Materi PKKJ sebelum UTS (1) PDF

Summary

Dokumen ini membahas konseptual model dan teori keperawatan jiwa, seperti model adaptasi Stuart dan model adaptasi Callista Roy. Model-model ini dijelaskan dengan detail dan mencakup mekanisme koping, komponen biopsikososial, dan peran perawat dalam proses perawatan.

Full Transcript

KONSEPTUAL MODEL/TEORI KEPERAWATAN JIWA 1. Stuart Stress Adaptation Model Asumsi dasar teori stuart 1. alam tersusun sebagai sebuah hirarki sosial dari unit yang paling sederhana hingga yang paling kompleks. 2. asuhan keperawatan diberikan dalam konteks biologis, psikologis,...

KONSEPTUAL MODEL/TEORI KEPERAWATAN JIWA 1. Stuart Stress Adaptation Model Asumsi dasar teori stuart 1. alam tersusun sebagai sebuah hirarki sosial dari unit yang paling sederhana hingga yang paling kompleks. 2. asuhan keperawatan diberikan dalam konteks biologis, psikologis, sosiokultural, hukum, etika, kebijakan, dan advokasi. 3. kesehatan/penyakit dan adaptasi/maladaptasi adalah dua kontinum yang berbeda. 4. model ini mencakup pencegahan, pengobatan, dan pemulihan dengan menggambarkan empat tahap perawatan psikiatri: krisis, akut, pemeliharaan kesehatan, dan promosi kesehatan. 5. model ini didasarkan pada penggunaan proses keperawatan dan standar perawatan dan kinerja profesional untuk perawat psikiatri. Mekanisme pertahanan Ego: Refleksi: Menyadari dan mempertimbangkan kembali perasaan atau pengalaman untuk memahami diri sendiri lebih baik. Sublimasi: Mengubah energi atau emosi negatif menjadi aktivitas yang konstruktif dan positif, seperti berolahraga atau berkarya seni. Substitusi: Menggantikan objek atau tujuan yang tidak dapat dicapai dengan yang lain yang lebih dapat diterima. Rasionalisasi: Memberikan penjelasan logis atau membenarkan tindakan atau perasaan untuk menghindari kenyataan yang menyakitkan. Penolakan: Menolak untuk mengakui realitas atau kenyataan yang tidak menyenangkan. Regresi: Kembali ke perilaku atau fase perkembangan sebelumnya sebagai cara untuk mengatasi stres atau ketidaknyamanan. Komponen biopsikososial (biologis, psikologis, dan sosiokultural) dalam perawatan. 1. predisposing factors yang merupakan faktor risiko dan protektif yang memengaruhi jenis dan jumlah sumber daya yang dapat digunakan seseorang untuk menangani stres. 2. precipitating stressors yang merupakan rangsangan yang menantang, mengancam, atau menuntut individu. 3. appraisal of a stressor yang melibatkan penentuan makna dan pemahaman akan dampak dari situasi yang penuh tekanan bagi individu. 4. coping resources yang merupakan pilihan atau strategi yang membantu menentukan apa yang dapat dilakukan serta apa yang dipertaruhkan. 5. coping mechanisms yang merupakan segala upaya yang diarahkan pada manajemen stres dan dapat bersifat konstruktif atau destruktif. 2. Model Adaptasi Callista Roy Model adaptasi Roy menekankan bagaimana perubahan dalam sistem adaptasi manusia dan lingkungannya mempengaruhi keseimbangan individu. Tingkat adaptasi sebagai komponen internal Proses terintegrasi terjadi ketika sistem berfungsi secara optimal untuk memenuhi kebutuhan manusia. Proses kompensasi diaktifkan ketika respons sistem manusia telah dipicu, Proses kompromi terjadi jika proses kompensasi dan terintegrasi tidak mencukupi, sebagai upaya adaptasi tambahan. Sistem adaptif manusia merespons berbagai stimulus dari lingkungan eksternal maupun internal. Stimulus fokus adalah stimuli utama yang langsung mempengaruhi individu dan menjadi fokus utama dari respons adaptif. Stimulus kontekstual mencakup stimuli sekitar stimulus fokus yang turut mempengaruhi respons individu, meskipun bukan faktor utama, Stimulus residual meliputi stimuli dengan pengaruh yang mungkin tidak langsung atau tidak sepenuhnya dipahami, seperti pengalaman masa lalu, budaya, atau harapan masyarakat yang dapat mempengaruhi respons adaptif secara tidak sadar. Roy mengidentifikasi dua subsistem utama dalam mekanisme koping individu: Regulator, mengatur respons fisiologis terhadap rangsangan, seperti perubahan lingkungan atau tekanan fisik Kognator, terlibat dalam pemrosesan informasi dan pengambilan keputusan yang lebih kompleks, termasuk respon psikologis dan emosional. 3. Interpersonal Relations Theory in Nursing Peplau Fase dalam Teori Hubungan Interpersonal a. Fase Orientasi, saat pertama kali perawat dan pasien bertemu. Perawat bertugas untuk memahami masalah kesehatan pasien dan menciptakan hubungan yang didasarkan pada kepercayaan dan keamanan. b. Fase Identifikasi, pasien mulai mengidentifikasi dengan jelas peran perawat dalam membantu mereka. Pasien menjadi lebih terbuka dan mulai berkolaborasi dengan perawat dalam menyusun rencana perawatan. Perawat membantu pasien mengartikulasi perasaan dan kekhawatiran mereka, serta mendorong mereka untuk mengeksplorasi dan memahami kondisi mereka sendiri. c. Fase Eksploitasi, ketika pasien mulai sepenuhnya memanfaatkan layanan yang diberikan oleh perawat. Pasien menjadi lebih proaktif dalam perawatan diri mereka dan berpartisipasi aktif dalam proses penyembuhan. Perawat dalam fase ini berperan sebagai fasilitator, yang terus mendorong kemandirian pasien dan memanfaatkan semua sumber daya yang ada untuk membantu pasien mencapai tujuan kesehatan. d. Fase Resolusi, berakhirnya hubungan terapeutik karena masalah kesehatan pasien telah teratasi atau dikelola dengan baik. Pasien siap untuk kembali ke kehidupan sehari-hari dengan tingkat kemandirian yang lebih tinggi. Perawat membantu pasien mengintegrasikan perubahan yang terjadi selama proses perawatan ke dalam kehidupan mereka, memastikan bahwa mereka mampu melanjutkan hidup tanpa ketergantungan pada layanan kesehatan yang berlebihan. Peran Perawat dalam Teori Hubungan Interpersonal a. Sumber Informasi (Resource Person): sebagai sumber informasi yang menyediakan pengetahuan yang dibutuhkan pasien untuk memahami kondisi dan pilihan perawatan mereka. b. Pembimbing atau Instruktur (Teacher): sebagai pengajar yang membantu pasien memahami aspek-aspek penting dari perawatan kesehatan mereka, baik melalui komunikasi langsung maupun melalui penyediaan materi edukasi. c. Pemimpin (Leader): memimpin proses perawatan dengan membantu pasien mengarahkan jalan mereka menuju pemulihan, menetapkan tujuan bersama pasien dan memandu mereka dalam mencapai tujuan tersebut. d. Pengganti (Surrogate): menggantikan peran individu penting lain dalam kehidupan pasien, seperti keluarga, untuk memberikan dukungan emosional yang diperlukan selama proses perawatan. e. Konselor (Counselor): memberikan dukungan emosional kepada pasien, membantu mereka dalam mengatasi stres dan konflik yang mungkin muncul selama masa perawatan. f. Mediator (Mediator): Dalam situasi di mana ada ketegangan atau konflik, perawat berperan sebagai mediator yang membantu menyelesaikan perbedaan antara pasien dan orang lain. 4. 8 tahap Perkembangan Psikososial Eric Ericson 1. Trust vs. Mistrust (kepercayaan vs. ketidakpercayaan), terjadi pada masa bayi, di mana bayi belajar untuk mempercayai atau tidak mempercayai lingkungannya berdasarkan konsistensi dan kualitas perawatan yang diterima. 2. Autonomy vs. Shame and Doubt (otonomi vs. rasa malu dan ragu), terjadi pada masa balita. Anak mulai mengembangkan kemandirian dan kontrol diri. 3. Initiative vs. Guilt (inisiatif vs. rasa bersalah), berlangsung pada usia prasekolah. Anak-anak mulai mengambil inisiatif dalam aktivitas dan interaksi sosial. 4. Industry vs. Inferiority (ketekunan vs. rasa rendah diri), terjadi pada masa usia sekolah. Anak-anak mengembangkan keterampilan dan kompetensi melalui proses belajar dan interaksi sosial. 5. Identity vs. Role Confusion (identitas vs. kebingungan peran), terjadi selama masa remaja. Remaja mencari identitas diri dan peran mereka dalam masyarakat. 6. Intimacy vs. Isolation (keintiman vs. isolasi), berlangsung pada masa dewasa awal. Pada tahap ini, individu berusaha membangun hubungan intim dan bermakna dengan orang lain. Kemampuan untuk membangun hubungan yang sehat dan intim akan membantu individu menghindari perasaan isolasi sosial. 7. Generativity vs. Stagnation (generativitas vs. stagnasi), terjadi pada masa dewasa tengah. Individu fokus pada memberikan kontribusi kepada generasi berikutnya melalui pengasuhan, mentoring, atau aktivitas produktif lainnya. 8. Ego Integrity vs. Despair (integritas ego vs. keputusasaan), berlangsung pada masa dewasa akhir. Individu yang merasa puas dan bangga dengan pencapaiannya akan merasakan integritas. Namun, jika merasa hidup mereka tidak bermakna, individu mungkin mengalami putus asa. 5. Model self care OREM merupakan pendekatan yang dinamis, perawat bekerja untuk meningkatkan kemampuan klien dalam merawat dirinya sendiri dan tidak menempatkan klien pada posisi bergantung KONSEP DIRI Komponen Konsep diri: 1. Citra Diri (Self Image): meliputi persepsi serta perasaan di saat ini dan masa lalu mengenai ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi diri. 2. Ideal Diri (Self Ideal): persepsi seseorang tentang bagaimana seharusnya mereka berperilaku dan didasarkan pada standar, tujuan, atau nilai yang diyakininya. 3. Harga Diri (Self Esteem): penilaian atau evaluasi seseorang terhadap diri mereka sendiri mencakup perasaan dan keyakinan tentang nilai dan keberhargaan diri sendiri. 4. Peran Diri (Self Role): bagaimana seseorang memahami dan menjalani peran yang berbeda dalam kehidupan sosial, seperti peran sebagai anggota keluarga, pekerja, teman, atau anggota komunitas. Pemahaman tentang peran diri sering kali dibentuk oleh harapan sosial dan interaksi dengan orang lain. 5. Identitas Diri (Self Identity): kesadaran seseorang tentang siapa dirinya, yang mencakup keyakinan, nilai, dan karakteristik unik yang membuat individu berbeda dari orang lain. Ini sering mencakup elemen-elemen seperti gender, budaya, profesi, atau orientasi spiritual, dan bagaimana individu mengidentifikasi dirinya dalam konteks sosial yang lebih luas. - konsep kehilangan-berduka Fase Kehilangan: 1. Fase Depression. klien sepenuhnya menyadari dampak emosional dan realitas kehilangan. 2. Fase Acceptance. individu mulai menerima kenyataan dari kehilangan yang dialaminya. 3. Fase Denial. Pasien seringkali menyangkal kenyataan tentang informasi baru setelah didiagnosis memiliki penyakit terminal. 4. Fase Anger. Ketika perasaan denial tidak dapat dipertahankan lagi, perasaan tersebut berubah menjadi perasaan marah, iri, dan kebencian yang ditujukan kepada diri sendiri, anggota keluarga, tenaga medis, Tuhan, atau bahkan orang yang sudah meninggal. 5. Fase Bergaining. upaya individu untuk menunda apa yang sudah terjadi pada diri pasien dengan membuat janji bahwa pasien tidak akan meminta apa pun lagi jika penundaan tersebut diberikan(termasuk penyesalan). Dapat berbentuk rasional, seperti komitmen untuk melakukan pengobatan. - StreSs Stress merupakan suatu kondisi perasaan mengganggu dan mengancam ketika menjalani kehidupan, (WHO, 2020). Model Stress: A. Model Stimulus Stres dipahami sebagai kerentanan individu terhadap penyakit akibat reaksi fisiologis/psikologis terhadap stimulus eksternal. Stres dalam model ini dianggap sebagai variabel independen yang memengaruhi individu, tanpa penilaian mendalam. Tiga karakteristik utama: 1. Overload – Individu tidak mampu beradaptasi terhadap stimulus yang intens. 2. Conflict – Stimulus menimbulkan respons tubuh yang bertentangan. 3. Uncontrollability – Kejadian-kejadian yang tidak dapat dikendalikan oleh perilaku individu menyebabkan stres tinggi. B. Model Respons Dikembangkan oleh Hans Selye, model ini menekankan stres sebagai respons non-spesifik tubuh terhadap rangsangan dari lingkungan. Selye memperkenalkan dua bentuk respons: 1. General Adaptation Syndrome (GAS) – Respon tubuh secara menyeluruh melibatkan perubahan hormonal dan struktural. 2. Local Adaptation Syndrome (LAS) – Reaksi tubuh secara lokal di organ tertentu. Tahapan Stres: 1. Reaksi Alarm (Alarm Reaction): Tahap ini terjadi ketika ada ketidaksesuaian antara yang diharapkan dan yang terjadi. Tubuh bereaksi terhadap stres dalam dua fase: fase kejut di mana sistem saraf simpatik merespons dengan melepaskan hormon seperti epinefrin dan norepinefrin untuk mempersiapkan tubuh dalam mode "fight or flight", dan fase kejut susulan di mana tubuh mulai pulih dari respons awal. Jika stresor berlanjut, tubuh akan memasuki tahap berikutnya, yaitu resistensi. 2. Tahap Resistensi (Stage of Resistance): Di tahap ini, tubuh berusaha menstabilkan fungsi-fungsi yang terganggu oleh stres dengan menormalkan hormon, detak jantung, dan tekanan darah. Namun, jika stres berlangsung lama, tubuh mengalami allostasis, dimana beban alostatik dapat menyebabkan penyakit kronis seperti hipertensi, depresi, dan gangguan autoimun. 3. Tahap Kelelahan (Stage of Exhaustion): Ketika stres terus berlanjut tanpa henti, tubuh mencapai kelelahan. Pada tahap ini, tubuh tidak mampu lagi menahan stresor, menghabiskan energi, dan dapat mengalami kerusakan serius atau kematian jika tidak dapat pulih. C. Model Transaksional Model ini berfokus pada interaksi antara individu dan lingkungan. Stres terjadi saat tuntutan lingkungan melebihi kemampuan individu untuk menghadapinya, mengakibatkan reaksi emosional seperti kecemasan atau depresi. Model ini menekankan respons kognitif, afektif, dan adaptif dalam menghadapi stres. JENIS STRESS Potter dan Perry (2013): 1. Stres Kronis: Stres jangka panjang yang disebabkan oleh tekanan yang berkelanjutan, seperti tanggung jawab besar di pekerjaan atau penyakit jangka panjang. 2. Stres Akut: Stres jangka pendek yang muncul dari situasi mendadak atau masalah sehari-hari seperti masalah keuangan atau kerepotan rumah tangga. 3. Trauma dan PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder): Stres akibat kejadian traumatis seperti kecelakaan atau kekerasan, yang dapat berkembang menjadi PTSD jika memicu ingatan akan trauma. 4. Krisis: Stres yang membutuhkan perubahan besar dalam cara mengatasi masalah. Krisis dibagi menjadi tiga jenis: krisis perkembangan (transisi hidup), krisis situasional (situasi tak terduga seperti kehilangan pekerjaan), dan krisis bencana (disebabkan oleh bencana alam). Koping Strategi coping adalah cara individu memecahkan masalah, meliputi berbagai sumber: 1. Keyakinan Spiritual: Memberikan harapan dan ketenangan dalam situasi sulit. 2. Keterampilan Pemecahan Masalah: Kemampuan menganalisis situasi dan menemukan solusi terbaik. 3. Keterampilan Sosial: Kemampuan membangun hubungan untuk membantu menyelesaikan masalah. 4. Aset Ekonomi: Uang atau barang yang meningkatkan pilihan coping individu. 5. Keterampilan dan Kemampuan: Memengaruhi cara seseorang mengelola stres, berbeda bagi setiap individu. 6. Keyakinan Positif: Motivasi dan keyakinan diri dalam mengatasi masalah. - sehat-sakit jiwa, proses terjadinya gangguan jiwa - peran perawat jiwa dalam pelayanan keperawatan Kasus: 1. laki laki 40 tahun seorang ayah mempunyai 3 anak, dalam pikiran ayah dia berpikir bahwa dia harus menjadi ayah yg baik, suami yg baik, dan setiap orang harus menyukai dia, tidak boleh sakit, tidak boleh membuat kesalahan... ayah tersebut mengalami gangguan dalam apa,, diagnosa keperawatan apa yg dialami,, berhubungan dengan konsep diri jawaban: diagnosis Gangguan Ideal diri(merasa dirinya harus sempurna) 2. Perawat jiwa dalam berpraktek di tatanan masyarakat seperti, di puskesmas, klinik, sekolah, 3. perempuan berusia 34 tahun, berkepribadian disukai banyak orang, baik, cantik, banyak teman dan sangat aktif. saat ini dia menjadi petinggi. namun ketika dia menghadapi tes saat ingin naik jabatan tetapi gagal, dalam kehidupan pertama kali mengalami kegagalan. sedangkan teman temannya dapat lulus. pasien ini menjadi depresi, tidak mau makan, mandi, dsb. Akhirnya dia dibawa konsultasi, dan mengatakan dia merasa bodoh, dan selalu gagal. apabila kita menjadi perawat apa yg akan kita katakan kepada dia? jawaban: kesadaran diri 4. penyebab gangguan jiwa paling banyak. perempuan bercerai 5 bukan yg lalu, sudah menikah 8 tahun tapi belum mempunyai anak. Tak lama bercerai, sang mantan suami sudah menikah diri. Sang perempuan merasa gagal menjadi istri, perempuan sering melamun, berdiam diri 5. seorang anak yg mendampingi seorang ibu yg baru saja kehilangan anaknya meninggal. sang ibu mengatakan merasa bersalah dan menyesal, kenapa sang anak tidak diimunisasi, anaknya meninggal karena pneumonia. Apa peran perawat yg dapat dilakukan. FASE BERGAINING (MENYESAL BERSALAH)= apa intervensi yg dilakukan perawat 6. Seorang klien pasca operasi, ketika di rumah sakit mengeluh lelah, karena di RS hanya berdiam saja, di pekerjaan banyak. Karena klien sering memikirkan pekerjaan. masalah keperawatan apa dari data di atas 7. Anak laki laki dilakukan kunjungan rumah oleh perawat. Saat mengkaji sang anak memiliki perilaku sensitif, mudah tersinggung, susah tidur, sering mimpi buruk, terkadang diare tidak jelas. Anak laki laki ini ternyata mau tes, ternyata sang anak mau menunggu pengumuman masuk perguruan tinggi. Anak laki laki ini mengalami STRESS. 8. Menurut teori perkembangan psikososial Erik Erikson, klien yang tidak mampu menyelesaikan tugasnya kemungkinan mengalami krisis perkembangan yang terkait dengan salah satu tahap psikososial, tergantung pada usia dan konteks situasinya. Terdapat di usia sekolah 9. Faktor individu yg dapat berguna saat seseorang mendapatkan masalah 10. salah satu peran perawat menurut PEPLAU SEBAGAI EDUKATOR. Hapalin Teori: Model self care OREM merupakan pendekatan yang dinamis, perawat bekerja untuk meningkatkan kemampuan klien dalam merawat dirinya sendiri dan tidak menempatkan klien pada posisi bergantung PEPLAU ERIC ERICSON Pelajari Diagnosa Keperawatan Jiwa PELAJARI TAHAPAN BERDUKA > TENTUKAN INTERVENSINYA KALAU GA SALAH 30 SOAL

Use Quizgecko on...
Browser
Browser