KONSELING KELOMPOK BERPUSAT PRIBADI

Summary

Dokumen ini membahas teori dan praktik konseling kelompok yang berpusat pada pribadi, yang menekankan pentingnya pengalaman subjektif individu dalam konteks interaksi kelompok, serta peran fasilitator dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung untuk pertumbuhan pribadi. Pendekatan ini memfokuskan pada pengalaman, perasaan, dan pandangan anggota kelompok, dan berfokus pada membantu mereka mengeksplorasi diri mereka secara mendalam.

Full Transcript

**MATA KULIAH TEORI DAN PRAKTIK KONSELING HUMANISTIK** **MATERI KONSELING KELOMPOK BERPUSAT PRIBADI** **DAFTAR ISI** ============== {#section.TOCHeading} [**DAFTAR ISI** 2](#daftar-isi) [**KONSELING KELOMPOK BERPUSAT PRIBADI** 3](#konseling-kelompok-berpusat-pribadi) [**TUJUAN KONSELING KELOM...

**MATA KULIAH TEORI DAN PRAKTIK KONSELING HUMANISTIK** **MATERI KONSELING KELOMPOK BERPUSAT PRIBADI** **DAFTAR ISI** ============== {#section.TOCHeading} [**DAFTAR ISI** 2](#daftar-isi) [**KONSELING KELOMPOK BERPUSAT PRIBADI** 3](#konseling-kelompok-berpusat-pribadi) [**TUJUAN KONSELING KELOMPOK BERPUSAT PRIBADI** 7](#tujuan-konseling-kelompok-berpusat-pribadi) [**HUBUNGAN BAIK DALAM KONSELING BERPUSAT PRIBADI** 14](#_Toc178702115) [**TAHAPAN KONSELING KELOPOK BERPUSAT PRIBADI** 17](#_Toc178702086) [**TEKNIK TEKNIK KONSELING KELOMPOK BERPUSAT PRIBADI** 20](#section-2) [**DAFTAR RUJUKAN** 25](#daftar-rujukan) {#section-1.TOCHeading} **KONSELING KELOMPOK BERPUSAT PRIBADI** ======================================= Pendekatan konseling kelompok berfokus pada pribadi (*the person-centered approach to group counseling*) adalah suatu metode yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh Carl Rogers, dan dipaparkan secara mendalam oleh Gerrald Corey dalam bukunya *Theory and Practice of Group Counseling* serta *Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy* *(Corey, 2010, 2023)*. Pendekatan ini menekankan pentingnya pengalaman subjektif individu dalam konteks interaksi kelompok, serta peran fasilitator dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung untuk pertumbuhan pribadi. Pendekatan berfokus pada pribadi adalah suatu cara konseling yang menempatkan individu sebagai pusat dari proses terapeutik. Dalam konteks kelompok, pendekatan ini memfokuskan perhatian pada pengalaman, perasaan, dan pandangan anggota kelompok. Fasilitator bertindak sebagai penyedia ruang yang memungkinkan setiap individu untuk mengeksplorasi diri mereka secara mendalam dan berbagi pengalaman dengan anggota lainnya. Pendekatan ini berasumsi bahwa setiap pribadi memiliki potensi untuk tumbuh dan berubah, dan bahwa mereka dapat menemukan solusi untuk masalah mereka sendiri dalam lingkungan yang mendukung. Prinsip Utama 1. Ketulusan (*Genuineness*): Fasilitator diharapkan menunjukkan kesesuaian dan keterbukaan dalam interaksi mereka. Ketulusan ini menciptakan rasa percaya di antara anggota kelompok dan mendorong mereka untuk berbagi pengalaman pribadi mereka tanpa rasa takut akan penilaian. 2. Penerimaan Positif Tanpa Syarat (*Unconditional Positive Regard*): Fasilitator memberikan penerimaan dan penghargaan kepada setiap anggota tanpa syarat, menghargai nilai dan martabat setiap individu. Ini membantu menciptakan suasana yang aman di mana anggota kelompok merasa dihargai dan diakui, sehingga memfasilitasi keterlibatan mereka dalam proses konseling. 3. Empati (*Empathy*): Fasilitator berusaha untuk memahami dan merasakan pengalaman anggota kelompok dari sudut pandang mereka. Dengan menunjukkan empati, fasilitator membantu anggota kelompok merasa dipahami dan didengarkan, yang memungkinkan mereka untuk mengeksplorasi perasaan dan pengalaman mereka secara lebih mendalam. **TUJUAN KONSELING KELOMPOK BERPUSAT PRIBADI** ============================================== Carl Rogers, sepribadi tokoh penting dalam psikologi, mengembangkan pendekatan berpusat pada pribadi dalam konseling kelompok. Pendekatan ini muncul sebagai alternatif yang kuat dan inovatif terhadap metode konseling tradisional yang bersifat direktif dan interpretatif. Dengan pendekatan ini, Rogers menekankan bahwa konselor tidak selalu harus menjadi ahli yang memiliki semua jawaban. Rogers mengkritik pandangan umum yang menganggap konselor sebagai otoritas dan konseli sebagai pihak pasif. Rogers mempertanyakan metode terapi yang umum digunakan, seperti diagnosis dan interpretasi, yang sering mengesampingkan pengalaman dan perspektif konseli. Rogers memiliki keyakinan mendalam pada kemampuan konseli untuk memahami diri mereka dan melakukan perubahan yang konstruktif. Ia menekankan bahwa individu memiliki potensi untuk meraih otonomi dan kebebasan batin, meskipun ini tidak berarti mereka harus menjauh dari hubungan interpersonal. Sebaliknya, koneksi dan saling ketergantungan dianggap penting dalam proses ini. Pendekatan Rogers sangat menekankan pentingnya pengalaman subjektif konseli dan keyakinan pada dasar kebaikan dan kepercayaan manusia. Ia percaya bahwa manusia menjadi lebih layak dipercaya ketika mereka merasa dipahami dan dihormati secara mendalam. Dalam konseling nondirektif, Rogers menekankan bahwa hubungan yang dibangun antara terapis dan konseli, serta kualitas empati dan kesesuaian terapis, adalah faktor utama yang mempengaruhi proses penyembuhan. Rogers berargumen bahwa hubungan yang kuat dan saling percaya lebih penting daripada teknik atau metode tertentu yang digunakan oleh terapis. Konseling kelompok berpusat pada pribadi, menekankan potensi individu untuk pertumbuhan diri dan perkembangan pribadi dalam lingkungan kelompok yang mendukung. Tujuan utama pendekatan ini adalah menciptakan suasana di mana setiap anggota kelompok merasa dihargai dan diterima, sehingga mereka dapat mengeksplorasi pikiran, perasaan, dan perilaku mereka tanpa takut dihakimi. Dengan meningkatkan kesadaran diri, empati, dan keselarasan antara pengalaman internal dan ekspresi eksternal, peserta didorong untuk mengungkapkan diri secara otentik dan bekerja menuju aktualisasi diri (*Self-Actualization*). Dalam terapi ini, peran konselor bersifat non-direktif, dengan fokus pada memberikan penerimaan positif tanpa syarat (*Unconditional Positive Regard*), empati (*Empathy*), dan kesesuaian (*Congruence*). Lingkungan yang mendukung ini membantu individu untuk merenungkan pengalaman mereka, mengenali kekuatan batin mereka, dan membuat pilihan hidup yang lebih memuaskan. Melalui proses ini, anggota kelompok dapat mengembangkan hubungan yang lebih mendalam dengan orang lain, sambil meningkatkan pemahaman mereka tentang diri mereka sendiri. **PERAN PEMIMPIN KELOMPOK DAN PERAN ANGGOTA KELOMPOK DALAM KONSELING KELOMPOK BERPUSAT PRIBADI** Pendekatan berpusat pada pribadi (*person-centered approach*) dalam konteks kelompok adalah suatu pendekatan yang menekankan pentingnya memahami dan menghargai pengalaman, perasaan, dan perspektif individu dalam kelompok. Pendekatan ini, yang dipopulerkan oleh Carl Rogers, berfokus pada menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung di mana anggota kelompok merasa diterima dan dihargai. Dalam pendekatan ini, pemimpin kelompok berperan sebagai fasilitator yang membantu menciptakan ruang untuk eksplorasi diri, komunikasi terbuka, dan hubungan yang autentik. Tujuannya adalah untuk membantu anggota kelompok mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang diri mereka sendiri dan satu sama lain, serta mempromosikan pertumbuhan pribadi dan interaksi yang lebih positif. Pemimpin kelompok disebut fasilitator, yang mencerminkan pentingnya interaksi antara anggota kelompok dan kemampuan pemimpin untuk membantu anggota mengekspresikan diri. Fasilitator kelompok yang berpusat pada pribadi menggunakan diri mereka sebagai instrumen perubahan dalam kelompok. Fungsi utama mereka adalah untuk membangun iklim terapeutik di mana anggota kelompok akan berinteraksi dengan cara yang semakin otentik dan jujur. Peran terapis sangat terkait dengan siapa dan apa terapis tersebut sebagai individu: nilai-nilai, gaya hidup, pengalaman hidup, dan filosofi dasar kehidupan mereka. Jelas bahwa sikap dan perilaku terapis merupakan penentu yang kuat dari atmosfer kelompok yang menerima dan kondusif bagi komunikasi yang nyata Rogers menekankan karakteristik berikut dari fasilitator kelompok: - Pemimpin kelompok memiliki banyak kepercayaan pada proses kelompok dan percaya bahwa kelompok dapat maju tanpa intervensi direktif dari mereka. - Pemimpin kelompok mendengarkan dengan cermat dan sensitif terhadap setiap anggota. - Pemimpin kelompok melakukan segala yang mungkin untuk berkontribusi pada penciptaan iklim yang secara psikologis aman bagi anggota. - Pemimpin kelompok berusaha untuk memahami secara empatik dan menerima individu serta kelompok; mereka tidak mendorong kelompok untuk mencapai tingkat yang lebih dalam. - Pemimpin kelompok beroperasi berdasarkan pengalaman dan perasaan mereka sendiri, yang berarti mereka mengekspresikan reaksi saat ini. - Pemimpin kelompok memberikan umpan balik kepada anggota dan, jika sesuai, menantang anggota mengenai spesifik perilaku mereka; mereka menghindari penilaian dan, sebaliknya, berbicara tentang bagaimana mereka terpengaruh oleh perilaku orang lain. Dalam buku \"*Theory and Practice of Group Counseling*\" karya Gerald Corey, peran pemimpin kelompok dan anggota kelompok dalam *person-centered group counseling* dijelaskan dengan istilah-istilah konseling sebagai berikut: Peran Pemimpin Kelompok: 1\. *Facilitator* (Fasilitator): Pemimpin kelompok berperan sebagai fasilitator, bukan sebagai otoritas yang mengarahkan. Mereka membantu menciptakan suasana yang aman dan mendukung, di mana anggota kelompok dapat mengekspresikan diri secara bebas. 2\. *Empathy* (Empati): Pemimpin kelompok menunjukkan empati yang mendalam dengan mendengarkan secara aktif dan memahami perasaan anggota kelompok tanpa menghakimi 3\. *Congruence* (Kesesuaian/Kesejajaran): Pemimpin harus bersikap otentik, menunjukkan keaslian mereka tanpa menyembunyikan perasaan atau berpura-pura. Mereka menjadi model kejujuran bagi anggota kelompok. 4\. *Unconditional Positive Regard* (Penerimaan Positif Tanpa Syarat): Pemimpin menunjukkan penerimaan penuh terhadap setiap anggota kelompok tanpa memandang latar belakang atau tindakan mereka, menciptakan lingkungan yang aman untuk eksplorasi diri. 5\. *Encourager of Self-Reflection* (Pendorong Refleksi Diri): Pemimpin tidak memberikan arahan atau nasihat, melainkan mendorong anggota untuk melihat ke dalam diri mereka sendiri dan menemukan solusi dari pengalaman pribadi mereka. Peran Anggota Kelompok: 1\. *Authenticity* (Keaslian/Otentisitas): Anggota kelompok diharapkan bersikap jujur dan otentik dalam berbagi pengalaman, perasaan, dan pikiran mereka dengan kelompok. 2\. *Empathy for Peers* (Empati terhadap Sesama): Anggota kelompok diharapkan untuk menunjukkan empati terhadap anggota lain, mendengarkan dengan perhatian penuh, dan menerima pengalaman orang lain tanpa menghakimi. 3\. *Building Genuine Relationships* (Membangun Hubungan Otentik): Anggota kelompok diharapkan membangun hubungan yang jujur dan saling mendukung dengan anggota lain, berinteraksi secara autentik dan terbuka. 4\. *Responsibility for Personal Growth* (Tanggung Jawab atas Pertumbuhan Pribadi): Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas proses pengembangan diri mereka sendiri, bekerja menuju pemahaman diri yang lebih baik, dan menetapkan tujuan pribadi untuk pertumbuhan. Peran pemimpin dan anggota kelompok saling melengkapi untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung eksplorasi diri serta pertumbuhan pribadi. Pemimpin berperan sebagai fasilitator yang otentik, menunjukkan empati, kesesuaian (*congruence*), dan memberikan penerimaan positif tanpa syarat. Mereka tidak mengarahkan kelompok, melainkan membantu anggota untuk merefleksikan diri secara mendalam dan membangun hubungan yang jujur. Di sisi lain, anggota kelompok bertanggung jawab untuk menunjukkan keaslian, membangun hubungan otentik, dan saling mendukung dengan empati. Mereka juga harus mengambil tanggung jawab atas pertumbuhan pribadi mereka sendiri, berusaha memahami diri dan mencapai tujuan pengembangan diri.[]{#_Toc178702086.anchor}. Pada saat pertama kali terjadi kontak, penciptaan hubungan merupakan usaha memahami berbagai hubungan manusia. Terdapat empat kualitas khas yang harus diusahakan konselor untuk menciptakan hubungan konseling, dalam hal ini adalah: Penciptaan rapport. Bersikap permisif pengungkapan perasaan, terhadap sehingga konseli mampu mengekspresikan segala dorongan dan keluhannya. Terdapat kebebasan penuh pada konseli untuk menyatakan segala perasaannya, namun ada keterbatasan waktu dalam konseling. Hubungan konseling bentuknya bebas dari tekanan atau paksaan **TAHAPAN KONSELING KELOPOK BERPUSAT PRIBADI** ============================================== 1. Pembinaan Hubungan Baik Pada saat pertama kali terjadi kontak, penciptaan hubungan merupakan usaha memahami berbagai hubungan manusia. Terdapat empat kualitas khas yang harus diusahakan konselor untuk menciptakan hubungan konseling, dalam hal ini adalah: Penciptaan rapport. Bersikap permisif pengungkapan perasaan, terhadap sehingga konseli mampu mengekspresikan segala dorongan dan keluhannya. Terdapat kebebasan penuh pada konseli untuk menyatakan segala perasaannya, namun ada keterbatasan waktu dalam konseling. Hubungan konseling bentuknya bebas dari tekanan atau paksaan. 2. *Releasing Expression* Salah satu tujuan konseling yang paling berarti adalah membuka tabir yang ada di balik sikap, perasaan dan dorongan-dorongan yang menjadi sumber masalah dan konflik individu. Oleh karena itu konselor hendaknya mempunyai keterampilan untuk menciptakan suasana santai bagi konseli, agar konseli dapat dan mau mengungkapkan segala sikap dan perasaannya*.* Dalam upaya mengendarakan perasaan dan pernyataan konseli, konselor dapat menempuh cara-cara sebagai berikut: Konselor hendaknya lebih memperhatikan respon yang bersifat emosional daripada intelektual. Menanggapi perasaan negatif dengan jalan menaruh perhatian kepada keluhan konseli, sekalipun keluhannya mendangkal. Menanggapi perasaan yang ambivalen, dengan jalan memberikan kesempatan berdiskusi dalam mengungkapkan perasaannya itu. Sikap terhadap konselor 3. Tercapainya Insight Insight konseli berkembang secara berangsur-angsur dan terus meningkat dari yang paling kurang ke pemahaman yang lebih berarti. Insight tersebut melibatkan persepsi baru yang tadinya tidak diketahui kemudian muncul kemauan untuk menerima seluruh aspek diri, memilih tujuan yang terhayati secara jelas. Kelanjutan persepsinya tentang diri yang diikuti oleh pemilihan tujuan, menumbuhkan hasrat berbuat dan bertindak untuk mencapai tujuan yang baru tersebut 4. Penutupan Apabila konseli telah mengembangkan insight dan pemahaman diri serta telah memilih tujuan yang sesuai dengan lingkungan tempat hidupnya, maka konseling telah sampai pada tahap penutupan. Konseli memperoleh insight yang segar dalam nuraninya sehingga bertambah kaya perilakunya yang mengarah pada pencapaian tujuan ** ** ===== **TEKNIK TEKNIK KONSELING KELOMPOK BERPUSAT PRIBADI** ===================================================== Penekanan awal Rogers adalah pada metode untuk mencerminkan perasaan. Seiring perkembangan pandangannya tentang psikoterapi, fokusnya beralih dari teknik terapeutik ke kualitas pribadi, keyakinan, dan sikap terapis, serta hubungan dengan konseli. Sikap dan kualitas yang krusial dalam menciptakan hubungan yang baik meliputi Mendengarkan Aktif (*Active Listening*) : Mendengarkan aktif adalah teknik penting dalam konseling kelompok yang berpusat pada pribadi. Terapis atau fasilitator harus memberikan perhatian penuh kepada anggota kelompok, menunjukkan minat yang tulus terhadap apa yang mereka sampaikan, dan memberikan umpan balik yang relevan. Ini termasuk mengulangi atau merangkum apa yang telah dikatakan oleh anggota untuk memastikan pemahaman. Refleksi Perasaan (*Reflection of Feelings*) Teknik ini melibatkan pengidentifikasian dan mengkomunikasikan kembali perasaan anggota kelompok. Dengan merefleksikan emosi yang diungkapkan, fasilitator membantu anggota untuk lebih memahami dan mengolah perasaan mereka. Ini mendorong kedalaman eksplorasi pribadi dan interaksi antar anggota. Mendorong Pembagian Pengalaman (*Encouraging Sharing*) Fasilitator harus mendorong anggota untuk berbagi pengalaman pribadi mereka. Teknik ini menciptakan ruang bagi anggota untuk berbagi cerita hidup, tantangan, dan refleksi. Ini juga mempromosikan konektivitas dan dukungan antar anggota kelompok. Umpan Balik Positif (*Positive Feedback*) Memberikan umpan balik positif kepada anggota sangat penting untuk membangun kepercayaan diri dan memperkuat perilaku positif. Fasilitator harus menciptakan budaya saling mendukung di mana anggota merasa nyaman memberikan dan menerima umpan balik. *Role Playing* (Peran Bermain) Teknik ini dapat digunakan untuk membantu anggota kelompok menghidupkan situasi atau pengalaman yang sulit. Dengan berperan dalam skenario tertentu, anggota dapat mengeksplorasi perasaan, berpikir tentang reaksi mereka, dan mencari cara baru untuk menghadapi masalah. Transparansi (*Transparency*): Transparansi mengacu pada keterbukaan terapis dalam berkomunikasi dengan konseli. Ini berarti terapis tidak menyembunyikan perasaan atau pendapat mereka dan bersedia berbagi tentang proses terapi, sehingga konseli dapat memahami apa yang terjadi dan merasa lebih terlibat. Perhatian tanpa menghakimi (*nonjudgmental caring*): Sikap ini menunjukkan bahwa terapis menerima konseli apa adanya, tanpa memberikan penilaian atau kritik. Ketika konseli merasa bahwa mereka tidak akan dihakimi, mereka lebih cenderung untuk berbagi pengalaman dan perasaan yang mungkin sulit diungkapkan. Penghargaan (*Prizing*): Penghargaan berarti terapis menghargai dan menghormati nilai-nilai, pengalaman, dan perasaan konseli. Ini menciptakan rasa berharga bagi konseli dan membantu mereka merasa diterima dalam proses terapi. Kehadiran (*Presence*): Kehadiran merujuk pada kemampuan terapis untuk sepenuhnya hadir dan terlibat dalam sesi terapi. Ini melibatkan perhatian penuh dan ketulusan dalam mendengarkan konseli, serta memberikan dukungan yang dibutuhkan pada saat itu. Rasa hormat (*Respect*): Rasa hormat mencakup penghormatan terhadap hak, nilai, dan batasan konseli. Terapis yang menghormati konseli akan menghargai keputusan mereka dan mendukung mereka dalam proses pertumbuhan pribadi. Penghargaan positif tanpa syarat Secara keseluruhan, sikap dan kualitas ini membentuk dasar untuk hubungan terapeutik yang kuat, memungkinkan konseli untuk terbuka, jujur, dan terlibat dalam proses terapi dengan cara yang mendukung perkembangan pribadi mereka. **DAFTAR RUJUKAN** ================== Corey, G. (2010). *Theory and Practice of Group Counseling*. Cengage Learning.Corey, G. (2023). *Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy* (7th ed.). Markono Print Media Pte Ltd.

Use Quizgecko on...
Browser
Browser