Summary

This Indonesian-language medical document, a referat on Hepatitis A, is presented as a clinical rotation exercise at RSUD Kabupaten Buleleng in 2024. The work reviews epidemiology, etiology, pathogenesis, diagnosis, and management of Hepatitis A. The document is a scholarly piece.

Full Transcript

REFERAT HEPATITIS A Diajukan Guna Melengkapi Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Buleleng OLEH: I Wayan Kisna Indranata NIM. 23...

REFERAT HEPATITIS A Diajukan Guna Melengkapi Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Buleleng OLEH: I Wayan Kisna Indranata NIM. 2348011032 PEMBIMBING: dr. Ni Made Nova Andari Kluniari, Sp. PD DEPARTEMEN/KSM ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA RSUD KABUPATEN BULELENG SINGARAJA 2024 REFERAT HEPATITIS A Diajukan Guna Melengkapi Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Buleleng OLEH : I Wayan Kisna Indranata NIM. 2348011032 PEMBIMBING: dr. Ni Made Nova Andari Kluniari, Sp. PD DEPARTEMEN/KSM ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA RSUD KABUPATEN BULELENG SINGARAJA 2024 ii KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatNya-lah, penulis dapat menyelesaikan tinjauan pustaka yang berjudul “Hepatitis A.“ Referat ini ini disusun guna memenuhi tugas dalam menjalani Kepaniteraan Klinik pada Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Dalam menyelesaikan laporan kasus ini, penulis banyak mendapat bantuan baik berupa moral maupun material dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. dr. I Ketut Susila, Sp. JP., FIHA., selaku Kepala Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Pendidikan Ganesha/RSUD Buleleng. 2. dr. Sheila Gerhana Darmayanti, Sp.P, selaku Koordinator Pendidikan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Pendidikan Ganesha/RSUD Buleleng. 3. dr. Ni Made Nova Andari Kluniari, Sp. PD., selaku Pembimbing dan Penguji pada tinjauan pustaka di Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Pendidikan Ganesha/RSUD Buleleng, sehingga penulis bisa menyelesaikan tinjauan pustaka dengan lancar. 4. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu penyusunan tinjauan pustaka ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang tersaji dalam tinjauan pustaka ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu demi kesempurnaan tinjauan pustaka ini, penulis mengharapkan segala kritik maupun saran konstruktif dari berbagai pihak. Penulis berharap tinjauan pustaka ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua khususnya bagi pengembangan dunia pendidikan. Singaraja, Juli 2024 Penulis iii DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR...................................................................................................... iii DAFTAR ISI...................................................................................................................... iv BAB I.................................................................................................................................. 1 BAB II................................................................................................................................. 2 2.1 Definisi...................................................................................................................... 2 2.2 Epidemiologi............................................................................................................. 2 2.3 Etiologi...................................................................................................................... 3 2.4 Patofisiologi............................................................................................................... 3 2.5 Manifestasi Klinis...................................................................................................... 5 2.6 Diagnosis................................................................................................................... 6 2.7 Diagnosis Banding.................................................................................................... 9 2.8 Tatalaksana.............................................................................................................. 11 2.9 Komplikasi.............................................................................................................. 11 2.10 Prognosis............................................................................................................... 12 2.11 Pencegahan........................................................................................................... 12 BAB III............................................................................................................................. 14 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 15 iv 1 BAB I PENDAHULUAN Hepatitis A merupakan suatu peradangan pada hepar akibat infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV). Hepatitis A masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di banyak negara, termasuk Indonesia. Hepatitis tersebar luas di seluruh dunia, dengan prevalensi tertinggi di negara-negara berkembang yang memiliki sanitiasi dan kebersihan yang buruk.1 Diperkirakan 150 juta kasus baru hepatitis A terjadi setiap tahun, dengan sebagian besar terjadi pada anak-anak dibawah usia 15 tahun. Secara global, berdasarkan WHO tahun 2016 diperkirakan 159 juta infeksi HAV baru yang menyebabkan 39.000 kematian terjadi setiap tahun. Pada tahun 2019, diperkirakan terjadi peningkatan 15 kali dibandingkan pada tahun 2014.2 Peningkatan dapat terjadi akibat adanya kasus wabah diantara individu dengan pengguna obat-obatan terlarang atau tunawisma, di antara pria yang berhubungan seks dengan pria, dan wabah terkait dengan makanan yang terkontaminasi.2 Di Indonesia, hepatitis A masih menjadi masalah kesehatan yang penting. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukan bahwa kasus hepatitis A terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2022, tercatat lebih dari 10.000 kasus hepatitis A di Indonesia.3,4 Perkiraan dari Global Burden of Disease tahun 2019 menunjukan angka kematian hepatitis A di Indonesia sekitar 2,14 per 100.000 penduduk. Kematian akibat hepatitis A lebih sering terjadi pada anak-anak, terutama pada usia balita.4 Penularan hepatitis A terjadi melalui fecal-oral yaitu melalui konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi dengan virus HAV. Virus ini juga dapat menular melalui kontak dengan orang yang terinfeksi seperti melalui hubungan seksual atau pengasuhan anak. Beberapa faktor risiko yang meningkatkan terinfeksi hepatitis A seperti sanitasi dan kebersihan yang buruk, perilaku seksual berisiko tinggi, dan perjalanan ke daerah endemik. Sebagian besar infeksi HAV biasanya asimtomatik atau minimal muncul gejala tanpa ikterik. Pasien dengan hepatitis A dapat menyebabkan berbagai macam gejala seperti mual dan muntah, diare, nyeri perut, kelelahan, demam hingga ikterik.5 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Hepatitis A adalah penyakit inflamasi akut pada hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis A (HAV). Virus ini menyerang sel-sel hati (hepatosit) dan mengganggu fungsinya. Gejala hepatitis A dapat bervariasi dari ringan hingga berat. Infeksi virus hepatitis A dapat menular melalui fecal-oral.6 Virus hepatitis A merupakan suatu penyakit dengan distribusi global. Kejadian luar biasa dihubungkan dengan sumber umum yang digunakan bersama seperti makanan terkontaminasi dan sumber air.6 2.2 Epidemiologi Epidemiologi dan transmisi HAV mencakup beberapa faktor yaitu variasi musim dan geografi. Di daerah dengan 4 musim, infeksi HAV terjadi secara musiman yang puncaknya biasa terjadi pada akhir musim semi dan awal musim dingin. Di daerah tropis puncak insiden yang pernah dilaporkan cenderung terjadi selama musim hujan dan pola epidemik siklik berulang setiap 5-10 tahun sekali.7 Insiden tertinggi terjadi pada kelompok anak sekolah, tetapi di Eropa Utara dan Amerika Utara ternyata sebagain kasus terjadi pada orang dewasa. Di negara berkembang memiliki tingkat penyebaran HAV yang tinggi teridentifikasi dengan adanya kondisi hygiene dan sanitasi yang buruk.7 Di Amerika Serikat, angka kejadian hepatitis A telah turun sebanyak 95% sejak vaksin hepatitis A pertama kali tersedia pada tahun 1995.8 Berdasarkan data CDC menunjukan lebih dari 37.000 kasus baru terkait wabah dengan lebih dari 22.600 rawat inap dan sekitar 350 kematian akibat HAV dilaporkan antara Juli 2016 hingga Desember 2020.8 Sebaliknya, 19.947 kasus HAV dari 24 negara Uni Eropa dilaporkan antara bulan Januari dan Desember 2017, yang empat kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan periode waktu yang sama antara tahun 2012 dan 2015.8 Jumlah kasus terkait wabah di 22 negara Uni Eropa adalah 4.475 pada tahun 2016 dan sebagian besar wabah terkait dengan laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki. 3 Hepatitis A masih merupakan masalah kesehatan di negara berkembang seperti Indonesia. hepatitis A masih menjadi masalah kesehatan yang penting. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukan bahwa kasus hepatitis A terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2022, tercatat lebih dari 10.000 kasus hepatitis A di Indonesia.4 Perkiraan dari Global Burden of Disease tahun 2019 menunjukan angka kematian hepatitis A di Indonesia sekitar 2,14 per 100.000 penduduk.4 2.3 Etiologi Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A. Virus ini termasuk vrius ssRNA dengan berdiameter 27-32 nm dan tidak mempunyai selubung. HAV mempunyai protein terminal VPg pada ujung 5’nya dan poli(A) pada ujung 3’nya. Panjang genom HAV: 7500-8000 pasang basa. Hepatitis A virus berasal dari famili picornavirus dan genus hepatovirus. Virus hepatitis A yang ditemukan di tinja berasal dari empedu yang disekresikan dari sel-sel hati setelah replikasi, melalui saluran empedu dan dari epitel usus. Virus hepatitis A sangat stabil dan tahan terhadap panas pada suhu 60oC selama + 1 jam. HAV tahan terhadap pH asam dan asam empedu yang memungkinkan HAV mampu melalui asam lambung dan dikeluarkan dari tubuh melalui saluran empedu.9 2.4 Patofisiologi HAV didapat melalui transmisi fecal-oral; setelah itu orofaring dan traktus gastrointestinal merupakan situs virus ber-replikasi. Virus HAV kemudian di transport menuju hepar yang merupakan situs primer replikasi, dimana pelepasan virus menuju empedu terjadi yang disusul dengan transportasi virus menuju usus dan feses. Viremia singkat terjadi mendahului munculnya virus didalam feses dan hepar. Pada individu yang terinfeksi HAV, konsentrasi terbesar virus yang di ekskresi kedalam feses terjadi pada 2 minggu sebelum onset ikterus, dan akan menurun setelah ikterus jelas terlihat. Anak-anak dan bayi dapat terus mengeluarkan virus selama 4-5 bulan setelah onset dari gejala klinis. Berikut ini merupakan ilustrasi dari patogenesis hepatitis A. 10-12 Kerusakan sel hepar bukan dikarenakan efek direct cytolytic dari HAV; Secara umum HAV tidak melisiskan sel pada berbagai sistem in vitro. Pada periode inkubasi, HAV melakukan replikasi didalam hepatosit, dan dengan ketiadaan respon imun, 4 kerusakan sel hepar dan gejala klinis tidak terjadi. Banyak bukti berbicara bahwa respon imun seluler merupakan hal yang paling berperan dalam patogenesis dari hepatitis A. Kerusakan yang terjadi pada sel hepar terutama disebabkan oleh mekanisme sistem imun dari Limfosit-T antigen-specific. Keterlibatan dari sel CD8+ virus-specific, dan juga sitokin, seperti gamma-interferon, interleukin-1-alpha (IL-1-α), interleukin-6 (IL-6), dan tumor necrosis factor (TNF) juga berperan penting dalam eliminasi dan supresi replikasi virus. Meningkatnya kadar interferon didalam serum pasien yang terinfeksi HAV, mungkin bertanggung jawab atas penurunan jumlah virus yang terlihat pada pasien mengikuti timbulnya onset gejala klinis. Pemulihan dari hepatitis A berhubungan dengan peningkatan relatif dari sel CD4+ virus-specific dibandingkan dengan sel CD8+.10-12 Immunopatogenesis dari hepatitis A konsisten mengikuti gejala klinis dari penyakit. Korelasi terbalik antara usia dan beratnya penyakit mungkin berhubungan dengan perkembangan sistem imun yang masih belum matur pada individu yang lebih muda, menyebabkan respon imun yang lebih ringan dan berlanjut kepada manifestasi penyakit yang lebih ringan.10-12 Dengan dimulainya onset dari gejala klinis, antibodi IgM dan IgG anti-HAV dapat terdeteksi. Pada hepatitis A akut, kehadiran IgM anti-HAV terdeteksi 3 minggu setelah paparan, titer IgM anti-HAV akan terus meningkat selama 4-6 minggu, lalu akan terus turun sampai level yang tidak terdeteksi dalam waktu 6 bulan infeksi. IgA dan IgG anti-HAV dapat dideteksi dalam beberapa hari setelah timbulnya gejala. Antibodi IgG akan bertahan selama bertahun-tahun setelah infeksi dan memberikan imunitas seumur hidup. Pada masa penyembuhan, regenerasi sel hepatosit terjadi. Jaringan hepatosit yang rusak biasanya pulih dalam 8-12 minggu.10-12 5 Gambar 1. Temuan gejala klinis, serologi dan virologi pada hepatitis A akut tanpa komplikasi 2.5 Manifestasi Klinis Gambaran klinis hepatitis virus sangat bervariasi mulai dari infeksi asimptomatik tanpa ikterus sampai yang sangat berat yaitu hepatitis fulminant yang dapat menimbulkan kematian hanya dalam beberapa hari. Gejala hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap yaitu fase inkubasi, fase prodromal (pra ikterik), fase ikterus, dan fase konvalesen (penyembuhan).12 Fase Inkubasi, Merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau ikterus. Fase ini berbeda-beda lamanya untuk tiap virus hepatitis. Panjang fase ini tergantung pada dosis inokulum yang ditularkan dan jalur penularan, makin besar dosis inokulum, makin pendek fase inkubasi ini. Pada hepatitis A fase inkubasi dapat berlangsung selama 14-50 hari, dengan rata-rata 28-30 hari.12 Fase Pra-Ikterik/Prodromal, fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala ikterus. Awitannya dapat singkat atau insidious ditandai dengan malaise umum, nyeri otot, nyeri sendi, mudah lelah, gejala saluran napas atas dan anorexia. Mual muntah dan anoreksia berhubungan dengan perubahan penghidu dan rasa kecap. Demam derajat rendah umunya terjadi pada hepatitis A akut. Nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di kuadran kanan atas atau epigastrium, kadang diperberat dengan aktivitas akan tetapi jarang menimbulkan kolesistitis.12 Fase Ikterik, fase ini pada awalnya disadari oleh penderita, biasanya setelah 6 demam turun penderita menyadari bahwa urinnya berwarna kuning pekat seperti air teh ataupun tanpa disadari, orang lain yang melihat sklera mata dan kulitnya berwarna kekuning-kuningan. Pada fase ini kuningnya akan meningkat, menetap, kemudian menurun secara perlahan-lahan. Hal ini berlangsung sekitar 10-14 hari. Pada fase ini gejala klinis sudah mulai berkurang dan pasien merasa lebih baik. Pada usia lebih tua dapat terjadi gejala kolestatis dengan kuning yang nyata dan bisa berlangsung lebih lama.12 Fase Konvalesen, diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan lain, tetapi hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada. Muncul perasaan sudah lebih sehat dan kembalinya nafsu makan. Keadaan akut biasanya akan membaik dalam 2-3 minggu. Pada hepatitis A perbaikan klinis dan laboratorium lengkap terjadi dalam 9 minggu. Pada 5-10% kasus perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit ditangani, hanya

Use Quizgecko on...
Browser
Browser