INTEGRASI IMAN, ILMU DAN IHSAN PDF
Document Details
Dr.H. Khusnul Fathoni Effendy, M.Ag
Tags
Summary
This document discusses the integration of faith (iman), knowledge (ilmu), and righteousness (ihsan) in Islam, outlining their importance in shaping a complete human being. It also explores the various aspects of Islamic teachings and provides examples drawn from the Quran and Sunnah of how these three elements are intertwined.
Full Transcript
INTEGRASI IMAN, ILMU DAN IHSAN DALAM MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA Oleh: Dr.H. Khusnul Fathoni Effendy, M.Ag IHSAN IMAN ILMU SISTEM AJARAN ISLAM AQIDAH MAHDZAH IBADAH...
INTEGRASI IMAN, ILMU DAN IHSAN DALAM MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA Oleh: Dr.H. Khusnul Fathoni Effendy, M.Ag IHSAN IMAN ILMU SISTEM AJARAN ISLAM AQIDAH MAHDZAH IBADAH GHAIRU MAHDZAH ISLAM SYARIAH MUAMALAH AKHLAQ EKONOMI SOSIAL FILSAFAT SENI BUDAYA IPTEK POLITIK Integrasi dapat dimaknai sebagai TERMINOLOGI pembauran hingga menjadi INTEGRASI kesatuan yang utuh atau bulat; (https://kbbi.web.id/integrasi). Sebuah sistem yang mengalami pembauran hingga menjadi suatu kesatuan yang utuh. PENGERTIAN UMUM INTEGRASI Bahasa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. 2. TERMINOLOGI IMAN Menurut bahasa iman berarti membenarkan (tashdiq) IMAN Menurut istilah ialah “membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatannya”. Sedang menurut istilah yang sesungguhnya ialah kepercayaan yang meresap kedalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur dengan syak dan ragu, serta memberi pengaruh terhadap pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari. Ar-Raghib al-Ashfahani (ahli kamus Al-quran) Iman diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan di amalkan dalam perbuatan sehari-hari. RUKUN (PILAR-PILAR) IMAN DALAM ISLAM 1. Beriman kepada Allah Swt 2. Beriman kepada malaikat 3. Beriman kepada kitab-kitab 4. Beriman kepada para rasul 5. Beriman kepada hari akhirat 6. Beriman kepada (taqdir) ketentuan Allah 3. TERMINOLOGI ILMU Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, علمmasdar dari َ َعـلِ ََم – يَ ْـعـلَمyang berarti tahu atau mengetahui. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu. Ilmu adalah pengetahuan yang sudah dikelompokkan, disistematisasi, dan diinterpretasikan sehingga menghasilkan suatu kebenaran objektif serta sudah diuji kebenarannya secara ilmiah. Kamus Webster: bahwa ilmu adalah penelurusuran data atau informasi melalui pengamatan, pengkajian, dan eksperimen, dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar ataupun asal-usulnya. Dari beberapa pengertian ilmu tersebut, dapat kita simpulkan bahwa ilmu merupakan bentuk khusus dari pengetahuan, bukan sembarang pengetahuan melainkan pengetahuan yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu. KARAKTERISTIK ILMU a. Mempercayai rasio sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan yang benar. b. Alur berpikir yang logis yang konsisten dengan pengetahuan yang telah ada. c. Pengujian secara empiris sebagai kriteria kebenaran objektif. d. Mekanisme yang terbuka untuk dilakukan koreksi. 4. TERMINOLOGI IHSAN Ihsan berasal dari kata hasana yuhsinu, yang artinya adalah berbuat baik, sedangkan bentuk masdarnya adalah ihsanan, yang artinya kebaikan. ْاِنْ اَح َسن تُمْ اَحْ َسن تُمْ ِِلَنْ ُف ِس ُكم ” Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri...”(Q.s. Al-Isra’ :7) َْ َْاّللُ ْإَِل َْۖ َْ َوأَح ِسنْ َك َما أَح َْ س َْن “Dan berbuat baiklah (kpd orang lain) seperti halnya Allah berbuat baik terhadapmu.. “(Q.s. Al-Qashash : 77). Ibnu katsir mengomentari ayat diatas dengan mengatakan bahwa kebaikan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah kebaikan kepada seluruh mahluk Allah Swt. LANDASAN SYAR’I IHSAN Pertama Al- Qur’anul karim Dalam Al-qur’an, terdapat 166 ayat yang berbicara tentang ihsan dan implementasinya. Dari sini kita dapat menarik satu makna, betapa mulia dan agungnya perilaku dan sifat ini, hingga mendapat porsi yang sangat istimewa dalam Al-Qur’an. ْاّلل َوَِلْ تُل ُقوا ِِبَيْ ِدي ُك ْم إِ َل َِْ ْل ِْ ِف َسب ْ ِ َوأَن ِف ُقوا َْ اَلتَهلُ َك ِْةْۛ َوأَح ِسنُواْۛ ْإِ َْن َْ ِاّللَ ُُِيبْ اَلْ ُمح ِسن ي Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.(Qs. Al- Baqarah : 195) ْب َويَن َه ىْى َع ِن ْاء ِذي اَل ُقر َى ِْ َان َوإِيتِْ الح َس ِْ اّللَ ََي ُمُْر ِِبَل َعد ِْل َو َْ إِ َْن ِْ اَل َفح َش اء َواَل ُمن َك ِْر َواَلبَ غ ِْيْۚ يَعِظُ ُكمْ َلَ َعلَ ُكمْ تَ َْذ َكُرو َْن Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (Qs.An-nahl :90). ْاّللَ َوِِبَل َواَلِ َدي ِن َْ ْل َِلْ تَعبُ ُدو َْن إَِِْل َْ ِن إِسَرْائ َْ ََخذ َْن ِمْث ْ َِاق ب َ َوإِذْ أ ِْ ي َوقُوَلُوا َْلِلن َاس ِْ ِام ىْى َواَل َم َساك َْ َب َواَلَْ تْان َوِذي اَل ُقرَى ًْ إِح َس َْْل ِمن ُكم ًْ ِص ََلَْة َوآتُوا اَْلَزَكاَْة ُْثَ تَ َوَلَْ تُمْ إَِِْل قَلَ ْموا اَل ِحسنا وأَق ُ َ ً ُ ضو َْنُ َوأَن تُمْ ُمع ِر Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang- orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. (Qs. Al-Baqarah : 83). ْب َواَلَْْ تَ َام ىى ْان َوْبِ ِذي اَل ُقرَى ًْ َوِِبَل َواَلِ َدي ِْن إِح َس ِْ ُب َواْلَا ِْر اْلُن ب ْي َواْلَا ِْر ِذي اَلْ ُقرَىِْ َِواَل َم َساك ْْۗب َوابْ ِْن َوَما َملَ َكتْ أ َْيَانُ ُكمِْ بْ ِِبْلَن ِص ِ اح َ َواَل “Dan berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak, kerabat, anak-anak yatim, orang- orang miskin, tetangga yang dekat maupun yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan para hamba sahayamu.... “ (Qs. An-nisa’ : 36). Kedua, As-sunnah Rasulullah Saw. sangat memberi perhatian terhadap masalah ihsan ini. Sebab, ini merupakan puncak harapan, perjuangan seorang hamba. Bahkan, diantara hadits-hadits mengenai ihsan tersebut, ada beberapa yang menjadi landasan utama dalam memahami agama ini. Rasulullah Saw. menerangkan mengenai ihsan – Ketika beliau menjawab pertanyaan malaikat jibril tentang ihsan, dimana jawaban tersebut dibenarkan oleh jibril, dengan mengatakan ,” Engkau menyembah Allah seakan- akan engkau melihat-Nya, dan apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”(HR. Muslim). At-taqwa Ibadah Al-bir Al-ihsan ASPEK POKOK Aktifitas hablun minannaas Muamalah DALAM IHSAN Al-Karimah/Mahmudah Ahklak Sayyi’ah/ Madzmumah Pertama, ihsan adalah kesempurnaan dalam beramal sambil menjaga keiklasan dan jujur dalam beramal. CIRI IHSAN Kedua, ihsaan adalah senantiasa memaksimalkan amalan-amalan sunnah yang dapat mendekat diri kepada Allah Swt. selama hal itu adalah sesuatu yang diridhai-Nya dan dianjurkan untuk melaksanakannya. 5. BENTUK INTEGRASI IMAN, ILMU DAN IHSAN َل َكلِ َم ْةً طَِْبَْةً َك َش َجَْرةْ طَِْبَةْ أَصلُ َها ًْ َاّللُ َمث َْ ب َْ ضَر َ ف َْ ْأََْل تَ َْر َك ْۗت أُ ُكلَ َها ُك َْل ِْحيْ ِبِِذ ِْن َر ِْبَا ْ ِاء ۞ تُؤ ِْ ف اَل َس َم ْ ِ ََثبِتْ َوفَرعُ َها ِْ ال َلِلن َاس َلَ َعلَ ُهمْ يَتَ َذ َكُرو َْن َْ َاّللُ اْلَمث َْ ب ُْ َويَض ِر “Tidakkah kamu perhatikan Allah telah membuat perumpamaan kalimat yg baik (Dinul Islam) seperti sebatang pohon yg baik, akarnya kokoh (menghujam ke bumi) dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu mengeluarkan buahnya setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan – perumpamaan itu agar manusia selalu ingat" ( Q.s. Ibrahim : 24-25). IMAN = AKAR ANALOG ILMU = POHON AMAL = BUAH IHSAN Ipteks dikembangkan diatas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal saleh bukan kerusakan alam. 6. LANGKAH MEMBANGUN INTEGRASI IMAN, ILMU DAN IHSAN Membangun semangat Iqra’ berbasis keimanan sebagaimana semangat yang terkandung dalam wahyu pertama الن َسا َْن ِْم ْنِ َ اَلَ ِذي َْخلَ َْق ۞ َخلَ َْق َْ ِاق َرأْ ِِبس ِْم َرب ۞ َ اْلَكَرُْم ۞ اَلَ ِذي َعلَ َْم ِِْبَل َقلَِْم َْ َعلَقْ ۞ اق َرأْ َوَرب ِ َعلَ ْم ْالن َسا َْن َما َْل يَعْلَم َ “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.s. Al-‘Alaq : 1-5). Sayyid Quthb rahimahullah, bahwa surat ini adalah surat pertama dari Al Qur’an, maka ia dimulai dengan Bismillah, dengan nama Allah. Dan Rasulullah Saw pertama kali melangkah dalam berhubungan dengan Allah dan pertama kali menapaki jalan da’wah dengan Bismillah: "Iqra’ bismi rabbik". (Tafsir Fi Zhilal Al- Qur’an). Perintah perang melawan kebodohan Perintah berilmu sebagai media hidup Perintah membaca ayat MAKNA IQRA qauliyah dan ayat kauniyah Perintah membangun visi masa depan Gerakan pembebasan dari segala bentuk kedzaliman Semangat iqra’ juga dapat dipahami melalui tawaran bahkan tantangan Allah kepada bangsa Jin dan Manusia untuk melintasi langit dan bumi untuk menguatkan iman dan ilmu, ْس إِ ِْن اسْتَطَعتُمْ أَنْ تَن ُف ُذوا ِم ْن أَقطَا ِر ِْ الن ِ َْي َمع َش ْر اْلِ ِْن و َ َ ْض فَان ُف ُذواْۚ َِْل تَْن ُف ُذو َْن إَِِْل بِ ُسل ْطَان ِْ اَل َس َم َاو ِْ ات َواْلَر Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan (Q.s. Ar-Rahman : 33). Imam Syafi‘i dalam kitab Diwan menegaskan: “Saudaraku, engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali setelah memenuhi enam syarat, yaitu: 1. Kecerdasan, 2. Kemauan yang kuat, 3. Kesungguhan, 4. Perbekalan yang cukup, 5. Kedekatan dengan guru dalam waktu yang lama.” 7. LANGKAH MEMAHAMI SUBSTANSI INTEGRASI IMAN, ILMU DAN IHSAN Untuk memahami subsatnsi integrasi iman, ilmu dan ikhsan, diperlukan optimalisasi Fungsi Nalar. Ilmu dalam Islam menempati posisi sangat penting. Al-Qur’an menyebut kata ‘ilm dan deravisanya sebanyak 750 kali. Sehingga orang berilmu menempati posisi mulya. ْينْ أُوْتُوا اَلعِل َمذِ َين آمنوا ِْمن ُك ْم واَل ِ َاّلل اَل َ َ ُ َ َ َُْ يَرفَ ِْع ْ ذ ْاّللُ ِِبَا تَع َْملُو َْن َخبِي َْ َد َر َجاتْْۚ َو “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Konsepsi Ilmu dalam Islam tidak memisahkan antara iman dan ilmu pengetahuan. Tidak memisahkan unsur dunia dan unsur akhirat. Karena pada hakikatnya ilmu pengetahuan dipelajari bermuara pada satu tujuan penting, mengenal Allah Subhanahu Wata’ala, beribadah kepada-Nya dan kebahagiaan di akhirat. Syed Muhammad Naquib al-Attas mengatakan, ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang sangat penting, sebab Islam adalah agama yang berdasarkan ilmu pengetahuan. Penyangkalan terhadap kemungkinan dan objektifitas ilmu pengetahuan akan mengakibatkan hancurnya dasar yang tidak hanya menjadi akar bagi agama, tetapi juga bagi semua jenis sains.”(Jurnal Islamia No. 5 Thn II April-Juni 2005, hal. 52). Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang bertambah ilmunya tapi tidak bertambah petunjuknya, maka tidak akan bertambah kecuali dia akan makin jauh dari Allah Subhanahu Wata’ala. (HR. al-Dailami). Maksudnya, orang yang bertambah ‘informasi pengetahuannya’, namun tidak bertambah imannya, maka orang tersebut dijauhkan dari petunjuk Allah Subhanahu Wata’ala. Karena itu, yang dinamakan al-din (agama Islam) adalah gabungan antara iman, Islam, ilmu pengetahuan, dan amal sholeh merupakan bagian yang tak terpisahkan (Wan Mohd Nor Wan Daud, Tantangan Pemikiran Umat, hal.55). Ilmu pengetahuan dalam Islam, semuanya harus menjadikan akidah sebagai asas dasarnya. Belajar ilmu kedokteran, ekonomi, biologi, sosiologi dan lain-lain harus menjadikan syariat sebagai basis, dan mengorientasikan tujuan dasarnya untuk mencapai ridha Allah, bukan sekedar demi tuntutan duniawi. 8. STRATEGI MEWUJUDKAN NILAI INTEGRASI IMAN, ILMU DAN IHSAN Iman adalah dasar perilaku atau akhlak. Tanpa iman prilaku manusia tidak akan terbimbing dalam kebajikan. Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya” (HR At-Tirmidzi no 1162) a. Iman menjadi dasar perilaku “Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan yang paling dekat denganku tempatnya pada hari kiamat adalah yang terbaik akhlaknya diantara kalian” (HR At-Tirmidzi 2018) b. Akhlak adalah bukti Keimanan Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik diantara mereka akhlaknya.” (HR Tirmidzi, ia berkata: hadis hasan shahih) “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan kepada hari akhir, hendaknya ia tidak menyakiti tetangganya, barangisiapa yang beriman kepada Allah dan kepada hari akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan kepada hari akhir, hendaknya ia berkata baik atau diam.” (Muttafaq ‘alaih) WALLAHU A’LAM BISSAWAB TERIMA KASIH