Gabungan Isi Video Kimia Praktikum (1) (1) PDF
Document Details
Uploaded by Deleted User
Tags
Summary
This document details a video tutorial on chemistry laboratory procedures, including safety precautions, equipment recognition, and practical exercises. It covers various laboratory equipment such as burners, beakers, and glassware. The document emphasizes the importance of proper laboratory techniques and safety in handling chemical substances.
Full Transcript
KIMIA PRAKTIKUM menggunakan alat pelindung diri lengkap VIDEO PRAKTIKUM K3 DAN - Tidak menggunakan mulut untuk PENGENALAN ALAT INSTRUMEN mengambil larutan bahan kimia, Rencana ker...
KIMIA PRAKTIKUM menggunakan alat pelindung diri lengkap VIDEO PRAKTIKUM K3 DAN - Tidak menggunakan mulut untuk PENGENALAN ALAT INSTRUMEN mengambil larutan bahan kimia, Rencana kerja : melainkan menggunakan karet - Judul praktikum bulb/rubber bulp/karet penghisap yang - Hari/tanggal praktikum telah disediakan - Tujuan praktikum - Tidak bermain gawai/HP dalam - Prosedur percobaan laboratorium - Data percobaan - Berhati-hati saat praktikum, bila terkena bahan kimia segera hubungi PJP Perlengkapan praktikum : (penanggung jawab praktikum) untuk - Kain lap penanganan lebih lanjut - Alat tulis - Jika ada peralatan yang pecah di meja - Korek api kerja, bersihkan dengan menggunakan - Kacamata pelindung sarung tangan dan dikumpulkan dalam - Jas laboratorium satu wadah - Buku rencana kerja - Jika ada peralatan yang pecah di lantai, bersihkan menggunakan sapu dan pengki Syarat masuk laboratorium : - Jika terjadi gempa, jangan panik dan - Mahasiswi berkerudung memasukan ikuti arahan dari asisten untuk keluar kerudung ke dalam jas laboratorium, dari gedung dan berkumpul di titik sedangkan yang tidak mengenakan kumpul lapangan depan CCR kerudung mengikat rambut ke belakang - Setelah selesai praktikum, buang limbah tanpa poni percobaan sesuai jenisnya (limbah asam, - Saat awal, pastikan alat yg akan organik, basa) dalam jerigen yang telah digunakan dalam keadaan baik dan disediakan bersih - Cuci alat gelas yang digunakan - Tidak diperkenankan datang terlambat, menggunakan sabun dan air yang disarankan 15 mnt sebelum mulai mengalir praktikum - Keringkan alat gelas yang telah dicuci - Tidak bermain dan bercanda di dalam - Inventarisasi kembali alat sesuai dengan laboratorium daftar alat awal yang tersedia, jika ada - Tidak makan dan minum di dalam kerusakan akibat pecah segera hubungi laboratorium asisten - Tidak menghirup bahan kimia secara - Cuci tangan dengan sabun setelah langsung, melainkan mengibaskannya ke praktikum selesai hidung - Lepas jas laboratorium di luar - Mereaksikan bahan yang menghasilkan laboratorium gas dan percikan di ruang asam VIDEO PRAKTIKUM - Api berwarna kuning, PENGENALAN ALAT BAGIAN I bercahaya terang, dan berjelaga (menimbulkan Materi : pengenalan peralatan dan instrumen sulang asam berwarna hitam). laboratorium Terbentuk jika banyak gas Tujuan : mengenalkan berbagai jenis dan sedikit udara. Tidak boleh peralatan laboratorium sederhana dan digunakan untuk pemanasan instrumen laboratorium serta kegunaannya atau reaksi, karena kurang sebagai pendahuluan untuk percobaan panas dan mengotori alat yang selanjutnya dipanaskan. - Api berwarna biru terbentuk Peralatan pembakar jika banyak udara dan sedikit 1. Pembakar gas/gas burner gas. Api ini boleh digunakan Fungsi : alat ini berfungsi untuk untuk pemanasan atau reaksi. pemanasan Bagian api : Alat ini memiliki bagian bagian - Kerucut luar merupakan penting, diantaranya : api pengoksidasi, - Pipa masuknya gas (di bawah) berwarna violet hampir sebagai tempat masuknya gas tidak tampak - Keran pengatur gas /main value - Kerucut dalam (dasar bawah) untuk mengatur merupakan api pereduksi banyaknya gas yang masuk berwarna biru - Saluran/lubang masuknya oksigen Pembakaran hanya terjadi atau udara / air vent (di bagian pada kerucut luar. Sedangkan tengah), bagian ini bisa diatur pada kerucut dalam tidak untuk mengatur jumlah udara yang terjadi pembakaran, karena masuk (dengan cara diputar) terdapat gas-gas yang belum - Gas berfungsi sebagai bahan terbakar sempurna. bakar, sedangkan udara sebagai 3. Cawan porselin oksidator. Fungsi : mereaksikan zat dalam suhu - Spud sebagai lubang masuknya tinggi dan meng’abu’kan kertas gas saring Dengan mengatur keran masuknya 4. Pinggan porselin gas dan lubang masuknya udara, Fungsi : untuk menguapkan larutan, perbandingan antara gas dan mengkristalkan dan mensublimasikan udara yang masuk dapat diubah zat ubah. 5. Kaki tiga 2. Pembakar spirtus Fungsi : sebagai tungku pemanasan. Fungsi : alat ini berfungsi untuk Diantara ketiga kakinya merupakan pemanasan tempat api untuk pemanasan Jenis api : 6. Kasa - Pipet volumetrik, berfungsi Fungsi : sebagai alat perata panas mengambil cairan dengan yang diletakan diatas kaki tiga volume tertentu yang tepat 7. Segitiga porselin - Pipet mohr, berfungsi Fungsi : menopang wadah bahan mengambil cairan dengan yang akan digunakan volume sembarang namun 8. Gegep (kayu dan besi) tepat/bermacam macam Fungsi : sebagai alat bantu untuk volume mengambil alat-alat yang tidak boleh - Buret, berfungsi untuk diambil menggunakan tangan, seperti mengambil cairan dengan wadah panas volume sembarang namun tepat VIDEO PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT BAGIAN Hal yang perlu diperhatikan II dalam menggunakan alat gelas Peralatan gelas adalah melakukan pencucian 1. Tabung reaksi sebelum dan sesudah Fungsi : mereaksikan cairan dalam menggunakannya. jumlah yang sedikit - Sebelum menggunakan alat 2. Gelas piala/beaker gelas, kita perlu mencuci Fungsi : mereaksikan cairan, dengan akuades kemudian memanaskan cairan, dan membuat membilasnya dengan sedikit endapan dalam jumlah yang besar cairan yang akan kita gunakan 3. Labu Erlenmeyer untuk reaksi. Fungsi : fungsi sama seperti gelas - Setelah selesai menggunakan piala, namun fungsi utamanya yaitu alat gelas, kita perlu digunakan untuk titrasi mencucinya lagi 4. Gelas ukur menggunakan akuades Fungsi : mengukur cairan dengan tidak tepat 5. Labu takar VIDEO PRAKTIKUM Fungsi : mengukur volume cairan PENGENALAN ALAT BAGIAN III dengan jumlah tertentu dan untuk membuat larutan dari padatan atau Instrumen laboratorium cairan dengan konsentrasi tertentu 1. Hot plate 6. Pipet Fungsi : untuk pemanasan, kita Fungsi : mengukur volume dengan dapat mengatur suhu hot plate teliti dengan memutar tombol pengatur Jenis pipet : suhu. Hot plate ini juga bisa digunakan sebagai stirrer/pengaduk. Tombol yang satunya berfungsi mengatur - Kemudian ditekan tombol kecepatan putaran stirrer CAL dan tunggu hingga 2. Vortex muncul tulisan CFM Fungsi : menghomogenkan - Setelah muncul tulisan CFM, campuran kita tekan tombol CFM Cara penggunaan : - Kemudian kita angkat dan - Tombol di tengah berfungsi bilas lagi menggunakan mengatur kecepatan putaran akuades, lalu keringkan - Kemudian tabung reaksi dengan tisu secara berhati hati ditekan sehingga vortex - Masukkan batang elektroda ke berputar dan larutan dalam larutan buffer pH 4 bercampur menjadi homogen - Kemudian tunggu hingga 3. pH meter muncul tulisan CFM, lalu Fungsi : mengukur pH suatu cairan tunggu hingga tulisan CFM.pH meter memiliki beberapa muncul tombol pengaturan : - Setelah muncul, tekan kembali - Tombol CAL (kalibrasi) tombol CFM - Tombol CFM (konfirmasi) - Kemudian batang elektroda - Tombol Δ°C (menaikkan dibilas kembali menggunakan suhu) akuades, keringkan dengan - Tombol ∇°𝐶 (menurunkan tisu suhu) - Selanjutnya pH meter dapat - Tombol MEM (menyimpan digunakan untuk mengukur data) pH sampel dengan - Tombol MR menyelupkan batang elektroda hingga tercelup sampai batas Selain tombol pengaturan, sensor ke dalam sampel terdapat batang elektroda yang - Kemudian pH sampel akan berfungsi sebagai sensor terbaca pembaca. Ph yang dicelupkan ke 4. Neraca analitik/OHAUS dalam larutan elektrolit. Sebelum Fungsi : menimbang bahan melakukan pengukuran Ph maupun wadah yang akan sampel, kita perlu melakukan digunakan pada percobaan. Bagian kalibrasi pH meter. Langkah- neraca analitik : langkah kalibrasi : - Tombol zero, untuk - Membilas batang elektroda menghidupkan atau menggunakan akuades mematikan neraca - Setelah dibilas, dikeringkan - Tombol print, untuk mencetak dengan tisu hasil yang terbaca - Batang elektroda dicelupkan ke dalam larutan buffer pH 7 - Tombol function, untuk - Pastikan bahan yang kita mengubah mode ambil diletakan di tengah, dan - Tombol tare, untuk kalibrasi tidak berceceran - Gelembung udara/waterpass - Setelah itu, tutup kaca dan (lubang sebelah atas tombol), tunggu hingga stabil, lalu catat untuk melihat apakah neraca nilainya sudah sejajar atau rata - Keluarkan wadah berisi bahan kimia, lalu tutup kembali kaca Langkah-langkah menimbang : - Tekan tombol Tare, lalu - Pastikan colokan belum tombol off tersambung dengan listrik - Kemudian cabut dari - Bersihkan lebih dahulu bagian sambungan listrik dan dalam neraca bersihkan menggunakan kuas - Lihat waterpass sudah tepat 5. Bulb belum ditengah lingkaran, Fungsi : untuk memipet dengan cara Bulb memiliki 3 katup : menggeser/memutar bagian di - Katup A (paling atas), untuk bawah kaki neraca mengeluarkan udara, caranya - Setelah gelembung udara tepat dengan mengatupkan katup di tengah, kita sambungkan A dan mengempiskan dengan arus listrik bulbnya - Lalu tekan tombol zero/on - Katup S (di bawah katup A), - Kemudian tunggu 15 mnt untuk menyedot larutan hingga stabil - Katup E (sebelah katup S - Setelah stabil, kita masukan yang menyamping), untuk wadah yang digunakan mengeluarkan cairan menimbang bahan - Kemudian catat nilainya jika Langkah-langkah mengisi diperlukan pipet : - Jika bobot wadah tidak - Ambil bulb, kemudian tekan diperlukan, kita klik tombol katup A untuk mengeluarkan Tare supaya nilainya kembali udara ke 0.00 - Setelah mengempis, ambil - Setelah itu, kita ambil bahan pipet dan pasangkan bulb di yang akan ditimbang bagian atas pipet - Kita buka kaca neraca, - Setelah terpasang, masukan kemudian masukan bahan pipet ke dalam wadah berisi yang akan ditimbang cairan yang akan kita ambil, kemudian tekan katup s agar cairan tersedot/masuk ke dalam pipet sampai cairan meniskus (diagram melebihi tanda tera lingkaran/cekungan) bawah - Setelah melebihi tanda tera, - Kita perlu bantuan latar seka menggunakan tisu, belakang gelap berwarna kemudian ambil wadah dan hitam untuk membaca keluarkan cairan hingga meniskus bawah pada cairan sampai pada meniscus batas tidak berwarna tera dengan cara menekan - Cara memegang cerat, katup E sampai tepat tanda tangan kiri menahan, dan tera tangan kanan memegang - Pindahkan pada wadah yang putarannya, kemudian buka diinginkan dengan posisi cerat secara perlahan agar wadah dan pipet pada sudut larutan dapat turun 45° - Setelah beberapa menit, - Tekan E, sehingga cairan tutup ceratnya kemudian akan keluar baca meniscus akhir, missal - Setelah keluar, pastikan 5-10 yg terbaca 5,33 dtk, kemudian kita goreskan - Selanjutnya keluarkan isi ujung pipet pada wadah buret dengan cepat untuk bagian dalam berapa saat , lalu tutup cerat, 6. Buret dan baca meniscus akhir Cara penggunaan : yang terbaca ialah 11,71 - Terdapat cerat, pastikan cerat - Pengeluaran cairan secara dalam keadaan tertutup cepat dapat mengakibatkan (bentuk horizontal) tertinggalnya cairan pada - Isi buret dengan akuades, dinding buret, sehingga pastikan angka buret pembacaan meniscus menghadap mata kita menjadi tidak akurat - Masukan akuades menggunakan corong Pembacaan buret menggunakan - Masukan pada sembarang larutan berwarna KMnO4 0,1 M: angka, pastikan bagian - Tuang kmno4 pada buret dgn bawah cerat terisi akuades volum sembarang dengan membuka cerat - Sebelum membaca meniscus sampai bagian bawah cerat awal, pastikan bagian cerat terisi penuh akuades lalu bawah terisi larutan kmno4 tutup kembali dgn penuh - Akuades merupakan cairan - Setelah penuh, baca tak berwarna sehingga meniscus awal dgn bantuan pembaca skala pada background wrn putih - Larutan kmno4 berwarna panjang gelombang yang sehingga baca buret pada digunakan meniscus atas - Kompartemen sampel, untuk - Meniskus awal yg terbaca meletakan pipet berisi adalah 2.35, kemudian buka larutan yg akan diukur cerat untuk mengeluarkan 8. Cuvvet kmno4 lalu tutup kmbali dan Fungsi : wadah untuk larutan baca meniscus akhir yang yang akan kita ukur, batas terbaca ialah 3.59 pengisian larutan pada cuvvet - Larutan kmno4 yg tersisa sampai lingkaran berwarna putih dalm buret dimasukan ke dan tanda vertikal putih harus dalam wadah yg semula disesuaikan dngan tanda yg 7. Spektometer UV-VIS berada pada kompartemen Fungsi: mengukur absorbance/ sampel penyerapan suatu larutan pada 9. Penangas air rentang panjang gelombang Fungsi : pemanasan suatu bahan ultraviolet sampai sinar alfa. dengan menguapkan uap air. Prinsip alat ini yaitu hukum Bagian : Lambert Beer. Semakin pekat - Tombol besar, sebagai warna suatu larutan, maka tombol on off semakin banyak jumlah zat yang - Tombol kecil, untuk diserap sehingga nilai mengatur suhu bersamaan dg absorbance semakin tinggi tombol besar caranya Bagian spektometer dan alat memencet tombol kecil dan yang digunakan: memutar tombol besar - Display, menunjukan nilai kemudian sesuaikan suhu dg yg terbaca yang diinginkan - Tombol mode, untuk - Buka penangas air, lalu mengatur mode (T= masukan wadah yg terisi transmittance, A bahan lalu tutup =absorbance, C=concentration, F=factor) Melalui percobaan ini, kita akan - Tombol 100% T, untuk mengetahui bahwa setiap alat mengatur nilai blangko dan instrument laboratorium - Tombol 0% T memiliki fungsinya masing - Tombol print, untuk masing. mencetak - Pengatur panjang gelombang, untuk mengatur PENGENALAN DAN PENANGANAN b. Berbahaya terhadap lingkungan BAHAN KIMIA Dapat merusak atau mencemari lingkungan Kebanyakan bahan kimia yang digunakan di tanah dan perairan. Cara mencegahnya yaitu laboratorium berbahaya, seperti mudah meledak, limbah bahan kimia harus dibuang di tempat mudah terbakar, beracun, iritasi, korosif, dan pembuangan limbah, serta jangan langsung merusak lingkungan. Demi keselamatan kerja, kita dibuang ke tanah/air karena menyebabkan perlu mengetahui bahaya yang mungkin terjadi, efek jangka panjang. cara pencegahan, dan cara mengatasi. Contoh : Mangan (II) sulfat Mr=169,02 g/mol Tujuan Percobaan : Mengenal berbagai bahan kimia c. Beracun/Toxic serta bahayanya dan sebagai pendahuluan Bahaya bagi kesehatan jika terhirup, tertelan, percobaan berikutnya. dan terkena kulit. Cara mencegahnya yaitu Pengenalan Simbol Bahan Kimia menghindari kontak dengan tubuh. Contoh : 1-Butanol Mr=74,12 g/mol d. Mudah teroksidasi/oksidator Dapat membakar bahan lain, penyebab timbulnya api dan sulitnya pemadaman api. Cara mencegahnya yaitu menghindari bahan kimia tersebut dengan bahan yang mudah terbakar atau bersifat reduktor. Wadah bahan kimia terbuat dari plastik atau Contoh : Litium nitrat Mr=68,94 g/mol kaca. Masing-masing wadah dapat memiliki e. Iritasi satu atau beberapa simbol bahaya bahan kimia. Dapat mengiritasi mata, kulit, dan saluran Simbol-simbol tersebut, diantaranya : pernapasan. Cara mencegahnya yaitu a. Korosif menghindari kontak dengan kulit an mata, Dapat merusak jaringan tubuh, maka untuk serta tidak menghirup uapnya. mencegahnya harus menghindari kontak Contoh : Tris amino metana Mr=121,04 langsung dengan mata, kulit, pakaian. Serta g/mol jangan hirup uapnya pada saat bernapas. Jika f. Mudah meledak salah satu bagian tubuh terkena bahan kimia Umumnya meledak pada kondisi tertentu, korosif, maka segera bilas dengan air maka untuk mencegahnya yaitu menghindari mengalir. bahan kimia dari guncangan, gesekan, Contoh : Asam asetat Mr=60,05 g/mol percikan api, atau panas. Contoh : Amonium dikromat Mr=252,07 g/mol perhatikan apa yang terjadi dan warna apa g. Mudah terbakar yang dihasilkan (ungu berasap) Cara mencegahnya yaitu menghindari bahan 7. Masukkan juga 1 butir kecil logam kalium kimia dari percikan api. Jika bahan kimia (K) ke dalam gelas piala kedua, perhatikan tersebut mudah terbakar karena udara, maka apa yang terjadi (ungu berasap) hindari kontak dengan udara. Dalam percobaan ini menggunakan tisu Contoh : Dietil eter Mr=74,12 g/mol sebagai bahan organik. - Asam sulfat memiliki sifat meng ‘arang’ Pengenalan Bahan Kimia kan bahan organik, sehingga dapat Mengenal bahan kimia berbahaya di lemari merusak bahan tisu jika terkena secara asam, pastikan menggunakan APD (alat langsung. Warna hitam yang dihasilkan pelindung diri seperti masker, sarung tangan, merupakan wujud pengarangan dari dan kacamata pelindung. Langkah-langkah : bahan organik. 1. Siapkan tisu yang dilipat menjadi 4 bagian, - Kalium dikromat bersifat sebagai lalu letakkan di masing-masing oksidator kuat dalam kondisi asam, petridishes/cawan petri sehingga saat campuran asam sulfat dan 2. Tambahkan 1 tetes asam sulfat pekat/H2SO4 kalium dikromat bereaksi dengan tisu ke tisu pertama, perhatikan apa yang terjadi maka akan merusak hingga melubangi (bolong seperti terbakar warna hitam bagian tisu. pinggirannya) - Indikator fenolftaelin digunakan untuk 3. Tambahkan 1 tetes asam sulfat pekat/H2SO4 membuktikan bahwa hasil reaksi logam dan 1 tetes kalium dikromat/K2Cr2O7 pada alkali dengan air akan menghasilkan pH tisu kedua, perhatikan apa yang terjadi larutan dalam kondisi basa yang ditandai (bolong seperti terbakar warna kuning dengan perubahan warna larutan menjadi pinggirannya) merah muda. 4. Selanjutnya melihat reaksi logam alkali jika Terlihat bahwa : dimasukkan ke dalam air. Gunakan logam - Reaksi antara logam kalium dan air kalium (K) dan natrium (Na), serta indikator lebih reaktif dibandingkan dengan fenolftaelin untuk melihat pH larutan yang logam natrium yang ditandai dengan dihasilkan bersifat asam atau basa timbulnya percikan api. Hal ini 5. Ambil larutan fenolftaelin, tambahkan 2 tetes dikarenakan ukuran jari-jari atom masing-masing ke dalam gelas piala/beker kalium > jari-jari logam natrium. berisi akuades/air suling Semakin besar jari-jari atom, maka daya 6. Kemudian masukkan 1 butir kecil logam tarik antara inti atom dengan elektron natrium (Na) ke gelas piala pertama, terluar semakin melemah. Sehingga botol pereaksi. Penggunaan kedua jenis botol energi yang dibutuhkan untuk pereaksi ini disesuaikan dengan sifat bahan melepaskan elektron tersebut lebih pereaksinya, diantaranya: rendah. Mudahnya pelepasan elektron - Botol pereaksi bening inilah yang menyebabkan logam kalium Digunakan untuk bahan kimia yang tidak lebih mudah bereaksi dengan air memiliki sensitifitas terhadap cahaya dan dibandingkan logam natrium. sinar UV. - Perubahan warna larutan dari bening - Botol pereaksi gelap jadi merah muda, menunjukan larutan Dibuat secara khusus untuk menyimpan tsb dalam kondisi basa setelah reaksi bahan kimia yang memiliki sensitifitas berakhir. terhadap cahaya dan sinar UV. Maka, Bentuk tutup dari botol pereaksi juga berbeda- - Reaksi antara logam natrium dengan air beda, diantaranya: menghasilkan natrium hidroksida dan - Datar hidrogen : Na + H2O -> NaOH +H2. Botol pereaksi dengan penutup datar terbagi - Reaksi antara logam kalium dengan air menjadi dua, yaitu botol pereaksi dengan menghasilkan kalium hidroksida dan leher kecil digunakan untuk menyimpan hidrogen. K + H2O ->KOH + H2. bahan kimia yang mudah menguap atau berasap, serta botol pereaksi dengan leher Kesimpulan : Setiap bahan kimia memiliki besar digunakan untuk menyimpan bahan satu atau beberapa simbol bahaya tertentu kimia yang tidak mudah menguap atau yang wajib kita ketahui untuk menghindari tidak berasap. Ketika mengambil larutan, hal-hal yang tidak diinginkan selama tutup botol pereaksi datar boleh diletakkan percobaan di laboratorium. di meja secara terbalik (posisi tutupnya Pengenalan Botol Pereaksi Kimia yang terbalik), jangan lupa untuk Pereaksi/Reagen merupakan suatu jenis bahan menutupnya kembali. kimia yang beberapa diantaranya memiliki sifat - Pipih berbahaya dan mudah rusak Oleh karena itu, Ketika mengambil larutan, tutup botol salah satu caranya dengan melakukan pereaksi pipih tidak boleh diletakkan di penyimpanan secara tepat menggunakan botol atas meja tapi harus dipegang/dijepit pada pereaksi. Botol pereaksi atau botol reagen sela-sela jari tangan. adalah suatu wadah yang dapat terbuat dari kaca - Paruh atau plastik berfungsi menyimpan suatu reagen Ketika mengambil larutan menggunakan atau bahan kimia. Secara umum terdapat 2 jenis tutup botol paruh, arah paruh disejajarkan dengan saluran yang terdapat pada botol, - Pengaduk kaca kemudian tuangkan larutan. Setelah itu - Termometer tutup kembali dengan cara menggeser - Sudip (sendok kecil besi) paruhnya agar tidak sejajar dengan saluran - Kaca arloji yang terdapat pada botol (kembali ke posisi - Labu takar 50 ml awal). - Gelas piala/beker 100 ml - Tetes - Corong Mengambil larutan menggunakan tutup - Labu semprot botol tetes yaitu dengan memipet larutan Bahan yang digunakan: dalam botol kemudian diteteskan. Lalu - Padatan urea masukkan kembali pipet ke botol semula. - Aquades yang telah terisi dalam labu Pastikan pipet tetes botol tersebut tidak semprot digunakan untuk keperluan lainnya Langkah-langkah: (tidak dicampur-campur dengan pereaksi 1. Timbang sebanyak 3 gram padatan urea. lain, khusus satu botol saja). Sebelum mulai menimbang, perhatikan kebersihan dan kedataran dari neraca. Cara memastikan kedataran atau keseimbangan PEMBUATAN LARUTAN neraca yaitu dengan memperhatikan Sebelum membuat larutan, kita perlu gelembung pada neraca. [Timbang kaca memperhatikan wujud senyawa yang akan kita buat arloji lebih dulu, lalu masukkan padatan berbentuk padatan atau larutan. Kita dapat urea menggunakan sudip]. membaca di lembar data keselamatan atau MSDS. 2. Padatan yang telah ditimbang kemudian Tujuan dari pembuatan larutan ini adalah dilarutkan ke dalam gelas piala/beker 100 membuat larutan dari padatan murni dan larutan ml. Hati-hati agar padatan urea tidak pekat melalui pengenceran serta dapat menghitung berceceran. Lalu bilas dengan aquades, agar konsentrasi larutan dengan beberapa satuan yang tidak ada padatan urea yang tertinggal di berbeda. Pembuatan larutan dengan konsentrasi kaca arloji. yang tepat sangat penting dalam eksperimen di 3. Aduk hingga semua padatan melarut laboratorium. Pada pembuatan larutan terdapat dua sempurna. Mengaduk secara pelan-pelan percobaan, diantaranya: dan jangan sampai timbul bunyi atau Membuat larutan urea dari padatannya mengeluarkan suara. Setelah semua padatan Alat yang digunakan: larut sempurna kita bisa merasakan adanya - Neraca analitik perubahan suhu larutan. Untuk larutan urea - Bulb karet ini lebih dingin dibandingkan larutan - Pipet volumetrik 10 ml awalnya. Perubahan suhu yang lebih dingin ini menandakan reaksi pelarutan urea - Bulb merah bersifat endoterm. Jika perubahan itu - Pipet volumetrik 10 ml menjadi lebih panas maka reaksi disebut - Pipet tetes eksoterm. Bahan yang digunakan: 4. Selanjutnya memindahkan larutan dari - Larutan kalium klorida (KCl) 1 M gelas piala/beker ke dalam labu takar - Akuades menggunakan corong. Bilas gelas piala Langkah-langkah: minimal 3 kali menggunakan akuades untuk 1. Ambil 10 ml larutan kalium klorida (KCl) 1 memastikan semua larutan masuk ke dalam M menggunakan pipet volumetrik. labu takar. Bilas juga corong menggunakan Kosongkan angin pada bulb merah terlebih akuades untuk memastikan kembali tidak dahulu (dengan cara menekan hingga ada yang tertinggal. Membilas gelas piala kempis), kemudian pasangkan ke dalam dan corong sedikit-sedikit agar tidak pipet volumetrik. Pastikan ujung dari pipet melebihi tanda tera. volumetrik ini bersih. Ambil 10 ml KCl 5. Tambahkan aquades (ke dalam labu takar dengan menekan tombol S pada bulb berisi larutan urea) hingga mendekati tanda merah, cairan dilebihkan sedikit di atas tera. tanda tera. Seka kembali lalu dihimpitkan 6. Seka leher labu takar menggunakan kertas sampai tanda tera dengan menekan tombol saring atau tisu. hati-hati jangan sampai E. mengenai larutannya. 2. Masukkan ke dalam labu takar 50 ml KCl. 7. Himpitkan dengan menggunakan aquades Setiap kali memasukkan cairan hingga miniskus bawah tepat pada tanda menggunakan pipet volumetrik, sudut tera (larutan pas dengan tanda tera). antara pipet volumetrik dan labu takar harus 8. Homogenkan dengan cara menutup labu 45°. takar menggunakan telunjuk, lalu naik- 3. Tambahkan akuades hingga mendekati turunkan labu takar seperti sedang tanda tera. Seka kembali leher labu takar, menggunakan barbel. lalu himpitkan dengan menggunakan 9. Setelah dirasa homogen maka larutan siap akuades hingga miniskus bawah tepat pada untuk digunakan. Jangan lupa untuk tanda tera. menimbang bobot akhir dari labu takar dan 4. Homogenkan dengan cara menutup labu isinya. takar menggunakan telunjuk, lalu naik- turunkan labu takar seperti sedang Mengencerkan larutan kalium klorida (KCl) menggunakan barbel. Alat yang digunakan: 5. Setelah dirasa homogen, maka larutan siap - Labu takar 50 ml untuk digunakan. 6. Setelah semua percobaan selesai, kita dapat menampung limbahnya pada tempat yang telah disediakan (jirigen). Menghitung konsentrasi larutan yang telah kita buat Satuan konsentrasi yang akan dihitung adalah molaritas, persen bobot per bobot, persen bobot per volume, dan molalitas. - Molaritas Adalah jumlah mol per volume dalam satuan liter. 𝑛 𝑔𝑟 𝑀=𝑉 𝑛 = 𝑀𝑟 Ket: M = molaritas (M) n = mol zat terlarut (mol) V = volume larutan (l) Mr = massa molekul relatif (g/mol) gr = massa suatu zat (gr) - Persen bobot per bobot Adalah bobot zat terlarut dalam gram dibagi 100 gr bobot larutan. 𝑏 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑔) % = × 100 𝑏 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 (𝑔) - Persen bobot per volume Adalah bobot zat terlarut dalam satuan gram dibagi 100 ml volume larutan. 𝑏 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑔) % = × 100 𝑣 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 (𝑚𝑙) - Molalitas Adalah jumlah mol per bobot pelarut dalam satuan kg. 𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑔) 𝑚= 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑘𝑔) IKATAN KIMIA : IONIK DAN KOVALEN - Spritus Tujuan percobaan : - Korek api - Terampil membedakan senyawa ionik dengan - Tabung thiele (bentuk seperti huruf b) senyawa kovalen - Termometer - Mampu menjelaskan kaitan jenis ikatan dan - Klem (yang menghubungkan tabung thiele struktur molekul terhadap sifat senyawa dengan statif) - Statif (tiang) yang telah dirangkai Ikatan kimia adalah gaya yang memegangi atom atau ion untuk membentuk molekul atau kristal. Langkah-langkah: Ikatan kimia yang akan dipelajari dalam percobaan Sampel Urea ini adalah ikatan ionik dan ikatan kovalen. Dalam a. Siapkan sampel yang akan ditentukan titik materi ikatan kimia adalah 6 percobaan yang akan lelehnya. Ambil sampel urea menggunakan kita lakukan, diantaranya: ujung sudip, lalu diletakkan di atas kertas Perbandingan titik leleh yang bersih. Serbuk urea dihaluskan dan Dalam percobaan perbandingan titik leleh ada 2 dikeringkan dengan cara melipat kertas senyawa yang akan diamati yaitu senyawa ionik terlebih dahulu. dan senyawa kovalen. Perlu diketahui titik leleh b. Serbuk halus sampel yang telah dikeringkan senyawa ionik tidak dapat ditentukan dimasukkan dalam pipa kapiler dengan cara menggunakan alat-alat laboratorium yang menekan bagian ujung pipa kapiler pada sederhana. Hal ini disebabkan karena tingginya sampel. titik leleh senyawa tersebut. Oleh karena itu, c. Balikkan pipa kapiler lalu ketuk-ketuk anda hanya diminta membandingkan titik leleh sebanyak 10 kali agar serbuk sampel senyawa ionik dan senyawa kovalen. Berikut bergerak ke dasar pipa kapiler (memastikan diberikan data titik leleh beberapa senyawa sampel terkemas dengan rapat dalam pipa ionik yaitu: kapiler). Sampel yang diperlukan yaitu - Kalium klorida (KCl) = 770 °C setinggi 2 mm dalam pipa kapiler. - Kalsium klorida (CaCl2) = 772 °C Penggunaan sampel yang melebihi 2 mm - Magnesium sulfat (MgSO4) = 1124 °C akan menyebabkan kisaran titik leleh Oleh karena itu dalam percobaan ini kita hanya melebar, sehingga tidak memberikan data akan menentukan titik leleh senyawa kovalen. yang akurat dalam penentuan kemurniaan Sampel/bahan yang digunakan: suatu sampel. - Urea d. Ikat pipa kapiler pada ujung termometer - Sukrosa menggunakan benang. Alat yang digunakan: e. Siapkan gliserol, kemudian tuangkan - Pipa kapiler kedalam tabung thiele. Perkirakan tinggi gliserol agar pipa kapiler tidak tenggelam. Wujud urea, sukrosa, kalium klorida (KCl), Perkirakan ujung pipa kapiler dan ujung kalsium klorida (CaCl2), magnesium sulfat termometer berada di pertigaan tabung (MgSO4) dalam bentuk padatan dan etanol thiele. dalam bentuk cairan. Senyawa kalium klorida, f. Panaskan gliserol dengan posisi spirtus kalsium klorida, dan magnesium sulfat tepat berada di bagian bawan lengan tabung merupakan ikatan ionik sehingga pada kondisi (yang berbentuk b). Pemanasan ini diatur ruang dalam bentuk padatan. Sedangkan urea, sedemikian rupa agar kenaikan suhunya sukrosa, dan etanol memiliki ikatan kovalen 5°C per menit. Urea mulai meleleh sehingga dalam suhu ruang dapat berbentuk sempurna pada suhu 132 °C. padatan maupun cairan. Perbedaan wujud zat g. Amati sampel terdekat catatlah kisaran suhu disebabkan kekuatan ikatan yang terbentuk. saat sampai mulai meleleh hingga meleleh Kekuatan ikatan ionik lebih kuat dibanding sempurna. Kisaran leleh merupakan kekuatan ikatan kovalen. perbedaan suhu sampel ketika mulai meleleh dan meleleh sempurna. Perbandingan kelarutan h. Bandingkan kisaran titik leleh urea dengan Alat yang digunakan: titik leleh yang tercantum dalam buku - Tabung reaksi 6 buah acuan. Berdasarkan teori, sampel murni - Sudip akan menghasilkan kisaran titik leleh yang Bahan yang digunakan: sempit yaitu < 2 °C. [Senyawa tidak murni - Urea jarah dengan - Sukrosa i. Setelah selesai, gliserol didinginkan - Kalium klorida kemudian dikembalikan ke botol. - Kalsium klorida - Magnesium sulfat Sampel Sukrosa - Etanol Percobaan menggunakan sukrosa dilakukan - Akuades dengan prosedur yang sama seperti pada urea. Langkah-langkah: Setelah dilakukan pengamatan, sukrosa mulai a. Masukkan aquades ke 6 tabung reaksi meleleh pada suhu 184°C dan mulai meleleh masing-masing 3 ml. sempurna pada suhu 186 °C. Kemudian kita b. Ambil urea seujung sudip, kemudian kita bandingkan kembali kisaran titik leleh sukrosa masukkan ke dalam tabung reaksi. Kocok dengan titik leleh yang tercantum dalam buku tabung reaksi berisi urea dan akuades. acuan. Dapat dilihat bahwa urea larut dalam air. Wujud c. Ambil sukrosa seujung sudip, kemudian kita masukkan ke dalam tabung reaksi. Kocok tabung reaksi berisi sukrosa dan d. Kalsium klorida tidak larut dalam karbon akuades. Dapat dilihat bahwa sukrosa larut tetraklorida dalam air. e. Magnesium sulfat tidak larut dalam d. Ambil kalium klorida seujung sudip, karbon tetraklorida kemudian kita masukkan ke dalam tabung f. Etanol larut dalam karbon tetraklorida reaksi. Kocok tabung reaksi berisi kalium Suatu senyawa dapat bersifat polar, non-polar, klorida dan akuades. Dapat dilihat bahwa dan semi polar (dalam uji kelarutan digunakan kalium klorida larut dalam air. 2 pelarut). Kepolaran suatu senyawa dapat e. Ambil kalsium klorida seujung sudip, diketahui dari sifat kelarutannya dalam pelarut kemudian kita masukkan ke dalam tabung polar dan pelarut non polar. reaksi. Kocok tabung reaksi berisi kalsium - Senyawa polar dan senyawa ionik akan klorida dan akuades. Dapat dilihat bahwa larut dalam pelarut polar kalsium klorida larut dalam air. - Senyawa kovalen nonpolar akan larut f. Ambil magnesium sulfat seujung sudip, dalam pelarut non polar kemudian kita masukkan ke dalam tabung - Senyawa semi polar akan larut dalam reaksi. Kocok tabung reaksi berisi pelarut polar dan pelarut non polar magnesium sulfat dan akuades. Dapat Pada percobaan ini pelarut polar = air dan dilihat bahwa magnesium sulfat larut pelarut non-polar = karbon tetraklorida. Dari dalam air. hasil pengamatan dapat diketahui bahwa semua g. Ambil etanol menggunakan pipet tetes senyawa yang diuji larut dalam air, namun (karena dalam wujud cairan) sebanyak 1 hanya etanol yang larut dalam pelarut karbon ml, kemudian kita masukkan ke dalam tetraklorida. Artinya etanol bersifat semipolar. tabung reaksi. Kocok tabung reaksi berisi etanol dan akuades. Dapat dilihat bahwa Daya hantar etanol larut dalam air. Alat yang digunakan: - Sudip Dengan prosedur yang sama kita gunakan - Gelas piala pelarut karbon tetraklorida (CCl4), hasilnya - Daya listrik 6 Volt sebagai berikut: - Elektroda a. Urea tidak larut dalam karbon tetraklorida Bahan yang digunakan: (muncul/ada endapan) - Urea b. Sukrosa tidak larut dalam karbon - Sukrosa tetraklorida - Kalium klorida c. Kalium klorida tidak larut dalam karbon - Kalsium klorida tetraklorida - Magnesium sulfat - Etanol larutan. Sedangkan senyawa urea, sukrosa, - Akuades dan etanol tidak menghasilkan gelembung Langkah-langkah: karena tidak mengalami hidrasi. a. Sediakan 6 gelas piala kemudian masukkan Kemudahan terbakar akuades sebanyak 50 ml ke dalam masing- Langkah-langkah: masing gelas piala/beker. a. Ambil senyawa urea seujung sudip, b. Setelah gelas piala terisi dengan aquades, kemudian bakar diatas spirtus. Dapat dilihat masukkan masing-masing senyawa ke bahwa urea mudah terbakar (meleleh dan dalam gelas piala sebanyak 2 sudip (untuk warna berubah coklat). padatan) dan menggunakan pipet tetes b. Ambil senyawa sukrosa seujung sudip, (untuk cairan). kemudian bakar diatas spirtus. Dapat dilihat c. Selanjutnya masukkan elektroda ke dalam bahwa sukrosa mudah terbakar. gelas piala. Lalu sambungkan dengan listrik c. Ambil senyawa kalium klorida seujung (kabel warna hitam = kutub negatif, kabel sudip, kemudian bakar diatas spirtus. Dapat warna merah (nyambung ke bohlam) = dilihat bahwa kalium klorida tidak kutub positif). mudah terbakar. d. Amati gelembung yang terbentuk. d. Ambil senyawa kalsium klorida seujung - Urea menghasilkan sedikit gelembung sudip, kemudian bakar diatas spirtus. Dapat - Sukrosa menghasilkan sedikit dilihat bahwa kalsium klorida tidak gelembung mudah terbakar. - Kalium klorida menghasilkan banyak e. Ambil senyawa magnesium sulfat seujung gelembung sudip, kemudian bakar diatas spirtus. Dapat - Kalsium klorida menghasilkan banyak dilihat bahwa magnesium sulfat tidak gelembung mudah terbakar. - Magnesium sulfat menghasilkan f. Ambil etanol menggunakan pipet tetes lalu banyak gelembung teteskan di sudip, kemudian bakar diatas - Etanol tidak menghasilkan gelembung. spirtus. Dapat dilihat bahwa etanol mudah Senyawa kalium klorida, kalsium klorida, terbakar. dan magnesium sulfat memiliki ikatan Ikatan ionik memiliki kekuatan yang lebih ionik. Apabila dilarutkan dalam air, tinggi dibanding dengan ikatan kovalen. senyawa ionik akan menghasilkan ion Sedangkan senyawa urea, sukrosa, dan etanol positif dan ion negatif. Sehingga dapat memiliki ikatan kovalen sehingga mudah menghantarkan arus listrik yang ditandai terbakar. dengan banyaknya gelembung dalam Uji bau - Senyawa ionik berbentuk padatan dalam Hal yang diperhatikan dalam uji bau, yaitu : suhu ruang hindari mencium bahan kimia secara langsung, - Senyawa ionik merupakan konduktor yang tetapi mencium bahan kimia dengan mengipas baik dalam bentuk larutan. kipas dengan tangan. - Senyawa ionik sulit terbakar dan bau tidak - Urea memiliki bau yang tidak menyengat menyengat - Sukrosa memiliki bau yang tidak - Senyawa kovalen memiliki titik leleh yang menyengat lebih rendah - Kalium klorida memiliki bau yang tidak - Senyawa kovalen berbentuk padatan dan menyengat cairan dalam suhu ruang - Kalsium klorida memiliki bau yang tidak - Senyawa kovalen mudah terbakar dan menyengat berbau menyengat - Magnesium sulfat memiliki bau yang tidak menyengat - Etanol memiliki bau yang sangat KINETIKA KIMIA menyengat Kinetika kimia merupakan bagian dari ilmu kimia yang mempelajari hubungan antara perubahan Senyawa ionik tidak menghasilkan bau kimia dengan waktu. Hubungan tersebut dapat karena pada umumnya senyawa ionik itu diamati dengan menentukan laju reaksi. Laju terbentuk dari atom logam dan non logam yang reaksi adalah hilangnya suatu pereaksi atau memiliki energi ikat yang kuat. Energi ikat bertambahnya produk dalam satu satuan waktu. yang kuat ini menyebabkan senyawa ionik Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: memiliki titik leleh yang tinggi sehingga pada - Konsentrasi suhu ruang senyawa ionik tidak berbau dan - Suhu tidak menguap. Sementara itu senyawa - Katalis kovalen terbentuk dari dua atau lebih atom non logam yang energi ikatnya tidak sekuat Tujuan percobaan: mengidentifikasi pengaruh senyawa ionik sehingga pada suhu ruang konsentrasi, suhu, dan katalis terhadap laju reaksi senyawa kovalen akan cenderung melalui perubahan yang terjadi dalam campuran menghasilkan bau tertentu. sebagai bukti adanya reaksi. Simpulan dari percobaan ini : Alat yang digunakan: - Ikatan ionik lebih kuat dibanding dengan - Bulb merah ikatan kovalen - Pipet tetes - Dibuktikan dengan senyawa ionik yang - Pipet volumetrik 5 ml memiliki titik leleh yang lebih tinggi - Pipet mohr 5 ml 0,1 N dalam tabung reaksi ke-5, dan asam - Tabung reaksi klorida 0,01 N dalam tabung reaksi ke-6 - Gegep kayu masing-masing sebanyak 5 ml - Gelas piala c. Ambil tabung reaksi ke-1 dan ke-6, larutan - Penangas air pada tabung reaksi ke-6 dicampurkan ke - Stopwatch dalam tabung reaksi ke-1. Kemudian campuran dikocok dan catat waktu yang Pada materi ini kita akan melakukan 3 percobaan, dibutuhkan dari awal pencampuran hingga diantaranya: mulai kekeruhan terjadi. Perhatikan awal Pengaruh konsentrasi perhitungan waktu adalah ketika kedua Pengaruh konsentrasi asam klorida (HCL) larutan yang bercampur tepat saling Pada reaksi antara asam klorida dengan bersentuhan bukan ketika endapan mulai natrium tiosulfat (Na2S2O3) akan terbentuk. (Awal: 01.18 Akhir (mulai menghasilkan natrium klorida dan asam terbentuk endapan): 01.18.99) tiosulfat. d. Gunakan latar berwarna hitam untuk mengidentifikasi mulai terjadinya kekeruhan Persamaan reaksi: e. Lakukan hal yang sama dengan Na2S2O3 (aq) + 2H+ (aq) → 2Na+ (aq) + H2SO3 mencampurkan: (aq) H2S2O3 → H2SO3 (aq) + S (s) Asam tiosulfat akan terurai menjadi asam sulfit dan endapan sulfur berwarna putih. Untuk mengamati pengaruh konsentrasi asam klorida terhadap laju reaksi berikut adalah bahan yang digunakan: - Natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 N (normal) - Asam klorida 1 N - Asam klorida 0,1 N - Asam klorida 0,01 N - Tabung reaksi ke-5 dengan tabung reaksi Langkah-langkah: ke-2 (Akhir: 00.40.37) a. Siapkan 6 tabung reaksi, kemudian isi tabung - Tabung reaksi ke-4 dengan tabung reaksi reaksi ke-1, ke-2, dan ke-3 dengan 5 ml ke-3 (Akhir: 00.34.97) larutan natrium tiosulfat 0,1 N - Tabung reaksi ke-6 dengan tabung reaksi b. Masukkan larutan asam klorida 1 N dalam ke-1 (Akhir: 01.18.99) tabung reaksi ke-4, kemudian asam klorida Pengaruh konsentrasi natrium tiosulfat (Na2S2O3) Bahan yang digunakan: - Asam klorida 0,1 N - Natrium tiosulfat 1 N - Natrium tiosulfat 0,1 N - Natrium tiosulfat 0,01 N - Tabung reaksi ke-6 dengan tabung reaksi Langkah-langkah: ke-1 (Akhir: 00.23.33 tak keruh) a. Siapkan 6 tabung reaksi, tabung reaksi ke-1, - Tabung reaksi ke-5 dengan tabung reaksi ke-2, dan ke-3 diisi 5 ml larutan asam ke-2 (Akhir: 00.23.25 sedikit keruh) klorida 0,1 N - Tabung reaksi ke-4 dengan tabung reaksi b. Tabung reaksi ke-4 diisi 5 ml larutan ke-3 (Akhir: 00.10.85 keruh) natrium tiosulfat 1 N c. Tabung reaksi ke-5 diisi 5 ml larutan Pengaruh suhu natrium tiosulfat 0,1 N Pengaruh suhu terhadap laju reaksi HCl dan d. Tabung reaksi ke-6 diisi 5 ml larutan Na2S2O3 natrium tiosulfat 0,01 N Bahan yang digunakan: e. Lakukan prosedur yang sama seperti - HCl 0,1 N percobaan pengaruh konsentrasi HCl. - Na2S2O3 0,1 N Berdasarkan percobaan yang telah Langkah-langkah: dilakukan terjadi perubahan warna larutan a. Siapkan 6 tabung reaksi, tabung reaksi ke-1, dari tidak berwarna menjadi putih keruh. ke-2, dan ke-3 diisi 5 ml larutan asam Semakin tinggi konsentrasi suatu larutan, klorida 0,1 N maka laju reaksi semakin cepat. Hal ini b. Tabung reaksi ke-4, ke-5, dan ke-6 diisi dikarenakan semakin tinggi konsentrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N suatu larutan, memiliki jumlah partikel c. Tabung reaksi ke-1 dan ke-6 dipanaskan yang semakin banyak. Sehingga frekuensi pada suhu 70 °C terjadinya tumbukan semakin banyak dan d. Tabung reaksi ke-2 dan ke-5 dipanaskan waktu yang dibutuhkan semakin cepat. pada suhu 50 °C Hasil : e. Tabung reaksi ke-3 dan ke-4 dipanaskan pada suhu ruang f. Perhatikan bahwa pemanasan dilakukan dengan cara merendam larutan selama 5-10 menit dalam penangas air sebelum proses c. Lakukan proses pemanasan dan pencampuran pencampuran seperti pada percobaan pengaruh suhu antara g. Setelah proses pemanasan, dilakukan reaksi asam klorida dan natrium tiosulfat pencampuran seperti pada percobaan Hasil : pengaruh konsentrasi Hasil : - Tabung reaksi ke-6 dengan tabung reaksi ke-1 - Tabung reaksi ke-6 dengan tabung reaksi (Akhir: 00.27.35) ke-1 (Akhir: 00.18.15 muncul endapan dan - Tabung reaksi ke-5 dengan tabung reaksi ke-2 keruh) (Akhir: 00.54.45) - Tabung reaksi ke-5 dengan tabung reaksi - Tabung reaksi ke-4 dengan tabung reaksi ke-3 ke-2 (Akhir: 00.18.20 tidak keruh) (Akhir: 02.14.56) - Tabung reaksi ke-4 dengan tabung reaksi ke-3 (Akhir: 00.49.32 sedikit keruh) Pengaruh katalis terhadap laju reaksi Pengaruh suhu terhadap laju reaksi (COOH)2 Identifikasi pengaruh suhu terhadap dan KMnO4 pada suasana asam Pengaruh katalis dari luar dan autokatalis terhadap laju reaksi Bahan yang digunakan: Bahan yang digunakan: - Asam oksalat (COOH)2 0,1 N - Asam oksalat (COOH)2 0,1 N - Asam sulfat (H2SO4) 1 N - Asam sulfat (H2SO4) 1 N - Kalium permanganat (KMnO4) 0,1 N - Mangan sulfat (MnSO4) 1 N Langkah-langkah: - Kalium permanganat (KMnO4) 0,1 N a. Siapkan 6 tabung reaksi, tabung reaksi ke-1, ke- - Akuades 2, dan ke-3 diisi 3 ml larutan asam oksalat 0,1 N b. Tabung reaksi ke-4, ke-5 dan ke-6 diisi 1 ml Langkah-langkah: larutan asam sulfat 1 N a. Siapkan 4 tabung reaksi yang masing- Berdasarkan percobaan, pada penambahan masing diisi 3 ml larutan asam oksalat 0,1 katalis dari luar yaitu tabung reaksi ke-1 dan N dan 1 ml larutan asam sulfat 1 N ke-2 dapat dilihat perubahan warna larutan dari b. Tambahkan 2 ml larutan mangan sulfat 1 N kuning menjadi tak berwarna. Sedangkan dalam tabung reaksi ke-1 dan 0,5 ml dalam adanya autokatalis terjadi perubahan warna dari tabung reaksi ke-2 ungu menjadi tak berwarna pada tabung reaksi c. Tambahkan akuades sebanyak 1,5 ml dalam ke-3 dan ke-4. Konsentrasi katalis juga dapat tabung reaksi ke-3 dan 2 ml dalam tabung memengaruhi laju reaksi. Hal ini terlihat dari reaksi ke-4 waktu reaksi pada tabung reaksi ke-2 dan ke-4 d. Tambahkan 3 tetes kalium permanganat dengan perlakuan pengenceran lebih lama (warna ungu) ke dalam masing-masing dibandingkan tabung reaksi ke-1 dan ke-3. campuran dan mulai hitung waktunya Simpulan dari percobaan: laju reaksi dapat Katalis dari luar: mangan sulfat ditingkatkan dengan cara meningkatkan Autokatalis: akuades konsentrasi, meningkatkan suhu, dan Hasil : menambahkan katalis. Peningkatan laju reaksi dapat diamati dari waktu reaksi yang lebih singkat. - Tabung reaksi ke-1 (00.58.55) - Tabung reaksi ke-2 (01.23.92) - Tabung reaksi ke-3 (01.52.81) - Tabung reaksi ke-4 (02.07.76) Laju reaksi dapat ditingkatkan menggunakan katalis. Katalis dapat ditambahkan dari luar atau merupakan produk dari reaksi. Katalis produk dari reaksi disebut autokatalis. Percobaan Polimer Polimer telah banyak digunakan dalam semua aspek seperti industri pertanian dan rumah tangga menurut asalnya polimer dibagi menjadi dua jenis yaitu 1. Polimer Alam Salah satu contoh polimer alam adalah protein yang tersusun atas monomer asam amino dengan ikatan peptida sebagai penghubung antar monomer. 2. Polimer Sintetik Salah satu contoh polimer sintetik adalah karet sintetik yang tersusun atas monomer isopren melalui reaksi adisi. Tujuan dalam percobaan ini yaitu mengidentifikasi sifat fisik dan ciri utama polimer alam dan polimer sintetik. Percobaan yang akan dilakukan 1. Karet Sintetik Alat yang di gunakan pinset, gelas ukur, gelas piala, jangka sorong, dan neraca analitik Bahan yang digunakan minyak tanah dan potongan karet sintetis Langkah - Langkah: - Sediakan karet sintetik yang sudah dilabeli nomor 1, 2, dan 3 - Kemudian kita ukur panjang, lebar, tebal menggunakan jangka sorong No Panjang Lebar Tebal Massa (mm) (mm) (mm) (g) 1 11.4 10.3 / 10.4 1.2 /1.4 0.238 2 10.6 9.5 1.4 0.205 3 11.5 10.2 1.3 0.234 - Siapkan 50 ml minyak tanah dalam gelas ukur kemudian masukkan dalam gelas piala - Masukkan karet sintetik ke dalam minyak tanah sampai terendam dan diamkan selama ( karet 1 = 10 menit, karet 2 = 20 menit dan karet 3 = 30 menit ) - Setelah itu diambil karet sintetik dikeringkan dengan tisu - Ukur kembali panjang lebar, tebal, dan massa No Waktu Panjang Lebar Tebal Massa (menit) (mm) (mm) (mm) (g) 1 10 13.2 11.2 1.5 0.272 2 20 12.8 11.1 1.6 0.255 3 30 14.1 12.1 1.6 0.303 Setelah dilakukan perendaman dengan minyak tanah panjang, lebar, tebal dan massa karet meningkat. Peningkatan ukuran karet nomor 3 > nomor 2 > nomor 1 hal ini dikarenakan pada karet telah terjadi proses vulkanisasi yaitu penambahan ikatan taut silang dengan atom-atom sulfur. Adanya ikatan taut silang menyebabkan karet memiliki struktur 3 dimensi dengan ruang kosong , ruang kosong ini dapat ditempati molekul-molekul yang lebih kecil, Hal inilah yang menyebabkan karet ketika dimasukkan dalam minyak tanah ukurannya meningkat. 2. Protein Alat yang digunakan dalam percobaan ini gelas ukur, 3 tabung reaksi, gelas piala, dan hot plate Bahan yang digunakan albumin, asam klorida (HCL), dan Ferri klorida (FeCl3) Langkah-Langkah : - Siapkan 3 tabung reaksi langkah awal yang kita - Kemudian masukkan albumin sebanyak 3 ml ke dalam masing-masing 3 tabung reaksi - Tabung 1 ditambahkan asam klorida 2 tetes - Tabung 2 dimasukkan dalam air pada suhu 100° - Pada tabung 3 ditambahkan Ferri klorida sebanyak 2 tetes Albumin yang diberi perlakuan penambahan asam klorida, ferri klorida dan pemanasan menghasilkan endapan putih artinya protein telah terdenaturasi Penambahan asam klorida pada albumin menyebabkan terjadinya pelepasan ikatan hidrogen sehingga menghasilkan sedikit endapan putih Penambahan Ferri klorida dan pemanasan mengakibatkan terjadinya pelepasan ikatan peptida sehingga menghasilkan banyak endapan putih. Kesimpulan dalam percobaan Karet Sintetik yang direndam dalam minyak tanah mengalami penambahan ukuran akibat proses vulkanisasi. Kesimpulan dalam percobaan Protein mengalami proses denaturasi akibat perubahan pH, suhu, dan penambahan logam berat. HUKUM GAS pingpong ini hanya dapat dilakukan secara Melakukan salah satu percobaan hukum gas kualitatif, karena kita tidak mengetahui yaitu “Hukum Charles”. Pada tahun 1780, berapa volume pasti dari sebuah pingpong. fisikawan asal Perancis bernama Jacques Oleh karena itu dalam percobaan ini kita Charles menemukan bahwa pada kondisi akan membuktikan Hukum Charles secara tekanan tetap, volume gas berbanding lurus kuantitatif. terhadap temperaturnya dengan rumus : Alat yang digunakan : − Statif beserta klem 𝑉𝑖 𝑉𝑓 = − Gelas ukur 𝑇𝑖 𝑇𝑓 − Erlenmeyer Keterangan: − Sumbat karet Vi = volume awal − Termometer Ti = temperatur awal − Pipa J Vf = volume akhir − Alat penangas Tf = temperatur akhir Langkah-langkah : Hukum Charles ini dapat dibuktikan a. Nyalakan alat penangas air, kemudian dengan cara sederhana, diantaranya: atur suhunya pada 45 °C. a. Sediakan air yang dipanaskan di dalam b. Tunggu hingga suhu penangas air gelas kimia menggunakan hot plate dan mencapai 45 °C. Setelah penangas air sebuah bola pingpong. mencapai 45 °C, isi gelas ukur dengan b. Kemudian bola pingpong dipenyokkan air sampai penuh dan diposisikan secara sebelah dan dimasukkan ke dalam air terbalik. Pastikan bahwa tidak ada panas. gelembung gas yang ikut masuk ke c. Tunggu hingga beberapa saat. Setelah dalam gelas ukur. beberapa saat dapat dilihat bahwa bola c. Ukur suhu udara erlenmeyer awal pingpong kembali ke bentuk semula. sebagai Ti, yaitu 30 °C. Hal ini karena tingginya temperatur d. Selanjutnya pipa J yang terhubung pada menyebabkan partikel gas di dalam erlenmeyer dimasukkan ke dalam gelas pingpong bergerak sangat cepat dan ukur. Jangan lupa ujung pipa J ditutup menumbuk dinding pingpong yang lunak. sebelum dimasukkan. Percobaan sederhana menggunakan e. Amati adanya gelembung udara yang 𝑉𝑓 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑉𝑓 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 % 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = × 100% 𝑉𝑓 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 mendorong air di dalam gelas ukur. % 𝐾𝑒𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 = 100% − %𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 f. Jika tidak ada lagi gelembung gas yang muncul di dalam labu ukur artinya gas Tekanan udara laboratorium dapat kita sudah tidak mengembang lagi. ketahui dari barometer. Pastikan sebelum g. Amati volume akhir dari gas yaitu 23 ml membaca skala dibaca dulu instruksi yang dan suhu akhir yaitu 42 °C. Maka untuk tertera. Ketuk permukaan kaca dari mengetahui volume gas awal kita barometer untuk menghindari error karena masukkan air ke dalam erlenmeyer gesekan. Selanjutnya kita baca skala pada hingga penuh seperti ini. barometer. Namun perlu diketahui bahwa h. Kemudian kita tutup dengan sumbat pada alat barometer terdapat 2 satuan karet dengan erat, lalu dilepaskan tekanan udara, yaitu: kembali. - mmHg (millimeter merkuri) i. Air di dalam erlenmeyer diukur - hpa (pascal) volumenya dengan bantuan gelas ukur Pada percobaan ini kita gunakan satuan 100 ml (ada 3 kali tuang, maka total 300 mmHg karena lebih sering digunakan. Dari ml). Volumenya yaitu 300 ml (lebih alat ini terbaca bahwa tekanan udara sedikit). Karena air yang bersisa sangat laboratorium adalah 743 mmHg. sedikit, maka diukur menggunakan gelas ukur 10 ml. Jadi, volume gas awal SUBLIMASI IODIN adalah 306 ml. Secara umum terdapat tiga jenis wujud zat, Volume gas yang terbaca di dalam gelas yaitu padat, cair, dan gas. Perbedaan ketiga ukur merupakan volume gas basah yang fase tersebut disebabkan karena adanya berarti tidak hanya berasal dari gas yang perbedaan ikatan dan interaksi molekul. keluar dari Erlenmeyer, melainkan juga Selain itu adanya perubahan suhu dan mengandung volume uap air. Oleh karena tekanan juga akan mengakibatkan perubahan itu terdapat perbedaan volume gas akhir gaya gaya antar molekul didalamnya. Gaya berdasarkan hasil percobaan dan hasil antar molekul yang lemah dan menguap perhitungan secara teoritis. Dengan dapat menyebabkan suatu senyawa berubah demikian kita dapat menghitung persen wujud. ketepatannya menggunakan rumus : Tujuan percobaan : terampil dalam menguji menit hingga semua gas kembali kepada dan membedakan fase-fase senyawa gas dan padatan lagi. padat. f. Setelah labu Erlenmeyer menjadi dingin, Alat yang digunakan: dapat dilihat bahwa gas iodin kembali - Neraca analitik menjadi padatan yang menempel pada - Kaki tiga dinding labu Erlenmeyer. - Labu Erlenmeyer g. Hitung kalor sublimasi dari padatan - Pembakar spiritus iodin dengan menggunakan rumus: - Kasa asbes 𝑄 = ∆𝐻°. 𝑠𝑢𝑏 × 𝑛 - Korek api Keterangan : - Sudip Q = kalor sublimasi iodin (kg) - Kaca arloji ∆H°.sub = entalpi sublimasi (kJ/mol) Bahan yang digunakan : n = jumlah mol (mol) - Padatan iodin (I2) Dengan mengalikan jumlah mol terhadap Langkah-langkah : entalpi sublimasi standar dari iodin, maka a. Timbang sebanyak 1 sudip padatan kita akan memperoleh kalor sublimasi iodin, kemudian catat bobot iodin (727 iodin. gr). b. Bawa padatan iodin ke ruang asam, jangan lupa kenakan masker agar tidak menghirup gas dari iodin. c. Nyalakan pembakar spiritus dan panaskan padatan iodin sehingga semua padatan iodin tersublimasi. d. Nyalakan blower dari ruang asam dan amati perubahan ataupun sublimasi dari padatan iodin (berwarna ungu). e. Setelah dirasa semua padatan telah menyublim, maka kita matikan pembakar spiritus dan diamkan beberapa Asam Basa Berdasarkan sifatnya larutan Terbagi menjadi 3 1. Larutan yang bersifat asam (pH < 7) 2. Larutan yang bersifat netral (pH = 7) 3. Larutan yang bersifat basa (pH > 7) pH merupakan satuan yang digunakan untuk menentukan derajat keasaman suatu larutan. Alat yang dapat digunakan untuk menentukan pH suatu larutan yaitu indikator universal, kertas lakmus, atau pH meter. Tujuan Percobaan 1. Mampu menjelaskan prinsip deteksi asam dan basa menggunakan indikator 2. Dapat memahami penggunaan PH meter 3. Dapat menentukan kisaran warna dari indikator asam basa Prosedur Percobaan Sebelum pH meter ini digunakan terlebih dahulu harus dilakukan kalibrasi agar nilai ph yang dihasilkan lebih akurat untuk metode kalibrasi ini kita dapat menggunakan satu nilai ph atau dengan menggunakan 2 nilai ph jika menggunakan satu nilai ph : menggunakan buffer pH 7 jika menggunakan dua nilai ph : menggunakan buffer pH 7 + PH 4 asam atau buffer pH 7 + buffer PH 10 basa mengukur trayek Ph dari beberapa indikator asam basa dengan ph meter. alat yang kita gunakan adalah PH meter tabung reaksi kelas-kelas batang pengaduk pipet tetes dan pipet more dan bahan yang kita gunakan adalah aquades larutan sodium hidroksida (naoh) larutan asam klorida (hcl) indikator bromtimol biru indikator metil Jingga indikator metil merah indikator fenolftalein dan indikator kayu secang sebelum kita menentukan trayek PH indikator terlebih dahulu kita harus mengetahui perubahan warna indikator yang kita gunakan pada kondisi asam netral dan juga basa kemudian kita siapkan tiga tabung reaksi yang bersih dan kita masukkan sebanyak 2 ml larutan asam klorida aquades dan larutan sodium hidroksida ke dalam masing-masing tabung reaksi kita tipe R sebanyak 2 ml larutan asam klorida menggunakan pipet more dan kita masukkan ke dalam tabung reaksi 1 kemudian 2 mili aquades ke dalam tabung reaksi 2 dan terakhir 2 mili larutan sodium hidroksida ke dalam tabung reaksi 3 indikator pertama yang kita gunakan adalah indikator metil Jingga kita masukkan sebanyak 2 tetes larutan indikator metil Jingga ke dalam tabung reaksi 1 2 dan 3 dari hasil yang terlihat bahwa indikator tersebut berwarna merah pada kondisi asam dan berwarna kuning pada kondisi netral dan juga basa selanjutnya prosedur yang sama kita lakukan tapi dengan menggunakan indikator yang berbeda indikator kedua yang kita gunakan adalah indikator metil merah indikator ini memiliki warna merah muda pada kondisi asam dan warna kuning pada kondisi netral dan basa indikator ketiga yang kita gunakan adalah indikator bromtimol biru indikator ini berwarna kuning pada kondisi asam dan netral tetapi berwarna biru pada kondisi basa indikator keempat adalah indikator fenolftalein indikator ini tidak berwarna pada kondisi asam dan netral tetapi berwarna merah muda pada kondisi basa indikator kelima adalah indikator alami yaitu itu ekstrak kayu secang indikator ini berwarna kuning pada kondisi asam tetapi berwarna merah pada kondisi netral dan juga basah selanjutnya kita lakukan pengukuran pH dari masing-masing indikator yang kita gunakan kita siapkan 2 gelas piala dan kita isi dengan 100 ml aquades indikator pertama yang kita gunakan adalah metil Jingga kita tambahkan sebanyak 10 tetes indikator metil Jingga ke dalam masing-masing gelas piala yang telah berisi 100 ml aquades pada gelas pertama kita lakukan pengukuran pH larutan dalam kondisi asam dengan menambahkan larutan asam klorida kita masukkan beberapa ml larutan asam klorida ke dalam gelas piala selanjutnya kita ukur PH awal larutan PH awal yang diperoleh yaitu itu 6,4 dengan larutan berwarna kuning kemudian kita teteskan larutan asam klorida ke dalam gelas piala sambil diaduk larutan menjadi berwarna merah ketika PH berada dibawah 3,2 dengan penambahan 14 tetes asam klorida kemudian kita lakukan juga pengukuran pH larutan dalam kondisi basa pada gelas piala kedua kita masukkan beberapa ml larutan sodium hidroksida kedalam gelas piala kemudian kita teteskan larutan sodium hidroksida ke dalam larutan sambil diaduk larutan tetap berwarna kuning ketika PH mencapai 11,5 dengan penambahan 50 tetes sodium hidroksida prosedur yang sama kita ulangi dengan menggunakan indikator yang berbeda sehingga diperoleh trayek PH sebagai berikut trayek PH indikator adalah trayek tentang perubahan warna suatu indikator pada kondisi PH tertentu yang biasanya berguna dalam proses reaksi asam basa dari trayek PH tersebut maka dapat diketahui kekuatan asam dari indikator yang kita gunakan adalah sebagai berikut pada hewan ketiga kita akan melakukan percobaan titrasi asam basa titrasi merupakan salah satu teknik analisis kimia yang digunakan untuk mengetahui konsentrasi suatu larutan Dimana penentunya merupakan larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat alat yang kita gunakan pada percobaan ini adalah batang harga Buret labu takar corong gelas piala Erlenmeyer dan pipet tetes sedangkan bahan yang kita gunakan adalah larutan sodium hidroksida dengan konsentrasi 0,1 molar kemudian larutan asam klorida dengan konsentrasi 0,1 molar kemudian larutan indikator bromtimol biru dan yang terakhir adalah aquades pertama kita masukkan larutan sodium hidroksida dengan konsentrasi 0,1 molar ke dalam gelas piala kemudian larutan yang sudah kita tampung ke dalam gelas piala kita masukkan ke dalam Buret dengan bantuan corong pastikan Buret tertutup rapat larutan kita masukkan ke dalam Buret titik nol kemudian kita masukkan larutan asam klorida dengan konsentrasi 0,1 molar ke dalam gelas piala kemudian kita ambil sebanyak 10 ml larutan tersebut dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer selanjutnya dimasukkan indikator bromtimol biru sebanyak 3 tetes ke dalam larutan tersebut amati warna awal yang dihasilkan pada larutan kemudian larutan yang sudah kita siapkan kita titrasi dengan larutan standar sodium hidroksida sehingga terjadi perubahan warna dari kuning menjadi biru disini kita dapat melihat. akhir titrasi tercapai yang ditandai dengan perubahan warna dari kuning menjadi biru pada penggunaan larutan standar sebanyak 10 ml. akhir titrasi ini tercapai setelah melewati titik ekivalensi yaitu titik dimana jumlah mol asam divalen atau sama dengan jumlah mol basa karena kita mentitrasi asam dan basa kuat maka indikator yang kita gunakan adalah bromtimol biru indikator bromtimol biru ini memiliki trayek pH dari rentang 6 sampai 7,6 untuk menghitung konsentrasi titrat maka kita menggunakan rumus sebagai berikut nah bagaimana sebenarnya indikator asam-basa ini dapat berubah warna jadi indikator asam basa cenderung bereaksi dengan kelebihan asam atau basa untuk menghasilkan warna perubahan warna ini disebabkan oleh adanya resonansi isomer elektron setiap indikator asam basa memiliki tetapan ionisasi yang berbeda-beda ion yang dihasilkan memiliki sistem terkonjugasi yang dapat menyerap gelombang warna tertentu dan melepaskan gelombang warna lainnya gelombang yang diserap adalah bagian dari spektrum warna sehingga ion tersebut akan terlihat berwarna dari percobaan yang telah kita lakukan maka dapat disimpulkan pertama kalibrasi PH meter dapat dilakukan dengan menggunakan nilai ph yaitu 7 atau dengan menggunakan 2 nilai ph yaitu buffer pH 7 dan PH 4 atau buffer pH 7 dan PH 10 kedua indikator asam basa dapat berubah warna pada kondisi asam atau basa dan juga memiliki trayek pH yang berbeda-beda 3 metode titrasi dapat kita gunakan untuk mengetahui konsentrasi suatu larutan yang belum diketahui konsentrasinya secara tepat dengan menggunakan bantuan indikator asam basa jangan lupa setelah percobaan selesai limbah percobaan yang telah tertampung kita buang ke tempat penampungan limbah Nah jadi itulah percobaan yang kita lakukan pada pertemuan ini semoga dapat dipahami dengan baik ya sampai jumpa di pertemuan selanjutnya LARUTAN PENYANGGA - Memahami pembuatan larutan Buffer atau larutan penyangga adalah suatu penyangga campuran yang terdiri dari asam lemah atau - Mengaplikasikan penggunaan persamaan basa lemah dan garamnya yang apabila Anderson-Hasselbalch untuk membuat ditambahkan sedikit konsentrasi ion H+ atau larutan penyangga ion OH- tidak menggeser perubahan nilai pH - Mengetahui pengaruh pengenceran secara signifikan. Secara umum larutan terhadap perubahan pH larutan penyangga terbagi menjadi dua, yaitu: penyangga - Mengetahui pengaruh dari penambahan a. Larutan penyangga yang bersifat asam asam kuat dan basa kuat terhadap Larutan penyangga terdiri dari asam kapasitas buffer lemah dan basa konjugasinya. b. Larutan penyangga yang bersifat basa Untuk prosedur percobaan pertama yaitu Larutan penyangga terdiri dari basa pembuatan larutan penyangga fosfat dari lemah dan asam konjugasinya. padatan amonium dihidrogen fosfat dan diamonium hidrogen fosfat. Biasanya larutan penyangga ini digunakan oleh para peneliti untuk menjaga suatu Alat yang digunakan: larutan agar pH-nya tetap berada dalam - Instrumen neraca analitik keadaan konstan. Persamaan yang dapat kita - pH meter gunakan untuk mengetahui apakah suatu - Labu takar larutan dari pasangan asam basa konjugasi - Kaca arloji bersifat sebagai larutan penyangga adalah - Batang pengaduk persamaan Henderson Hasselbalch. Bahan yang digunakan: Persamaan Henderson hasselbalch sebagai - Padatan amonium dihidrogen fosfat berikut: (NH4) H2PO4 Kristal [𝐴− ] pH = pKa + log ([𝐻𝐴]) - Padatan diamonium hidrogen fosfat Keterangan: (NH4)2 HPO4 Kristal [A-] = konsentrasi molar dari basa konjugat - Akuades [HA] = konsentrasi molar asam lemah tidak Langkah-langkah : terurai (M) Tujuan percobaan: a. Timbang padatan amonium dihidrogen pKa = tetapan disosiasi asam fosfat sebanyak 0,09 gram. Kemudian V = volume (l) timbang juga padatan diamonium Berdasarkan hasil perhitungan, persen hidrogen fosfat sebanyak 0,16 gram. kesalahan yang kita peroleh yaitu sebesar b. Setelah ditimbang, kedua padatan 0,75%. tersebut dimasukkan ke dalam gelas piala dan dilarutkan dengan pH percobaan = 7.49 menggunakan aquades. 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 %𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = × 100 c. Campuran tersebut dimasukkan ke 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 dalam labu ukur dan ditambahkan 7.49 − 7.434 %𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = × 100 = 0.75% 7.434 dengan aquades hingga mencapai tanda batas. Prosedur percobaan kedua yaitu d. Homogenkan (kocok) dan ukur pH-nya pembuatan larutan buffer fosfat 0.01 M dengan menggunakan pH meter. dengan pH 7.8. Sebelum membuat larutan e. Setelah diukur ternyata pH yang buffer fosfat dengan konsentrasi 0.01 M pH didapatkan sebesar 7,49. pH yang 7.8 terlebih dahulu kita harus menghitung diperoleh kemudian dibandingkan volume larutan stok yang kita butuhkan dengan data secara teoritis. Kemudian dengan persamaan sebagai berikut: dihitung persen kesalahan dengan Langkah 1 menggunakan persamaan sebagai [𝐴− ] 𝑝𝐻 = 𝑝𝐾𝑎 + 𝑙𝑜𝑔 [𝐻𝐴] berikut: [𝐴− ] 𝑚𝑜𝑙 0.0012 7.8 = 7.2 + 𝑙𝑜𝑔 [𝐴− ] = = = 0.0060 𝑀 [𝐻𝐴] 𝑉 0.2 𝑚𝑜𝑙 0.0007 [𝐴− ] 1 [𝐻𝐴] = = = 0.0035 𝑀 = 0.25 = 𝑉 0.2 [𝐻𝐴] 4 [𝐴− ] Langkah 2 𝑝𝐻 = 𝑝𝐾𝑎 + 𝑙𝑜𝑔 [𝐻𝐴] 1 𝐹𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝐴− = = 0.2 𝑝𝐻 = 7.2 + log 1.714 1+4 4 𝑝𝐻 = 7.2 + 0.234 = 7.434 𝐹𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝐻𝐴 = = 0.8 4+1 Keterangan : [𝐴− ] 1 [A-] = konsentrasi basa konjugasi (M) = 0.25 = [𝐻𝐴] 4 [HA] = konsentrasi asam lemah (M) Langkah 3 c. Selanjutnya larutan tersebut 𝑀𝐴− = 0.01 𝑀 × 0.2 = 2 × 10−3 𝑀 dihomogenkan (kocok/aduk) dan diukur 𝑀𝐻𝐴 = 0.01 𝑀 × 0.8 = 2 × 10−3 𝑀 pH nya dengan menggunakan pH meter. Langkah 4 pH larutan buffer yang diperoleh yaitu 𝑀𝑜𝑙 𝐴− = 𝑀𝐴− × 𝑉 = 2 × 10−3 × 0.2 𝑀 = 4 × 10−4 sebesar 7,97. Untuk menghitung persen 𝑀𝑜𝑙 𝐻𝐴 = 𝑀𝐻𝐴 × 𝑉 = 8 × 10−3 × 0.2 𝑀 = 16 × 10−4 kesalahannya maka kita gunakan Langkah 5 persamaan sebagai berikut: 𝑚𝑜𝑙 𝐴− 4 × 10−4 𝑉𝐴− = = = 4 × 10−2 𝑙 = 40 𝑚𝑙 Karena pH percobaan = 7.37, maka 𝑀 𝐴− 0.01 𝑚𝑜𝑙𝐻𝐴 16 × 10 −4 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 𝑉𝐻𝐴 = = = 16 × 10−2 𝑙 = 160 𝑚𝑙 %𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = × 100 𝑀𝐻𝐴 0.01 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 7.97 − 7.8 %𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = × 100 = 2.3% 7.8 Alat yang digunakan: Persen kesalahan yang kita peroleh yaitu - pH meter sebesar 2.3%. - Labu takar 200 ml - Gelas piala Prosedur percobaan ketiga yaitu - Gelas ukur penentuan kapasitas buffer. Bahan yang digunakan: Alat yang digunakan: - Larutan amonium dihidrogen fosfat - pH meter (NH4) H2PO4 0.01 M - Pipet volume 10 ml - Larutan diamonium hidrogen fosfat - Pipet volume 1 ml (NH4)2 HPO4 Kristal 0.01 M - Labu ukur - Akuades - Gelas piala - Gelas takar Langkah-langkah: a. Siapkan sebanyak 160 ml larutan Bahan yang digunakan: amonium dihidrogen fosfat dan kita - Larutan penyangga yang telah kita masukkan ke dalam gelas piala. siapkan pada prosedur percobaan b. Siapkan juga sebanyak 40 ml larutan pertama diamonium hidrogen fosfat dan - Larutan penyangga yang telah kita dimasukkan ke dalam gelas piala yang siapkan pada prosedur percobaan kedua sama. - Larutan asam klorida dengan konsentrasi 0.25 M - Larutan sodium hidroksida dengan Dari hasil tersebut dapat diketahui konsentrasi 0.25 M bahwa pengenceran tidak mempengaruhi - Aquades pH dari larutan penyangga secara signifikan. Hal ini dikarenakan pengenceran hanya Langkah-langkah: mengurangi konsentrasi dari larutan a. Untuk mengetahui pengaruh penya