Modul M6KB3 - Analisa Harga Satuan Pekerjaan PDF
Document Details
Uploaded by WittyLepidolite
Universitas Sebelas Maret
Tags
Summary
This document covers the analysis of unit costs for construction projects. It details the components of unit costs, including labor costs and material costs, and explains the concept of a work breakdown structure (WBS) for projects, and includes aspects of calculating a construction budget (RAB).
Full Transcript
DAFTAR ISI DAFTAR ISI III-i PENDAHULUAN III-1 Kegiatan Belajar ke-1; Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) 3.1 Komponen Penetu Harga Satuan 3.1.1 Upah Kerja...
DAFTAR ISI DAFTAR ISI III-i PENDAHULUAN III-1 Kegiatan Belajar ke-1; Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) 3.1 Komponen Penetu Harga Satuan 3.1.1 Upah Kerja III-1 3.1.2 Harga Material III-4 3.1.3 Koefisien SNI III-7 3.1.4 Material Konstruksi III-10 3.1.5 Teknologi Konstruksi III-15 3.2 Work Breakdown Structure (WBS) 3.2.1 Pengertian WBS III-20 3.2.2 Tujuan WBS III-21 3.3 Menjelaskan Metode Perhitungan RAB Bangunan 3.3.1 Pengertian Metode Perhitungan RAB III-22 3.3.2 Fungsi Perhitungan RAB III-23 3.3.3 Cara Menyusun RAB Bangunan III-23 RANGKUMAN III-26 DAFTAR PUSTAKA III-30 i PENDAHULUAN Analisa harga satuan adalah suatu cara perhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi yang dijabarkan dalam perkalian kebutuhan bahan bangunan, upah kerja, dan peralatan dengan harga bahan bangunan, standart pengupahan pekerja dan harga sewa/beli peralatan untuk menyelesaikan per satuan pekerjaan konstruksi. Dalam setiap lingkup pekerjaan/proyek terdiri dari pekerjaan-pekerjaan tertentu. Dalam lingkup pekerjaan bagunan gedung termasuk bangunan rumah tinggal terdiri dari pekerjaan-pekerjaan : pekerjaan Persiapan; pekerjaan pondasi, pekerjaan beton; pekerjaan dinding, pekerjaan atap, pekerjaan lantai, pekerjaan plapond, dst. Pada setiap pekerjaan tersebut masih ada sub pekerjaan, misalnya pada pekerjaan pondasi : pekerjaan galian pondasi, pasangan pondasi batu kali, pondasi tiang pancang, dst. Pada setiap pekerjaan atau sub pekerjaan terdiri dari komponen bahan material, upah kerja, sewa alat dsb. Untuk menentukan harga satuan pekerjaan tersebut maka harus menggunakan AHS SNI. Dalam AHS-SNI ukuran untuk menentukan harga satuan pekerjaan, maka setiap bahan atau tenaga yang diperlukan diberi angka koefisien. Angka koefisien inilah sebagai rumus atau pedoman yang dijadikan alat pengali terhadap volume pekerjaan, harga material, dan upah kerja sehingga menghasilkan harga satuan untuk setiap pekerjaan. Yang biasa menggunakan AHS-SNI adalah para konsultan perencana, konsultan pengawas, dan kontraktor pelaksana konstruksi dalam rangka melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan bidang yang menjadi kewenangan masing-masing dalam melaksanakan pekerjaan jasa konstruksi. Analisa harga Satuan Pekerjaan Konstruksi (AHS-SNI) diterbitkan setiap tahun. Yang berubah dari setiap terbitan AHS-SNI biasanya harga satuan bahan dan upah, sedangkan koefisien AHS relatif tidak berubah. Jadi, apabila kita sudah punya AHS-SNI tahun 2011 dalam bentuk file excel, maka untuk updatenya kita hanya perlu mengedit harga satuan material dan upah kerja. Biasanya para konsultan dan kontraktor hanya mendapatkan AHS-SNI terbaru dari Dinas PU dalam bentuk cetakan, bukan bentuk file excel. ii AHS-SNI aslinya dalam format file excel. AHS disimpan dalam sheet. Sheet-ssheet AHS terdiri dari : Analisa Harga Satuan Pekerjaan, Harga Satuan Upah, harga Satuan Bahan, dan Harga Satuan Pekerjaan. Analisa Harga Satuan terdiri dari uraian pekerjaan, volume (koefiseien) pekerjaan, harga satuan upah, dan harga satuan bahan. gabungan hasil perkalian antara koefisien/volume dengan harga satuan menjadi harga satuan pekerjaan. Harga bahan material dan upah kerja merupakan standard harga yang ditetapkan oleh instansi terkait, dan setiap tahun biasanya berubah sesuai perkembangan harga pasar. Harga satuan pekerjaan adalah hasil perhitungan berdasarkan analisa harga satuan, harga satuan bahan, dan harga satuan upah. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KEGIATAN Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini peserta diharapkan: 1. Mampu menentukan komponen penentu harga satuan pada suatu pekerjaan konstruksi. 2. Mampu mengidentifikasi Work Breakdown Structure pada suatu pekerjaan konstruksi. 3. Mampu mengidentifikasi tahapan RAB (Rencana anggaran biaya) pada suatu pekerjaan konstruksi. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN KEGIATAN 1. Menentukan spesifikasi upah pekerjaan pada suatu pekerjaan konstruksi. 2. Mengevaluasi hasil WBS pada suatu pekerjaan konstruksi. 3. Mengevaluasi hasil perhitungan rencana anggaran baiaya (RAB) untuk pekerjaan konstruksi berdasarkan bestek sesuai dengan SNI iii URAIAN MATERI 2.1 Komponen Penentu Harga Satuan 2.1.1 Upah kerja Upah merupakan imbalan dari pihak perusahaan yang telah menerima pekerjaan dari tenaga kerja. Bila tiada upah biasanya juga tidak ada hubungan kerja, misalnya pekerjaan yang dilakukan secara gotong royong. Secara umum upah merupakan pendapatan yang sangat berperan dalam kehidupan karyawan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, maka sudah selayaknya kalau seorang karyawan: a. Memperoleh sejumlah pendapatan yang cukup yang dipertimbangkan agar dapat menjamin kebutuhan hidupnya yang pokok beserta keluarganya. b. Merasakan kepuasan berkenaan adanya kesesuaian dengan pendapatan orang lain yang mengerjakan perkerjaan yang sejenis di perusahaannya ataupun ditempat usaha lain dimasyarakat. Dalam menjalin suatu hubungan kerja yang baik, mengenai masalah upah pihak karyawan hendaknya memikirkan pula keadaan dalam perusahaannya, jika perusahaannya tidak mampu membayar upah yang sama seperti di perusahaan-perusahaan lainnya maka sebagai karyawan tidak boleh menuntut pembayaran upah yang sama seperti di perusahaan lainnya, namun pada waktu sekarang ini masih banyak juga pengusaha-pengusaha yang lain yang masih mengandalkan tenaga kerja dengan upah yang sedikit yang tidak sesuai dengan kerja karyawan. Dibawah ini adalah contoh pengupahan pekerjaan bangunan rumah (tahun 2019): I-4 I-5 I-6 2.1.2 Harga material Seperti sudah banyak orang ketahui, bahan untuk bangunan merupakan setiap bahan yang digunakan dengan tujuan konstruksi. Bahan untuk bangunan ini ada yang dari bahan alami dan juga buatan. Untuk bahan alami diantaranya ada tanah urug, batu, pasir, kayu. Ada banyak industry pembuatan bahan yang ada di Indonesia. Penggunaan bahan ini biasanya dibagi dalam perdagangan khusus tertentu, seperti pertukangan, pekerjaan isolasi, pipa, dan atap. Berikut adalah beberapa contoh harga bahan material di Kota Malang berdasarkan HSPK Kota Malang tahun 2019. I-7 I-8 I-9 3.1.3 Koefisien SNI Berkembangnya kegiatan konstruksi membuat ruang lingkup pekerjaan konstruksi juga semakin berkembang. Lingkup pekerjaan konstruksi sendiri memuat unit-unit pekerjaan tertentu yang tidak bisa disamakan. Pekerjaan konstruksi ini membutuhkan adanya Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang berfungsi untuk mengetahui berapa besarnya biaya bangunan konstruksi dari suatu bangunan gedung, jalan, jembatan, dll. Apa itu Analisa BOW? Pengertian analisa Burgerlijke Openbare Werken (BOW) adalah sistem koefisien analisa harga satuan bangunan produk zaman hindia belanda yang banyak digunakan dalam menghitung RAB untuk pelaksanaan pembangunan zaman itu. Analisa SNI merupakan pembaharuan atau revisi dari analisa BOW. Analisa SNI adalah sistem koefisien analisa harga satuan bangunan yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Prinsip yang mendasar pada metode SNI adalah, daftar koefisien bahan bangunan, upah tenaga, dan sewa peralatan sudah ditetapkan untuk menganalisa harga atau biaya yang diperlukan dalam membuat harga satu satuan pekerjaan bangunan. I-10 Rencana Anggaran Biaya (RAB) pembangunan konstruksi dapat dihitung dengan dua metode analisa, yaitu analisa BOW dan analisa SNI. Berikut ini adalah contoh perhitungan analisa anggaran biaya dengan jenis pekerjaan 1 m³ pembangunan beton dengan mutu K-225. 1. Metode BOW Contoh dari perhitungan analisa anggaran biaya dengan metode BOW adalah sebagai berikut : Harga satuan 1 m³ pekerjaan membuat beton dengan mutu K-225 : 1. Bahan 0,96 m³ kerikil @ Rp 100.000,00 = Rp 96.000,00 8,17 zak semen PC 50 kg @ Rp 60.000,00 = Rp 490.200,00 0,54 m³ Pasir @ Rp 75.000,00 = Rp 40.500,00 Jumlah total harga bahan = Rp 626.700,00 2. Upah 1,00 tukang batu @ Rp 80.000,00 = Rp 80.000,00 0,10 kepala tukang batu @ Rp 100.000,00 = Rp 10.000,00 6,00 pekerja @ Rp 60.000,00 = Rp 360.000,00 0,30 mandor @ Rp 90.000,00 = Rp 27.000,00 Jumlah total upah = Rp 477.000,00 3. Peralatan 0,4819 concrete mixer @ Rp 40.000,00 = Rp 19.276,00 0,0633 water tanker @ Rp 120.000,00 = Rp 7.596,00 0,4819 concrete vibrator @ Rp 22.000,00 = Rp 10.601,80 1,0000 alat bantu @ Rp 2.100,00 = Rp 2.100,00 Jumlah total alat = Rp 39.573,80 Harga satuan 1 m³ pekerjaan membuat beton mutu K-225 adalah: = Jumlah harga bahan + Jumlah harga upah + Jumlah harga peralatan = Rp 626.700,00 + Rp 477.000,00 + Rp 39.573,80 = Rp 1.143.273,80 Contoh perhitungan rencana anggaran biaya dengan metode SNI yaitu : Harga satuan 1 m³ pekerjaan membuat beton dengan mutu K-225 : I-11 1. Bahan 0,96 m³ kerikil @ Rp 100.000,00 = Rp 96.000,00 8,17 zak semen PC 50 kg @ Rp 60.000,00 = Rp 490.200,00 0,54 m³ Pasir @ Rp 75.000,00 = Rp 40.500,00 Jumlah total harga bahan = Rp 626.700,00 2. Upah 1,00 tukang batu @ Rp 80.000,00 = Rp 80.000,00 0,10 kepala tukang batu @ Rp 100.000,00 = Rp 10.000,00 6,00 pekerja @ Rp 60.000,00 = Rp 360.000,00 0,30 mandor @ Rp 90.000,00 = Rp 27.000,00 Jumlah total upah = Rp 477.000,00 3. Peralatan 0,4819 concrete mixer @ Rp 40.000,00 = Rp 19.276,00 0,0633 water tanker @ Rp 120.000,00 = Rp 7.596,00 0,4819 concrete vibrator @ Rp 22.000,00 = Rp 10.601,80 1,0000 alat bantu @ Rp 2.100,00 = Rp 2.100,00 Jumlah total alat = Rp 39.573,80 Harga satuan 1 m³ pekerjaan membuat beton dengan mutu K–225 adalah: = Jumlah harga bahan + Jumlah harga upah + Jumlah harga peralatan = Rp 558.950,00 + Rp 131.270,00 + Rp 39.573,00 = Rp 729.793,8 Perbedaan perhitungan dari metode BOW dan Metode SNI adalah pada prinsip yang mendasar dari metode SNI ialah daftar koefisien bahan dan upah tenaga sudah ditetapkan untuk I-12 menganalisa harga atau biaya yang diperlukan dalam membuat harga satu satuan pekerjaan bangunan. Analisa BOW (Burgeslijke Openbare Werken) 28 Februari 1921, perlu diadakan revisi atau perbaikan. Pedoman tersebut dirasakan sudah tidak relevan lagi karena analisa BOW hanya dapat digunakan apabila pekerjaannya berupa pekerjaan padat karya yang memakai peralatan konvensional serta tenaga kerja yang kurang profesional, sehingga apabila analisa tersebut masih digunakan secara murni mengakibatkan perencanaan biaya menjadi sangat mahal. Untuk mengefisiensi dana pembangunan masih ada metode lain yang dapat digunakan dalam penyusunan anggaran biaya misalkan dengan menggunakan metode SNI. 3.1.4 Material Konstruksi Material Konstruksi meliputi seluruh bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan pada suatu proses konstruksi. Peralatan Konstruksi meliputi seluruh peralatan yang dibutuhkan untuk menylesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan pada suatu proses kostruksi. Sistem Pengelolaan Material dan Peralatan Konstruksi adalah suatu sistem yang merencanakan dan mengendalikan seluruh kegiatan untuk menjamin agar material dan peralatan konstruksi dapat diperoleh dalam jumlah yang tepat, sesuai dengan spesifikasi, dengan harga yang pantas dan tersedia pada saat dibutuhkan. Material konstruksi sangat penting dalam menghasilkan produk konstruksi yang berkualitas tinggi. Pengelolaan komoditas material jasa konstruksi yang baik adalah suatu keharusan guna menjamin ketersediaan material yang cukup untuk pelaksanaan proyek konstruksi. Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan mempunyai tugas meningkatkan aspek pemanfaatan peralatan jasa konstruksi dalam rangka mewujudkan industri konstruksi yang kokoh, handal, dan berdaya saing tinggi. Asosiasi material konstruksi diharapkan mengembangkan pola pembinaan kepada anggotanya dengan memperhatikan hal-hal penting dalam mengoptimalisasikan penggunaan material dalam bisnis sektor konstruksi seperti: Sebaran Material Konstruksi Jumlah Produksi Material Konstruksi Inovasi Material Konstruksi Distribusi Material Konstruksi, dan seterusnya. I-13 Menurut Wikipedia bahan bangunan adalah setiap bahan yang digunakan untuk tujuan konstruksi. Banyak bahan alami seperti tanah liat, pasir, kayu, dan daun telah digunakan untuk membangun bangunan. Selain dari bahan alami, produk buatan banyak digunakan dan beberapa lagi kurang sintetik. Industri pembuatan bahan bangunan didirikan di banyak negara dan penggunaan bahan-bahan tersebut biasanya dibagi ke dalam perdagangan khusus tertentu, seperti pertukangan, pipa, atap dan pekerjaan isolasi. Acuan ini berhubungan dengan tempat tinggal manusia dan struktur termasuk rumah. Berikut merupakan contoh gambar material bangunan: Gambar 4.1 Pasir Pasang Sumber: google.com (2019) I-14 Gambar 4.2 Pasir Hitam Sumber: google.com (2019) Gambar 4.3 Batu Pecah Sumber: google.com (2019) I-15 Gambar 4.4 Portland Cement (PC) Sumber: google.com (2019) Gambar 4.5 Besi Ulir (kiri) dan Besi Polos (kanan) Sumber: google.com (2019) I-16 Gambar 4.6 Bata Ringan Sumber: google.com (2019) I-17 Gambar 4.6 Baja Ringan (galvalum) Sumber: google.com (2019) Gambar 4.6 Baja WF (wide flange) Sumber: google.com (2019) Gambar 4.7 Kayu Jati Sumber: google.com (2019) 3.1.5 Teknologi Konstruksi Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area. Secara ringkas konstruksi I-18 didefinisikan sebagai objek keseluruhan bangun(an) yang terdiri dari bagian-bagian struktur. Misal, Konstruksi Struktur Bangunan adalah bentuk/bangun secara keseluruhan dari struktur bangunan. contoh lain: Konstruksi Jalan Raya, Konstruksi Jembatan, Konstruksi Kapal, dan lain lain. Konstruksi dapat juga didefinisikan sebagai susunan (model, tata letak) suatu bangunan (jembatan, rumah, dan lain sebagainya) Walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai satu pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan satuan kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang berbeda. Pada umumnya kegiatan konstruksi diawasi oleh manajer proyek, insinyur disain, atau arsitek proyek. Orang-orang ini bekerja di dalam kantor, sedangkan pengawasan lapangan biasanya diserahkan kepada mandor proyek yang mengawasi buruh bangunan, tukang kayu, dan ahli bangunan lainnya untuk menyelesaikan fisik sebuah konstruksi. Untuk keberhasilan pelaksanaan proyek konstruksi, perencanaan yang efektif sangatlah penting. Hal ini terkait dengan rancang-bangun (desain dan pelaksanaan) infrastruktur yang mempertimbangkan mengenai dampak pada lingkungan / AMDAL, metode penentukan besarnya biaya yang diperlukan / anggaran, disertai dengan jadwal perencanaan yang baik,keselamatan lingkungan kerja, ketersediaan material bangunan, logistik, ketidaknyamanan publik terkait dengan yang disebabkan oleh keterlambatan persiapan tender dan penawaran, dll Dalam menyelesaikan suatu proyek untuk mencapai tujuan dengan efektif dan efisien, diperlukan sistem manajemen yang baik. Untuk menerapkan sistem manajemen yang baik, diperlukan berbagai metode sesuai jenis bangunan yang diselesaikan. Pihak manajemen menyusun dan mengarahkan metode-metode agar dapat menyelaraskan antara sumber daya dan penggunaan peralatan untuk mencapai tujuan proyek. Banyak faktor yang mempengaruhi ketepatan penggunaan peralatan dan pemanfaatan sumber daya di antaranya biaya, waktu, dan sosial. Untuk mencapai tujuan dengan efektif dan efisien, maka manajemen konstruksi melibatkan tahapan-tahapan metode yang standar digunakan pada setiap bangunan (rumah, gedung, dll). Metode-metode tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pekerjaan Pendahuluan Pekerjaan pendahuluan merupakan persiapan awal yang wajib dilakukan dalam melaksanakan suatu proyek. Pada tahap ini, segala izin yang dibutuhkan untuk proses pembangunan telah diurus serta segala sesuatu yang menyangkut kelancaran pekerjaan pelaksanaan harus telah disiapkan di lokasi sebelum melaksanakan pekerjaan. Penyusunan I-19 jadwal terinci, mobilisasi peralatan dan tenaga kerja, hingga kelengkapan administrasi lapangan harus sudah disiapkan sebelum memulai pekerjaan. Kontraktor juga harus mempertimbangkan situasi lapangan sebagai berikut: a) Volume pekerjaan yang merujuk pada batasan minimal yang wajib terpenuhi. Hal ini agar proyek tidak menyimpang dari perencanaan. b) Kontraktor meneliti situasi lapangan seperti kontur tanah, sifat dan luasan proyek hingga hal-hal yang bersangkutan agar tidak berpengaruh pada estimasi biaya dan waktu. Agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan proyek, kontraktor juga wajib melakukan pengukuran yang sesuai dengan target dan estimasi waktu serta biaya proyek. Pada tahap ini, kontraktor bertanggung jawab atas ketepatan ukuran dan mutu bangunan yang sesuai dengan syarat dan rencana kerja. Akan tetapi, jika terjadi ketidakcocokan, kontraktor tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan pembetulan sebelum mendapatkan persetujuan dari manajemen konstruksi. Selanjutnya, pada tahap ini perlu diambil langkah pembersihan yang mana kontraktor wajib membersihkan lokasi proyek dari hal-hal yang dapat menghambat proses pembangunan. Contohnya, lokasi harus bersih dari pepohonan sampai ke akarnya agar tidak merusak struktur tanah pada bangunan. 2. Pekerjaan Tanah dan Pasir Tahap ini meliputi penggalian fondasi, hingga penimbunan galian serta pemadatan setiap lapisan mencapai titik peil yang telah direncanakan. Dalam tahap ini, terdapat beberapa ketentuan yang wajib di penuhi kontraktor seperti: a) Memastikan posisi galian dan ukuran seperti tertera dalam gambar serta mendapatkan persetujuan dewan pengawas lapangan. b) Penggalian tanah fondasi dimulai setelah pemasangan bouwplank dan patok-patok disetujui direksi / pengawas lapangan. Fondasi yang dibangun menggunakan batu gunung yang bermutu tinggi serta mengandung lumpur dan pada bagian entrance menggunakan dengan batu bata. c) Dasar galian harus mencapai tanah keras dan bersih dari akar-akar kayu, kotoran-kotoran serta bagian-bagian tanah yang longgar (tidak padat) I-20 d) Dilakukan pengurugan yang meliputi urugan pasir, urugan tanah dan urugan kembali bekas tanah galian sesuai dengan gambar proyek. 3. Pekerjaan Pemasangan Tahap ini meliputi pemasangan beton mulai dari beton yang bertulang hingga beton yang tidak bertulang. Kualitas beton sangat tergantung pada bahan-bahan yang digunakan, yaitu: a) Portland Cement Bangunan yang baik menggunakan semen yang memenuhi standar berdasarkan Asosiasi Semen Indonesia. Dan juga, semen yang digunakan harus benar-benar fresh atau belum mengeras. Dalam menjaga mutu semen agar tidak cepat mengeras, kontraktor wajib memenuhi syarat penyimpanan semen tersebut. b) Air Tawar Air yang dipilih sebagai bahan campuran kedua beton adalah air tawar yang memenuhi syarat dari PBI 1971 yaitu tidak mengandung minyak, asam alkali, dan bahan kimia lainnya yang merusak mutu beton. c) Kerikil Kerikil disebut juga dengan batu pecah. Dalam penggunaannya sebagai bahan campuran beton, kerikil yang dipilih juga harus memenuhi syarat PBI 1971 yaitu memiliki gradasi yang baik, syarat kekerasan yang tinggi, tidak terkandung lumpur > 1%, dan tidak berpori. d) Pasir Tidak berbeda dengan bahan lainnya, pasir juga harus memenuhi syarat mutu dari PBI 1971 diantaranya adalah dapat berupa pasir buatan dari pecahan batu atau pasir alam, memiliki gradasi yang baik, terdiri dari butir-butir tajam, tidak berpori, serta tidak mengandung lumpur > 5%. e) Besi Beton Besi beton lebih dikenal sebagai baja tulangan. Besi beton yang baik juga harus memenuhi syarat PBI 1971 diantaranya adalah bersih dari lapisan minyak / karat / bebas cacat. f) Kayu Dalam pembuatan beton, kayu yang memenuhi syarat untuk digunakan adalah kayu yang bentuk dan sifatnya tidak mengurangi mutu bangunan dan memenuhi syarat dan ketentuan PPKI NI-5. I-21 Setelah pemasangan beton, dilanjutkan dengan pekerjaan kuda-kuda atap yang meliputi kuda-kuda, gording, atap penutup hingga seluruh detail sesuai rancangan proyek. Perlu diketahui, bahan atap yang baik digunakan adalah yang bertaraf Standar Nasional Indonesia (SNI) seperti atap genteng berbahan metal roof serta nok metal roof. Selain itu, atap harus ditopang dengan kerangka berbahan kayu kelas 11 berkualitas baik. 4. Pekerjaan Lantai Pemasangan lantai ditujukan berdasarkan petunjuk dari manajemen konstruksi serta rancangan proyek. Jika lantai dilengkapi dengan keramik, maka kontraktor harus mengikuti petunjuk dari manajemen konstruksi. Pada dasarnya, pemasangan lantai keramik harus mengikuti aturan bahwa lantai keramik harus bersih, tidak retak ataupun bergelombang. Apabila pemasangan keramik tidak rapi atau tidak sesuai dengan rancangan proyek, maka wajib dibongkar dan dipasang ulang. 5. Pekerjaan Instalasi Listrik Salah satu komponen yang tidak kalah penting adalah instalasi listrik. Pemasangan instalasi listrik harus sesuai dengan peraturan listrik yang berlaku di Indonesia. Pada tahap ini, pekerjaan meliputi pengadaan dan pemasangan seluruh komponen-komponen kelistrikan tidak terkecuali sakelar, stop kontak, lampu, panel listrik, hingga tahap percobaan sampai listrik dapat menyala dengan baik. 6. Pekerjaan Penutup Pekerjaan penutup ini meliputi pekerjaan pembersihan dan pemeliharaan. Pada masa pekerjaan pembersihan, kontraktor wajib membersihkan seluruh bagian dari proyek yang meliputi lantai, dinding, atap, pintu, jendela, plafon dan lainnya hingga bangunan siap untuk dihuni. Sedangkan pada masa pemeliharaan, kontraktor berkewajiban mengganti material- material yang rusak ataupun tidak berfungsi sebagai mana target proyek. 3.2 WBS (Work Breakdown Structure) 3.1.3 Pengertian WBS Work Breakdown Structure (WBS) adalah daftar kegiatan atau target dari ruang lingkup suatu proyek yang terorganisir dan biasa dibuat dengan menggunakan project management tools. I-22 Menurut (Satzinger, et al., 2012) ada dua pendekatan umum untuk membuat WBS, yaitu berdasarkan tujuan proyek atau berdasarkan timeline proyek. Pendekatan pertama dilakukan dengan mengidentifikasi seluruh tujuan yang harus diselesaikan sesuai dengan iterasi yang telah dibuat. Kemudian WBS mengidentifikasi setiap tugas yang diperlukan untuk membuat setiap tujuan. Sedangkan pendekatan yang kedua, setiap tugas dikerjakan sesuai dengan urutan timeline dari aktifitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan akhir. WBS menyediakan sebuah struktur hirarki yang bertindak sebagai jembatan atau penghubung antara ruang lingkup proyek dan rencana rinci proyek yang akan dibuat dengan menggunakan sebuah software project management. Salah satu software yang biasa digunakan untuk membuat WBS yaitu Microsoft Project. WBS mengurai atau membagi proyek ke dalam komponen lebih kecil dan lebih mudah diatur yang biasa disebut work packages (Marchewka, 2015). Work package memberikan dasar logis untuk mendefinisikan kegiatan proyek dan menugaskan sumber daya yang dimiliki ke dalam setiap kegiatan tersebut jadi seluruh pekerjaan proyek teridentifikasi. Modul ini akan membahas beberapa hal yaitu (l) memahami pengertian work breakdown structure, (2) volume pekerjaan bangunan, (3) Analisa harga satuan, (4) Metode perhitungan RAB Bacalah dengan seksama capaian pembelajaran maupun sub capaian pembelajaran untuk mengetahui apa yang akan diperoleh setelah mempelajari materi ini. Pada bagian uaraian materi anda mempelajari materi pelajaran yang harus anda kuasai. Pelajari dengan seksama materi tiap kegiatan belajar, jika ada informasi yang kurang jelas atau mengalami kesulitan dalam mempelajari setiap materi, sebaiknya berkonsultasi pada pengajar. Pahami setiap materi yang akan menunjang dalam penguasaan suatu kompetensi dengan membaca secara teliti. Bacalah referensi lainnya yang berhubungan dengan materi modul agar anda mendapatkan tambahan pengetahuan. 3.1.3 Tujuan Work Breakdown Structure Pada dasarnya WBS merupakan suatu daftar yang bersifat top down dan secara hirarkis menerangkan komponen yang harus dibangun dan pekerjaan yang berkaitan denganya. Contohnya sebagai berikut: I-23 Model WBS memiliki keuntungan antara lain: 1. Memberikan daftar pekerjaan yg harus diselesaikan 2. Memberikan dasar untuk mengestimasi, mengalokasikan sumber daya, menyusun jadwal, da n menghitung biaya 3. Mendorong untuk mempertimbangkan secara lebih serius sebelum membangun suatu proyek. Manfaat WBS : 1. Untuk mempercepat proses penyelesaian suatu proyek 2. Mengetahui pencapaian apa saja yang diinginkan suatu proyek 3. Dapat merencanakan proyek kedepannya Namun terdapat manfaat utama dari WBS, yaitu sebagai berikut : 1. Analisa WBS yang melibatkan manajer fungsional dan personel yang lain dapat membantu meningkatkan akurasi dan kelangkapan pendefinisian proyek. 2. Menjadi dasar anggaran dan penjadwalan. 3. Menjadi alat control pelaksanaan proyek, karena panyyimpanan biaya dan jadwal paket kerja tertentu dapat dibandingkan dengan WBS. Tujuan WBS : 1. Melengkapi komunikasi antar personal proyek 2. Menjaga konsistensi dalam pengendaliandan pelaporan proyek 3. Cara efektif untuk melengkapi tugas manajemen I-24 Setelah WBS berhasil disusun dan perkiraan lama waktu pelaksanaan telah dihitung, selanjutnya dilakukan penyusunan jadwal kerja. 3.3 Menjelaskan metode perhitungan RAB Bangunan 3.3.1 Pengertian Metode Perhitungan RAB Menurut J. A. Mukomuko (1985) dalam bukunya “Dasar Penyusunan Anggaran Bangunan”, dalam menyusun rencana anggaran biaya diperlukan data-data sebagai berikut : a. Gambar rencana b. Daftar harga upah c. Daftar harga bahan (material) d. Daftar analisa (buku pedoman analisa) e. Daftar jumlah (voume) tiap jenis pekerjaan Sebelum menghitung harga satuan pekerjaan, estimator harus mampu menguasai penggunaan analisa SNI. Analisa SNI merupakan pembaharuan dari analisa BOW, sehingga terdapat perbedaan nilai indeks baik indeks bahan maupun indeks tenaga kerja. Dalam pelaksanaan proyek pemerintah maupun swasta seringkali dibutuhkan penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) agar diperoleh estimasi biaya total yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek tersebut.. Perbedaan RAB dengan HPS adalah RAB pada TOR/KAK dan Standar Harga ditetapkan oleh Kepala Daerah dan hanya digunakan untuk menyusun anggaran, sedangkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) diperoleh dari hasil survei pasar terkini. Dalam penyusunan RAB dengan pagu anggaran tertentu harga yang dipakai adalah harga dari BPS+PPn+PPh+keuntungan 15%+inflasi 7% lebih cocok untuk penyusunan harga atau anggaran (RKAP) untuk tahun anggaran mendatang bukan untuk tahun anggaran berjalan. Selain itu, besaran inflasi juga tergantung pada besaran inflasi yang ditentukan oleh lembaga keuangan negara yang artinya setiap tahun tidak sama. Prinsip pada metode SNI yaitu perhitungan harga satuan pekerjaan yang berlaku untuk seluruh wilayah di Indonesia, berdasarkan harga satuan bahan dan harga satuan alat di daerah setempat. Harga satuan pekerjaan yang diperoleh kemudian disesuaikan dengan gambar teknis dan rencana kerja untuk memperoleh biaya suatupekerjaan konstruksi. Prinsip perhitungan harga satuanpekerjaan dengan metode SNI hampir sama dengan metode BOW, akan tetapi terdapat perbedaan pada besarnya nilai koefisien bahan dan koefisien tenaga kerja. I-25 3.3.2 Fungsi Perhitungan RAB Menyusun RAB sebelum mengerjakan proyek merupakan hal yang penting. Mengapa? RAB berfungsi sebagai acuan dasar pelaksanaan proyek, mulai dari pemilihan penyedia/kontraktor yang sesuai, pembelian barang/jasa, sampai pengawasan lelang agar berjalan sesuai dengan rancangan dan kesepakatan awal/kontrak. Tanpa adanya RAB, sangat mungkin terjadi pembengkakan biaya dikarenakan pembelian bahan bangunan yang tidak sesuai dengan volume pekerjaan, upah pekerja yang tidak terkontrol, pengadaan peralatan yang tidak tepat, dan berbagai dampak negatif lainnya. Tidak mau kan hal itu terjadi? Maka membuat RAB merupakan solusi yang terbaik. 3.3.3 Item Rincian yang wajib ada dalam RAB Dalam pembuatan RAB ada beberapa item rincian pekerjaan yang dimasukkan ke dalam tabel, baik pengadaan barang maupun jasa. Berikut di bawah ini komponen rincian yang harus ada dalam RAB: 1. Uraian pekerjaan yang dibagi berdasarkan sub jenis pekerjaan. Contoh: pekerjaan persiapan, galian, dan urugan dan pekerjaan pondasi beton. Hal ini tergantung jenis pekerjaan, jika pengadaan barang maka akan lebih sederhana, sedangkan pekerjaan jasa konstruksi dari setiap bagian uraian pekerjaan memiliki rincian pekerjaan lainnya yang lebih detail. 2. Volume pekerjaan yang memiliki arti satuan yang digunakan untuk pengukuran suatu item barang/objek. Volume pekerjaan umumnya dapat dihitung dalam satuan meter persegi (m 2), meter kubik (m3), atau unit.. 3. Harga satuan pekerjaan yang dapat dipisah menjadi dua bagian, harga jasa atau harga jasa berikut materialnya. Setelah itu, kalikan volume pekerjaan dengan harga satuan pekerjaan. 4. Total upah pekerja yang didapatkan dari biaya per jam x estimasi waktu pekerjaan x total pekerja. 5. Total material bahan bangunan. 6. Total atau jumlah harga yang didapatkan dari penjumlahan total upah dengan total material atau perkalian volume dengan total upah. 3.3.4 Cara menuyusun RAB bangunan Menyusun RAB memang susah-susah gampang. Dikatakan gampang karena RAB sebenarnya hanya merupakan perkalian antara volume pekerjaan dengan harga satuan pekerjaan. I-26 Dikatakan susah karena ada jenis pekerjaan (misal konstruksi) yang mengharuskan untuk mendaftar item pekerjaan/sub jenis pekerjaan untuk disertakan di dalam RAB. Oleh karena itu, dalam pembuatan RAB diperlukan ketelitian dalam pembuatannya. Mengacu pada penjelasan mengenai komponen yang harus ada di dalam RAB, ada lima langkah yang harus Anda perhatikan dalam menyusun RAB. 1. Mempersiapkan Gambar Kerja Detail (DED) Untuk pekerjaan konstruksi, gambar kerja detail atau biasa disebut detail engineering design (DED) dibutuhkan untuk beberapa keperluan proyek, termasuk dalam penyusunan RAB. Selain itu, DED ini nantinya juga bisa digunakan untuk mengurus keperluan pembuatan Izin Mendirikan Bangunan (IMB), dan pembuatan Surat Perjanjian Kontrak Kerja (SPK). Penggunaan gambar kerja pada RAB untuk proyek konstruksi diperlukan untuk menentukan berbagai jenis pekerjaan, spesifikasi dan ukuran material bangunan. Berbeda jika pelaksanaan proyek pengadaan barang, tidak dibutuhkan gambar kerja detail. Dengan mempersiapkan DED pada proyek konstruksi akan memudahkan untuk menghitung volume pekerjaan. DED inilah yang menjadi rujukan dalam menentukan item-item pekerjaan yang akan dihitung dalam penyusunan RAB. 2. Menghitung Volume Pekerjaan Setelah semua item yang diperlukan terlist dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah menghitung volume pekerjaan. Penghitungan ini dilakukan dengan cara menghitung banyaknya volume pekerjaan dalam satu satuan, misalkan per m 2, m3, atau per unit. Volume pekerjaan nantinya dikalikan dengan harga satuan pekerjaan, sehingga didapatkan jumlah biaya pekerjaan. 3. Membuat dan Menentukan Harga Satuan Pekerjaan Untuk pekerjaan konstruksi, harga satuan pekerjaan dapat dipisahkan menjadi harga upah dan material. Kita hanya butuh untuk memasukkan harga berdasarkan harga survei pasar yang berlaku di daerah. Sebagai contoh, harga satuan pekerjaan per tahun 2019 untuk pekerjaan pengecatan cat dinding adalah Rp. 10.500,- per m2, pekerjaan rangka atap adalah Rp. 110.000,- per m2, dan pekerjaan pemasangan plafon adalah Rp. 26.000,- per m2. Namun, kita juga harus mengantisipasi adanya peningkatan harga apabila pekerjaan bangun atau renovasi belum dimulai. I-27 4. Menghitung Jumlah Biaya Pekerjaan Setelah volume dan harga satuan kerja sudah bisa ditemukan, maka langkah selanjutnya adalah mengalikan angka tersebut sehingga akan didapat jumlah biaya dari masing-masing pekerjaan (volume pekerjaan x harga satuan). Contohnya pekerjaan pembuatan pondasi batu kali, Anda bisa menghitung volumenya sebesar 10 m3 dengan harga satuan sebesar Rp. 400.000. Maka dari sini Anda bisa mengetahui bahwa biaya pekerjaan pembuatan pondasi batu kali adalah 10m 3 x Rp. 400.000= Rp. 4.000.000. 5. Menghitung Keseluruhan Jumlah Total Masing-masing Sub Pekerjaan Langkah terakhir dalam membuat RAB adalah menghitung jumlah total masing-masing sub pekerjaan, seperti pekerjaan persiapan, pekerjaan pondasi, atau pekerjaan beton. Sub pekerjaan tersebut dapat diuraikan lagi secara lebih detail. Setiap pekerjaan kemudian ditotalkan sehingga didapatkan jumlah total biaya pekerjaan yang kemudian dikurangai dengan biaya pajak. 1. Harga Satuan Jadi Harga satuan jadi merupakan biaya nyata atau real cost yang dikeluarkan dalam rangka penyelesaian suatu jenis pekerjaan. Singkatan Kepanjangan Istilah atau arti Singkatan Kepanjangan Istilah/arti Cm Centimeter Satuan panjang Kg Kilogram Satuan berat M1 Meter panjang Satuan panjang M2 Meter persegi Satuan luas M3 Meter kubik Satuan volume OH Orang hari Satuan tenaga kerja per hari PC Portland cement Semen portland PU Pasir urug Pasir yang digunakan untuk urugan PP Pasir pasang Agregat halus ukuran < 5mm KP Kapur padam Kapur tohor yang dipadamkan KR Kerikil Agregat kasar untuk 5mm – 40mm SM Semen Merah Semen hasil tumbukan bata merah PB Pasir beton Agregat halus ukuran < 5mm I-28 RANGKUMAN Analisa harga satuan adalah suatu cara perhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi yang dijabarkan dalam perkalian kebutuhan bahan bangunan, upah kerja, dan peralatan dengan harga bahan bangunan, standart pengupahan pekerja dan harga sewa/beli peralatan untuk menyelesaikan per satuan pekerjaan konstruksi. Analisa harga satuan pekerjaan adalah suatu cara perhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi yang dijabarkan dalam perkalian kebutuhan bahan bangunan, upah kerja, dan peralatan dengan harga bahan bangunan, standart pengupahan pekerja dan harga sewa / beli peralatan untuk menyelesaikan per satuan pekerjaan konstruksi. Analisa harga satuan pekerjaan ini dipengaruhi oleh angka koefisien yang menunjukkan nilai satuan bahan/material, nilai satuan alat, dan nilai satuan upah tenaga kerja ataupun satuan pekerjaan yang dapat digunakan sebagai acuan/panduan untuk merencanakan atau mengendalikan biaya suatu pekerjaan. Dalam penyusunan RAB dengan pagu anggaran tertentu harga yang dipakai adalah harga dari BPS+PPn+PPh+keuntungan 15%+inflasi 7% lebih cocok untuk penyusunan harga atau anggaran (RKAP) untuk tahun anggaran mendatang bukan untuk tahun anggaran berjalan. Selain itu, besaran inflasi juga tergantung pada besaran inflasi yang ditentukan oleh lembaga keuangan negara yang artinya setiap tahun tidak sama. DAFTAR PUSTAKA Marchewka, J. T., 2015. INFORMATION TECHNOLOGY PROJECT MANAGEMENT. 5th ed. Hoboken: John Wiley. Satzinger, J. W., Jackson, R. B. & Burd, S. D., 2012. SYSTEM ANALYSIS AND DESIGN IN A CHANGING WORLD. 6th ed. Boston: Joe Sabatino. http://wila-education.blogspot.com/2013/12/manfaat-dan-tujuan-wbs.html https://www.bulelengkab.go.id/detail/artikel/rencana-anggaran-biaya-rab-definisi-fungsi-dan- cara-penyusunan-96 http://meisyasalsabila.blogspot.com/2011/07/mengapa-sni-mengalahkan-bow.html http://strong-indonesia.com/artikel/tahapan-metode-pelaksanaan-konstruksi-bangunan/ I-29