Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia PDF

Summary

Ini adalah ringkasan bab 3 tentang Politik Etis dan Perkembangan Pergerakan Nasional Indonesia. Dokumen membahas tokoh-tokoh kunci, organisasi-organisasi, dan faktor-faktor pendorong pergerakan nasional. Termasuk topik tentang Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische Partij.

Full Transcript

BAB 3 Politik Etis Tokoh: Conrad Theodore van Deventer Trias van Deventer: 1. Irigasi (pengairan): membangun dan memperbaiki pengairan dan bendungan untuk keperluan pertanian. 2. Migrasi: mendorong transmigrasi sehingga terjadi keseimbangan jumlah penduduk 3. Edukasi: Menyelenggarakan pendidikan den...

BAB 3 Politik Etis Tokoh: Conrad Theodore van Deventer Trias van Deventer: 1. Irigasi (pengairan): membangun dan memperbaiki pengairan dan bendungan untuk keperluan pertanian. 2. Migrasi: mendorong transmigrasi sehingga terjadi keseimbangan jumlah penduduk 3. Edukasi: Menyelenggarakan pendidikan dengan memperluas bidang pengajaran dan pendidikan. Kebijakan politik etis memicu lahirnya kesadaran kebangsaan. Politik etis yang menjadi pemicu lahirnya budi utomo sehingga Budi utomo diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Karakteristik perjuangan bangsa Indonesia melawan kolonialisme setelah Tahun 1908 1. Dipimpin dan digerakkan kaum terpelajar 2. Bersifat Nasional 3. Perjuangan menggunakan jalur organisasi 4. Memiliki Visi dan Misi yang jelas, yaitu Indonesia yang Merdeka Faktor pendorong Lahirnya Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia Faktor Internal a. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang parah akibat penjajahan b. Munculnya kaum terpelajar c. Tumbuhnya kenangan akan kejayaan bangsa pada masa lampau. Faktor eksternal: a. Kesuksesan pergerakan nasional di negara-negara Asia dan Afrika, seperti Tiongkok, India, Filipina, Turki, dan Mesir b. Kemenangan Jepang atas Rusia c. Masuk dan berkembangnya paham-paham baru seperti liberalisme, demokrasi, dan nasionalisme. Perkembangan Pergerakan Nasional Indonesia Periode awal perkembangan Budi Utomo Didirikan pada 20 Mei 1908, menjadi organisasi pertama sehingga diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional Bersifat nonpolitik dan kooperatif Dipelopori oleh Wahidin Soedirohoesodo dan diketuai oleh Dr. Sutomo Bertujuan memajukan pengajaran dan kebudayaan dibidang - Pengajaran - Pertanian, peternakan, dan perdagangan - Teknik dan industri - Kebudayaan Kongres juga memutuskan hal-hal lain sebagai berikut: 1) Ruang gerak terbatas pada daerah Jawa dan Madura (sosial budaya) 2) Memilih R. T. Tirtokusumo, mantan Bupati Karanganyar sebagai ketua 3) Yogyakarta menjadi pusat organisasi Sarekat Islam (SI) Merupakan gerakan nasionalis, demokratis, dan ekonomis serta berasaskan Islam dengan haluan kooperatif. Didirikan oleh H. Samanhudi Didasar pada dua hal 1) Agama, yaitu agama islam 2) Ekonomi, yaitu menghimpun dan memperkuat kemampuan para pedagang Islam Pada tahun 1913, organisasi ini melaksanakan kongres pertamanya di Surabaya. Dalam kongres tersebut, diputuskan hal-hal sebagai berikut (Hasilnya): - Sarekat Islam bukan merupakan partai politik - Sarekat Islam tidak bermaksud melawan pemerintah Belanda - H.O.S Cokroaminoto dipilih sebagai ketua SI Dibawah H.O.S Cokroaminoto, SI mengalami perkembangan pesat. Sikap kritis SI terhadap praktik kapitalisme membuat Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) menyusup ke SI dan SI pecah menjadi PKI Ada dua kubu dalam SI - Kubu Nasionalis religius (nasionalis keagamaan) atau dikenal dengan SI Putih, dengan asas perjuangan Islam di bawah pimpinan HOS Cokroaminoto - Kubu ekonomi dogmatis yang dikenal dengan nama SI merah, dengan haluan sosialis kiri (komunisme) di bawah pimpinan Semaun dan Darsono Periode Nasionalisme Politik Indische Partij (IP) Partai Politik pertama Didirikan di Bandung, 25 Desember 1912 oleh Tiga serangkai, yakni Dr. E.F.E Douwes Dekker (Setyabudi Danudirjo), Dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) Organisasi ini secara terang-terangan mengkritik pemerintah Belanda dan menuntut kemerdekaan Indonesia Indische Partij memperkenalkan paham kebangsaan yang disebut dengan Indische nationalism atau nasionalisme Hindia yang tidak membedakan keturunan, suku bangsa, agama, kebudayaan, bahasa, dan adat istiadat. Belanda beralasan organisasi ini bersifat politis serta mengganggu ketertiban umum. Rencana penangkapan bermula ketika Ki Hajar Dewantara menulis Als ik eens Nederlander was (Seandainya Saya Seorang Belanda) di surat kabar De Expres terbitan 13 Juli 1913 Di dalamnya, Ki Hajar Dewantara menulis tentang bagaimana pemerintah Belanda mencari dana dari rakyat Indonesia untuk merayakan peringatan 100 tahun kemerdekaan Belanda dari penjajahan Prancis. Pada tahun yang sama, Pemerintah Kolonial Belanda menyatakan organisasi ini sebagai organisasi terlarang, sehingga organisasi ini kemudian ganti nama menjadi Insulinde Gerakan Pemuda Muncul pertama kali adalah Trikoro Dharmo Didirikan oleh R. Satiman Wiryosanjoyo, di gedung STOVIA, Batavia Trikoro Dharmo merupakan cikal-bakal Jong Java Dari Sumatera bernama Sumatranen Bond yang didirikan pada tahun 1917 di Batavia dan muncul nama-nama besar seperti Mohammad Hatta, Mohammad Yamin, dan Bahder Johan Pada tahun 1926, berbagai organisasi kepemudaan ini menyelenggarakan Kongres Pemuda I di Yogyakarta. Kongres ini telah menunjukkan adanya kekuatan untuk membangun persatuan dari seluruh organisasi pemuda yang ada di Indonesia. Dalam Kongres Pemuda II di Batavia pada 26-28 Oktober 1928, wakil dari organisasi-organisasi kepemudaan berhasil menunjukkan persatuan dan tekad yang sama melalui Sumpah Pemuda. Mereka berikrar untuk “bertumpah darah yang satu, yaitu tanah Indonesia; menjunjung bangsa persatuan, yaitu bangsa Indonesia; berbahasa satu, yaitu bahasa Indonesia” (isi sumpah pemuda) Dalam kongres ini, pertama kalinya, lagu “Indonesia Raya” ciptaan W. R. Supratman diperdengarkan. Membuktikan bahwa keberagaman masyarakat bukanlah hambatan untuk mencapai persatuan dan kesatuan. Keberagaman harus disikapi sebagai suatu hal yang mendorong kemajuan bangsa Gerakan Perempuan Kartini menulis pemikiran-pemikirannya dalam bentuk korespondensi dengan sahabat-sahabatnya di Belanda, seperti Stella Zeehandelar dan Profesor F. K. Anton. Oleh J. H. Abendanon, surat-surat Kartini ini dikumpulkan dan diterbitkan menjadi sebuah buku yang kemudian diberi Door Duisternis Tot Lich-Habis Gelap Terbitlah Terang. Kartini mencita-citakan sebuah masyarakat dengan kesetaraan antara perempuan dan laki-laki Kartini ingin perempuan dapat berpartisipasi dalam meningkatkan kemajuan bangsa bersama dengan laki laki Selain itu, Perempuan juga diberi kesempatan untuk bangkit dari ketertinggalannya. Dewi Sartika yang mendirikan Perkoempoelan Keoetamaan Istri. Periode Radikal Ketika organisasi-organisasi pergerakan menolak bekerja sama atau bersikap nonkooperatif dengan pemerintah kolonial Belanda Organisasi yang bergerak secara non kooperatif diantaranya Perhimpunan Indonesia (PI), PKI, dan PNI Perhimpunan Indonesia (PI) Belanda, tahun 1908 Oleh para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar. Pemrakarsanya adalah Sutan Kasajangan Soripada dan R.M. Noto Soeroto. Didirikan dengan tujuan memperjuangkan kepentingan orang Indonesia yang ada di Belanda Awalnya, organisasi ini lebih banyak bergerak dalam bidang sosial budaya Partai Komunis Indonesia (PKI) Pertama kali dibawa ke Indonesia oleh H.J.F.M. Sneevliet tahun 1913 yang merupakan seorang pemimpin organisasi buruh dari Negeri Belanda yang juga merupakan salah satu anggota dari Sociaal Democratische Arbeiders Partij (SDAP) atau Partai Buruh Sosial Demokrat di Belanda. Partai Nasional Indonesia (PNI) Organisasi yang bernama Algemeene Studie Club di Bandung yang diprakarsai oleh Ir. Soekarno (ketua) Soekarno berpendapat bahwa ideologi-ideologi yang berkembang di Indonesia seperti nasionalisme, islamisme, dan marxisme dapat digunakan sebagai alat pemersatu bangsa PNI berlandaskan pada 3 asas - Self-help: Prinsip menolong diri sendiri - Nonkooperatif: Tidak mengadakan kerjasama dengan pemerintah kolonial Belanda - Marhaenisme: Mengentaskan rakyat dari kemiskinan Di pengadilan, Soekarno membacakan pembelaan (pleidoi) yang berjudul Indonesia Menggugat yang berisi “Pergerakan nasional di Indonesia bukanlah buatan kaum intelektual dan komunis saja, melainkan juga reaksi umum yang wajar dari masyarakat jajahan yang didalam batinnya merasa telah merdeka” Demi alasan keselamatan, tahun 1931, pengurus besar PNI membubarkan PNI tetapi menimbulkan pro dan kontra Yang mendukung pembubaran dan mendirikan partai baru dengan nama Partai Indonesia (Partindo) di bawah pimpinan Mr. Sartono Yang menolak pembubaran namun tetap ingin melestarikan nama PNI mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia (PNI baru) di bawah pimpinan Moh. Hatta dan Sutan Syahrir. Partai Indonesia (Partindo) Bung Karno keluar dari penjara Sukamiskin pada pertengahan tahun 1932, ia mendapati PNI telah terpecah menjadi dua, yaitu PNI baru dan Partindo. Bung Karno memilih Partindo sebagai basis perjuangannya. Anggota partai yang menolak pembubaran disebut “Golongan Merdeka” kemudian membentuk organisasi Pendidikan Nasional Indonesia (PNI baru) dengan tokohnya Moh. Hatta dan Syahrir Organisasi-organisasi pergerakan pada periode bertahan Taman Siswa Didirikan oleh Ki Hajar Dewantara, 3 Juli 1922, Yogyakarta Tiga konsep pengajaran: - Ing ngarsa sung tulodo: Para guru yang memiliki tanggung jawab memberikan pendidikan, memberi contoh dengan sikap dan perilaku yang baik, sehingga bisa jadi teladan bagi siswanya. - Ing madyo mangun karsa: guru harus dapat memberi motivasi yang baik bagi siswanya, memberikan bimbingan terus menerus - Tut wuri handayani: Guru wajib membimbing siswa untuk dapat menggali sendiri pengetahuannya. (Menjadi landasan Pendidikan Indonesia)

Use Quizgecko on...
Browser
Browser