Ringkasan Abad Pertengahan dan Film Agora (2009)
Document Details
Wafiq Azizah Majidatul Umma
Tags
Summary
Dokumen ini merangkum tokoh-tokoh penting Abad Pertengahan dan memberikan ringkasan film Agora (2009), yang berlatar di Alexandria pada masa Abad Pertengahan. Fokus pada pemikiran St. Anselmus, St. Augustinus, dan Thomas Aquinas dalam konteks teologi dan filsafat.
Full Transcript
Nama : Wafiq Azizah Majidatul Umma NIM : 241103050012 Prodi/Kelas : Psikologi Islam/PSI 1 Dosen Pengampu : Muhammad Ardiansyah, M.Ag. 1. Periode Abad Pertengahan di Eropa bermula sekitar tahun 500 M dan berakhir pada tahun 1500 M. 2. Dimulainya periode Abad Pertengahan di Eropa ditandai d...
Nama : Wafiq Azizah Majidatul Umma NIM : 241103050012 Prodi/Kelas : Psikologi Islam/PSI 1 Dosen Pengampu : Muhammad Ardiansyah, M.Ag. 1. Periode Abad Pertengahan di Eropa bermula sekitar tahun 500 M dan berakhir pada tahun 1500 M. 2. Dimulainya periode Abad Pertengahan di Eropa ditandai dengan peristiwa runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat pada tahun 476 M. 3. **St. Anselmus (1033-1109 M)** Pemikirannya menggabungkan logika dengan teologi, membuatnya menjadi tokoh penting dalam skolastisisme. Ia adalah seorang filsuf dan teolog Kristen abad pertengahan yang terkenal karena argumen ontologisnya yang menyatakan bahwa Tuhan adalah "yang tidak dapat berpikir lebih besar" (Deus est id quod maius cogitari nequit). Ia mengembangkan hubungan antara iman dan akal. Anselmus berpendapat bahwa iman mendahului pemahaman (Credo ut intelligam). Dalam karyanya *Cur Deus Homo,* Anselmus menjelaskan bahwa penebusan dosa manusia dilakukan melalui pengorbanan Yesus Kristus, pentingnya keadilan dan kasih Allah. **St. Augustinus (354-430 M)** Ia adalah seorang filsuf dan teolog Kristen yang berpengaruh. Ia mengembangkan pemikirannya yang berfokus pada hubungan antara iman dan akal. Menurut argumennya, Tuhan menciptakan dunia dari ketiadaan, berbeda dengan pandangan filsuf Yunani yang mengatakan bahwa dunia selalu ada. Dalam karyanya *Confessions,* Augustinus menekankan pentingnya anugerah Allah dan kehendak bebas manusia dalam etika, menyatakan bahwa kejahatan muncul dari kehendak bebas. Dalam karyanya yang lain berjudul *The City of God,* Augustinus juga memperkenalkan konsep dua kota: Kota Allah, yang berlandaskan cinta kepada Tuhan, dan kota dunia, yang fokus pada cinta diri. Dalam buku ini juga ia menekankan bahwa tujuan akhir manusia adalah penebusan dosa dan hubungan dengan Tuhan. **Thomas Aquinas (1225-1274 M)** Thomas Aquinas adalah seorang filsuf dan teolog Katolik yang mengembangkan sistem pemikiran yang dikenal dengan *Thomisme,* yakni suatu pemikiran yang menggabungkan filsafat Aristoteles dengan teologi Kristen. Ia berpendapat bahwa akal dan iman saling melengkapi dalam pencarian kebenaran. Pengetahuan tentang Tuhan dapat diperoleh melalui akal dan wahyu yang mana menjadikan keduanya saling melengkapi. Aquinas berargumen bahwa manusia harus menyeimbangkan akal dan iman dalam membangun dasar-dasar filsafat Kristen. Thomas Aquinas memaparkan lima argumen bukti keberadaan Tuhan yang dikenal sebagai *Quinque Viae* seperti berikut: a. *Argumen Gerak* b. *Argumen Penyebab Efisien* c. *Argumen Keberadaan Niscaya* d. *Argumen Kesempurnaan* e. *Argumen Keteraturan* Pemikirannya tetap berpengaruh dalam teologi Katolik dan filsafat Barat sampai saat ini. 1. Ciri-ciri pemikiran filsafat Abad Pertengahan antara lain: berbicara tentang Tuhan (Actus Purus), masalah eksistensi dan esensi, persetujuan dengan gereja, hasil pemikiran para filsuf dibatasi oleh dogma atau agama. REVIEW FILM AGORA (2009) Film Agora berlatar tempat di kota Alexandria, Mesir pada masa abad pertengahan di mana agama Kristen dijadikan sebagai agama resmi oleh Kekaisaran Romawi sementara penduduk beragama pagan harus berjuang hidup berdampingan. Tokoh utama dalam film ini yaitu Hypatia, seorang filsuf, matematikawan, astronom wanita dan Helenistik terakhir. Ia menghadapi perselisihan politik dan doktrin agama yang terjadi di kota itu. Kota Alexandria didirikan pada tahun 331 SM oleh Alexander Agung. Kota ini menjadi tempat berkembangnya ilmu pengetahuan dan pusat Helenistik. Perpustakaan terbesar pada masa itu juga berada di kota Alexandria. Di kota tersebut, ada seorang filsuf wanita terkemuka bernama Hypatia. Ia merupakan seorang filsuf dan ilmuwan yang sangat mencintai ilmu pengetahuan, sampai-sampai ia lebih memilih untuk mengabdikan hidupnya untuk belajar, meneliti dan mengajar daripada menikah. Dia fokus mengajar dan berusaha menyatukan murid-muridnya yang berasal dari latar belakang agama yang berbeda-beda di kelasnya. Hypatia mempunyai seorang budak bernama Davus, serta dua orang murid terbaik bernama Orestes dan Synesius. Pada waktu itu, agama Kristen berkembang pesat di bawah pimpinan Uskup Theopilus. Kaum pagan merasa terancam dengan adanya pengaruh Kristen yang semakin meningkat, terlebih lagi ketika umat Kristen mencaci maki dan melempari berhala-berhala kaum pagan. Oleh sebab itu kaum pagan dengan dipimpin oleh Olympus melawan umat Kristen sehingga memicu adanya perang agama di kota Alexandria. Kaisar Romawi mengeluarkan keputusan yang isinya mengizinkan umat Kristen memasuki serapeum, perpustakaan dan tempat pemujaan kaum pagan untuk menghancurkan apapun di sana yang menurut mereka sesat. Kaum pagan hanya berhasil menyelamatkan sedikit naskah, ribuan sisanya terbakar habis. Setelah serapeum hancur, Hypatia tetap melanjutkan meneliti. Orestes menjadi pimpinan Alexandria, sementara Synesius menjadi Uskup di Cyrene. Budak Hypatia, yaitu Davus, bergabung dengan sebuah kelompok militan Kristen bernama Parabolani. Muncul konflik baru antara Kristen dengan Yahudi. Parabolani menyerang kaum Yahudi, lalu dibalas oleh Yahudi dengan tipu muslihat serta mengurung Parabolani di dalam gereja. Uskup Cyril selaku pengganti Uskup Theopilus merasa marah dan mengumumkan perang kepada Yahudi. Orestes berusaha berlaku adil dengan cara menangkap Cyril, tetapi ia tidak dapat melakukannya karena Cyril adalah seorang Uskup Agung. Ia hanya mampu mengusir kaum Yahudi dari Alexandria. Dua orang itupun akhirnya berseteru, Cyril menganggap Orestes tidak bisa memimpin sebagai seorang Kristen yang baik dan selalu terpengaruh oleh Hypatia. Cyril juga menuduh Hypatia seorang penyihir. Ia memanfaatkan ayat-ayat kitab suci untuk menjatuhkan Hypatia dan menunjukkan bahwa pria tidak boleh tunduk pada wanita. Orestes merasa marah dan ia pun dianggap menghina kitab suci. Akibatnya, Orestes diserang oleh Parabolani dan meninggal. Hypatia diseret Parabolani untuk dihukum mati. Ia hanya bisa pasrah dengan keadaannya. Davus yang diam-diam menyimpan rasa pada Hypatia, tidak tega melihat Hypatia disiksa. Ia cepat-cepat membunuh Hypatia agar dia tidak semakin menderita. Hypatia pun meninggal. Semua karyanya tidak ada yang tersisa. Meskipun begitu, Hypatia tetap dikenang sebagai filsuf dan ahli astronomi matematika wanita yang hebat. Ia juga dikenang sebagai simbol perlawanan wanita terhadap konflik dogma agama dan simbol pergerakan wanita.