Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Dengan Kekuatan Senjata PDF

Document Details

SuitablePrehistoricArt6287

Uploaded by SuitablePrehistoricArt6287

SMAK Kolese Santo Yusup

Tags

Indonesian Independence War Indonesian History Nationalism Resistance

Summary

Dokumen ini menyajikan ringkasan tentang perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, yang menguraikan latar belakang, pertempuran, dan peran penting tokoh-tokoh.

Full Transcript

PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DENGAN KEKUATAN SENJATA Latar Belakang  Bom Atom di Hiroshima & Nagasaki pada Agustus 1945.  2 September 1945 Jepang menandatangani penyerahan tanpa syarat pada sekutu.  Sekutu memerintahkan Jepang untuk mempertahankan status quo.  Jepang...

PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DENGAN KEKUATAN SENJATA Latar Belakang  Bom Atom di Hiroshima & Nagasaki pada Agustus 1945.  2 September 1945 Jepang menandatangani penyerahan tanpa syarat pada sekutu.  Sekutu memerintahkan Jepang untuk mempertahankan status quo.  Jepang mematuhi perintah tersebut.  Rakyat Indonesia yang telah memproklamasikan kemerdekaan mendesak Jepang segera pergi dari Indonesia.  Terjadi aksi pengambilan paksa senjata Jepang oleh Rakyat Indonesia.  Terjadi peperangan di beberapa daerah antara rakyat Indonesia & tentara Jepang. SEAC  Sekutu membentuk SEAC.  SEAC dipimpin oleh pasukan Inggris.  SEAC bertanggung jawab atas Indonesia.  Pemimpin SEAC: Lord Louis Mountbatten.  Lord Louis Mountbatten mengutus 7 perwira Inggris yang dipimpin oleh A.G. Greenhalgh ke Indonesia.  Tugas: mempelajari serta melaporkan keadaan di Indonesia menjelang pendaratan pasukan sekutu. Louis Mountbatten AFNEI  Sekutu membentuk AFNEI.  SEAC berada dalam kendali AFNEI.  Pemimpin: Philip Christison.  AFNEI bertanggung jawab pada wilayah Indonesia barat.  AFNEI fokus pada tawanan Jepang.  Philip Christison mengakui pemerintahan Republik Indonesia pada 1 Oktober 1945.  Kebanyakan pegawai AFNEI adalah orang Belanda. Philip Christison NICA  NICA dibentuk oleh sekutu pada 1944.  Pemimpin: H.J. Van Mook.  Wakil: Raden Abdul Kadir Widjojoatmodjo.  Tugas: Memulihkan & mengendalikan pemerintahan sipil di Hindia- Belanda.  C.H.O. van der Plas datang ke Indonesia pada 16 September 1945.  Anggota NICA yang lain datang ke Indonesia pada 29 September 1945 bersama SEAC. HJ van Mook Raden Abdul Kadir Widjojoatmodjo Aksi NICA & AFNEI  NICA aktif mempersenjatai bekas pasukan KNIL (militer pemerintah Hindia-Belanda).  NICA ingin mengambil alih kekuasaan.  AFNEI mendukung aksi NICA dengan membantu melakukan teror pada rakyat Indonesia di beberapa daerah.  AFNEI menyimpang dari misi awal. 2 Jenis Perjuangan  Perjuangan angkat senjata (pertempuran)  Perjuangan diplomasi (perundingan) Pertempuran di Indonesia dalam Rangka Mempertahankan Kemerdekaan  Pertempuran Medan Area  Pertempuran Ambarawa  Pertempuran Surabaya  Peristiwa Merah Putih di Manado  Pertempuran di Bandung  Pertempuran Margarana/Puputan Margarana  Perlawanan Rakyat di Makassar Insiden Hotel Yamato Pertempuran Surabaya Latar Belakang  Tentara Sekutu mendarat di Surabaya 25 Oktober 1945 dipimpin Brigjen Mallaby (Inggris).  Gubernur Jawa Timur (RMTA Suryo) menyepakati militer Inggris masuk ke Surabaya untuk melepaskan tawanan Jepang.  Inggris menduduki gedung pemerintahan & menyebarkan pamflet berisi perintah agar rakyat Surabaya & Jawa Timur menyerahkan senjata yang telah mereka rampas dari tentara Jepang.  27 Oktober 1945 pertama kali peperangan di Surabaya.  28 Oktober 1945 pemuda berhasil merebut gedung-gedung pemerintahan.  Mallaby terdesak & meminta bantuan pada komandan tentara Inggris di Jawa (Mayjen D.C. Hawthorn). Terbunuhnya Mallaby  Hawthorn menghubungi Presiden Sukarno untuk meminta bantuan menyelesaikan pergolakan.  29 Oktober 1945 Sukarno, Moh. Hatta, Amir Sjarifuddin & Hawthorn tiba di Surabaya.  Sukarno berkeliling Kota Surabaya menyerukan penghentian peperangan & meminta para pejuang menunggu hasil perundingan antara Indonesia & sekutu.  Beberapa sudut Kota Surabaya masih terjadi peperangan.  30 Oktober 1945 Mallaby tewas karena granat yang meledakkan mobilnya di dekat Jembatan Merah.  Kematian Mallaby menjadi alasan Inggris menggempur Surabaya Brigjen Mallaby Peperangan 10 November 1945 di Surabaya  7 November 1945 Inggris mengirim surat kepada Gubernur Soeryo berisi kecaman atas kematian Mallaby & menuding Soeryo tidak mampu mengendalikan rakyatnya sendiri.  9 November 1945 Soeryo membalas dengan surat yang intinya membantah semua tuduhan Inggris.  Inggris meminta rakyat Surabaya untuk menyerah dengan batas waktu jam 06:00 tanggal 10 November 1945.  9 November 1945 pukul 22:00 Gubernur Soeryo melalui siaran radio menolak ultimatum Inggris.  Rakyat Surabaya berjuang dengan slogan: “Merdeka atau mati”.  10 November 1945 Inggris menggempur Surabaya dari darat, laut & udara. Peperangan 10 November 1945 di Surabaya  Sukarno berpidato dengan bahasa Inggris yang disebarkan ke seluruh dunia.  Dalam pidato tersebut, Sukarno melancarkan protes ke PBB dan mendesak Presiden Amerika Serikat (Harry S. Truman) untuk turun tangan menghentikan aksi militer Inggris.  Tokoh masyarakat seperti Bung Tomo aktif mengobarkan semangat melalui radio.  Ulama seperti KH. Hasyim Asy’ari juga berperan dalam mengerahkan santri-santri dan masyarakat untuk ikut berjuang.  Peperangan berakhir setelah 3 minggu, Kota Surabaya berhasil dipertahankan walaupun dalam keadaan hancur. Bung Tomo KH. Hasyim Asyari Perjuangan Diplomasi  Linggajati  Komisi Tiga Negara (KTN)  Renville  Roem-Royen  Konferensi Inter Indonesia  Konferensi Meja Bundar Perundingan Linggajati  Daerah Linggajati diusulkan oleh Maria Ulfa (Menteri Sosial) karena Jakarta & Yogyakarta ditolak oleh masing-masing pihak (Indonesia & Belanda).  10 November 1946, Linggajati, Jawa Barat.  Delegasi Indonesia, Belanda & Inggris.  Delegasi Inggris sebagai mediator (penengah): Lord Killearn.  Sutan Syahrir (salah satu delegasi Indonesia) menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia.  Perjanjian ini ditandatangani pada 25 Maret 1947 di Istana Negara. Hasil Perundingan Linggajati  Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia dengan wilayah: Sumatera, Jawa & Madura.  Belanda harus meninggalkan wilayah tersebut paling lambat pada 1 Januari 1949.  Republik Indonesia & Belanda akan bekerjasama dalam membentuk negara Serikat dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS).  Pembentukan RIS akan segera dilaksanakan sebelum tanggal 1 Januari 1949.  RIS & Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda yang diketuai oleh Ratu Belanda. Hasil Perundingan Linggajati  Wilayah Indonesia hanya Sumatra, Jawa & Madura.  Beberapa partai menganggap Kabinet Syahrir lemah dalam mempertahankan kedaulatan.  26 Juni 1947, KNIP menarik dukungan terhadap Kabinet Syahrir.  27 Juni 1947, Kabinet Syahrir III jatuh. Penafsiran Belanda Mengenai Perundingan Linggajati  Belanda beranggapan bahwa pulau-pulau lain di luar Indonesia yang masih dikuasainya dapat menjadi negara sendiri jika memang dikehendaki.  Belanda menolak klaim Indonesia atas Irian Barat (Papua).  Belanda ingin menjadikan Indonesia sebagai negara persemakmuran Belanda & akan membentuk federasi.  Belanda ingin hubungan luar negeri Indonesia ditangani oleh pihak Belanda. Sutan Syahrir Agresi Militer Belanda I  Perbedaan tafsir mengenai hasil perundingan Linggajati antara Indonesia & Belanda.  15 Juli 1947, H.J. Van Mook menyampaikan pidato radio bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan perundingan Linggajati.  21 Juli 1947, terjadi Agresi Militer Belanda I.  Tujuan: merebut daerah-daerah perkebunan yang kaya & daerah yang memiliki sumber daya alam, terutama minyak.  Aksi polisional (politionele acties): Mengatasi kekacauan akibat teror & huru-hara serta memulihkan ketertiban & stabilitas di Indonesia.  29 Juli 1947, pesawat Dakota Republik Indonesia yang membawa obat-obatan ditembak jatuh oleh Belanda. Garis van Mook  29 Agustus 1947, Belanda secara sepihak memproklamasikan Garis van Mook.  Indonesia mendesak PBB untuk mengambil sikap.  Indonesia melobi negara-negara sahabat untuk memperjuangkan Indonesia di PBB & mendapat tanggapan positif.  India & Australia di PBB mengajukan usul agar masalah Indonesia ini dibahas dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB.  Dewan Keamanan PBB sejak tahun 1947, resmi menggunakan nama Indonesia dalam semua dokumen resolusi PBB.  Indonesia & Belanda mematuhi resolusi PBB mengenai gencatan senjata pada 17 Agustus 1947. Jatuhnya Pesawat Dakota VT CLA Monumen Ngoto, Bantul, Yogyakarta Komisi Tiga Negara  25 Agustus 1947, Dewan Keamanan PBB membentuk Committe of Good Office for Indonesia yang akan menjadi penengah konflik antara Indonesia & Belanda.  Komite tersebut lebih dikenal sebagai Komisi Tiga Negara (KTN).  Australia dipilih Indonesia.  Belgia dipilih Belanda.  Amerika Serikat pihak netral.  Prancis sebagai peninjau. Tugas Komisi Tiga Negara  20 Oktober 1947, tugas KTN di Indonesia adalah untuk menyelesaikan sengketa antara Indonesia & Belanda secara damai.  KTN berhak mengambil inisiatif untuk masalah militer.  KTN hanya berhak memberi saran untuk masalah politik. Amir Syarifuddin Ali Sastroamidjojo Perundingan Renville  KTN mengusulkan agar Indonesia & Belanda melakukan perundingan di tempat netral (di atas Kapal Angkatan Laut Amerika Serikat yaitu USS Renville).  8 Desember 1947, perundingan Renville dimulai.  Indonesia, Belanda, Australia, Belgia & Amerika Serikat.  Indonesia memilih Australia: Richard Kirby  Belanda memilih Belgia: Paul van Zeeland  Australia & Belgia memilih Amerika Serikat: Frank B. Graham Hasil Perundingan Renville  Pihak Indonesia menyetujui dibentuknya negara Indonesia Serikat pada masa peralihan sampai pengakuan kedaulatan.  Belanda bebas membentuk negara-negara federal di daerah- daerah yang didudukinya dengan melalui jajak pendapat (plebisit/pemungutan suara) terlebih dahulu.  Pemerintah Indonesia bersedia menarik pasukannya serta mengosongkan daerah-daerah di belakang Garis van Mook untuk kemudian masuk ke wilayah Indonesia. Reaksi Masyarakat Indonesia mengenai Hasil Perundingan Renville  Reaksi negatif dari rakyat, politikus & militer.  Soedirman menyebut wilayah Indonesia hanya “sebesar daun lontar”.  Wilayah Indonesia menjadi sempit.  Menyebabkan Indonesia terblokade secara ekonomi, politik & militer.  Militer terpaksa harus meninggalkan sejumlah wilayah pertahanan yang telah dibangun dengan susah payah.  29.000 Pasukan Siliwangi di Jawa Barat harus hijrah (long march) ke Yogyakarta.  Yogyakarta menjadi ibu kota republik. Akibat dari Hasil Perundingan Renville  Banyak partai menyampaikan mosi tidak percaya kepada kabinet Amir Syarifuddin.  Kabinet Amir Syarifuddin II jatuh.  23 Januari 1947, Amir Syarifuddin mengembalikan mandat kepada Presiden Sukarno.  Belanda aktif membentuk negara boneka (Bijeenkomst voor federaal Overleg).  Ketidakpuasan rakyat Indonesia pada hasil perundingan Renville  Kekhawatiran tokoh pemerintahan Indonesia mengenai niat Belanda untuk menguasai sepenuhnya wilayah Republik Indonesia. Pemerintahan Darurat Republik Indonesia  18 Desember 1948 pemerintah Indonesia mengadakan sidang kabinet.  Mengantisipasi tindakan militer Belanda.  Membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan pemimpin Syafruddin Prawiranegara & berpusat di Bukittinggi.  Tokoh-tokoh Indonesia di India juga diberi pesan untuk berjaga- jaga, apabila PDRI Bukittinggi tidak berhasil, maka PDRI berpusat di India.  Sukarno & Hatta memilih untuk tetap berada di Yogyakarta. Agresi Militer Belanda II  Perlawanan angkat senjata terhadap Belanda terus terjadi.  Strategi ermattungsstrategie.  19 Desember 1948, Belanda mengepung Kota Yogyakarta (ibu kota Indonesia setelah perundingan Linggajati).  Belanda menahan: Sukarno, Hatta, Sutan Syahrir, Moh. Roem, Agus Salim & A.G. Pringgodigdo (diasingkan ke Pulau Bangka).  Sudirman & A.H. Nasution aktif memimpin peperangan gerilya di luar Yogyakarta.  27 Desember 1948 A.H. Nasution mengumumkan berdirinya pemerintahan militer untuk Jawa. Peran PBB dalam mengakhiri Agresi Militer Belanda II  24 Januari 1949, Sidang Dewan Keamanan PBB  Dewan Keamanan PBB mendesak Belanda untuk mengakhiri operasi militer & memulangkan para pemimpin pemerintah Indonesia yang ditangkap.  Dewan Keamanan PBB membentuk United Nations Commision for Indonesia (UNCI) sebagai pengganti KTN. United Nations Commision for Indonesia  Membantu melancarkan jalannya perundingan.  Mengurus pengembalian kekuasaan pemerintah Indonesia.  Mengamati jajak pendapat.  Mengajukan usulan & saran-saran yang dapat membantu tercapainya kesepakatan antara kedua negara. Strategi Pemimpin Militer Indonesia  Belanda tidak menghiraukan resolusi yang ditawarkan UNCI.  Terus memimpin serangan militer melawan Belanda.  Belanda menyebar isu yang mengatakan bahwa republik Indonesia telah tidak ada lagi.  Pemimpin militer berusaha membuktikan bahwa Republik Indonesia tetap ada.  Merencanakan serangan besar kepada Belanda di Yogyakarta. Serangan Umum 1 Maret 1949  Serangan militer berskala besar dari militer Indonesia kepada Belanda.  Tujuan: Membuktikan eksistensi Republik Indonesia & TNI kepada dunia internasional sekaligus mematahkan propaganda Belanda bahwa Republik Indonesia tidak ada lagi.  Serangan umum 1 Maret 1949 Kota Yogyakarta dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto yang mendapat izin dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX.  Serangan umum 1 Maret 1949 sukses merebut beberapa bagian Kota Yogyakarta dari penguasaan Belanda. Alasan Pemilihan Kota Yogyakarta sebagai Sasaran Utama Serangan  Yogyakarta merupakan ibu kota Republik Indonesia sehingga jika dapat direbut walau hanya untuk beberapa jam, akan berpengaruh besar terhadap perjuangan Indonesia.  Terdapat banyak wartawan asing di Hotel Merdeka Yogyakarta, delegasi UNCI & pengamat militer dari PBB. Kesaksian mereka sangat penting bagi Republik Indonesia.  Semua pasukan memahami & menguasai situasi & daerah operasi Latar Belakang Terjadinya Perundingan Roem Royen  UNCI bertemu dengan pemimpin Indonesia di Pulau Bangka & BFO dalam rangka mencari kesepakatan.  Tindakan UNCI tersebut dilakukan karena situasi yang semakin memburuk.  Dewan keamanan PBB menugaskan UNCI untuk membantu pelaksanaan resolusi.  UNCI sukses mengadakan perundingan Roem-Royen.  Indonesia: Mohammad Roem.  Belanda: Frederik van Royen. Perundingan Roem Royen  17 April 1949.  Perundingan pendahuluan yang berlangsung di Hotel Des Indes, Jakarta.  Amerika Serikat: Merle Cochran (Mediator).  Mohammad Roem diperkuat dengan kehadiran Moh. Hatta & Sri Sultan Hamengkubuwono IX.  Tercapai kesepakatan pada 7 Mei 1949. Pemerintah Indonesia  Memerintahkan seluruh pengikut Republik yang bersenjata untuk menghentikan perang gerilya.  Bekerjasama dalam menjaga ketertiban, keamanan & menjaga perdamaian.  Turut serta dalam konferensi Meja Bundar di Den Haag, dengan tujuan mempercepat penyerahan kedaulatan kepada negara Indonesia Serikat dengan tanpa syarat setelah para pemimpin pemerintahan kembali ke Yogyakarta. Pemerintah Belanda  Menghentikan aksi militernya serta membebaskan para tahanan politik.  Menyetujui kembalinya pemerintah Republik Indonesia ke Yogyakarta.  Menyetujui Republik Indonesia sebagai bagian dari negara Indonesia Serikat.  Berusaha menyelenggarakan Konferensi Meja Bundar (KMB). Dampak Perjanjian Roem-Royen  Melalui Perundingan Roem-Royen, pihak Indonesia & Belanda sepakat untuk turut serta dalam KMB.  6 Juli 1949, Sukarno-Hatta kembali ke Yogyakarta.  19 Desember 1949, Penarikan mundur pasukan Belanda dari seluruh Yogyakarta. Konferensi Inter Indonesia  Koordinasi antara pemerintah Indonesia & BFO terutama yang berkaitan dengan pembentukan Republik Indonesia Serikat.  Konferensi Indonesia dipandang penting untuk menyatukan pandangan politik dalam rangka menghadapi Belanda dalam KMB.  Dilakukan setelah para pemimpin Indonesia kembali ke Yogyakarta.  Tahap I: 19-22 Juli 1949 (Ketua: Moh. Hatta).  Tahap II: 31 Juli-3 Agustus 1949 (Ketua: Sultan Hamid II).  Membicarakan masalah pembentukan negara Republik Indonesia Serikat (RIS) serta bentuk kerjasama antara RIS & Belanda.  BFO mendukung tuntutan Indonesia atas penyerahan kedaulatan tanpa ikatan-ikatan politik ataupun ekonomi.  Dijadikan bekal dalam menghadapi perundingan-perundingan selanjutnya dengan Belanda. Syarif Abdul Hamid Alkadrie (Sultan Hamid II) Konferensi Meja Bundar  23 Agustus 1949 - 2 November 1949  Indonesi, Belanda, BFO & UNCI  Pemimpin Konferensi adalah: Willem Drees (Perdana Menteri Belanda)  Ketua Delegasi Indonesia: Moh. Hatta  Ketua Delegasi Belanda: J.V. Maarseven  Ketua Delegasi BFO: Sultan Hamid  Ketua Delegasi UNCI: Chritchley Persoalan Uni Indonesia-Belanda & Utang  Indonesia ingin bentuk kerjasama yang bebas tanpa ada organisasi permanen,  Belanda menghendaki adanya kerja sama yang luas dengan pembentukan organisasi yang luas pula,  Indonesia hanya mengakui utang-utang Hindia-Belanda yang dimulai pada saat menyerahnya Belanda kepada Jepang (1942),  Belanda menghendaki bahwa Indonesia harus mengambil alih semua kekayaan termasuk utang-utang Belanda sampai saat itu, termasuk biaya yang digunakan dalam membiayai perang kolonial terhadap Indonesia. Hasil Konferensi Meja Bundar  Belanda menyerahkan kedaulatan kepada RIS pada akhir Desember 1949,  Beberapa persetujuan pokok (keuangan, ekonomi, sosial, budaya, dll),  Mengenai persoalan Irian Barat, penyelesaiannya akan ditunda selama satu tahun,  Persetujuan KMB juga memuat ketentuan-ketentuan mengenai pembentukan APRIS dengan TNI sebagai inti (KNIL dibubarkan & anggotanya masuk ke dalam APRIS),  Kerajaan Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda,  Indonesia membayar utang-utang Belanda sejak 1942. Konferensi Meja Bundar Penyerahan Kedaulatan  23 Desember 1949  Den Haag: penandatanganan penyerahan kedaulatan.  Jakarta: penandatanganan penyerahan kedaulatan.  Yogyakarta: Dari Republik Indonesia kepada Republik Indonesia Serikat.  Presiden Soekarno kembali ke Jakarta.

Use Quizgecko on...
Browser
Browser