Petunjuk Praktikum Histologi I.1 2024 PDF
Document Details
Universitas Gadjah Mada
2024
Dian Eurike Septyaningtrias, S.Ked, M.Sc, Ph.D, drg. Yustina Andwi Ari Sumiwi, M.Kes, dr. Rina Susilowati, Ph.D, Jajah Fachiroh, S.P., M.Si, Ph.D, Dra. Dewajani Purnomosari, M.Si, Ph.D, Dewi Kartikawati Paramita, S.Si, M.Si, Ph.D
Tags
Summary
This document is a laboratory manual for histology practice sessions, focusing on the musculoskeletal system. It provides instructions for using a light microscope, identifying cells and tissues, and observing specific histological structures. The lab sessions are part of the 2024 curriculum for undergraduate students at Universitas Gadjah Mada.
Full Transcript
BLOK I.1 SYSTEMA MUSCULOSKELETALE PETUNJUK PRAKTIKUM HISTOLOGI Sesi 1 Menggunakan Mikroskop Cahaya, Identifikasi Sel dan Jaringan Sesi 2 Struktur Histolog...
BLOK I.1 SYSTEMA MUSCULOSKELETALE PETUNJUK PRAKTIKUM HISTOLOGI Sesi 1 Menggunakan Mikroskop Cahaya, Identifikasi Sel dan Jaringan Sesi 2 Struktur Histologi Tendo dan Textus Muscularis Striatus Non Cardiacus Sesi 3 Struktur Histologi Textus Osseus Compactus, Textus Osseus Spongiosus dan Articulatio Synovialis Penyusun: Dian Eurike Septyaningtrias, S.Ked, M.Sc, Ph.D drg. Yustina Andwi Ari Sumiwi, M.Kes dr. Rina Susilowati, Ph.D Jajah Fachiroh, S.P., M.Si, Ph.D Dra. Dewajani Purnomosari, M.Si, Ph.D Dewi Kartikawati Paramita, S.Si, M.Si, Ph.D Departemen Histologi dan Biologi Sel Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2024 PERATURAN PRAKTIKUM LABORATORIUM HISTOLOGI 1. Kegiatan praktikum Histologi diselenggarakan secara luring. 2. Mahasiswa/i diwajibkan mengikuti seluruh kegiatan praktikum sesuai dengan jadwal yang ditentukan. 3. Mahasiswa wajib mendaftarkan diri (enroll) pada Course: Praktikum Histologi Kedokteran di eLOK dengan kunci pendaftaran (enrollment key): cintaHisto. 4. Sebelum praktikum, mahasiswa wajib mempelajari petunjuk praktikum dan menyaksikan video penjelasan praktikum yang ada di Gadjah Mada Medical E-learning (Gamel) atau eLOK. 5. Sebelum praktikum, mahasiswa diberi tugas mengerjakan bahan praktikum (Google Forms). Tautan GForms tersedia sejak satu minggu sebelum sesi praktikum dilaksanakan. 6. Mahasiswa WAJIB mengirimkan jawaban bahan praktikum (Google Forms) PALING LAMBAT SATU HARI sebelum sesi praktikum dilaksanakan. 7. Kegiatan praktikum diselenggarakan selama 100 menit, dengan rincian sebagai berikut: a. 5 menit: tes awal praktikum b. 65 menit: pengamatan preparat dan diskusi dengan instruktur praktikum c. 30 menit: tes akhir dan pembahasan 8. Mahasiswa/i yang tidak dapat mengikuti kegiatan praktikum WAJIB memberikan surat keterangan resmi dari instansi atau orang tua/wali. a. Bila sakit, surat pernyataan sakit berasal dari rumah sakit atau GMC. b. Bila ada anggota keluarga inti yang meninggal, surat izin berasal dari orang tua/wali. c. Bila mendapat tugas mewakili universitas atau fakultas, surat tugas berasal dari universitas atau fakultas. Mahasiswa yang tidak mengikuti praktikum karena tiga (3) alasan tersebut di atas, berhak mengikuti inhal (praktikum susulan) yang dijadwalkan kemudian. 8. Mahasiswa WAJIB mengenakan jas laboratorium selama praktikum berlangsung. 9. Selama praktikum berlangsung mahasiswa DIPERKENANKAN menggunakan gawai seperti ponsel, laptop dan tablet HANYA untuk mengakses materi praktikum maupun referensi lain. Gawai tidak boleh digunakan untuk: a. memfoto preparat melalui mikroskop b. membuat rekaman video c. berswafoto (selfie) d. mengakses media sosial 10. Mahasiswa DILARANG makan dan minum di dalam laboratorium. 11. Instruksi menjawab pertanyaan praktikum dan ujian praktikum. a. Gunakan nomina histologica untuk menjawab pertanyaan terkait struktur b. Dilarang menggunakan singkatan c. Jawablah pertanyaan secara spesifik Prakata Praktikum histologi berperan dalam mendukung pembelajaran dan pemahaman mahasiswa mengenai materi dan konsep blok I.1 (Musculoskeletal System). Praktikum histologi pada blok I.1 meliputi keterampilan menggunakan mikroskop cahaya, identifikasi sel dan jaringan serta pengamatan struktur histologi tendo, textus muscularis striatus, textus osseus compactus, textus osseus spongiosus dan articulatio synovialis. Seluruh materi praktikum histologi di blok I.1 merupakan bagian dari pengetahuan preklinik yang diberikan pada fase 1 kurikulum 2020. Setelah menyelesaikan praktikum histologi blok I.1, mahasiswa diharapkan dapat memahami konsep dan materi systema musculoskeletale serta mampu mengintegrasikan materi praktikum histologi dengan materi preklinik dan klinik lain untuk menunjang kemampuan penalaran mahasiswa mengenai kasus-kasus klinis terkait. Penyusun Rencana Pembelajaran Durasi Aktivitas Mahasiswa Dosen instruktur Materi Sejak seminggu Belajar mandiri Menonton video Mengecek Video pengantar sebelum pengantar jawaban bahan praktikum, praktikum sesi praktikum, praktikum petunjuk daring membaca mahasiswa praktikum, petunjuk bahan praktikum praktikum, (GForms) mengerjakan bahan praktikum 5 menit Tes awal Mengerjakan tes Memeriksa Soal tes awal awal jawaban tes awal 65 menit Pengamatan Mengamati Membantu Petunjuk preparat dan preparat mahasiswa praktikum, diskusi histologi, diskusi dalam GamaPath pengamatan preparat, diskusi 30 menit Tes akhir dan Mengerjakan tes Memeriksa Soal tes akhir pembahasan akhir jawaban tes akhir dan membahas tes akhir Prosedur Praktikum Baca petunjuk praktikum dan tonton video penjelasan praktikum (tersedia di Gamel dan eLOK). KERJAKAN BAHAN PRAKTIKUM (GOOGLE FORMS) yang tautannya tersedia di eLOK sejak satu minggu sebelum praktikum dimulai. KIRIMKAN jawaban GForms PALING LAMBAT SATUI HARI sebelum praktikum dilaksanakan. Pada hari pelaksanaan praktikum: a. Tes awal: 5 menit b. Pengamatan preparat dan diskusi: 65 menit c. Tes akhir dan pembahasan: 30 menit Jika anda mempunyai masalah dalam mengakses materi praktikum di eLOK maupun ada pertanyaan terkait praktikum, mahasiswa dapat menghubungi Koordinator Pendidikan Histologi: Dian Eurike Septyaningtrias ([email protected]) dan staf Departemen Histologi: Bapak Muryadi (082189285026). Akses “GamaPath Virtual Slide” Ikuti instruksi berikut untuk mengakses “GamaPath Virtual Slide” 1. Silakan menuju URL GamaPath berikut: https://gamapath.fkkmk.ugm.ac.id/ 2. Klik "Enter" pada panel “Patologi Digital” 3. Masukkan: username: GamaPathHistologi; password: uripikuurup 4. Klik "Laboratorium Histologi" 5. Klik “Praktikum Histologi” pada panel navigasi di sisi kiri 6. Pilih blok, sesi praktikum dan nama sediaan histologi, kemudian “double click” foto sediaan histologi. “Tab window” baru akan muncul dan menayangkan foto sediaan histologi yang telah dipilih 7. Gunakan menu dan panel yang tersedia untuk melakukan berbagai navigasi seperti “zoom in”, “zoom out”, dll. 8. Silakan mengisi formulir umpan balik terkait pengalaman Anda dalam menggunakan GamaPath. Formulir umpan balik dapat diakses pada tautan berikut: https://forms.gle/Mfu7K1B8mE5TAFMm6 SESI 1: Menggunakan Mikroskop Cahaya, Identifikasi Sel dan Jaringan Tujuan 1. Mengidentifikasi dan menjelaskan fungsi komponen mikroskop cahaya. 2. Menggunakan mikroskop cahaya dengan cara yang benar. 3. Mengamati dan mengidentifikasi sel serta komponennya (cytoplasma dan nucleus). Latar Mikroskop cahaya dapat digunakan untuk mengamati objek berukuran kecil Belakang seperti sel manusia atau patogen (bakteri, fungi, parasit) dalam bentuk bayangan Teori yang diperbesar. Sel-sel tersebut berukuran sangat kecil dan transparan. Zat warna spesifik diperlukan untuk mempermudah identifikasi. Gambar 1. Skema mikroskop (http://www.olympusamerica.com) Tabel 1. Istilah bagian-bagian mikroskop dalam Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bahasa Indonesia Eyepiece/ ocular Lensa okuler Macrometer Makrometer Adjuster Pengatur lensa okuler Micrometer Mikrometer Neck Leher mikroskop Coaxial stage-control Penggerak meja X and Y axis sediaan pada sumbu X dan Y Observation tube Sekrup pengait tabung Light source Sumber cahaya clamping knob pengamatan ke badan mikroskop Revolving Pemutar lensa objektif Main switch button Tombol sumber nosepiece cahaya Objective lens Lensa objektif Light intensity Kenop pengatur adjustment intensitas cahaya Specimen holder Penjepit spesimen Base Dasar mikroskop Stage Meja sediaan Aperture diaphragm Lubang diafragma iris ring Mikroskop terdiri dari komponen mekanis dan komponen optik (Gambar 1). Komponen mekanis utama sebuah mikroskop terdiri dari dasar mikroskop, meja sediaan, makrometer, mikrometer, dan penggerak meja sediaan. Makrometer digunakan untuk mengatur jarak meja sediaan dengan lensa objektif sehingga didapatkan fokus awal. Mikrometer berfungsi untuk menyesuaikan fokus secara halus. Komponen optik mikroskop cahaya terdiri dari tiga lensa (lensa objektif, lensa okuler/eyepiece, dan lensa kondensor) dan sumber cahaya. Lensa objektif memperbesar bayangan objek yang sebenarnya dan memproyeksikan bayangan tersebut ke arah lensa okuler. Lensa okuler memperbesar bayangan objek dan memproyeksikan bayangan tersebut ke retina pengamat. Secara praktis, perbesaran total mikroskop dapat diperoleh dari perkalian antara kekuatan perbesaran lensa objektif dan lensa okuler. Kekuatan perbesaran lensa okuler yang biasa dipakai adalah 10x. Bila kita menggunakan lensa objektif dengan perbesaran 10x, maka objek yang kita amati diperbesar 100x. Posisi lensa kondensor harus satu poros dengan lensa objektif dan lensa okuler. Lensa kondensor merupakan bagian dari kondensor, berfungsi mengumpulkan dan memfokuskan cahaya dari sumbernya sehingga menerangi objek yang diamati. Diafragma, bagian lain dari kondensor, berfungsi mengendalikan intensitas cahaya yang masuk ke mikroskop. Penggunaan kondensor secara tepat akan meningkatkan kualitas bayangan objek yang diamati. Teori tentang pengamatan dengan mikroskop cahaya dapat dibaca lebih lanjut di Junqueira’s Basic Histology Text and Atlas 15th ed., halaman 4-5. Sel adalah unit fungsional terkecil organisme hidup. Sel tersusun atas membran sel, cytoplasma, organella dan nucleus. Kumpulan sel membentuk jaringan. Secara umum terdapat empat jaringan dasar pada hewan (termasuk manusia) yaitu, textus epithelialis (epithelium), textus connectivus (jaringan ikat), textus muscularis (jaringan otot) dan textus nervosus (jaringan saraf), dengan karakteristik yang berbeda. Jaringan yang akan diamati secara histologis perlu melalui beberapa tahapan proses sebelum dapat diamati di bawah mikroskop. Secara umum proses tersebut dibagi menjadi fiksasi (mengawetkan struktur jaringan), dehidrasi (menghilangkan air dari jaringan), clearing (pemrosesan jaringan sehingga menjadi transparan), embedding (penanaman jaringan dalam blok parafin supaya jaringan dapat diiris), pengirisan jaringan (jaringan diiris tipis dengan mikrotom sehingga dapat ditembus cahaya), dan pewarnaan. Sediaan jaringan pada umumnya tidak berwarna sehingga diperlukan proses pengecatan atau pewarnaan dengan zat warna (dye) yang spesifik sehingga diperoleh kontras antara struktur satu dengan lainnya. Dari sekian banyak metode pewarnaan, Hematoxylin Eosin (HE) merupakan pewarnaan yang rutin digunakan. Hematoxylin memberi warna biru pada DNA di dalam nucleus dan struktur lain yang bersifat asam (misalnya struktur kaya RNA pada cytoplasma dan matrix cartilaginea). Sebagai counterstain, eosin memberi warna merah jambu (pink) pada komponen cytoplasma lainnya dan fibra collageni (serabut kolagen). Proses dehidrasi menggunakan etanol berfungsi untuk mengeluarkan air dari jaringan. Penggunaan etanol tersebut dapat melarutkan lipid, komponen utama membran sel dan adipocytus (sel lemak). Terlarutnya membran sel mengakibatkan bentuk sel tidak dapat diamati dengan jelas. Oleh karena itu, bentuk nucleus dapat dijadikan petunjuk bentuk keseluruhan sel. Sel berbentuk squamous (pipih) memiliki nucleus berbentuk squamous pula. Sel berbentuk cuboid (kubus) memiliki nucleus berbentuk bulat. Sel berbentuk columnare memiliki nucleus berbentuk lonjong/ oval. Berbagai proses untuk mempersiapkan jaringan yang siap diamati di bawah mikroskop dapat mengakibatkan distorsi/ kelainan struktur pada jaringan. Distorsi dapat berupa pengerutan sel dan matrix extracellularis, serta hilangnya komponen sel atau jaringan. Berbagai kelainan struktur yang muncul akibat pemrosesan jaringan dikenal sebagai artefak. Jaringan dan struktur bersifat tiga dimensi, tetapi ketika jaringan diiris tipis dan diamati di bawah mikroskop, struktur akan tampak bersifat dua dimensi. Perlu diingat bahwa yang diamati hanya sebagian kecil sampel jaringan. Dengan pengirisan, bentuk struktur dua dimensi yang tampak juga tidak sama dengan struktur tiga dimensi pada jaringan yang utuh. Misalnya, struktur berbentuk tabung yang diiris melintang akan terlihat sebagai struktur lingkaran. Bila tabung tersebut diiris membujur, akan terlihat sebagai struktur memanjang. Bila diiris miring, struktur tersebut akan terlihat berbentuk oval. Teori mengenai preparasi sediaan histologi, pengamatan sediaan histologi, dan identifikasi jaringan dasar dapat dibaca di Junqueira’s Basic Histology Text and Atlas 15th ed., halaman 1-4; 14-15; dan 71. 1. Cara menggunakan mikroskop (Silakan menonton video ‘Cara penggunaan mikroskop binokular’ yang tersedia di Gamel dan eLOK) a. Atur jarak lensa okuler kanan dan kiri sehingga sesuai dengan jarak mata pengamat. b. Nyalakan lampu mikroskop. c. Putar kenop pengatur intensitas cahaya ke posisi maksimal. d. Buka diafragma kondensor hingga terbuka maksimal. e. Pilih lensa objektif terkecil (4x atau 3.2x) dengan cara memutar revolving nosepiece sampai lensa objektif terkecil berada satu jalur cahaya dengan lensa okuler dan kondensor. Pastikan lensa tersebut terkunci pada tempatnya. f. Tempatkan sediaan pada meja sediaan dan atur posisi sediaan sehingga berada tepat di bawah lensa objektif. g. Untuk mendapatkan fokus awal (coarse focus), putar makrometer secara perlahan sambil mengamati sediaan melalui lensa okuler. h. Putar mikrometer secara perlahan untuk memperoleh fokus bayangan yang lebih tajam. i. Atur diameter diafragma dan/atau putar kenop pengatur intensitas cahaya untuk memperoleh intensitas cahaya yang paling tepat. j. Gunakan coaxial stage control Y and X-axis untuk mengubah lapang pandang dan memilih lokasi/area sediaan yang akan diamati. k. Tanpa menurunkan meja sediaan, ganti lensa objektif dengan perbesaran yang lebih kuat (10x, 40x) agar dapat mengamati struktur lebih detail. Atur kembali mikrometer dan diafragma untuk mendapatkan bayangan yang lebih tajam. l. Bila pengamatan sediaan memerlukan perbesaran lebih dari 400X, sediaan harus ditetesi minyak imersi. Jangan menggunakan lensa objektif 100x tanpa menggunakan minyak imersi. m. Setelah selesai melakukan pengamatan, ganti lensa objektif ke perbesaran terkecil. n. Putar makrometer untuk menjauhkan lensa objektif dari sediaan. o. Tutup diafragma dan matikan lampu mikroskop. p. Ambil sediaan dan simpan di tempat yang aman, misalnya map atau kotak sediaan. q. Bila menggunakan minyak imersi, bersihkan lensa objektif dengan cairan pembersih. Catatan untuk pengamatan histologi. Pengamatan dengan lensa objektif perbesaran lemah (4x apabila sediaan yang diamati berukuran besar, atau 10x apabila sediaan yang diamati berukuran kecil) memberi informasi mengenai struktur umum suatu sediaan. Pengamatan dengan lensa objektif perbesaran kuat (40x - 100x) memberi informasi lebih detail struktur yang diamati. Ketika membuat gambar histologi, berilah keterangan gambar segera setelah gambar selesai dibuat untuk membantu mengingat. 2. Textus muscularis striatus non cardiacus (otot skelet) (irisan transversal/melintang) Kode sediaan : MS 01S TA1 Pewarnaan : Hematoxylin Eosin Penjelasan sediaan: Textus muscularis striatus non cardiacus tersusun atas myofibra striata non cardiaca/myocytus striatus non cardiacus (sel otot skelet). Myofibra striata non cardiaca berbentuk silindris memanjang; dengan nucleus berbentuk memanjang, terletak di tepi dan berjumlah lebih dari satu (multinucleare). Dengan perbesaran lemah (objektif 4x), dapat diamati gambaran umum sediaan textus muscularis striatus non cardiacus. Pada irisan transversal (melintang), myofibra striata non cardiaca tampak membulat. Dengan perbesaran lebih kuat (objektif 40x), dapat dikenali myofibra striata non cardiaca, nucleus, cytoplasma, dan membrana cellularis. Nucleus berwarna biru keunguan (karena pewarnaan hematoxylin), sedangkan cytoplasma dan struktur lainnya berwarna merah jambu (karena pewarnaan eosin). Diskusi: 1. Mengapa pengamatan mikroskopis harus dimulai dari perbesaran lemah dahulu, dilanjutkan dengan perbesaran yang lebih kuat? 2. Mengapa myofibra striata non cardiaca yang anda amati memiliki bentuk beragam? 3. Mengapa myofibra striata non cardiaca yang anda amati ada yang tidak memiliki nucleus dan ada yang hanya memiliki satu nucleus? Referensi: 1. Mescher AL. 2018. Junqueira’s Basic Histology Text and Atlas 15 th ed. McGraw-Hill, halaman 194-198. Struktur yang harus dikenali Perbesaran lemah Perbesaran kuat 1. Textus muscularis striatus non cardiacus 1. Myofibra striata non cardiaca (sel otot skelet) 2. Nucleus 3. Cytoplasma 4. Membrana cellularis (membran sel) SESI 2: Struktur Histologi Tendo dan Textus Muscularis Striatus Non Cardiacus Tujuan 1. Mengamati dan menjelaskan struktur histologi textus muscularis striatus non cardiacus (otot skelet) dan tendo. 2. Memahami fungsi textus muscularis striatus non cardiacus dan tendo. Kode Sediaan Nama sediaan, pewarnaan MS 06S TA1 Tendo, Hematoxylin Eosin MS 01S TA1 Textus muscularis striatus non cardiacus (penampang melintang/ transversal), Hematoxylin Eosin MS 01S LA1 Textus muscularis striatus non cardiacus (penampang membujur/ longitudinal), Hematoxylin Eosin Latar Terdapat empat jaringan dasar pada tubuh manusia yaitu, textus epithelialis Belakang (epithelium), textus connectivus (jaringan ikat), textus muscularis (jaringan otot) Teori dan textus nervosus (jaringan saraf). Jaringan-jaringan dasar tersebut tersusun atas sel dan matrix extracellularis dengan proporsi yang berbeda antara jaringan yang satu dan lainnya. Sel utama penyusun textus connectivus adalah fibroblastus, sel yang menghasilkan komponen matrix extracellularis yang meliputi berbagai fibra (serat) dan substantia fundamentalis (substansi dasar). Textus connectivus dapat diklasifikasikan menjadi textus connectivus proprius (jaringan ikat sejati), jaringan ikat khusus, dan jaringan ikat embrio. Textus connectivus proprius dapat dibedakan menjadi textus connectivus compactus (jaringan ikat padat) dan textus connectivus laxus (jaringan ikat longgar) berdasarkan jumlah fibra collageni-nya. Textus connectivus compactus memiliki sedikit fibroblastus, matrix extracellularisnya mengandung banyak fibra collageni dan substantia fundamentalis yang lebih sedikit. Textus connectivus compactus dapat dibedakan menjadi regularis dan irregularis berdasarkan susunan fibra collageni-nya. Textus connectivus compactus regularis tersusun oleh fibroblastus dan fibra collageni yang tersusun paralel. Textus connectivus compactus regularis banyak dijumpai pada struktur yang terkait dengan fungsi untuk menahan tekanan/tarikan berulang dan berkepanjangan, misalnya tendo dan ligamentum. Textus connectivus compactus irregularis memiliki fibra collageni dengan arah beragam, sesuai dengan fungsinya untuk menahan tarikan/tekanan dari berbagai arah. Tipe jaringan ini dapat dijumpai pada capsula pelapis berbagai organ dan lapisan dermis. Textus connectivus laxus umumnya menyusun lapisan di bawah epithelium (“lamina propria”) dan mengisi ruang diantara textus muscularis dan textus nervosus. Tipe jaringan ikat ini berperan untuk menyokong dan menjaga struktur dari tekanan dan gesekan ringan. Fibroblastus berbentuk fusiformis dengan banyak processus, memiliki nucleus oval dan paralel terhadap fibra. Cytoplasma fibroblastus dan fibra textus connectivus tidak dapat dibedakan satu sama lain pada jaringan yang dicat dengan Hematoxylin Eosin. Teori terkait textus connectivus dapat dibaca lebih lanjut di Junqueira’s Basic Histology Text and Atlas 15th ed., halaman 96-99; halaman 103-119. Textus muscularis dapat dibedakan menjadi textus muscularis striatus non cardiacus (jaringan otot skelet), textus muscularis non striatus/textus muscularis levis (jaringan otot polos), dan textus muscularis striatus cardiacus (jaringan otot jantung). Textus muscularis striatus non cardiacus tersusun atas myofibra striata non cardiaca (sel otot skelet), yang berbentuk silindris memanjang dan memiliki banyak nucleus yang terletak di tepi. Cytoplasma myofibra striata non cardiaca disebut sarcoplasma, tersusun atas myofibrilla. Myofibrilla tersusun atas filamentum myosini (myosin) dan filamentum actini (actin). Pada irisan longitudinal/membujur myofibra striata non cardiaca, tampak garis gelap dan terang yang disebut discus anisotropicus (stria A) dan discus isotropicus (stria I). Myofibra striata non cardiaca dibungkus oleh endomysium yang tersusun atas fibra reticularis tipis. Myofibra striata non cardiaca berkelompok membentuk fasciculus muscularis (berkas otot) yang dibungkus oleh perimysium. Epimysium, yang tersusun atas textus connectivus compactus irregularis merupakan lapisan terluar yang membungkus sekumpulan fasciculus muscularis. Teori terkait textus muscularis striatus non cardiacus dapat dibaca lebih lanjut di Junqueira’s Basic Histology Text and Atlas 15th ed., halaman 193-200. 1. Tendo Kode sediaan : MS 06S TA1 Pewarnaan : Hematoxylin Eosin Penjelasan sediaan: Tendo adalah salah satu contoh textus connectivus compactus regularis. Jaringan ini berfungsi melekatkan textus muscularis striatus non cardiacus ke tulang. Tendo tersusun atas beberapa fasciculus tendineus (berkas tendo). Fasciculus tendineus terdiri dari fibra collageni (serabut kolagen) yang padat dan tersusun paralel. Di antara fibra collageni terdapat fibroblastus dengan nucleus berwarna biru keunguan. Setiap fasciculus tendineus dibungkus oleh peritendineum yang merupakan textus connectivus laxus. Di sekeliling tendo dapat diamati textus muscularis striatus non cardiacus yang terpotong melintang. Korelasi klinis: Tendinitis (inflamasi tendon) sering terjadi pada siku, tendo achilles dan rotator cuff tendon (rotator cuff tendon disusun oleh tendo dari otot-otot berikut: m. supraspinatus, m. infraspinatus, m. subscapularis, m. teres minor). Edema (bengkak) dan nyeri pada area inflamasi akan membatasi gerakan otot. Gejala inflamasi tersebut dapat dikurangi dengan injeksi obat anti- inflamasi, misalnya cortisone. Fibroblastus berperan dalam menghasilkan fibra collageni untuk mengganti serabut yang rusak pada area inflamasi. Diskusi: 1. Jelaskan komponen matrix extracellularis dan hubungan antara sel dengan matrix extracellularis! 2. Jelaskan kaitan antara struktur penyusun tendo (textus connectivus compactus regularis) dengan fungsi tendo! 3. Apa fungsi fibroblastus? Referensi: 1. Mescher AL. 2018. Junqueira’s Basic Histology Text and Atlas 15 th ed. McGraw-Hill, halaman 115-116. Struktur yang harus dikenali Perbesaran lemah Perbesaran kuat 1. Tendo di antara irisan transversal textus 1. Peritendineum muscularis striatus non cardiacus 2. Fibroblastus 3. Fibra collageni 2. Textus muscularis striatus non cardiacus (penampang melintang/transversal) Kode sediaan : MS 01S TA1 Pewarnaan : Hematoxylin Eosin Penjelasan sediaan: Sediaan ini sudah diamati pada sesi 1 dengan penekanan pada pengenalan myofibra/myocytus, nucleus dan cytoplasmanya. Pada sesi 2, sediaan ini kembali diamati untuk mempelajari organisasi textus muscularis yang terbentuk dari myofibra serta textus connectivus/jaringan ikat di sekelilingnya. Keseluruhan otot/musculus dibungkus oleh epimysium yang merupakan textus connectivus compactus. Otot/musculus tersusun atas fasciculus muscularis (berkas otot), yang dibungkus oleh perimysium (textus connectivus). Fasciculus muscularis tersusun atas myofibra striata non cardiaca (sel otot skelet) yang dibungkus oleh endomysium. Ingat kembali bahwa myofibra striata non cardiaca berbentuk silindris memanjang sehingga pada irisan melintang (transversal), myofibra striata non cardiaca tampak membulat. Korelasi klinis: Diameter otot dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti umur, jenis kelamin, status nutrisi dan aktivitas fisik. Aktivitas fisik seperti olahraga dapat meningkatkan diameter otot dengan menginduksi pembentukan myofibrilla baru pada masing-masing myofibra striata non cardiaca (sel otot skelet) sehingga terjadi penambahan volume sel. Penambahan diameter otot yang disebabkan penambahan volume sel disebut hipertrofi. Sedangkan penambahan diameter otot yang disebabkan oleh penambahan jumlah sel disebut hiperplasia. Aktivitas fisik juga dapat meningkatkan produksi molekul sinyal (misalnya hormon) oleh myofibra striata non cardiaca. Molekul sinyal tersebut dapat menghambat inflamasi dan mengatur metabolisme di berbagai jaringan tubuh termasuk textus adiposus (jaringan lemak), hepar dan otak. Sebaliknya, kurangnya aktivitas fisik dapat menimbulkan atrofi otot dan meningkatkan risiko inflamasi dan gangguan metabolisme di berbagai organ. Diskusi: 1. Apa yang dimaksud dengan fasciculus muscularis? 2. Apa fungsi endomysium, perimysium dan epimysium? Referensi: 1. Mescher AL. 2018. Junqueira’s Basic Histology Text and Atlas 15 th ed. McGraw-Hill, halaman 193-197. Struktur yang harus dikenali Perbesaran lemah Perbesaran kuat 1. Fasciculus muscularis 1. Myofibra striata non cardiaca 2. Perimysium 2. Cytoplasma myofibra striata non cardiaca 3. Epimysium 3. Nucleus myofibra striata non cardiaca 4. Endomysium 3. Textus muscularis striatus non cardiacus (penampang membujur/longitudinal) Kode sediaan : MS 01S LA1 Pewarnaan : Hematoxylin Eosin Penjelasan sediaan: Penampang membujur textus muscularis striatus non cardiacus menunjukkan fasciculus muscularis yang tersusun atas myofibra striata non cardiaca yang tampak panjang-panjang. Nucleus myofibra striata non cardiaca berwarna biru keunguan, pipih, terletak di tepi dan berjumlah lebih dari satu. Pada irisan longitudinal, fasciculus muscularis sulit diidentifikasi. Endomysium, perimysium dan epimysium sulit dibedakan. Dengan perbesaran lemah, dapat diamati bahwa diantara myofibra striata non cardiaca terdapat textus connectivus, yang ditandai dengan nucleus fibroblastus pipih. Dengan perbesaran kuat, sarcoplasma myofibra striata non cardiaca tampak memiliki garis melintang gelap (discus anisotropicus/stria A) dan terang (discus isotropicus/stria I). Korelasi klinis: Setelah kematian terjadi, adenosin trifosfat (ATP) yang diperlukan dalam pemisahan jembatan actin myosin akan semakin menipis hingga akhirnya habis. Ketiadaan ATP menyebabkan actin myosin tidak berpisah sehingga proses relaksasi otot terganggu dan terjadi rigor mortis atau kaku mayat. Diskusi: 1. Apa unit fungsional terkecil dari myofibra striata non cardiaca? 2. Apa fungsi reticulum sarcoplasmicum? 3. Jelaskan mekanisme satu siklus kontraksi. Bagaimana mekanisme kontraksi dan relaksasi otot skelet? Referensi: 1. Mescher AL. 2018. Junqueira’s Basic Histology Text and Atlas 15th ed. McGraw- Hill, halaman 193-197. Struktur yang harus dikenali Perbesaran lemah Perbesaran kuat 1. Fasciculus muscularis 1. Myofibra striata non cardiaca 2. Nucleus myofibra striata non cardiaca 3. Discus isotropicus 4. Discus anisotropicus SESI 3: Struktur Histologi Textus Osseus Compactus, Textus Osseus Spongiosus dan Articulatio Synovialis Tujuan 1. Mengamati dan menjelaskan struktur histologi textus osseus compactus, textus osseus spongiosus, dan articulatio synovialis serta kaitannya dengan fungsi organ tersebut. 2. Memahami mekanisme osteogenesis/pertumbuhan tulang. Kode Sediaan Nama sediaan, pewarnaan MS 02S O-0 Textus osseus compactus (penampang melintang), preparat gosok tanpa pewarnaan MS 03T LA1 Os longum (penampang membujur), Hematoxylin Eosin MS 04T LA1 Articulatio synovialis (sendi synovial) (penampang membujur), Hematoxylin Eosin Latar Textus osseus (jaringan tulang) merupakan textus connectivus yang mengalami Belakang spesialisasi, berfungsi membentuk rangka tubuh, melindungi bagian tubuh yang Teori lunak, sebagai tempat pembentukan sel-sel darah, cadangan kalsium dan fosfat, dan lain-lain. Textus osseus tersusun atas sel dan matrix extracelullaris (matrix ossea) yang terkalsifikasi. Tiga tipe sel dapat dijumpai pada textus osseus, yaitu osteoblastus (sel yang mensintesis dan mensekresikan materi organik matrix ossea), osteocytus (sel yang terperangkap dalam lacuna diantara matrix ossea), dan osteoclastus (sel besar, memiliki nucleus lebih dari satu dan berperan dalam perombakan textus osseus). Secara struktural textus osseus dapat dibedakan menjadi textus osseus compactus (tulang padat) dan textus osseus spongiosus (tulang spons). Teori terkait textus osseus dapat dibaca lebih lanjut di Junqueira’s Basic Histology Text and Atlas 15th ed., halaman 138-148. 1. Textus osseus compactus (penampang melintang) Kode sediaan : MS 02S O-0 Pemrosesan jaringan : gosok, tanpa pewarnaan Penjelasan sediaan: Sediaan gosok dibuat dengan cara memotong textus osseus, dan menggosoknya sampai tipis, tanpa melalui proses pewarnaan. Pemrosesan ini mengakibatkan kerusakan jaringan lunak sehingga yang dapat diamati hanya struktur jaringan keras. Sediaan gosok textus osseus ditujukan untuk pengamatan matriks terkalsifikasi, sedangkan sel-sel maupun periosteum dan endosteum tidak dapat diamati. Textus osseus compactus terdiri dari beberapa lapis matriks terkalsifikasi (lamella ossea). Lamella ossea yang terletak tepat di bawah periosteum disebut lamella circumferentialis externa. Osteonum merupakan unit fungsional terkecil tulang, terdiri dari lamella ossea yang tersusun konsentris, yang disebut lamella osteoni. Lamella osteoni mengelilingi canalis centralis (canalis Haversi). Dalam keadaan hidup, canalis centralis berisi vasa sanguinea (pembuluh darah), vasa lymphatica (pembuluh limfe), dan nervus (saraf). Namun pada sediaan gosok, struktur dalam saluran/kanal tersebut tidak dapat diamati karena telah rusak. Canalis centralis terhubung satu sama lain melalui canalis perforans (canalis Volkmann). Diantara osteonum, dapat dijumpai lamella interstitialis. Pada lamella ossea dapat dijumpai deretan lacuna osteocyti. Pada keadaan hidup, lacuna osteocyti berisi osteocytus. Pada perbesaran kuat, canaliculus ossis (tunggal)/canaliculi ossis (jamak) tampak sebagai garis tipis tersusun radial yang menjulur dari masing-masing lacuna osteocyti. Pada keadaan hidup, canaliculus ossis berisi processus cytoplasma osteocytus yang digunakan untuk berkomunikasi dengan osteocytus yang berdekatan. Korelasi Klinis: Pada lansia, ketidakseimbangan antara tingkat pembentukan dan resorpsi matrix ossea menyebabkan osteoporosis. Kondisi ini mengakibatkan hilangnya berbagai komponen penyusun matrix ossea mulai dari kolagen, osteocalcin, osteonectin, kalsium, fosfat serta protein dan mineral lainnya, sehingga terjadi penurunan densitas tulang. Penurunan densitas tulang meningkatkan risiko fraktur tulang. Defisiensi kalsium pada anak-anak dapat menyebabkan rakitis (rickets), suatu kondisi yang ditandai dengan gangguan kalsifikasi tulang. Pada pasien rakitis, proses osifikasi terhambat, pertumbuhan tulang berlangsung lambat dan sering kali menyebabkan deformasi tulang. Defisiensi kalsium dapat disebabkan oleh kekurangan kalsium pada diet atau kekurangan vitamin D yang diperlukan dalam absorpsi kalsium di usus. Pada orang dewasa, defisiensi kalsium dapat menyebabkan osteomalacia. Kondisi ini ditandai dengan tulang yang lunak karena mineralisasi tulang yang terganggu. Kondisi ini meningkatkan risiko fraktur tulang. Diskusi: 1. Pada jaringan hidup, sel apa saja yang terdapat pada textus osseus? 2. Apa saja komponen matrix ossea dan sel apa yang membentuk protein penyusun matrix ossea? 3. Apakah osteonum merupakan struktur yang tidak berubah bentuk kecuali bila ada cedera tulang? Jelaskan jawaban anda. Referensi: 1. Mescher AL. 2018. Junqueira’s Basic Histology Text and Atlas 15 th ed. McGraw-Hill, halaman 138-148. Struktur yang harus dikenali Perbesaran lemah Perbesaran kuat 1. Lamella osteoni 1. Osteonum 2. Lamella interstitialis 2. Lacuna osteocyti 3. Lamella circumferentialis externa 3. Canaliculus ossis 4. Osteonum 4. Canalis centralis 5. Canalis centralis 6. Canalis perforans 2. Os longum (penampang membujur) Kode sediaan : MS 03T LA1 Pemrosesan jaringan : Dekalsifikasi Pewarnaan : Hematoxylin Eosin Penjelasan sediaan: Sediaan ini merupakan jaringan yang telah melalui proses “dekalsifikasi” yaitu pengambilan mineral dari jaringan dengan reaksi kimia. Hasilnya adalah jaringan tulang yang lunak karena kehilangan kalsium. Setelah lunak, jaringan diproses untuk ditanam pada blok parafin sebelum diiris tipis dan diwarnai. Pada irisan jaringan, tampak epiphysis pada satu ujung os femur dengan diaphysis di segmen tengah os femur. Epiphysis pada ujung femur yang lain tidak ikut terpotong pada sediaan ini. Di tepi irisan tulang, terdapat textus muscularis striatus non cardiacus yang terpotong membujur atau melintang. Pada epiphysis dapat dijumpai cartilago articularis dan discus epiphysialis. Cartilago articularis merupakan cartilago hyalina tanpa perichondrium. Cartilago articularis merupakan salah satu dinding cavitas articularis (cavitas articularis tidak dapat diamati secara utuh pada sediaan ini). Cartilago articularis tersusun atas chondrocytus di dalam lacuna cartilaginea yang dikelilingi matrix cartilaginea yang terwarnai pucat. Pada satu lacuna cartilaginea terdapat satu atau dua chondrocytus. Di antara cartilago articularis dan discus epiphysialis dapat dijumpai textus osseus spongiosus (textus osseus trabecularis) yang merupakan penyusun utama epiphysis. Diaphysis tersusun oleh textus osseus compactus. Jaringan tulang dilapisi oleh periosteum di bagian luar dan endosteum di bagian dalam. Di tengah diaphysis terdapat cavitas medullaris, berisi medulla ossium yang tersusun atas cellula haematopoietica precursoria (prekursor sel-sel darah). Textus osseus spongiosus terbentuk dari trabecula ossea dengan osteocytus di dalam lacuna osteocyti yang dikelilingi oleh matrix ossea yang terwarnai kemerahan. Pada satu lacuna osteocyti hanya terdapat satu osteocytus. Pada tepi trabecula ossea dijumpai endosteum yang merupakan textus connectivus. Di beberapa tempat, di tepi trabecula ossea juga dapat ditemukan deretan osteoblastus yang berbentuk cuboid. Di antara trabecula ossea tampak medulla ossium. Discus epiphysialis/cartilago epiphysialis merupakan centrum ossificationis epiphysiale (pusat pertumbuhan pada tulang panjang). Discus epiphysialis tersusun atas chondroblastus dan chondrocytus yang terperangkap di dalam lacuna cartilaginea. Deretan chondrocytus tersebut membentuk beberapa zona yang tidak berbatas tegas. Dari arah epiphysis menuju diaphysis, berturut turut terdapat zona quiescens yang terbentuk dari chondrocytus yang tidak aktif dan berukuran kecil; zona proliferationis terdiri dari chondrocytus yang aktif membelah dan tersusun dalam kolom (deretan sel), sel baru hasil pembelahan chondrocytus mendorong sel-sel yang telah ada sebelumnya ke arah diaphysis sehingga menambah panjang tulang; zona hypertrophica terdiri dari chondrocytus berukuran besar; zona calcificationis merupakan area terjadinya kalsifikasi matrix cartilaginea dan kematian (apoptosis) chondrocytus; pada zona ossificationis, osteoblastus mensintesis matrix ossea untuk menggantikan matrix cartilaginea yang mengalami kalsifikasi. Zona ossificationis dan zona calcificationis tidak dapat dibedakan dengan jelas pada sediaan ini. Diaphysis disusun oleh textus osseus compactus. Pada matrix ossea dapat diamati osteocytus pada lacuna osteocyti. Osteoblastus terdapat di tepi textus osseus compactus. Osteonum dan lamellae ossea pada sediaan yang telah mengalami dekalsifikasi sulit diamati. Osteoclastus, sel besar dengan nucleus lebih dari satu (multinucleare), dapat diamati pada permukaan matrix ossea. Osteoclastus berperan dalam proses resorpsi tulang. Korelasi klinis: Pertumbuhan tulang dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah hormon. Hormon pertumbuhan/somatotropin/growth hormone yang dihasilkan di bagian otak yang disebut hypophysis anterior berperan dalam memicu pertumbuhan discus epiphysialis. Pada anak, defisiensi hormon pertumbuhan menyebabkan dwarfism sedangkan kelebihan hormon pertumbuhan menyebabkan gigantisme. Kelebihan hormon pertumbuhan pada orang dewasa menyebabkan akromegali, suatu kondisi yang ditandai dengan penebalan tulang. Diskusi: 1. Apa persamaan dan perbedaaan textus osseus compactus dan textus osseus spongiosus (trabecularis)? 2. Dari tiga jaringan berikut: textus osseus compactus, textus osseus spongiosus dan textus cartilagineus; jaringan apa yang paling banyak memiliki vasa sanguinea (pembuluh darah)? Mengapa demikian? 3. Apa persamaan dan perbedaan textus osseus dan textus cartilagineus? 4. Secara embriologi, termasuk tipe perkembangan tulang apakah os longum? Apa tipe perkembangan tulang yang lain? Beri contoh. 5. Jelaskan proses pemanjangan os longum! Referensi: 1. Mescher AL. 2018. Junqueira’s Basic Histology Text and Atlas 15 th ed. McGraw-Hill, halaman 148-152. Struktur yang harus dikenali Perbesaran lemah Perbesaran kuat 1. Os longum dengan epiphysis dan diaphysis 1. Cartilago articularis 2. Textus osseus compactus 2. Chondrocytus dalam lacuna cartilaginea 3. Textus osseus spongiosus 3. Matrix cartilaginea 4. Cavitas medullaris 4. Textus osseus spongiosus 5. Medulla ossium 5. Osteocytus dalam lacuna osteocyti 6. Trabecula ossea 7. Matrix ossea 8. Osteoblastus 9. Discus epiphysialis dan zona pertumbuhan tulang 10. Osteoclastus 3. Articulatio synovialis (penampang membujur) Kode sediaan : MS 04T LA1 Pemrosesan jaringan : Dekalsifikasi Pewarnaan : Hematoxylin Eosin Penjelasan sediaan: Pada sediaan ini tampak articulatio synovialis menghubungkan dua tulang panjang. Jaringan pada sediaan ini telah mengalami dekalsifikasi. Struktur umum tulang panjang sama dengan yang diamati pada sediaan os longum. Komponen struktural articulatio synovialis antara lain capsula articularis, cavitas articularis, dan cartilago articularis. Capsula articularis membungkus cavitas articularis yang pada keadaan hidup berisi liquor synovialis. Lapisan capsula articularis yang berbatasan dengan cavitas articularis disebut membrana synovialis. Membrana synovialis merupakan textus connectivus laxus yang kaya vasa sanguinea, serta memiliki lipatan-lipatan yang menjulur ke dalam cavitas articularis. Selain fibra collageni, adipocytus (sel lemak) yang tampak jernih juga menyusun membrana synovialis sediaan ini. Pada permukaan membrana synovialis terdapat dua tipe sel yang tersusun menyerupai epithelium tetapi tanpa membrana basalis. Dua tipe sel tersebut adalah synoviocytus phagocyticus (sel berbentuk bulat dan terletak pada bagian superfisial, berfungsi melakukan phagocytosis) dan synoviocytus secretorius (sel pipih menyerupai fibroblastus, letaknya lebih tersebar yaitu dapat dijumpai di bagian superfisial dan bagian yang lebih dalam, berfungsi untuk memproduksi liquor synovialis). Membrana fibrosa capsula articularis, lapisan luar capsula articularis, terbentuk dari textus connectivus compactus regularis, yang tersusun atas fibroblastus dan fibra collageni yang padat. Cartilago articularis tersusun atas chondrocytus di dalam lacuna cartilaginea yang dikelilingi matrix cartilaginea yang terwarnai pucat. Korelasi klinis: Pada rheumatoid arthritis, sistem imun menyerang tubuh sendiri (penyakit autoimun) dan menyebabkan inflamasi (radang) pada membrana synovialis. Inflamasi menyebabkan sendi membengkak, kaku dan nyeri sehingga gerakan menjadi terbatas. Penebalan textus connectivus dan infiltrasi sel imun misalnya macrophagocytus (makrofag) dapat dijumpai pada membrana synovialis. Macrophagocytus menghasilkan sitokin proinflamasi serta enzim hidrolitik yang berperan dalam destruksi cartilago articularis. Diskusi: 1. Apa jenis cartilago pada cartilago articularis? 2. Apa fungsi synoviocytus secretorius dan synoviocytus phagocyticus? 3. Apa fungsi capsula articularis? Referensi: 1. Mescher AL. 2018. Junqueira’s Basic Histology Text and Atlas 15 th ed. McGraw-Hill, halaman 156-158. 2. Iwanaga T, Shikichi M, Kitamura H, Yanase H, Nozawa-Inoue K. 2000. Morphology and functional roles of synoviocytes in the joint. Arch Histol Cytol; 63(1):17-31. doi: https://doi.org/10.1679/aohc.63.17 Struktur yang harus dikenali Perbesaran lemah Perbesaran kuat 1. Dua tulang panjang membentuk sendi 1. Vasa sanguinea pada membrana synovialis 2. Cavitas articularis 2. Synoviocytus 3. Membrana fibrosa 3. Cartilago articularis 4. Membrana synovialis 4. Cavitas articularis 5. Fibroblastus