Catatan Kelas Adab wal Akhlaq #1 PDF
Document Details
Uploaded by SensibleRetinalite7378
President University
Ustadz Rosyid Abu Rosyidah M.Ag.
Tags
Summary
Ini adalah catatan kelas tentang adab dan akhlak. Materi ini menekankan pentingnya niat ikhlas dan memperhatikan adab dan akhlak dalam menuntut ilmu. Penulis membahas mengikhlaskan niat dan pentingnya keikhlasan dalam mencari ilmu.
Full Transcript
Catatan Kelas Adab wal Akhlaq Adab wal Akhlaq #1 Pemateri Ustadz Rosyid Abu Rosyidah M.Ag. Hafizhahullahu ta’ala Tanggal Kelas Sabtu, 14 Januari 2022/22 Jumada Al-Akhirah 1444 H Waktu Kela...
Catatan Kelas Adab wal Akhlaq Adab wal Akhlaq #1 Pemateri Ustadz Rosyid Abu Rosyidah M.Ag. Hafizhahullahu ta’ala Tanggal Kelas Sabtu, 14 Januari 2022/22 Jumada Al-Akhirah 1444 H Waktu Kelas 05.30-07.00 WIB Referensi kitab: Kitab Minhajul Muslim Kitab Khulashoh Ta’dzimil 'Ilm Mengikhlaskan Niat, Membulatkan Tekad, dan Meninggalkan Maksiat Para ulama mendahulukan mempelajari adab sebelum ilmu. Makhlad Ibnul Husain berkata kepada Ibnul Mubarok, “Kita ini lebih butuh banyak adab dibandingkan banyak hadits.” Karena hati yang salim lebih mudah menerima hadits. Syaikh ibnul Mubarak berkata "Kami belajar adab 30 tahun, sedang Kami belajar ilmu 20 tahun.” Tidak layak seorang penuntut ilmu menomor sekiankan akhlaq, seakan-akan kita meremehkan tujuan utama Rasulullah diutus ke muka bumi sebagaimana dalam hadits, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.” Rusaknya akhlaq bisa merusak amal sebagaimana madu menjadi rusak karena cuka. Ketika amal banyak, namun akhlaq buruk, maka amalan ini bisa rusak. Sebagaimana dalam hadits” berikut: “Sesungguhnya Fulanah melakukan ibadah malam dengan rutin, ia juga bersedekah tapi ia menyakiti tetangga-tetangga dengan mulutnya.” Rasulullah kemudian menjawab, “Ia tak punya kebaikan sama sekali. Dia termasuk ahli neraka.” “Ada tiga kelompok yang shalatnya tidak terangkat walau hanya sejengkal di atas kepalanya (tidak diterima oleh Allah). Orang yg mengimami sebuah kaum tetapi kaum itu membencinya. Istri yang tidur sementara suaminya sedang marah kepadanya. Dua saudara yang saling mendiamkan (memutuskan hubungan).” Mengikhlaskan Niat Mengikhlaskan niat adalah salah satu syarat diterimanya amalan. keikhlasanlah yang akan memudahkan kita untuk mengerjakan amalan. Dengan niat, amalan akan terasa ringan sebagaimana tholabul ilmi akan mudah menuntut ilmu walau ada kuis, biaya, dll. “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5) Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim) Dahulu, para ulama tidaklah dalam melakukan kebaikan melainkan didasari dengan ikhlasnya hati kepada Allah termasuk ketika mereka rihlah menuntut ilmu selama 1 bulan demi 1 hadits. Itu selalu didasari dengan akhlaq dan niat. Banyaknya ilmu yang didapatkan tergantung dengan banyaknya kadar keikhlasan. Para ulama menjelaskan, keikhlasan dalam menuntut ilmu bisa dibagi menjadi 4 hal: 1. Berniat untuk raf’ul jahalah (mengangkat kebodohan dalam dirinya) Ia berusaha mengangkat kebodohan pada dirinya dengan mengetahui apa yang Allah wajibkan kepada dirinya dan sesuai dengan kadar prioritas. Jika bodoh dalam fiqh ibadah maka belajarlah dalam hal fiqh ibadah. Belajar bukan sekadar ingin mempunyai syahadah, namun niat yang pertama adalah belajar apa yang kita tidak tahu. 2. Mengangkat kebodohan dalam diri orang lain Setelah kita tahu, kita mengajari dan membimbing orang lain. Kebaikan tidak berhenti di kita. 3. Menyebarkan dan menjaga ilmu agar tidak hilang Jika kita tidak menjaga ilmu maka kita menjadi tidak mulia. Seorang penuntut ilmu itu adalah seseorang yang mulia. Kita juga akan terancam kehilangan para ulama (pewaris nabi), orang-orang yang memiliki ilmu. Kita berhutang kepada para ulama, berupa hutang karena keberadaan mereka kita tidak terkena dosa & azab. Ilmu secara hukum wajib terbagi 2: Fardhu ‘Ain: wajib tahu tentang sholat, puasa Fardhu Kifayah: ilmu waris, jenazah. Dengan adanya ulama yang menguasai ilmu fardhu kifayah, kita menjadi tidak berdosa. 4. Mengamalkan diri Meniatkan agar ilmu bisa diamalkan dalam kesehariannya. para penuntut ilmu mereka khawatir jika niat ikhlasnya hilang. mereka berusaha tidak mengatakan “Saya telah ikhlas” karena takut perkataan tersebut menjadi sebab dirinya tidak ikhlas. Imam Ahmad bin Hambal pernah ditanya, “Apakah engkau menuntut ilmu karena Allah?” Imam Ahmad kemudian menjawab, “Karena Allah? Itu berat. Niat karena Allah itu sesuatu yang berat. Dikarenakan aku cinta pada ilmu, maka Aku mempelajarinya.” Beliau ikhlas, namun tidak mudah mengatakan “iya, saya ikhlas”, namun dengan berkata aku cinta pada ilmu, Aku mempelajarinya. Sufyan Atsauri juga berkata bahwa niat adalah sesuatu yang sulit dijaga. Karena ia mudah berubah-ubah. Terkadang kita bisa ikhlas di hadapan keluarga, namun tak bisa ikhlas di hadapan teman. Menjaga keikhlasan itu lebih berat dibandingkan dengan amal itu sendiri. “Mengikhlaskan niat lebih berat bagi orang yang melakukannya dibandingkan dengan panjangnya ibadah” Membulatkan Tekad (semangat juang) Semangat juang tidak akan kita peroleh kecuali dengan 3 hal: 1. Bertekad kuat dalam hal-hal yang bermanfaat (pahami skala prioritas) 2. Semangat juang akan timbul dengan pertolongan Allah. 3. Tidak mudah menyerah ditandai dengan tidak mudah mengeluh Tiga hal tersebut adalah rangkuman dari hadits nabi, “Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah,” (HR. Muslim) Imam Ahmad bin Hambal berangkat menuntut ilmu sebelum subuh hingga ibunda beliau khawatir. “Tunggu sampai adzan subuh berkumandang.” Kisah Imam Khatib al-baghdadi beliau mempelajari shahih bukhari. Beliau membacakan shahih Bukhari pada gurunya untuk mendapatkan sanad. Ia disimak oleh gurunya. Beliau membaca shahih Bukhari hanya dalam 3 majelis ilmu. Seseorang harus bakoh atau kuat bukan malah sering membuat-buat alasan. Meninggalkan Maksiat Maksiat disebabkan karena Syahwat dan Syubhat. Maksiat membuat ilmu susah untuk masuk ke dalam hati. Barangsiapa ingin hatinya mudah menerima, menghafal ilmu maka bersihkan diri dari syubhat dan syahwat. Seseorang penuntut ilmu tidak mudah memberikan self reward untuk dirinya sendiri, tahan hawa nafsu. Dia boleh mendapatkan self reward ketika targetnya terpenuhi. “Sesungguhnya Allah Ta’ala benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memiliki shabwah.” (HR. Ahmad) Shabwah adalah tidak mudah memperturutkan hawa nafsu. Ketika punya keinginan mudah untuk ditekan. Salah satu yang harus diperhatikan adalah bagaimana kita menjaga hati. Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim no. 2564) Adab terhadap diri sendiri Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi rahimahullah. Adab terhadap diri sendiri ada 4 hal: 1. Taubat Seorang penuntut ilmu tidak ada hari tanpa taubat 2. Muhasabah Apa yang belum saya lakukan? Hari ini saya kurang apa? 3. Muraqabah Senantiasa mendekatkan diri kepada Allah. termasuk ke dalam muraqabah adalah bagaimana kita perhatian terhadap kualitas ibadah. Taqarrub adalah dengan ibadah. Penuntut ilmu tidak hanya fokus belajar, namun juga ibadah. Jika ada materi mengenai ibadah, maka langsung ia amalkan. ia akan merasa senantiasa diawasi oleh Allah. Ketika maksiat malu dengan Allah. 4. Mujahadah (Sungguh-Sungguh) Ia harus benar-benar memaksimalkan tenaga yang dimiliki untuk ilmu.