Sejarah Daulah Usmaniyah PDF
Document Details
Tags
Summary
Dokumen ini membahas sejarah Daulah Usmaniyah, dari awal berdirinya hingga tokoh-tokoh pentingnya. Teks ini menjelaskan asal-usul, perkembangan, dan tokoh kunci seperti Usman I, Orkhan, Murad I, dan Bayazid I. Berbagai faktor yang terlibat dalam pendirian dan perluasan kekuasaan kesultanan ini juga diuraikan.
Full Transcript
Daulah Usmaniyah atau Kesultanan Utsmaniyah lahir dari keturunan suku Kayi di Turkmenistan yang bermigrasi dari Kurdistan ke Anatolia pada abad ke-12. Raja Erthugrul dan putranya, Usman I, memimpin rombongan pengembara tersebut untuk menghindari serangan Mongol di bawah Jenghis Khan. Setelah menet...
Daulah Usmaniyah atau Kesultanan Utsmaniyah lahir dari keturunan suku Kayi di Turkmenistan yang bermigrasi dari Kurdistan ke Anatolia pada abad ke-12. Raja Erthugrul dan putranya, Usman I, memimpin rombongan pengembara tersebut untuk menghindari serangan Mongol di bawah Jenghis Khan. Setelah menetap di Kota Athlah, sebelah timur Turki, Raja Erthugrul bergabung dengan Dinasti Saljuk dan membantu mereka melawan Romawi. Sebagai imbalan, Raja Erthugrul diberikan sebidang tanah di barat Anatolia dan wewenang untuk memperluas wilayahnya. Setelah Dinasti Saljuk runtuh, Usman I mendeklarasikan berdirinya Kerajaan Usmani di atas puing-puing kesultanan tersebut. Kesultanan Utsmaniyah menjadi kerajaan terbesar dan paling lama berkuasa dalam sejarah, selama lebih dari enam abad (1281-1924). Raja Erthgurul Ghazi (Raja dari suku Kayi) A. Usman I (699-726 H. / 1299-1326 M) Pada 1299 M, pasukan Mongol yang dipimpin Ghazan Khan menyerang, namun berhasil digagalkan oleh Usman Bey. Setelah Sultan Alaudin I wafat, Usman Bey, dengan dukungan rakyatnya, memproklamirkan berdirinya Kerajaan Usmani atau Daulah Usmaniyah pada 27 Juli 1299, dengan Qurah Hisyar (Iskisyiyar) sebagai ibu kotanya. Usman Bey dikenal pemberani, adil, bijaksana, dan ikhlas, sehingga menjadi kebanggaan rakyatnya. Ia mempersatukan suku-suku Turki atas dasar keimanan kepada Allah Swt. dan mendapat julukan al-Ghozi (Ksatria). Salah satu keberhasilannya adalah membebaskan Bursa, kota penting di tepi Laut Marmara. Usman I B. Orkhan (726-761 H. / 1326-1361 M) Orkhan berkuasa meneruskan posisi ayahnya yakni Usman I. Salah satu upayanya selama menjabat adalah menjadikan Busra sebagai ibu kota kerajaan, yang tadinya berada di Qurah Hisyar (Iskisyiyar), mengangkat adik Alaudin menjadi perdana menteri. Selain itu beliau juga membentuk Inkisyariyah/ Jenissari sejenis tentara khusus, sehingga mampu menggabungkan daerah Turkeman, Nicaae (tahun 1331), Nicomedia (tahun 1337), Scutari (tahun 1338), dan Teluk Edremit. Orkhan C. Murad I (761-791 H. / 1360-1388 M) Sepeninggal Orkhan, tampuk kekuasaan pindah kepada putra keduanya, yaitu Murad I. Beliau merupakan seorang pemimpin yang memiliki sifat berani, mujahid, dermawan, serta rajin beribadah. Pada masa ini, Daulah Usmaniyah wilayahnya bertambah luas hingga di Asia kecil dan Eropa. Bahkan Adrianopel (diubah jadi Edirne) berhasil ditaklukan dan dijadikan ibu kota baru. Perluasan wilayah kekuasaannya terus meluas hingga bagian Utara Yunani, sehingga membuat para rajanya cemas dan melakukan penyerangan dengan mengusir umat Islam dari Eropa. Namun upaya tersebut berhasil dikalahkan pasukan Murad I. Beliau meninggal sebagai syuhada pada pertengahan bulan Sya'ban tahun 791 M., dan tampuk kekuasannya diberikan kepada putranya, Bayazid I. Murad I D. Bayazid I (791-805 H. / 1389-1409 M) Sultan Bayazid I, yang diberi gelar "Yaldrum" (kilat) karena keberanian dan kecerdasannya, berhasil menguasai wilayah Kristen Anatolia dalam waktu singkat, membuat Paus khawatir hingga memicu Perang Salib I. Semangat dan keberhasilannya dalam memperluas wilayah menjadikannya salah satu tokoh yang disegani pada masanya. Bayazid juga berambisi menaklukkan Konstantinopel, tetapi rencana tersebut terhenti karena harus menghadapi Timur Lenk, penguasa Mongol-Turki yang kuat. Konflik di antara keduanya dipicu oleh beberapa hal: desakan pemimpin Irak yang meminta bantuan Bayazid, provokasi kerajaan Kristen untuk menyerang Bayazid, serta ambisi kedua tokoh tersebut untuk memperluas wilayah. Akhirnya, dalam perselisihan tersebut, Bayazid mengalami kekalahan dari Timur Lenk. Bayazid I