Menghilangkan Najis bagi Orang yang Sedang Sholat PDF
Document Details
Uploaded by Deleted User
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2024
Bintang Risky Andono, Muhammad Liwa ulhan, Ahmad Maulana Hasim, Ahmad Zakariyya Maufiq, Muhammad ‘Aunurrafiq Abdullah
Tags
Summary
This document is a research paper about removing najis for people praying during Islamic rituals. It was written as part of university studies at UIN Syarif Hidayatullah Jakarta in 1445 H/2024M. This paper discusses the definitions, types, and implications of najis in Islamic practices.
Full Transcript
Menghilangkan Najis bagi Orang yang Sedang Sholat Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Muqaranah Mazhahib Fi Al Ibadat Dosen Pengampu: Dr. Ahmad Sudirman Abbas M.Ag. Disusun oleh: Bintang Risky Andono 112304300000...
Menghilangkan Najis bagi Orang yang Sedang Sholat Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Muqaranah Mazhahib Fi Al Ibadat Dosen Pengampu: Dr. Ahmad Sudirman Abbas M.Ag. Disusun oleh: Bintang Risky Andono 11230430000016 Muhammad Liwa ulhan 11230430000029 Ahmad Maulana Hasim 11230430000036 Ahmad Zakariyya Maufiq 11230430000038 Muhammad ‘Aunurrafiq Abdullah 11230430000115 PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 1445 H/2024M KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad sebagai pedoman utama dalam agama Islam yang berisi tentang akidah, fikih dan mua’malat sehingga umat manusia yang diciptakan dengan akal pikiran dapat membedakan hal baik dan buruk serta dapat mengembangkan peradaban manusia hingga saat ini yang tetap berlandaskan ajaran Islam. Sholawat beriringan salam selalu kita junjungkan kepada utusan Allah bagi seluruh alam dunia ini, Nabi Muhammad SAW yang telah membawa ajaran agama Islam kepada umat manusia berlandaskan Al-Qur’an dan Hadis yang menjadi sumber utama dalam ajaran agama Islam. Kami selaku penulis mengucapkan terimakasih kepada kepada Bpk. Ahmad Sudirman Abbas M.Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah Muqaranah Mazhahib Fi Alibadat yang telah memberi kami wawasan tentang perbandingan mazhab dalam fikih ibadah dalam Islam khususnya dalam memahami menghilangkan najis bagi orang yang sedang sholat yang akan kami jadikan sebagai pembahasan utama pada makalah kali ini. Sekian, terimakasih II DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.........................................................................................................II DAFTAR ISI..................................................................................................................... III BAB I.................................................................................................................................1 PENDAHULUAN...............................................................................................................1 A. Latar Belakang........................................................................................................1 B. Rumusan Masalah...................................................................................................1 C. Tujuan.....................................................................................................................1 BAB II...............................................................................................................................2 PEMBAHASAN.................................................................................................................2 A. Definisi Najis...........................................................................................................2 B. Macam - Macam Najis.............................................................................................3 C. Cara Menghilangkan Najis.......................................................................................4 D. Implikasi bagi orang yang sedang Sholat..................................................................5 BAB III..............................................................................................................................8 PENUTUP..........................................................................................................................8 A. Kesimpulan.............................................................................................................8 B. Saran.......................................................................................................................8 DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................9 III BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama Islam sangat menekankan kebersihan dalam kehidupan sehari-hari. Sehubungan itu, setiap muslim diwajibkan membersihkan diri, pakaian dan tempat dari najis. Bersih dan suci dari najis merupakan salah satu syarat sah dalam menunaikan ibadah yang utama seperti sholat,tawaf dan sebagainya. Maka dari itu disini penulis mengangkat temea yang menjelasan mengenai menghilangkan najis bagi orang yang sedang sholat, melihat bagaimana pentingnya kesucian dalam ibadah sholat, termasuk pengertian najis dan pengaruhnya terhadap sahnya sholat. Makalah ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih luas tentang menghilangkan najis bagi orang yang sedang sholat, serta bagaimana implementasi menghilangkan najis dapat meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Kami berharap makalah ini dapat menjadi sumber informasi yang berguna bagi para peneliti, akademisi, dan masyarakat umum yang tertarik dengan tema ini, Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam memahami konteks menghilangkan najis bagi orang yang sedang sholat. B. Rumusan Masalah 1. Definisi Najis 2. Macam - Macam Najis 3. Cara Menghilangkan Najis 4. Implikasi bagi orang yang sedang Sholat C. Tujuan 1. Menjelaskan Definisi Najis 2. Menjelaskan Macam - Macam Najis 3. Menjelaskan Cara Menghilangkan Najis 4. Menerangkan Implikasi bagi orang yang sedang sholat 1 BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Najis وهبة الزحيلي: 1 ص ََلةِ َو ْال ِعبَادَات َّ ِص َّح ِة ال ِ سة ل َ َ َوت َْط ِهير َما أ، يَ ِجب الت َّ َح ُّرز مِ ْن َها،ع َ صابَتْه النَّ َجا َّ ش ْيء م ْستَ ْقذَر بِح ْك ِم ال ِ ش ْر َ النَّ َجا َ سة Najis adalah sesuatu yang menjijikan berdasarkan hukum syar’i. Maka Wajib berhati-hati dari najis, dan membersihkan segala sesuatu yang terkena najis untuk keabsahan solat dan ibadah lainnya. ابن رشد: ستِ ِه َ َومِ ْن َها َما َجا َء النَّ ْهي،ِص ََلة َ ع ْن م ََل َم ِ ب أ َ ِو ْال َمك َّ َان فِي ال ِ ارة َ ْالبَدَ ِن أ َ ِو الثِيَا َ ِي َما يَ ْمنَع َ ط َه َ سة ه َ النَّ َجا 2 ْ ِ أ َ ْو ْالق ْر ب مِ نه kalangan ibnu rusyd berpendapat bahwa: Najis adalah perkara yang mencegah sucinya badan ataupun pakaian, atau tempat di dalam solat. Dan diantara najis adalah perkara yang terdapat larangan untuk menyentuh atau mendekati perkara tersebut. Al-Najasah adalah lawan al-thaharah, najis adalah lawan suci. Najis adalah sebutan bagi benda yang eksistensinya dinilai kotor oleh syara'. Istilah najis dipakai untuk najis hukmi dan hakiki. Dan secara khusus najis hakiki mempunyai istilah al- khabats, sebagaimana najis hukmi mempunyai istilah khusus al-hadats. Kata al-najas merupakan sebutan bagi benda yang eksistensinya oleh syara' dinilai kotor, sedangkan kata al-najis merupakan kata sifat. (Akan tetapi dalam terjemahan ini untuk kedua istilah terakhir digunakan kata najis. Najis dapat dibagi menjadi dua, yaitu najis hakiki dan hukmi. Najis hakiki menurut bahasa adalah sesuatu yang eksistensinya dinilai kotor, seperti darah, air kencing, dan tahi. Sedangkan menurut syara', najis hakiki adalah sesuatu yang eksistensinya dinilai kotor dan dapat menghalangi keabsahan shalat apabila tidak ada keringanan. Najis hukmi adalah suatu kondisi yang diperkirakan terdapat pada anggota badan dan dapat menghalangi keabsahan shalat apabila tidak ada keringanan. Najis ini mencakup hadats kecil yang dihilangkan dengan wudhu dan hadats besar 1 كتاب الفقه اإلسالم وأدلته 2 بداية المجتهد ونهاية المقتصد 2 (janabah) yang dihilangkan dengan mandi. Najis hakiki ada beberapa macam, yaitu mughallazhah dan mukhaffafah, padat dan cair, tampak dan tidak tampak.3 B. Macam - Macam Najis 1. Najis Mukhaffafah yaitu najis ringan Najis mukhaffafah ini adalah najis yang mendapat toleransi dari syara’, sehingga tidak wajib dihilangkan dengan cara dicuci. Contohnya air kencing bayi laki-laki yang belum makan sesuatu kecuali air susuibunya. Jika sang bayi sudah pernah mengonsumsi makanan selain air susu ibu,semisal susu kaleng buatan pabrik atau yang lainnya, maka air kencingnya sudah tidak lagi dikatakan najis ringan, melainkan najis sedang. Lalu, bagaimana dengan air kencing bayi perempuan yang belum makan apa- apaselain air susu ibu? (Ust. Abu Sakhi dalam bukunya Panduan Praktis dan Lengkap menuju Kesempurnaan Salat menjelaskan bahwa hukumnya bukan termasuk najisringan, tetapi najis sedang.) 2. Najis Mutawasithah yaitu najis biasa atau sedang. Contohnya nanah, darah, kotoran yang keluar dari qubul dan dubur manusia atau binatang, minuman keras, darah haid dan nifas, wadi dan madzi, juga bangkai(termasuk tulang dan bulunya). Bangkai manusia, belalang, dan ikan tidak dianggapnajis. Maka menghilangkan zat najis tersebut adalah wajib. Hal itu dianggap belum sempurna sampai hilang rasa, warna, atau bau najis tersebut. Najis Mutawasithah dibagi menjadi dua macam, yaitu: A. Najis 'Ainiyah yaitu najis yang tampak zatnya atau sifatnya seperti warna, bau, danrasanya B. Najis Hukmiah yaitu najis yang tidak tampak zatnya atau sifatnya, seperti air kencing atau arak yang sudah kering 3. Najis Mughallazah yaitu najis berat. Contohnya babi dan air liur anjing. Hal ini berdasarkan Al-Qur'an surat Al- An'aamayat 145. Artinya: Katakanlah, "Tidak kudapati di dalam apa yang diwahyukan kepadakusesuatu yang diharamkan memakannya bagi yang ingin memakannya, kecuali (daging)hewan yang mati (bangkai), darah yang mengalir, daging babi 3 FIKIH THAHARAH KAJIAN BERBAGAI MAZZHAB 3 karena ia najis, atauyang disembelih secara fasik, (yaitu) dengan menyebut (nama) selain Allah. Akantetapi, siapa pun yang terpaksa bukan karena menginginkannya dan tidak melebihi(batas darurat), maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi MahaPenyayang." Adapun tentang najis anjing didasarkan pada hadits berikut. Rasulullah SAW bersabda, "Jika seekor anjing menjilat bejana salah satu daripada kamu sekalian, makahendaknya kamu menuangkan bejana itu (mengosongkan isinya) kemudianmembasuhnya tujuh kali." (HR Muslim)4 C. Cara Menghilangkan Najis Langkah-Langkah / Tatacara untuk mensucikan najis yang berada di tubuh, pakaian, dan tempat berdasarkan jenis dari najis-najis tersebut : 1. Menyucikan Najis dari Tubuh Langkah-langkah : a. Basuh bagian tubuh yang terkena najis dengan air hingga hilang zat, bau, dan warna najis (jika ada). b. Jika najisnya berat, seperti najis anjing atau babi (najis mughalladzah), basuh tujuh kali, salah satunya menggunakan tanah atau debu. إذا ولغ الكلب في إناء أحدكم: فإن النبي صلى هللا عليه وسلم قال،والغسل واجب إذا القت النجاسة البدن 5 فليغسله سبعا إحداهن بالتراب Artinya: "Dan mencuci (najis) itu wajib jika najis mengenai tubuh, karena Nabi SAW bersabda: 'Jika anjing menjilat bejana salah seorang dari kalian, cucilah tujuh kali, salah satunya dengan tanah.'" 2. Menyucikan Najis dari Pakaian Langkah-langkah : a. Basuh bagian pakaian yang terkena najis dengan air hingga hilang zat, bau, dan warnanya. b. Jika najis adalah najis ringan, cukup memercikkan air (seperti kencing bayi laki- laki yang belum makan selain ASI). 4 Ustd. Abu Sakhi, Panduan Praktis dan Lengkap menuju kesempurnaan Sholat, (Risalah zaman,2016) 5 Al-Mughni , Juz 1, hal. 72 4 كنت أغسل البول من: فإن عائشة رضي هللا عنها قالت،والغسل من نجاسة الثوب إذا أصابته نجاسة واجب 6 ثوب رسول هللا صلى هللا عليه وسلم Artinya: "Mencuci pakaian dari najis ketika pakaian terkena najis adalah wajib. Aisyah RA berkata: 'Aku biasa mencuci air kencing dari pakaian Rasulullah SAW.'" 3. Menyucikan Najis dari Tempat Langkah-langkah a. Jika tempat terkena najis, basuh area yang terkena najis dengan air hingga hilang zat, bau, dan warnanya. b. Untuk tanah yang terkena najis, cukup dengan mengguyur air di atasnya hingga najis hilang. 7 إذا أصاب البول أو الغائط مكانا فإنه يطهر بصب الماء عليه حتى يذهب أثر النجاسة Artinya: "Jika air kencing atau kotoran mengenai suatu tempat, maka tempat itu disucikan dengan mengguyur air di atasnya sampai hilang bekas najisnya." 8 إذا أصاب األرض نجاسة فطهارتها أن يصب عليها الماء حتى يذهب أثرها Artinya: "Jika tanah terkena najis, cara menyucikannya adalah dengan mengguyur air di atasnya sampai hilang bekasnya." 4. Menyucikan Najis Mughalladzah (Berat) Langkah-langkah : a. Najis berat seperti anjing atau babi harus dibasuh tujuh kali, dan salah satunya dengan tanah atau debu. 9 أما نجاسة الكلب والخنزير فطهارتهما بالغسل سبع مرات إحداهن بالتراب Artinya: "Adapun najis anjing dan babi, maka penyuciannya adalah dengan membasuh tujuh kali, salah satunya dengan tanah." D. Implikasi bagi orang yang sedang Sholat Ketika seseorang sedang shalat dan mendapati bahwa terdapat najis di pakaian, tubuh, atau tempat shalatnya, para ulama dari empat mazhab (Hanafi, Maliki, Syafi'i, 6 Al-Umm , Juz 1, hal. 64 7 Fath al-Qadir , Juz 1, hal. 136 8 Al-Mughni, Juz 1, hal. 74 9 Al-Mughni, Juz 1, hal. 72 5 dan Hanbali) memiliki pandangan yang berbeda tentang apa yang harus dilakukan. Berikut adalah pandangan mereka beserta dalil fikih : 1. Mazhab Hanafi Pendapat: Menurut mazhab Hanafi, jika seseorang mendapati najis saat sedang shalat, maka shalatnya tetap sah jika najis tersebut jumlahnya sedikit. Namun, jika najisnya dalam jumlah besar dan seseorang sadar akan keberadaannya, maka shalatnya batal dan wajib diulangi setelah menghilangkan najis. Dalil: Kitab Al-Hidayah oleh Al-Marghinani: وإن كانت أكثر قطعها وغسله،وإذا وجد المصلي في ثوبه أو بدنه نجاسة مقدار الدرهم أو أقل فإنه يتم الصَلة 10 وأعاد الصَلة Artinya: "Jika orang yang shalat menemukan najis pada pakaian atau tubuhnya sebanyak ukuran dirham atau kurang, maka dia tetap melanjutkan shalat. Tetapi jika lebih dari itu, dia memutus shalatnya, mencucinya, dan mengulangi shalat." 2. Mazhab Maliki Pendapat: Menurut mazhab Maliki, jika seseorang menemukan najis saat shalat, maka ia harus segera menghilangkan najis tersebut selama tidak menimbulkan banyak gerakan yang membatalkan shalat. Jika tidak dapat menghilangkan najis tanpa banyak gerakan, maka shalat harus dibatalkan dan diulangi setelah najis disucikan. Dalil: Kitab Al-Mudawwanah oleh Sahnun: فإن لم،من صلى وعلى ثوبه نجاسة فذكرها في الصَلة فعليه أن ينزع ذلك الثوب إن استطاع: قال مالك 11 يستطع قطع الصَلة وغسله وأعاد الصَلة Artinya: "Malik berkata: 'Barang siapa yang shalat dan mendapati najis di pakaiannya, lalu dia mengingatnya saat shalat, maka dia harus melepaskan pakaian tersebut jika mampu. Jika tidak bisa, dia harus memutus shalat, mencuci pakaian itu, dan mengulangi shalat.'" 3. Mazhab Syafi'i Pendapat: Menurut mazhab Syafi'i, jika seseorang mendapati najis di tubuh, pakaian, atau tempatnya saat shalat, maka wajib segera menghilangkannya. Jika najis dihilangkan dalam waktu yang cepat tanpa banyak gerakan, shalat tetap sah. Namun, 10 Al-Hidayah , Juz 1, hal. 53 11 Al-Mudawwanah , Juz 1, hal. 170 6 jika tidak bisa dihilangkan dengan cepat atau tanpa banyak gerakan, shalat harus dibatalkan dan diulangi. Dalil: Kitab Al-Umm oleh Imam Syafi'i: وإن كان المصلي قد صلى وعليه نجاسة فإن أمكنه نزعها في الصَلة بنزع خفيف بَل عمل كثير فعل 12 وإن لم يمكنه نزعها قطع الصَلة وأعادها Artinya: "Jika orang yang shalat mendapati najis pada dirinya saat shalat, dan dia bisa menghilangkannya dengan sedikit gerakan tanpa banyak pekerjaan, maka lakukanlah. Jika tidak, dia harus membatalkan shalat dan mengulanginya." 4. Mazhab Hanbali Pendapat: Menurut mazhab Hanbali, jika seseorang menemukan najis di pakaian, tubuh, atau tempat shalatnya, dia harus segera menghilangkannya selama bisa dilakukan tanpa melakukan banyak gerakan yang membatalkan shalat. Jika tidak bisa dihilangkan tanpa banyak gerakan, maka shalat harus dibatalkan dan diulangi. Dalil: Kitab Al-Mughni oleh Ibnu Qudamah: فإن لم يمكنه ذلك بطلت الصَلة،فإن علم بالنجاسة في الصَلة أزالها إن أمكنه ذلك بغير عمل كثير 13 ووجبت إعادتها Artinya: "Jika seseorang mengetahui adanya najis saat sedang shalat, maka dia harus menghilangkannya jika bisa dilakukan tanpa banyak gerakan. Jika tidak, shalatnya batal dan wajib diulangi." Kesimpulan dari Keempat Mazhab: 1. Mazhab Hanafi: Najis sedikit dimaafkan, jika besar dan disadari, shalat batal. 2. Mazhab Maliki: Najis harus dihilangkan selama tidak banyak gerakan, jika tidak bisa, shalat harus diulang. 3. Mazhab Syafi'i: Najis wajib dihilangkan segera, jika tidak bisa tanpa banyak gerakan, shalat harus diulang. 4. Mazhab Hanbali: Najis harus dihilangkan segera tanpa banyak gerakan, jika tidak bisa, shalat harus diulang. Semua mazhab sepakat bahwa menghilangkan najis adalah syarat sah shalat, dan jika najis tersebut tidak dapat dihilangkan dengan cepat atau tanpa banyak gerakan, maka shalat harus dibatalkan dan diulangi setelah najis disucikan. 12 Al-Umm, Juz 1, hal. 74 13 Al-Mughni, Juz 1, hal. 408 7 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pentingnya Menghilangkan Najis, Ibadah merupakan suatu kewajiban bagi umat manusia terhadap Tuhannya dan dengan ibadah manusia akan mendapat ketenangan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat nanti. Bentuk dan jenis ibadah sangat bermacam – macam seperti sholat, puasa, haji, jihad, membaca Al-Qur’an, dan lainnya. Dan setiap ibadah memiliki syarat – syarat tertentu untuk dapat melakukannya, dan ada pula yang tidak memiliki syarat mutlak untuk melakukannya. Diantara ibadah yang memiliki syarat – syarat diantaranya sholat, syarat untuk melakukan ibadah tersebut ialah kita wajib terbebas dari segala najis maupun dari hadats, baik hadats besar maupun hadats kecil. Kualitas pahala ibadah juga dipermasalah jika kebersihan dan kesucian diri seseorang dari hadats maupun najis belum sempurna. Maka ibadah tersebut tidak akan diterima. Ini berarti bahwa kebersihan dan kesucian dari najis maupun hadats merupakan keharusan bagi setiap manusia yang akan melakukan ibadah, terutama sholat, membaca Al-Qur’an, naik haji, dan lain sebaginya. B. Saran 8 DAFTAR PUSTAKA 1. كتاب الفقه اإلسَلمي وأدلته 2. بداية المجتهد ونهاية المقتصد 3. Fikih Thaharah Kajian Berbagai Mazhab 4. Ustd. Abu Sakhi, Panduan Praktis dan Lengkap menuju kesempurnaan Sholat, (Risalah Zaman,2016) 5. Al-Mughni , Juz 1, hal. 72 6. Al-Umm , Juz 1, hal. 64 7. Fath al-Qadir , Juz 1, hal. 136 8. Al-Mughni, Juz 1, hal. 74 9. Al-Mughni, Juz 1, hal. 72 10. Al-Hidayah , Juz 1, hal. 53 11. Al-Mudawwanah , Juz 1, hal. 170 12. Al-Umm, Juz 1, hal. 74 13. Al-Mughni, Juz 1, hal. 408 9