Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal (PDF)
Document Details
Uploaded by DashingFrancium
Universitas Mataram
2021
dr. dr. Herpan Syafii Harahap, M. Biomed, Sp. S dr. Isna Kusuma Nintyastuti, Sp.M, M.Sc dr. Ilsa Hunaifi, Sp. S
Tags
Summary
Ini adalah panduan belajar untuk mahasiswa kedokteran tentang pemeriksaan refleks fisiologis dan patologis, koordinasi, dan iritasi meningeal. Panduan ini mencakup langkah-langkah pelaksanaan yang sistematis, ilustrasi, dan foto, serta saran bacaan tambahan.
Full Transcript
Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal i Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal ii Panduan Bela...
Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal i Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal ii Panduan Belajar Keterampilan Medik PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS DAN PATOLOGIS, KOORDINASI, DAN IRITASI MENINGEAL Untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 1 Laboratorium Keterampilan Medik Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 2021 Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal iii Hak Cipta © 2021 dilindungi oleh Undang – Undang All right reserved Laboratorium Keterampilan Medik Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Jalan Pendidikan 37 Mataram Telp. (0370) 640874 Desain dan Layout oleh: dr. Angga A. Putra Kt., dr. Adrian Adinugraha I.B.N., dr. Dwi Semadi I Kd., dan dr. Mas Teddy Sabdha B. Kd. “Buku ini di setting dengan bentuk huruf Adobe Gurmukhi” Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal iv EDITOR Dr. dr. Herpan Syafii Harahap, M. Biomed, Sp. S Bagian Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat dr. Isna Kusuma Nintyastuti, Sp.M, M.Sc Bagian Keterampilan Medik Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Nusa Tenggara Barat KONTRIBUTOR dr. Ilsa Hunaifi, Sp. S Bagian Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Nusa Tenggara Barat Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal v DAFTAR ISI Pemeriksaan Koordinasi 28 Halaman Judul i Halaman Hak Cipta iii Langkah Prosedur Pemeriksaan 30 Halaman Kontributor iv Koordinasi Daftar Isi v Pemeriksaan Iritasi Meningeal 35 Daftar Istilah dan Singkatan vi Langkah Prosedur Pemeriksaan 35 Kata Pengantar vii Iritasi Meningeal Tata Tertib viii Pendahuluan 1 Tujuan Pembelajaran 1 Latihan 39 Piramida Pembelajaran 3 Skenario 39 Alokasi Waktu 4 Contoh Kasus 39 Skenario 5 Checklist 40 Materi 7 Refleks Fisiologis 7 Umpan Balik 63 Langkah Prosedur Pemeriksaan 9 Refleks Fisiologis Refleks Patologis 15 Index 67 Langkah Prosedur Pemeriksaan 19 Refleks Fisiologis Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal vi DAFTAR ISTILAH & SINGKATAN Fasikulasi Gerakan halus, cepat dan berkedut dari satu berkas (fasikulus) serabut otot atau satu unit motorik. Khorea Gerakan involunter yang berlangsung cepat, sekonyong- konyong, aritmik dan kasar yang dapat melibatkan satu ekstremitas, separuh badan atau seluruh badan. Miokloni Gerakan yang timbul karena kontraksi otot secara cepat, sekonyong-konyong, sebentar, aritmik, asinergik, dan tidak terkendali. Tik (tic) Gerakan yang terkoordinir, berulang, dan melibatkan sekelompok oto dalam hubungan yang sinergistik. Tremor Serentakan gerakan involunter, agak ritmis, merupakan getaran, yang timbul karena berkontraksinya otot-otot yang berlawanan secara bergantian. Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal vii KATA PENGANTAR Alhamdulillah, kita bersukur atas segala nikmat dan kemudahan yang telah dianugerahkan kepada kita sekalian sehingga semua cita-cita baik dan kerja keras sebagai pendidik dan pembelajar menjadi kenyataan. Beranjak dari kebutuhan dan kesadaran diperlukannya buku panduan keterampilan medik yang sederhana, informatif, praktis, updated dan handy, kami mengadakan revisi mayor untuk seluruh buku panduan keterampilan medik Fakultas Kedokteran Universitas Mataram. Buku ini tampil dengan wajah baru, less text dan lebih padat berisikan detil langkah-langkah pelaksanaan yang lebih sistematik disertai dengan ilustrasi dan foto terbaru yang dibuat sendiri oleh tim laboratorium keterampilan medik Fakultas Kedokteran Universitas Mataram. Kemajuan ilmu pengetahuan yang dinamis kami akomodir dengan memberikan saran bacaan yang relevan sehingga mahasiswa mengetahui variasi teknik pemeriksaan yang mungkin dipakai di senter pendidikan lain. Kami menyadari bahwa keterampilan medis merupakan core competency yang harus dimiliki oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mataram sehingga diharapkan buku panduan keterampilan medik ini dapat digunakan dari level akademik sampai tahap profesi sebagai pendamping text book yang sudah ada. Kami berterima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang terlibat. Kepada para kontributor yang telah turut bekerja keras menyumbangkan keahlian dan pemikirannya dalam penyusunan buku ini. Kepada tim editor atas kreativitas dan ketekunannya dan kepada tim laboratorium tramed Fakultas Kedokteran Universitas Mataram atas kerjasama dan kekompakannya. Semoga buku ini bermanfaat Mataram, Desember 2021 Wakil Dekan I Fakultas Kedokteran Universitas Mataram dr. Arfi Syamsun, Sp.KF, M.Si.Med Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal viii TATA TERTIB 1. Dosen parkir kendaraan di halaman depan, mahasiswa parkir di halaman belakang (untuk motor). 2. Dosen dan Mahasiswa masuk melalui lobby 3. Sebelum masuk Gedung FK, harus: a. mencuci tangan b. melakukan pengecekan suhu tubuh yang dibantu oleh satpam c. menggunakan masker dan atau face shield 4. Masuk ke ruang praktikum sesuai jadwal yang telah ditentukan 5. Peserta wajib hadir tepat waktu dalam setiap kegiatan keterampilan medik bila terlambat ≥ 15 menit peserta dilarang masuk. 6. Peserta harus berpakaian rapi dan sopan, dilarang memakai jeans, kaos oblong, rok mini, legging/celana ketat. 7. Peserta wajib memakai jas laboratorium dan tanda pengenal sewaktu mengikuti kegiatan keterampilan medik. 8. Mencuci tangan dengan handsanitizer yang telah disiapkan di pintu tiap ruangan sebelum dan setelah praktikum. 9. Mahasiswa mendesinfeksi manekin, alat dan bahan praktikum menggunakan alkohol 96% yang telah disiapkan sebelum dan setelah praktikum. 10. Peserta dilarang coret-coret di manekin, tembok, dan meja. 11. Jumlah mahasiswa dan instruktur di masing-masing ruangan sebanyak 6 – 8 orang 12. Mahasiswa tidak diperkenankan berkumpul di lorong – lorong atau di ruangan yang bukan ruangannya sesuai jadwal 13. Peserta dilarang membuat gaduh sewaktu kegiatan keterampilan medik berlangsung. 14. Peserta dilarang makan dan minum dalam kegiatan keterampilan medik. 15. Manfaatkan waktu praktikum dengan sebaik-baiknya. 16. Selalu menerapkan protokol kesehatan selama praktikum berlangsung 17. Mohon waktu datang dan pulang sesuai ketentuan. 18. Mencuci tangan setelah praktikum 19. Peserta wajib merapikan kembali alat-alat dan bahan-bahan yang telah digunakan. 20. Apabila peserta meminjam alat diharapkan dilakukan pengecekan terlebih dahulu dan alat kembali dalam keadaan seperti semula. Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal ix 21. Apabila terdapat kerusakan dalam pemakaian alat dan bahan, peserta wajib menggantinya. 22. Mahasiswa dilarang menyebarluaskan buku dan ceklist tramed di luar institusi FK Unram tanpa sepengetahuan lab. Tramed. 23. Apabila berhalangan hadir segera menghubungi pengelola tramed untuk menyelesaikan administrasi. 24. Syarat mengikuti ujian tertulis dan evaluasi praktek keterampilan medik: a. Absensi kehadiran minimal 80%, dibuktikan dengan lembar kehadiran mahasiswa. Lembar kehadiran mahasiswa harus ditandatangani oleh dosen/instruktur yang bersangkutan. b. Tidak ada tanggungan peminjaman alat. c. Tidak terdapat pelanggaran tata tertib keterampilan medik. d. Dinyatakan layak untuk mengikuti ujian/evaluasi oleh koordinator keterampilan medik. 25. Bila terdapat hal-hal yang tidak tercantum dalam tata tertib ini akan diatur kemudian. 26. Bila peserta melanggar tata tertib ini akan dikenai sanksi. Mataram, Desember 2021 Ketua Lab Keterampilan Medik dr. Isna Kusuma Nintyatuti, Sp.M Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 1 PENDAHULUAN TUJUAN PEMBELAJARAN ▪ TARGET KOMPETENSI Mahasiwa mampu melakukan pemeriksaan refleks fisiologis dan patologis, pemeriksaan rangsangan meningeal, dan pemeriksaan keseimbangan. ▪ KATEGORI KOMPETENSI Kompetensi pemeriksaan refleks fisiologis dan patologis, pemeriksaan rangsangan meningeal, dan pemeriksaan keseimbangan: 4A Kategori keterampilan klinis dokter berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia tahun 2012 adalah : Tingkat kompetensi 4 (Does) : Mampu melakukan secara mandiri 4A. Keterampilan yang dicapai pada saat lulus dokter 4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internship dan/ atau Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB) Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 2 Tabel 1.1. Tabel Matriks Tingkat Keterampilan Klinis, Metode Pembelajaran dan Metode Penilaian untuk setiap tingkat kemampuan1 KRITERIA Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat 4 Mampu melakukan secara Tingkat mandiri Keterampilan Mampu melakukan di bawah Klinis supervisi Memahami clinical reasoning dan problem solving Mengetahui teori keterampilan Melakukan pada pasien Metode Mampu melakukan di bawah Pembelajaran suspervisi Memahami clinical reasoning dan problem solving Mengetahui teori keterampilan Penyelesaian Objective Workbased kasus secara Structured Asessment seperti Metode Ujian Tulis tertulis dan / Clinical mini – CEX , Penilaian atau lisan Examination portofolio, (oral test) ( OSCE) logbook, dsb Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 3 PIRAMIDA PEMBELAJARAN Kuliah Membaca Mendengar dan Melihat Demontrasi Diskusi Kelompok Mengajar orang lain – Aplikasi langsung Latihan Mandiri Gambar 2.1. Learning Pyramid 2 ! INGAT ! ▪ Sesering mungkin latihan mandiri hingga dapat menguasai keterampilan dengan kompetensi tingkat 3 dan 4 Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 4 ALOKASI WAKTU Tabel 2.1. Tabel Rencana Alokasi Waktu No. Isi Yang Ket. Terlibat 1. Pertemuan ke-0 → Demo pakar Seluruh - Menit 0-20 : penyampaian materi persiapan dosen keterampilan medik 2 x 50 instruktur - Menit 21-60 : demo keterampilan medik menit dan - Menit 61-100 : diskusi mahasiswa 2. Pertemuan I → Demo instruktur - Menit 0-30 : dosen instruktur melakukan penyamaan persepsi di ruang tramed Dosen - Menit 31-40 : pelaksanaan pre-test instruktur 3 x 50 - Menit 41-100 : pelaksanaan demo instruktur dan menit (durasi tergantung banyaknya materi) mahasiswa - Menit 101-150 : latihan terstruktur 3. Pertemuan II dan III → Latihan terstruktur I dan II Mahasiswa - Mahasiswa melakukan role play dan setelahnya didampingi 3 x 50 wajib diberikan umpan balik oleh dosen dosen menit instruktur instruktur Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 5 4. Pertemuan IV → Latihan mandiri - Menit 0-50: mahasiswa melakukan sendiri Dosen - Menit 51-90: feedback review oleh dosen instruktur 3 x 50 instruktur dan menit - Menit 91-100 : pelaksanaan post-test mahasiswa SKENARIO Anda adalah dokter UGD di sebuah Rumah Sakit. Datanglah seorang laki-laki usia 60 tahun diantar oleh keluarganya ke UGD Rumah Sakit tersebut pada dini hari. Anda yang sedang bertugas segera menghampiri pasien yang sedang dibaringkan di atas tempat tidur. Anda memberi salam, memperkenalkan diri dan menanyakan keluhan pasien kepada keluarga tersebut. Keluarga mengatakan bahwa setengah badan kiri pasien mendadak melemah saat bangun tidur sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit. Keluhan tersebut disertai dengan bicara pelo dan wajah merot. Keluhan tersebut tidak disertai dengan nyeri kepala, muntah, kejang, gangguan penglihatan, maupun gangguan pendengaran. Keluarga mengatakan keluhan ini baru pertama kali dialami oleh pasien. Pasien memiliki riwayat hipertensi yang diketahui sejak 10 tahun yang lalu dan tidak rutin kontrol. Tidak didapatkan riwayat penyakit jantung maupun kencing manis. Setelah melakukan anamnesis, Anda kemudian memberikan penjelasan kepada keluarga pasien untuk mendapatkan informed consent untuk melakukan pemeriksaan fisik dan status neurologis lengkap pada pasien. Penjelasan yang diberikan berupa tujuan pemeriksaan, prosedur pemeriksaan, risiko pemeriksaan dan lama pemeriksaan. Kemudian Anda melakukan pemeriksaan fisik dan status neurologis Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 6 lengkap. Pada pemeriksaan status neurologis, Anda memeriksa sistem motorik, sensorik dan refleks fisiologis pasien. Dokter melakukan pemeriksaan tersebut dengan teliti sehingga dapat menentukan diagnosa dan terapi pasien yang tepat. ! INGATLAH! Harus selalu memperoleh informed consent sebelum melakukan tindakan Menjaga perilaku profesional dan etika kedokteran Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 7 MATERI REFLEKS FISIOLOGIS DASAR TEORI Further Reading: Refleks neurologik bergantung pada 1. Dejong’s The Neurologic suatu lengkungan yang terdiri atas jalur Examination aferen yang dicetus oleh reseptor dan 2. DeMyer’s Neurologic sistem eferen yang mengaktivasi organ Examination efektor, serta hubungan antara kedua 3. Neurologi Klinik, komponen ini. Hal ini dinamakan Pemeriksaan Fisik dan lengkung refleks (reflex arc). Bila Mental Keterangan Gambar 1 lengkungan ini rusak maka refleks akan 1. Reseptor hilang.1 2. Neuron aferen 3. Radiks dorsal 4. Radiks ventral Jenis Refleks:3,4 5. Neuron eferen 1. Refleks Dalam (Refleks regang otot) 6. Efektor 2. Refleks Superfisial (Cutaneus) 7. Kornu posterior 8. Kornu anterior Gambar 1. Lengkung Refleks3 Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 8 Gambar 2. Refleks Regang Otot. Inervasi kumparan otot. Kumparan otot merupakan suatu kantong kecil yang berisi jaringan otot khusus. Memiliki akson aferen (A), eferen (B), dan jaringan otot biasa hanya menerima inerakson eferen. 5 Gambar 3. Jaras Refleks Spinal6 Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 9 LANGKAH PROSEDUR PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS HARUS DIPERHATIKAN ! ▪ Penderita harus dalam posisi yang seenak-enaknya dan santai. ▪ Untuk membandingkan refleks sisi kiri dan kanan maka posisi ekstremitas harus simetris. Teknik Pengetukan ▪ Palu refleks tidak boleh dipegang secara keras. ▪ Gagang palu refleks dipegang dengan ibu jari dan jari telunjuk sedemikian rupa sehingga palu dapat diayun secara bebas. ▪ Gerakan pengetukan berpangkal pada sendi pergelangan tangan. Kemudian tangan menjatuhkan kepala palu refleks secara luwes ke tendon atau periosteum. ▪ Rangsangan harus diberikan secara cepat dan langsung. Gambar 4. Teknik Pengetukan.5 Kerasnya pukulan harus dalam batas nilai ambang, tidak perlu terlalu keras. Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 10 Tabel 1. Derajat Refleks Tendon/Periosteum Derajat Keterangan 0 Tidak ada refelsk sama sekali + Gerakan reflektorik lemah ++ Normal. Gerakan reflektorik yang cukup cepat, beramplitudo cukup dan berlangsung lama. Sering dijumpai pada orang sehat. +++ Meningkat. Gerakan reflektorik yang melebihi respons umum, tetapi tidak selalu bersifat patologik. Area pengetukan refleks meluas. ++++ Gerakan reflektorik yang jelas meningkat dan patologik, biasanya disertai klonus. Sering merupakan indikator suatu penyakit. PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS BISEPS (C5-6, N. Muskulokutaneus) 1. Informed consent : Jelaskan kepada penderita mengenai prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan. 2. Mintalah penderita untuk duduk dengan santai. 3. Letakkan siku pasien pada bagian tangan pemeriksa. 4. Fleksikan lengan pasien dan lengan bawah dalam posisi antara fleksi dan ekstensi serta sedikit pronasi. 5. Letakkan ibu jari/telunjuk pemeriksa pada tendo bisep. Gambar 5. Refleks Biseps Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 11 6. Pukul ibu jari dengan palu refleks. Reaksi utama adalah kontraksi otot biseps dan kemudian fleksi lengan bawah. Apabila refleks meninggi maka zona refleksogen akan meluas dan refleks biseps ini dapat muncul hanya dengan mengetuk daerah klavikula. Apabila refleks ini meninggi maka akan disertai gerakkan fleksi pergelangan tangan serta jari-jari dan aduksi ibu jari. 7. Bandingkan antara lengan kanan dan kiri. 8. Catat dan simpulkan hasil pemeriksaan. PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS TRISEPS (C6-7-8, N. Radialis) 1. Informed consent : Jelaskan kepada penderita mengenai prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan. 2. Mintalah penderita untuk duduk dengan santai. 3. Letakkan lengan penderita di atas lengan/tangan pemeriksa. 4. Tempatkan lengan bawah penderita dalam posisi antara fleksi dan ekstensi serta sedikit pronasi. Gambar 6. Refleks Triseps 5. Minta penderita untuk merelaksasikan lengan bawahnya, hal ini dapat dipastikan dengan meraba otot triceps yang tidak teraba tegang. 6. Pukul tendon otot triseps pada fosa olekranii. Reaksi utama adalah gerakan ekstensi lengan bawah berupa gerakan menyentak. Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 12 7. Bandingkan antara lengan kanan dan kiri. 8. Catat dan simpulkan hasil pemeriksaan. PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS PATELLA (L2-3-4) 1. Informed consent : Jelaskan kepada penderita mengenai prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan. 2. Mintalah pasien untuk duduk santai dengan posisi tungkai menjuntai atau posisi berbaring, kedua lutut diangkat. 3. Meraba tendon patella untuk Gambar 7. Refleks Patella menetapkan daerah pemeriksaan. dengan posisi tungkai. 4. Tangan pemeriksa yang satu memegang paha pasien bagian distal. 5. Tangan yang lain memukul tendon patella dengan palu refleks. 6. Pukulan palu refleks secara cepat dengan ayunan bertumpu pada Gambar 8. Refleks patella posisi sendi pergelangan tangan. berbaring Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 13 7. Mengamati reaksinya dan bandingkan kanan kiri. 8. Melakukan pemeriksaan klonus patella. 9. Catat dan simpulkan hasil pemeriksaan. PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS TENDON ACHILLES (S1) 1. Informed consent : Jelaskan kepada penderita mengenai prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan. 2. Mintalah pasien untuk berbaring/tengkurap/duduk. 3. Melakukan dorsofleksi ringan pada kaki. 4. Meraba tendon achilles. 5. Memukul tendon achilles dengan palu refleks. Gambar 9. Refleks Achilles 6. Pukulan palu refleks secara cepat dengan ayunan bertumpu pada sendi pergelangan tangan. 7. Mengamati reaksinya dan bandingkan kanan kiri 8. Melakukan pemeriksaan klonus achilles. 9. Catat dan simpulkan hasil pemeriksaan. Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 14 Perlu diingat! Tabel 2. Refleks regang otot secara umum dan nervus yang mempersarafinya1 Reflex Segmental Level Peripheral Nerve Biceps C5-C6 Musculocutaneous Triceps C7-C8 Radial Brachioradialis C5-C6 Radial Quadriceps L3-L4 Femoral Achilles S1 Sciatic Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 15 REFLEKS PATOLOGIS DASAR TEORI Refleks patologis merupakan gerakan Further Reading: reflektorik defensif atau postural yang 1. Dejong’s The Neurologic pada orang dewasa yang sehat terkelola Examination dengan baik dan ditekan oleh aktivitas 2. Essential Neurology susunan pyramidal. Pada orang dewasa 3. Neurologi Klinis Dasar reflek patologis selalu merupakan tanda 4. Duus, Diagnosis Topik lesi UMN. 5,8,9 Neurologi Gambar 10. Komponen dasar sistem motorik8 Impuls motorik untuk gerakan volunter terutama dicetuskan di girus presentralis lobus frontalis (korteks motorik primer, area 4 Broadmann) dan area kortikal di sekitarnya (neuron motorik pertama). Impuls tersebut berjalan di dalam jaras serabut yang panjang (terutama traktus kortikonuklearis dan traktus kortikospinalis/jaras piramidal), melewati batang otak dan turun ke medula spinalis ke kornu anterius, tempat mereka membentuk kontak sinaptik dengan neuron motorik kedua–biasanya melewati satu atau beberapa interneuron perantara. 8 Impuls yang terbentuk di neuron motorik kedua pada nuklei nervi kranialis dan kornu anterior medula spinalis berjalan melewati radiks anterior, pleksus saraf (di regio Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 16 servikal dan lumbosakral), serta saraf perifer dalam perjalanannya ke otot-otot rangka. Impuls ini dihantarkan ke sel-sel otot melalui motor end plate taut neuromuskular.6 Tabel 3. Perbandingan Lesi di UMN dan LMN.9 Kelumpuhan UMN Kelumpuhan LMN Kelemahan spastik Kelemahan flaksid (tonus otot ↑, kekuatan otot ↓) (tonus otot & kekuatan otot ↓) Refleks fisiologis ↑ Refleks fisiologis (-)/↓ Refleks patologis (+) Refleks patologis (-) Atrofi otot (-) Atrofi otot (+) Fasikulasi (-) Fasikluasi (+) Semua neuron yang menyalurkan impuls motorik ke LMN tergolong dalam kelompok UMN. Berdasarkan perbedaan anatomik dan fisiologik, kelompok UMN dibagi dalam susunan piramidal dan susunan ekstrapiramidal.5 Sistem piramidal : berperan dalam menginisiasi aktivitas muskuler dan bertanggung jawab atas gerakan-gerakan volunter nonstereotipik, yaitu gerakan- gerakan spesifik halus, terampil dan memerlukan ketepatan. Susunan ekstrapiramidal : berperan dalam penyesuaian posisi secara kasar, dan berhubungan dengan tonus pengendalian otot. Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 17 Susunan Piramidal Gerak otot seluruh belahan tubuh dapat dipetakan pada seluruh kawasan korteks motorik sisi kontralateral. Peta itu dikenal sebagai homunkulus motorik (Gambar 3.2.). Melalui aksonnya neuron korteks motorik menghubungkan motoneuron yang membentuk inti motorik saraf kranial dan motoneuron di kornu anterior medulla spinalis. Akson-akson tersebut menyusun jaras kortikobulbar– kortikospinal. Sebagai berkas saraf yang kompak, mereka turun dari korteks motorik ke capsula interna yang berada di antara talamus dan ganglia basalis.7 Gambar 11. Traktus Kortikospinalis dan Kortikobulbar serta Homunkulus Motorik5 Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 18 KORELASI KLINIS – Hemiplegia Kontralateral8 Lesi pada Kapsula Interna Kelemahan pada seluruh sisi kontralateral (wajah, lengan dan kaki). Dapat disertai hemianesthesia (sensory loss) dan homonymous Gambar 12. Lesi pada kapsula hemianopia (visual loss). interna dan hemiplegia kontralateral6 Susunan Ekstrapiramidal Komponen ekstrapiramidal terdiri atas : korpus striatum, globus pallidus, inti- inti talamik, nukleus subtalamikus, substansia nigra, formasio retikularis batang otak, serebellum, dan korteks motorik tambahan yaitu area 4, area 6, area 8. Komponen- komponen tersebut dihubungkan satu dengan lain oleh akson masing-masing komponen itu dan membentuk sirkuit yang dinamakan sirkuit striatal. 7 talamus serebelum nukleus subtalamikus 2 globus 1 korteks palidus pons kaudatus + substansia putamen 3 nigra Lintasan nigro-tekto-spinal Lintasan nigro-retiko-spinal Lintasan piramidal Gambar 13. Lingkaran sirkuit ekstrapiramidal (lingkaran biru tebal). Angka 1,2 dan 3 menandai sirkuit striatal asesorik pertama, kedua dan ketiga.7 Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 19 KORELASI KLINIS - Penyakit Parkinson6 Degenerasi globus palidus dan substantia nigra. Karatkteristik : 1. Rigiditas 2. Bradikinesia 3. Tremor 4. Gangguan cara berjalan Gambar 14. Penderita dengan Penyakit 5. Postur bungkuk Parkinson8 LANGKAH PROSEDUR PEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN : 1. Prosedur pemeriksaan harus benar-benar dimengerti oleh penderita, karena pemeriksaan fungsi motorik benar-benar memerlukan kerjasama yang sebaik-baiknya antara pemeriksa dan penderita. 2. Dengan demikian cara dan tujuan pemeriksaan harus dijelaskan kepada penderita dengan istilah yang mudah dimengerti olehnya. 3. Kadang-kadang terlihat adanya manifestasi obyektif ketika dilakukan pemeriksaan anggota gerak atau, misalnya penderita menyeringai, serta perubahan sikap tubuh. Mungkin pula muncul dilatasi pupil, nadi yang lebih cepat dari semula, keluar banyak keringat. 4. Perlu ditekankan di sini tentang asas simetris; pemeriksaan bagian kiri harus selalu dibandingkan dengan bagian kanan. Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 20 INGATLAH SELALU Komunikasi yang baik : a. Menyambut pasien dan memperkenalkan diri kepada pasien. b. Informed consent: menjelaskan kepada pasien mengenai tujuan dan prosedur setiap pemeriksaan. c. Membangun hubungan interpersonal yang baik. - Menciptakan lingkungan yang nyaman. - Memberi respon terhadap kondisi dan harapan pasien. Pemeriksaan Refleks Patologis Babinski 1. Informed consent: Jelaskan kepada penderita mengenai prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan. 2. Penderita diminta untuk rileks dan memperhatikan apa yang akan diminta oleh pemeriksa. 3. Posisikan penderita berbaring dengan tungkai diluruskan. Pemeriksa di sebelah kanan penderita. 4. Pemeriksa memegang pergelangan kaki penderita agar kaki tetap pada tempatnya. 5. Goresan dilakukan penggoresan dimulai pada tumit, kemudian menyisir sisi lateral plantar pedis menuju ibu jari kaki. 6. Catat dan simpulkan hasil pemeriksaan. Pemeriksaan Refleks Patologis Chaddock 1. Informed consent: Jelaskan kepada penderita mengenai prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan. Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 21 2. Penderita diminta untuk rileks dan memperhatikan apa yang akan diminta oleh pemeriksa. 3. Posisikan penderita berbaring dengan tungkai diluruskan. Pemeriksa di sebelah kanan penderita. 4. Pemeriksa memegang pergelangan kaki penderita agar kaki tetap pada tempatnya. 5. Rangsangan diberikan dengan cara memberikan goresan pada tepi bawah maleolus lateralis menyisir sisi lateral dari dorsum pedis menuju ibu jari kaki. 6. Catat dan simpulkan hasil pemeriksaan. Pemeriksaan Refleks Patologis Schaefer 1. Informed consent: Jelaskan kepada penderita mengenai prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan. 2. Penderita diminta untuk rileks dan memperhatikan apa yang akan diminta oleh pemeriksa. 3. Posisikan penderita berbaring. Pemeriksa di sebelah kanan penderita. 4. Pemeriksa memegang pergelangan kaki penderita agar kaki tetap pada tempatnya. 5. Rangsangan diberikan dengan cara memencet dengan kuat pada tendon Achilles penderita 6. Catat dan simpulkan hasil pemeriksaan. Pemeriksaan Refleks Patologis Gordon 1. Informed consent: Jelaskan kepada penderita mengenai prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan. 2. Penderita diminta untuk rileks dan memperhatikan apa yang akan diminta oleh pemeriksa. Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 22 3. Posisikan penderita berbaring dengan tungkai diluruskan. Pemeriksa di sebelah kanan penderita. 4. Pemeriksa memegang pergelangan kaki penderita agar kaki tetap pada tempatnya. 5. Rangsangan diberikan dengan cara memencet dengan kuat otot betis (gastrocnemius) penderita. 6. Catat dan simpulkan hasil pemeriksaan. Pemeriksaan Refleks Patologis Oppenheim 1. Informed consent: Jelaskan kepada penderita mengenai prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan. 2. Penderita diminta untuk rileks dan memperhatikan apa yang akan diminta oleh pemeriksa. 3. Posisikan penderita berbaring. Pemeriksa berada di sebelah kanan dan menghadap tungkai bawah penderita. 4. Pemeriksa memegang pada paha penderita agar kaki fiksasi. 5. Rangsangan diberikan dengan menggunakan celah jari telunjuk dan jari tengah dalam keadaan fleksi maksimal dan rapat. Tulang tibia penderita diurut dari atas ke bawah. 6. Catat dan simpulkan hasil pemeriksaan. Pemeriksaan Refleks Patologis Gonda 1. Informed consent: Jelaskan kepada penderita mengenai prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan. 2. Penderita diminta untuk rileks dan memperhatikan apa yang akan diminta oleh pemeriksa. 3. Posisikan penderita berbaring. Pemeriksa di sebelah kanan penderita. Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 23 4. Pemeriksa memegang pergelangan kaki penderita agar kaki tetap pada tempatnya. 5. Rangsangan diberikan dengan cara memfleksikan maksimal jari ke empatt penderita. 6. Catat dan simpulkan hasil pemeriksaan. Reaksi positif jika dapatkan gerakan dorsofleksi ibu jari, yang disertai pengembangan (fanning) jari-jari lainnya. INGATLAH SELALU HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN!! 1. Untuk merangsang dapat digunakan kayu geretan atau benda yang agak runcing. 2. Goresan harus dilakukan perlahan, jangan sampai mengakibatkan rasa nyeri, sebab hal ini akan menimbulkan refleks menarik kai (Flight Reflex). Pemeriksaan Refleks Patologis Rossolimo 1. Informed consent: Jelaskan kepada penderita mengenai prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan. 2. Penderita diminta untuk rileks dan memperhatikan apa yang akan diminta oleh pemeriksa. 3. Posisikan penderita berbaring. Pemeriksa di sebelah kanan penderita. 4. Pemeriksa memegang kaki penderita agar kaki tetap pada tempatnya. 5. Rangsangan diberikan dengan cara mengetukkan palu reflex pada basis plantar pedis. Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 24 6. Respons berupa plantar fleksi jari-jari kaki 7. Catat dan simpulkan hasil pemeriksaan. Pemeriksaan Refleks Patologis Mendel Bechtrew 1. Informed consent: Jelaskan kepada penderita mengenai prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan. 2. Penderita diminta untuk rileks dan memperhatikan apa yang akan diminta oleh pemeriksa. 3. Posisikan penderita berbaring. Pemeriksa di sebelah kanan penderita. 4. Pemeriksa memegang kaki penderita agar kaki tetap pada tempatnya. 5. Rangsangan diberikan dengan cara mengetukkan palu reflex pada dorsum pedis. 6. Respons berupa plantar fleksi jari-jari kaki 7. Catat dan simpulkan hasil pemeriksaan. Pemeriksaan Refleks Patologis Hoffman Trommer 1. Informed consent : Jelaskan kepada penderita mengenai prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan. 2. Mintalah penderita untuk melepas aksesoris lengan yang dirasa akan menganggu pemeriksaan (gelang, jam tangan dll). 3. Mintalah penderita untuk rileks dan memperhatikan apa yang akan diminta oleh pemeriksa. 4. Posisikan penderita duduk saling berhadapan dengan pemeriksa. 5. Pemeriksa menggunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri untuk memegang bagian distal phalanx proksimal jari ke-3 dan mendorsofleksi jari penderita. Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 25 6. Refleks Hoffman: Rangsangan diberikan dengan cara memfleksikan maksimal pada phalanx distal jari ke-3 kemudian memencet dengan cepat. 7. Refleks Trommer : Rangsangan dengan cara menjetikkan bagian volar ujung distal jari ke-3 penderita secara cepat dengan menggunakan jari ke-3 pemeriksa 8. Reaksi positif jika fleksi pada jari telunjuk serta fleksi dan aduksi ibu jari. Pemeriksaan Refleks Patologis Snout 1. Informed consent: Jelaskan kepada penderita mengenai prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan. 2. Penderita diminta untuk rileks dan memperhatikan apa yang akan diminta oleh pemeriksa. 3. Posisikan penderita berbaring atau duduk. Pemeriksa di sebelah kanan penderita. 4. Rangsangan diberikan dengan cara mengetukkan jari telunjuk pemeriksa pada bibir atas 5. Respons (+) berupa bibir atas dan bawah menjungur atau kontraksi otot-otot disekitar bibir atau dibawah hidung 6. Catat dan simpulkan hasil pemeriksaan. Pemeriksaan Refleks Patologis Palmomental 1. Informed consent : Jelaskan kepada penderita mengenai prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan. 2. Mintalah penderita untuk rileks dan memperhatikan apa yang akan diminta oleh pemeriksa 3. Posisi penderita duduk atau berbaring 4. Mintalah penderita untuk membuka telapak tangan Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 26 5. Rangsangan diberikan dengan menggoreskan telapak tangan pasien pada bagian tenar dengan menggunakan objek yang tumpul. 6. Respon berupa kontraksi otot mentalis dan orbicularis oris yang menyebabkan kulit pipi sekitar mulut mengerut, kadang disertai elevasu sudut mulut. 7. Catat dan simpulkan hasil pemeriksaan Pemeriksaan Refleks Patologis Glabella 1. Informed consent: Jelaskan kepada penderita mengenai prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan. 2. Penderita diminta untuk rileks dan memperhatikan apa yang akan diminta oleh pemeriksa. 3. Posisikan penderita berbaring atau duduk 4. Rangsangan diberikan dengan cara mengetukkan jari telunjuk pemeriksa pada glabella atau sekitar supraorbitalis 5. Respons (+) berupa kontraksi singkat kedua otot orbicularis okuli 6. Catat dan simpulkan hasil pemeriksaan. Pemeriksaan Refleks Patologis Menghisap (Rooting Reflex) 1. Informed consent: Jelaskan kepada penderita mengenai prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan. 2. Penderita diminta untuk rileks dan memperhatikan apa yang akan diminta oleh pemeriksa. 3. Posisikan penderita berbaring atau duduk. Pemeriksa di sebelah kanan penderita. 4. Rangsangan diberikan dengan cara memberikan sentuhan pada bibir atau menyentuhkan sesuatu benda pada bibir Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 27 5. Respons (+) berupa gerakan bibir, rahang bawah seolah-oleh menetek/menghisap 6. Catat dan simpulkan hasil pemeriksaan. Pemeriksaan Refleks Patologis Menggengam (grasp reflex) 1. Informed consent : Jelaskan kepada penderita mengenai prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan. 2. Mintalah penderita untuk rileks dan memperhatikan apa yang akan diminta oleh pemeriksa 3. Posisi penderita duduk atau berbaring 4. Mintalah penderita untuk membuka telapak tangan 5. Rangsangan diberikan dengan meletakkan jari tangan pemeriksa pada telapak tangan pasien diantara ibu jari dan jari telunjuk 6. Respon berupa reflek menggenggam. 7. Catat dan simpulkan hasil pemeriksaan Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 28 PEMERIKSAAN KOORDINASI DASAR TEORI Serebelum merupakan bagian dari otak yang dicapai oleh korteks motorik dan koordinasi dari kontraksi otot yang dibutuhkan untuk gerakan volunter (gerakan disadari). Tanpa fungsi tersebut, gerakan menjadi kasar, tidak terkoordinasi, canggung, gemetar, dan gerakan tangkas hampir tidak mungkin terjadi. Serebelum diibaratkan sebagai kondektur. Serebelum penting dalam sinergi dari kontraksi otot dan pusat dari koordinasi pergerakan volunter (gerakan disadari). Serebelum menerima sinyal dari korteks sebagai perintah utama dan sinyal efektor sebagai respon aktual. Secara umum, klinisi membagi fungsi serebelum menjadi tiga bagian, yaitu A. Hemisfer yang bertanggung jawab untuk koordinasi apendicular, B. Bagian anterior dan superior dari vermis yang bertanggung jawab untuk cara berjalan dan fungsi aksial tubuh, C. Lobus flokulonodular (FN) atau vestibuloserebelum. Lobus FN ini terhubung dengan nukleus vestibular dan bertanggung jawab untuk pergerakan mata dan keseimbangan. Lobus FN juga menerima jaras visual dari kolikuli superior dan korteks visual. Serebelum dan pusta vestibular bersama-sama berfungsi untuk menjaga keseimbangan (equilibrium), orientasi tubuh terhadap ruangan, dan regulasi dari fostur dan tonus otot. Pemeriksaan koordinasi terbagi menjadi pemeriksaan equilibrium yang mengacu pada pemeliharaan keseimbangan dan koordinasi tubuh secara keseluruhan, termasuk gait dan tes romberg dan non- equilibrium yang mengacu pada kemampuan pasien dalam melakukan gerakan yang berlainan, termasuk tes telunjuk hidung dan disdiadokinesis. Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 29 Gambar 15. Prinsip jaras aferen dan eferen dari serebelum 5 Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 30 LANGKAH PROSEDUR PEMERIKSAAN KOORDINASI Pemeriksaan Inspeksi Cara Berjalan (Gait) 1. Inform concent: Jelaskan kepada penderita mengenai maksud pemeriksaan yang akan dilakukan. 2. Posisikan penderita dengan nyaman dan berdiri tegak lurus. 3. Penderita diminta untuk berjalan mengikuti garis lurus 4. Perhatikan panjang langkah dan lebar jarak kedua telapak kaki penderita. 5. Catat dan simpulkan hasil pemeriksaan cara berjalan dengan benar Pasien dengan gangguan serebelum memperlihatkan gait yang tidak seimbang, tampak goyah dan rentang kakinya lebar dan tidak mampu mengikuti garis lurus. Pasien dengan gangguan propioseptif tidak dapat menentukan posisi ekstremitas bawah ataupun seluruh tubuhnya kecuali dengan bantuan visual dan selama berjalan mata tertuju ke kedua kaki Pasien dengan lesi jaras kortikospinalis menyebabkan gangguan berjalan berupa hemiparesis spastik. Pemeriksaan Tes Romberg 1. Inform consent: Jelaskan kepada penderita mengenai maksud pemeriksaan yang akan dilakukan. 2. Posisikan penderita dengan nyaman dan berdiri tegak lurus. 3. Pemeriksa berdiri disamping kanan penderita dengan posisi kedua tangan menjaga pasien jika sewaktu-waktu jatuh 4. Penderita diminta berdiri dengan sikap kedua kaki merapat dan tangan lurus disamping atau menyilang di dada atau perut selama 30 detik. Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 31 5. Perhatikan adakah sikap berdiri yang terhuyung-huyung atau cenderung jatuh ke salah satu sisi. 6. Prosedur tersebut diulangi kembali dengan keadaan mata pasien tertutup selama 30 detik. 7. Catat dan simpulkan hasil pemeriksaan Tes Romberg dengan benar. Pasien dengan gangguan serebelum tes romberg akan jatuh pada saat mata terbuka Pasien dengan gangguan propioseptif tes romberg akan jatuh pada saat mata tertutup Pemeriksaan Tes Romberg Dipertajam 1. Inform consent: Jelaskan kepada penderita mengenai maksud pemeriksaan yang akan dilakukan. 2. Posisikan penderita dengan nyaman dan berdiri tegak lurus. 3. Pemeriksa berdiri disamping kanan penderita dengan posisi kedua tangan menjaga pasien jika sewaktu-waktu jatuh 4. Penderita diminta berdiri dengan sikap satu kaki berada di depan kaki yang lain (tandem). Tumit kaki yang satu berada di depan jari kaki lainnya. 5. Lengan penderita dilipat pada dada. 6. Prosedur ini dilakukan dengan keadaan mata ditutup untuk menilai disfungsi vestibular. 7. Perhatikan adakah sikap berdiri yang terhuyung-huyung atau cenderung jatuh ke salah satu sisi. Pada orang normal mampu berdiri dengan sikap tersebut selama 30 detik. 8. Catat dan simpulkan hasil pemeriksaan Tes Romberg dengan benar. Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 32 Pemeriksaan Rapid Alternating Movement (Disdiadokinesis) 1. Inform consent: Jelaskan kepada penderita mengenai maksud pemeriksaan yang akan dilakukan. 2. Posisikan penderita dengan nyaman. 3. Penderita diminta merentangkan kedua tangannya ke depan. 4. Penderita diminta mensupinasi dan pronasi tangannya secara bersamaan dan cepat. 5. Catat dan simpulkan hasil pemeriksaan disdiadokinesis dengan benar. Pemeriksaan Tes Telunjuk-Hidung 1. Inform consent: Jelaskan kepada penderita mengenai maksud pemeriksaan yang akan dilakukan. 2. Posisikan penderita dengan nyaman. 3. Pasien diminta merentangkan kedua lengannya ke samping. 4. Pasien diminta menyentuh hidungnya dengan ujung jari telunjuknya bergantian tangan kanan dan kiri. 5. Prosedur diulangi dengan keadaan mata pasien tertutup. 6. Catat dan simpulkan hasil pemeriksaan Tes Telunjuk-Hidung dengan benar. Cara ke-2 : 1. Inform consent: Jelaskan kepada penderita mengenai maksud pemeriksaan yang akan dilakukan. 2. Posisikan penderita dengan nyaman. 3. Pemeriksa berada di depan sejajar dengan pasien dalam posisi duduk 4. Pasien diminta menyentuh hidung dan jari telunjuk pemeriksa sambil mengikuti kemana arah telunjuk pemeriksa. Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 33 5. Catat dan simpulkan hasil pemeriksaan Tes Telunjuk-Hidung dengan benar. Pemeriksaan Tes Tumit – Lutut 1. Inform consent: Jelaskan kepada penderita mengenai maksud pemeriksaan yang akan dilakukan. 2. Posisikan penderita dengan nyaman. 3. Pasien diminta untuk berbaring senyaman mungkin 4. Pasien diminta mengangkat tungkainya dan meletakkan tumit kakinya pada lutut kontralateral lalu tumit bergerak menyusuri tuberositas tibia menuju ibu jari. 5. Prosedur dilakukan beberapa kali 6. Pasien dengan gangguan cerebellum akan mengangkat kaki lebih tinggi dan Gerakan terlihat kasar dan tidak akurat. 7. Catat dan simpulkan hasil pemeriksaan Tes tumit lutut Pemeriksaan Fenomena Rebound 1. Inform consent: Jelaskan kepada penderita mengenai maksud pemeriksaan yang akan dilakukan. 2. Posisikan penderita dengan nyaman. 3. Pasien diminta untuk duduk 4. Pasien diminta memfleksikan siku dan mengaduksikan lengan bawah kea rah bahu dengan telapak tangan posisi supinasi dan dalam posisi menggenggam 5. Prosedur dilakukan dengan menarik lengan bawah pasien pada pergelangan tangannya dan pasien diminta melawannya (seperti Gerakan panco) 6. Posisikan lengan pemeriksan lainnya didepan wajah pasien Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 34 7. Pemeriksan melepaskan genggaman pada pergelangan tangan pasien secara tiba-tiba 8. Pasien dengan gangguan cerebellum tidak dapat mengendalikan kontraksi lengannya sehingga dapat menghantam wajahnya. 9. Catat dan simpulkan hasil pemeriksaan Tes tumit lutut Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 35 PEMERIKSAAN IRITASI MENINGEAL DASAR TEORI Tanda- tanda iritasi Selaput Otak Tanda-tanda ini timbul karena tertariknya radiks-radiks saraf tepi yang menjadi hipersensitif karena adanya : 1. Radang pada selaput otak (meningitis) 2. Perdarahan di ruang subaracnoid LANGKAH PROSEDUR PEMERIKSAAN Pemeriksaan Kaku Kuduk 1. Melakukan inform consent : jelaskan pada penderita maksud pemeriksaan yang akan dilakukan. 2. Pastikan pasien tidak mengalami cidera vertebra servikal atau lesi kompresi medula spinalis segmen servikal 3. Posisikan penderita berbaring dengan posisi terlentang diatas tempat tidur tanpa menggunakan penyangga kepala. 4. Melakukan cuci tangan 5. Secara pasif kepala penderita dirotasikan kekanan dan kekiri dan mengangkat bahu. 6. Pemeriksa meletakkan tangan kirinya pada bagian belakang kepala pasien 7. Tangan kanan pemeriksa menahan dada pasien 8. Leher pasien kemudian difleksikan ke arah dada Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 36 9. Hasil positif jika pemeriksa merasakan suatu tahanan pada leher atau pasien mengeluh nyeri pada saat fleksi leher. Catatan : - Merotasikan kepala kanan dan kiri bertujuan untuk menyingkirkan adanya meningismus. - Mengangkat bahu ini bertujuan untuk menyingkirkan adanya epistotonus. Pemeriksaan Tanda Brudzinski Secara berturut-turut keempat tanda klinis tersebut di atas akan digambarkan berikut dengan cara membangkitkannya 1. Pemeriksaan Brudzinski I (Neck sign) 1. Melakukan inform consent : jelaskan pada penderita maksud pemeriksaan yang akan dilakukan. 2. Posisikan penderita berbaring terlentang diatas tempat tidur tanpa menggunakan penyangga kepala. 3. Secara pasif pemeriksa memfleksikan kepala Penderita dengan menggunakan tangan kiri dan tangan kanan menekan dada ke arah bawah. 4. Melihat reaksi, apabila gerakan fleksi pasif kepala itu disusul oleh gerakan fleksi pada sendi panggul dan lutut kedua tungkai maka dikatakan positif. Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 37 2. Pemeriksaan Brudzinski II Brudzinski’s Contralateral Reflex Sign 1. Melakukan inform consent : jelaskan pada penderita maksud pemeriksaan yang akan dilakukan. 2. Posisikan penderita berbaring terlentang diatas tempat tidur. 3. Pemeriksa memfleksikan sendi panggul dan lutut salah satu tungkai pasien. 4. Melihat reaksi tungkai kontralateral, test ini positif apabila pada tungkai kontralateral timbul gerakan fleksi reflektorik di sendi lutut dan juga di sendi panggul. 5. Lakukan pemeriksaan ini pada sisi kontralateral. Brudzinski’s Reciprocal Contralateral Leg sign 1. Melakukan inform consent : jelaskan pada penderita maksud pemeriksaan yang akan dilakukan. 2. Posisikan penderita berbaring terlentang diatas tempat tidur. 3. Secara pasif pemeriksa melakukan fleksi panggul pada salah satu ekstremitas, kemudian melakukan fleksi lutut. Sedangkan ekstremitas kontralateral posisi ekstensi. 4. Melihat reaksi tungkai kontralateral, test ini positif apabila pada tungkai kontralateral timbul gerakan fleksi reflektorik di sendi lutut dan juga di sendi panggul. 3. Pemeriksaan Brudzinski III (Brudzinski’s Cheek sign) 1. Melakukan inform consent : jelaskan pada penderita maksud pemeriksaan yang akan dilakukan 2. Posisikan penderita berbaring terlentang diatas tempat tidur Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 38 3. Pemeriksa melakukan penekanan pada kedua pipi inferior arkus zigomatikum. 4. Melihat reaksi kedua tungkai, tes ini positif apabilaterdapat gerakan fleksi pada siku dan sentakan pada kedua lengan bawah. 4. Pemeriksan Brudzinski IV (Brudzinski’s Simphyseal sign) 1. Melakukan inform consent : jelaskan pada penderita maksud pemeriksaan yang akan dilakukan 2. Posisikan penderita berbaring terlentang diatas tempat tidur 3. Pemeriksa melakukan penekanan pada simfisis pubis. 4. Melihat reaksi kedua tungkai, tes ini positif apabila terdapat gerakan fleksi pada kedua tungkai. Pemeriksaan Tanda Kernig 1. Melakukan inform consent : jelaskan pada penderita maksud pemeriksaan yang akan dilakukan. 2. Memposisikan penderita berbaring terlentang. 3. Melakukan fleksi pada sendi panggul dan lutut membuat sudut 90 0, kemudian lakukan ekstensi pada sendi lutut sambil melihat ekspresi wajah penderita. Dalam keadaan normal pemeriksa dapat melakukan ekstensi sampai sudut >1350 pada sendi panggul yang sudah fleksi. 4. Perhatikan reaksi penderita. Bila mendapat ekspresi wajah kesakitan pada penderita, adanya tahanan sebelum mencapai sudut ini, dan fleksi tungkai bawah kontralateral maka dikatakan kernig positif. 5. Lakukan pemeriksaan ini pada sisi kontralateral Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 39 LATIHAN CONTOH KASUS SKENARIO 1 Laki-laki usia 39 tahun datang ke UGD RSUP NTB dengan keluhan kelemahan kedua tungkai bawah mendadak sejak 5 jam setelah menyelam. Lakukan: A. Pemeriksaan refleks fisiologis B. Pemeriksaan refleks patologis SKENARIO 2 Laki-laki usia 65 tahun datang ke UGD RSUP NTB dengan keluhan pusing berputar sejak 1 hari yang lalu. Lakukan: A. Pemeriksaan Romberg B. Pemeriksaan Romberg dipertajam C. Pemeriksaan tes tumit lutut D. Pemeriksaan telunjuk hidung E. Pemeriksaan disdiadokinesia SKENARIO F. 3 Pemeriksaan fenomena rebound Seorang laki – laki berusia 27 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan gangguan penglihatan. Pasien merasa pandangan dobel jika melihat, demam dan sakit kepala sejak 2 minggu ini disertai muntah. Instruksi : Lakukan pemeriksaan kaku kuduk, tanda kernig, Brudzinki I-IV Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 40 CHECKLIST PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS Pemeriksaan Refleks Fisiologis Bisep Dilakukan Dilakukan Tidak No Tahapan kurang dengan dilakukan lengkap lengkap 1 Mengkomunikasikan maksud pemeriksaan dengan pasien 2 Meminta pasien duduk dengan santai atau berbaring 3 Meletakkan siku pasien pada bagian tangan pemeriksa 4 Memfleksikan lengan pasien dan lengan bawah dalam posisi antara fleksi dan ekstensi serta sedikit pronasi 5 Meletakkan ibu jari/ jari telunjuk pemeriksa pada tendo bisep 6 Memukul ibu jari/jari telunjuk pemeriksa dengan palu refleks 7 Pukulan palu refleks secara cepat dengan ayunan bertumpu pada sendi pergelangan tangan 8 Mengamati reaksinya dan bandingkan kanan kiri 9 Mencatat hasil pemeriksaan Catatan: Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 41 Pemeriksaan Reflek Fisiologis Trisep Dilakukan Dilakukan Tidak No Tahapan kurang dengan dilakukan lengkap lengkap 1 Mengkomunikasikan maksud pemeriksaan dengan pasien 2 Meminta pasien duduk dengan santai atau berbaring 3 Meletakkan lengan pasien di atas tangan / lengan pemeriksa 4 Menempatkan lengan bawah pasien dalam posisi antara fleksi dan ekstensi serta sedikit pronasi 5 Memukul tendon otot tricep pada fosa olekranii 6 Pukulan palu refleks secara cepat dengan ayunan bertumpu pada sendi pergelangan tangan 7 Mengamati reaksinya dan bandingkan kanan kiri 8 Mencatat hasil pemeriksaan Catatan: Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 42 Pemeriksaan Refleks Fisiologis Patella Dilakukan Dilakukan Tidak No Tahapan kurang dengan dilakukan lengkap lengkap 1 Mengkomunikasikan maksud pemeriksaan dengan pasien 2 Meminta pasien untuk duduk santai dengan posisi tungkai menjuntai atau posisi berbaring, kedua lutut diangkat 3 Meraba tendon patella untuk menetapkan daerah pemeriksaan 4 Tangan pemeriksa yang satu memegang paha pasien bagian distal 5 Tangan yang lain memukul tendon patella dengan palu reflek 6 Pukulan palu refleks secara cepat dengan ayunan bertumpu pada sendi pergelangan tangan 7 Mengamati reaksinya dan bandingkan kanan kiri 8 Melakukan pemeriksaan klonus patella 9 Mencatat hasil pemeriksaan Catatan: Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 43 Pemeriksaan Refleks Fisiologis Achilles Dilakukan Dilakukan Tidak No Tahapan kurang dengan dilakukan lengkap lengkap 1 Menjelaskan maksud pemeriksaan pada pasien 2 Meminta pasien untuk berbaring/tengkurap/duduk 3 Melakukan dorsofleksi ringan pada kaki 4 Meraba tendon ashilles 5 Memukul tendon achilles dengan palu refleks 6 Pukulan palu refleks secara cepat dengan ayunan bertumpu pada sendi pergelangan tangan 7 Mengamati reaksinya dan bandingkan kanan kiri 8 Melakukan pemeriksaan klonus achilles 9 Mencatat hasil pemeriksaan Catatan: Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 44 CHECKLIST PEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS Pemeriksaan Refleks Patologis Babinski Dilakukan Dilakukan Tidak No Tahapan kurang dengan dilakukan lengkap lengkap 1 Menjelaskan maksud pemeriksaan pada pasien 2 Meninta pasien rileks dan memperhatikan yang akan diminta oleh pemeriksa 3 Memposisikan pasien berbaring dengan tungkai diluruskan 4 Membebaskan bagian tubuh yang akan diperiksa 5 Memegang pergelangan kaki pasien agar kaki tetap pada tempatnya 6 Menggoreskan pada telapak kaki bagian lateral ke medial 7 Mengamati reaksinya 8 Mencatat hasil dan kesimpulan pemeriksaan Catatan: Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 45 Pemeriksaan Refleks Patologis Chaddock Dilakukan Dilakukan Tidak No Tahapan kurang dengan dilakukan lengkap lengkap 1 Menjelaskan maksud pemeriksaan pada pasien 2 Meninta pasien rileks dan memperhatikan yang akan diminta oleh pemeriksa 3 Memposisikan pasien berbaring dengan tungkai diluruskan 4 Membebaskan bagian tubuh yang akan diperiksa 5 Memegang pergelangan kaki pasien agar kaki tetap pada tempatnya 6 Memberikan rangsangan dengan memberi goresan pada kuit dibawah maleolus eksternus. 7 Goresan dilakukan dari atas ke bawah 8 Mengamati reaksinya 9 Mencatat hasil dan kesimpulan pemeriksaan Catatan: Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 46 Pemeriksaan Refleks Patologis Schaefer Dilakukan Dilakukan Tidak No Tahapan kurang dengan dilakukan lengkap lengkap 1 Menjelaskan maksud pemeriksaan pada pasien 2 Meninta pasien rileks dan memperhatikan yang akan diminta oleh pemeriksa 3 Memposisikan pasien berbaring dengan tungkai diluruskan 4 Membebaskan bagian tubuh yang akan diperiksa 5 Memegang pergelangan kaki pasien agar kaki tetap pada tempatnya 6 Memberikan rangsangan dengan cara memencet dengan kuat pada tendon Achilles penderita 7 Mengamati reaksinya 8 Mencatat hasil dan kesimpulan pemeriksaan Catatan: Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 47 Pemeriksaan Refleks Patologis Gordon Dilakukan Dilakukan Tidak No Tahapan kurang dengan dilakukan lengkap lengkap 1 Menjelaskan maksud pemeriksaan pada pasien 2 Meninta pasien rileks dan memperhatikan yang akan diminta oleh pemeriksa 3 Memposisikan pasien berbaring dengan tungkai diluruskan 4 Membebaskan bagian tubuh yang akan diperiksa 5 Memegang pergelangan kaki pasien agar kaki tetap pada tempatnya 6 Memberikan rangsangan dengan memencet kuat pada otot betis (gastrocnemius) 7 Mengamati reaksinya 8 Mencatat hasil dan kesimpulan pemeriksaan Catatan: Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 48 Pemeriksaan Refleks Patologis Oppenheim Dilakukan Dilakukan Tidak No Tahapan kurang dengan dilakukan lengkap lengkap 1 Menjelaskan maksud pemeriksaan pada pasien 2 Meninta pasien rileks dan memperhatikan yang akan diminta oleh pemeriksa 3 Memposisikan pasien berbaring dengan tungkai diluruskan 4 Membebaskan bagian tubuh yang akan diperiksa 5 Memegang pergelangan kaki pasien agar kaki tetap pada tempatnya 6 Memberikan rangsangan dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk pemeriksa kemudian tulang tibia pasien diurut dari atas ke bawah 7 Mengamati reaksinya 8 Mencatat hasil dan kesimpulan pemeriksaan Catatan: Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 49 Pemeriksaan Refleks Patologis Gonda Dilakukan Dilakukan Tidak No Tahapan kurang dengan dilakukan lengkap lengkap 1 Menjelaskan maksud pemeriksaan pada pasien 2 Meminta pasien rileks dan memperhatikan yang akan diminta oleh pemeriksa 3 Memposisikan pasien berbaring dengan tungkai diluruskan 4 Membebaskan bagian tubuh yang akan diperiksa 5 Memegang pergelangan kaki pasien agar kaki tetap pada tempatnya 6 Memberikan rangsangan diberikan dengan cara memfleksikan maksimal jari ke empat penderita 7 Mengamati reaksinya 8 Mencatat hasil dan kesimpulan pemeriksaan Catatan: Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 50 Pemeriksaan Refleks Rossolimo Dilakukan Dilakukan Tidak No Tahapan kurang dengan dilakukan lengkap lengkap 1 Menjelaskan maksud pemeriksaan pada pasien 2 Meminta pasien rileks dan memperhatikan yang akan diminta oleh pemeriksa 3 Memposisikan pasien berbaring dengan tungkai diluruskan 4 Membebaskan bagian tubuh yang akan diperiksa 5 Pemeriksa memegang kaki penderita agar kaki tetap pada tempatnya. 6 Pemeriksa mengetukkan palu reflex pada basis plantar pedis 7 Mengamati reaksinya 8 Mencatat hasil dan kesimpulan pemeriksaan Catatan: Pemeriksaan Refleks Patologis Mendel Bechtrew Dilakukan Dilakukan Tidak No Tahapan kurang dengan dilakukan lengkap lengkap 1 Menjelaskan maksud pemeriksaan pada pasien Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 51 2 Meminta pasien rileks dan memperhatikan yang akan diminta oleh pemeriksa 3 Memposisikan pasien berbaring dengan tungkai diluruskan 4 Membebaskan bagian tubuh yang akan diperiksa 5 Pemeriksa memegang kaki penderita agar kaki tetap pada tempatnya. 6 Pemeriksa mengetukkan palu reflex pada dorsum pedis 7 Mengamati reaksinya 8 Mencatat hasil dan kesimpulan pemeriksaan Catatan: Pemeriksaan Refleks Patologis Hoffman Trommer Dilakukan Dilakukan Tidak No Tahapan kurang dengan dilakukan lengkap lengkap 1 Menjelaskan maksud pemeriksaan pada pasien 2 Meminta pasien rileks dan memperhatikan yang akan diminta oleh pemeriksa 3 Memposisikan pasien berbaring atau duduk 4 Membebaskan bagian tubuh yang akan diperiksa Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 52 5 Reflek Hoffman : Pemeriksa memfleksikan maksimal pada phalanx distal jari ke-3 kemudian memencet dengan cepat. 6 Refleks Trommer : pemeriksa menjetikkan bagian volar ujung distal jari ke-3 penderita secara cepat dengan menggunakan jari ke-3 pemeriksa 7 Mengamati reaksinya 8 Mencatat hasil dan kesimpulan pemeriksaan Catatan: Pemeriksaan Refleks Snout Dilakukan Dilakukan Tidak No Tahapan kurang dengan dilakukan lengkap lengkap 1 Menjelaskan maksud pemeriksaan pada pasien 2 Meminta pasien rileks dan memperhatikan yang akan diminta oleh pemeriksa 3 Memposisikan pasien berbaring atau duduk 4 Pemeriksa mengetukkan jari telunjuk pemeriksa pada bibir atas 5 Mengamati reaksinya Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 53 6 Mencatat hasil dan kesimpulan pemeriksaan Catatan: Pemeriksaan Refleks Palmomental Dilakukan Dilakukan Tidak No Tahapan kurang dengan dilakukan lengkap lengkap 1 Menjelaskan maksud pemeriksaan pada pasien 2 Meminta pasien rileks dan memperhatikan yang akan diminta oleh pemeriksa 3 Memposisikan pasien berbaring atau duduk 4 Pemeriksa meminta penderita untuk membuka telapak tangan 5 Pemeriksa menggoreskan telapak tangan pasien pada bagian tenar dengan menggunakan objek yang tumpul 6 Mengamati reaksinya 7 Mencatat hasil dan kesimpulan pemeriksaan Catatan: Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 54 Pemeriksaan Refleks Glabella Dilakukan Dilakukan Tidak No Tahapan kurang dengan dilakukan lengkap lengkap 1 Menjelaskan maksud pemeriksaan pada pasien 2 Meminta pasien rileks dan memperhatikan yang akan diminta oleh pemeriksa 3 Memposisikan pasien berbaring atau duduk 4 Pemeriksa mengetukkan jari telunjuk pemeriksa pada Glabella sekitar supraorbitalis 5 Mengamati reaksinya 6 Mencatat hasil dan kesimpulan pemeriksaan Catatan: Pemeriksaan Refleks Menghisap Dilakukan Dilakukan Tidak No Tahapan kurang dengan dilakukan lengkap lengkap 1 Menjelaskan maksud pemeriksaan pada pasien 2 Meminta pasien rileks dan memperhatikan yang akan diminta oleh pemeriksa Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 55 3 Memposisikan pasien berbaring atau duduk 4 Pemeriksa memberikan sentuhan pada bibir atau menyentuhkan sesuatu benda pada bibir 5 Mengamati reaksinya 6 Mencatat hasil dan kesimpulan pemeriksaan Catatan: Pemeriksaan Refleks Menggenggam Dilakukan Dilakukan Tidak No Tahapan kurang dengan dilakukan lengkap lengkap 1 Menjelaskan maksud pemeriksaan pada pasien 2 Meminta pasien rileks dan memperhatikan yang akan diminta oleh pemeriksa 3 Memposisikan pasien berbaring atau duduk 4 Pemeriksa meminta penderita untuk membuka telapak tangan 5 Pemeriksa meletakkan jari tangan pemeriksa pada telapak tangan pasien diantara ibu jari dan jari telunjuk 6 Mengamati reaksinya 7 Mencatat hasil dan kesimpulan pemeriksaan Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 56 CHECKLIST Pemeriksaan Koordinasi Pemeriksaan Inspeksi Cara Berjalan (Gait) Dilakukan Dilakukan Tidak No Tahapan kurang dengan dilakukan lengkap lengkap 1 Menjelaskan maksud pemeriksaan pada pasien 2 Memposisikan pasien berdiri tegak lurus 5 Pasien diminta untuk berjalan seperti biasa. 4 Meperhatikan panjang langkah dan lebar jarak kedua telapak kaki pasien 5 Mencatat hasil dan kesimpulan pemeriksaan Catatan: Pemeriksaan Tes Romberg Dilakukan Dilakukan Tidak No Tahapan kurang dengan dilakukan lengkap lengkap 1 Menjelaskan maksud pemeriksaan pada pasien 2 Memposisikan pasien berdiri tegak lurus dengan kedua tumit bertemu. 4 Meperhatikan sikap berdiri yang terhuyung- huyung atau cenderung jatuh ke salah satu sisi Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 57 5 Prosedur diulangi kembali dengan keadaan mata tertutup 6 Mencatat hasil dan kesimpulan pemeriksaan Catatan: Pemeriksaan Disdiadokinesis Dilakukan Dilakukan Tidak No Tahapan kurang dengan dilakukan lengkap lengkap 1 Menjelaskan maksud pemeriksaan pada pasien 2 Memposisikan pasien dengan nyaman. 3 Meminta pasien merentangkan kedua tangan ke depan 4 Meminta pasien mensupinasi dan pronasi tangannya secara bergantian dan cepat. 5 Mencatat hasil dan kesimpulan pemeriksaan Catatan: Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 58 Pemeriksaan Tes Telunjuk-Hidung Dilakukan Dilakukan Tidak No Tahapan kurang dengan dilakukan lengkap lengkap 1 Menjelaskan maksud pemeriksaan pada pasien 2 Memposisikan pasien dengan nyaman. 3 Meminta pasien merentangkan kedua tangan ke samping 4 Meminta pasien menyentuh hidungnya dengan jari telunjuk secara bergantian (tangan kanan dan kiri). 5 Prosedur dapat diulangi dengan keadaaan mata tertutup 6 Mencatat hasil dan kesimpulan pemeriksaan Catatan: Pemeriksaan Tes Tumit-Lutut Dilakukan Dilakukan Tidak No Tahapan kurang dengan dilakukan lengkap lengkap 1 Menjelaskan maksud pemeriksaan pada pasien 2 Memposisikan pasien berbaring dengan nyaman. Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 59 3 Pemeriksa meminta Pasien diminta mengangkat tungkainya dan meletakkan tumit kakinya pada lutut kontralateral lalu tumit bergerak menyusuri tuberositas tibia menuju ibu jari beberapa kali 4 Mencatat hasil dan kesimpulan pemeriksaan Catatan: Pemeriksaan Tes Fenomena Rebound Dilakukan Dilakukan Tidak No Tahapan kurang dengan dilakukan lengkap lengkap 1 Menjelaskan maksud pemeriksaan pada pasien 2 Memposisikan pasien duduk dengan nyaman. 3 Pemeriksa meminta Pasien memfleksikan siku dan mengaduksikan lengan bawah ke arah bahu dengan telapak tangan posisi supinasi dan dalam posisi menggenggam 4 Pemeriksa menarik lengan bawah pasien pada pergelangan tangannya dan pasien diminta melawannya (seperti Gerakan panco) Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 60 5 Pemeriksa memposisikan lengan lainnya didepan wajah pasien 6 Pemeriksa melepaskan genggaman pada pergelangan tangan pasien secara tiba-tiba 7 Mencatat hasil dan kesimpulan pemeriksaan Catatan: Bagian ini boleh diperbanyak Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 61 CHECKLIST Peemeriksaan Iritasi Meningeal Dilakukan Dilakukan Tidak No Tahapan kurang dengan dilakukan lengkap lengkap 1 Menjelaskan maksud dan prosedur tindakan yang akan dilakukan 2 Membuat informed consent 3 Memposisikan penderita berbaring dengan posisi terlentang tanpa penyangga kepala 4 Melakukan cuci tangan Pemeriksaan Kaku Kuduk 6 Melakukan rotasi dan fleksi leher ke kiri dan kanan 7 Pemeriksa meletakkan tangan kirinya pada bagian belakang kepala pasien 8 Tangan kanan pemeriksa menahan dada pasien 9 Leher pasien kemudian difleksikan ke arah dada 10 Mengamati reaksinya Pemeriksaan Brudzinski I 11 Melakukan fleksi leher dengan menggunakan tangan kiri dan tangan kanan menekan dada. 12 Mengamati reaksi fleksi tungkai Pemeriksaan Brudzinski II Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 62 13 Melakukan fleksi pada sendi panggul dan lutut salah satu tungkai pasien. 14 Mengamati reaksi fleksi tungkai kontralateral Pemeriksaan Brudzinski III 15 Melakukan penekanan pada kedua pipi inferior arkus zigomatikum. 16 Mengamati reaksi fleksi kedua tungkai Pemeriksaan Brudzinski IV 17 Melakukan penekanan pada simphysis pubis 18 Mengamati reaksi fleksi kedua tungkai Pemeriksaan Tanda Kernig 19 Memposisikan paha 90o terhadap badan dan tungkai bawah 20 Menggerakkan tungkai bawah sampai 135o 21 Mengamati reaksinya berupa ada tidaknya tahanan < 135o Konseling Pasca Tindakan 22 Memberitahukan bahwa prosedur pemeriksaan telah selesai dan meminta penderita untuk merapikan pakaiannya kembali 23 Melakukan cuci tangan 24 Melaporkan hasil pemeriksaan Catatan: (halaman ini boleh diperbanyak) Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 63 UMPAN BALIK Nama : Topik : No Mahasiswa : Pertemuan ke - : ☺ SARAN Observer: Nama : Topik : No Mahasiswa : Pertemuan ke - : ☺ SARAN Observer: Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 64 UMPAN BALIK Nama : Topik : No Mahasiswa : Pertemuan ke - : ☺ SARAN Observer: Nama : Topik : No Mahasiswa : Pertemuan ke - : ☺ SARAN Observer: Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 65 DAFTAR PUSTAKA 1. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Kedokteran Indonesia.Jakarta : Katalog Dalam Terbitan (KDT); 2012. Available from : http://www.kki.go.id/assets/data/arsip/SKDI_Perkonsil,_11_maret_13.pdf (diakses tanggal 25 Agustus 2015) 2. Ifanos. Pyramid learning ; 2015. Eropa. Available from : http://www.ifanos- concept.eu/downloads/capacity_development/index_eng.html 3. Cambell W, DeJong’s The Neurologic Examination. Sixth edition. Lippincott Williams and Wilkins: Philadelpia; 2005. 4. Lumbantobing SM. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Penerbit FKUI: Jakarta; 2004. 5. Biller, J, et.al. DeMyer’s The Neurological Examination. 6th Edition. McGrawHill: New York; 2011. 6. Netter, F.H., et.al. Atlas of Neuroanatomy and Neurophysiology. USA: Icon Custom Comunications; 2002. 7. Wilkinson, I & Lennox, G. Essential Neurology. 4th ed. Blackwell Publishing: USA; 2005. 8. Duus Peter. Diagnosis Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi, Tanda dan Gejala. Edisi 4. EGC: Jakarta; 2010. 9. Mumenthaler & Mattle. Fundamental of Neurology: An Illustrated Guide. Thieme New York: USA; 2006. 10. Lumbantobing SM. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Penerbit FKUI: Jakarta; 2004. Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 66 11. Bickley, L.S. Bate’s Guide to Physical Examination and History Taking. Eleventh Edition. Lippincott Williams and Wilkins: Philadelpia; 2013. Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 67 INDEKS A H Hoffmann 24,25,51,52 B O Babinski 20,44 Oppeinheim 22,48 C P Chaddock 20,45 Palmomental 25,53 D R Disdiadokinesis Romberg 28,29,30,56 E Rossolimo 23,50 Rooting refleks 26 F S Fasikulasi 16 Schaefer 21,46 G Snout Reflex 25,52 Gait 28,30,56 T Glabela 25,54 Tromner 24,51 Gonda 22,49 Gordon 21,47 Grasp 27 Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal 68