Developmental Psychology Lecture Notes PDF
Document Details
Uploaded by SharpCamellia
Tags
Summary
These lecture notes cover various aspects of developmental psychology, exploring physical development, social contexts, psychosocial stages, and moral development. It examines the theories and concepts of notable figures like Bronfenbrenner and Kohlberg. The notes also include considerations of parenting styles, peer influences, and the role of schools in development.
Full Transcript
THE SELF, SOCIAL, AND MORAL DEVELOPMENT Pertemuan 6 OUTLINE PERKEMBANGAN FISIK BRONFENBRENNER: THE SOCIAL CONTEXT FOR DEVELOPMENT ERIKSON: STAGES OF PSYCHOSOCIAL DEVELOPMENT KOHLBERG’S THEORIES OF MORAL DEVELOPMENT PERKEMBANGAN FISIK FISIK, MOTORIK DAN PUBERTAS Selam...
THE SELF, SOCIAL, AND MORAL DEVELOPMENT Pertemuan 6 OUTLINE PERKEMBANGAN FISIK BRONFENBRENNER: THE SOCIAL CONTEXT FOR DEVELOPMENT ERIKSON: STAGES OF PSYCHOSOCIAL DEVELOPMENT KOHLBERG’S THEORIES OF MORAL DEVELOPMENT PERKEMBANGAN FISIK FISIK, MOTORIK DAN PUBERTAS Selama tahun-tahun prasekolah, terjadi perkembangan pesat pada keterampilan motorik kasar dan halus anak. Perkembangan fisik terus berlanjut sepanjang tahun-tahun sekolah dasar, dengan ukuran anak perempuan sering kali lebih besar daripada anak laki-laki. Pada masa remaja, muncullah masa pubertas dan pergulatan emosional untuk menghadapi semua perubahan terkait. KEMATANGAN Wanita, matang sekitar 2 tahun lebih awal dari jantan. Anak laki-laki yang matang lebih dini, cenderung menikmati status sosial yang tinggi; mereka cenderung populer dan menjadi pemimpin, namun mereka juga cenderung melakukan perilaku nakal. Kematangan dini umumnya tidak bermanfaat bagi anak perempuan. PERAN ISTIRAHAT DAN AKTIVITAS FISIK Bermain mendukung perkembangan otak, bahasa, dan perkembangan sosial. Anak melepaskan ketegangan, belajar memecahkan masalah, beradaptasi dengan situasi baru, bekerja sama, dan bernegosiasi. Peningkatan obesitas pada masa kanak- kanak terkait dengan ketidakaktifan dan peningkatan waktu yang dihabiskan untuk menonton TV dan bermain game pasif seperti video dan game internet. BRONFENBRENNER: THE SOCIAL CONTEXT FOR DEVELOPMENT PENTINGNYA KONTEKS DAN MODEL BIOEKOLOGI Konteks adalah situasi total yang melingkupi dan berinteraksi dengan pikiran, perasaan, dan tindakan individu untuk membentuk perkembangan dan pembelajaran. Model Perkembangan Bioekologi Urie Bronfenbrenner mengakui bahwa konteks fisik dan sosial di mana kita berkembang, adalah suatu ekosistem, karena mereka terus-menerus berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. URIE BRONFENBRENNER’S BIOECOLOGICAL MODEL OF HUMAN DEVELOPMENT Individu ada dalam suatu mikrosistem, dalam suatu mesosistem, tertanam dalam suatu eksosistem, yang kesemuanya merupakan bagian dari makrosistem. Selain itu, semua perkembangan terjadi dan dipengaruhi oleh periode waktu— kronosistem. BIOECOLOGICAL MODEL OF HUMAN DEVELOPMENT Mikrosistem: terdapat hubungan dan aktivitas langsung anak berupa keluarga dekat, teman, atau guru serta aktivitas bermain dan sekolah. Hubungan bersifat timbal balik anak mempengaruhi orang tua, dan orang tua mempengaruhi anak. Mesosistem: serangkaian interaksi dan hubungan antara semua elemen mikrosistem. Semua hubungan bersifat timbal balik; guru mempengaruhi orang tua, dan orang tua mempengaruhi guru, dan interaksi ini mempengaruhi anak. BIOECOLOGICAL MODEL OF HUMAN DEVELOPMENT Eksosistem: semua lingkungan sosial yang mempengaruhi anak, meskipun anak tersebut bukan anggota langsung dari sistem tersebut, contohnya adalah hubungan guru dengan tenaga administrasi dan dewan sekolah; pekerjaan orang tua; sumber daya masyarakat untuk kesehatan, pekerjaan, atau rekreasi; atau afiliasi agama keluarga. Makrosistem: masyarakat yang lebih besar – nilai-nilai, hukum, kebijakan, konvensi, dan tradisinya. Kronosistem: meliputi permulaan peristiwa-peristiwa lingkungan dan transisi sepanjang rangkaian kehidupan, mencakup keadaan-keadaan sosiohistoris KELUARGA Konteks pertama dari perkembangan anak. Pengaruh keluarga dimulai sebelum kelahiran, tetapi banyak pengaruh baru yang menyusul kemudian. Struktur keluarga memiliki peran di dalamnya (nuclear family, blended family, extended family, dll.) PARENTING STYLES Orang tua yang autoritatif (kehangatan tinggi, kontrol tinggi) menetapkan batasan yang jelas, menegakkan aturan, & mengharapkan perilaku dewasa; hangat dengan anak-anak, mendengarkan kekhawatiran, memberi alasan mengenai aturan, & memungkinkan keputusan yang lebih demokratis. Orang tua yang otoriter (kehangatan rendah, kontrol tinggi) tampak dingin & mengontrol dalam interaksi dengan anak- anak. Anak diharapkan menjadi dewasa & melakukan apa yang dikatakan orang tua. Tidak banyak bicara tentang emosi. Hukuman tegas, tapi tidak kasar. Orang tua sayang pada anak-anak, tapi tidak menunjukkan secara terbuka. PARENTING STYLES Orang tua yang permisif (kehangatan yang tinggi, kontrol yang rendah) bersifat hangat dan penuh kasih sayang, namun mereka hanya mempunyai sedikit aturan atau konsekuensi terhadap anak-anaknya dan tidak terlalu mengharapkan perilaku dewasa karena ―Mereka masih anak-anak.‖ Orang tua yang menolak/mengabaikan/tidak terlibat (kehangatan rendah, kontrol rendah) terlihat tidak peduli sama sekali dan tidak mau ambil pusing dalam mengontrol, berkomunikasi, atau mendidik anak. PEERS IMPLIKASI Guru memiliki kesempatan untuk memainkan peran penting dalam pengembangan pribadi dan sosial siswa. Bagi siswa yang menghadapi masalah emosional atau interpersonal, guru terkadang merupakan sumber bantuan terbaik Ketika siswa memiliki kehidupan rumah tangga yang kacau dan tidak dapat diprediksi, mereka memerlukan struktur sekolah yang penuh perhatian dan dapat diprediksi. Mereka butuh guru yang menetapkan batasan yang jelas, konsisten, menegakkan aturan dengan tegas namun tidak menghukum, menghormati siswa, dan menunjukkan kepedulian yang tulus. Disukai guru dapat mengimbangi dampak negatif penolakan teman sebaya di sekolah menengah. Siswa yang punya sedikit teman namun tidak ditolak—diabaikan begitu saja oleh siswa lain—dapat tetap menyesuaikan diri dengan baik secara akademis & sosial ketika mereka disukai & didukung oleh guru. GOOD TEACHER hubungan interpersonal yang positif—peduli terhadap siswa. menjaga kelas tetap teratur dan mempertahankan otoritas tanpa bersikap kaku atau ―jahat‖. motivator yang baik—dapat membuat pembelajaran menjadi menyenangkan dengan menjadi kreatif dan inovatif, sehingga siswa dapat belajar sesuatu. Strategi pengajaran otoritatif lebih mengarah pada hubungan positif dengan siswa dan meningkatkan motivasi belajar EVALUASI TEORI BRONFENBRENNER Menjembatani teori Mendapat kritik karena behaviorisme (yang berfokus hanya memberi sedikit kritik pada setting kecil) dengan pada faktor biologis dan teori antropologi (berfokus kognitif serta tidak pada setting yang lebih luas). menjelaskan tahap perkembangan anak. ERIKSON: STAGES OF PSYCHOSOCIAL DEVELOPMENT SELF IDENTITY Identitas mencakup perasaan umum seseorang tentang diri mereka sendiri beserta seluruh keyakinan, emosi, nilai-nilai, komitmen, dan sikap mereka. Identitas mengintegrasikan semua aspek dan peran diri yang berbeda (Wigfield et al., 2006). Namun sudah lazim bagi peneliti untuk menggunakan konsep diri dan identitas secara bergantian. PANDANGAN Erikson menawarkan kerangka dasar untuk memahami kebutuhan generasi muda dalam kaitannya dengan masyarakat di mana mereka tumbuh, belajar, dan kemudian memberikan kontribusinya. Teori psikososial Erikson menekankan pada kemunculan diri, pencarian identitas, hubungan individu dengan orang lain, dan peran budaya sepanjang kehidupan. PANDANGAN Erikson memandang perkembangan sebagai sebuah perjalanan melalui serangkaian tahapan yang saling bergantung, yang masing-masing memiliki tujuan, perhatian, pencapaian, dan bahayanya sendiri. Pada setiap tahap, individu menghadapi krisis perkembangan. Setiap krisis dapat diselesaikan dengan mengambil posisi ekstrem, atau dengan sikap yang lebih sehat dan produktif dengan menemukan keseimbangan antara respons ekstrem. Aktivitas kelompok Susunlah skema tahap perkembangan menurut Erik Erikson berdasar : Rentang usia Konflik yang terjadi Kondisi jika tercapai No. Rentang Usia Konflik yang Kondisi jika terjadi Tugas Tugas tidak terselesaikan terpenuhi 1 2 3 4 5 6 7 8 PENGEMBANGAN TEORI James Marcia memperluas teori pembentukan identitas Erikson, dengan berfokus pada dua proses penting dalam mencapai identitas yang matang: eksplorasi dan komitmen. Eksplorasi: proses dimana remaja mempertimbangkan dan mencoba keyakinan, nilai, dan perilaku alternatif dalam upaya menentukan mana yang paling memberikan kepuasan bagi mereka. Komitmen pilihan individu mengenai keyakinan politik dan agama, misalnya, biasanya sebagai konsekuensi dari penjajakan pilihan tersebut. Kemudian, Marcia mengidentifikasi empat kategori status identitas yang muncul dari empat pola eksplorasi dan komitmen. STATUS IDENTITAS Identity achievement, setelah mengeksplorasi pilihan-pilihan yang realistis, individu telah membuat pilihan dan berkomitmen untuk mengejarnya. Moratorium, menggambarkan eksplorasi dengan penundaan komitmen terhadap pilihan pribadi dan pekerjaan. Keterlambatan ini sangat umum dan mungkin menyehatkan bagi remaja modern. Identity foreclosure adalah komitmen tanpa eksplorasi. Remaja belum bereksperimen dengan identitas yang berbeda atau mengeksplorasi berbagai pilihan, namun hanya berkomitmen pada tujuan, nilai, dan gaya hidup orang lain. Identity diffusion, individu tidak mengeksplorasi pilihan apa pun atau berkomitmen pada tindakan apa pun. Mereka tidak mencapai kesimpulan tentang siapa mereka atau apa yang ingin mereka lakukan dalam hidup mereka. PERAN SEKOLAH Remaja yang mengalami difusi identitas mungkin bersikap apatis dan menarik diri, tidak mempunyai harapan untuk masa depan, atau mereka mungkin terang-terangan memberontak. Sekolah yang memberikan remaja pengalaman pelayanan masyarakat, pekerjaan dunia nyata, magang, dan pendampingan membantu mendorong pembentukan identitas KONSEP DIRI Konsep diri umumnya mengacu pada persepsi kita tentang diri kita sendiri—bagaimana kita melihat kemampuan, sikap, atribut, keyakinan, dan harapan kita. Kita dapat menganggap konsep diri sebagai gambaran mental kita tentang siapa diri kita. Model ini tidak bersifat permanen, terpadu, atau tidak berubah. Persepsi diri kita dapat bervariasi dari satu situasi ke situasi lain dan dari satu fase kehidupan kita ke fase lainnya. STRUKTUR KONSEP DIRI Konsep diri siswa secara keseluruhan terdiri dari konsep- konsep yang lebih spesifik, termasuk konsep diri akademis dan nonakademik, dan konsep diri ini terdiri dari konsep- konsep yang lebih spesifik seperti konsep diri dalam matematika dan bahasa atau penampilan dan popularitas di kalangan teman. Untuk orang dewasa yang telah menyelesaikan pendidikan formal, konsep diri subjek yang terpisah dan spesifik belum tentu diintegrasikan ke dalam konsep diri keseluruhan, karena mereka tidak lagi berada dalam situasi di mana mata pelajaran akademis tertentu diajarkan dan diuji. KOHLBERG’S THEORIES OF MORAL DEVELOPMENT Kohlberg mengevaluasi penalaran moral anak-anak dan orang dewasa dengan menghadirkan dilema moral, di mana orang harus membuat keputusan sulit dan memberikan alasannya. TAHAP PENALARAN MORAL Tingkat Prakonvensional: Penilaian Hanya Berdasarkan Kebutuhan dan Persepsi Seseorang Sendiri Tingkat Konvensional: Harapan Masyarakat dan Hukum Dipertimbangkan Tingkat Pasca-Konvensional (Prinsip): Penilaian Didasarkan pada Prinsip Keadilan yang Abstrak dan Lebih Pribadi yang Tidak Perlu Didefinisikan oleh Hukum Masyarakat TINGKAT PRAKONVENSIONAL Tahap 1: Orientasi Ketaatan—Mematuhi aturan untuk menghindari hukuman dan konsekuensi buruk. Tahap 2: Orientasi Penghargaan/Pertukaran— Benar dan salah ditentukan oleh kebutuhan dan keinginan pribadi—―Jika saya menginginkannya, maka itu benar.‖ TINGKAT KONVENSIONAL Tahap 3: Bersikap Baik/Orientasi Hubungan— Menjadi baik berarti bersikap baik dan menyenangkan orang lain. Tahap 4: Orientasi Hukum dan Ketertiban—Hukum dan otoritas harus dipatuhi; sistem sosial harus dipertahankan. TINGKAT PASCA-KONVENSIONAL (PRINSIP) Tahap 5: Orientasi Kontrak Sosial—Pilihan moral ditentukan oleh standar-standar yang disepakati secara sosial – ―kebaikan terbesar untuk jumlah terbesar.‖ Tahap 6: Orientasi Prinsip-Prinsip Etika Universal—Ada prinsip-prinsip universal tentang martabat manusia dan keadilan sosial yang harus dijunjung tinggi oleh setiap individu, terlepas dari hukum dan apa pun yang dikatakan orang lain. KRITIK Tahapan Kohlberg tampaknya tidak terpisah, berurutan, dan konsisten. Orang sering kali memberikan alasan atas pilihan moral yang mencerminkan beberapa tahapan berbeda secara bersamaan. Atau pilihan seseorang dalam suatu situasi mungkin sesuai dengan satu tahap, dan keputusannya dalam situasi yang berbeda mungkin mencerminkan tahap yang lain. Tahapan-tahapan tersebut bias dan mendukung nilai-nilai laki- laki Barat yang menekankan individualism. Kohlberg mencampuradukkan penilaian moral dengan keputusan mengenai konvensi sosial dan juga mengabaikan pilihan pribadi. MENCIPTAKAN IKLIM MORAL Penting untuk membangun komunitas yang saling menghormati dan hangat dengan penerapan aturan yang adil dan konsisten. Tanpa komunitas seperti itu, semua upaya Anda untuk menciptakan iklim moral akan gagal. Respons guru terhadap siswa harus sesuai dengan ranah perilakunya—moral atau konvensional. Anak harus memilah mana keputusan dan tindakan yang merupakan pilihan pribadinya dan keputusan mana yang di luar pilihan pribadinya. Proses ini menjadi landasan bagi pengembangan konsep moral terkait hak individu, keadilan, dan demokrasi. DEALING WITH CHEATING. Woolfolk, A. (2017) Educational psychology. Pearson