Presentasi Penyakit Terminal dan Proses Berduka PDF

Summary

Presentasi ini membahas tentang penyakit terminal dan proses berduka. Penyakit terminal dan proses berduka dijelaskan secara rinci. Berbagai aspek seperti jenis penyakit, tempat perawatan, dan teori berduka dibahas.

Full Transcript

Terminal Illness and Grieving Process Arif imam Hidayat, S.Kep., Ners., M.N.S Terminal Illness Terminal illness refers to active and progressive disease which curative treatment is neither possible nor appropriate and from which death is certain. This varies from a few days to many months....

Terminal Illness and Grieving Process Arif imam Hidayat, S.Kep., Ners., M.N.S Terminal Illness Terminal illness refers to active and progressive disease which curative treatment is neither possible nor appropriate and from which death is certain. This varies from a few days to many months. Terminally ill people are those with active and progressive disease for which curative treatment is not possible or not appropriate and from which death can reasonably be expected within 12 months’ is adopted. Type of illness Cancer Progressive non-malignant Children’s terminally ill disease a. Lung, trachea, bronchus a. Cardio / cerebro vascular a. Cystic Fibrosis b. Ear, nose. Throat diseases b. Muscular Dystrophy c. Female breast b. Respiratory system disease d. Lymphatic c. HIV/AIDS e. Digestive tract d. etc f. Genitourinary g. Leukemia h. Haemopoetic Palliative Care  Effectiveness in palliative care is judged in terms of quality of life before dying, quality of life at the time of dying, a “good death” and the impact on the family or carers.  This can include elements such as the control of pain and symptoms, relief or emotional problems for the patient or family, subsequent resolution of grief and in some cases the achievement of particular wishes, such as developing a new interest or activity. Who provides palliative care Together Everyone Achieve More Place of care 1. Rumah  Pelayanan berkualitas dapat diberikan ketika pasien di rumah  Syarat utamanya adalah jejaring social yang baik serta anggota keluarga yang terlibat secara intensif.  Pertimbangan ketika terjadi kegawatan harus diperkirakan dengan baik  Keluarga dapat merasa jenuh serta lelah ketika harus melakukan perawatan di rumah Place of care 2. Hospice day care  Hospice care dapat melakukan kunjungan 1-2 hari dalam 1 minggu untuk pasien yang berada di komunitas  Pasien akan mendapat terapi komplementari dan relaksasi bersamaan dengan tindakan keperawatan yang diperlukan.  Metode perawatan ini akan memungkinkan pasien untuk tinggal di rumah mereka lebih lama. Place of care 3. Hospice/palliative care unit  Hospice adalah pusat pelayanan palliative yang terbaik.  Kebanyakan pasien akan tinggan 10-14 hari, setelah menjalani terapi simptomatik  Sekitar 50 % pasien akan meninggal selama menjalani perawatan, sementara sisanya pulang ke rumah untuk menjalani terapo Hospice day care Place of Care 4. Rumah Sakit  Pasien sering dibawa ke RS ketika kondisi nya kritis  Pasien perlu dirawat di rumah sakit terutama ketika masih menjalani terapi kuratif  Lingkungan RS yang sibuk kurang tepat untuk menjamin pencapaian “good death” Kematian Sebagian masyarakat memiliki keyakinan filosofis/religious tentang kematian dan memiliki ritual menghadapi kematian Budaya Amerika Serikat dan Eropa cenderung menolak dan menghindari kematian Fase-fase kematian Fase Agonal : fase berubahnya irama denyut jantung Fase kematian klinis (clinical death): jeda singkat dimana masih dimungkinkan dilakukan tindakan pertolongan Fase kematian (mortality): Kematian permanen Issues regarding terminal illness/terminal care  Advance directives: prosedur pelepasan alat bantu kehidupan ketika pasien akan meninggal  Euthanasia (membunuh karena rasa kasih): a. Euthanasia pasif : menghentikan penanganan-penanganan yang dulunya diberikan b. Euthanasia aktif : menginisiasi kematian dengan sengaja. Seperti menginjeksi obat dengan dosis mematikan Issue regarding terminal illness/terminal care  Meninggal dengan indah (good death) : kenyamanan fisik, dukungan dari orang yang dicintai, perawatan kesehatan yang memadai, menerima datangnya kematian dan tidak menjadi beban untuk orang lain.  Hospice : program yang berkomitmen untuk mengusahakan berakhirnya hidup tanpa rasa sakit, cemas, dan depresi yang menekankan pada perawatan untuk meredakan gejala bukan untuk memperpanjang hidup. Dukacita  Dukacita : Ketumpulan emosional, ketidakyakinan, kecemasan karena keterpisahan, putus asa, kesedihan, dan kesepian, yang menyertai kehilangan seseorang yang kita cintai.  Dukacita berkepankangan (prolonged grief) : jenis dukacita dengan keputusasaan berkepanjangan dan tidak terselesaikan selama beberapa waktu tertentu.  Dukacita disenfranchised : dukacita terhadap orang yang meningga l, yang secara social merupakan kehilangan yang tidak dapat diungkapkan cesara terbuka  Dukacita bersifat multidimensional dan dapat berlangsung selama bertahun-tahun Dukacita  Berduka antisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.  Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal abnormal. Faktor yang mempengaruhi duka cita 1. Karakteristik personal 2. Sosial budaya dan kepercayaan / spiritual 3. Sifat Hubungan 4. Status sosial ekonomi 5. Kondisi fisik dan psikologi individu 6. Sistem pendukung Sifat kehilangan 1. Kehilangan secara tiba-tiba (tidak dapat diramalkan). Kehilangan secara tiba- tiba dan tidak diharapkan dapat mengarah pada pemulihan dukacita yang lambat. Kematian karena tindak kekerasan, bunuh diri, pembunuhan akan sulit untuk diterima. 2. Berangsur – angsur (dapat diramalkan). Penyakit yang sangat menyulitkan, berkepanjangan, dan menyebabkan yang ditinggalkan mengalami keletihan emosional (Rando:1984). Penelitian menunjukan bahwa seseorang yang ditinggalkan oleh klien dengan sakit selama minimal 6 bulan mempunyai kebutuhan yang lebih besar terhadap ketergantungan pada orang lain, kecenderunhgan mengisolasi diri, dan mempunyai peningkatan perasaan marah dan bermusuhan. Teori Berduka 1. Teori Engels Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase.  Fase I (shock dan tidak percaya) Seseorang menolak kenyataan / kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaforesis, mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.  Fase II (berkembangnya kesadaran) Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan mungkin mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.  Fase III (restitusi) Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang hampa/kosong tersebut.  Fase IV Menekan seluruh perasaan yang negatif seperti perasaan bermusuhan, perasaan bersalah dll terhadap mereka yang meninggalkan kita.  Fase V Kehilangan harus mulai diketahui/disadari. Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang. Teori Berduka Teori Rando Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 kategori:  - Penghindaran Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.  - Konfrontasi Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika individu secara berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka yang paling dalam.  - Akomodasi Terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai memasuki kembali secara emosional dan kehidupan sosial sehari-hari dimana individu belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka kembali. Teori Berduka Teori Kubler-Ross Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut: a) Penyangkalan (Denial) Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan biasanya menolak untuk percaya bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti “Tidak, tidak mungkin seperti itu,” atau “Tidak akan terjadi pada saya!” umum dilontarkan klien. b) Kemarahan (Anger) Pada fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan koping individu untuk menutupi rasa kecewa dan merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan. Teori Berduka c. Penawaran (Bargaining) Individu berupaya untuk mencari dukungan untuk mengobati perasaan kehilangannya. Pada tahap ini, seseorang sering kali mencari teman bercerita dan berkeluh kesah. d) Depresi (Depression) Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah. e) Penerimaan (Acceptance) Reaksi fisiologis menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi kenyataan dari pada hanya menyerah atau berputus asa.

Use Quizgecko on...
Browser
Browser