Buku Materi BA Mahasiswa Baru 2023 PDF

Document Details

LuxuryComposite4226

Uploaded by LuxuryComposite4226

Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

2023

Amirullah

Tags

Islam Islamic Studies Indonesian Students University Handbook

Summary

This is a student handbook for new students at Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka for the 2023-2024 academic year. It covers various topics related to Islamic principles and values, including concepts such as "Islam Berkemajuan." It also addresses topics such as student conduct with an emphasis on prophetic teachings and values.

Full Transcript

1 Amirullah, M.A., (Editor) SPIRIT ISLAM BERKEMAJUAN UNTUK INDONESIA EMAS Buku Materi Baitul Arqam Mahasiswa Baru Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Tahun 2023-2024 Pengantar: Prof. Dr....

1 Amirullah, M.A., (Editor) SPIRIT ISLAM BERKEMAJUAN UNTUK INDONESIA EMAS Buku Materi Baitul Arqam Mahasiswa Baru Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Tahun 2023-2024 Pengantar: Prof. Dr. Gunawan Suryoputro, M.Hum (Rektor Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka) 2 Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis penerbit Penulis Amirullah, Ilham Mundzir, Abdul Halim Sani, Muhib Rosyidi, Purwidianto Editor Amirullah Setting/Layout & Desain Tirta ISBN xxxxxxxxxxxxxxxxxx Cetakan Pertama, Juli 2020 Diterbitkan oleh UHAMKA PRESS Jl. Gandaria IV. Kramat Pela Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Anggota IKAPI Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) SPIRIT ISLAM BERKEMAJUAN UNTUK INDONESIA EMAS 3 Daftar Isi Pengantar Editor Sekapur Sirih Warek IV Uhamka Pengantar Rektor Materi Pertama: Islam Berkemajuan untuk Indonesia Emas 1. Landasan Islam Berkemajuan 2. Rumusan Islam Berkemajuan 3. Karakteristik Islam Berkemajuan 4. Muhammadiyah sebagai Example Islam Berkemajuan Materi Kedua: Ilmu Amaliah Amal Ilmiah 1. Islam Agama Ilmu Amaliah 2. Menjadi Muslim, Menjadi Ilmuan 3. Lima Karakteristik Gerakan Ilmu Amaliah Amal Ilmiah Mahasiswa Uhamka 4. Ilmu Amaliah Amal Ilmiah: Lets Do It! 5. Muhammadiyah Contoh Gerakan Ilmu Amaliah Amal Ilmiah Materi Ketiga: Adab Mahasiswa UHAMKA Sebagai Pilar Prophetic University 1. Mengenal UHAMKA sebagai kampus Prophetic Teaching University 2. Pengertian Adab 3. Adab Mahasiswa Terhadap Diri Sendiri 4. Adab Mahasiswa dalam Berpakaian 5. Adab Mahasiswa dalam Mencari Ilmu 6. Adab Mahasiswa Kepada Dosen 7. Adab Mahasiswa di Kelas Perkuliahan 4 8. Adab Mahasiswa Berkomunikasi dengan Dosen 9. Adab Mahasiswa dalam Berteman 10. Adab Mahasiswa di Indekos atau Lingkungan Tempat Tinggal Materi Keempat: Ibadah Sesuai Tuntunan Rasulullah 1. Makna Ibadah 2. Sumber Hukum Ibadah 3. Urgensi Ibadah 4. Prinsip Ibadah 5. Tertolaknya Syirik dan Bid’ah dalam Ibadah 6. Kenapa Ada Perbedaan Antara Ulama 7. Perbedaan yang Tidak Boleh 8. Bagaimana Sikap dalam Perbedaan 9. Pentingnya Akhlak dalam Ibadah 10. Tata Cara Tharah dan Shalat Sesuai Alquran dan As- Sunnah Materi Kelima: Profil Perjuangan Tokoh Inspirasi: KH. Ahmad Dahlandan Buya Hamka 1. Profil singkat KH Ahmad Dahlan 2. Nilai Karakter Perjuangan dan Keteladanan KH. Ahmad Dahlan a. Tokoh Pendiri Muhammadiyah b. Tokoh Pembaharu Pendidikan Modern di Indonesia c. Sosok Ulama yang Mencintai Ilmu Pengetahuan d. Ulama yang memiliki Jiwa Wirausaha e. Ulama Berkemajuan yang Mengganti Jimat, Dukun, dan yang Keramat dengan Ilmu Pengetahuan 5 f. Ulama yang mengangkat harkat dan martabat perempuan di Indonesia g. Ulama yang toleran, moderat dan suka bekerjasama h. Ulama yang diangkat jadi pahlawan nasional 3. Profil Singkat Buya Hamka 4. Nilai Karakter Perjuangan dan Keteladanan Buya Hamka a. Sosok Ulama sekaligus Ilmuan yang belajar otodidak b. Seorang Kader Muhammadiyah yang Jadi Ketua Umum MUI Pertama c. Sosok Ulama Sekaligus Jurnalis d. Sosok Ulama sekaligus Novelis e. Sosok Ulama yang Mencintai Ilmu Pengetahuan f. Ulama dan Tokoh Bangsa yang Pemaaf g. Ulama dan Tokoh Bangsa yang Toleran dan Moderat h. Ulama dan Sastrawan Lintas Negara i. Tokoh Bangsa Pejuang Kemerdekaan j. Ulama Negarawan yang diangkat jadi Pahlawan Nasional Daftar Pustaka 6 Materi Pertama: Islam Berkemajuan 7 ISLAM BERKEMAJUAN “Dadijo kiyahi sing kamajuan, ojo kesel anggonmu nyambut gawe kanggo Muhamadiyah (jadilah intelektual/kyai yang maju dan janganlah lelah dalam bekerja untuk umat, bangsa dan Muhammadiyah). – KH. Ahmad Dahlan Landasan Islam Berkemajuan Mengapa Islam disebut sebagai agama berkemajuan? Bagi yang baru mendengar kata “Islam berkemajuan” barangkali bertanya-tanya, apa si yang dimaksud dengan Islam berkemajuan? Mengapa Islam disebut sebagai agama berkemajuan? Bagaimana si rumusan Islam berkemajuan tersebut? Lalu pilar-pilar Islam berkemajuan itu apa saja ya? Serta contoh Islam berkemajuan itu seperti apa? Pertanyaan-pertanyaan mendasar ini akan diuraikan secara ringkas dalam tulisan (materi) ini. Di Indonesia, Islam berkemajuan secara konsep tidak dapat dilepaskan dari organisasi Muhammadiyah yang didirikan oleh Kyai Ahmad Dahlan pada 18 November 1912. Muhammadiyah adalah gerakan dakwah yang membawa misi Islam Berkemajuan, yang sesungguhnya sama dengan Islam itu sendiri. Apabila dipahami dan diamalkan dengan benar, Islam akan melahirkan umat yang unggul dan peradaban yang maju. Islam berasal dari akar kata yang mengandung makna naik atau maju, sehingga Islam adalah sesungguhnya agama yang mempertinggi derajat dan memajukan kehidupan manusia, serta memerangi keterbelakangan, kemiskinan, kebodohan, dan kemerosotan akhlak. 8 “Apabila dipahami dan diamalkan dengan benar, Islam akan melahirkan umat yang unggul dan peradaban yang maju.” – Muhammadiyah Islam pada dasarnya adalah agama yang diturunkan Allah Swt. Kepada para nabi, sejak Nabi adam hingga Nabi Muhammad SAW. Yang ajaranya bertujuan sebagai rahmat bagi seluruh manusia dan alam. Islam, jika dipahami dengan benar dan dilaksanakan dengan baik, maka akan melahirkan kebaikan dan kemajuan bagi umat Islam dan peradaban manusia seluruhnya. Mengapa Islam disebut sebagai agama berkemajuan? Setidaknya ada 2 (dua) alasan mengapa Islam disebut sebagai The Religion of Progress (agama yang berkemajuan), yaitu: Pertama, Alquran memerintahkan dan mengajarkan manusia untuk berkemajuan. Wahyu pertama dalam Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Adalah surah al- Alaq, yakni perintah untuk membaca dan menulis (iqro dan qalam). Membaca dan menulis adalah syarat muthlak jika umat manusia mau maju. Tidak ada peradaban yang bisa dibangun tanpa dimulai dengan tradisi membaca dan menulis (iqro dan qalam). Melalui wahyu pertama surah al-Alaq ayat 1-5 tersebut, Islam mengajarkan manusia untuk maju. Selain itu, ajaran Islam baik yang terdapat dalam banyak ayat Alquran maupun dalam hadits nabi memerintahkan dan mengajarkan manusia untuk berpikir dan meneliti. Selain itu, Islam mengajarkan manusia menjadi pelaku perubahan (agent of social change) dalam Alquran Allah Swt. Berfirman: َُْ َ ‫َ ه‬ َ َ َ َ ‫َّ ه‬ ‫اّٰلل لا ُيغ ِي ُر َما ِبق ْو ٍم حتى ُيغ ِي ُر ْوا َما ِبانف ِس ِه ْم‬ ‫ِان‬ 9 Artinya: Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan/nasib suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka. (QS. Ar-Ra’d; 11) Ayat di atas mengajarkan pada umat manusia untuk menjadi pelaku perubahan atau agent of social change. Setiap manusia, khususnya seorang muslim harus menyadari bahwa perubahan atau kemajuan sangat bergantung pada usaha, kerja keras dan berawal dari perubahan dalam diri mereka sendiri. Kemudian Islam mengajarkan kepada manusia sebagai Abdullah (hamba Allah yang melaksanakan ibadah kepadanya) dan khalifatullah (sebagai wakilnya di bumi untuk memakmurkan bumi). Sebagai wakil Allah di bumi, manusia harus menjaga dan memakmurkan bumi, serta membangun kehidupan yang maju dan beradab diridhoi Allah Swt. Dalam ayat lain, disebutkan bahwa umat Islam adalah khoiru ummah (umat terbaik). Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surah al-Imran ayat 110: ْ َّ ْ َ ْ ُ َُّ َ ْ َ ْ ُ ْ ُ َ َ ْ َ ََْ ْ ُ ْ َْ َ ْ ُ ُ َ ‫اس تأمرون ِبالمعرو ِف وتنهون ع ِن‬ ِ ‫كنتم خير ام ٍة اخ ِرجت ِللن‬ َّ ُ‫ان َخ ْي ًرا ل ُه ْم م ْن ُهم‬َ َ َ ٰ ْ ُ ْ َ َ َٰ ْ ََ ‫ُْ ْ َ َُْ ُ ْ َ ه‬ ِ ِ ‫المنك ِر وتؤ ِمنون ِب‬ ‫اّٰلل ولو امن اهل ال ِكت ِب لك‬ َ ْ ُ ْٰ ُ ُ َُ ْ ََ َ ُْ ْ ُْ ١١٠ ‫المؤ ِمنون واكثرهم الف ِسقون‬ Artinya: “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (selama) kamu menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Seandainya Ahlulkitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” 10 Kedua, Nabi Muhammad adalah sosok yang membangun peradaban. Rasulullah merupakan tokoh yang mengubah masyarakat arab yang jahiliyah, yang terbelakang, menjadi masyarakat yang berperadaban. Simbolnya Kota Madinah, Kota peradaban. Rasulullah Saw. Adalah aktor perubahan dan sukses membawa kemajuan yang beradab di Jazirah Arab kemudian meluas ke seluruh pelosok Bumi. Bahkan peradaban yang dibangun Rasulullah tersebut pernah memimpin peradaban dunia hingga seribu tahun. Rasulullah Saw. Mengubah masyarakatnya dari praktek kehidupan yang tidak beradab menjadi tahu bagaimana dia berbuat baik, berbuat benar, dan berbuat pantas dengan mengedepankan morality. Sebelum Nabi Muhammad Saw. Datang menyerukan Islam, masyarakat jahiliyah di Mekkah maupun di Madinah, biasanya mereka menyelesaikan masalah atau perselisihan dengan kekerasan. Tetapi Islam datang menawarkan resolusi konflik (cara penyelesaian konflik) yang rasional dan berkeadaban sehingga masyarakat di Kota Madinah hidup rukun, damai, dan gotong- royong saling membantu sekalipun berbeda latar belakang, suku, maupun agama. Ketika bangsa Arab merendahkan kaum perempuan, Islam datang mengangkat harkat dan martabat perempuan menjadi sederajat (equal) dengan laki-laki. Bahwa laki-laki dan perempuan sama martabatnya di hadapan Islam. Yang satu tiada yang rendah dari yang lain. Islam datang menawarkan persamaan kedudukan Manusia di mata Allah tanpa mengenal perbedaan suku, warna kulit, atau kelas sosial. Islam menyerukan keadilan, pembelaan terhadap penderitaan kaum lemah, mengajarkan cinta kasih dan persaudaraan kemanusiaan. Inilah diantara contoh bahwa Islam telah membentuk peradaban. Inilah di antara alasan mengapa 11 Islam disebut sebagai The Religion of Civilization (agama peradaban). Dengan dasar alasan ini pula kita sebut dan tegaskan bahwa Islam adalah agama yang berkemajuan. Dua alasan yang mendasar di atas, cukup menjadi pegangan kita bahwa Islam adalah agama yang berkemajuan. Di mana Alquran mengajarkan dan memerintahkan kita untuk maju dan membangun peradaban. Kemudian, Nabi Muhammad telah memberi contoh kepada kita bahwa Islam adalah hadir dalam rangka memberi rahmat bagi seluruh manusia dan alam, membangun kemajuan dan menciptakan kehidupan yang beradab. Untuk itulah, sebagai seorang muslim khususnya, merupakan kewajiban untuk meneladani Rasulullah Saw. Sebagaimana perintah Allah dalam Alquran Surah Al-Ahzab ayat 21: َ‫اّٰلل َو ْال َي ْوم‬ َ َ ْ َ ٌَ َ َ ٌَ ُْ ‫ه‬ ُ َ َ َ ْ ََ َ ‫ان َي ْر ُجوا ه‬‫اّٰلل اسوة حسنة ِلمن ك‬ ْ ُ َ ْ ْ ِ ‫لقد كان لكم ِفي رسو ِل‬ َ ‫ه‬ َ َ ْٰ ً ْ َ ٢١ ‫الا ِخ َر َوذكر اّٰلل ك ِثيرا‬ َ Artinya: “Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.” Pilar-Pilar Karakteristik Islam Berkemajuan Dalam menjalankan misi untuk mencapai cita-cita kejayaan Islam yang membawa kemaslahatan umat manusia, Muhammadiyah merumuskan beberapa ciri Islam Berkemajuan (al-Islam al- Taqaddumi). Karena Islam adalah agama yang menjadi kekuatan pendorong bagi kemajuan manusia. Lalu, Apa Saja Pilar-Pilar Karakteristik Islam Berkemajuan? 12 Ada lima pilar karakteristik Islam yang kemajuan, yaitu:1 Pertama, Berlandaskan pada Tauhid (al-Mabni ‘ala al- Tauhid). Tauhid, keyakinan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Esa, yang menciptakan dan memelihara alam semesta, dan bahwa hanya Allah yang patut disembah, adalah inti dari risalah yang dibawa oleh nabi-nabi dan titik sentral kehidupan umat. Tauhid bermakna pembebasan manusia dari paham kemusyrikan, percampuran dan kenisbian agama. Bertauhid harus diwujudkan dalam bentuk perjuangan untuk membebaskan manusia dari belenggu ketidakadilan dan penghisapan antarmanusia, bersikap kritis terhadap ketimpangan dan kemungkaran, serta pada saat yang sama menyemaikan benih- benih kebenaran dan kebaikan, seperti perdamaian, keadilan, kemaslahatan, dan kesejahteraan. Tauhid menghadirkan keikhlasan dalam beramal, berdakwah amar makruf nahi mungkar, dan membuang jauh-jauh kesombongan dan penggunaan segala cara untuk mengejar kekuasaan dan kekayaan yang hanya berjangka pendek dalam topeng kesalehan. Tauhid membuat manusia tabah menghadapi berbagai kesulitan hidup, optimis mencari jalan keluar dari setiap tantangan hidup yang dihadapi, berbuat baik kepada sesama dan tidak takabur ketika sedang berkuasa. Praktek-praktek umat Islam yang menodai kemurnian tauhidnya, seperti sesajian, meminta-minta pertolongan di kuburan para wali, percaya pada zimat, dukun, dan seterusnya atau disingkat dengan istilah takhayul dan khurafat adalah praktek-praktek yang justru menjadikan umat Islam tidak bisa maju. Padahal praktek seperti itu tidak hanya mengotori 1 PP Muhammadiyah, Risalah Islam Berkemajuan: (Keputtusan Muktamar Ke-48 Muhammadiyah Tahun 2022), Yogyakarta: Gramasurya, 2023. Hal 7-27. 13 akidah, tetapi juga membuat umat Islam semakin terbelakang. Maka, bagi seorang muslim, pilar pertama Islam adalah kita harus memiliki tauhid yang murni. Tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun. Karena pasti, sesuatu selain Allah adalah relatif dan tidak berdaya. Maka kita harus memurnikan tauhid dengan mengorientasikan segala usaha, kerja keras, dan seluruh aktifitas hidup kita hanya kepada Allah Swt. Semata. Itulah yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan, pertama-tama dalam memajukan kehidupan umat Islam dengan memurnikan tauhidnya. Kedua, Bersumber pada al-Qur’an dan al-Sunnah (al- Ruju’ ila al-Qur’an wa al-Sunnah). Al-Qur’an adalah sumber utama untuk memahami dan mengamalkan Islam. Al-Qur’an menjadi sumber keyakinan, pengetahuan, hukum, norma, moral dan inspirasi sepanjang zaman. Sunnah Rasul adalah sumber kedua setelah al-Qur’an, yang menggambarkan diri Nabi Muhammad SAW sebagai teladan yang harus dicontoh. Kehidupan Nabi Muhammad SAW merupakan contoh jelas dari isi al-Qur’an dalam kehidupan nyata. Dalam memahami dua sumber tersebut, diperlukan pemahaman terhadap teks-teks, pemikiran yang maju, dan ilmu pengetahuan yang luas. Semakin tinggi akal dan luas ilmu pengetahuan yang digunakan, akan semakin kaya makna yang dapat diambil dari dua sumber tersebut. Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan al-Sunnah merupakan agama yang mengajarkan kebenaran (al-haqq) dan juga kebajikan (al-birr) sehingga setiap persoalan perlu dilihat dari sudut benar atau salah, dan juga dari sisi baik atau buruk. Contoh diantara organisasi Islam atau gerakan Islam yang berusaha memahami Islam secara mendalam adalah organisasi 14 Muhammadiyah. Menurut Muhammadiyah, bahwa pemahaman terhadap Alquran dan Sunnah masih terbuka. Begitu pula pemahaman terhadap Islam. Muhammadiyah tidak menolak pendapat para Imam Mazhab seperti pendapat yang ada dalam mazhab Imam Syafii, mazhab Imam Maliki, mazhab Imam Hanafi atau juga mazahab Imam Hambali. Muhammadiyah tidak mengikuti mazhab-mazhab tersebut begitu saja secara apa adanya (taken for granted), tetapi Muhammadiyah melakukan penilaian yang mendalam (evaluating), kemudian melakukan pertimbangan yang cermat (deliberating); menimbang bobot berat-ringannya persoalan, sehingga ada pendapat yang dapat diterima, ada pula yang tidak. Inilah yang disebut tarjih (memilih dan menyaring) yang dekat maknanya dengan Alquran dan Sunnah serta perkembangan zaman. Jadi kita tidak boleh taklid ya. Penting untuk mengetahui alasan atau argumentasinya sehingga apa yang kita lakukan baik ibadah maupun muamalah berdasarkan kesadaran ilmu yang dapat dipertanggung jawabkan. Ketiga, Menghidupkan Ijtihad dan Tajdid (Ihya’ al- Ijtihad wa al-Tajdid). Ijtihad (mengerahkan pikiran) merupakan upaya yang sungguh-sungguh untuk memahami atau memaknai al- Qur’an dan al-Sunnah. Ijtihad dihidupkan melalui pemanfaatan akal murni, ilmu pengetahuan, dan telnologi yang dilakukan secara terus-menerus agar melahirkan pemahaman agama yang sesuai dengan tujuan agama dan pemecahan problem-problem yang dihadapi oleh umat manusia. Ijtihad tidak berhenti pada tataran pemikiran bagaimana memahami agama tetapi juga berlanjut pada bagaimana mewujudkan ajaran agama dalam semua lapangan kehidupan, baik individu, masyarakat, umat, bangsa maupun kemanusiaan 15 universal. Ijtihad merupakan bagian yang sangat penting dalam pelaksanaan tajdid, yang bermakna pembaharuan baik dalam bentuk pemurnian maupun dinamisasi dalam pemahaman dan pengamalan agama. Pemurnian diterapkan pada bidang akidah dan ibadah, sementara dinamisasi (dalam makna peningkatan, pengembangan, modernisasi dan yang semakna dengannya) diterapkan pada bidang akhlak dan muamalah dunyawiyah. Tajdid diperlukan karena pemahaman agama selalu menghadapi tantangan zaman dan situasi masyarakat yang terus berubah. Tajdid adalah upaya dalam mewujudkan cita-cita kemajuan dalam semua segi kehidupan, seperti pemikiran, politik, ekonomi, sosial, pendidikan dan kebudayaan. Keempat, Mengembangkan Wasathiyah (Tanmiyat al- Wasathiyah). Al-Qur’an menyatakan bahwa umat Islam adalah ummatan wasathan (umat tengahan), yang mengandung makna unggul dan tegak. Islam itu sendiri sesungguhnya adalah agama wasathiyah (tengahan), yang menolak ekstremisme dalam beragama dan sikap sosial baik dalam bentuk sikap berlebihan (ghuluww) maupun sikap pengabaian (tafrith). Wasathiyah diwujudkan dalam sikap sosial, yaitu; (1) tegas dalam pendirian, luas dalam wawasan, dan luwes dalam sikap; (2) menghargai perbedaan pandangan atau pendapat; (3) menolak pengkafiran terhadap sesama muslim; (4) memajukan dan menggembirakan masyarakat; (5) memahami realitas dan prioritas; (6) menghindari fanatisme berlebihan terhadap kelompok atau paham keagamaan tertentu; dan (7) memudahkan pelaksanaan ajaran agama. Wasatiyah juga tercermin pada sikap moderat, toleran, dan 16 suka bekerjasama. Sikap seperti ini terlihat dalam diri pendiri organisasi dan orang Muhammadiyah yang melaksanakan ideologinya. Sebagai contoh dalam perlurusan arah kiblat yang dilakukan oleh Kyai Dahlan dengan cara berdialog gagal, maka kyai Dahlan tidak memaksakan pendapatnya, namun mendirikan mushala di dekat rumahnya. Pendirian mushala sebagai bahan kajian pendalaman agama Islam berhasil dilakukan, namun masyarakat menolak dengan arah kiblat yang serong sehingga mushalanya dirobohkan dan sikap Kyai Dahlan tidak melawan dengan kekerasan dan cenderung membiarkan karena menjaga ukhuwah. KH. Ahmad Dahlan juga merupakan ulama yang sangat toleran dan suka bekerjasa sama dengan siapapun, termasuk dengan umat yang berbeda agama. Ketika umat Islam saat itu memandang haram seorang muslim berteman dengan orang-orang Belanda yang beragama nasrani, Kyai Ahmad Dahlan justru mendirikan rumah sakit, bekerjasama dengan dokter-dokter berkebangsaan Belanda, dan beragama Nasrani yang bekerja secara sukarela. Bahkan ternyata dokter-dokter dari Belanda bersedia bekerja di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan Surabaya tanpa dibayar. Wah! Luar biasa kan para tokoh bangsa dalam membangun toleransi dan kerja sama untuk bangsa dan kemanusiaan. Kelima, Mewujudkan Rahmat bagi Seluruh Alam (Tahqiq al-Rahmah li al-‘Alamin). Islam adalah rahmat bagi semesta alam. Karena itu, setiap muslim berkewajiban untuk mewujudkan kerahmatan itu dalam kehidupan nyata. Di tengah- tengah maraknya pertentangan dan permusuhan di dunia ini, Islam harus dihadirkan sebagai pendorong bagi terciptanya perdamaian dan kerukunan, dan di tengah-tengah situasi ketidakadilan, maka ia 17 harus ditampilkan sebagai agama yang mewujudkan keadilan dan menghilangkan kezaliman. Islam harus dihadirkan sebagai kekuatan yang membawa kesejahteraan, pencerahan, dan kemajuan universal. Misi kerahmatan itu bukan saja penting bagi kemaslahatan umat manusia, tetapi juga bagi kemaslahatan seluruh makhluk ciptaan Allah di muka bumi ini, seperti hewan, tumbuh-tumbuhan, lingkungan dan sumber daya alam. Muhammadiyah sebagai Example Gerakan Islam Berkemajuan Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia yang berkontribusi besar bagi pembangunan dan kemajuan umat dan bangsa sejak kelahirannya pada 18 Novemmber 1912 di Kauman Yogyakarta hingga sekarang ini. Karena pikiran dan gerakan Islam berkemajuannya, Organisasi Muhammadiyah telah melahirkan banyak tokoh bangsa dan pahlawan nasional yang berjuang untuk kemerdekaan dan kemajuan bangsa. Sebagai contoh, Beberapa nama besar seperti, Jenderal Soedirman (panglima pertama TNI), Ir Soekarno (guru Muhammadiyah dan Presiden pertama Indonesia), Fatmawati (Aktifis perempuan Aisyiyah yang juga istri Bung Karno), Ki Bagus Hadikusumo (ketua Muhammadiyah dan pahlawan perintis kemerdekaan Indonesia), Mr. Kasman Singodimedjo (pahlawan nasional dan anggota PPKI), KH. Abdul Kahar Muzakkir (Penggerak kemerdekaan Indonesia), KH. Mas Mansur (pahlawan nasional dan anggota BPUPKI), Prof. Dr. H.M. Rasyidi (salah satu tokoh Islam terkemuka dan menteri agama pertama pada awal kemerdekaan), Ir H. R. Djoeanda Kartawidjaja (seorang guru Muhammadiyah dan perdana menteri Indonesia ke-10), Buya 18 Hamka (seorang ulama besar yang banyak melahirkan karya tulis dan penggagas lahirnya MUI sekaligus menjadi ketua umum MUI pertama), Siti Walidah atau Nyai Dahlan (pahlawan nasional dan tokoh perempuan Indonesia yang menggerakan kemajuan perempuan), dan masih banyak lagi tokoh bangsa yang lahir dari rahim organisasi Muhammadiyah yang tidak mungkin disebutkan semua dalam tulisan ini. Mereka-mereka di atas adalah para pimpinan dan kader Muhammadiyah yang berjuang membawa kemajuan umat dan kemerdekaan serta kemajuan bangsa. Selain itu, organisasi Muhammadiyah dapat menjadi contoh atau bukti Islam Berkemajuan, yakni: 1. Muhammadiyah adalah diantara social movement (gerakan sosial) di Indonesia yang mengubah masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern. Salah satu contohnya, Muhammadiyah mengganti kepercayaan atau kebiasaan berobat ke dukun dan meminta kesembuhan dengan sesajian, lalu menggantikannya dengan mendirikan rumah sakit modern 2. Muhammadiyah mengubah masyarakat yang kurang bahkan tidak punya tradisi literasi, menjadi masyarakat yang punya tradisi literasi (membaca dan menulis). Salah satu contohnya, Muhammadiyah mendirikan pusat-pusat pendidikan modern dalam membangun tradisi literasi dan kemajuan umat dan bangsa 3. Muhammadiyah merubah cara berpikir masyarakat yang kolot, yang konservatif menjadi muslim yang berpikir maju, berpikir rasional dan berpikir objektif. Salah satu contohnya, Muhammadiyah merintis sekolah modern dengan memadukan pelajaran agama dengan pelajaran sains, ilmu sosial, humaniora, seni dan seterusnya. 19 Muhammadiyah juga merupakan yang pertama kali merintis pendidikan Islam modern dengan belajar menggunakan papan tulis, meja, kursi, dan sarana moden lainnya yang di mana sebelumnya dianggap tabu bahkan kafir karena mengikuti cara belanda dan barat yang kafir. 4. Muhammadiyah tidak hanya menjadikan Islam sebagai ilmu semata, wacana, retorika, atau diskursus saja, tetapi menghadirkan bukti-bukti nyata atau pranata-pranata sosial baru yang sebelumnya belum ada, seperti sekolah modern, rumah sakit, dan juga mendirikan organisasi perempuan. Satu-satunya gerakan perempuan yang dilahirkan oleh organisasi Islam adalah Muhammadiyah dengan mendirikan Aisyiyah tahun 1917, ketika umat muslim melarang keterlibatan perempuan di ruang publik. 20 Materi Kedua: Ilmu Amaliah Amal Ilmiah 21 Ilmu Amaliah Amal Ilmiah: Menjadi Pribadi Hebat “Keislaman (Beragama) bukan hanya Allah ada dalam jiwamu, tetapi kehidupan Islam menjadi nyata melalui perilakumu” - KH. Ahmad Dahlan Islam Agama Ilmu Islam adalah agama ilmu. Agama bagi orang yang berakal dan menggunakan mata hatinya. Wahyu yang turun pertama bukanlah anjuran untuk beribadah, seperti sholat, berpuasa atau haji, tapi “iqra” “bacalah”. Itulah yang diterima pertama kali oleh Sang Baginda Nabi Muhammad Saw di Gua Hira, yaitu surah al- Alaq. Dalam surat al-Alaq ayat 1-5 tersebut kita diperintah untuk “membaca” lho!. Allah Swt berfirman: ْ ْ ْ َ ُّ َ َ َ ْ ََ ْ َ ْ ْ ََ َ َ َ َ َ ْ َّ َ َ ْ ‫ ِاقرأ وربك‬٢ َۚ‫ خلق ال ِانسان ِمن عل ٍق‬١ َۚ‫ِاق َرأ ِباس ِم ر ِبك ال ِذي خلق‬ َ ْ َ َ ْ ْ ََّ َ َ ْ ََّ َّ ْ َْ ٥ ‫ عل َم ال ِان َسان َما ل ْم َيعل ْم‬٤ ُۙ‫ ال ِذ ْي عل َم ِبالقل ِم‬٣ ُۙ‫الاك َر ُم‬ 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S. surat al-Alaq: 1-5). Sungguh mengherankan ya, mengapa Allah Swt. Memerintahkan Nabi Muhammad Saw. Yang tak pandai membaca dan menulis dan diutus pertama kali ke masyarakat yang buta huruf, tapi perintah pertama, bahkan kata pertama dalam wahyu pertama yang beliau terima adalah Iqra (bacalah), bahkan perintah 22 itu diulangi dua kali dalam rangkaian sepuluh kata pertama dari lima ayat pertama yang beliau terima.2 Hal ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama ilmu dan “membaca” merupakan sesuatu yang sangat penting untuk membangun peradaban. Apa sebetulnya yang dimaksud dengan membaca dalam ayat ini? Nah! dalam bahasa Al-qur’an diistilahkan dengan qira’ah yang terambil dari kata qara’a yaqra’u – qira’atan – wa- qur’anan. Secara literal, qara’a artinya membaca. Kata qara’a sinonimnya adalah thala’a yang berarti mentelaah atau mempelajari. Mentelaah itu lebih dari sekedar membaca dalam pengertian biasa lho! akan tetapi, lebih jauh dari itu adalah membaca dengan berulang kali sambil kita melakukan analisa dengan cara-cara yang mendalam dan merenungkan isi serta menkorelasikannya dengan berbagai aspek terkait sehingga menghasilkan suatu konsep penalaran yang lebih bermakna.3 Jadi, membaca bermakna How to read (bagaimana membaca dalam arti tekstual), How to learn (bagaimana belajar), dan juga lebih dalam lagi How to understand (bagaimana memahami) hamparan realitas ciptaan Tuhan baik yang terjangkau oleh panca indra kita maupun yang tak terjangkau panca indra (gaib). So, iqro tak hanya bermakna membaca buku atau kitab saja ya, tetapi iqro juga bermakna mengkaji, merenung, meneliti, mengobservasi dan seterusnya. Selain perintah membaca, Islam juga menyuruh dan menganjurkan kita agar mempergunakan akal lho!. Bahkan dalam 2 M. Quraish Shihab, Yang Hilang Dari Kita: Akhlak, (Jakarta: Lentera Hati, 2016) 142. 3 Muhammad Amin Suma, Qur’anisasi Sains dan Saintifikasi Al-qur’an : Suatu Modal Dalam Model Integrasi Ilmu dan Perilaku, Makalah yang disampaikan pada seminar integrasi keilmuan di UIN Jakarta tanggal Tahun 2014, 12. 23 Al-Qur’an banyak dijumpai ungkapan seperti ilmu ada 41 kali; aql dengan segala derivasinya ada sebanyak 43 kali; fikr dengan segala derivasinya 16 kali; ilm dalam Al-Qur’an dengan berbagai derivasinya, ada 120 kali.4 Tak diragukan lagi, Islam adalah agama ilmu. Dan karena itu, Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu sebagaimana perintah dalam sebuah hadits: “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim dan Muslimah” (HR. Ibnu Majah no. 224) Selain itu, Allah menjanjikan akan meninggikan derajat orang- orang yang berilmu. Seperti dalam firman-Nya: َ ُ‫َ ه‬ ٰ ََ َْ ْ ُ ْ ُ َ ْ َّ َ ْ ُ ْ ْ ُ َ ٰ َ ْ َّ ُ ‫ه‬ َ ‫َي ْرف ِع اّٰلل ال ِذين امنوا ِمنكمُۙ وال ِذين اوتوا ال ِعلم درج ٍت واّٰلل ِبما‬ َ َ ُ َْ ١١ ‫تع َمل ْون خ ِب ْي ٌر‬ “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.s Mujadilah: 11). Ilmu yang dimaksud oleh Islam tidak terbatas pada ilmu agama saja ya!. Tidak. Manusia diperintahkan memperhatikan dan mempelajari tentang fenomena alam, masyarakat dan dalam diri manusia itu sendiri sehingga semua disiplin ilmu dibutuhkan untuk memahaminya. Untuk itulah, mengapa ilmu merupakan sarana mencapai kebahagiaan hidup duniawi dan ukhrawi.5 5 Lihat Tafsir Al-Qur’an Tematik Kementerian Agama RI, Pembangunan Generasi Muda, (Jakarta : Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur’an, 2011), 76. 24 Tapi sayang sekali, banyak di antara kita yang mengaku muslim namun abai dengan perintah untuk membaca dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Pada tahun 2016, studi Most Littered Nation Inte World dari Central Connecticut State University (CCSU) merilis hasil survei tentang minat baca masyarakat dunia. dari total 61 negara koresponden, Indonesia dengan penduduk mayoritas Muslim menempati ranking kedua dari bawah, yaitu peringkat ke-60 lho!. Wow, menyedihkan bukan? Apakah kita termasuk di dalamnya? Padahal kemajuan sebuah bangsa atau peradaban ditentukan oleh kegiatan Iqra (baca) dan Qalam (tulis) melalui beragam ala-alat tulis seperti handphone, computer, laptop, aiped, dan lain-lain dalam bentuknya sekarang ini. So, Sudah saatnya kita berubah, sebagai mahasiswa Uhamka dan kaum muda penentu masa depan bangsa, mari kita hidupkan semangat membaca dan mengembangkan ilmu pengetahuan sebagaimana diperintahkan ajaran Islam. Tentu saja bacaan yang bermutu dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi semua manusia dan alam. Menjadi Muslim, Menjadi Ilmuan: Mereka Bisa Kenapa Kita Tidak? Tak lama sesudah muncul di panggung dunia, Islam menghasilkan zaman keemasan pengetahuan dan sains yang berlangsung lebih kurang selama seribu tahun lho! Banyak ilmuan muslim yang melahirkan karya-karya cemerlang dan berkontribusi 4 M. Quraish Shihab, Yang Hilang Dari Kita: Akhlak, (Jakarta: Lentera Hati, 2016) 139. 25 besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan hingga saat ini. Di antaranya yaitu, al-khawarizmi menulis buku aljabarnya yang bersejarah, kitab al-jabr wal-Muqabalah (sekitar 830 M), anak- anak matematika pasti familiar dengan istilah aljabar. Terus ada Ibnul-Haitsam (Kira-kira 965-1040 M), salah satu yang terhebat di antara ribuan saintis pada zaman keemasan peradaban Islam, Ibnul Haitsam adalah “bapak optika” karena karyanya Kitab Al-Manazir (Kitab Optika, kira-kira 1000 M), yang bukan hanya menunjukkan dengan tegas bahwa penglihatan adalah hasil cahaya yang memasuki mata (bukan karena cahaya keluar dari mata), memberikan penjelasan fisik dan fisiologis proses penglihatan, melainkan juga menyajikan banyak alat optik (cermin berbagai bentuk) dan gejala optik, termasuk pemantulan dan pembiasan. Bidang lain yang banyak mendapat sumbangan sains Muslim adalah kedokteran, yang diubah menjadi sains eksperimental oleh orang-orang seperti Ibnu Sina (980-1037) yang serba bisa, dan pertama kali melakukan uji klinis. Orang hebat ini juga dianggap penemu sifat menular pada penyakit dan pengembangan awal farmakologi klinis. Qanun fi al-Thibb (kanun kedokteran) karya ibnu sina menjadi buku pelajaran kedokteran standar di Eropa sampai abad ke-18. Wow..! keren. Kemudian, Razi (wafat 923/4), yang menerapkan pengetahuan kimia dalam kedokteran; abul-Qasim az-Zahrawi (wafat kira2 1013), terkenal karena alat-alat bedah yang dia gunakan dan jabarkan di karya-nya, Kitab at-tashrif, ensiklopedia medis dengan 30 bagian yang juga menjabarkan cara-cara membuat obat melalui sublimasi dan penyulingan. Juga ada ibnul- Baythar (kira2 1188-1248), ahli tumbuhan, obat, dan kedokteran dari andalusia, dengan sumbangan terbesar berupa Kitab al-Jami’ 26 li Mufradat al-Adwiya wal-Aghdziya (Kitab obat dan Makanan), yang bukan hanya merujuk ke 150 penulis berbahasa Arab sebelumnya dan 20 penulis Yunani, melainkan juga mendaftar 1.400 tumbuhan, makanan, dan obat. Karya besar keduanya berjudul kitab al-Mughni fi al-Adwiya al-Mufradah (kitab obat sederhana), ensiklopedia obat yang mencakup pengetahuan mengenai khasiat tumbuhan untuk mengobati berbagai penyakit di kepala, telinga, mata, dan lain-lain. Sangat banyak ilmuan muslim yang karyanya tak terhitung, termasuk ahli-ahli astronomi terkenal di peradaban muslim pada masa itu seperti al-Battani (wafat 929), al-Biruni (973-1048), Ibnu Yunus (wafat 1009), al-Majrithi (wafat kira2 1007), Abdurrahman Shufi (903-986), az-Zarqali (kira2 1029-1080), Nashiruddin Thusi (1201-1274), Ibnus-Syathir (1304-1375), Ali Qushchi (1403- 1474), Syamsuddin Khafri (kira2 1470-1550), dan Takiyuddin bin Ma’ruf (abad ke-16) dan seterusnya. Belum lagi ahli di bidang filsafat, pendidikan, kalam, fikih, tasawuf, sejarah dan lain-lain yang tak bisa disebutkan semua di sini. Luar biasa bukan! Ilmu amaliyah dalam bentuk karya dan kontribusi mereka dalam melahirkan penemuan hingga berpengaruh bagi peradaban modern kita sekarang ini. Kalau mereka bisa, harusnya kita juga bisa melahirkan karya-karya di bidang kita masing-masing. Ketika Ibnu sina, ibnu Haitsam atau ilmuan muslim lainnya tempo dulu tetap bisa berkarya sekalipun tak ada cahaya lampu seperti sekarang ini, tak ada internet, tak ada gadget, tak ada komputer dan seterusnya, seharusnya kita bisa melahirkan karya dengan segala kemudahan saat ini. 27 Lima Karakteristik Gerakan “Ilmu Amaliyah dan Amal Ilmiah” Mahasiswa Uhamka Untuk itulah sebagai mahasiswa Uhamka, khususnya mahasiswa baru Uhamka, ada lima karakteristik yang harus kita sadari dan pegang teguh, paling tidak selama menempuh studi di Uhamka, yaitu: Lima Karakteristik Gerakan “Ilmu Amaliyah dan Amal Ilmiah” Mahasiswa Uhamka: 1. Setiap mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (Uhamka) wajib untuk menguasai dan memiliki keunggulan dalam kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana kehidupan yang penting untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat dengan semangat membaca, menulis, meneliti, dan diskusi keilmuan. 2. Setiap mahasiswa Uhamka harus memiliki sifat-sifat ilmuwan, yaitu: kritis, terbuka menerima kebenaran dari manapun datangnya, serta senantiasa menggunakan daya nalar. 3. Kemampuan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian tidak terpisahkan dengan iman dan amal shalih yang menunjukkan derajat kaum muslimin dan membentuk pribadi ulil albab. 4. Setiap mahasiswa Uhamka dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki mempunyai kewajiban untuk mengajarkan kepada masyarakat, memberikan peringatan, memanfaatkan untuk kemaslahatan dan mencerahkan kehidupan sebagai wujud ibadah, jihad, dan da'wah. 28 5. Setiap mahasiswa Uhamka harus menggairahkan dan menggembirakan gerakan mencari ilmu pengetahuan dan penguasaan teknologi baik melalui proses pembelajaran dan kegiatan di kampus maupun kegiatan-kegiatan di lingkungan keluarga dan masyarakat sebagai sarana penting untuk membangun bangsa dan peradaban Islam. Ilmu Amaliah Amal Ilmiah: Lets Do It! Islam adalah agama amal. Agama yang menuntut beriringannya iman, ilmu dan amal. Sebab, iman saja tidak cukup lho! untuk mengangkat derajat suatu umat dan bangsa. So, Iman haruslah ditopang oleh ilmu untuk mengorientasikannya kepada hal-hal yang konkret. Iman tanpa orientasi yang konkret dalam kehidupan umat manusia tidak akan membawa perubahan apa-apa. Demikian pulan iman dan ilmu senantiasa harus mengandung amal-saleh untuk mengubah wajah kenyataan agar kehidupan kolektif manusia lebih berkualitas.”6 Iman tanpa kecerdasan akan melahirkan umat yang lumpuh, dan sebaliknya kecerdasan tanpa iman akan melahirkan kebiadaban.7 Demikian pula, ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yang tak berbuah. Buahnya ilmu dapat diperoleh melalui pengalaman dan amal. Perpaduan ilmu dan amal akan mewujudkan suatu amal ilmiah atau ilmu amaliah. Artinya, ilmu itu haruslah diamalkan dan amal itu haruslah ilmiah (tidak taklid dan dapat dipertanggung jawabkan). Percayalah, bahwa kemampuan seseorang mengamalkan ilmunya 6 Ahmad Syafii Maarif, Peta Bumi Intelektualisme Islam di Indonesia, 135. 7 Ahmad Syafii Maarif, Independensi Muhammadiyah, 68. 29 ke dalam perbuatan kongkrit akan mendatangkan keuntungan dunia dan akhirat. Seorang tokoh dan cendekiawan muslim Indonesia, Djazman Al-Kindi mengatakan, “agama menuntut kerja keras untuk mengamalkannya. Sebaliknya Islam juga menuntut seorang muslim untuk melaksanakan amalnya dengan bimbingan ilmu yang diyakini kebenarannya. Islam menegaskan prinsip amal ilmiah dan ilmu amaliah. Seorang muslim yang dijiwai dengan sikap semacam ini, akan mempunyai keyakinan teguh dalam menghadapi setiap perubahan.”8 Demikian kata beliau. Perlu kita ingat juga nasehat dari Buya Hamka, seorang ulama dan penulis ternama, yang nama kampus Uhamka diambil dari namanya, ia mengatakan: “untuk kebahagiaan diri sendiri, ilmu pengetahuan hendaklah diamalkan dan agama Islam adalah agama ilmu dan amal.9 Islam adalah agama untuk penyerahan diri semata-mata kepada Allah, Agama semua Nabi-nabi, Agama yang sesuai dengan fitrah manusia, Agama yang menjadi petunjuk bagi manusia, Agama yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan sesama, Agama yang menjadi rahmat bagi semesta alam. Islam yang mulia dan utama itu akan menjadi kenyataan dalam kehidupan di dunia apabila benar-benar diimani, difahami, dihayati, dan diamalkan oleh seluruh pemeluknya (orang Islam, umat Islam) secara total atau kaffah dan penuh ketundukan atau penyerahan diri. Dengan pengamalan Islam yang sepenuh hati dan 8 Mohamad Djazman Al-Kindi, Ilmu Amaliah Amal Ilmiah: Muhammadiyah sebagai Gerakan Ilmu dan Amal, (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2019), 6. 9 Hamka, Falsafah Hidup, (Jakarta: Republika, cetakan IX 2019), 72. 30 sungguh-sungguh itu maka terbentuk manusia muslimin yang memiliki sifat-sifat utama atau pribadi hebat. Untuk itulah, setiap mahasiswa Uhamka harus mempunyai etos kerja Islami, seperti: kerja keras, disiplin, tidak menyia- nyiakan waktu, berusaha secara optimal untuk mencapai suatu tujuan. Terutama dalam studi, menjalankan tugas sebagai seorang mahasiswa dengan semangat ilmu amaliah dan amal ilmiah. Insya Allah cita-cita dan harapan untuk sukses di dunia dan akhirat kelak akan tercapai. Muhammadiyah Contoh Gerakan Ilmu Amaliah dan Amal Ilmiah Kiai Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, mengajarkan kepada kita tentang pentingnya ilmu amaliah dan amal ilmiah yang dibingkai dengan niat ikhlas semata-mata ibadah kepada Allah Swt. Pahlawan nasional ini kerap kali mengatakan: “Manusia semua akan mati kecuali orang-orang yang berilmu atau para ulama. Dan orang- orang berilmu atau ulama semua akan bingung kecuali orang yang telah beramal. Dan orang- orang yang telah beramal masih khawatir atau takut kecuali orang yang beramal dengan niat ibadah ikhlas karena Allah”.10 10 KRH. Hadjid, Pelajaran Kiai Haji Ahmad Dahlan: 7 Falsafah dan 17 Kelompok Ayat-Ayat Alquran, (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, cetakan 1 2018), 132. 31 Kiai Ahmad Dahlan tidak hanya mengajarkan dan menekankan pentingnya ilmu, tetapi juga menekankan pentingnya amal, yaitu amal yang fungsional dan solutif yang dilaksanakan dengan niat ikhlas beribadah kepada Allah Swt. Dalam sebuah kisah yang sangat berkesan dan terus menjadi inspirasi hingga kini, pada pengajian rutin Subuh, Kiai Dahlan mengajarkan tafsir surat Al-Ma’un secara berulang-ulang selama beberapa hari tanpa diganti surat lainnya. Namun, salah seorang murid dan peserta pengajian Kiai Dahlan, bertanya kepada Kiai Dahlan, namanya Sudjak. “Mengapa materi pengajian tidak ditambah-tambah dan hanya mengulang-ulang surat Al-Ma’un saja? Mendengar pertanyaan itu, Kiai kembali bertanya kepada muridnya, “apakah kalian sudah benar-benar mengerti akan maksud Surat Al-Ma’un?.” Para murid serentak menjawab bahwa mereka tidak hanya sekedar paham, bahkan mereka semua sudah hafal. Kemudian Kiai Dahlan bertanya kepada muridnya, apakah arti ayat-ayat yang sudah dihafal tersebut sudah diamalkan? Para murid menjawab dengan bertanya: “Apa yang harus diamalkan, bukankah surat Al-Ma’un sering dibaca ketika salat?” Kiai Dahlan menjelaskan kepada muridnya bahwa bukan itu yang dimaksud dengan mengamalkan, tapi apa yang sudah dipahami dari ayat ini untuk bisa dipraktekkan dan dikerjakan dalam wujud nyata. Karena itu, Kiai Dahlan masih mengulang surat al-Ma’un sampai murid-muridnya melakukan aksi terhadap ayat ini. Kiai Dahlan pun memerintahkan kepada muridnya untuk 32 mencari orang-orang miskin yang ada disekitar tempat tinggal mereka. Apabila sudah bertemu dengan orang miskin dan anak yatim, mereka harus membawa pulang kerumahnya masing- masing, dimandikan, dsabuni, diberi sikat gigi yang baik, pakaian yang baik, beri makanan yang baik, minuman yang baik dan tempat tidur yang baik.11 Adapun surah Al-Maun ayat 1-7 tersebut berbunyi: ََ َ ْ َ ْ ُّ ُ َ ْ َّ َ ٰ َ ْ ُ َ ُ ْ َّ َ ْ َ َ َ ‫ ولا‬٢ ُۙ‫ فذ ِلك ال ِذي يدع الي ِتيم‬١ ‫الدي ِن‬ ِ ‫ارءيت ال ِذي يك ِذب ِب‬ َ ُ َ ْ َّ َ َ ْ ٌ َ ْ َ َ ٰ َ ُّ ُ َ ‫ ال ِذين ه ْم ع ْن‬٤ ُۙ‫ ف َو ْيل ِلل ُمص ِل ْين‬٣ ‫ام ال ِم ْس ِك ْي ِن‬ ِ ‫يحض على ط‬ ‫ع‬ َ ُ َ ْ َ َُ َ ُ َ ْ َّ َ ُ َ َ ٧ ࣖ ‫ َو َي ْمنع ْون الماع ْون‬٦ ُۙ‫ ال ِذين ه ْم ُي َرا ُۤء ْون‬٥ ُۙ‫صل ِات ِه ْم َساه ْون‬ Artinya: (1) Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? (2) Itulah orang yang menolak anak yatim, (3) dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin, (4) Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (5) (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, (6) orang-orang yang berbuat riya (memperlihatkan amal mereka), (7) dan enggan (menolong dengan) barang berguna. Dalam ayat di atas menurut Kiai Dahlan, belum diakui kalau telah beriman dan menjalankan agama, bahkan dianggap sebagai orang yang mendustakan agama jika tidak memperhatikan nasib anak yatim serta tidak menganjurkan memberikan makanan kepada orang miskin. Demikian pula sholat yang hanya sekedar menggerakkan 11 Dibalik Pesan Kiai Dahlan tentang Al-Ma’un dalam https://www.suaramuhammadiyah.id/2020/01/31/dibalik-pesan-kiai- dahlan- tentang-al-maun/ 33 bibir, membaca serta menggerakkan anggota badan, dan hanya untuk riya (diperlihatkan kepada orang lain), shalat yang tidak timbul karena Allah, karenanya shalat yang demikian itu tidak menimbulkan kesucian hati sehingga berkehendak menolong orang miskin dan anak yatim. Maka menurut Kiai Dahlan, kita akan masih tetap dikatakan sebagai orang yang mendustakan agama yang akan dimasukkan dalam neraka Wail, walaupun kita mengaku sebagai orang yang sudah menjalankan shalat. Kiai Ahmad Dahlan menekankan bahwa ilmu yang kita dapatkan harus diamalkan dan amal yang kita lakukan harus berdasarkan ilmu yang benar. Untuk itulah, dalam mempelajari Alquran, Kiai Dahlan menerangkan, “ambillah satu, dua, atau tiga ayat, dibaca dengan tartil dan tadabbur (dipikirkan): 1. Bagaimanakah artinya? 2. Bagaimanakah tafsir keterangannya? 3. Bagaimanakah maksudnya? 4. Apakah ini larangan dan apakah kamu sudah meninggalkan larangan ini? 5. Apakah ini perintah yang wajib dikerjakan? Sudahkah kita menjalankan?”12 Bila belum dapat menjalankan dengan sesungguhnya maka tidak perlu membaca ayat-ayat yang lainnya. Dengan spirit ilmu amaliah dan amal ilmiah inilah Kiai Dahlan melalui Muhammadiyah yang ia dirikan telah sukses membangun amal usaha yang banyak di berbagai bidang. Sebagai contoh: Di bidang pendidikan dasar dan menengah, Muhammadiyah memiliki 7.651 sekolah dan madrasah, di bidang pendidikan tinggi ada 174 universitas, sekolah tinggi, institut, dan 12 KRH. Hadjid, Pelajaran Kiai Haji Ahmad Dahlan, 132. 34 akademi. Di bidang pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat terdapat rumah sakit 457, panti asuhan 318 buah, panti jompo 54 buah, dan rehabilitasi cacat 82 buah. Untuk sarana ibadah terdapat 11.198 masjid dan musalla. Bahkan Valuasi asset Muhammadiyah yang dikalkulasi mendekati angka Rp. 320 triliun. Suatu angka yang cukup besar. Nah, kenapa Muhammadiyah begitu besar asetnya? Karena salah satu penyebabnya adalah anggota, kader, atau warga Muhammadiyah memiliki kesadaran Ilmu Amaliah dan Amal Ilmiah yang didasari dengan suatu niat ikhlas untuk ibadah dan alat berjuang dalam meraih ridho Ridho Allah Swt sebagaimana yang telah ditanamkan Kiai Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Wallahu’alam. 35 Materi Ketiga: Adab Mahasiswa UHAMKA Sebagai Pilar Prophetic University 36 Adab Mahasiswa UHAMKA Sebagai Pilar Prophetic University “Kecantikan yang abadi terletak pada keelokan adab dan ketinggian ilmu seseorang. Bukan terletak pada wajah dan pakaiannya.” -Buya Hamka Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka mengusung visi "Menjadi prophetic teaching university yang mencerdaskan secara spiritual, intelektual, emosional, dan sosial untuk mewujudkan peradaban berkemajuan.“ Sebagai kampus yang mengusung prophetic teaching university, UHAMKA memiliki nilai-nilai dasar yang harus dipegang oleh seluruh civitas akademika, termasuk mahasiswa, yaitu: nilai Integrity (Kejujuran), nilai Trust (Kepercayaan) dan nilai Compassion (Kepedulian). Sebagai kampus prophetic teaching university, adab merupakan pilar penting bagi mahasiswa dan seluruh civitas akademika. Pengertian Adab Istilah adab berarti “ajakan kepada seseorang untuk menghadiri hidangan makan” (ma’dab). Kata dasarnya berupa “ajakan” atau “mengajak”. Ada pula yang mengartikan sebagai “hidangan” atau “menu makanan”. Dalam Mu’jam al-Maqayis Lughat, adab adalah memiliki arti “perjamuan atau pertemuan dengan menyiapkan hidangan makanan”. Di dalam perjamuan itu terdapat kebaikan-kebaikan yang disebut adab. Sementara itu, Mu’jam al-Maqayis Lughat menjelaskan bahwa “adab tidak lain adalah akhlak yang mulia yang koheren dalam sosok pengundang atau pengajaknya (adib), sebab siapa pun yang belajar adab mesti menanamkan perbuatan positif dan menjauhi semua tindakan tercela”. Secara umum, kita sering 37 kali menyebjut adab sebagai akhlak atau etika Islam. Dalam adab terkandung dua eksistensi moral yang saling melengkapi, yaitu: Pertama, pentingnya manusia sebagai pelaku, pengajak dan penjaga kebaikan, dan Kedua, pentingnya menjaga sopan santun, etika, moralitas, tata krama, dan semua kegiatan yang baik dan berakhlak. (hal 5) “Menghiasi Diri dengan adab adalah kebiasaan orang-orang beriman dan berilmu. Tidak beriman dan tidak berakal orang yang tidak beradab. Sempurna iman dan akal karena adab. Rusaknya iman dan akal karena mengabaikan adab. Adab adalah pakaian kebesaran orang-orang yang beriman dab berilmu. Tidak bernilai baik keturunan atau nasab tanpa adab. Kehormatan dan kemuliaan hanya dengan adab” Adab Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Adab Mahasiswa Terhadap Diri Sendiri Manusia adalah makhluk sosial, namun yang tak boleh dilupakan manusia juga adalah makhluk individu yang wajib memelihara diri sendiri, baik secara rohani maupun jasmani. Kedua ini tidak dapat dipisahkan, keseimbangannya harus dijaga, kebutuhan dan hak-haknya juga harus dipenuhi. Maka berkaitan dengan adab terhadap diri sendiri, ada adab yang bernilai qalbiyah, dan ada adab yang bernilai jasadiyah. Adab terhadap diri sendiri yang bernilai qalbiyah adalah: a. Menjaga kebersihan Jiwa/Hati. Jiwa/hati adalah sentra iman, takwa dan sifat baik lainnya. Jika jiwa/hati bersih, terpancarlah iman, takwa, dan sifat baik 38 lainnya. Tetapi, jika jiwa/hati itu kotor, muncullah sifat-sifat buruk seperti tidak jujur, sombong, fasik, dan sebagainya. Oleh karena itu, kebersihan jiwa/hati harus dijaga, sebagaimana diperintahkan oleh Allah SWT dalam Alquran: ‫ه‬ ْ َ َ ‫ َق ْد َا ْف َل َح َم ْن َزك‬٨ ۖ‫ىها‬ ‫ َوقد‬٩ ۖ‫ىها‬ َ ‫ َف َا ْل َه َم َها ُف ُج ْو َر َها َو َت ْق ٰو‬٧ ۖ‫ىها‬ َ ‫َو َن ْفس َّو َما َس هو‬ ٍ َ ‫اب َم ْن َد هس‬ ١٠ ‫ىها‬ َ ‫َخ‬ Artinya: Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)-nya, lalu Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu) dan sungguh rugi orang yang mengotorinya (QS Al-Syams 7-10) hal 17. b. Menghindari Sikap Boros dan Berlebihan Merayakan kenikmatan yang dikaruniakan Allah sebenarnya tidak dilarang, namun cara melakukannya mempunyai aturan yang harus ditaati dan tidak berlebihan. Misalnya, ada mahasiswa yang selama dia menempuh pendidikan hanya dihabiskan untuk wisata kuliner, dari kafe ke kafe, bahkan sampai hutang, menyusahkan orang tua. Karena itu sikap seperti ini harus dihindari apalagi dilakukan secara berlebihan. c. Menjaga Diri Tetap pada Jalan yang Lurus Jalan yang lurus menurut ulama besar Rasyid Ridha dalam tafsirnya adalah jalan yang dapat menyampaikan kita pada kebahagiaan dunia dan akhirat yang berupa akidah, akhlak, hukum, dan pengajaran-pengajaran. Orang yang tetap pada jalan yang lurus dijanjikan Allah akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. 39 d. Bertanggung Jawab dan Disiplin Sebagaimana kita ketahui bahwa memiliki sikap bertanggung jawab dan disiplin merupakan diantara syarat untuk sukses. Lebih dari itu, semua perbuatan kita akan pertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt. Oleh karena itu, harus kita tanamkan dalam jiwa kita sifat bertanggungjawab, terutama terhadap Allah Swt. Sebab, pendengaran, penglihatan dan hati kita akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang mahasiswa harus bertanggungjawab atas tugas yang diberikan dosen atau manat organisasi. Demikian juga dengan disiplin, di mana kita harus taat dan patuh kepada peraturan yang telah ditetapkan, baik mengenai waktu, cara bekerja, maupun cara berpakaian dan sebagainya. Allah berfirman dalam Alquran: ُ ْ َ َ َ َ ٰۤ ُ ُّ ُ َ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ َْ َ ُ َْ ََ َّ ‫ك بهٖ ع ْل ٌم اَّن‬ ‫الس ْم َع َوال َبص َر َوالفؤاد كل اول ِٕىك كان عنه‬ ِ ِ ِ ‫ولا تقف ما ليس ل‬ ً ٣٦ ‫َم ْس ُٔـ ْولا‬ Artinya: Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak kauketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya (QS Al- Isra : 36) e. Sabar, Tangguh dan Kerja Keras Mahasiswa UHAMKA harus sabar dalam belajar, karena kesuksesan hanya bisa diraih dengan kesabaran. Sabar dalam menerima tugas, termasuk sabar dalam mengahadapi tantangan belajar. Allah berfirman dalam Alquran: َ ُ ْ ُ ُ َّ َ َ َ ‫ه‬ ُ َّ ُ َ ْ ُ ٰ َ ْ َّ َ َ ٢٠٠ ࣖ ‫اّٰلل لعلك ْم تف ِلح ْون‬ ‫يٰٓايُّها ال ِذين ا َمنوا اص ِب ُر ْوا َوص ِاب ُر ْوا َو َر ِابط ْوا َواتقوا‬ 40 Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu, kuatkanlah kesabaranmu, tetaplah bersiap siaga di perbatasan (negerimu), dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung (QS Al-Imran ; 200). f. Hidup Sederhana Sederhana ialah tidak berlebih-lebihan, baik dalam berbelanja, bersikap, berhias dan sebagainya. Sifat demikian sangat dianjurkan bagi mahasiswa UHAMKA. Mahasiswa kadang kala mendapatkan godaan ketika hidup di kota, bergaul dengan banyak kawan yang kaya dan bergaya hidup lebih tinggi. g. Menjauhkan Diri dari Sifat Sombong Sombong ialah membesarkan atau membanggakan diri dan menganggap remeh orang lain. Sifat seperti ini hendaknya dijauhkan oleh mahasiswa UHAMKA. Selain sifat ini dibenci oleh Allah Swt. juga akan menghalangi mahasiswa dalam membangun pergaulan yang luas dan kesuksesan. Dalam Alquran Allah berfirman: َ ْ ُ َُّ ُّ ُ َ َ ‫َ َ ً َّ ه‬ ْ ‫لناس َو َلا َت ْمش فى ْال َا‬ َّ َ َّ َ ْ َ ُ َ َ ‫ال‬ ٍ ‫ت‬ ‫خ‬ ‫م‬ ‫ل‬‫ك‬ ‫ب‬ ‫ي‬ ِ‫ح‬ ‫ا‬‫ل‬ ‫اّٰلل‬ ‫ن‬‫ا‬ِ ‫ا‬ ‫ح‬‫ر‬‫م‬ ‫ض‬ِ ‫ر‬ ِ ِ ِ ‫ولا تص ِعر خدك ِل‬ ُ َ ١٨ َۚ‫فخ ْو ٍر‬ Artinya: Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri (QS Lukman : 18) 41 Adab Mahasiswa dalam Berpakaian Islam tidak memberi Batasan harus seperti apakah model, motif, maupun warna pakaian. Islam memberi kebebasan kepada orang Muslim untuk berhias dan memakai pakaian sesuai dengan adat istiadat atau kondisi tempat atau musim atau acara atau hal- hal lainnya. Ini karena fungsi utama pakaian adalah menutup aurat, melindungi tubuh dan berhias. Jika diperinci bahwa pakaian mahasiswa laki-laki mempunyai ketentuan-ketentuan syariat yang bisa diterapkan, yaitu: 1) Pakaian tersebut menutup aurat laki-laki 2) Memakai pakaian yang sederhana dan tidak perlu berlebihan atau syurah (sensasional) 3) Tidak menyerupai pakaian perempuan 4) Tidak menggunakan aksesoris emas bagi mahasiswa 5) Tidak menggunakan baju atau kaos yang mengandung gambar atau tulisan bertentangan dengan syariat. 6) Menyesuaikan aturan pakaian khusus yang berlaku di kampus, misalnya aturan baju di program studi Kesehatan Sementara itu, mahasiswi boleh memakai pakaian yang mereka sukai dengan bentuk, warna, bahan kain dan hiasan apa pun asal sesuai dengan ketentuan syariat sebagai berikut: 1) Pakaian tersebut menutup seluruh aurat. Aurat perempuan adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan. 2) Pakaian tersebut tidak ketat sehingga tidak menampakkan lekuk-lekuk tubuh 3) Pakaian tersebut tidak tembus pandang sehingga tidak menampakkan tubuh secara sama-samar atau secara terang- terangan 4) Pakaian tersebut sopan, patut, dan sederhana. “sopan dan patut” tergantung kepada keadaan dan orang yang 42 memakainya. “sederhana” berarti tidak mewah mencolok, berlebih-lebihan, tidak sampai menyapu jalan dan tidak untuk pamer. 5) Menyesuaikan aturan pakaian khusus yang berlaku di institusinya, misalnya aturan baju di program studi Kesehatan. Mahasiswi non muslim ketika berada di kampus atau kelas tidak diwajibkan untuk memakai pakaian seperti jilbab. Namun dianjurkan untuk memakai pakaian yang sopan dan pantas. Adab Mahasiswa dalam Mencari Ilmu a. Menyucikan niat Niat yang suci dalam mencri ilmu adalah sebuah keniscayaan. Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung pada niatnya (HR Bukhari no 1 dan Muslim no 1907). Senang dipuji dan cinta ketenaran adalah awal malapetaka pada diri seorang penuntut ilmu. b. Menyucikan Diri Seorang mahasiswa sudah selayaknya senantiasa menyucikan dirinya, karena sebelum Allah mengajarkan ilmu, Allah terlebih dahulu menyucikan manusia. c. Membawa Perlengkapan Belajar Mahasiswa harus menyiapkan perbekalan terbaik dalam belajar, baik berupa leptop, buku, alat tulis, atau pun alat penyimpanan data. Imam Al-Syafi’I rahimahullah berkata: “ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya, ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja” (Diwan Imam as-Syafi’I, 2005: 83). d. Tidak Membatasi dalam Mengambil Sumber Ilmu Ilmu bisa diambil dari mana saja, karena dalam satu 43 Riwayat disebutkan bahwa: “Hikmah itu adalah barang yang hilang milik orang yang beriman. Di mana saja ia menemukannya, maka ambillah” (HR Al-Tirmidzi) e. Hadir Tepat Waktu Islam menjungjung tinggi ketepatan waktu, maka tidak layak seorang mahasiswa datang terlambat. Allah banyak menyebut sumpah yang berkaitan dengan waktu. Komitmen pada disiplin waktu juga bisa menjadi kunci kesuksesan seseorang. f. Berdiskusi Secara Ilmiah dan Menjauhi Berdiskusi yang Mengandung Catat Logika Diskusi atau munadzarah adalah hal terpuji karena bisa menjadi sarana untuk memperdalam keilmuan. Dalam diskusi atau dialog harus memiliki semangat konstruktif, bukan konfliktif, saling menghormati argumen kawan dialog, harus didasarkan argumen atau referensi, seorang mahasiswa juga perlu belajar logika yang tepat agar tidak berdiskusi menggunakan logika yang cacat. g. Memenuhi Aturan Majelis atau Kontrak Perkuliahan Islam menghormati aturan. Maka, hendaknyalah seorang mahasiswa Uhamka menghormati aturan atau ketetapan yang berlaku. h. Bersungguh-sungguh Memperhatikan Kunci keberhasilan dalam belajar adalah bersungguh- sungguh dalam belajar. Kesungguhan dalam memperhatikan kuliah itu penting. Mengapa? Karena ketika bersungguh- sungguh kuliah pun, kita belum tentu menyerap ilmu dengan sempurna, apalagi jika kurang serius. i. Haus Ilmu dan Menjaga Semangat Ingin Tahu 44 Islam dibangun atas dasar ilmu. Maka, mahasiswa Uhamka harus bersemangat dalam mencari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan bukan hanya ilmu pengetahuan agama, melainkan ilmu sosial, ilmu tekhnologi, dan sebagainya yang dapatkan meningkatkan kualitas manusia. Perintahkan untuk mencari ilmu pengetahuan dalam Alquran disebutka tidak kurang dari 66 kali. j. Menumbuhkan Semangat Literasi Buku dan jurnal adalah harta yang paling berharga bagi mahasiswa. Bahkan, tidak dikatakan sebagai mahasiswa apabila tidak punya koleksi buku dan jurnal. Adapun diantara kiat-kiat untuk menumbuhkan literasi yaitu, mengalokasikan dana khusus untuk membeli buku atau mengakses jurnal, mengalokasikan waktu khusus untuk membaca buku dan jurnal, dan menyingkirkan gadget (aktifitas media sosial) saat menjelang tidur dan menggantinya dengan membaca buku atau jurna; k. Sabar dalam Belajar Mahasiswa Uhamka diharapkan punya sifat sabar dalam belajar. Belajar tidak dilalui dengan mudah, kadang harus dengan hidup prihatin, dan memahami keterbatasan orang tua. Mahasiswa harus menahan kemewahan untuk mendapatkan ilmu. l. Tawadhu dan Tidak Merasa Jemawa dengan Ilmu yang Dimiliki Seorang mahasiswa tidak boleh merasa sombong dengan ilmu yang sudah diraih. Sikap yang tawadhu adalah tidak meremehkan orang lain, tidak merasa dirinya yang paling pintar, mendengarkan penjelasan orang sampai selesai dan siap menerima masukan. 45 m. Jujur dalam Menuntut Ilmu Adab jujur dalam menuntut ilmu bagi mahasiswa Uhamka di antaranya adalah harus jujur dalam menyebutkan sumber ilmu atau asal kutipan, tidak mencontek atau melakukan kecurangan, dan tidak melakukan plagiasi. Adab Mahasiswa Kepada Dosen Adapun adab-adab mahasiswa Uhamka kepada dosen adalah sebagai berikut: a. Berbaik Sangka kepada Dosen Mahasiswa sudah selayaknya berbaik sangka pada dosen. Jika ada sikap tegas dosen kepadamu, berbaik sangkalah. Bisa jadi dengan kebijakannya, ia melakukannya untuk membantumu faham dan sukses dalam studimu. b. Tidak Membicarakan Kekurangan Dosen Mahasiswa tidak diperkenankan untuk membicarakan kekuarangan dosen. Apabila ada kekurangan dan kesalahan dosen, bisa disampaikan dengan adab yang baik. c. Tawaduk Mahasiswa sudah selayaknya bersikap tawaduk atau sikap penuh penghormatan kepada dosen sebagaimana keteladanan oleh para ulama atau ilmuan terdahulu terhadap guru mereka. d. Senantiasa Mendoakan Dosen Mahasiswa yang baik senantiasa mendoakan dosennya, karena dosen sudah menjadi pendamping atau fasilitator untuk memperoleh ilmu. e. Menghargai Dosen atas Ilmu yang Diberikan Sepanjang Waktu Semua orang yang mengajarkan ilmu kepada kita 46 adalah guru atau dosen, tidak pandang itu pada level tinggi atau rendah, bersifat kecil atau besar. Semua guru atau dosen wajib dihormati, bahkan seandainya ilmu itu terasa remeh. Adab Mahasiswa di Kelas Perkuliahan Adab di dalam kelas penting diperhatikan dan perlu dijaga oleh mahasiswa Uhamka. Adab-adab di kelas perkuliahan yaitu: 1. Mengetuk pintu dan mengucapkan salam ketika akan masuk kelas 2. Berkomunikasi secara baik dengan dosen ketika di kelas, misalnya ketika bertanya tentang sesuatu materi yang tidak dipahaminya. 3. Meminta izin terlebih dahulu ketika ada suatu kebutuhan misalnya akan keluar pergi ke toilet 4. Berbicara dengan Bahasa yang benar dan mudah dipahami, misalnya jika ada diskusi Bersama tentang materi tertentu 5. Mendengarkan dengan tenang apa yang disampaikan oleh dosen di kelas 6. Berlapang dada ketika terjadi perbedaan pendapat selama proses kegiatan belajar mengajar 7. Mencatat atau menyimpan semua materi yang telah diajarkan oleh dosen 8. Menjaga kondisi kelas dengan nyaman dan tidak membuat keributan di dalamnya 9. Menjaga kebersihan kelas dengan tidak membuang sampah sembarangan atau mencoret dinding kelas 10. Tidak merusak barang-barang yang ada dalam kelas. Adab Mahasiswa Berkomunikasi dengan Dosen Beberapa adab yang perlu diperhatikan dan diamalkan oleh 47 para mahasiswa Uhamka ketika berinteraksi dan berkomunikasi secara langsung maupung lewat HP dengan dosennya: 1. Mengucapkan salam ketika mengirimkan pesan atau telepon 2. Memperkenalkan diri terlebih dahulu secara singkat 3. Menjelaskan secara singkat tujuan pesannya 4. Menggunakan Bahasa yang baik dan sopan ketika menelepon atau mengirimkan pesan 5. Mengirimkan pesan atau menelepon pada waktu jam kerja 6. Menunggu jawaban dosen dengan sabar dan tidak memaksa 7. Mengucapkan terima kasih sudah dibalas pesannya. Adab Mahasiswa dalam Berteman Islam juga memandang teman sebagai hal yang krusial dalam kehidupan. Teman berpotensi menentukan akhlak dan juga arah hidup seorang mahasiswa. Sebagaimana Rasulullah saw bersabda: “seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian (HR Abu Daud No. 4833; Tirmidzi No. 2378; dan Ahmad, 2:344)” Adapun adab-adab berteman yang perlu diperhatikan mahasiswa Uhamka adalah: 1. Mencari Teman yang Baik Teman merupakan factor penting untuk menunjang kesuksesan mahasiswa dalam belajar. Maka, memilih teman yang baik adalah keniscayaan. 2. Setia Kawan Kesetiaan kepada kawan adalah amanat. Teman yang baik akan bersikap setia kawan. Sungguh bersahabat dengan orang-orang yang saleh adalah nimat yang sangat besar. 3. Saling meringankan Mahasiswa yang berakhlak mulia adalah mahasiswa 48 yang senantiasa menolong atau meringankan beban yang menimpa kawan lain. 4. Tidak melakukan Perundungan atau Bullying Perundungan adalah perilaku atau tindakan agresif yang melibatkan ketidakseimbangan kekuatan sehingga merugikan atau menyakiti orang lain. Perundungan bisa berupa fisik, verbal, maupun sosial. 5. Tidak Melakukan Body Shaming Body Shoming adalah perilaku mengkritik atau menghormati fisik atau tubuh diri sendiri maupun orang lain dengan cara yang negative atau komentar terhadap tubuh yang sifatnya seksual. Mengejek tubuh gendut, kurus, pendek, atau tinggi itu sama seperti saat anda melakukan bullying secara verbal. Adab Mahasiswa di Indekos atau Lingkungan Tempat Tinggal Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan hubungan sosial satu dengan lainnya dan tidak bisa hidup sendiri. Untuk itu, agar terjalin hubungan dan komunikasu yang bagus dengan masyarakat di sekeliling tempat tinggalnya, mahasiswa Uhamka perlu memperhatikan adab-adab kehidupan atau keseharian selama tinggal di masyarakat. Adab-adab ini sekaligus menjaga nama baik almamater, yaitu: 1. Membayar sewa kamar atau rumah tepat waktu 2. Menjaga kebersihan setiap saat di kamarnya 3. Tidak membawa Wanita/pria yang bukan mahramnya 4. Tidak berjudi dan tidak minum keras di kamar atau rumah 5. Menghindari Rokok dan Narkoba 6. Menjaga peralatan kamar atau rumah dengan sebaik-baiknya 7. Tidak membuat gaduh lingkungan selama di indekos 49 8. Menaati semua peraturan yang dibuat oleh pemilik indekos 9. Menjaga nama baik almamater 10. Mengenalkan almamater kepada lingkungan sekitar 50 MATERI KEEMPAT: IBADAH SESUAI TUNTUNAN RASULULLAH 52 IBADAH SESUAI TUNTUNAN RASULULLAH “Prinsip utama ibadah ada 2 yakni ikhlas dan ittiba’. Ikhlas berarti tujuan ibadah hanyalah mengharap pahala, ridha dan balasa dari Allah Swt. Tanpa ikhlas ibadah akan sia-sia karena tersesat dari tujuan utamanya. Itti’ba’ berarti mengikuti cara yang telah diperintahkan Allah Swt dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. Tanpa itti’ba’ yang ada setiap orang akan mengarang cara ibadahnya masing- masing.” Makna Ibadah Makna ibadah adalah gabungan antara ketaatan dan pengagungan kepada Allah Swt. Ketaatan tanpa pengagungan hanyalah bagi budak atau binatang peliharaan yang taat saat diperintah namun tidak pernah memuji pemiliknya. Sedang pengagungan tanpa ketaatan adalah sifat penjilat. Maka, ibadah kepada Allah Swt adalah dengan cara memuji-Nya, membesarkan nama-Nya, mentaati perintahnya, dan menjauhi larangan-Nya. Sumber Hukum Ibadah Sumber hukum ibadah adalah al-Quran dan Sunnah. Al-Quran adalah firmah Allah Swt yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw dan sunnah adalah segala yang diajarkan dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw kepada ummatnya. Akal bukanlah sumber melainkan alat baca. Akal setiap orang berbeda pada pengalaman hidup dan bacaanya. Tradisi dan budaya masyarakat bukanlah sumber ibadah karena setiap suku, bangsa, dan daerah punya perbedaan tradisi dan budaya masing-masing. Tradisi dan budaya tidak bisa menjadi ibadah, namun ibadah bisa menjadi tradisi dan budaya manakala dilakukan bersama dalam waktu yang lama. Ulama bukanlah sumber tapi tempat belajar, dari mereka kita belajar al-Quran dan Sunnah. Tahukan kita bahwa Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’I dan Imam Hambali sebagai penghulu mazhab mereka memiliki ikatan guru dan murid. Dan mereka sepakat pada satu kata, “Jika hadis itu Shahih, maka itulah mazhabku.” Urgensi Ibadah Ibadah adalah wajib dilakukan bagi setiap manusia setidaknya dengan 4 alasan; 1. Manusia adalah ciptaan, maka setiap ciptaan pasti menghamba pada penciptanya. Sebagaimana setiap benda yang dibuat manusia, pasti harus tunduk pada pembuatnya. 2. Manusia adalah makhluk yang lemah, sering mengeluh dan merasa kurang, karenanya ibadah adalah cara terbaik untuk meminta solusi dan kekuatan dari yang Maha Kaya dan Maha Kuasa, Allah Swt. 3. Manusia butuh pedoman hidup untuk menjawab pertanyaan dari mana, kenapa, bagaimana dan untuk pada sebenarnya hidup. Dan dengan ibadah sesuai perintah Allah Swt maka ia akan mendapatkan pedoman dan jawaban dari apa yang ia cari. 4. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa memenuhi kebutuhannya secara mandiri selalu akan butuh orang lain. Dengan ibadah seseorang akan faham bahwa mereka harus berjamaah, saling membutuhkan, saling melengkapi, tidak saling menjatuhkan, dan tujuan utama mereka adalah sama yakni mengharap pahala, balasan dan ridha Allah Swt. Prinsip Ibadah Prinsip utama ibadah ada 2 yakni ikhlas dan ittiba’. Ikhlas berarti tujuan ibadah hanyalah mengharap pahala, ridha dan balasa dari Allah Swt. Tanpa ikhlas ibadah akan sia-sia karena tersesat dari tujuan utamanya. Itti’ba’ berarti mengikuti cara yang telah diperintahkan Allah Swt dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. Tanpa itti’ba’ yang ada setiap orang akan mengarang cara ibadahnya masing-masing. Padahal setiap yang baik bagi seseorang belum tentu bagi orang lain, dan setiap yang baik belum tentu benar. Maka yang baik dan benar pasti dari sumber aslinya yaknni al-Quran dan Sunnah. Ketahuilah, jika sebuah pekerjaan tak menghasilkan apa yang diminta, maka 2 sebabnya; pertama, salah atau tidak jelas tujuannya dan kedua, salah cara meraihnya. Tertolaknya Syirik dan Bid’ah dalam Ibadah Syirik dalam ibadah adalah dengan menujukan ibadah tidak untuk mencari pahala, balasan dan ridha Allah Swt. Syirik dalam ibadah yang paling ringan adalah riya’, mencari perhatian manusia agar dipuji dan diperhatikan. Sedang syirik dalam ibadah yang besar adalah dengan cara meminta, menyembah, memohon untuk kebaikan hidup, atau meyakini hadirnya baik dan buruk kepada makhluk Allah seperti benda-benda keramat, binatang, kuburan, orang besar seperti pahlawan dan ulama, dan sebagainya. Semuanya tidak akan bermanfaat dan tertolak karena memang yang berhak disembah dan mampu memberik kebaikan dan keburukan bagi hidup manusia hanyalah penciptaNya bukan makhluknya. Bid’ah dalam ibadah adalah membuat suatu amalan, tindakan, perkataan, bacaan, sebagai bagian dari ibadah kepada Allah Swt padahal tidak ada perintah dari Allah Swt maupun contohnya dari Nabi Muhammas Saw. Bid’ah adalah bentuk kebodohan manusia yang kadang menganggap prasangka yang baik sebagai yang benar. Padahal setiap prasangka tergantung pada pengalaman hidup dan pengetahuan yang diperolehnya. Karenanya bid’ah sering muncul dengan tradisi atau budaya yang dianggap sebagai ibadah. Bid’ah pasti tidak bermanfaat, sia-sia, tidak berpahala, dan tertolak. Karena seorang pembantu yang terlihat rajin namun melakukan tindakan yang tidak diperintah oleh majikannya justru menghasilkan kemarahan dari majikannya. Kenapa Ada Perbedaan Antar Ulama? Ulama adalah manusia sebagaimana umumnya. Mereka dimuliakan karena ilmunya bukan nasab keturunannya, bukan pula harta yang dimilikinya. Namun demikian sering muncul perbedaan diantara mereka yang disebabkan antara lain: 1. Penguasaan ilmu yang berbeda sebab apa yang kita tahu belum tentu orang lain tahu, dan apa yang orang lain tahu belum tentu kita pun tahu 2. Riwayat Nabi yang berbeda sebab solusi yang diberikan oleh Nabi Muhammad Saw kadang sesuai kemampuan dan kebutuhan penanya 3. Bacaan, guru atau buku yang berbeda sebab pengetahuan tergantung pada sumbernya 4. Letak geografis yang berbeda sebab bagi yang hidup di tanah padang pasir lebih sering membahas tayamum dari pada mereka yang hidup disamping sumber air 5. Keilmuan yang bebeda sebab dokter lebih faham tentang kesehatan dari pada bentuk bangunan 6. Pengalaman sosial yang berbeda sebab yang kaya akan lebih sering membahas seringnya syukur dan sedekah sedang yang kurang mampu lebih sering membahas sabar dan qanaah Perbedaan Yang Tidak Boleh Hakekat perbedaan akal dan pengalaman hidup adalah keniscayaan, namun kesatuan sumber pada al-Quran dan sunnah adalah keharusan. Namun demkian, ada perbedaan yang harusnya tidak dimunculkan. 1. Berbeda disebabkan berbeda suku, bangsa, dan tradisi sebab semua itu adalah budaya hasil akal manusia yang pasti berbeda. Karenanya belajarlah memisahkan mana budaya dan mana agama. 2. Berbeda disebabkan berbeda lembaga dan organisasi sebab sebab lembaga dan organisasi adalah alat perjuangan dalam dakwah bukan tujuan dari dakwah 3. Berbeda disebabkan kebencian pada kaum tertentu sebab dakwah Islam adalah menebar rahmah bukan menebar kebencian 4. Berbeda disebabkan menentang syariat. Berbeda boleh tapi jangan berlawanan, sebab berbeda tidak selalu berlawanan. Bagaimana Sikap Dalam Perbedaan? Pada masyarakat awam sangat mungkin muncul perbedaan. Maka perlu sikap yang baik dan benar dalam menghadapinya. Jangan membencinya, menyalahkannya, dan juga menjauhinya, tapi cobalah sadari. 1. Bisa jadi dia tahu apa yang tidak kita tahu, maka belajarlah darinya. 2. Bisa jadi dia tidak tahu apa yang kita tahu, maka ajarilah ia. 3. Bisa jadi dia sakit dan berkekurangan sehingga amalnya berbeda, maka milikilah empati padanya. 4. Bisa jadi dia bernada tinggi karena tradisi, maka dengarkanlah dan belajar senyum padanya. 5. Bisa jadi terlihat dia menjauhimu, meski kenyataannya kau yang menjauhinya. Maka belajarlah untuk mendekat. 6. Dakwah adalah mengajar bukan mengejek, merangkul bukan memukul, ramah bukan marah. Pentingnya Akhlak Dalam Ibadah Akhlak adalah tentang menghadirkan keterbaikan. Akhlak dalam ibadah adalah dengan menyiapkan waktu terbaik, pakaian terbaik, tempat terbaik, dan kondisi terbaik untuk beribadah. Jangan merasa berat dalam ibadah sebab ia bukan beban. Jangan ibadah sekedarnya sebab ia bukanlah sekedar kewajiban. Lakukan hal terbaik dalam ibadah sebab ia kebutuhan. Sebab siapa melaksanakan amal dan usaha terbaik ia akan mendapat hasil terbaik. Jika merasa berat dalam beribadah maka mulailah dari yang ringan dan mudah karena agama hadir untuk memudahkan bukan memberatkan. Jika merasa ibadah tak memiliki arti buatlah tujuan pada setiap ibadah. Sebab, berjalan tanpa tujuan akan jauh rasanya sedang jalan dengan tujuan tempat yang indah akan berarti setiap langkahnya. TATA CARA THAHARAH DAN SHALAT SESUAI AL- QURAN DAN SUNNAH Syarat Diterimanya Ibadah Ibadah dari bahasa arab ‫ عبد‬yang berarti melakukan penghambaan kepada Allah Swt. Ibadah dilakukan dengan dua syarat utama yakni ikhlas dan ittiba’. Ikhlas berarti bahwa ibadah hanya dilakukan karena mengharap pahala dan ridha dari Allah Swt. Ittiba’ berarti bahwa ibadah hanya dilakukan mengikuti apa yang diperintahkan oleh Allah Swt dan dicontohkan olah Nabi Muhammad Saw. Thaharah Thaharah memiliki makna bersuci dari hadas dan najis, baik tempat, badan maupun pakaian. Hadas dibagi menjadi dua, hadas kecil dan hadas besar. Hadas kecil dapat dihilangkan dengan wudhu, sedangkan hadas besar hanya bisa dihilangkan dengan mandi janabah. Baik wudhu maupun mandi janabah, bila tidak dapat dilaksanakan maka bisa digantikan dengan tayamum. Wudhu Baik wudhu dan mandi janabah dilakukan dengan menggunakan air yang bersih dan suci, tidak mengandung kotoran. Wudhu dapat digantikan dengan tayamum apabila tidak ada air, karena sakit atau dalam keadaan darurat. Tata cara berwudhu: 1. Memulai dengan mengucapkan basmalah, (‫الرحِ ِيم‬َّ ‫من‬ ِ ‫الر ْح‬ َّ ِ‫)بِس ِْم هللا‬ serta niat dalam hati untuk membersihkan hadas kecil semata karena Allah Swt 2. Membasuh telapak tangan tiga kali sambil membersihkan sela jari-jari tangan 3. Berkumur sambil menghisap air ke hidung (bila tidak berpuasa) tiga kali. Gunakan telapak tangan kanan dalam memasukkan air ke mulut/hidung. Pada waktu berkumur dianjurkan pula membersihkan gigi baik dengan gosok gigi atau bersiwak 4. Membasuh muka tiga kali sambil mebersihkan kotoran di sudut mata dan jenggot (jika memiliki) 5. Membasuh kedua tangan sampai siku-siku. Mulailah tangan kanan tiga kali lalu tangan kiri tiga kali. 6. Mengusap kepala dengan air tiga kali, mulai dari ubun-ubun dari tengkuk ke ubun-ubun. 7. Membasuh kedua telinga baik bagian luar maupun dalam 8. Membasuh kedua kaki minimal sampai kedua mata kaki. Mulailah dengan kaki kanan tiga kali kemudian kiri tiga kali. Usahakan membersihkan pula sela-sela jari dan kotoran kuku jari-jari kaki 9. Setelah berwudhu kemudian membaca ُ َ َ َ َ ُ ُ َ ً َ ُ َّ ُ ْ ُ َ َ َ َ َ ْ َُّ َّ َ َ َ ْ ُ ْ ‫أش َهد أن لا ِإله ِإلا اّٰلل َوحد ُه لا ش ِر ْيك له َوأش َهد أن محَّمدا ع ْبد ُه َو َر ُس ْوله‬ Mandi Apabila selesai melakukan hubungan seksual (bersetubuh) atau keluar mani karena mimpi atau karena yang lain, atau baru selesai haid/nifas bagi seorang perempuan, maka hal-hal tersebut menyebabkan seseorang hadas besar. Apabila hendak shalat maka diwajibkan mandi besar/jenabat dengan cara sebagai berikut. 1. Mulailah dengan membaca basmalah, sambil berniat karena Allah Swt 2. Membasuh kedua telapak tangan 3. Membasuh kemaluan dan sekitarnya sampai bersih 4. Berwudhu’ 5. Menyiramkan air ke seluruh tubuh sambil membersihkan anggota tubuh. Bagi yang tidak bisa menggunakan air dingin karena rematik atau yang lain, maka airnya dapat dihangatkan terlebih dahulu. Tayamum Tayamum dapat menggantikan wudhu ataupun mandi besar. Cara bertayamum adalah: 1. Membaca basmalah 2. Meletakkan kedua telapak tangan kepada benda atau tempat yang berdebu bersih 3. Kedua telapak tangan tersebut ditiup atau ditapukkan kemudian diusapkan ke muka 4. Tangan kiri mengusap punggung telapak tagan kanan, dan sebaiknya dan sebaiknya tangan kanan mengusap punggung tanga kiri Shalat a. Berdiri 1. Mulailah dengan berdiri menghadap kiblat, merenggangkan kaki selebar bahu kemudian bertakbir 2. Takbir dilakukan dengan mengucapkan ‫ هللا أكبر‬dan mengangkat tangan sejajar bahu dan jari sejajar telinga 3. Kemudian bersedekap dengan meletakkan telapak tangan kanan di atas pergelangan tangan kiri dan kedua tangan diletakkan diatas dada 4. Setelah sempurna bersedekap kemudian membaca doa iftitah, kemudian al-fatihah, dan membaca surat dari al-Quran. 5. Adapun doa iftitah yang dibaca yakni: ْ َ َ ْ َ ََْ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َََْ ْ َُّ ،‫المغ ِر ِب‬‫المش ِر ِق و‬ ‫ كما باعدت بين‬،‫َّللا َب ِاعد َب ْي ِني وبين خطاياي‬ َ َ َ ُ َ َ ََ َ َ َ ََ َ َ َ َُّ ،‫ايا كما ُينقى الث ْو ُب الأ ْب َيض ِم َن الدن ِس‬ ‫َّللا ن ِق ِني ِمن الخط‬ ََ َْ َ ْ َ َ َ َ ْ ْ َ َُّ ِ‫اياي ِبالم ِاء َوالثل ِج َوالبرد‬ ‫َّللا اغ ِسل خط‬ “Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau telah menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah kesalahanku sebagaimana pakaian yang putih disucikan dari kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan air, salju, dan air dingin” (HR.Bukhari Muslim) Atau membaca: َ َ َ ْ ْ َ ً َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ ُ ْ َ َ ‫ ِإن‬،‫ َو َما أنا ِم َن ال ُمش ِر ِكين‬،‫ات َوالأ ْرض ح ِنيفا‬ ِ ‫وجهت وج ِه َي ِلل ِذي فط َر السماو‬ ُ ُ ْ َ َ َ َُ َ َ َ َ َ َْ َ ََ َ َْ َ َ ُ َ َ ‫ و ِبذ ِلك أ ِمرت‬،‫ لا ش ِريك له‬،‫ّٰلل َر ِب العال ِمين‬ ِ ِ ‫ َوَم ِاتي‬،‫اي‬ ‫ ومحي‬،‫ َون ُس ِكي‬،‫صل ِاتي‬ َ َ َ َ ْ َ ََ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ََ َ ُ َْ َ ْ َ ُ َ ،‫ وأنا عبدك‬،‫ َّللا أنت الم ِلك لا ِإله ِإلا أنت أنت ر ِبي‬،‫َوأنا ِمن المس ِل ِمين‬ َ ْ ُ َ َ ُُ ْ ََُ ً َ ُُ ْ َ ْ َ ُ ََْْ َ َْ ُ ْ َ َ ‫وب ِإلا‬ ‫ ِإنه لا َيغ ِف ُر الذن‬،‫وبي ج ِميعا‬ ‫ن‬‫ذ‬ ‫ي‬ ‫ل‬ِ ْ ‫اغف‬ ‫ر‬ ِ ‫ف‬ ،‫ي‬‫ب‬ ‫ن‬ ‫ذ‬ ‫ب‬ ‫ت‬ ‫ف‬ ‫ر‬ ‫ت‬ ‫اع‬ ‫و‬ ،‫ي‬ ‫س‬ ِ ‫ظلمت ن‬ ‫ف‬ ِ ِ ِ َ َ َ ْ ْ َ َ ْ َ َ َ َْ ْ َ َ َ َْ ْ َ َْ ْ َ َ ْ ‫ واص ِرف ع ِني‬،‫دني ِلأحس ِن الأخل ِاق لا يه ِدي ِلأحس ِنها ِإلا أنت‬ ِ ِ ‫ واه‬،‫أنت‬ ْ َ َ َ َ ُُ ُ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ُ ْ َ َ ،‫ لب ْيك َو َسعد ْيك َوالخ ْي ُر كله ِفي َيد ْيك‬،‫َس ِيئ َها لا َيص ِرف ع ِني َس ِيئ َها ِإلا أنت‬ َ َ َ َ َْ ُ ُ َ َ ُ ْ َ ْ َ َْ ََ َ َ ْ َ َ َ َ َْ َ َ َ َ َْ َ َْ ُ َ َ ‫ أستغ ِفرك وأتوب ِإليك‬،‫ تباركت وتعاليت‬،‫ أنا ِبك و ِإليك‬،‫والشر ليس ِإليك‬ “Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang Maha Pencipta langit dan bumi sebagai muslim yang ikhlas dan aku bukan termasuk orang yang musyrik. Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagiNya. Oleh karena itu aku patuh kepada perintahNya, dan aku termasuk orang yang aku berserah diri. Ya Allah, Engkaulah Maha Penguasa. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau dan Maha Terpuji. Engkaulah Tuhanku dan aku adalah hambaMu. Aku telah menzhalimi diriku sendiri dan akui dosa- dosaku. Karena itu ampunilah dosa-dosaku semuanya. Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni segala dosa melainkan Engkau. Tunjukilah aku akhlak yang paling terbaik. Tidak ada yang dapat menunjukkannya melainkan hanya Engkau. Jauhkanlah akhlak yang buruk dariku, karena sesungguhnya tidak ada yang sanggup menjauhkannya melainkan hanya Engkau. Aka aku patuhi segala perintah-Mu, dan akan aku tolong agama-Mu. Segala kebaikan berada di tangan-Mu. Sedangkan keburukan tidak datang dari Mu. Orang yang tidak tersesat hanyalah orang yang Engkau beri petunjuk. Aku berpegang teguh dengan-Mu dan kepada-Mu. Tidak ada keberhasilan dan jalan keluar kecuali dari Mu. Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi. Kumohon ampunan dariMu dan aku bertobat kepadaMu” (HR. Muslim) b. Rukuk 1. Setelah selesai membaca surat saat berdiri kemudian bertakbir dengan untuk rukuk 2. Rukuk dilakukan dengan membungkukkan punggung kedepan rata dengan leher dan kepala serta meletakkan telapak tangan di lutut kemudian membaca: ْ َ َُّ َ ْ َ َ َ َ َ َ َُّ َ َ ‫َّللا اغ ِف ْرِلي‬ ‫ُس ْبحانك ََّللا ربنا و ِبحم ِدك‬ “Mahasuci Engkau, ya Allah, wahai Rabb kami! Dan segala pujian bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku!”(Bukhari Muslim). Atau membaca: َْ َ َ ‫ُس ْبحان َر ِب َي الع ِظ ْي ِم‬ َْ َ َ ‫ُس ْبحان َر ِب َي الع ِظ ْي ِم‬ َْ َ َ ‫ُس ْبحان َر ِب َي الع ِظ ْي ِم‬ “Mahasuci Rabbku Yang Maha Agung.” Atau membaca: َ َ ‫الر ْو ِح‬ ْ ‫ُس ُب ْو ٌح ُق ُد ْو ٌس َر ُب‬ ُ ‫الملائك ِة َو‬ ِ “Mahasuci Dia dari segala kejelekan, Maha Memberi berkah, Rabb para malaikat dan ruh. (HR. Muslim) 3. Setelah selesai membaca kemudian melakukan ‘itidal dengan berdiri dengan mengangkat tangan sebagaimana bertakbir dengan membaca: ‫سمع اّٰلل لمن حمده‬ Kemudian membaca ُ َْ َ َ َ َ ‫َربنا َولك الح ْمد‬ “Wahai Rabb kami, hanya untukmulah segala pujian.” (HR. al- Bukhari dan Muslim) Atau membaca: ْ ً َ ُ َ ًْ َ ً ْ َ ُ َ ْ َ َ َ َ ِ‫َربنا َولك الح ْمد حمدا ك ِثيرا ط ِي ًبا مب َاركا ِفيه‬ “Ya Tuhan kami, (hanya) untukMu lah (segala) pujian yang banyak, baik, dan diberkahi padanya”. Atau membaca: ْ َ ْ ْ ْ َ َ َ َ ُ ْ َ َ ْ ‫ات َو ِمل َء الأ ْر ِض َو ِمل َء َما ِشئت ِم ْن ش ْي ٍء َبعد‬ َ ‫ك ال َح ْم ُد م ْل َء‬ َ ‫الس َم‬ ‫او‬ َُّ ‫َّللا َربنا ل‬ َ ِ ِ c. Sujud 1. Setelah melakukan I’tidal kemudian bersujud dengan mendahulukan lutut sampai ke lantai kemudian tangan, tanpa mengangkat tangan sebagaimana bertakbir terlebih dahulu 2. Posisi sujud wajah menghadap ke lantai dengan 7 anggota badan yang menyentuh lantai yakni dahi, 2 telapak tangan, 2 lutut, dan 2 telapak kaki yang meng hadap ke depan 3. Setelah sempurna posisi sujud kemudian membaca: ْ َ َُّ َ ْ َ َ َ َ َ َ َُّ َ َ ‫َّللا اغ ِف ْرِلي‬ ‫ُس ْبحانك ََّللا ربنا و ِبحم ِدك‬ “Mahasuci Engkau, ya Allah, wahai Rabb kami! Dan segala pujian bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku!”(Bukhari Muslim). Atau membaca: َ ْ َ ْ َ َ ‫ُس ْبحان َر ِب َي الاعلي‬ َ ْ َ ْ َ َ ‫ُس ْبحان َر ِب َي الاعلي‬ َ ْ َ ْ َ َ ‫ُس ْبحان َر ِب َي الاعلي‬ Atau membaca: َ َ ‫الر ْو ِح‬ ْ ‫ُس ُب ْو ٌح ُق ُد ْو ٌس َر ُب‬ ُ ‫الملائك ِة َو‬ ِ “Mahasuci Dia dari segala kejelekan, Maha Memberi berkah, Rabb para malaikat dan ruh. (HR. Muslim) d. Duduk diantara dua Sujud 1. Setelah selesai membaca bacaan sujud kemudian duduk dengan bersandar pada kaki kiri dan telapak kaki kanan dalam posisi berdiri menghadap ke depan kemudia membaca: ُْ ‫دنى َو ْارزق ِنى‬ ْ َ ُْ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ْ َ ُّ َ ِ ِ ‫َّللا اغ ِفرِلى وارحم ِنى واجب ِرنى واه‬ “Ya Allah ampunilah aku, kasihanilah aku, cukupilah aku, tunjukilah aku, dan berilah rizki untukku”. 2. Kemudian kembali bersujud sebagaimana posisi sujud dan bacaan sujud di atas. 3. Setelah sujud kedua, jika dalam posisi rakaat pertama atau ketiga yang bukan terakhir maka dilanjutkan berdiri sebagaimana awal rakaat shalat. 4. jika setelah sujud kedua adalah posisi rakaat kedua dan/atau terakhir maka dilanjutkan dengan duduk tahiyat

Use Quizgecko on...
Browser
Browser