Document Details

FaithfulHarpGuitar3647

Uploaded by FaithfulHarpGuitar3647

Universitas Teknokrat Indonesia Bandar Lampung

Tags

audit TI manajemen TI kerangka kerja audit teknologi informasi

Summary

Dokumen ini membahas kerangka kerja audit TI dan framework yang digunakan secara internasional. Ini membahas standar-standar penting seperti COBIT, ITIL, CMMI, dan PMBOK untuk memastikan layanan TI berjalan efektif dan efisien dalam bisnis.

Full Transcript

Audit Teknologi Informasi BAB III KERANGKA KERJA AUDIT TI Dalam Manajemen Teknologi Informasi atau Manajemen TI ada banyak standar TI atau framework TI yang digunakan secara internasional. Standar atau framework merupakan hasil kolabor...

Audit Teknologi Informasi BAB III KERANGKA KERJA AUDIT TI Dalam Manajemen Teknologi Informasi atau Manajemen TI ada banyak standar TI atau framework TI yang digunakan secara internasional. Standar atau framework merupakan hasil kolaborasi pakar atau expert di bidangnya masing-masing dan merupakan ekstraksi dari best practices yang selama ini dimanfaatkan dalam bidang teknologi informasi. Standar IT atau framework TI ini menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa layanan TI bekerja sebagaimana mestinya sesuai dengan tujuan dan strategis bisnis, memiliki kualitas pelayanan yang efisien dan efektif, mengoptimalisasikan kualitas dan kuantitas layanan, memastikan budget yang dikeluarkan efektif, menjamin tingkat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan, dsb. 3.1. Standar dan Framework Audit TI Secara umum standar dan framework digunakan untuk memastikan bahwa sumber daya TI (termasuk SDM-nya) dikelola untuk memberikan pelayanan yang optimal, efisien, efektif, dan aman. Standar atau framework yang paling banyak digunakan dalam pengembangan Manajemen Teknik Informasi antara lain : COBIT COBIT yang merupakan singkatan dari Control Objectives for Information and Related Technology, merupakan kerangka kerja yang dimiliki dan dikembangkan oleh oleh ISACA (ISACA, 2012). COBIT Pertama kali diluncurkan pada tahun 1996. Versi yang terbaru saat ini adalah COBIT 2019, namun hingga saat ini COBIT 5 masih digunakan secara luas sebagai framework TI untuk Tata Kelola TI termasuk Audit TI. Di mana COBIT 5 merupakan gabungan dari framework COBIT 4.1, VAL IT 2.0, dan Risk IT. 8 Audit Teknologi Informasi COBIT dapat digunakan untuk membantu kita mengoptimalisasikan value atau nilai suatu organisasi enterprise melalui TI dengan cara menjaga keseimbangan antara realisasi keuntungan, optimalisasi risiko, dan pemanfaatan sumberdaya. Kerangka kerja TI ini meng-cover baik bisnis maupun unit TI dalam keseluruhan organisasi. COBIT jugha memberikan model maturity atau model kematangan proses dan matriksnya untuk mengukur apakah organisasi TI telah mencapai tujuannya. COBIT juga menjaga keseimbangan antara kebutuhan stakeholder baik internal maupun eksternal. ITIL ITIL, singkatan dari Information Technology Infrastructure Library, merupakan seperangkat guideline (petunjuk) dan best practices untuk kebutuhan IT Service Management (ITSM) atau Manajemen Layanan Teknologi Informasi (MLTI). ITIL merupakan framework TI yang dikeluarkan oleh AXELOS Limited. ITIL fokus pada penyelarasan IT services atau layanan TI sesuai kebutuhan bisnis dan mendukung proses inti. ITIL Terdiri dari lima volume : Service Strategy, Service Design, Service Transition, Service Operation and Continual Service Improvement. Kerangka kerja ITIL dapat diadopsi dan diaplikasikan kepada seluruh jenis bisnis dan lingkungan organisasi. ITIL mencakup petunjuk untuk identifikasi, perencanaan, delivering, dan supporting layanan TI. Jika sukses diadopsi, maka ITIL dapat meningkatkan kualitas layanan, menjadi alat mitigasi bagi risiko bisnis dan disrupsi layanan, meningkatkan hubungan dengan pelanggan, dan membuat suatu sistem efektif secara biaya bagi pengelolaan kebutuhan terhadap layanan. CMMI Framework CMMI merupakan singkatan dari Capability Maturity Model Integration, merupakan model yang sudah terkenal secara global sebagai model referensi yang dikembangkan melalui best practices yang memberikan 9 Audit Teknologi Informasi petunjuk untuk meningkatkan proses yang dapat memenuhi target bisnis dari suatu organisasi. Model ini dikembangkan oleh pakar di industri, pemerintahan, dan Software Engineering Institute (SEI). CMMI meningkatkan proses bisnis suatu organisasi dengan menunjukkan keuntungan terukur dari tujuan bisnis dan visinya. Suatu organisasi dapat mengorganisasikan dan memprioritaskan metodologi, SDM, dan aktivitas bisnisnya melalui kerangka kerja yang diberikan oleh CMMI. PMBOK PMBOK adalah singkatan dari Guide to the Project Management Body of Knowledge, adalah suatu guideline yang secara internasional diakui untuk digunakan sebagai metode manajemen proyek dan merupakan produk dari PMI (Project Management Institute). PMBOK adalah standar yang secara luas diterima dan diakui sebagai basis untuk keseluruhan metode manajemen proyek. PMBOK memberikan deskripsi yang mendalam mengenai isi dan pokok-pokok yang secara fundamental membahas mengenai manajemen proyek, namun fokusnya tidak pada implementasi teknis. Instruksi teknis justru lebih detail berada pada kerangka kerja PRINCE2. PMBOK sendiri terdiri dari 5 proses dasar : Initiating, Planning, Executing, Controlling and Monitoring, and Closing. PRINCE2 PRINCE2 merupakan singkatan dari Projects in a Controlled Environment, merupakan standar de facto untuk metode manajemen proyek yang dimiliki oleh UK Cabinet Office. PRINCE2 adalah komplemen dari model PMBOK dengan menyediakan petunjuk yang berbasis proses dilengkapi dengan template yang siap digunakan oleh Manajer Proyek dan Group Project Steering pada setiap fase yang berbeda dari proyek. PRINCE2 memastikan kontrol yang lebih besar terhadap sumberdaya serta manajemen yang efektif terhadap risiko bisnis dan proyek. 10 Audit Teknologi Informasi Sebagai contoh, tujuh prinsip dari PRINCE2 menyatakan bahwa proyek harus dijalankan melalui siklus berikut : proyek harus memiliki justifikasi bisnis, definisi yang jelas untuk setiap peran dan tanggung jawab pada setiap fase dan proses, dikelola dalam bentuk tahapan yang detail dan terjadwal, definisi toleransi untuk setiap pengecualian dalam manajemen proyek, fokus pada menghasilkan produk sesuai dengan kebutuhan proyek, dan belajar dari pengalaman untuk peningkatan kualitas organisasi dalam mengelola proyek berikutnya. ISO/IEC 20000 ISO/IEC 20000 adalah Service Management System (SMS) atau sistem manajemen layanan merupakan standarisasi internasional untuk manajemen layanan TI. Dimiliki oleh International Organization for Standardization (ISO) dan the International Electrotechnical Commission (IEC) dan secara umum selaras dengan ITIL. ISO/IEC 20000 memiliki dua bagian. Bagian pertama mendefinisikan kebutuhan formal dari produksi berkualitas tinggi terhadap layanan kepada bisnis. TI yang meliputi kriteria perencanaan, manajemen layanan, dan produksi layanan dan juga manajemen pelanggan. Bagian kedua menjelaskan proses dari produksi layanan yang secara umum sama dengan proses ITIL yang secara umum memfokuskan pada proses manajemen pelanggan. ISO 21500 ISO 21500 adalah standar yang secara generik merupakan petunjuk mengenai konsep dan proyek dari manajemen proyek yang merupakan bagian terpenting dalam realisasi proyek yang sukses. Dapat digunakan untuk seluruh jenis organisasi dan dapat diterapkan pada setiap jenis proyek, tanpa terkendala ukuran, kompleksitas, dan durasi. ISO 21500 adalah standar informal secara umum lebih merupakan guideline ketimbang metodologi yang bersertifikasi. Menyediakan deskripsi high level terhadap konsep dan proses yang selama ini dianggap sebagai good 11 Audit Teknologi Informasi practices dalam manajemen proyek dan menempatkan proyek dalam konteks program dan portofolio proyek. PMBOK secara umum memiliki kesesuaian dengan ISO 21500 begitu juga sebaliknya. ISO/IEC 38500 ISO/IEC 38500 merupakan standar yang memberikan prinsip umum mengenai peran dan manajemen IT governance dengan tanggung jawab bisnis (contoh : BoD dan tim manajemen). Dapat digunakan secara luas untuk semua jenis dan ukuran organisasi baik perusahaan privat maupun publik termasuk organisasi non profit. Standar ini mendukung manajemen bisnis dalam melaksanakan supervisi terhadap organisasi TI dan membantunya memastikan bahwa TI memberikan dampak positif terhadap kinerja perusahaan. Standar ISO/IEC 38500 terdiri dari 6 prinsip sebagai berikut : 1. Responsibility 2. Strategy 3. Acquisition 4. Performance 5. Conformance 6. Human behaviour ISO/IEC 38500 juga juga dapat dijadikan acuan untuk menjamin bahwa manajemen telah melaksanakan konformitas dengan implementasi tata kelola organisasi yang baik (good governance). TOGAF TOGAF adalah kerangka kerja enterprise architecture dari Open Group Standard yang memungkinkan setiap organisasi memiliki pendekatan terstruktur untuk mengelo implementasi teknologi, khususnya dalam desain pengembangannya, dan perawatan perangkat lunak. TOGAF Dipublikasikan tahun 1995 berdasarkan US Department of Defence Technical Architecture 12 Audit Teknologi Informasi Framework for Information Management (TAFIM), kemudian dikembangkan oleh The Open Group Architecture Forum dan secara reguler dirilis di website Open Group. TOGAF meningkatkan efisiensi bisnis melalui metode yang konsisten, komunikasi, dan pemanfaatan sumberdaya yang efisien. Adopsi TOGAF dapat meningkatkan kredibilitas industri dengan bahasa yang umum di kalangan profesional enterprise architecture. ISO/IEC 27001 ISO/IEC 27001 merupakan standarisasi isinya merupakan pedoman petunjuk dan prosedur praktis pengelolaan Sistem Manajemen Keamanan Informasi. ISO 27001 lebih memfokuskan diri pada aspek manajemen pelaksanaan, dimana keluaran dokumennya merinci hingga detail aktivitas keamanan yang perlu dilakukan. Proses implementasi maupun aktivitas audit keamanan sistem informasi bersifat fleksibel tergantung pada tipe dan kebutuhan organisasi serta fokus pada proses bisnis dan proses TI yang sesuai dengan tujuan strategis organisasi. Selain ISO/IEC 27001, COBIT juga bisa digunakan untuk membangun Sistem Manajemen Keamanan Informasi khususnya bila kita menggunakan pedoman COBIT khusus untuk keamanan yaitu COBIT 5 for Information Risk. Bila kita ingin membangun Tata Kelola Keamanan Informasi yang meliputi Governance dan Management sekaligus maka COBIT adalah pilihan yang terbaik. 3.2. COBIT 5: Salah Satu Best Practice COBIT dikembangkan oleh Institut Tata kelola TI (ITGI), yang merupakan bagian dari Information System Audit and Control Association (ISACA). COBIT pertama kali diperkenalkan pada tahun 1996, kemudian secara konsisten dikelola dan dikembangkan untuk menjadi bagian yang tak terpisahkan dari tata kelola TI dengan tujuan utama menetapkan serangkaian 13 Audit Teknologi Informasi proses yang diperlukan untuk mengendalikan sumber daya TI dalam meraih tujuan bisnis organisasi. COBIT terdiri dari seperangkat control objectives untuk bidang TI, dirancang untuk memudahkan tahapan-tahapan audit dan tata kelola TI organisasi. COBIT edisi pertama dirilis pada tahun 1996 dan kini sudah mencapai edisi ke-6 (COBIT 2019). Namun pada modul ini, pokok pembahasan akan mendiskusikan COBIT 5 (terbit tahun 2012) yang cakupannya tidak jauh dengan COBIT edisi terbaru. COBIT 5 menyediakan prinsip-prinsip, praktik-praktik, alat-alat analisis, dan model yang diterima secara global dan dirancang untuk membantu memaksimalkan kepercayaan pimpinan bisnis dan TI mengenai nilai dari informasi dan aset teknologi perusahaan (ISACA, 2012). COBIT 5 memberikan perbedaan yang jelas antara fungsi pengelolaan (governance) dan manajemen TI pada organisasi. COBIT 5 didasarkan pada lima prinsip kunci untuk tata kelola dan manajemen TI organisasi yaitu: memenuhi kebutuhan stakeholder, mencakup seluruh bagian organisasi, menerapkan suatu kerangka kerja yang terintegrasi, menggunakan sebuah pendekatan yang menyeluruh, dan pemisahan tata kelola dari manajemen. Kelima prinsip dasar ini memungkinkan organisasi untuk membangun sebuah kerangka tata kelola dan manajemen yang efektif, sehingga dapat mengoptimalkan investasi dan penggunaan TI. Kelima prinsip digambarkan pada Gambar 1. 14 Audit Teknologi Informasi Gambar 1. Prinsip COBIT (ISACA, 2012) Kerangka kerja COBIT, terdiri dari tiga tingkat (level) usaha pengaturan TI yang menyangkut manajemen sumber daya TI. Lapisan paling bawah, yaitu kegiatan dan tugas (activities and task) yang diperlukan untuk mencapai hasil yang dapat diukur. Pada aktivitas, terdapat konsep siklus hidup yang di dalamnya terdapat kebutuhan pengendalian khusus. Kemudian satu lapis di atasnya terdapat proses yang merupakan gabungan dari kegiatan dan tugas (activities and task) dengan keuntungan atau perubahan (pengendalian) alami. Pada tingkat yang lebih tinggi, proses biasanya dikelompokan bersama ke dalam domain. Pengelompokan ini sering disebut sebagai tanggung jawab domain dalam struktur organisasi dan yang sejalan dengan siklus manajemen atau siklus hidup yang dapat diterapkan pada proses TI. COBIT 5 membagi proses tata kelola dan manajemen TI perusahaan menjadi dua domain proses utama, proses tata kelola terdapat dalam domain Evaluate, Direct, dan Monitor (EDM), sedangkan proses- proses manajemen TI terdapat pada empat domain yaitu: 15 Audit Teknologi Informasi  Align, Plan, and Organize (APO)—Penyelarasan, Perencanaan, dan Pengaturan  Build, Acquire, and Implement (BAI)—Membangun, Memperoleh, dan Mengimplementasikan  Deliver, Service and, Support (DSS)—Mengirimkan, Layanan, dan Dukungan  Monitor, Evaluate, and Assess (MEA)—Pengawasan, Evaluasi, dan Penilaian Process Reference Model dalam COBIT 5 adalah pembaharuan dari model proses COBIT 4.1, dengan mengintegrasikan model proses dari Risk IT dan Val IT. Total terdapat 37 proses tata kelola dan manajemen dalam COBIT 5 yang dapat Dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Proses Manajemen IT pada COBIT 5 Secara umum, setiap kegiatan Audit TI yang menggunakan kerangka kerja COBIT 5 akan mengevaluasi domain proses-proses diatas. Namun tidak 16 Audit Teknologi Informasi seluruh proses harus dicakup dalam satu kegiatan Audit TI, melainkan dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan organisasi. 3.3. Standar dan Tata Cara Audit SPBE Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah lembaga pemerintah yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan SPBE secara nasional (Kemensetneg, 2018). Salah satu tugas yang berkaitan dengan tanggung jawab tersebut adalah menyusun standar dan tata cara pelaksanaan audit Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik atau disingkat SPBE (BPPT, 2021). Peraturan tentang Audit TI sendiri telah tertuang pada Peraturan Presiden No. 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik Bab IV tentang Audit Teknologi Informasi dan Komunikasi Pasal 55, 56, 57 dan 58. Peraturan ini kemudian diturunkan pada Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia tentang Kebijakan Umum Penyelenggaraan Audit Teknologi Informasi dan Komunikasi Bab II tentang Pelaksanaan Audit Teknologi Informasi dan Komunikasi Pasal 4 sampai pasal 12. Pasal-pasal ini mencakup standar dan tata cara pelaksanaan Audit Infrastruktur SPBE dan Audit Aplikasi SPBE oleh BPPT, serta Audit Keamanan informasi oleh BSSN. Standar dan tata cara pelaksanaan Audit Infrastruktur dan Audit Aplikasi digunakan sebagai panduan bagi IPPD (instansi pusat dan pemerintah daerah), Lembaga Audit TIK (LATIK) SPBE, dan Auditor dalam melaksanakan Audit Infrastruktur SPBE dan Audit Aplikasi SPBE. (Lebih kepada pelaksanaan Audit eksternal). Standar dan tata cara ini memuat panduan tata cara pelaksanaan audit, standar teknis dan kriteria penilaian audit, panduan LATIK sebagai pelaksana audit eksternal, dan panduan auditor. Sebelum adanya Perpres SPBE ini, Audit TIK di IPPD tidak wajib dilaksanakan. Lembaga pelaksana audit, siapa auditornya, objek dan lingkup audit, standar teknis serta tata cara audit juga masih dibebaskan. Namun 17 Audit Teknologi Informasi setelah adanya Perpres SPBE , Audit TI menjadi sebuah kegiatan yang harus dilaksanakan, dimana lembaga pelaksana audit dan auditornya telah diatur seperti yang sudah dilaksanakan oleh Lembaga Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI, 2021). Objek dan ruang lingkup Audit TI, ketentuan standar teknis dan tata cara audit TI juga kini telah ditentukan oleh BPPT dan BSSN. Hal-hal yang dijelaskan di atas telah tercantum seluruhnya pada peraturan BKN yang kini masih berupa draft dan menunggu pengesahan RPM Kominfo. Meski demikian, kegiatan Audit TI yang dapat masuk dalam ketentuan sudah boleh dilaksanakan karena sudah sesuai Perpres SPBE. Gambar 3. Pemantauan dan Evaluasi SPBE (Grahitandaru, 2021) Adapun butir-butir kegiatan Audit TI pada Petunjuk Teknis (Juknis) Prakom telah mengadopsi standar dan tata cara pelaksanaan Audit TI SPBE mencakup 3 tahap utama yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan (Grahitandaru, 2021). Kesemuanya dipetakan dalam 12 (dua belas) butir kegiatan Audit TI yang tercantum dalam juknis. Gambar 4 menunjukkan butir kegiatan audit TI dari Juknis Prakom yang berkesesuaian dengan standar dan tata cara Audit SPBE. 18 Audit Teknologi Informasi Gambar 4. Pemetaan Tata Cara Perencanaan Audit TI dengan Butir Juknis Prakom Gambar 4 menunjukkan terdapat 6 (enam) butir kegiatan Audit TI pada Juknis Prakom yang berkesesuaian dengan tahap perencanaan pada Audit SPBE antara lain: 1. Melakukan studi kelayakan audit TI 2. Menyusun proposal Audit TI 3. Melakukan perancangan proses bisnis dan SOP pelaksanaan Audit TI 4. Melakukan analisis awal untuk kebutuhan Audit TI 5. Melakukan pengumpulan informasi dasar untuk kebutuhan Audit TI 6. Melakukan pengumpulan dokumen untuk kebutuhan Audit TI Berikutnya, Gambar 5 menunjukkan terdapat 2 (dua) butir kegiatan Audit TI pada Juknis Prakom yang berkesesuaian dengan tahap pelaksanaan pada Audit SPBE antara lain: 1. Melakukan pengumpulan data Audit TI menggunakan metode tertentu 2. Melakukan pengujian, verifikasi, atau validasi terhadap data Audit TI 19 Audit Teknologi Informasi Gambar 5. Pemetaan Tata Cara Pelaksanaan Audit TI dengan Butir Juknis Prakom Selanjutnya, Gambar 6 menunjukkan terdapat 2 (dua) butir kegiatan Audit TI pada Juknis Prakom yang berkesesuaian dengan tahap perencanaan pada Audit SPBE antara lain: 1. Melakukan analisis data Audit TI 2. Melakukan evaluasi kegiatan Audit TI 20 Audit Teknologi Informasi Gambar 6. Pemetaan Tata Cara Pelaporan Audit TI dengan Butir Juknis Prakom Terakhir, terdapat 2 (dua) butir kegiatan Audit TI dari Juknis Prakom yang bersifat independen untuk dilaksanakan di luar rangkaian sebuah kegiatan Audit yaitu: 1. Melakukan pengkajian terhadap framework audit TI 2. Melakukan pengkajian terhadap tool dan aplikasi yang digunakan untuk audit TI Pada dasarnya, kedua kegiatan di atas dapat dilakukan kapan saja terlepas dari ada atau tidaknya kegiatan Audit TI yang sedang berjalan di organisasi. Namun demikian, tujuan kedua kegiatan di atas adalah untuk mencari, menelaah, mengkaji dan membuktikan kerangka kerja/framework serta tools dan aplikasi cocok atau tidak bagi sebuah kegiatan Audit. Terkait hal tersebut, maka kedua kegiatan paling ideal dilakukan sebelum dan atau setelah dilakukannya sebuah kegiatan Audit Ti. Kombinasi dari Jenis organisasi, ruang lingkup, objek, dan domain Audit TI bisa menyebabkan framework tertentu dapat cocok ataupun tidak 21 Audit Teknologi Informasi cocok (secara ilmiah) untuk digunakan dalam sebuah kegiatan Audit TI. Cakupan kegiatan kajian ini bersifat luas dan bisa jadi menghasilkan kerangka kerja kombinasi dari dua atau lebih kerangka kerja Audit TI yang telah dibahas sebelumnya. 3.4. Rangkuman  Terdapat berbagai macam kerangka kerja Audit TI yang umum digunakan dan dijadikan acuan antara lain: COBIT, ITIL, CMMI, PMBOK, PRINCE2, dll  COBIT 5 masih menjadi framework yang paling luas digunakan pada kegiatan Audit TI  Terkait SPBE, telah tersusun standar dan tata cara pelaksanaan Audit Infrastruktur SPBE dan Audit Aplikasi SPBE oleh BPPT, serta Audit Keamanan informasi oleh BSSN.  Seluruh butir kegiatan Audit TI pada Petunjuk Teknis (Juknis) Prakom telah mengadopsi standar dan tata cara pelaksanaan Audit TI SPBE mencakup 3 tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan. 22 Audit Teknologi Informasi 3.5. Soal Latihan 1. Berikut ini merupakan cakupan dari audit SPBE, kecuali … a. Aplikasi TI b. Infrastruktur TI c. Keamanan TI d. Konsultan TI 2. Kegiatan audit TI sesuai dengan COBIT, kecuali … a. Build and develop b. Plan and organize c. Monitor and evaluate d. Deliver and support 3. Framework Audit TI yang ditujukan untuk Enterprise Architecture, dan menyediakan pendekatan yang komprehensif terhadap desain, perencanaan, implementasi, dan tata kelola arsitektur informasi organisasi adalah … a. TOGAF b. COBIT c. ITIL d. PMBOK 4. Dalam COBIT 5, domain untuk proses "Service Desk dan Manajemen Insiden" adalah … a. Deliver, Service and Support (DSS) b. Monitor Evaluate and Assess (MEA) c. Align, Plan and Organize (APO) d. Build, Acquire and Implement (BAI) 23 Audit Teknologi Informasi 5. Yang tidak termasuk ke dalam faktor penyebab cocok atau tidaknya suatu framework untuk digunakan dalam sebuah kegiatan Audit TI adalah … a. jenis organisasi b. tool dan aplikasi Audit TI c. domain Audit TI d. objek Audit TI 24

Use Quizgecko on...
Browser
Browser