TRANSUDAT DAN EKSUDAT 2024 PDF
Document Details
Uploaded by Deleted User
2024
Hj. Nurul Qomariyah S.Pd., M.Pd.
Tags
Summary
Ini adalah makalah/catatan tentang transudat dan eksudat. Dokumen ini membahas tentang cairan pleura, dan proses, penyebab, dan jenisnya. Makalah/catatan ini membahas rincian penting tentang berbagai aspek cairan pleura dan juga menelaah perbedaan antara transudat dan eksudat.
Full Transcript
TRANSUDAT URINALISA Kelompok 6 DAN EKSUDAT Transudat/Eksudat dan Analisa Transudat/Eksudat (Makroskopis, Mikroskopis, Kimiawi) Dosen Pengampu : Hj. Nurul Qomariy...
TRANSUDAT URINALISA Kelompok 6 DAN EKSUDAT Transudat/Eksudat dan Analisa Transudat/Eksudat (Makroskopis, Mikroskopis, Kimiawi) Dosen Pengampu : Hj. Nurul Qomariyah S.Pd., M.Pd. Anggota Kelompok Tazkia Fillah Aulia P1337434123002 Azmi Nur Evelyn P1337434123015 Adilah Cahyaningrum P1337434123019 Yugas Bhakti Pratama P1337434123022 Difa Bintang Lathifah P1337434123024 Pengertian Cairan pleura merupakan ultrafiltrat plasma yang mengisi rongga pleura di dalam paru-paru dan berfungsi sebagai pelumas agar paru-paru dapat bergerak dengan lancar saat bernapas. Normalnya, rongga pleura berisi 10 - 20 ml cairan pleura. Jika volume cairan pleura melebihi batas normal maka akan menimbulkan gangguan yang disebut dengan efusi pleura. Penyebab umum dari kelebihan cairan ini yaitu karena adanya peningkatan laju pembentukan cairan pleura (dari rongga interstisial paru, pleura parietal atau rongga peritoneum) dan adanya penurunan drainase cairan oleh sistem limfatik. Transudat adalah penimbunan cairan dalam rongga serosa karena gangguan keseimbangan cairan dan bukan merupakan proses radang, sedangkan eksudat adalah cairan patologis yang berasal dari proses radang. Cairan transudat terdiri atas cairan bening, berat jenis < 1,018, tidak mengandung bekuan, kadar protein 4,0 gr/dl) sehingga berat jenisnya lebih tinggi. Fisiologis Fungsi Mekanik Pleura Cairan Rongga Pleura Pleura memiliki fungsi Cairan dalam rongga pleura Pleura merupakan struktur mekanik yaitu melanjutkan sangat sedikit, sekitar 0,3 tekanan negatif ke thorax ml/kg dan bersifat hiponkotik pelengkap dari sistem daerah paru-paru, sehingga dengan konsentrasi protein pernapasan sebagai struktur paru-paru dapat dalam cairan sekitar 1 gr/dl. mengembang. Dalam waktu Produksi dan reabsorbsi penunjang yang dibutuhkan istirahat (resting pressure) cairan di rongga pleura juga dalam proses berjalannya tekanan H2O dalam pleura dipengaruhi oleh gerakan sistem pernapasan. Pleura adalah sekitar -2 hingga -5 pernapasan dan gravitasi cm, bertambah negatif pada paru. Lokasi reabsorbsi terjadi merupakan suatu membran saat posisi berdiri di apex. pada limfe pleura parietalis serosa yang melapisi Saat inspirasi tekanan dengan kecepatan 0,1 hingga permukaan dalam dinding negatif dalam pleura 0,5 ml/kg/jam. Bila terjadi meningkat menjadi -25 gangguan produksi dan toraks di bagian kanan dan hingga -35 H2O. reabsorbsi maka akan terjadi kiri. efusi pleura Etiologis Patologis Efusi pleura dapat diklasifikasikan sebagai transudat atau eksudat, berdasarkan mekanisme pembentukan cairan dan kimia cairan pleura. Transudat terjadi akibat ketidakseimbangan antara tekanan onkotik dan hidrostatik, sedangkan eksudat terjadi akibat proses inflamasi pleura dan atau penurunan drainase limfatik. Mekanisme Patofisiologi Transudat Akan mengalami Kegagalan hati di sisi kiri Peningkatan sisi kiri jantung Karena Peningkatan Sehingga kembali tekanan hidrostatik Paru-paru sel protein dari jantung menyebabkan Membuat transudat Cairan protein dipaksa untuk keluar Diantara Menyebabkan Cairan menumpuk sel endotel Pada kondisi normal, protein tidak akan bocor keluar karena sel protein yang terlalu besar untuk dapat keluar diantara sel-sel endotel. Namun, dengan adanya tekanan yang kuat cairan tetap dapat keluar dari sana. Mekanisme Patofisiologi Eksudat Kondisi sel endotel yang buruk membuat cairan ikut keluar dari pembuluh darah sebenarnya. Sehingga, cairan eksudat berisi protein Eksudat ini terjadi akibat peradangan dan juga cairan lain. Berbeda halnya dengan eksudat, pada pembuluh darah yang menyebabkan transudat ini hanya memiliki sel endotel semakin besar dan lebih cairanprotein tanpa adanya berjarak. sehingga protein akan dengan tambahan cairan lain mudah keluar dari pembuluh darah. Diagnosis dan Kriteria Analisis Pemeriksaan Karakterisasi cairan pleura sebagai eksudat atau transudat merupakan langkah penting dalam analisis cairan pleura. Kriteria Light adalah yang paling sensitif untuk mengidentifikasi eksudat. Atas dasar kriteria Light, beberapa pasien yang benar-benar memiliki efusi pleura transudatif akan dianggap memiliki efusi pleura eksudatif. Hampir semua pasien dengan kadar albumin serum >1,2 g/dL lebih tinggi dari kadar albumin cairan pleura memiliki efusi transudatif. Efusi ini dikenal sebagai efusi transeksudatif. Pemeriksaan Penunjang X Foto Thorax posisi PA Analisis Cairan Pleura Biopsi Pleura Foto toraks standar dilakukan Analisis cairan pleura Biopsi pleura, dapat secara posteroanterior (PA), dilakykan dengan menunjukkan 50-70% diambil dengan film diletakkan pemeriksaan warna cairan, di dada anterior dan sumber Biokimia untuk membedakan diagnosis kasus pleuritis sinar X berada 2 meter di transudasi dan eksudasi, tuberkulosis dan tumor belakang pasien. Selalu Sitologi untuk melihat adanya pleura. Komplikasi biopsi bandingkan foto toraks keganasan, Bakteriologi adalah pneumothoraks, abnormal dengan foto mengecek apakah cairan hemothoraks, penyebaran sebelumnya untuk melihat pleura mengandung apakah kelainan ada perbaikan infeksi dan tumor dinding mikroorganisme. klinis atau menetap. dada. METODE PEMERIKSAAN 1. Metode Pemeriksaan Makroskopis 2. Metode Pemeriksaan Mikroskopis 3. Metode Pemeriksaan Kimiawi 4. Tes Bakteriologi Transudat dan Eksudat Tujuan dan Manfaat Tujuan 1. Pemeriksaan Makroskopis Untuk mengetahui cairan transudat dan eksudat secara makroskopis. 2. Pemeriksaan Mikroskopis Untuk mengetahui jumlah sel dalam cairan pleura. 3. Pemeriksaan Kimiawi Untuk mengetahui adanya protein dalam cairan untuk membedakan antara transudat dan eksudat. Manfaat Dengan adanya analisa membedakan cairan transudat dengan eksudat diagnosis dari berbagai kondisi dapat diketahui; 1. Untuk membantu menentukan sumber efusi cairan yang terkumpul dalam rongga tubuh 2. Untuk mendeteksi penyebab penumpukan cairan pada rongga tubuh 3. Untuk mempermudah dalam mendiagnosis suatu kondisi pada tubuh 4. Untuk menentukan penyelidikan lebih lanjut 5. Untuk mendeteksi etiologi secara spesifik Metode Pemeriksaan MAKROSKOPIS Volume Warna Prinsip pemeriksaan volume dilakukan dengan Prinsip pemeriksaan warna dilakukan dengan mengamati membandingkan jumlah cairan dengan rentang normal tampilan cairan menggunakan latar belakang gelap untuk mengidentifikasi akumulasi dalam rongga pleura. untuk menilai kekeruhan dan perubahan warna. Berat Jenis Kekeruhan Pemeriksaan berat jenis membedakan transudat dari Prinsip pemeriksaan kekeruhan dilakukan secara visual eksudat berdasarkan nilai densitas cairan transudat dengan latar belakang gelap, di mana transudat tampak memiliki berat jenis kurang dari 1.018, sedangkan jernih dan eksudat tampak berkabut. eksudat lebih dari 1.018. Bau Bekuan Prinsip pemeriksaan bau dilakukan dengan mengamati Prinsip pemeriksaan ini memeriksa ada atau tidaknya secara langsung apakah cairan pleura memiliki bau pembentukan bekuan dalam cairan. Transudat menyengat atau normal. Bau busuk atau asam pada umumnya negatif untuk pembekuan, sementara eksudat eksudat sering menunjukkan infeksi. bisa positif atau negatif. Metode Pemeriksaan MAKROSKOPIS Alat dan Bahan Volume Tuangkan masing-masing sampel ke dalam gelas ukur. Alat Amatilah volume cairan sampel yang terlihat pada gelas ukur (meniskus bawah). 1. Gelas ukur Warna dan Kejernihan 2. Gelas kimia (Beaker Glass) Masing-masing sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi Amati warna secara visual dan kejernihan cairan dengan latar 3. Tabung reaksi dan rak belakang cahaya. tabung 4. Batang pengaduk Berat Jenis Lakukan kalibrasi terlebih dahulu pada alat refraktometer, 5. Pipet tetes Setelah alat selesai di kalibrasi, usap kembali sisa aquadest secara 6. Spektrofotometer perlahan dengan tisu. Teteskan sampel secukupnya ke atas prima biru dan tutup dengan day light plate. Bahan Amati skala berat jenis sampel melalui lensa refraktometer dan 1. Cairan transudat/eksudat catat hasilnya. Metode Pemeriksaan MAKROSKOPIS Alat dan Bahan Bau Masukan sampel kedalam beaker glass Alat Kibaskan tangan kearah hidung dari arah gelas beaker 1. Gelas ukur Catat hasil bau yang sudah dibau. 2. Gelas kimia (Beaker Glass) 3. Tabung reaksi dan rak Bekuan tabung Masukan sampel ke dalam beaker glass. 4. Batang pengaduk Ambil cairan dengan pipet tetes. 5. Pipet tetes Keluarkan cairan dengan pipet tetes. 6. Spektrofotometer Bila sampel cairan bisa dikeluarkan dari pipet tetes berarti bekuan negatif. Dan bila sampel cairan sulit dikeluarkan dari pipet Bahan tetes berarti bekuan positif. 1. Cairan transudat/eksudat Metode Pemeriksaan MIKROSKOPIS (Hitung Jumlah Leukosit) Alat dan Bahan Prinsip metode ini terletak pada pengenceran sampel Alat cairan dan penghitungan sel leukosit di bawah 1. Mikroskop mikroskop. 2. Haemocytometer : Bilik hitung, kaca penutup, Metode yang digunakan adalah Kamar Hitung pipet thoma leukosit Improved Neubauer atau Fuchs-Rosenthal untuk 3. Tissue menghitung jumlah sel leukosit dalam cairan pleura Bahan dan membedakan antara transudat dan eksudat. 4. Cairan Penghitungan ini dilakukan dengan mengencerkan transudat/eksudat sampel cairan dan menghitung jumlah sel dalam 5. Larutan Turk kamar hitung. 6. Larutan NaCl 0,9% SOP MIKROSKOPIS 1. Hitung Jumlah Leukosit a. Cairan harus dihomogenkan terlebih dahulu sebelum digunakan. b. Cairan dipipet sampai garis tanda 0.5 atau 1 dengan pipet thoma lekosit. c. Pipet larutan Turk atau NaCl 0,9% sampai garis tanda 11. d. Lalu larutan yang ada pada pipet dihomogenkan, dibuang 3 tetes pertama. e. Tetesan berikutnya dimasukkan kedalam kamar hitung. f. Diamkan kamar hitung selama 2-3 menit agar leukosit meengendap g. Lekosit amati dengan mikroskop pada perbesaran 100x (lensa objektif 10x, lensa okuler 10x) dalam 4 bidang besar. h. Sel yang menyinggung garis kiri dan batas atas masih boleh dihitung, tapi sel yang menyinggung garis kanan dan batas bawah tidak boleh dihitung seperti pada i. Laporkan hasil dengan cara menghitung dengan perhitungan: Metode Pemeriksaan MIKROSKOPIS (Hitung Jenis Leukosit) Alat dan Bahan Alat Prinsipnya melibatkan pembuatan hapusan dari 1. Gelas Objek endapan cairan, kemudian mewarnai dengan 2. Deck Glass pewarnaan Giemsa atau Wright, yang membuat 3. Mikroskop sel leukosit terlihat di bawah mikroskop dengan 4. Sentrifuge pembesaran 1000X. 5. Tabung Sentrifuge 6. Pipet Tetes Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk Bahan mengidentifikasi jenis sel leukosit dalam cairan, 7. Cairan transudat/eksudat sehingga dapat menentukan apakah cairan 8. Larutan Giemsa tersebut transudat atau eksudat. 9. Metanol (metil alkohol) SOP MIKROSKOPIS 2, Hitung Jenis Leukosit a. Siapkan object glass dan deck glass yang bersih dan kering dan bebas lemak, letakkan di atas meja. b. Teteskan 1 tetes cairan sampel yang telah disentrifugasi disebelah kanan kaca objek, Lalu dibuat apusan. c. Apusan yang yang sudah terbentuk dikeringkan, kemudian di cat dengan cat Giemsa. d. Apusan terlebih dahulu ditambahkan metanol dan didiamkan selama 5 menit. e. Teteskan larutan Giemsa yang telah diencerkan sebanyak jumlah methanol, lalu dibiarkan selama 15–20 menit. f. Bilas sediaan dengan air dan dikeringkan. g. Amati pada mikroskop dengan perbesaran 10X, 40X, dan 100X. Metode Pemeriksaan KIMIAWI Pemeriksaan Kimia Protein Terdapat beberapa metode yang umum digunakan, termasuk tes Rivalta, metode Esbach, dan metode Biuret. Berikut adalah penjelasan tentang masing-masing metode: 1. Tes Rivalta Prinsip Uji Rivalta bergantung pada reaksi pembentukan endapan ketika cairan pleura dicampurkan dengan asam asetat, yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan protein dalam cairan tersebut. 2. Metode Esbash Prinsipnya melibatkan penambahan cairan pleura ke dalam larutan asam pikrat dan asam sulfat pada tabung esbash, yang menyebabkan protein mengendap dan membentuk lapisan yang kemudian dapat diukur. 3. Metode Biuret Prinsip dari Metode Biuret adalah mengukur konsentrasi protein dalam cairan tubuh melalui reaksi antara protein dan reagen Biuret. Tes Rivalta ALAT DAN BAHAN Alat 1. Mikroskop PROSEDUR : a. Masukkan 10 mL aquadest ke dalam 2. Gelas kimia (beaker glass) 3. Pipet tetes beaker glass. 4. Batang pengaduk b. Ditambahakan 1 tetes asam asetat glasial 5. Refraktometer lalu diaduk dengan batang pengaduk. 6. Latar belakang hitam c. Tambahkan 1 tetes sampel yang Bahan diperiksa dengan jarak 1 cm dari atas 7. Larutan asam asetat glacial permukaan cairan 8. Aquadest d. Amati tetesan itu bercampur dan 9. Cairan sampel transudat/eksudat bereaksi dengan latar belakang hitam. Metode Pemeriksaan KIMIAWI Pemeriksaan Kimia Glukosa Pemeriksaan Kimia LDH Prinsip dari pemeriksaan ini (Lactate dehydrogenase) adalah mengukur dan Prinsip pemeriksaan ini adalah membandingkan kadar membandingkan kadar LDH glukosa dalam cairan pleura dan protein dalam cairan dengan plasma, di mana pleura dengan kadar dalam serum untuk mengidentifikasi transudat umumnya memiliki jenis efusi. kadar glukosa yang setara Pada cairan eksudat, dengan plasma, sedangkan pemeriksaan pada cairan eksudat menunjukkan kadar pleura dapat menghasilkan glukosa yang lebih rendah, berupa peningkatan kadar terutama jika mengandung protein dan LDH serta banyak leukosit. penurunan glukosa. Pemeriksaan PROSEDUR : Kimia Glukosa 1. Ambil sampel cairan pleura dan serum pasien secara aseptik. 2. Sentrifugasi sampel cairan pleura selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm. ALAT DAN BAHAN 3. Pipet 10 μL sampel cairan pleura atau serum Alat Bahan ke dalam tabung reaksi yang berbeda. 1. Spektrofotometer 1. Sampel cairan transudat 4. Tambahkan 1 mL reagen glukosa enzimatis 2. Mikropipet atau eksudat ke dalam masing-masing tabung. 3. Rak tabung reaksi 2. Reagen glukosa 5. Vortex dan inkubasi selama 10 menit pada 4. Tabung reaksi (enzimatis) suhu 37°C. 5. Vortex mixer 3. Reagen LDH (enzimatis) 6. Sentrifuge 4. Larutan standar glukosa 6. Ukur absorbansi sampel dan standar 7. Alat hitung sel 5. Larutan standar LDH menggunakan spektrofotometer pada (hemocytometer) 6. Aquades panjang gelombang 505 nm. 8. Mikroskop 7. Pipet tips 7. Hitung konsentrasi glukosa dalam sampel 9. Gelas ukur 8. Kapas alkohol dengan membandingkan absorbansi 10. Gelas beker 9. Tourniquet sampel terhadap absorbansi standar. 11. Pipet tetes 10. Tabung vakum Pemeriksaan PPROSEDUR : Kimia LDH 1. Ambil sampel cairan pleura dan serum pasien secara aseptik. 2. Sentrifugasi sampel cairan pleura selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm. ALAT DAN BAHAN 3. Pipet 100 μL sampel cairan pleura atau Bahan serum ke dalam tabung reaksi yang Alat 1. Spektrofotometer 1. Sampel cairan transudat berbeda. 2. Mikropipet atau eksudat 4. Tambahkan 1 mL reagen LDH enzimatis ke 3. Rak tabung reaksi 2. Reagen glukosa dalam masing-masing tabung. 4. Tabung reaksi (enzimatis) 5. Vortex dan inkubasi selama 1 menit pada 5. Vortex mixer 3. Reagen LDH (enzimatis) suhu 37°C. 6. Sentrifuge 4. Larutan standar glukosa 6. Ukur absorbansi sampel dan standar 7. Alat hitung sel 5. Larutan standar LDH (hemocytometer) 6. Aquades menggunakan spektrofotometer pada 8. Mikroskop 7. Pipet tips panjang gelombang 340 nm. 9. Gelas ukur 8. Kapas alkohol 7. Hitung aktivitas LDH dalam sampel dengan 10. Gelas beker 9. Tourniquet membandingkan absorbansi sampel 11. Pipet tetes 10. Tabung vakum terhadap absorbansi standar. Metode Pemeriksaan MIKROBIOLOGI PEWARNAAN GRAM Pemeriksaan mikrobiologi pada cairan pleura bertujuan untuk mendeteksi infeksi bakteri yang dapat menyebabkan efusi pleura. Salah satu metode yang digunakan adalah pewarnaan Gram, yang mengidentifikasi bakteri berdasarkan warna gram positif atau negatif pada preparat apus cairan pleura. Prinsip dari metode ini adalah membedakan jenis bakteri berdasarkan struktur dinding selnya, di mana bakteri gram positif akan tampak ungu dan gram negatif akan tampak merah. PEWARNAAN BTA Pewarnaan Basil Tahan Asam (BTA) digunakan untuk mendeteksi bakteri dengan dinding sel kaya lipid, seperti Mycobacterium tuberculosis, yang tidak dapat diwarnai dengan metode konvensional dan memerlukan teknik khusus. Prinsipnya adalah menggunakan pewarnaan khusus yang menembus dinding sel yang tahan asam. Alat dan Bahan Alat Bahan 1. Rak pewarnaan 1. Gram A (kristal violet) 2. Gram B (iodium) 2. Penjepit objek glass 3. Gram C (alkohol) 3. Bunsen 4. Gram D (safranin) 4. Mikroskop 5. Karbol fuksin (Cat ZN A) 5. Minyak imersi 6. HCl (Zat ZN B) 6. Object glass 7. Methylene blue (Cat ZN C) 8. Aquadest 7. Beaker glass 9. Sediaan sampel SOP MIKROBIOLOGI Pengecatan BTA a. Sediaan apusan yang sudah kering, lalu fiksasi dengan api bunsen sebanyak 2–3 kali dilewatkan di atas api, dan diletakkan rak pewarnaan b. Sediaan yang sudah difiksasi lalu genangkan dengan karbol fuksin (Cat ZN A) hingga sedian tertutup c. Panasi sediaan hingga menguap, jangan sampai mendidih, dan di diamkan selama 5–10 menit. d. Cat dibuang dan sedian dialiri air hingga bersih. e. Lunturkan sediaan dengan alkohol HCl (Zat ZN B) selama 10-30 detik hingga warna merah hilang (pucat). f. Sediaan dialiri air hingga bersih. g. Lalu sediaan digenangi methylene blue (Cat ZN C) selama 1–2 menit h. Lalu dialiri air dan keringkan i. Lalu diamati dengan mikroskop menggunakn perbesarn 100X dengan menambahkan imersi Oil. SOP MIKROBIOLOGI Pengecatan Gram a. Teteskan beberapa cairan sampel, tunggu hingga mengering b. Fiksasi diatas api, lalu taruh disuhu ruang. c. Tuangkan cat Gram A pada sediaan hingga menutupi seluruh sediaan, diamkan selama 3 menit. d. Buang sisa cairan cat Gram A (kristal violet), lalu dialiri aquadest hingga bersih e. Teteskan cat Gram B (iodium) pada seluruh bagian sediaan, diamkan selama 1 menit. f. Cuci dengan cat Gram C (alkohol) hingga warna violet menghilang. g. Teteskan dengan cat Gram D (safranin), diamkan selama 2 menit h. Lalu bilas dengan aquadest hingga bersih, tunggu hingga kering i. Lalu amati dengan mikroskop dengan perbesaran 100X dengan menambhakan imersi oil. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Makroskopis Volume Bau Transudat memiliki volume yang lebih kecil daripada eksudat. Transudat tidak berbau Volume transudat sekitar 10 - 20 ml dalam rongga pleura. Eksudat bisa memiliki bau tidak sedap Volume eksudat lebih dari 200 ml. Kekeruhan Transudat: jernih, memiliki kandungan sel dan protein yang rendah (non-inflamasi). Eksudat: keruh hingga purulen, menunjukkan adanya peningkatan jumlah sel (seperti leukosit) dan protein, yang berkaitan dengan proses inflamasi, infeksi, atau keganasan. (Sumber: https://shorturl.at/Mr5k0) Interpretasi Hasil Pemeriksaan Makroskopis Warna Transudat berwarna bening atau kuning muda. Menunjukkan adanya kandungan sel dan protein yang rendah. Eksudat berwarna kuning, kehijauan, merah muda sampai kecoklatan. 1. Menandakan adanya peningkatan kandungan sel, protein, dan mungkin juga adanya infeksi atau peradangan. 2. Cairan pleura kemerahan atau hemoragik menunjukkan adanya darah 3. Cairan pleura dengan sedikit warna kecoklatan adanya darah dalam kurun waktu yang lama (Sumber: https://shorturl.at/DgXXI) Bekuan Berat Jenis Transudat negatif bekuan Transudat memiliki berat jenis kurang dari 1.018 karena Eksudat bisa positif bekuan dan kental memiliki kandungan protein dan sel yang sedikit. karena tingginya kadar protein dan sel Eksudat lebih dari 1.018 karena mengandung lebih banyak akibat proses inflamasi. protein dan sel. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Mikroskopis Hitung jumlah leukosit Transudat jika jumlah eritrosit < 1000/uL Eksudat bervariasi bisa > 1000/uL (Soemantri, 2008). Hitung jenis leukosit Transudat didominasi sel mononuklear, terutama limfosit (kurang dari 1000 sel/µL). Eksudat biasanya menunjukkan kombinasi sel mononuklear (limfosit) dan polimorfonuklear (PMN), terutama neutrofil. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Kimia Protein Tes Rivalta Hasil Negatif (Transudat): Tidak menimbulkan kekeruhan Menimbulkan kekeruhan ringan seperti kabut tipis, kemudian hilang Hasil Positif (Eksudat): Jika tetesan cairan mempertahankan bentuknya, turun perlahan ke dasar, atau tetap menempel di permukaan Menimbulkan kekeruhan seperti susu / kabut tebal. Metode Esbash (Sumber: https://shorturl.at/DOlF0) Transudat: menunjukkan kadar protein yang rendah (biasanya kurang dari 2.5 g/dL) Eksudat: Jika hasil menunjukkan kadar protein yang tinggi (lebih dari 2.5 g/dL) Interpretasi Hasil Pemeriksaan Kimia Protein Metode Biuret Transudat: menunjukkan kadar protein yang rendah (biasanya kurang dari 2.5 g/dL) Eksudat: Jika hasil menunjukkan kadar protein yang tinggi (lebih dari 2.5 g/dL) Pemeriksaan Kimia Glukosa Transudat: kadar glukosa cairan = plasma darah (biasanya di atas 60 mg/dL). Transudat memiliki kadar glukosa tinggi karena tidak ada gangguan permeabilitas membran yang menyebabkan perbedaan konsentrasi glukosa antara cairan dan darah. Eksudat: kadar glukosa cairan < plasma darah (biasanya kurang dari 60 mg/dL). Eksudat memiliki kadar glukosa yang rendah karena adanya peningkatan permeabilitas membran, konsumsi glukosa oleh sel-sel inflamasi, atau produksi laktat oleh sel-sel neoplastik. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Kimia LDH (Lactate dehydrogenase) Transudat: kadar LDH dalam cairan yang rendah (200 IU/L). Eksudat memiliki kadar LDH yang tinggi karena adanya kerusakan sel atau peradangan yang menyebabkan pelepasan enzim LDH. Pemeriksaan Sitologi Pemeriksaan Mikrobiologi Transudat (Hasil Negatif): tidak adanya sel-sel abnormal Transudat (Hasil negatif): tidak adanya atau sel-sel inflamasi. pertumbuhan mikroorganisme (non- Komposisi Sel: sel-sel mesotelial normal dan sedikit leukosit. inflamasi) Eksudat (Hasil Positif) untuk Sel Patologis: adanya sel-sel Eksudat (Hasil positif): adanya pertumbuhan abnormal, seperti sel-sel inflamasi (neutrofil, limfosit) atau mikroorganisme (bakteri, jamur, atau virus) sel-sel neoplastik. Komposisi Sel: jumlah leukosit yang tinggi (neutrofil pada infeksi bakteri atau limfosit pada infeksi viral atau tuberkulosis) URINALISA TERIMAKASIH