PPT GERONTIK PDF

Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...

Summary

This presentation discusses gerontic nursing, covering concepts, phenomena, problems, and services for the elderly in Indonesia. It examines aging populations, health issues, and the roles of healthcare professionals.

Full Transcript

Konsep Keperawatan Gerontik Putu Ayu Sani Utami PS. Keperawatan, FK Universitas Udayana Life cycle Penduduk dunia menua dengan cepat. “Setiap detik terdapat dua orang berulang tahun ke-60 di dunia, atau 58 juta setiap tahun.” Hari ini, satu dari sembilan orang di dunia adalah lans...

Konsep Keperawatan Gerontik Putu Ayu Sani Utami PS. Keperawatan, FK Universitas Udayana Life cycle Penduduk dunia menua dengan cepat. “Setiap detik terdapat dua orang berulang tahun ke-60 di dunia, atau 58 juta setiap tahun.” Hari ini, satu dari sembilan orang di dunia adalah lansia. Tahun 2050, seorang lansia di antara 5 penduduk, atau 22 persen dari total penduduk dunia yang diperkirakan berjumlah 9 miliar (UNFPA). (United Nations Fund for Population Activities) Sumber: BPS, SUSENAS, Maret 2019 5 PROPINSI MEMASUKI STRUKTUR PENDUDUK TUA We’re living much longer, but are we healthier? “New goal is to be living well, not just living longer” Profil Lansia Keberhasilan Pembangunan Nasional >> kemajuan di berbagai bidang >> kualitas kesehatan >> UHH >> jumlah lansia Penyebab meningkatnya UHH: 1. Pelayanan kesehatan semakin baik 2. Angka kematian bayi dan anak rendah 3. Gizi dan sanitasi meningkat 4. Pengawasan penyakit infeksi meningkat konsekuensi : masalah fisik, mental, sosial serta kebutuhan pelayanan kesehatan dan keperawatan. Fenomena temuan 62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dari pekerjaannya sendiri. 53% lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga. 59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepala keluarga. Hanya 27,5% lansia mendapat penghasilan dari anak atau menantu Permasalahan Lansia Permasalahan Umum Permasalahan Khusus Berlangsungnya proses menua yang berakibat Lahirnya kelompok masyarakat industry. timbulnya masalah baik fisik, mental, maupun sosial. kecenderungan kurang dihargai dan terisolir Pergeseran pola penyakit (communicable → noncommunicable disease/ degenerative). Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia. Rendahnya produktifitas kerja lansia Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia. Banyaknya lansia yang miskin, terlantar, dan cacat. Masalah kesehatan utama: penyakit jantung, keganasan, ginjal, paru akut, vaskular, COPD, arthritis, kelainan pada kulit, kecelakaan Permasalahan kesejahteraan: ketidakpastian ekonomi, jaminan kesehatan Kemunduran fisik → peran sosial menurun dan gangguan pemenuhan hidup → ketergantungan Masalah Kesehatan Lansia Riskesdas, 2018 Masalah kesehatan… 3,7% (941.478 lansia) membutuhkan Perawatan Jangka Panjang/LTC Mengapa harus memperhatikan lansia? Populasi lansia di Indonesia makin meningkat Sistem kekerabatan, yang sesuai budaya bangsa Indonesia Pensiunan dan masalahnya Kematian mendadak karena penyakit jantung dan stroke Pemerataan pelayanan kesehatan Mahalnya obat-obatan Kurangnya jumlah tempat tidur di rumah sakit Perkembangan ilmu gerontologi dan geriatri Semua orang akan menjadi lansia. TIPOLOGI LANSIA TIPOLOGI LANSIA Dapat jg dibedakan berdasarkan karakter, pengalaman kehidupan, lingkungan, kondisi fisik- mental-social ekonominya Manfaat mengenali Tipe optimis “the rocking chairman” tipe-tipe lansia → Tipe konstruktif → integritas baik, menikmati hidup, menghindari fleksibel, humoris kesalahan/kekeliruan Tipe ketergantungan →pasif, tidak punya inisiatif dalam melakukan Tipe defensif → kompulsif aktif, curiga, menolak bantuan pendekatan Tipe militan dan serius → tidak mudah menyerah perawatan. Tipe marah/frustasi → tidak sabar, mudah tersinggung, mengekspresikan kepahitan hidupnya Tipe bermusuhan → agresif, curiga Tipe putus asa → menyalahkan diri. KLASIFIKASI LANSIA Depkes RI: WHO a.Masa virilitas/ menjelang a.Middle age (45-59 tahun) lansia (45-54 tahun) b.Elderly (60-74 tahun) b.Presenium (55-64 tahun) c.Old (75-90 tahun) c.Senium (>65 tahun) d.Very old (>90 tahun Birren & Jenner (1977) mengusulkan membedakan antara: o Usia biologis: jangka waktu seseorang sejak lahir berada dalam keadaan hidup. o Usia psikologis: kemampuan seseorang untuk beradaptasi dgn situasi yang dihadapi. o Usia sosial: peran-peran yang diharapkan masyarakat kepada seseoarang sehubungan dengan usianya. Ketiganya saling berhubungan dan saling mempengaruhi sehingga secara umum tidak terlihat perbedaan yang terlalu tampak antara kelangsungan ketiganya. Suatu proses menghilangnyasecara MENUA perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menjadi tua ditandai dengan: Perubahan fisik Perubahan mental Perubahan psikososial Perubahan spiritual GERIATRI – Dari bahasa Greek “geras” → “lanjut usia” – Cabang dari ilmu kedokteran, yg b.d penyakit dan masalah yg ada pada lansia Ilmu tentang merawat orang yg berusia lanjut thd penyakitnya Cabang ilmu gerontologi dan kedokteran yg mempelajari k o n s e p kesehatan pd lansia dalam bbg aspek yi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif (Depkes RI, 2000) Cabang ilmu kedokteran yg berfokus pd penyakit yg G E R O N T I K timbul pada lansia (Black&Jacob, 1997) Tujuan pelayanan geriatri: ▪ Mempertahankan derajat kesehatan lansia sehingga terhindar dari penyakit/gangguan ▪ Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas fisik sesuai kemampuan dan aktivitas mental yang mendukung ▪ Melakukan diagnosis dini secara tepat dan memadai ▪ Melakukan pengobatan yang tepat ▪ Memelihara kemandirian secara maksimal ▪ Memberikan bantuan yang simpatik dan perawatan dengan penuh pengertian untuk lansia yang sudah tidak bisa disembuhkan/stadium terminal. Prinsip-prinsip pelayanan geriatri: ▪ Pendekatan yang menyeluruh (biopsikososial) ▪ Orientasi terhadap kebutuhan penderita ▪ Diagnosa secara holistik (terpadu) ▪ Kejasama tim ▪ Melibatkan keluarga dalam pelaksanaannya. GERONTOLOGI Gerontologi: Geros-lanjut usia; Logos-ilmu Gerontologi: ilmu yang mempelajari secara khusus mengenai faktor-faktor yang menyangkut lanjut usia. Gerontologi: ilmu yang mempelajari seluruh aspek k o n s e p menua (Kozier, 1987). Gerontologi: cabang ilmu yang mempelajari proses G E R O N T I K menua dan masalah yang mungkin terjadi pada lansia. Tujuan gerontologi: ▪ Membantu individu lansia memahami adanya perubahan pada dirinya berkaitan dengan proses penuaan ▪ Membantu mempertahankan identitas kepribadian lansia ▪ Mempertahankan, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan lansia (jasmani, rohani, sosial secara optimal) ▪ Memotivasi dan menggerakkan masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan lansia ▪ Memenuhi kebutuhan sehari-hari lansia ▪ Mengembalikan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari ▪ Mempercepat pemulihan/penyembuhan penyakit ▪ Meningkatkan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, sesuai dengan keberadaannya dalam masyarakat. Aspek-aspek gerontologi: mencakup perubahan-perubahan anatomi dalam sel, Aspek biologis jaringan, organ, serta fisiologis yang berhubungan dengan perubahan tersebut dimana proses menua yang tidak sesuai dengan Aspek psikologis harapan—beban mental—menurunkan kemandirian lansia status sosial sangat penting bagi kepribadian—perlu Aspek sosial persiapan untuk menghadapi perubahan status sosial pada lansia. Aspek ekonomi kemunduran di bidang ekonomi Aspek kesehatan gangguan-gangguan akibat proses degeneratif Gerontology nursing: ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada lansia (Kozier, 1987). Keperawatan Gerontologi: ilmu yg mempelajari ttg perawatan pd lansia berfokus pd pengkajian kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi, serta evaluasi (Lueckerotte, 2000) Keperawatan Geriatri : praktik perawatan yg berkaitan dgn penyakit pd proses penuaan (Lueckerotte, 2000) yang bertujuan mengoptimalkan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan. Keperawatan gerontik: suatu pelayanan professional berdasarkan ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko- k o n s e p sosial-spiritual-kultural yang holistik, yang tidak terbatas pd perspektif penyakit saja, ditujukan pada klien lansia (sehat/sakit) G E R O N T I K pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Gerontic nursing → Gerontology + Geriatric (Gunter & Estes,1979) Perspektif Keperawatan Gerontik Fenomena yang menjadi bidang garapan kep.gerontik— tidak terpenuhinya KDM akibat proses penuaan. Lingkup askep gerontik: 1) Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan 2) Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan 3) Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi keterbatasan akibat proses penuaan. Lingkup pelayanan pada lansia 1) Pelayanan kesehatan lansia di masyarakat—untuk meningkatkan kepedulian dan pengetahuan masyarakat tentang lansia melalui upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan dorongan aktivitas dalam bentuk pembentukan dan pembinaan kelompok lansia. 2) Pelayanan kesehatan lansia berbasis rumah sakit— panti wreda/nursing home, poliklinik geriatrik yang bersifat subspesialis, bangsal geriatrik akut, bangsal geriatrik rawat inap, konsultasi geriatrik. 3) Pelayanan sosial lansia--pelayanan sosial di panti wreda yang diselenggarakan oleh dinas sosial/swasta. Peran dan Fungsi Perawat Gerontik Caregiver Motivator Konselor Edukator Advokator Tanggung jawab perawat gerontik, membantu lansia untuk : Memperoleh kesehatan Memelihara kesehatan secara optimal Menghadapi ajal dengan Menerima kondisinya diperlakukan secara manusiawi sampai meninggal Fungsi Perawat Gerontik Eliopoulus (2005) Guide persons of all ages toward a healthy aging process (membimbing orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat) Eliminate ageism (menghilangkan perasaan takut tua) Respect the tight of older adults and ensure other do the same (menghormati hak orang yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang sama) Overse and promote the quality of service delivery (memantau dan mendorong kualitas pelayanan) Notice and reduce risks to health and well being (memerhatikan serta menguragi resiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan) Teach and support caregives (mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan) Fungsi Perawat Gerontik… Eliopoulus (2005) Open channels for continued growth (membuka kesempatan untuk pertumbuhan selanjutnya) Listen and support (mendengarkan dan member dukungan) Offer optimism, encouragement and hope (memberikan semangat, dukungan, dan harapan) Generate, support, use, and participate in research (menghasilkan, mendukung, menggunakan, dan berpartisipasi dalam penelitian) Implement restorative and rehabilitative measures (melakukan perawatan restorative dan rehabilitative) Coordinate and managed care (mengoordinasi dan mengatur perawatan) Asses, plan, implement, and evaluate care in an individualized, holistic maner (mengkaji, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi perawatan individu dan perawatan secara menyeluruh) Fungsi Perawat Gerontik… Eliopoulus (2005) Link service with needs (memberikan pelayanan sesuai kebutuhan) Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality (membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya) Understand the unique physical, emotical, social, spiritual aspect of each other (saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, social, dan spiritual) Recognize and encourage the appropriate management of ethical concern (mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempatnya bekerja) Support and comfort through the dying process (memberikan dukungan dan kenyamanan dalam menghadapi proses kematian) Educate to promote self care and optimal independence (mengajarkan untuk meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal) KOMPETENSI KHUSUS PERAWATAN GERONTIK JCAHO (Joint Comission for Accreditation of Health-care Organitation) Memahami perubahan fisiologi pada proses menua dan sakit Mengetahui perubahan psikososial yang dialami ‘terakhir’ dalam hidupnya dan selama di RS Memahami cara berkomunikasi dalam memberi pendidikan kesehatan pada usia lanjut Memahami pertimbangan-pertimbangan dalam pengobatan Mengetahui cara pencegahan dan langkah-langkah pengamanan Sebelum melakukan askep gerontik, perawat perlu memperhatikan beberapa hal, karena: 1) Populasi lansia sangat heterogen → tidak semua lansia memerlukan askep dalam bentuk dan jenis pelayanan yang sama. Perbedaan aspek kesehatan, psikologis, sosialekonominya. 2) Jenis askep yang diberikan sangat bervariasi → tatanan klinis dan komunitas—gunakan pendekatan proses keperawatan. 3) Askep membutuhkan keterkaitan dengan semua bidang dan cara pendekatan tertentu. Tugas perkembangan pada late-adulthood (Erikson’s tahap integrity vs. despair) 1. Menerima penurunan kemampuan dan keterbatasan 2. Menyesuaikan dengan masa pensiun 3. Mengatur pola hidup yang terorganisir 4. Menerima kehilangan dan kematian dengan tentram. Karakteristik penyakit yang dijumpai pada lansia: 1. Penyakit yang sering multiple 2. Penyakit bersifat degeneratif 3. Gejala yang sering tidak jelas 4. Masalah psikologis dan sosial sering terjadi bersamaan 5. Lansia sangat peka terhadap infeksi akut 6. Sering terjadi penyakit yang bersifat iatrogenik. Sifat pelayanan keperawatan: 1. Independen 2. Interdependen 3. Humanistik 4. Holistik Hukum Dan Perundang-undangan Yang Terkait Dengan Lansia ‾ UU No. 4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan bagi Orang Jompo ‾ UU No.6 tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial ‾ UU No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian ‾ UU No.4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman ‾ UU No.10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera ‾ UU No.11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun ‾ UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan ‾ PP No.21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera ‾ PP No.27 tahun 1994 tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan ‾ UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia (tambahan lembaran negara Nomor 3796) sebagai pengganti UU No.4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan bagi Orang Jompo. Kebijakan Layanan Kesehatan Lansia FENOMENA PADA LANSIA MITOS-MITOS LANJUT USIA & REALITA 1. Mitos kedamaian & ketenangan Lansia dapat santai menikmati hasil kerja pada masa muda. Namun lansia stress karena kemiskinan & keluhan penyakit 2. Mitos Konservatisme & kemunduran pandangan tidak kreatif, menolak inovasi, berorientasi masa silam, ketinggalan jaman, rindu masa lalu, kembali ke masa kanak, susah berubah, keras kepala Tidak semua lansia, tegar, inovatif serta kreatif 3. Mitos Berpenyakitan Proses menua disertai penurunan daya tahan tubuh sehingga rawan penyakit Penyakit dapat di kontrol & diobati FENOMENA PADA LANSIA MITOS-MITOS LANJUT USIA & REALITA.. 4. Mitos ketidakproduktifan Tidak bekerja, tidak produktif 5. Mitos Tidak Jatuh Cinta Lansia sudah tidak jatuh cinta dan bergairah lagi Perasaan cinta tidak berhenti hanya karena menjadi tua 6. Mitos Aseksualitas Hubungan Seks Menurun, minat, dorongan, gairah, kebutuhan dan daya seks berkurang Kehidupan seks normal, tetap bergairah. Janda/duda lansia ingin menikah lagi FENOMENA PADA LANSIA MITOS-MITOS LANJUT USIA & REALITA.. 8. Mitos ketidakberdayaan Ketidakberdayaan fisik menyebabkan ketergantungan pada orang lain Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidup. Membuat teman baru untuk dapat mengganti yeng telah meninggal atau pindah Mengembangkan aktivitas baru untuk mengisi waktu luang Belajar memperlakukan anak-anak yang tumbuh dewasa Tren & isu Masalah kehidupan seksual Perubahan perilaku—daya ingat menurun, sering menarik diri, penurunan self-care, cemas, sensitifitas emosi— sumber masalah. Pembatasan aktivitas fisik—penurunan pada peranan sosial—gangguan pemenuhan kebutuhan hidup— tergantung. Palliative care—symptomatic—polifarmasi—efek samping Penggunan obat—perlu perhatian khusus karena perubahan fisiologis pada lansia dan efek obat— pertimbangkan dosis dan multiple drugs prescription— lansia sering bingung, lemah ingatan, penglihatan berkurang, koordinasi menurun. Tren & isu.. Kesehatan mental—kemunduran fisik dan mental—kesibukan sosial berkurang—integrasi dengan lingkungan berkurang. Hukum dan etik—perawat bertanggung jawab mencegah penganiayaan (penelantaran, penganiayaan yang disengaja, eksploitasi)—cegah dengan perlindungan di rumah, perlindungan hukum, dan perawatan di rumah—sesuai kode etik dan kerja sama multidisipliner. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Lansia Aktif KESEHATAN KEAMANAN akses terhadap seluruh layanan kebutuhan akan keamanan kesehatan dan sosial baik bagi sosial, keuangan dan fisik dan lanjut usia perempuan maupun terpenuhinya hak seiring laki-laki dengan bertambahnya usia Active Aging PARTISIPASI PEMBELAJARAN SEUMUR HIDUP Partisipasi penuh dalam kegiatan sosial ekonomi, budaya dan Akses dan kesempatan terhadap keagamaan, sesuai dengan hak pembelajaran yang berkembang asasi, kemampuan, kebutuhan dan berkelanjutan dan minat SEHAT adalah kondisi sehat secara lengkap baik Proses optimalisasi peluang untuk tetap fisik, mental dan sosial dan tidak semata-mata sehat, tetap berpartisipasi dan merasa aman karena ketiadaan penyakit atau kelemahan/ untuk meningkatkan kualitas hidup seiring kecacatan dengan bertambahnya usia KOMPONEN PENUAAN YANG BERHASIL 48 PITCHDECK @RRGRAPH Faktor yang berpengaruh pada kesehatan lansia Faktor Individu Faktor Lingkungan Perumahan Perilaku Teknologi yang Perubahan fungsi membantu karena usia Transportasi Genetika Penyakit Fasilitas sosial KUNCI MENJADI LANSIA YANG BAHAGIA, BERGUNA DAN BERKUALITAS 1) Menghindari sikap menarik diri 2) Mengembangkan perspektif yang jelas mengenai hidup 3) Menggantikan kepuasan-kepuasan yang hilang 4) Mengembangkan sumber yang berarti/berharga 5) Mengembangkan hubungan yang bermakna Unsur pendukung lansia: Sistem keluarga besar—lansia adalah sesepuh yang patut Dukungan pemerintah, keluarga, atau dihargai/dihormati/sumber nasihat dan restu—usahakan masyarakat menyediakan fasilitas kebutuhan harian dan jaga privasi. Bantuan kesejahteraan bagi lansia Sikap keluarga dan masyarakat terhadap lansia—bangun (perbaikan ekonomi, kesehatan, persepsi positif (proses alamiah yang akan dilalui tiap transportasi dan perumahan) individu). Bantuan hukum serta perlindungan Menciptakan kebutuhan untuk dicintai—aktualisasi diri hukum bagi lansia lansia. Menciptakan suasana yang menyenangkan—hubungan harmonis antar generasi. TERIMA KASIH Oleh: Ni Luh Putu Eva Yanti Pendahuluan  Ageing = Menua (menjadi tua)  Proses alamiah dan terjadi sepanjang hidup oleh setiap manusia  Suatu proses menghilangnya scr perlahan-lahan kemampuan jaringan utk: − Memperbaiki diri/ mengganti diri − Mempertahankan struktur dan fungsi − Memperbaiki kerusakan yg diderita Proses Menua  Menurut Kemenkes RI (2024)*, penuaan adalah proses alami yg tdk dapat dihindarkan, yg hidup terbatas oleh suatu peraturan alam yg disebabkan oleh faktor biologik.  Indonesia saat ini memasuki aging population (10% penduduk negara dlm kategori lansia)  Indonesia → BPS (2023) lansia hampir 12%  Angka harapan hidup Indonesia tahun 2022: 68,2 tahun → tahun 2024: 74 tahun  *Direktur Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia Kemenkes RI Batasan Lanjut Usia  Menurut WHO, ada 4 tahap: 1. Middle Age (45-59 thn) 2. Elderly (60-74 thn) 3. Old (75-90 thn) 4. Very Old (> 90 thn) Batasan Lanjut Usia Departemen Kesehatan 1. Kelompok pertengahan umur : kelompok usia dalam masa virilitas, yaitu masa persiapan usia lanjut, yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa (45-54 tahun). 2. Kelompok usia lanjut dini : kelompok dalam masa prasenium, yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut (55-64 tahun). 3. Kelompok usia lanjut : kelompok dalam masa senium (65 tahun ke atas). Batasan Lanjut Usia  Menurut UU No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2, yang disebut lansia adalah seorang yg telah mencapai usia 60 thn ke atas, baik pria maupun wanita. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Ketuaan  Hereditas atau keturunan  Nutrisi  Status kesehatan  Pengalaman hidup  Lingkungan  Stres Perubahan akibat Proses Menua  Fisik dan Fungsi 1. Sel − Jumlah sel ↓ − Ukuran sel lebih besar − Jumlah sel otak ↓ − Mekanisme perbaikan sel terganggu − Otak mjd atrofi, beratnya berkurang 5-10% − Lekukan otak akan mjd lebih dangkal dan melebar 2. Sistem Persarafan  Hantaran neuron motorik melemah  Berat otak ↓ 10-20%  Konduksi saraf perifer yg lambat → refleks tendon dalam yg lambat & meningkatkan waktu reaksi  Saraf panca indra mengecil  Penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf penciuman dan perasa mengecil,  Kurang sensitif terhadap sentuhan  Defisit memori 3. Sistem Pendengaran  Presbiakusis: hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama thdp bunyi suara/nada yg tinggi, suara tdk jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pd usia di atas umur 65 thn  Membran timpani atropi  Pengumpulan serumen, dpt mengeras krn meningkatnya keratin  Tinitus  Vertigo 4. Sistem Penglihatan  Sfingter pupil timbul sklerosis dan respons thdp sinar menghilang  Kornea lebih berbentuk sferis (bola)  Lensa lebih suram (kekeruhan pd lensa), mjd katarak, jelas menyebabkan ggn penglihatan  Meningkatnya ambang pengamatan sinar (daya adaptasi thdp kegelapan lebih lambat, susah melihat cahaya gelap)  Penurunan daya akomodasi, manifestasi presbiopia  Lapang pandang ↓  Daya membedakan warna ↓, terutama warna biru atau hijau 5. Sistem Kardiovaskuler  Katup jantung menebal dan mjd kaku  Kemampuan jantung memompa darah ↓ 1% per tahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan kontraksi dan volume ↓  Curah jantung ↓  Kehilangan elastisitas pembuluh darah  Efektivitas pembuluh darah perifer utk oksigenasi berkurang  Kinerja jantung lebih rentan thdp kondisi dehidrasi dan perdarahan  Tekanan darah meninggi akibat resistensi pembuluh darah perifer ↑. Sistolis normal 170 mmHg, Diastolis normal 90mmHg 6. Sistem Pengaturan Suhu Tubuh  Temperatur tbh ↓ akibat kecepatan metabolisme yg ↓, 35 derajat C  Keterbatasan refleks menggigil dan tdk dpt memproduksi panas yg banyak diakibatkan rendahnya aktifitas otot. 7. Sistem Pernafasan  Otot pernafasan lemah akibat atropi, kehilangan kekuatan dan mjd kaku  ↓ aktifitas silia  Elastisitas paru ↓  Elastisitas bronkus ↓  Ukuran alveoli melebar dan jumlah berkurang  Oksigen pd arteri menurun mjd 75 mmHg  Refleks dan kemampuan utk batuk berkurang 8. Sistem Pencernaan  Kehilangan gigi  Indra pengecap ↓  Esofagus melebar  Rasa lapar ↓  Asam lambung ↓  Peristaltik melemah dan biasanya tjd konstipasi  Fungsi absorpsi melemah  Produksi saliva ↓ 9. Sistem Reproduksi Wanita 1. Vagina kontraktur dan mengecil 2. Ovarie menciut, uterus atrofi 3. Atrofi payudara 4. Atrofi vulva 5. Selaput lendir vagina menurun, permukaan mjd halus, sekresi berkurang, sifatnya mjd alkali dan terjadi perubahan warna 9. Sistem Reproduksi Pria 1. Testis msh dpt memproduksi spermatozoa, meskipun ada penurunan secara berangsur-angsur 2. Dorongan seksual menetap sampai usia 70 thn, asal kondisi kes baik 3. Sebanyak ±75% pria usia di atas 65 thn mengalami pembesaran prostat 10. Sistem Genitourinaria  Ginjal atrofi, nefron atropi shg aliran darah ke ginjal menurun sampai 50% shg fungsi tubulus berkurang dan kurang mampu mempekatkan urin, BJ urin ↓, proteinuria, BUN meningkat sampai 21mg%.  Otot vesika urinaria melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat.  Pada pria VU sulit dikosongkan shg terjadi retensi urine 11. Sistem Endokrin  Produksi hormon hampir semua ↓  Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah  Hipopisis: pertumbuhan hormon ada, tetapi lebih rendah dan hanya ada di dlm pembuluh darah, berkurangnya produksi ACTH,TSH,FSH dan LH  Aktivitas tiroid ↓ shg BMR ↓  Produksi aldosteron ↓  Estrogen, progesteron dan testosteron ↓ 12. Sistem Integumen  Kulit keriput  Permukaan kulit cenderung kusam, kasar,bersisik  Timbul bercak pigmentasi  Respon thdp trauma ↓  Mekanisme produksi kulit ↓  Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu  Elastisitas kulit ↓ akibat kadar cairan vaskularisasi ↓  Kuku jari mjd keras dan rapuh  Jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang 13. Sistem Muskuloskeletal  Kekuatan dan stabilitas tulang ↓  Pengecilan otot akibat menurunnya serabut otot  Kecepatan dan kekuatan kontraksis otot skeletal berkurang Perubahan akibat Proses Menua  Perubahan Mental 1. Perubahan sikap yg semakn egosentrik,mudah curiga,bertambah pelit atau tamak bila memiliki sesuatu 2. Keinginan berumur panjang, tenaga sedapat mungkin dihemat 3. Mengharapkan tetap diberi peranan dlm masy 4. Ingin mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin tetap berwibawa Perubahan akibat Proses Menua  Perubahan Psikososial − Kehilangan finansial − Kehilangan status − Kehilangan teman/ kenalan atau relasi − Kehilangan pekerjaan/ kegiatan Perubahan akibat Proses Menua  Perkembangan Spiritual ✓ Agama/ kepercayaan semakin terintegrasi dlm kehidupannya ✓ Lanjut usia semakin mature dlm kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dlm berpikir dan bertindak sehari-hari ✓ Lansia lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Dampak Kemunduran  Kemunduran pd lansia menimbulkan dampak thdp tingkah laku dan perasaan org yg memasuki lanjut usia.  Selain kemunduran, pd lansia terjadi peningkatan sensitifitas emosional shg sering menimbulkan bnyk masalah pd lansia  Kemunduran fisik dpt menimbulkan kecemasan. Perasaan kurang menarik lagi (kecantikan dan ketampanannya mulai menghilang)  Biasanya wanita lebih risau dan cemas krn keadaan tsb. Dampak Kemunduran  Pada pria dan wanita pd akhir masa dewasa → klimakterium, perubahan dlm keseimbangan hormonal yg menyebabkan dorongan seks berkurang.  Pada wanita terjadi menopause  Pada pria, proses tsb terjadi scr lambat dan tdk disertai psikologis yg luar biasa. Terdapat penurunan kadar testosteron dan kemampuan seksualitas berkurang. Dampak Kemunduran  Gejala yg sering timbul pd masa menopause meliputi: 1. Gangguan haid: haid tdk teratur, bisa terlalu banyak atau terlalu sedikit 2. Gelombang rasa panas (hot flush): kadang timbul rasa panas pd wajah,leher,dada bag atas, keluarnya keringat yg banyak. 3. Gejala psikologis berupa rasa takut, tegang, depresi, mudah sedih, cepat marah, mudah tersinggung, gugup 4. Keletihan 5. Atropi jaringan 6. Rasa gatal pd genitalia Lanjutan…. Gejala menopause  Sakit pd seluruh bdn atau pada bag tubuh tertentu  Sakit kepala  Insomnia, disebabkan oleh: − Faktor fisik (sering BAK,kram betis, nyeri spt artritis) − Faktor sosial: pertengkaran keluarga − Faktor emosional: kecemasan, depresi, stres, marah − Faktor medis: penyakit jantung, paru, DM, apnea tidur − Faktor iatrogenik: teofilin, kortikosteroid, antiHT − Faktor perilaku: terlalu banyak minum kopi Usaha positif yg dapat dilakukan lansia  Harus tetap aktif dalam kehidupan keluarga dan sosial Hidup sederhana, santai, aktif dgn berorganisasi, berkarya, mengembangkan hobi dan berolahraga  Lansia harus produktif, menghasilkan sesuatu yg dpt dimanfaatkan utk diri sendiri dan orang lain  Produktif tidak harus berupa barang, bisa berupa ide, nasihat, bimbingan Gizi Seimbang untuk Lansia  PROSES MENUA → MASALAH GIZI  ORGAN PENGINDRA:  FUNGSI PENCIUMAN MEMBUAT NAFSU MAKAN BERKURANG;  FUNGSI PENGECAPAN, LIDAH TIDAK PEKA THDP RASA ASIN & MANIS  ORGAN PENCERNAAN: MELEMAHNYA SISTEM ENZIM, HORMON, OTOT PENCERNAAN → BUTUH MAKANAN YG TEKSTUR LEMBUT, RASA TDK TERLALU TAJAM Gizi Seimbang untuk Lansia  TULANG DAN GIGI: KEPADATAN TULANG BERKURANG; STRUKTUR GIGI TDK SEMPURNA & RAPUH →MAKANAN LEMBUT  RAMBUT & KULIT : RAMBUT BERUBAN, LEBIH CPT RONTOK, KULIT KERIPUT & KERING, PIGMENTASI Masalah Gizi pd Lansia  Kegemukan  Terlalu kurus  Anemia Gizi  Sembelit  Penyakit degeneratif  Osteoporosis Prinsip Gizi Seimbang  VARIASIKAN MAKANAN  BATASI MAKANAN BERLEMAK, MANIS, DAN TEPUNG-TEPUNGAN  BATASI MAKANAN YG MENINGKATKAN ASAM URAT  PERBANYAK MAKAN BUAH DAN SAYUR 2-3 PORSI SEHARI  MINUM AIR PUTIH YG CUKUP 8-10 gelas/ hari  BATASI GARAM  PILIH TEKSTUR DAN CITARASA MAKANAN/ MINUMAN NETRAL  MELAKUKAN POLA HIDUP BERSIH & SEHAT  MELAKUKAN AKTIVITAS FISIK → 2 X 30 MENIT PER HARI; 3 KALI SEMINGGU  PEMANTAUAN BB IDEAL TERIMA KASIH SEMOGA BERMANFAAT Proses, Teori Menua, Dan Isu Kesehatan Lansia NI KOMANG ARI SAWITRI PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS FK UNUD Oh tidak!!  Fakta ❖ Populasi dunia menua secara cepat (usia 60 atau lebih meningkat dari 900 juta menjadi 2 T antara 2015 dan 2050) ❖ Tidak ada bukti lansia saat ini memiliki kesehatan yang lebih baik dari orang tua mereka ❖ Masalah kesehatan yang paling umum pada lansia adalah NCDs ❖ Dalam hal kesehatan tidak ada lagi ‘biasa orang tua begitu’ ❖ Kesehatan lansia bukan merupakan hal yang acak, atau tanpa alasan yg jelas ❖ Seringkali terjadi ageism atau diskriminasi terhadap manusia karena usianya ❖ Healthy ageing (menua dengan sehat) dapat dicapai oleh setiap lansia ❖ Pelayanan kesehatan perlu disesuaikan dengan kebutuhan lansia ❖ Di abad 21 ini semua negara perlu system terintegrasi untuk long term care (WHO, 2017) Berbagai cara awet muda Menua (Aging) Definisi Perubahan secara gradual dan spontan yang terjadi mulai dari konsepsi hingga meninggal (Meiner, 2011) Proses menua pada manusia dipengaruhi oleh berbagai factor: biologi, psikologi, sosial, fungsional, dan spiritual Perlunya mempelajari teori menua dari berbagai aspek atau secara holistic: - perawat dapat melihat populasi lansia secara lebih komprehensif - setiap individu memiliki factor genetic, social, psikologi, dan ekonomi yang terkait dalam kehidupannya sehingga proses menua berbeda antara satu individu dengan individu lainnya Biologi : teori-teori yng berfokus pada menjawab Sosiologi: focus teori pertanyaan mendasar pada peran dan terkait dengan proses hubungan individu pada fisiologis yang terjadi kehidupannya di masa pada setiap mahluk datang hidup selama hidupnya. Teori menua Psikologi: teori-teori Moral/spiritual: teori yang dipengaruhi oleh yang berfokus pada teori biologi dan bagaimana individu sosiologi, dan menjawab melakukan penelusuran pertanyaan bagaimana dalam hidupnya untuk seseorang berespon menjelaskan dan terhadap tugas-tugas memvalidasi eksistensi sesuai usianya mereka. - Proses menua merupakan perubahan proses fisiologis - Perubahan tidak terkait dengan factor external ataupun pengaruh patologis - Teori yang secara umum membahas penuaan dari sisi molekuler, seluler, dan bahkan system. - Teori yang membahas dampak-dampak kerusakan yang mengakibatkan menurunnya fungsi organisme - Terjadi perubahan akibat pertambahan usia yang terjadi secara perlahan dan progressive dari waktu ke waktu - Perubahan instrinsic yang mempengaruhi semua spesies karena usia kronologis Teori biologi Teori Biologi Menua merupakan kejadian yang terjadi Teori Stochastic secara random dan adanya akumulasi dari waktu ke waktu Teori Non- Menua merupakan kejadian secara terencana dan merupakan sebuah Stochastic fenomena terjadwal Teori Stochastic Teori radikal Teori Eror bebas Teori Cross- Teori Wear and linkage Tear Teori Eror - perubahan secara alami pada DNA dan RNA - kesalahan (errors) dapat terjadi pada transkripsi dalam setiap langkah pada sintesis protein DNA → sel menua dan mati - eror berulang dan akhirnya menghasilkan sel yang sangat berbeda dengan sel asal → kemampuan berfungsinya menjadi hilang Teori radikal bebas Radikal bebas adalah produk metabolism tubuh Radikal bebas terakumulasi merusak mebran sel dan menurunkan efisiensinya Jumlah radikal bebas meningkat karena adanya polusi lingkungan Radikal bebas mengakibatkan mutasi pada DNA –RNA Contoh: lipofuscin (bahan pigmen kaya akan lipid dan protein) → ‘age spots’ Teori Cross-linkaged Bertambahnya umur mengakibatkan beberapa protein saling bereaksi satu sama lain Akibatnya dapat menghambat proses metabolism Akibatnya menghambat distribusi nutrisi dan sampah metabolism antara kompartemen intra dan ekstra sel Menurut teori ini struktur molekul yang seharusnya terpisah menjadi satu karena reaksi kimia Contoh: kolagen baru dan lama saling berikatan → kulit jadi keriput dan kehilangan elastisitasnya Teori Wear & Tear Sel rusak karena dipakai terus menerus Sel tidak mampu memperbaiki diri karena terlalu sering dipakai Teori Non-Stochastic Sel membelah dalm jumlah yang terbatas, Teori dan akhirnya Terprogram berkurang dan menghilang-→ penuaan Menurunnya fungsi system imun karena berkurangnya Teori Imunitas jumlah Limfosit T akibat penuaan→ rentan thd penyakit Teori-teori baru TEORI PEACEMAKER TEORI METABOLIK PENUAAN TERKAIT DNA PENUAAN Teori alat pacu jantung/pacemaker: mengusulkan sistem kekebalan dan neuroendokrin sebagai penanda dimulainya penuaan. Menurut teori ini, kerusakan pada kedua sistem tersebut diprogram secara genetis untuk terjadi pada waktu-waktu tertentu dalam kehidupan. Teori metabolik penuaan menyatakan bahwa penuaan disebabkan oleh pengeluaran energi, yang pada akhirnya mengakibatkan kerusakan dan kematian sel. Teori kerusakan DNA akibat penuaan menyatakan bahwa penuaan merupakan konsekuensi dari akumulasi kerusakan DNA alami yang tidak diperbaiki. Kerusakan dalam konteks ini adalah perubahan DNA yang memiliki struktur abnormal. Implikasi teori Biologi dalam keperawatan Perawat mampu menghubungkan konsep-konsep dalam teori Biologi ketika memberikan perawatan pada lansia Umur dan penyakit tidak selalu berkaitan, sehingga perawat harus mampu membedakan perubahan karena bertambahnya umur dengan kondisi yang bersifat patologis Memahami tentang perubahan biologi yang terjadi pada lansia perawat diharapkan dapat mempromosikan kesehatan dengan berbagai cara pada mereka. Teori Sosiologi pada proses menua Fokus pada perubahan peran dan hubungan, berbagai macam adaptasi social lansia Teori Pemisahan (Dissengagement Theory) Teori Aktivitas/Tugas Perkembangan Teori Kontinuitas Teori Stratifikasi Umur Teori kesesuaian manusia-lingkungan Teori Pemisahan Terjadi perkembangan tugas yang sesuai dengan norma dan pola perilaku yang cocok untuk lansia Ada suatu kesepakatan antara lansia dan lingkungannya mengenai pola perilaku lansia Individu yang dulunya adalah sebagai pusat perhatin dalam lingkungannya menjadi seseorang yang menarik diri dari lingkungan karena dia telah menjadi ‘tua’ Lansia mengurangi interaksinya dengan lingkungan Contoh: pensiun Teori Aktivitas /Teori Tugas Perkembangan Kebalikan dari teori pemisahan Lansia harus tetap aktif Aktif secara fisik dan intelektualitas teori ini menekankan lebih baik aktif daripada tidak aktif LEBIH BAIK BAHAGIA DARIPADA TIDAK Teori Kontinuitas Individu diharapkan tetap menjalankan hidupnya sebagaimana dia menjalani sebelumnya Usia tua bukan berarti adalah bagian terakhir dalam kehidupan teori ini menekankan bahwa ketika seseorang menua maka mereka mencoba untuk mempertahankan dan meneruskan kebiasaan, kesukaan, komitmen, nilai nilai dan kepercayaan. Teori Stratifikasi Umur Teori ini menekankan adanya ketergantungan lansia dengan masyarakat luas Lansia merupakan elemen dari masyarakat, anggota masyarakat, berteman dan berinteraksi dalam suatu proses social. Interaksi antara lansia dan masyarakat sekitarnya bersifat dinamik Teori Kesesuaian Manusia- Lingkungan - kompetensi yang dimiliki lansia untuk berinteraksi dengan lingkungan - kompetensinya antara lain: ego, keterampilan motoric, kesehatan biologis individu, kapasitas kognitif dan persepsi- sensori. - meningkatnya umur kompetensi berkurang → lingkungan jadi tempat yang dapat mengancam keselamatan lansia Implikasi teori Sosiologi untuk keperawatan Walaupun lansia tampak serupa namun mereka tetap individu yang berbeda satu sama lain, sehingga perawatan akan berbeda antara lansia satu dan lainnya Respon lansia terhadap kondisinya saat ini sangat dipengaruhi oleh kehidupan masa lalunya, kepercayaan, dan harapan mereka, sehingga respon mereka harus tetap dihormati, namun perawat harus tetap tahu perbedaan antara respon adaptif dan maladaptive. Teori Psikologi Asumsi dasar: perkembangan tidak berhenti ketika seseorang mencapai usia dewasa tapi tetap merupakan proses dinamik sepanjang rentang kehidupan Menua secara psikologi tidak dapat dipisahkan dari factor biologi dan sosiologi Implikasi teori Psikologi untuk keperawatan Dengan mengaplikasikan teori psikologi perawat diharapkan mampu untuk mengurangi mitos tentang menua Lansia adalah individual yang masih ingin dihormati dan dibutuhkan Interaksi lansia dengan generasi yang lebih muda sangat penting untuk menumbuhkan rasa dihargai dan dibutuhkan pada lansia ISU KESEHATAN LANSIA Penuaan Normal Perubahan sensori : - Presbycusis (menurunnya kemampuan pendengaran) - Masalah penglihatan This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-ND - Penurunan fungsi vestibular PRESBIKUSIS Gangguan pendengaran Tterkait usia (seringkali pada usia lanjut (>60 tahun)) akibat proses penuaan organ pendengaran yang terjadi secara berangsur-angsur dan bilateral. Bilateral: Merujuk pada kehilangan pendengaran yang memengaruhi kedua telinga secara sama. Dengan kata lain, tingkat dan pola kehilangan pendengaran serupa di kedua telinga Gangguan pendegaran ini bersifat neurosensorik bilateral progresif, irreversible, dan simetris karena adanya degenerasi koklea sebagai organ penginduksi impuls di neuron koklea yang menyampaikan informasi ke otak atau hilangnya serabut saraf pendengaran. Data World Health Organization (WHO): > 65% orang dewasa dengan usia >60 tahun yang mengalami presbikusis. Pada tahun 2025 diperkirakan terdapat 1,2 miliar orang dewasa dengan usia >60 tahun di seluruh dunia dengan perkiraan 500 juta orang di antaranya akan mengalami gangguan presbukusis. Di Indonesia, prevalensi penyandang disabilitas akibat gangguan pendengaran pada tahun 2019 menempati posisi keempat dengan jumlah sebanyak 7,03%. Presbikusis menjadi masalah kesehatan penting karena mengakibatkan lansia mengalami gangguan masalah sosial, seperti frustasi, depresi, cemas, paranoid, merasa kesepian dan meningkatnya angka kecelakaan. Lansia seringkali mengelami gangguan pendengaran pada suara berfrekuensi tinggi dan voiceless consonants (huruf P, K, F, S, D) secara bertahap, bicara mulai tidak jelas atau meracau, cocktail party deafness (tidak dapat mendengar di keramaian) dan tinnitus. Penyebab secara pasti belum diketahui, banyak faktor yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya presbikusis seperti usia, genetik keluarga, jenis kelamin, paparan bising, gaya hidup tidak sehat hingga komplikasi penyakit lain seperti hipertensi, diabetes dan hiperkolesterol karena secara langsung mempengaruhi aliran pembuluh darah koklea dan menurunkan transportasi nutrisi akibat perubahan pembuluh darah sehingga terjadi degenerasi sekunder pada saraf pendengar. (Cheslock, De Jesus, 2023, ) Masalah penglihatan Masalah umum penglihatan: - Degenerasi makula karena usia → penurunan penglihatan - Prebiopi - Astigmatisme - Mata kering Pada lansia lainnya mungkin mengalami: - Katarak (lensa keruh) - Glaukoma (saraf optic rusak karena adanya cairan menumpuk dalam mata) - Retinopati karena DM Penurunan fungsi sistem vestibular Sistem vestibular: memberikan sinyal tentang gerakan diri, penting untuk pengendalian tatapan dan postur, serta sinyal tentang jarak, system untuk mengentahui orientasi spasial, terutama dalam gelap. Penuaan dapat mengakibatkan penurunan fungsi pada sistem yang multifaset ini dan memberi dampak, seperti jatuh. Disfungsi vestibular terkait usia dan ketidakseimbangan memberi pengaruh signifikan pada angka morbiditas, mortalitas, dan sumber daya perawatan kesehatan. Menurut National Institute of Deafness and Other Communication Disorders dari NIH, jatuh menyumbang lebih dari 50% dari semua kematian akibat kecelakaan pada orang lanjut usia dan analisis terbaru menghitung biaya medis yang terkait dengan jatuh fatal dan non-fatal di AS mencapai lebih dari $19 miliar per tahun Pasien dengan disfungsi vestibular memiliki risiko jatuh yang jauh lebih tinggi (Arshad , Seemungal, 2016) Perubahan kekuatan otot dan lemak tubuh - Sarcopenia (hilangnya massa otot dan kekuatan otot) - Peningkatan massa lemak Sarcopenia Sarkopenia adalah kondisi geriatri yang terutama ditandai dengan kehilangan massa otot rangka secara bertahap dan penurunan fungsi otot Ini merupakan salah satu masalah kesehatan utama pada orang lanjut usia dan meningkatkan risiko disabilitas, jatuh serta cedera terkait jatuh, rawat inap, keterbatasan kemandirian, dan mortalitas Faktor risiko sarkopenia meliputi usia, jenis kelamin, tingkat aktivitas fisik, dan adanya penyakit kronis serta infeksi virus imunodefisiensi manusia (HIV) Insidensinya bervariasi secara luas tergantung pada populasi yang disurvei (seperti variasi jenis kelamin, usia, etnis, dan komposisi tubuh antar kelompok etnis), kondisi hidup (rawat inap, tinggal di komunitas, dan panti jompo), serta alat dan metode penilaian. (Papadopoulou, 2020) Peningkatan massa lemak Proses penuaan membawa banyak perubahan dalam komposisi tubuh, seringkali tanpa disertai perubahan berat badan dan indeks massa tubuh (IMT) Secara umum, seiring bertambahnya usia, persentase lemak tubuh meningkat sementara massa otot dan densitas mineral tulang menurun. Peningkatan massa lemak (FAT MASS/FM) lebih terkonsentrasi di area abdominal, yang berhubungan dengan penyakit kardiovaskular dan diabetes. (St-Onge, Gallagher, 2010) Sistem imun - Influenza - Herpes zoster - Penyembuhan luka lebih lama Perubahan Pada Traktus Urinarius - Asymptomatic bacteriuria Penyakit somatic dan kondisi kronis multiple Penyakit Kardiovaskular Hipertensi Kanker Osteoarthritis Diabetes Melitus Osteoporosis Kondisi kronis Fungsi fisik Berjalan lebih lambat Ketidakmampuan bergerak Ketidakmampuan dalam ADLs Jatuh Kelemahan (frailty) Inkontinensia Psikologis dan Kognitif - Kognitif menua - Dementia - Depresi Isu lainnya - Polifarmasi - Hospitalisasi - Penempatan di panti werda Kesehatan lansia: dulu, sekarang dan akan datang Healthy Ageing is about creating the environments and opportunities that enable people to be and do what they value throughout their lives. Everybody can experience Healthy Ageing. Being Healthy aging free of disease or infirmity is not a requirement for Healthy Ageing as many older adults have one or more health conditions that, when well controlled, have little influence on their wellbeing. (WHO, 2017) WHO defines Healthy meet their basic needs; Ageing “as the process of developing and maintaining the functional to learn, grow and make decisions; ability that enables wellbeing in older age”. Functional ability is to be mobile; about having the capabilities that enable all people to be and do what to build and maintain relationships; and they have reason to value. This includes a person’s ability to: to contribute to society. Diversity: Tidak ada orang tua yang khas. Beberapa orang berusia 80 tahun memiliki tingkat kapasitas fisik dan mental lebih baik yang dibandingkan Key dengan orang berusia 30 tahun. Orang lain pada usia yang sama mungkin memerlukan perawatan dan dukungan ekstensif untuk aktivitas dasar seperti berpakaian dan makan. Kebijakan harus disusun untuk considerations meningkatkan kemampuan fungsional semua orang lanjut usia, apakah mereka kuat, bergantung pada perawatan atau di antaranya. of Healthy Inequity: Sebagian besar (sekitar 75%) keragaman dalam kapasitas dan Ageing (WHO, 2017) keadaan yang diamati pada usia lanjut adalah hasil dari dampak kumulatif keuntungan dan kerugian di seluruh kehidupan masyarakat. Lebih penting lagi, hubungan yang kita miliki dengan lingkungan kita dibentuk oleh faktor-faktor seperti keluarga tempat kita dilahirkan, jenis kelamin kita, etnis kita, tingkat pendidikan dan sumber daya keuangan. https://www.youtube.com/watch?v=x4r0S5qoIXc https://www.youtube.com/watch?v=TmDBixQZ_Io Referensi Deary, I. J., Corley, J., Gow, A. J., Harris, S. E., Houlihan, L. M., Marioni, R. E., Penke, L., Rafnsson, S. B., & Starr, J. M. (2009). Age-associated cognitive decline. British Medical Bulletin, 92(1), 135–152. https://doi.org/10.1093/bmb/ldp033 Ellis, S. J., Riggs, D. W., & Peel, E. (2019). Ageing and Chronic Illness. In Lesbian, Gay, Bisexual, Trans, Intersex, and Queer Psychology (pp. 232–254). Cambridge University Press. https://doi.org/10.1017/9781108303750.011 Ihle-Hansen, H., & Ihle-Hansen, H. (2018). Aging Brain and Neurological Changes. In S. Masiero & U. Carraro (Eds.), Rehabilitation Medicine for Elderly Patients (pp. 15–20). Springer International Publishing. https://doi.org/10.1007/978-3-319-57406-6_2 Kanasi, E., Ayilavarapu, S., & Jones, J. (2016). The aging population: demographics and the biology of aging. Periodontology 2000, 72(1), 13–18. https://doi.org/10.1111/prd.12126 Kemenkes. (2019). Indonesia masuki periode aging population. Indonesia Masuki Periode Aging Population. Kline, K. A., & Bowdish, D. M. E. (2016). Infection in an aging population. Current Opinion in Microbiology, 29, 63–67. Kreager, P., & Schröder-Butterfill, E. (2010). AGE-STRUCTURAL TRANSITION IN INDONESIA. Asian Population Studies, 6(1), 25–45. https://doi.org/10.1080/17441731003603397 Meiner, S. E. (2011). Gerontologic Nursing (S. E. Meiner, Ed.; 4th ed.). Elsevier. National Institutes of Health. (2011). Global health and aging. National Institutes of Health Publication, 11, 7737. United Nations. (2017). World population aging. United Nations. http://www.un.org/en/development/desa/population/publications/pdf/ageing/WPA2017_Highlights.pdf Wee Shiong Lim, Matteo Cesari, & Marco Canevelli. (2018). Dementia, Frailty and Aging [Book]. Frontiers Media SA. WHO. (2018). Aging and Health. Key Facts. Jaul, E., & Barron, J. (2017). Age-Related Diseases and Clinical and Public Health Implications for the 85 Years Old and Over Population. Frontiers in public health, 5, 335. https://doi.org/10.3389/fpubh.2017.00335 Fried, L. P., & Rowe, J. W. (2020). Health in Aging — Past, Present, and Future. New England Journal of Medicine, 383(14), 1293–1296. doi:10.1056/nejmp2016814 Cheslock M, De Jesus O. Presbycusis. [Updated 2023 Aug 23]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559220/ Arshad Q, Seemungal BM. Age-Related Vestibular Loss: Current Understanding and Future Research Directions. Front Neurol. 2016 Dec 19;7:231. doi: 10.3389/fneur.2016.00231. Erratum in: Front Neurol. 2017 Aug 21;8:391. doi: 10.3389/fneur.2017.00391. PMID: 28066316; PMCID: PMC5165261. Papadopoulou SK. Sarcopenia: A Contemporary Health Problem among Older Adult Populations. Nutrients. 2020 May 1;12(5):1293. doi: 10.3390/nu12051293. PMID: 32370051; PMCID: PMC7282252. St-Onge MP, Gallagher D. Body composition changes with aging: the cause or the result of alterations in metabolic rate and macronutrient oxidation? Nutrition. 2010 Feb;26(2):152-5. doi: 10.1016/j.nut.2009.07.004. Epub 2009 Dec 8. PMID: 20004080; PMCID: PMC2880224. POSYANDU LANSIA & KMS LANSIA Putu Ayu Sani Utami Keperawatan FK-UNUD preencoded.png UNGGUL, MANDIRI, BERBUDAYA Posyandu Lansia: Menjaga Kesehatan Usia Emas Posyandu Lansia merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan para lansia di Indonesia. Program ini diselenggarakan di berbagai wilayah dengan melibatkan peran aktif masyarakat dan petugas kesehatan. Posyandu Lansia menjadi wahana pelayanan bagi kaum usia lanjut yg dilakukan dari, oleh, dan untuk lansia yg menitikberatkan pd pelayanan promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif preencoded.png UNGGUL, MANDIRI, BERBUDAYA Sejarah dan Perkembangan Posyandu Lansia Lahir melalui suatu Surat Keputusan Bersama antara Menteri Dalam Negeri RI (Mendagri), Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Ketua Tim Penggerak (TP) Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan dicanangkan pada sekitar tahun 1986. Legitimasi keberadaan Posyandu ini diperkuat kembali melalui Surat Edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah tertanggal 13 Juni 2001 yang antara lain berisikan “Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu” Di tingkat kesehatan primer (puskesmas) diadakan kegiatan posyandu lansia Integrasi Layanan Primer (ILP) diresmikan Kamis, 31 Agustus 2023 dan dihadiri langsung oleh Menteri Kesehatan Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin. Integrasi Layanan Primer fokus untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan melakukan peningkatan dan penguatan promosi serta pencegahan bagi sasaran siklus kehidupan, serta memperkuat pemantauan wilayah setempat. Posyandu lansia sebelum era ILP biasanya dilaksanakan secara terpisah dengan posyandu balita, Posyandu lansia biasanya dilaksanakan berintegrasi dengan program Posbindu PTM (penyakit tidak menular). Kegiatan posyandu lansia mencakup penyuluhan kesehatan, senam lansia dan screening lansia (pemeriksaan kesehatan, berat badan, lingkar perut, tekanan darah dan pemeriksaan gula darah, asam urat dan kolesterol). Dengan diterapkannya ILP, pelaksanaan posyandu melayani semua kelompok usia (siklus hidup) yaitu mulai ibu hamil (bayi dalam kandungan), balita, remaja (termasuk usia sekolah), usia produktif dan lanjut usia. Bisa dimungkinkan satu keluarga yang terdapat bumil, balita, usia produktif dan lansia berangkat bersama ke posyandu. Kakek bisa berangkat dengan anak dan cucunya. Posyandu ini selanjutnya disebut Posyandu Prima. Posyandu prima merupakan posyandu yang sudah melayani kesehatan 5 siklus hidup manusia preencoded.png UNGGUL, MANDIRI, BERBUDAYA Tujuan dan Manfaat Posyandu Lansia 1 Meningkatkan Kesehatan 2 Mencegah Penyakit Posyandu Lansia bertujuan untuk Layanan pemeriksaan kesehatan di mencegah penyakit dan Posyandu Lansia membantu meningkatkan kualitas hidup para mendeteksi dini penyakit kronis lansia melalui berbagai layanan dan memberikan penanganan yang kesehatan yang disediakan. tepat. 3 Meningkatkan Kualitas 4 Memberikan Rasa Aman Hidup Posyandu Lansia memberikan rasa Selain kesehatan fisik, Posyandu aman dan nyaman bagi para lansia, Lansia juga mendukung kesehatan karena mereka dapat berkumpul mental dan sosial lansia, sehingga dan berinteraksi dengan sesama. meningkatkan kualitas hidup mereka. preencoded.png UNGGUL, MANDIRI, BERBUDAYA SASARAN POSYANDU LANSIA A. Sasaran Langsung B. Sasaran Tidak Langsung 1. Klp usia pra lansia (45-59 th) Keluarga di mana lansia berada. Masyarakat di lingkungan lansia berada. 2. Klp usia lansia (mulai 60th keatas) baik yang sehat, Organisasi sosial yang bergerak di dalam berisiko tinggi yang hidup pembinaan kesehatan lansia. sendiri, terpencil, menderita Petugas kesehatan yang melayani peny berat, cacat kesehatan. Masyarakat luas UNGGUL, MANDIRI, BERBUDAYA ANGGOTA POSYANDU LANSIA Perlu dipertimbangkan jarak antara sasaran jumlah anggota dengan lokasi kegiatan dalam penentuan jumlah posyandu lansia berkisar anggota, sehingga apabila terpaksa tidak tertutup antara 50-100 orang kemungkinan anggota suatu posyandu lansia kurang dari 50 orang atau lebih dari 100 orang LOKASI POSYANDU LANSIA Syarat lokasi/letak yang harus diperhatikan: 1. Berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat 2. Ditentukan oleh masyarakat itu sendiri 3. Menggunakan Balai Desa, atau bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di rumah penduduk, balai rakyat, pos RT/RW atau pos lainnya yang cukup luas menampung jumlah lansia sasaran 4. Memiliki aliran udara/ventilasi optimal 5. Pencahayaan cukup 6. Akses dari halaman ke beranda dan pintu masuk mudah 7. Pintu masuk cukup lebar untuk kursi roda 8. Lantai rata 9. Jika memungkinkan terdapat railing (pegangan di dinding) 10. Memiliki kamar mandi yang aman preencoded.png UNGGUL, MANDIRI, BERBUDAYA Sarana dan Prasarana Buku pencatat kegiatan Meja dan (buku register) kursi Kit lansia, yang berisi timbangan dewasa, meteran pengukur tinggi badan, stetoskop, tensi meter, Alat tulis peralatan laboratorium sederhana, thermometer KMS lansia Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) lansia 1.P e nanggung j a wa b u m u m : K a d es / L u rah 2. P e nanggung j a wa b o p e rasional : To k ohMas y 3. K e tua p e laksana: STRUKTUR K e tu a Ti m P e n ggerak ORGANISASI PKK Direk omendas ik an s truk tur organis as i 4. S e k retaris : Pengelola Pos yand u lans ia s edik itnya terdiri dari K e tu aPokja k e t ua, s ekretaris, bendahar a , d a n K e lurahan/ D e sa beberapa seksi dan kader Struk tur organis as i di s etiap pos yan d u lans ia s epenuhn ya ditentuk an oleh 5. P e lak sana : pos yan du lans ia itu s endiri, s es uai K a d er k e s ehatan dengan aspirasi yang berkembang di (anggota masy ygtelah dilatih mjdkader kesh pos yan du lans ia setempat dibawah bimbingan puskesmas) ACUAN PEMBENTUKAN POSYANDU LANSIA TAH APAN K R IT ERIA P E LA K SANAAN K E G IATAN 1.Pertemuan lintas program dan lintas 1.Posyandu tdk terlalu dekat sektoral tk kecamatan dengan Puskesmas agar 1.Dilaksanakan sebulan sekali yg 2.Survey mawas diri yg dilaksanakan pendekatan pelayanan kesh ditentukan o/ kader, Tim kader PKK thd masy tercapai Penggerak PKK Desa/ Kelurahan 3.Musyawarah masy desa 2.Satu posyandu melayani serta petugas kesehatan dari membicarakan hasil survey mawas 100 lansia Puskesmas, menggunakan sistem 3.Disesuaikan dengan 5 meja diri, sarana dan prasarana kemampuan petugas dan 2.Lokasi berada ditempat yg mudah posyandu, biaya posyandu kader kesehatan didatangi lansia 4.Pemilihan kader posyandu 5.Pelatihan kader posyandu 6.Pembinaan SYARAT KADER LANSIA Mengetahui adat istiadat & kebiasaan masy Diterima masy setempat Berpenampilan ramah dan simpatik Mpy waktu yg cukup Bertempat tinggal di wilayah posyandu Berjiwa sosial dan mau bekerja scr relawan Dpt membaca dan menulis Peran Kader Posyandu Lansia Pendamping Lansia Pembantu Pelaksanaan Kader membantu lansia dalam Kader membantu petugas menjalankan kegiatan di kesehatan dalam menjalankan Posyandu dan memberikan tugas dan memberikan layanan dukungan moral. kepada lansia. Komunikasi dengan Motivator Lansia Keluarga Kader memotivasi lansia untuk Kader membantu menjembatani aktif dalam kegiatan Posyandu komunikasi antara petugas dan menjaga kesehatan. kesehatan dan keluarga lansia. preencoded.png UNGGUL, MANDIRI, BERBUDAYA JENIS-JENIS KEGIATAN POSYANDU LANSIA 1. Pelayanan Kesehatan Pemeriksaan aktivitas sehari- Screening Layanan Kesehatan hari Mencatat pola makan Pemeriksaan kondisi mental Penyuluhan kesehatan, disesuaikan Cara mandi Pemeriksaan status gizi, TB dengan kebutuhan dan permasalahan Pengukuran tekanan darah serta kondisi masing-masing dan upaya Rutinitas buang air Pemeriksaan laboratorium mencegah penyakit Kemampuan untuk berjalan sederhana, seperti tes kadar Konseling, apabila diperlukan dilakukan dan berpakaian asam urat dan gula darah petugas kesehatan Kemampuan untuk turun atau Pemeriksaan kesehatan Kunjungan rumah, dilakukan oleh kader naik tempat tidur menggunakan KMS (kartu (atau disertai petugas kesehatan), menuju sehat) lansia kepada lansia yang tidak hadir dalam Kemandirian lansia kegiatan posyandu lansia untuk memantau keadaan kesehatannya. Posyandu lansia juga bisa memberikan rujukan ke Puskesmas apabila ada kondisi yang memerlukan pemeriksaan lanjutan Frekuensi dan jangka waktu monitoring Faktor risiko penyakit tidak menular Faktor Risiko Orang Sehat Penderita PTM/Kasus Faktor Risiko Glukosa darah puasa 1 tahun sekali 3 bulan sekali Glukosa darah sewaktu 1 tahun sekali 1 bulan sekali Kolesterol darah total 1 tahun sekali 1 bulan sekali Tekanan darah 3 bulan sekali 1 bulan sekali Indeks Masa Tubuh (IMT) 3 bulan sekali 1 bulan sekali Kegiatan konseling dan penyuluhan harus diselenggarakan setiap Posyandu diselenggarakan 2. Pemberian makan tambahan (PMT) Para kader Posyandu lansia akan memberikan penyuluhan kepada para lansia mengenai makanan yang sehat dan bergizi yang perlu mereka konsumsi. Untuk memudahkan, para lansia akan mendapatkan contoh menu makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi yang dibutuhkan, dengan menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah tersebut. 3. Kegiatan olahraga Olahraga penting dilakukan bagi lansia. Kader akan mendampingi lansia untuk mengikuti gerakan senam lansia, gerak jalan santai, maupun aktivitas lain yang aman untuk usia lanjut. Aktivitas fisik yang aman dan terstruktur untuk menjaga kebugaran dan kesehatan lansia. Kegiatan aktivitas fisik atau olahraga bersama, perlu dilakukan setiap minggu 4. Kegiatan non kesehatan Di Posyandu lansia, juga sering dilakukan kegiatan non kesehatan untuk meningkatkan interaksi sosial dan menjadikan Posyandu sebagai wadah lansia untuk berkegiatan. Jenis kegiatan yang sering dilakukan di antaranya: Rekreasi Kegiatan kerohanian Arisan Kegiatan ekonomi produktif seperti berjualan Berkebun Forum diskusi Penyaluran dan pengembangan hobi Kegiatan yang bersifat produktif seperti peningkatan pendapatan atau ekonomi bagi lansia. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat (Depkes RI, 2003). Kegiatan Kesehatan Posyandu lansia dengan SISTEM 5 MEJA Meja Kegiatan I PENDAFTARAN II PENIMBANGAN & PENCATATAN BB, PENGUKURAN & PENCATATAN TB SERTA PERHITUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) III PENGISIAN KMS LANSIA IV PEMERIKSAAN & PENGOBATAN SEDERHANA (TD, GULA DARAH, Hb, DAN PEMBERIAN VITAMIN) V PENYULUHAN & MELAKUKAN KEGIATAN SOSIAL (PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN) *Sebelum kegiatan posyandu lansia dimulai, dapat dilakukan senam dan penyuluhan kelompok Sesudah kegiatan posyandu dilakukan pemberian makanan tambahan, pengembangan hobi SETTING POSYANDU LANSIA Meja 1 Meja 2 Meja 3 Meja 4 Meja 5 Ket : : lansia & kelg KMS LANSIA KMS (Kartu Menuju Sehat) Tata Cara pengisian KMS : 1. KMS berlaku 2 th, diisi o/ petugas kesh 2. Pada kunjungan pertama, diperiksa semua jenis tes yg tertera. Sedangkan pd kunjungan ulang cukup diperiksa sekali sebulan, kecuali u/ tes laboratorium dperiksa per 3 bulan (Hb, Urine, Protein) Bagaimana cara pengisian ? Kegiatan sehari hari : TD = ditulis sistole/ diastole A = Ketergantungan Dengan obat : B = ada gangguan (kadang kadang T = apabila diobati/ therapi perlu bantuan untuk melakukan R = dirujuk kegiatan sehari hari) - = tidak ada tindakan C = Mandiri Hb = ditulis ADL: makan, kontinensia (BAB/BAK), K = kurang dari normal berpakaian, pergi ke toilet, berpindah N = normal dan mandi Reduksi Urine =ditulis P = bila gula darah positif Emosional N = bila gula darah negatif A = ada masalah emosional Protein urine B = tidak ada masalah emosional P = bila protein positif N = bila protein negatif Status IMT = ditulis STRATA POSYANDU LANSIA POSYANDU PRATAMA 1 Kegiatan belum menetap POSYANDU MADYA Kegiatan lebih teratur (3– 4 2 (1–2 kali setahun) kali setahun) Kegiatan belum rutin Jml kader 5 org Kader terbatas POSYANDU MANDIRI POSYANDU PURNAMA Kegiatan sudah teratur/mantap (setiap bulan) Kegiatan sudah teratur (paling sedikit 8 Cakupan program/ kegiatannya baik kali setahun) Jml kader >5 org Cakupan program/ kegiatannya baik Mpy program tambahan & Memiliki dana Jml kader 5 org sehat jaminan pemeliharaan kesehatan 3 Mpy program tambahan masyarakat yg mantap 4 Partisipasi Aktif Lansia di Posyandu Hadir Rutin Berpartisipasi dalam Aktivitas Hadiri setiap pertemuan Posyandu Ikut serta dalam kegiatan senam, Lansia untuk mendapatkan manfaat penyuluhan, dan pemeriksaan layanan kesehatan yang disediakan. kesehatan yang diadakan di Posyandu. Berkomunikasi dengan Kader Membangun Hubungan Berikan informasi kesehatan dan Membangun hubungan positif dengan keluhan yang dialami kepada kader sesama lansia dan kader di Posyandu. Posyandu. preencoded.png UNGGUL, MANDIRI, BERBUDAYA Tantangan dan Solusi dalam Penyelenggaraan Posyandu Lansia Tantangan Solusi Kurangnya Kader Merekrut kader baru dari masyarakat dan memberikan pelatihan. Keterbatasan Akses Memfasilitasi transportasi untuk lansia yang kesulitan mencapai lokasi Posyandu. Kurangnya Dana Mencari dukungan pendanaan dari pemerintah, swasta, dan donatur. preencoded.png UNGGUL, MANDIRI, BERBUDAYA Dukungan Pemerintah dan Masyarakat untuk Posyandu Lansia Alokasi Anggaran Pemerintah mengalokasikan dana untuk mendukung kegiatan dan operasional Posyandu Lansia. Peningkatan Fasilitas Pemerintah menyediakan fasilitas kesehatan yang memadai di Posyandu Lansia. Sosialisasi dan Promosi Pemerintah melakukan sosialisasi dan promosi tentang Posyandu Lansia kepada masyarakat. Kolaborasi Pemerintah bekerja sama dengan organisasi masyarakat dan swasta untuk meningkatkan layanan Posyandu. preencoded.png UNGGUL, MANDIRI, BERBUDAYA Masa Depan Posyandu Lansia di Indonesia 1 Peningkatan Akses Meningkatkan jangkauan Posyandu Lansia ke seluruh wilayah, terutama daerah terpencil. 2 Pengembangan Layanan Memperluas layanan Posyandu Lansia, seperti terapi fisik, konseling, dan kegiatan sosial. 3 Teknologi Digital Menerapkan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas layanan Posyandu. 4 Kolaborasi Meningkatkan kolaborasi antar stakeholder untuk membangun sistem Posyandu Lansia yang berkelanjutan. preencoded.png UNGGUL, MANDIRI, BERBUDAYA ICOPE & SKILAS Screening cepat kesehatan Lansia PUTU AYU SANI UTAMI KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA Pengantar ICOPE Integrated care for older people (ICOPE) adalah sebuah panduan berupa sistem atau metode untuk melakukan asesmen terhadap kesehatan pasien lansia secara komprehensif yang dikembangkan oleh WHO. Pendekatan berbasis bukti dari WHO untuk mendukung penuaan sehat. ICOPE menekankan intervensi dini pada kondisi kesehatan yang dapat menurunkan kapasitas fisik dan mental orang tua, seperti keterbatasan mobilitas, malnutrisi, gangguan penglihatan, dan gangguan pendengaran Pengantar SKILAS SKILAS atau Skrining Lansia Sederhana digunakan untuk mengetahui secara dini terhadap sindrom geriatri atau gangguan kesehatan pada lansia dikembangkan oleh KEMENKES diadaptasi dari ICOPE. Instrumen SKILAS ini bertujuan untuk mengetahui secara dini risiko penurunan enam kapasitas intrinsic meliputi risiko penurunan kapasitas kognitif, keterbatasan mobilisasi fisik, malnutrisi, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, dan gejala depresi. Alur pemeriksaan kesehatan lansia sederhana ini tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07./MENKES/2015/2023 Tentang Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer. Berdasarkan KMK tersebut, apabila terdapat minimal 1 penurunan kapasitas intrinsik maka lansia tersebut perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan primer, khususnya Puskesmas. Pemeriksaan ini sangat mudah diaplikasikan oleh keluarga pengasuh lansia. Melalui pemeriksaan ini, keluarga dapat lebih teliti dalam memperhatikan perkembangan kesehatan lansia. 1.Pemeriksaan penurunan kognitif Dalam tahap ini, lansia akan diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui kapasitas fungsi kognitifnya. Lansia akan diminta untuk mengingat tiga kata benda dan orientasi waktu (tanggal dan lokasi saat ini). 2.Pemeriksaan terkait keterbatasan mobilitas Lansia akan diminta untuk duduk dan berdiri, tanpa menggunakan bantuan tangan, pada kursi yang telah disiapkan. Diharapkan, lansia dapat duduk dan berdiri sebanyak 5 kali dalam 14 detik. 3.Pemeriksaan risiko malnutrisi Lansia akan memperoleh pemeriksaan terkait risiko malnutrisi. Ini dilakukan dengan beberapa pertanyaan, diantaranya yang berhubungan dengan penurunan berat badan, kehilangan nafsu makan, dan pengukuran lingkar lengan. 4.Pemeriksaan gangguan penglihatan Pemriksa dapat melakukan pemeriksaan sederhana untuk mengetahui fungsi indra penglihatan lansia. Pemeriksa akan berjalan 20 langkah (6 meter) menjauhi lansia. Kemudian pemeriksa akan menunjukkan 3 angka dengan menggunakan jarinya. Pemeriksaan ini dinyatakan normal atau tidak ada gangguan jika lansia dapat 3 kali menjawab dengan benar. 5.Pemeriksaan gangguan pendengaran Metode ini dapat dilakukan dengan cara pemeriksa berbisik di telinga kiri dan kanan lansia. 6.Pemeriksaan gejala depresi Pada tahap ini pemeriksa akan bertanya tentang pengalaman sedih dan terkait kehilangan pada lansia dalam 14 hari terakhir. DILAKSANAKAN TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS mengalami tuli konduktif ASKEP GERONTIK Putu Ayu Sani Utami FK- Universitas Udayana FK- Universitas Udayana TUJUAN ASKEP LANSIA (Lueckenotte,2001) Agar lansia dpt Membantu Mempertahan mempertahan melakukan kan kesh serta kegiatan kan serta sehari-hari scr kemampuan membesarkan mandiri lansia semangat hidup lansia Menolong dan Merangsang Mencari upaya merawat klien petugas kesh semaksimal usia lanjut yg untuk dpt mungkin agar mengenal dan lansia yg menderita menegakkan penyakit/ganggu menderita diagnosa yg tepat an tertentu penyakit masih dan dini bisa hidup mandiri FOKUS ASKEP LANSIA Meningkatkan Pencegahan kesehatan penyakit (health (preventif) promotion) Mengoptimalkan Mengatasi fungsi mental gangguan kesehatan yg umum PENDEKATAN PERAWATAN LANJUT USIA 01 Pendekatan Fisik Memperhatikan kesehatan objektif, kebutuhan, perubahan fisik pd organ tubuh, tingkat kesh yg masih bisa dicapai & dikembangkan, dan penyk yg dpt dicegah atau ditekan progresivitasnya Perawatan fisik scr umum dpt dibagi 2 1) Klien usila yg msh aktif 2) Klien usila yg pasif/mengalami keterbatasan fisik PENDEKATAN PERAWATAN LANJUT USIA.. Kemunduran fisik akibat proses penuaan, dapat mempengaruhi ketahanan tubuh thd gangguan/infeksi dari luar Tindakan tdk selalu menunggu keluhan dari klien krn tdk jarang klien menghindari kontak yg terlalu sering dgn tenaga kesh Dpt diantisipasi dgn pengamatan yg cermat thd kondisi klien Pendekatan fisik lebih difokuskan pada pemenuhan kebutuhan dasar klien PENDEKATAN PERAWATAN LANJUT USIA 02 Pendekatan Psikis Disini perawat memiliki peran penting untuk mengadakan pendekatan edukatif Perawat dpt juga berperan sebagai supporter, interpreter thd sesuatu yg asing Dpt juga sbg penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat yg akrab Klien Usila biasanya sangat membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari lingkungan PENDEKATAN PERAWATAN LANJUT USIA 03 Pendekatan Sosial Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita mrpk salah satu upaya melakukan pendekatan sosial Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama sesama klien berarti menciptakan sosialisasi mereka. Usila juga harus diberi kesempatan mengadakan komunikasi dan sosialisasi dgn dunia luar, spt mendengar berita dan rekreasi PENDEKATAN PERAWATAN LANJUT USIA 04 Pendekatan Spiritual Memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam berhubungan dgn Tuhan Setiap klien akan menunjukkan reaksi yg berbeda-beda dlm menghadapi peristiwa tsb PROSES KEPERAWATAN 1. Pengkajian 4. Implementasi a. Pengkajian : px Fisik Realisasi pelaksanaan rencana tindakan b. Pengkajian riwayat kesehatan kep c. Wawancara klien, keluarga dan orang terdekat. d. Identifikasi data objektif dan data subjektif. 5. Evaluasi Membandingkan respon klien dengan tujuan 2. Penyusunan Diagnosa Kep. Melibatkan klien dalam evaluasi Menyusun perubahan rencana sesuai a. Analisa data kebutuhan b. Identifikasi masalah Kep. Melanjutkan tahapan proskep secara c. FoRmulasikan Dx Kep. berkesinambungan. 3. Perencanaan a. Menyusun rencana tindakan kep. Berdasarkan dx. Kep. b. Identifikasi intervensi kep. c. Dokumentasi rencana tindakan kep. Proses Manajemen Kasus 6 Perekaman & manajemen beban kerja Penemuan Tindak lanjut & kasus & Penentuan pelaksanaan/ Pengkajian Perencanaan monitoring/ penerimaan Diagnosis koordinasi ulasan pasien 1 4 5 3 Stratifikasi Rujukan/ 2 resiko & pemulangan penentuan prioritas Strategi Manajemen Kasus (WHO) Integrated Care for Older People, 2017 https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/326295/W HO-HIS-SDS-2018.44-eng.pdf a) Lakukan pengkajian yang komprehensif. b) Tentukan tujuan yang ingin dicapai pada lansia c) Buat dan gunakan rencana yang terintegrasi d) Siapkan dukungan swakelola yang sistematis. e) Siapkan tindak lanjut yang reguler dan berkelanjutan. Untuk setiap masalah, biasanya ada solusi yang mudah, namun umumnya tidak berhasil 1. PENGKAJIAN Tujuan : 1. Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri 2. Melengkapi dasar-dasar rencana perawatan individu 1. Fisik Wawancara Pandangan klien ttg kesehatannya Kegiatan yg mampu dilakukannya Kebiasaan merawat diri Kebiasaan personal higiene Perubahan fungsi tubuh yg dirasakan Masalah-masalah sexual yg dirasakannya Pemeriksaan Fisik Px semua sistem tubuh, head to toe Pengkajian Dasar 1. Temperatur 2. Pulse 3. Respirasi 4. Blood pressure 5. Perubahan berat badan 6. Tingkat orientasi 7. Memory 8. Pola tidur 9. Penyesuaian psikososial 2. Psikologis Apakah mengenal masalah utamanya Bagaimana sikap menghadapi proses penuaan Apakah dirinya merasa dibutuhkan oleh orang lain Bagaimana mengatasi stress yg dihadapi Apakah mudah dlm menyesuaikan diri Harapan saat ini dan masa datang Perlu dikaji juga fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam perasaan, orientasi dan kemampuan dlm menyelesaikan masalah. 3. Sosial Ekonomi Dari mana sumber keuangan lansia Apa saja kesibukan dalm mengisi waktu luang Dgn siapa tinggal Kegiatan/organisasi apa yg diikuti lansia Bagaimana pandangan lansia thd lingkungannya Berapa sering berhubungan dgn orang lain di luar rumah Siapa saja yg mengunjunginya Apakah dpt menyalurkan hobi/keinginan dgn fasilitas yg ada 4. Spiritual Apakah scr teratur melakukan ibadah Apakah terlibat dlm kegiatan keagamaan & berapa sering Bagaimana lansia menyelesaikan masalah Apakah lansia terlihat sabar & tawakal Genogram Sebuah diagram yang menggambarkan hubungan keluarga, pengaturan rumah dan keterikatan emosional Ecomap Dukungan perawatan informal dan formal lainnya, khususnya terkait kesehatan dan dukungan sosial lain yang diperoleh lansia Posyandu Jaminan Keluarga RS lansia kesehatan Teman Puskesmas Paguyuban Fisioterapis Dinas sosial Home Care Catering LLT Psikolog service Contoh PENGKAJIAN FISIK KLIEN GERONTIK 1. Identitas klien 2. Status kesehatan saat ini 3. Riwayat kesehatan dahulu 4. Riwayat kesehatan keluarga 5. Tinjauan sistem ❑ Keadaan umum ❑ Integumen ❑ TTV ❑ Kepala ❑ Telinga ❑ Mulut dan tenggorokan ❑ Leher ❑ Payudara ❑ Sistem pernapasa ❑ Sistem kardiovaskular ❑ Sistem gastrointestinal ❑ Sistem perkemihan ❑ Sisitem reproduksi ❑ Sistem muskuloskelektal ❑ Sistem saraf pusat ❑ Sistem endkorin. 6. Pengkajian psikososial dan spiritual 6.1. Psikososial 6.2. Identifikasi masalah emosional 6.3. Spiritual 7. Pengkajian Fungsional Klien Katz Indeks ❖ Mandiri → makan, kontinensial (BAK / BAB menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah, mandi. ❖ A–G 8. Pengkajian status mental gerontik 8.2. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE : (Mini Mental Status Wxom) ❖ Orientasi ❖ Registrasi ❖ Perhatian ❖ Kalkulasi ❖ Mengingat kembali ❖ Bahasa → Aspek kognitif dari fungsi mental baik kerusakan aspek fungsi mental ringan, kerusakan aspek fungsi mental berat. 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN Data tentang status fisiologis, kognitif dan prilaku psikososial lansia membawa pada masalah aktual dan resiko Analisis data memerlukan perkembangan terhadap kekuatan dan keterbatasan individu juga persepsi lansia tentang status kesehatannya. Validasi data dari keluarga, kolega, perawat, profesi kesehatan lain dan rekam medis mungkin diperlukan. Gunakan SDKI 14 i, masalah pada lansia Kane dan Ouslander 1) immobility (kurang bergerak) 2) instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh) 3) incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar) 4) intellectual impairment (gangguan intelektual/dementia) 5) infection (infeksi) 6) impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin integrity (gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit) 7) impaction (sulit buang air besar) 8) isolation (depresi) 9) inanition (kurang gizi) 10)impecunity (tidak punya uang) 11)iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan) 12)insomnia (gangguan tidur) 13)immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun) 14)impotence (impotensi). Contoh Diagnosa Keperawatan con’t... Fisik/Biologis Activity intolerance r/t generalize weakness, imbalance between oxcigen suplay/demand Impaired environmental interpretation syndroma r/t dimentia Disturbed sleep pattern r/t depression, loneliness Dressing/grooming self care deficit r/t weakness & tiredness Impaired physical mobility r/t decreased muscle strength, discomfort sexual dysfunction r/t insufficient knowledge about sexual function, alteration in body function Psikososial Isolasi sosial b/d perasaan curiga Death anxiety r/t negative death images, fear of developing a terminal illness Chronic low self esteem Chronic sorrow r/t death of loved one Ineffective coping r/t in adequate sosial support, situation/maturational crisis Anxiety r/t economic status 3. RENCANA KEPERAWATAN Hal yg harus diperhatikan Melibatkan klien dan keluarga dlm perencanaan Bekerjasama dengan profesi kesehatan yg lain Tentukan prioritas: Klien mungkin puas dgn situasi demikian Bangkitkan perubahan tapi jgn memaksa Keamanan & rasa aman adalah utama Cegah timbulnya masalah Sediakan cukup waktu agar klien mendapatkan input Gunakan SLKI dan SIKI Perencanaan tindakan keperawatan diarahkan pd pemenuhan kebutuhan dasar Pemenuhan kebutuhan nutrisi Peningkatan keamanan & keselamatan Memelihara kebersihan diri Memelihara keseimbangan istirahat/tidur Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif 4. Implementasi ❖ Melaksanakan tindakan sesuai dengan etika keperawatan. Tindakan Perawatan 1. Tumbuhkan & bina rasa saling percaya ❖ Melibatkan sasaran 2. Sediakan cukup penerangan ❖ Menetapkan batas 3. Tingkatkan rangsangan panca indra waktu. 4. Pertahankan dan latih daya orientasi nyata 5. Berikan perawatan sirkulasi 6. Berikan perawatan pada alat pernafasan, pencernaan, kulit, dan sistem tubuh yg lain 7. Berikan perawatan psikososial 8. Pelihara keselamatan 5. Evaluasi Membandingkan hasil pelaksanaan. Kep. Dengan tujuan. Melibatkan secara aktif sasaran dan tenaga pelaksanaan. Menentukan faktor penghambat. Hasil penilaian → u/ perbaikan perencanaan. DISCHARGE PLANNING (pulang/pindah ruangan) Dibuat dalam bentuk SOAPIE untuk pasien pulang atau pindah ruangan. S dan O dibuat dari hasil pengkajiaan keadaan klien diakhir perawatan, A sebagai diagnosis yang ditemukan, P sebagai perancanaan yang akan dilakukan, I sebagai tindakan keperawatan yang telah dilakukan, dan E sebagai evaluasi keadaan terakhir klien. We just want To say THANKS To those Who are caring For our seniors CAREGIVER DAN DUKUNGAN PENGASUHAN PADA LANSIA NI LUH PUTU EVA YANTI Pendahuluan Usia Harapan Hidup >> sehingga jumlah lansia meningkat Masalah kesehatan lansia spt PTM dan PM ↗ ↗ Kebutuhan perawatan jangka panjang lansia ↗ ↗ Perlu adanya caregiver/ pengasuh/ pendamping lansia dalam proses ADL Caregiver perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan perawatan kesehatan lansia Caregiver Lansia Caregiver: pengasuh Caregiver: seorang yang membantu individu yang lain yang memiliki keterbatasan dalam kehidupannya secara umum. Caregiver: penyedia asuhan kesehatan untuk anak, dewasa, dan lansia yang mengalami ketidakmampuan fisik atau psikis kronis (Stanley, M & Patricia, GB, 2006) Kesimpulan → caregiver adalah individu yg memberikan sebuah perawatan kpd orang lain yg sakit ataupun orang yg tidak mampu. Pengertian Caregiver Seseorang yang memberikan ketersediaan untuk membantu melakukan kebutuhan dasar / kebutuhan sehari - hari, memberikan kenyamanan, perlindungan, bantuan, perhatian, serta pengawasan terhadap orang lain yang membutuhkan bantuan karena ketidakmampuan untuk melakukan segalanya sendiri akibat dalam kondisi sakit maupun tidak mampu merawat dirinya sendiri Seseorang yang memiliki hubungan pribadi seperti keluarga, teman, atau kerabat dekat lainnya yang bersedia untuk membantu penderita penyakit kronis atau disabilitas. Dukungan caregiver dapat berupa bantuan medis, sosial, ekonomi, atau sumber daya lingkungan kepada seseorang individu yang mengalami ketergantungan baik sebagian atau sepenuhnya karena kondisi sakit Jenis Caregiver Caregiver formal: individu yg menerima bayaran utk memberikan perhatian, perawatan, dan perlindungan kdp individu yg mengalami sakit. Caregiver formal biasanya telah mendapatkan pelatihan dalam melakukan perawatan, seperti tenaga profesional yang disediakan rumah sakit, psikiater, hingga perawat. Caregiver informal: individu yg menyediakan bantuan utk individu lain dan masih memiliki hubungan keluarga maupun dekat dengannya antara lain keluarga, teman, atau tetangga dan biasanya tidak menerima bayaran. Caregiver informal merupakan seseorang yang memberikan bantuan sehari-hari serta membantu dalam pemberian obat-obatan dan tidak menerima imbalan atas jasanya tersebut, imbalan disini dapat diartikan sebagai bayaran berupa uang. Caregiver informal dapat dijumpai dalam peran keluarga, individu ini biasanya tidak mendapat bayaran seperti anggota keluarga, rekan, orang terdekat atau tetangga Caregiver Formal Jepang disebut Kaigo-shi Bukan perawat, tetapi individu yg mendapatkan pelatihan perawatan pada lansia → mendapatkan sertifikat Indonesia → SMK atau sekolah Nurse Aid D1 yang bertugas membantu perawat dalam melakukan ADL pasien Atau bisa juga perawat yang telah memiliki STR → memberikan bantuan perawatan pada lansia Kriteria Caregiver Formal Perawatan yang disediakan oleh rumah sakit, psikiater, pusat perawatan ataupun tenaga professional lainnya, menguasai substansi yang diajarkan, telah mengikuti pelatihan kediklatan seperti: Tenaga Pelatih Program Kesehatan (TPPK)/ Training of Trainer (TOT) Pendampingan Lanjut Usia Bagi caregiver di Lingkungan Kerjanya/ Widyaiswara Dasar memahami kurikulum pelatihan pendampingan lanjut usia bagi Caregiver di lingkungan kerja. Untuk menjalankan fungsinya caregiver memiliki kompetensi yang harus dikuasai yaitu mampu menjelaskan proses penuaan dan penyakit pada lansia, melakukan Activity Daily Living (ADL), melakukan Instrumental Activity Daily Living (IADL), melakukan pendampingan dalam PJP sesuai dengan kondisi lansia, melakukan penanganan kegawatdaruratan pada lansia, melakukan komunikasi efektif sesuai dengan kondisi lansia, melakukan kerjasama tim, memberikan gizi pada lansia sesuai dengan kondisi lansia, melakukan pendampingan kegiatan (fisik, emosional, mental, spiritual, intelektual dan sosial pada lansia), melakukan pendampingan paliatif pada akhir kehidupan lansia, dan melakukan edukasi penggunaan alat bantu pada lansia Caregiver Informal Tugas caregiver: membantu lansia dengan kondisi ketergantungan, mengurangi keluhan lansia akibat penyakit, mencegah komplikasi dan kecelakaan, dan mempertahankan/ meningkatkan kualitas hidup yg optimal dan bermartabat hingga akhir hayat. Bila ada kesulitan lebih baik konsultasi dengan tenaga kesehatan Perlu dipertimbangkan menggunakan layanan asuhan siang/ daycare atau dititipkan kpd keluarga agar beban pendampingan tidak terlalu berat, sehingga caregiver dpt beristirahat Caregiver juga hrs menjaga kesehatan diri sendiri (fisik dan mental) krn asuhan lansia PJP dan memerlukan ketahan fisik, ketelitian , dan kesabaran Caregiver Informal Hal-hal yg hrs diperhatikan caregiver: 1. Selalu menjaga kesehatan diri sendiri 2. Luangkan waktu untuk “me-time” 3. Konsumsi makanan sehat 4. Caregiver dr anggota keluarga, sebaiknya libatkan juga anggota keluarga lain dalam proses pemberian perawatan 5. Perlu adanya peralihan tugas sementara kdp anggota keluarga lain/ teman/ tetangga – agar caregiver dpt istirahat 6. Ikut kelas caregiver support group 7. Caregiver perlu mengembangkan diri, meningkatkan kesejahteraan, dan mendapatkan perlindungan sosial Tugas caregiver kepada lansia menurut (Milligan, 2004; Vernanda, 2022) a. Physical Care (perawatan Fisik), antara lain: mengganti pakaian, memberi makan, memotong kuku, membersihkan kamar, dan lainnya. b. Social Care (perawatan sosial), antara lain: menjadi sumber informasi di luar perawatan di rumah, mengunjungi tempat hiburan, dan dukungan sosial. c. Emotional Care (perawatan emosional), antara lain: menunjukkan rasa cinta dan kasih, kepedulian kepada pasien yang bisa ditunjukkan melalui tugas-tugas lain yang dikerjakan. d. Quality Care (perawatan untuk menjamin kualitas), antara lain: memantau tingkat perawatan, standar pengobatan, dan indikasi kesehatan, serta ikut serta dalam masalah yang timbul Prinsip Etika Perawatan pada Lansia Empati Tidak merugikan Menghargai keput

Use Quizgecko on...
Browser
Browser