Makalah DPKB Materi 3 PDF
Document Details
Uploaded by WinningFantasticArt6124
Universitas Negeri Makassar
2024
Tags
Summary
This makalah discusses various curriculum designs, focusing on different perspectives and implementations within a biology curriculum context. It details the theoretical underpinnings and practical considerations of various approaches to curriculum design. The document appears to be a university assignment from Universitas Negeri Makassar, with a focus on designing curriculum in biology.
Full Transcript
MAKALAH PENDIDIKAN DESAIN DAN PENGEMBANGANGAN KURIKULUM BIOLOGI SEKOLAH “ Macam-Macam Desain Kurikulum” Dosen Pengampu Mata Kuliah : Prof. Dr. Nurhayati B, M.Pd. Disusun Oleh: 1. Afril Trifia (220107501021)...
MAKALAH PENDIDIKAN DESAIN DAN PENGEMBANGANGAN KURIKULUM BIOLOGI SEKOLAH “ Macam-Macam Desain Kurikulum” Dosen Pengampu Mata Kuliah : Prof. Dr. Nurhayati B, M.Pd. Disusun Oleh: 1. Afril Trifia (220107501021) 2. Haryani (220107500004) 3. Nurul Afifah (220107501016) 4. Ummul Aulia Irzal (220107502008) 5. Iin Noviyanti Amar (220107501025) 6. Nurlinda (220107501029) 7. Devi Aprilianti (220107502018) 8. Nindita Alwiyana (220107501008) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2024 1 KATA PENGANTAR Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh. Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini berjudul "Macam-Macam Desain Kurikulum" yang merupakan tugas mata kuliah Desain Pengembangan Kurikulum Sekolah. Dengan ini kami mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Nurhayati B., M.Pd selaku dosen pengampu. Dalam dunia pendidikan, desain kurikulum memegang peranan penting dalam menentukan arah dan kualitas pembelajaran. Berbagai macam desain kurikulum yang telah dikemukakan oleh Prof. Nurhayati B. memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana kurikulum dapat disusun dan diimplementasikan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Melalui makalah ini, kami berusaha untuk menggali lebih dalam mengenai berbagai desain kurikulum yang ada, serta implikasinya terhadap proses pembelajaran. Kami berharap makalah ini dapat menjadi sumber informasi yang bermanfaat bagi pembaca, khususnya dalam memahami dan menerapkan desain kurikulum yang efektif. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Makassar, 08 September 2024 Penyusun 2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.................................................................................................................2 BAB I........................................................................................................................................4 PENDAHULUAN......................................................................................................................4 A.LATAR BELAKANG......................................................................................................... 4 B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................... 5 BAB II.......................................................................................................................................6 KAJIAN TEORI DAN ANALISIS MASALAH...........................................................................6 A. Desain Kurikulum Disiplin Ilmu.......................................................................................6 B.Desain Kurikulum Berorientasi pada Masyarakat......................................................... 10 1. Perspektif Status Quo...................................................................................................10 2.Perspektif Reformis........................................................................................................11 3. Perspektif Masa Depan................................................................................................11 B.Desain Kurikulum Berorientasi pada Siswa.................................................................. 12 Jenis Desain Kurikulum Berorientasi pada Siswa :.......................................................... 13 1. Activity Design atau Experience Design....................................................................... 13 2. Humanistic Design........................................................................................................14 Adapun kelebihan dan kekurangan desain kurikulum berorientasi pada siswa............... 14 a. Kelebihan:.....................................................................................................................14 b. Kekurangan:................................................................................................................. 15 B. Desain Kurikulum Teknologi......................................................................................... 15 BAB III....................................................................................................................................18 PENUTUP.............................................................................................................................. 18 A.Kesimpulan....................................................................................................................18 B. Saran - Saran............................................................................................................... 19 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 19 3 BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG Istilah kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang sering digunakan dalam olahraga, dari kata curir artinya pelari, dan curere artinya tempat berpacu. Dilihat dari arti kata tersebut, maka kurikulum dapat diartikan jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Kemudian istilah ini juga digunakan dalam dunia pendidikan yang diberi makna sejumlah mata pembelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan anak didik untuk memperoleh ijazah. Dalam pemahaman konsep kurikulut, para ahli memberikan berbagai macam. Kurikulum dapat didefinisikan sebagai program pembelajaran yang didalamnya mengandung pernyataan tujuan pembelajaran, konten atau bahan ajar, prosedur pembelajaran atau pengalaman belajar yang dapat membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran, dan alat evaluasi untuk memastikan apakah tujuan pembelajaran yang dirumuskan tercapai atau tidak tercapai di akhir program pembelajaran. Dalam Permendiknas Nomor 24 Tahun 2005, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) didefinisikan sebagai kurikulum operasional yang dikembangkan berdasarkan standar nasional dengan mempertimbangkan potensi peserta didik, sekolah, dan wilayah tempat satuan pendidikan/sekolah berada. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, kurikulum dijelaskan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari sisi perencanaan, kurikulum dapat dijelaskan sebagai pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekelompok ahli, antara lain pengembangan kurikulum, ahli metodologi, ahli materi, dan ahli penilaian, termasuk guru. Keputusan yang diambil terkait penentuan tujuan umum (goals) dan khusus (objectives), pemilihan dan pengorganisasian konten, pemilihan pengalaman belajar yang akan diberikan kepada peserta didik agar tujuan dapat dicapai, pemilihan dan pengembangan bahan ajar serta media pembelajaran, serta pemilihan dan pengembangan alat penilaian untuk mengidentifikasi atau memastikan apakah program pembelajaran (kurikulum) efektif atau tidak. Dapat dikatakan bahwa kurikulum merupakan program pembelajaran yang mengandung komponen tujuan umum dan tujuan khusus; konten atau struktur dan isi 4 kurikulum, yang berupa bahan ajar atau sederet mata pelajaran; proses pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik; alat evaluasi, baik berupa tes maupun non tes untuk memastikan tujuan pembelajaran tercapai atau tidak tercapai di akhir program pembelajaran. Sementara itu, RPP dalam Pedoman Implementasi Kurikulum 2013, dijabarkan sebagai pembelajaran detail terhadap suatu Kurikulum 2013, dijabarkan sebagai pembelajaran detail terhadap suatu materi pokok atau tema tertentu yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator capaian kompetensi, tujuan, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. B. RUMUSAN MASALAH 1. Mampu menjelaskan desain kurikulum disiplin ilmu 2. Mampu menjelaskan desain kurikulum berorientasi pada masyarakat 3. Mampu menjelaskan desain kurikulum berorientasi pada siswa 4. Mampu menjelaskan desain kurikulum teknologi 5 BAB II KAJIAN TEORI DAN ANALISIS MASALAH A. Desain Kurikulum Disiplin Ilmu Menurut Longstreet (1993) desain kurikulum ini merupakan desain kurikulum yang berpusat kepada pengetahuan (the knowledge centered design) yang dirancang berdasarkan struktur disiplin ilmu, oleh karena itu model desain ini dinamakan juga model kurikulum subjek akademis yang penekanannya diarahkan untuk pengembangan intelektual siswa. Para ahli memandang desain kurikulum ini berfungsi untuk mengembangkan proses kognitif atau pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui latihan menggunakan gagasan dan melakukan proses penelitian ilmiah (McNeil, 1990). Dalam ilmu filsafat, desain kurikulum dipengaruhi oleh tiga ide utama, yaitu, teoritis, dan praktis. Ketiganya berpegang pada interpretasi dan pilihan sasaran, penetapan, dan keterkaitan isi program pendidikan, pilihan tentang teknik penyampaian isi program pendidikan dan perenungan tentang kerangka penilaian capaian program pendidikan yang telah dilakukan (Ansyar, 2017; Widaningsih, 2014). Pemaknaan kurikulum sering digunakan dalam berbagai istilah yang mendeskripsikan tentang proses berjalannya suatu kegiatan. Menurut Pratt (1980), istilah curriculum making dan curriculum construction adalah dua istilah yang umum dipakai pada awal lahirnya bidang studi kurikulum (Ansyar, 2017). Kemudian, curriculum planning dan curriculum management merupakan istilah yang umum digunakan karena kedua istilah tersebut mengacu pada rancangan perspesifikan tindakan dan manajemen tentang petunjuk dari pelaksanaan rancangan dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu (Aulia, 2022). Model kurikulum yang berorientasi pada pengembangan intelektual siswa, dikembangkan oleh para ahli mata pelajaran sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing. Mereka menyusun materi pembelajaran apa yang harus dikuasai oleh siswa baik menyangkut data dan fakta, konsep maupun teori yang ada dalam setiap disiplin ilmu mereka masing-masing. Materi pembelajaran tentu saja disusun sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Selain menentukan materi kurikulum, para pengembang kurikulum menyusun bagaimana melakukan pengkajian materi pembelajaran melalui proses penelitian ilmiah sesuai dengan corak atau masalah yang terkandung dalam disiplin ilmu. Jadi, dalam desain model ini bukan hanya diharapkan siswa semata-mata dapat menguasai materi pelajaran 6 sesuai dengan disiplin ilmu, akan tetapi juga melatih proses berpikir melalui proses penelitian ilmiah yang sistematis. Dalam implementasinya, strategi yang banyak digunakan adalah strategi ekspositori. Melalui strategi ini, gagasan atau informasi disampaikan oleh guru secara langsung kepada siswa. Selanjutnya siswa dituntut untuk memahami, mencari landasan logika, dan dukungan fakta yang dianggap relevan. Siswa dituntut untuk membaca buku-buku atau karya-karya besar dalam bidangnya untuk dimengerti, dipahami, dan dikuasai. Selanjutnya, penguasaan materi disiplin ilmu itu dijadikan kriteria dalam keberhasilan implementasi kurikulum. Evaluasi yang digunakan bervariasi sesuai dengan tujuan mata Pelajaran. Dalam pelajaran humaniora evaluasi dilakukan dalam bentuk essay. Mata pelajaran kesenian diukur atau dinilai berdasarkan unsur subyektifitas. Matematika dinilai berdasarkan penguasaan aksiomanya bukan sekadar kebenaran dalam menghitung. Penilaian ilmu alam diberikan dalam bentuk pengujian proses berpikir bukan sekadar benar dalam jawaban. Salah satu contoh kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu atau disebut juga kurikulum subjek akademis adalah Man a Course of Study (MACOS), yang dirancang untuk memperbaiki proses perbaikan pengajaran ilmu-ilmu sosial dan humanistis. Kurikulum ini diperuntukkan untuk siswa-siswa sekolah dasar. Dalam paket kurikulum itu terdiri dari buku, film, poster, permainan, dan perlengkapan kelas lainnya. Pengembangan kurikulum mengharapkan siswa dapat menggali faktor-faktor penting yang akan menjadikan manusia sebagai manusia. Melalui perbandingan dengan binatang, anak menyadari akan kemanusiaannya. Dengan membandingkan suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya, anak akan memahami adanya aspek universal dari kebudayaan manusia. Tujuan utama kurikulum MACOS adalah perkembangan intelektual, yaitu membangkitkan penghargaan dan keyakinan akan kemampuan sendiri dengan memberikan serangkaian cara kerja yang memungkinkan anak mampu menganalisis kehidupan sosial walaupun dengan cara yang sederhana. Melalui kegiatan-kegiatan ilmiah, seperti observasi, percobaan, penyusunan, dan pengujian hipotesis, pemahaman disiplin ilmu sosial, melakukan inkuiri, diharapkan anak dapat mengambil banyak manfaat. Keterlibatan siswa adalah aspek lain yang sangat diperhatikan. Dengan menggunakan masalah nyata sebagai titik awal pembelajaran, siswa diharapkan lebih terlibat dan termotivasi untuk belajar, karena materi yang diajarkan menjadi lebih relevan dengan kehidupan mereka. Secara keseluruhan, tujuan utama kurikulum MACOS adalah menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dan terintegrasi, yang dapat mendukung perkembangan siswa secara menyeluruh, baik dari segi akademis maupun karakter. 7 Terdapat tiga bentuk organisasi kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu, yaitu: subject centered curriculum, correlated curriculum, dan integrated curriculum. 1. Subject Centered Curriculum Pada subject centered curriculum, bahan atau isi kurikulum disusun dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, misalnya: mata pelajaran sejarah, ilmu bumi, kimia, fisika, berhitung, dan lain sebagainya. Mata pelajaran-mata pelajaran itu tidak berhubungan satu sama lain. Pada pengembangan kurikulum di dalam kelas atau pada kebiasaan belajar mengajar, setiap guru hanya bertanggung jawab pada mata pelajaran yang diberikannya. Kalaupun mata pelajaran itu diberikan oleh guru yang sama, maka hal ini juga dilaksanakan secara terpisah-pisah. Oleh karena organisasi bahan atau isi kurikulum berpusat pada mata pelajaran secara terpisah-pisah, maka kurikulum ini juga dinamakan separated subject curriculum. 2. Correlated Curriculum Pada organisasi kurikulum ini, mata pelajaran tidak disajikan secara terpisah, akan tetapi mata pelajaran-mata pelajaran yang memiliki kedekatan atau mata pelajaran sejenis dikelompokkan sehingga menjadi suatu bidang studi (broadfield), seperti misalnya mata pelajaran geografi, sejarah, ekonomi dikelompokkan dalam bidang studi IPS. Demikian juga dengan mata pelajaran, biologi, kimia, fisika, dikelompokkan menjadi bidang studi IPA. Mengkorelasikan bahan atau isi materi kurikulum dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, yaitu: a) Pendekatan struktural Dalam pendekatan ini, kajian suatu pokok bahasan ditinjau dari beberapa mata pelajaran sejenis. Seperti misalnya, kajian suatu topik tentang geografi tidak semata-mata ditinjau dari sudut geografi saja, akan tetapi juga ditinjau dari sejarah, ekonomi, atau mungkin budaya. b) Pendekatan fungsional Pendekatan ini didasarkan kepada pengkajian masalah yang berarti dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, suatu topik tidak diambil dari mata pelajaran tertentu akan tetapi diambil dari apa yang dirasakan perlu untuk anak, selanjutnya topik itu dikaji oleh berbagai mata pelajaran yang memiliki keterkaitan. Contohnya masalah "kemiskinan" ditinjau dari sudut ekonomi, geografi, dan sejarah. c) Pendekatan daerah 8 Pada pendekatan ini materi pelajaran ditentukan berdasarkan lokasi atau tempat. Seperti mengkaji daerah ibu kota ditinjau dari keadaan iklim, sejarah, sosial budayanya, ekonominya, dan lain sebagainya. 3. Integrated Curriculum Pada organisasi kurikulum yang menggunakan model integrated, tidak lagi menampakkan nama-nama mata pelajaran atau bidang studi. Belajar berangkat dari suatu pokok masalah yang harus dipecahkan. Masalah tersebut kemudian dinamakan unit. Belajar berdasarkan unit bukan hanya menghafal sejumlah fakta, akan tetapi juga mencari dan menganalisis fakta sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Belajar melalui pemecahan masalah itu diharapkan perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada segi intelektual saja akan tetapi seluruh aspek seperti sikap, emosi, atau keterampilan. B. Desain Kurikulum Berorientasi pada Masyarakat Tujuan utama dari kurikulum ini adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan mempertemukan siswa dengan masalah-masalah yang ada di sekitarnya. Kurikulum ini didasarkan pada pandangan bahwa sekolah harus melayani kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, isi kurikulum harus disesuaikan dengan kebutuhan tersebut, dengan tujuan untuk mempersiapkan siswa agar mampu berpartisipasi dalam memecahkan masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat. Ada tiga perspektif utama dari desain kurikulum berorientasi masyarakat menurut Sanjaya (2008): 1. Perspektif Status Quo Dalam pendekatan kurikulum ini, fokus utama adalah mempertahankan nilai-nilai budaya masyarakat. Kurikulum dirancang untuk memberikan siswa pengetahuan dan keterampilan sebagai persiapan untuk menjadi anggota masyarakat yang dewasa dan berfungsi di kehidupan sosial. Aspek-aspek penting dalam kehidupan masyarakat dijadikan dasar bagi perancang kurikulum. Franklin Bobbit, salah satu tokoh berpengaruh dalam relevansi kebutuhan sosial, mengkaji secara ilmiah hal-hal yang seharusnya menjadi bagian dari kurikulum. Bobbit berpendapat bahwa sekolah, sebagai lembaga pendidikan formal, harus mempersiapkan siswa untuk kehidupan dewasa dalam masyarakat. Oleh karena itu, berbagai aktivitas orang dewasa harus dipelajari dan menjadi bagian dari kurikulum. Bobbit mengidentifikasi beberapa kegiatan utama yang dianggap penting untuk dimasukkan dalam kurikulum, antara lain Komunikasi sosial atau penggunaan bahas Kesehatan. 9 Kehidupan sosial, seperti bersosialisasi dan bekerja sama. Penggunaan waktu luang dan rekreasi. Menjaga kesejahteraan fisik dan mental. Aktivitas yang berkaitan dengan religiusitas. Peran sebagai orang tua, seperti membesarkan anak dan menjaga keharmonisan keluarga. Keterampilan praktis untuk bekerja. Melakukan pekerjaan sesuai dengan bakat. Menurut Bobbit, aspek-aspek ini tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, dan oleh karena itu, kurikulum harus mencakup hal-hal tersebut. Setiap kegiatan dapat dipecah menjadi lebih rinci untuk memandu siswa dalam proses pembelajaran. Kurikulum juga harus mempersiapkan siswa untuk bekerja, sehingga perancang kurikulum perlu menganalisis keterampilan yang dibutuhkan untuk profesi tertentu sebelum merancang isi kurikulum. Ini bertujuan agar kurikulum lebih efektif dan relevan dengan kebutuhan dunia kerja. 2.Perspektif Reformis Dalam perspektif reformis, kurikulum dikembangkan untuk meningkatkan kualitas masyarakat secara keseluruhan. Kurikulum ini menuntut partisipasi aktif masyarakat dalam pendidikan, dengan tujuan mengubah tatanan sosial yang ada. Para reformis berpendapat bahwa pendidikan sering digunakan untuk menindas kelompok miskin demi kepentingan elit. Pendidikan dalam perspektif ini bertujuan untuk menciptakan tatanan sosial baru yang lebih adil, baik dalam pembagian kekuasaan maupun kekayaan. Tokoh-tokoh seperti Paulo Freire dan Ivan Illich mendukung perspektif ini. Mereka berpendapat bahwa kurikulum tidak cukup hanya menyelesaikan masalah sosial, tetapi harus mampu merombak tatanan sosial dan struktur yang ada, serta menciptakan struktur sosial baru. Menurut mereka, sekolah yang dikembangkan oleh negara cenderung bersifat menindas dan tidak humanis, serta digunakan untuk mempertahankan status quo elit. 3. Perspektif Masa Depan Perspektif masa depan sering dikaitkan dengan kurikulum rekonstruksi sosial, yang menekankan pentingnya hubungan antara kurikulum dan kehidupan sosial, politik, serta ekonomi. Model kurikulum ini lebih mengutamakan kepentingan sosial daripada individu. Setiap individu diharapkan mampu memahami dan mengidentifikasi berbagai masalah di 10 masyarakat yang terus berubah, sehingga mereka dapat berkontribusi dalam pengembangan masyarakat. Salah satu pelopor dari kurikulum rekonstruksi sosial adalah Harold Rug. Pada tahun 1920-an hingga 1930-an, Rug melihat adanya kesenjangan antara kurikulum sekolah dan realitas di masyarakat. Ia berpendapat bahwa siswa harus memahami persoalan di masyarakat, karena masyarakat adalah tempat siswa berasal dan kembali. Melalui pengetahuan baru, siswa diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah masyarakat. Tujuan utama dari perspektif ini adalah menghadapkan siswa pada masalah yang dihadapi umat manusia. Para ahli rekonstruksi sosial percaya bahwa masalah masyarakat tidak hanya dapat diselesaikan melalui bidang studi sosial saja, tetapi juga melalui disiplin ilmu lainnya seperti ekonomi, estetika, kimia, dan matematika. Berbagai krisis yang dialami masyarakat harus menjadi bagian dari kurikulum. Dalam mengimplementasikan kurikulum ini, ada tiga kriteria yang harus dipenuhi: pembelajaran harus nyata (real), berbasis tindakan (action), dan berlandaskan nilai-nilai (values). Pertama, siswa harus fokus pada aspek yang perlu diubah di masyarakat. Kedua, mereka harus mengambil tindakan terhadap masalah tersebut. Ketiga, tindakan yang diambil harus didasarkan pada nilai-nilai, apakah tindakan tersebut patut dilakukan atau tidak, dan apakah perlu kerja individu, kelompok, atau keduanya. Kegiatan belajar diorganisasikan berdasarkan tema utama, yang kemudian dipecah menjadi topik-topik relevan. Setiap topik kemudian dibahas dan diselesaikan melalui latihan dan kunjungan lapangan. Evaluasi pembelajaran diarahkan pada kemampuan siswa untuk mengidentifikasi masalah, mencari solusi, dan mengambil tindakan tertentu. Evaluasi dilakukan secara berkelanjutan sepanjang proses pembelajaran (Wijayanti, 2017). B.Desain Kurikulum Berorientasi pada Siswa Asumsi utama dari kurikulum ini adalah bahwa pendidikan diselenggarakan untuk membantu peserta didik. Oleh karena itu, pendidikan harus berkaitan dengan kehidupan siswa. Kurikulum yang berorientasi pada siswa menekankan pentingnya siswa sebagai pusat dari isi kurikulum. Segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum harus relevan dengan kehidupan siswa. Dalam mendesain kurikulum berorientasi pada siswa, Alice Crow mengusulkan beberapa hal berikut: 11 1. Kurikulum harus disesuaikan dengan perkembangan siswa. 2. Isi kurikulum harus mencakup keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang berguna untuk masa kini dan masa depan. 3. Siswa harus diposisikan sebagai subjek yang belajar secara mandiri. Artinya, siswa perlu didorong untuk aktif dalam berbagai kegiatan belajar, bukan hanya menerima informasi dari guru. 4. Apa yang dipelajari siswa harus sesuai dengan minat, bakat, dan perkembangan mereka. Isi pelajaran tidak boleh hanya diputuskan dari sudut pandang guru atau orang lain, tetapi juga dari sudut pandang siswa itu sendiri. Terdapat dua Perspektif dalam Desain Kurikulum Berorientasi pada Siswa 1. Perspektif Kehidupan Anak di Masyarakat (The Child in Society Perspective) Francis Parker menyarankan bahwa siswa harus menjadi sumber utama dalam penyusunan kurikulum. Belajar bagi siswa adalah ketika mereka belajar secara nyata dari pengalaman hidup mereka di masyarakat. Kurikulum harus dimulai dari pengalaman yang mereka miliki, baik dari keluarga, lingkungan fisik, maupun sosial. 2. Perspektif Psikologi (The Psychological Curriculum Perspective) Perspektif ini menganggap kurikulum yang berorientasi pada siswa sebagai kurikulum yang bersifat humanistik. Hal ini muncul sebagai tanggapan terhadap sistem pendidikan yang terlalu menekankan aspek intelektual. Para ahli dalam perspektif ini berpendapat bahwa tugas pendidikan bukan hanya mengembangkan kemampuan intelektual siswa, tetapi juga mengembangkan seluruh pribadi mereka agar menjadi manusia yang utuh. Jenis Desain Kurikulum Berorientasi pada Siswa : 1. Activity Design atau Experience Design Desain ini memiliki beberapa ciri, antara lain: Struktur kurikulum ditentukan oleh kebutuhan dan minat siswa. Pendidik harus menemukan apa yang menjadi minat dan kebutuhan peserta didik. Kurikulum disusun bersama dengan siswa, tidak disiapkan sebelumnya secara kaku. 12 Penekanan pada prosedur pemecahan masalah. Setiap proses pembelajaran akan menghadapi masalah, dan kurikulum ini berusaha mencari solusi untuk memecahkannya. 2. Humanistic Design Desain ini menekankan pada perkembangan siswa dengan berfokus pada aspek subjektif, seperti perasaan, pandangan, penghargaan, dan pertumbuhan pribadi. Tujuan utama desain ini adalah: Mengembangkan kemandirian dan pengarahan diri pada siswa. Membangun rasa tanggung jawab terhadap apa yang mereka pelajari. Mendorong kreativitas mandiri. Membangun minat terhadap pelajaran. Mengembangkan rasa ingin tahu yang mendalam terhadap pelajaran. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Membuat Kurikulum Berorientasi Siswa Menurut tokoh-tokoh psikologi humanistik seperti Abraham Maslow dan Carl Rogers, kurikulum yang berpusat pada siswa harus mempertimbangkan hal-hal berikut: Karakteristik sosial siswa. Gaya komunikasi. Kepribadian. Kemampuan kognitif. Latar belakang akademis. Adapun kelebihan dan kekurangan desain kurikulum berorientasi pada siswa a. Kelebihan: 1. Kurikulum ini dapat lebih mudah memotivasi siswa karena sesuai dengan kebutuhan dan minat mereka. 2. Pembelajaran lebih memperhatikan individu siswa. 3. Kegiatan pemecahan masalah memberikan pengetahuan dan keterampilan yang relevan untuk kehidupan nyata di luar sekolah. 13 b. Kekurangan: 1. Perbedaan minat dan kebutuhan siswa dapat menimbulkan kesulitan dalam pelaksanaan kurikulum. 2. Kurikulum tidak memiliki pola yang jelas karena isinya ditentukan oleh siswa. 3. Memerlukan pendidik dengan keahlian khusus, baik dalam bidang general education maupun psikologi perkembangan. Penilaian dalam Kurikulum Berorientasi Siswa Menurut Alexander dan kolega dalam bukunya Student-Oriented Curriculum: Asking the Right Questions, penilaian dalam kurikulum berorientasi siswa sebaiknya dirancang dengan patokan berikut: 1. Pengajaran, pembelajaran, dan penilaian harus terintegrasi. Tidak boleh ada perbedaan antara ketiganya. 2. Penilaian harus dilakukan secara berkelanjutan. Ini harus menjadi bagian dari proses pembelajaran sehari-hari, bukan hanya dilakukan di akhir unit pelajaran. 3. Penilaian tidak bertujuan untuk menunjukkan kelemahan siswa, melainkan sebagai kesempatan bagi siswa untuk merefleksikan pembelajaran mereka dan menemukan kekuatan mereka. 4. Penilaian harus berpusat pada siswa. Siswa seharusnya menjadi penilai terbaik dari pekerjaan mereka sendiri. Jika mereka bertanggung jawab atas pembelajaran mereka, mereka juga harus bertanggung jawab dalam proses penilaian. B. Desain Kurikulum Teknologi Model desain kurikulum teknologi difokuskan kepada efektivitas program, metode, dan bahan-bahan yang dianggap dapat mencapai tujuan. Perspektif teknologi telah banyak dimanfaatkan pada berbagai konteks, misalnya pada program pelatihan di lapangan industri dan militer. Desain sistem instruksional menekankan kepada pencapaian tujuan yang mudah diukur, aktivitas, dan tes, serta pengembangan bahan-bahan ajar.teknologi mempengaruhi kurikulum dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi penerapan hasil-hasil teknologi dan penerapan 14 teknologi sebagai suatu Sisi pertama yang berhubungan dengan penerapan teknologi adalah perencanaan yang sistematis dengan menggunakan media atau alat dalam kegiatan pembelajaran. Penggunaan dan pemanfaatan alat tersebut semata-mata untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Dengan penerapan hasil-hasil teknologi sebagai alat, diasumsikan pembelajaran akan lebih berhasil secara efektif dan efisien. Contoh penerapan hasil-hasil teknologi itu di antaranya adalah pembelajaran dengan bantuan komputer (computer-assisted instruction), pengajaran melalui radio, film, video, dan lain sebagainya). Pernahkan Anda mempelajari materi pelajaran Bahasa Inggris melalui kaset? Nah, itu adalah contoh model desain kurikulum dengan menggunakan media dalam bentuk pembelajaran individual. Dalam pelajaran Bahasa Inggris melalui kaset, Anda belajar tahap demi tahap. Dalam setiap tahapan sudah ditentukan tujuan yang harus dicapai, materi/bahan pelajaran yang harus dipelajari, cara bagaimana mempelajarinya sampai pada menentukan evaluasi keberhasilannya Teknologi sebagai suatu sistem, menekankan kepada penyusunan program pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem yang ditandai dengan perumusan tujuan khusus sebagai tujuan tingkah laku yang harus dicapai. Proses pembelajaran diarahkan untuk mencapai tu- juan. Dengan demikian, keberhasilan pembelajaran itu diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai atau mencapai tujuan khusus tersebut. Jadi, penerapan teknologi sebagai suatu sistem itu tidak ditentukan oleh penerapan hasil-hasil teknologi akan tetapi bagaimana merancang implementasi kurikulum dengan pendekatan sistem. Seperti yang telah kita pelajari sistem adalah satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan secara fungsional untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian, akhir dari suatu proses pembelajaran adalah ketercapaian tujuan yang dirumuskan sebelumnya. Segala daya upaya yang dilakukan guru diarahkan untuk mencapai tujuan. Untuk melihat efektivitas proses dalam suatu sistem, maka tujuan yang dirumuskan harus dapat diukur, bukan tujuan yang bersifat abstrak dan umum; semakin tujuan itu jelas dan spesifik, maka semakin jelas pula merancang proses pembelajaran serta semakin jelas pula menetapkan kriteria keberhasilan. Kurikulum teknologi, banyak dipengaruhi oleh psikologi belajar behavioristik. Salah satu ciri dari teori belajar ini adalah pola tingkah laku yang bersifat mekanis seperti yang digambarkan dalam teori Stimulus-Respons. Lebih lanjut dalam pandangannya tentang belajar kurikulum ini memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Belajar dipandang sebagai proses respons terhadap rangsangan. 15 2. Belajar diatur berdasarkan langkah-langkah tertentu dengan sejumlah tugas yang harus dipelajari. 3. Secara khusus siswa belajar secara individual, meskipun dalam hal. hal tertentu bisa saja belajar secara kelompok. Menurut McNeil (1990), tujuan kurikulum teknologis ditekankan kepada pencapaian perubahan tingkah laku yang dapat diukur. Oleh karena itu tujuan umum dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan khusus. Tujuan-tujuan itu biasanya diambil dari setiap mata pelajaran (disiplin ilmu). Tujuan yang berorientasi kepada tujuan kemasyarakatan jarang digunakan. Semua siswa diharapkan dapat menguasai secara tuntas tujuan pengajaran yang telah ditentukan. Sebagaimana tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, maka organisasi bahan pelajaran dalam kurikulum teknologis memiliki ciri-ciri: pertama, pengorganisasian materi kurikulum berpatokan pada rumusan tujuan; kedua, materi kurikulum disusun secara berjenjang, dan ketiga, materi kurikulum disusun dari mulai yang sederhana menuju yang kompleks. Selanjutnya untuk efektivitas dan keberhasilan implementasi kurikulum teknologi hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Kesadaran akan tujuan, artinya siswa perlu memahami bahwa pembelajaran diarahkan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, siswa perlu diberi penjelasan tujuan apa yang harus dicapai. 2. Dalam pembelajaran siswa diberi kesempatan mempraktikkan kecakapan sesuai dengan tujuan. 3. Siswa perlu diberitahu hasil yang telah dicapai. Dengan demikian, siswa perlu menyadari apakah pembelajaran sudah dianggap cukup atau masih perlu bantuan. 16 BAB III PENUTUP A.Kesimpulan Desain kurikulum merupakan elemen penting dalam pendidikan yang harus disesuaikan dengan berbagai kebutuhan dan konteks. Terdapat beberapa pendekatan dalam desain kurikulum yang dapat diterapkan. Pertama, Desain Kurikulum Disiplin Ilmu berfokus pada pengembangan pengetahuan dan keterampilan spesifik dalam suatu bidang, memastikan siswa mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang subjek yang mereka pelajari. Kedua, Desain Kurikulum Berorientasi pada Masyarakat mengintegrasikan kebutuhan dan nilai-nilai masyarakat, bertujuan mempersiapkan siswa agar dapat berkontribusi secara efektif serta memahami isu-isu sosial yang relevan. Ketiga, Desain Kurikulum Berorientasi pada Siswa menempatkan siswa sebagai pusat proses pembelajaran, dengan kurikulum yang dirancang sesuai kebutuhan, minat, dan gaya belajar mereka, sehingga dapat meningkatkan motivasi serta hasil belajar. Keempat, Desain Kurikulum Teknologi mengintegrasikan teknologi dalam 17 pembelajaran, baik sebagai alat bantu maupun sebagai bagian dari materi ajar, yang sangat penting dalam mempersiapkan siswa menghadapi tantangan era digital. B. Saran - Saran Penulisan makalah tentang berbagai macam desain kurikulum sebaiknya menggunakan sumber referensi berupa buku cetak , jurnal, dan sumber yang terpercaya lainya. Hal ini dikarenakan buku ataupun jurnal terpercaya sudah melalui penelitian atau pengamatan penulis. dan sebaiknya jangan menggunakan web yang dikarenakan tulisan di web kadang tidak bisa dipertanggungjawabkan dan belum teruji kebenarannya. DAFTAR PUSTAKA Aulia, Muhammad Ghozil., et al. (2022). Desain Pengembangan Kurikulum dan Implementasinya untuk Program Pendidikan Agama Islam. Journal of Education and Teaching. Vol. 3 No. 2, Hal 228. Idi, Abdullah. (2013). Pengembangan Kurikulum: Teori & Praktik. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Sukmadinata, Pangesti, F. T. P., & Retnowati, E. (2017). Pengembangan bahan ajar geometri SMP berbasis Cognitive Load Theory berorientasi pada prestasi belajar siswa. Pythagoras, 12(1), 33-46, Sanjaya, Wina. (2008). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, Jakarta: Kencana. Waruwu, Y., et al. (2024). Teknologi Pendidikan: Transformasi Pembelajaran di Era Digital. Bali: CV. Intelektual Manifes Media. 18 Wijayanti, D. (2017). Kolom Wisata Pada SKH Kedaulatan Rakyat Sebagai Media Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Berbasis Wacana Lokal (Sebuah Alternatif Desain Kurikulum Berorientasi Pada Masyarakat). Wina, Sanjaya. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Kencana Prenada Media Group. 19