius = titik terendah dari margin bibir bawah di garis sagital tengah 8 Compartment LECT RUGOSCOPY Pembentukan rugae Dibentuk pd minggu ke-12 - 14 prenatal palatina Setelah 10 tahun → tdk berubah baik dlm ukuran maupun bentuk Kondisi yg mempengaruhi - perawatan ortho kestabilan pola rugae - kebiasaan menghisap jari yg ekstrem palatina - penyakit periodontal progresif - tekanan persisten dri pemakaian gigi tiruan - perawatan bedah celah palatum Klasifikasi Goria Mengelompokkan pola rugae hanya berdasarkan bentuk, jumlah, dan zona rugae thdp gigi Membagi rugae mjd 2 tipe = primitif dan berkembang Lopez de leon Adanya hubungan seseorang dan morfologi rugase - rugae kepribadian B (bilious) - rugae kepribadian N (nervous) - rugae kepribadian S (sanguinary) - rugae kepribadian L (lymphatic) Trobo Simple rugae (A, B, C, D, E, F) Compound rugae (terbentuk dri 2 / lebih simple) = X/polimorfik Carrea Da Silva Membagi menjadi 6 kelompok sederhana Martin Dos Santos Mengelompokkan berdasarkan bentuk dan posisi masing2 rugae Lysell Rugae diukur berdasarkan panjangnya → lalu diklasifikasikan a) Primer = 5 mm/lebih b) Sekunder = 3-5 mm c) Fragmenter = 2-3 mm Rugae < 2 mm tdk dinggap Basauri Membedakan rugae berdasarkan bentuknya serupa klasifikasi Trobo Rugae utama (yg lebih anterior) → huruf besar Rugae aksesori → angka Lima 4 Klasifikasi - tajam (puncute) - lurus (straight) - kurva (curve) - tersusun (composite) Tzatscheva dan Jordanov Klasifikasi rugae berdasarkan arah, percabangan, simetri, dan radialitas Cormoy Klasifikasi rugae berdasarkan ukuran a) Rugae utama = > 5 mm b) Rugae aksesori = 3-4 mm c) Rugae fragmen = < 3 mm Thomas dan kotze Paling sering digunakan Jumlah rugae dicatat berdasarkan kategorinya Kapali Berdasarkan ukuran dan bentuk Ukuran: a) Primer = A (< 5 - 10 mm) B (> 10 mm) b) Sekunder = 3-5 mm c) Fragmenter = < 3mm d) Tdk masuk klasifikasi = < 1 mm Bentuk a) Melengkung b) Bergelombang c) Lurus d) Sirkular Caldas Palatum dibagi menjadi 4 6 kuadaran Klasifikasi rugae berdasarkan posisinya Metode - Pemeriksaan IO - Fotografi oral - Pembuatan cetakan maksila - Pencetakan dri gigi tiruan - Stereoscopy - Sterophotogrammetry

Use Quizgecko on...
Browser
Browser