Praktikum Farmakognosi Fitokimia 2024 - FFUP PDF
Document Details
Uploaded by SublimeAmetrine
Universitas Pancasila
2024
Tags
Summary
This document is a schedule for a D3 Pharmacy Farmakognosi Fitokimia practical course at Universitas Pancasila for the year 2024. It includes details about the practical topics, dates, and times. Different practical methods such as maserasi and soxhletasi.
Full Transcript
PRAKTIKUM D3 FARMASI FARMAKOGNOSI FITOKIMIA 2024 Fakultas Farmasi Universitas Pancasila SALAM PANCASILA TIM DOSEN apt. Diah Kartika P, M.Farm. apt. Desi Nadya A, M.Farm. LABORAN DAN ASISTEN Jadwal Asisten Kelas A...
PRAKTIKUM D3 FARMASI FARMAKOGNOSI FITOKIMIA 2024 Fakultas Farmasi Universitas Pancasila SALAM PANCASILA TIM DOSEN apt. Diah Kartika P, M.Farm. apt. Desi Nadya A, M.Farm. LABORAN DAN ASISTEN Jadwal Asisten Kelas A Kelas B Kelas C Selasa 10:00 - 12:50 Selasa 13:00 - 15:30 Sabtu,08:00-16:30 Cut Lena Mutia Cut Lena Mutia Cut Lena Mutia Sahroni Sahroni Sahroni Raden Syabila Raden Syabila Raden Syabila Dorothea Dorothea M. Hendri Sahroni Cut Lena M Raden Syabila Dorothea Jadwal Praktikum D3 Farmakognosi Fitokimia Minggu ke- Tanggal Topik Praktek 1 10-Sep Responsi awal, Cara pembuatan simplisia 2 17-Sep Identifikasi mikroskopik simplisia Individu 3 24-Sep Identifikasi makroskopik rajangan Individu 4 1-Okt Bahan Organik Asing, Derajat halus serbuk Kelompok 5 8-Okt Kadar abu total Kelompok 6 15-Okt Kadar abu tidak larut asam, kadar sari latut etanol Kelompok 7 22-Okt UTS Praktikum 28 Okt – 8 Nov UTS Perkuliahan 8 12-Nov Ekstraksi Kelompok 9 19-Nov Destilasi Kelompok 10 26-Nov Kadar air (Destilasi Azeotrop), susut pengeringan Kelompok 11 3-Des KLT Kelompok 12 10-Des Penapisan Fitokimia Kelompok 13 17-Des UAS Praktikum Individu 14 24-Des HER Praktikum Individu Jadwal Praktikum D3 Regsus Farmakognosi Fitokimia Minggu ke- Tanggal Topik Praktek 1 Responsi awal, Cara pembuatan simplisia 2 12-Okt Identifikasi mikroskopik simplisia individu 3 Identifikasi makroskopik rajangan individu 4 Bahan Organik Asing, Derajat halus serbuk kelompok 5 Kadar abu total kelompok 6 Kadar abu tidak larut asam, kadar sari latut etanol kelompok 19-Okt 7 Ekstraksi kelompok 8 Destilasi kelompok 28 Okt – 8 Nov UTS Perkuliahan 9 Kadar air (Destilasi Azeotrop), susut pengeringan kelompok 26-Okt 10 KLT kelompok 11 Penapisan Fitokimia kelompok 12 UTS Praktikum Individu 13 16-Nov UAS Praktikum Individu 14 HER Praktikum Individu POKOK BAHASAN Sumber bahan baku obat tradisional, 1 pembuatan simplisia Identifikasi dalam evaluasi mutu 2 simplisia (pengamatan mikroskopik) Identifikasi dalam evaluasi mutu 3 simplisia (pengamatan makroskopik) Uji Kemurnian dalam evaluasi mutu 4 simplisia POKOK BAHASAN Uji Kuantitatif dalam evaluasi mutu 5 simplisia 6 Berbagai metode ekstraksi 7 Destilasi 8 Parameter ekstraksi non spesifik POKOK BAHASAN 9 Parameter ekstraksi spesifik 10 Kromatografi Lapis Tipis 11 Skrining Fitokimia Penjaminan mutu berbagai macam 12 sediaan OT TATA TERTIB PRAKTIKUM ONLINE 1. Sebelum melaksanakan praktikum, mahasiswa harus sudah mempersiapkan diri dan mempelajari hal yang berhubungan dengan rencana praktikum. 2. Mahasiswa harus join zoom tepat waktu sesuai jadwal praktikum dan mengisi daftar hadir. 3. Mahasiswa yang tidak hadir dianggap mengundurkan diri dari mata praktikum fitokimia 4. Menyalakan video selama praktikum dan wajib mute kecuali saat bertanya atau ditanya 5. Setting nama zoom : Kelas_nama jelas TATA TERTIB OFFLINE 1. Sebelum melaksanakan praktikum, mahasiswa harus sudah mempersiapkan diri dan mempelajari hal yang berhubungan dengan rencana praktikum. 2. Mahasiswa harus datang tepat waktu sesuai jadwal praktikum dan harus mengisi daftar hadir mahasiswa yang datang terlambat 15 menit harus lapor kepada Dosen Pembimbing Praktikum (DPP) sebelum mulai menjalankan praktikum. 3. Mahasiswa yang tidak hadir pada hari praktikum, diharuskan memberikan alasan / keterangan yang sah dan mengganti di hari lain. 4. Mahasiswa yang tidak ikut praktikum tanpa alasan atau keterangan yang sah, tidak diperkenankan untuk melanjutkan praktikumnya. 5. Tas dan peralatan yang tidak berkaitan dengan praktikum harus di simpan di dalam loker dan dikunci. Barang dan alat yang tidak diperlukan tidak boleh ada di atas meja praktikum. 6. Selama mengikuti praktikum, mahasiswa harus tertib, menjaga protokol Kesehatan, memakai masker medis, dan memakai baju praktikum yang bersih dengan nama masing – masing di baju praktikumnya. 7. Setiap selesai praktikum, hasil harus dikumpulkan dan dilaporkan kepada DPP atau Asisten yang bertugas untuk disahkan. TATA TERTIB OFFLINE LANJUTAN 8. Bersama-sama menjaga protokol kesehatan di masa pandemi ini yaitu menerapkan 3M : memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan, serta mencuci tangan pakai sabun. 9. Setiap kali praktikum harus membuat laporan hasil praktikum dan harus di kumpulkan sebelum praktikum berikutnya. 10. Mahasiswa yang tidak menyerahkan laporan hasil praktikum yang telah dikerjakan pada minggu berikutnya tidak diperbolehkan melanjutkan praktikumnya. 11. Sebelum meninggalkan laboratorium, di haruskan membersihkan peralataan yang digunakan, mengembalikan pereaksi ke tempatnya semula dan diperhatikan peralatan dalam keadaan siap untuk digunakan pada praktikum berikutnya. 12. Mahasiswa yang memecahkan atau menghilangkan alat praktikum harus segera menggantinya paling lambat dalam waktu 1 minggu. 13. Hal yang belum tercantum dalam tata tertib ini akan diatur sewaktu praktikum berjalan LAPORAN PRAKTIKUM Lap. SEMENTARA Hard copy, dikumpulkan Cover depan (nama SEMENTARA LAP. LAP. RESMI sebelum praktikum Dibuat dalam buku anggota dan Judul jurnal percobaan) LAPORAN Judul percobaan Teori dasar (setiap bab) Lap RESMI Soft file, Tanggal percobaan Metode percobaan bab Hasil dan Prinsip percobaan (Alat dan bahan, Cara kerja) Pembahasan dalam Skema kerja bentuk scan tulisan Hasil percobaan Hasil percobaan tangan Pembahasan Kesimpulan Daftar Pustaka Lampiran PENILAIAN PRAKTIKUM Laporan/Presentasi (35%) Kuis/Tugas (10%) Aktifitas Partisipatif (15%) UTS (20%) UAS (20%) MATERI TOPIK 1 Pendahuluan dan Sumber Bahan Baku Obat Tradisional dari Mineral, Hewani dan Nabati Sumber Bahan Baku Obat Tradisional dari Mineral, Hewani dan Nabati Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang tidak dikeringkan. Simplisia terbagi menjadi 3 jenis yakni: 1. Simplisia Nabati, adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium. Simplisia nabati sering berasal dan berupa seluruh bagian tumbuhan, tetapi sering berupa bagian atau organ tumbuhan seperti akar, kulit akar, batang, kulit batang, kayu, bagian bunga dan sebagainya. 2. Simplisia Hewani, adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum ieconis asselli) dan madu (Mel depuratum). 3. Simplisia Mineral atau pelikan, adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni, contohnya serbuk seng dan tembaga. Psidii folium Contoh Simplisia Nabati Guazumae folium Thea folium Piperis nigri fructus Cubebae fructus Cardamomi fructus Caryophili flos Pyrethri flos Hibiscus sabdarifa flos Curcuma domesticae Rhizoma Zingiberis rhizoma Kaemphferiae Rhizoma Colae semen Arecae semen Myristicae semen Herba meniran Apii herba Herba sambiloto Rhei radix Glychirizae radix Vetiveriae zizanioidi radix Alstoniae cortex Cinchonae cortex Burmanii cortex Alii sativa bulbus Alii cepa bulbus Scilae bulbus Cymbopogon Caulis Tinosporae Caulis Tinosporae Caulis Santali lignum Sappan lignum Psidii lignum Aurantii pericarpium Granati pericarpium Citrus maxima pericarpium Cara Pembuatan Simplisia a. Pengumpulan bahan baku obat tradisional. Bahan baku yang di ambil dalam pembuatan simplisia seharusnya didapat dari satu wilayah yang sama dalam satu kali panen dengan kondisi tanah, air dan udara yang sama. Agar kandungan kimia yang terdapat dalam tanaman tersebut tidak berbeda - beda kadar nya. Waktu panen sangan diperhatikan dalam pengumpulan bahan baku ini. b. Sortasi Basah. Pada proses sortasi basah ini bahan baku tanaman yang akan dibuat simplisia dilakukan sortir atau sortasi langsung setelah proses pemanenan. Tujuan dilakukannya sortasi basah ini untuk memisahkan bahan organik asing yang terbawa saat proses pemanenan seperti tanah, pasir, batu dll yang dapat mengganggu pada proses selanjutnya. Walaupun namanya sortasi basah tapi proses ini tidak menggunakan air untuk mengerjakannya. c. Pencucian. Proses pencucian ini dilakukan menggunakan air yang mengalir agar air yang membersihkan tanaman yang akan dibuat simplisia selalu baru. Tujuan dilakukannya pencucian adalah agar lebih membersihkan sisa - sisa bahan organik asing yang masih menempel pada saat sortasi basah. Cara Pembuatan Simplisia (lanjutan) d. Perajangan. Tujuan dilakukannya proses perajangan ini untuk memperluas permukaan bagian tanaman yang digunakan agar pada saat proses pengeringan dapat mengering secara merata dan dengan waktu yang cepat. Bagian tanaman yang biasa dilakukan proses perajangan ini misalnya seperti bagian cortex (kulit kayu), semen (biji), fructus (buah), folium (daun), dan rhizoma (akar). e. Pengeringan. Proses pengeringan ini dapat dilakukan dengan tiga cara tergantung dari sifat kandungan kimia yang spesifik dimiliki oleh tanaman yang akan dibuat simplisia. pengeringan dapat dilakukan secara moder yaitu menggunkan oven dengan suhu yang digunkan adalah (40-50' C) dengan cara tradisional yaitu menggunakan pemanasan dibawah sinar matahari langsung dan dapat dilakukan dengan proses mengangin - anginkan. f. Sortasi Kering. Bertujuan dan maksudnya hampir sama dengan proses sortasi basah, namun pada proses sortasi kering ini memisahkan bahan organik asing yang kemungkinan timbul pada proses pemanasan atau pengeringan misalnya apabila ada yang gosong atau pengeringan yang tidak merata. Cara Pembuatan Simplisia (lanjutan) g. Penggilingan dan Pengayakan Apabila simplisia yang digunakan akan dibuat serbuk maka diperlukan proses penggilingan ini. agar mempermudah saat proses ekstraksi apabila akan melakukan pengujian lanjutan. Tujuan pengayakan untuk memisahkan simplisia yang telah digiling apabila ada ukuran yang belum rata, biasanya untuk simplisia menggunakan ayakan mesh 4/18. Proses pengayakan jangan menghasilkan serbuk yang ukurannya terlalu kecil karena dapat mempersulit pada proses pengujian lanjutan seperti ekstrasi. h. Pengemasan / Pengepakan Simplisia yang telah dibuat lebih baik disimpan dalam wadah yang kedap udara dan lebih baik terbuat dari kaca, agar simplisia yang ada di dalamnya tidak cepat mengalami pembusukan/ ditumbuhi mikroba. i. Penyimpanan Simplisia. Kondisi penyimpanan: keadaan kering dan tertutup; terlindung cahaya; terlindung serangga/binatang pengerat. Penyimpanan simplisia kering, biasanya dilakukan pada suhu kamar (15 – 30 oC, tetapi dapat pula dilakukan di tempat sejuk (5 - 15 oC), atau tempat dingin (0 - 5 o C), tergantung dari sifat dan ketahanan simplisia tersebut. Karakterik stabilitas metabolit pada penyimpanan (glikoksida, ester, minyak atsiri, alkaloid, tanin dll) memerlukan perhatian. Kelembaban udara di ruang penyimpanan simplisia kering, sebaiknya diusahakan serendah mungkin untuk mencegah terjadinya penyerapan uap air. MATERI TOPIK 2 dan 3 Identifikasi pada Evaluasi Mutu Simplisia (Pengamatan Makroskopik dan Mikroskopik) Identifikasi Simplisia (folium; fructus; flos; Rhizoma; semen; herba; radix; cortex; bulbus; caulis; lignum; pericarpium) Mahasiswa mampu menyebutkan nama dan asal simplisia Mahasiswa mampu menjelaskan karakteristik simplisia Mahasiswa mampu melaksanakan uji makroskopis simplisia Mahasiswa mampu menentukan asal tanaman/bagian tanaman dari uji makroskopis simplisia Adapun berbagai macam penanganan terhadap serbuk sebelum dilakukan pengamatan mikroskopik, semuanya bergantung pada tujuan pengamatan, misalnya : Mikroskopi I Medium air atau gliserin cair. Untuk mendeteksi hablur lepas, butir pati, butir tepung sari, serabut dan sel batu, rambut penutup dan rambut kelenjar lepas, serta beberapa jenis jaringan khas lainnya. Mikroskopi II Serbuk terlebih dahulu dididihkan dengan larutan kloralhidrat. Butir pati larut dan jaringan yang berisi klorofil (hijau daun) menjadi jernih, sehingga hasil pengamatan dapat lebih luas. Akan lebih jelas tampak sel-sel epidermis, mesofil, rongga minyak, erenkim (parenkim yang sangat berongga) seludang hablur, sistolit, dan lain sebagainya. 1.Floroglusin–HCL Jika Dinding sel simplisia mengandung lignin = merah (serabut sklerenkim,parenkim xylem, trakhea) 2. Sudan III Jika simplisia mengandung Lipid, minyak, minyak atsiri, suberin = merah REAKSI 3. Larutan alkali 5% (Larutan NaOH 5%) WARNA Jika simplisia mengandung 1,8 dihidroksi antrakhinon = merah 4.Larutan besi (III) klorida (Larutan FeCL3 10%) Jika simplisia mengandung Tanin = hitam biru, hijau 5. Larutan iodium (Larutan I-KI 0,1N) Jika mengandung Amilum = biru tua, ungu Jika mengandung Protein, lipid dan selulosa = kuning, coklat 1.Psidii Guajavae Folium Tanaman asal : Psidium guajava L. Familia : Myrtaceae Nama Daerah : Daun jambu biji Organoleptik Warna : Hijau kecokelatan Bau : Bau khas Rasa : Mula-mula tidak berasa , lama- lama kelat dan pahit. 2. Guazumae Ulmifoliae Folium Tanaman asal : Guazuma ulmifolia Lam. Familia : Malvaceace Nama Daerah : Daun jati blanda Organoleptik Warna : Hijau kecokelatan sampai cokelat muda Bau : Bau khas lemah Rasa : Agak kelat 3. Sericocalysis Crispi Folium Tanaman asal : Sericocalyx crispus (L.) Bremek Familia : Acanthaceae Nama Daerah : Daun kejibeling Organoleptik Warna : Hijau tua sampai hitam kelabu Bau : Bau lemah Rasa : Agak kelat dan agak pahit 4. Orthosiphonis Staminei Folium Tanaman asal : Orthosiphon stamineus Benth. Familia : Lamiaceae Nama Daerah : Daun kumis kucing Organoleptik Warna : Hijau kecokelatan Bau : Tidak berbau Rasa : Agak pahit 5. Piperis Betle Folium Tanaman asal : Piper betle L. Familia : Piperaceae Nama Daerah : Daun sirih Organoleptik Warna : Hijau kecokelatan hingga cokelat Bau : Bau khas Rasa : Pedas 6. Sonchi Arvensidis Folium Tanaman asal : Sonchus arvensis L. Familia : Asteraceae Nama Daerah : Daun tempuyung Organoleptik Warna : Hijau kecokelatan Bau : Tidak berbau Rasa : Agak pahit 7. Graptophylli Picti Folium Tanaman asal : Graptophyllum pictum (L.) Griff. Familia : Acanthaceae Nama Daerah : Daun wungu Organoleptik Warna : Hijau kecokelatan hingga hijau kehitaman Bau : Tidak berbau Rasa : Tidak berasa 8. Tinosporae Crispae Caulis Tanaman asal : Tinospora crispa (L.) Hook. f. & Thomson Familia : Menispermaceae Nama Daerah : Batang brotowali Organoleptik Warna : cokelat kehitaman (luar), abu kecokelatan (dalam) Bau : Tidak berbau Rasa : Sangat pahit 9. Alyxiae Reinwardtii Cortex Tanaman asal : Alyxia reinwardtii Blume Familia : Apocynaceae Nama Daerah : Kulit batang pulosari Organoleptik Warna : putih kekuningan (luar), cokelat tua sampai kehitaman (dalam) Bau : Harum Rasa : Agak pahit 10. Cinnamomi Burmanni Cortex Tanaman asal : Cinnamomum burmanni Familia : Lauraceae Nama Daerah : Kulit kayu manis Organoleptik Warna : cokelat kekuningan atau cokelat sampai cokelat kemerahan Bau : Bau khas Rasa : Sedikit manis 11. Hibiscus Sabdariffa Flos Tanaman asal : Hibiscus sabdariffa L. Familia : Malvaceae Nama Daerah : Bunga rosela Organoleptik Warna : Merah keunguan sampai kehitaman Bau : Bau khas Rasa : Asam 12. Caryophylli Flos Tanaman Asal : Eugenia caryophyllus (Spreng) Bullock et Horison. Familia : Myrtaceae Nama daerah : Cengkeh Organoleptik Warna : Coklat Bau : Aromatik kuat Rasa : Pedas 12. Caryophylli Flos Keterangan : Dalam kloral hidrat : Parenkim dengan kelenjar minyak Epidermis dengan stomata Parenkim dengan kristal Ca-oksalat bentuk roset Polen sel Epidermis dengan kutikula yang tebal Serabut sklerenkim Sel batu Berkas pengangkut dan kristal Ca-oksalat bentuk roset 13. Phyllanthi Niruri Herba Tanaman asal : Phyllanthus niruri L. Familia : Euphorbiaceae Nama Daerah : Herba Meniran Organoleptik Warna : Hijau kekuningan sampai kuning kecoklatan Bau : Bau khas Rasa : Pahit 14. Centellae Asiaticae Herba Tanaman asal :Centella asiatica (L.) Familia : Apiaceae Nama Daerah : Herba Pegagan Organoleptik Warna : Stolon dan tangkai daun berwarna cokelat kelabu, helaian daun hijau kelabu Bau : Bau aromatik lemah Rasa : Mula-mula tidak berasa kemudian agak pahit 15. Andrographidis Paniculatae Herba Tanaman asal : Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees. Familia : Acanthaceae Nama Daerah : Herba Sambiloto Organoleptik Warna : daun berwarna hijau tua atau hijau kecokelatan, buah hijau tua hingga hijau kecokelatan, biji cokelat muda Bau : Tidak berbau Rasa : Sangat pahit 16. Physalis Minimae Herba Tanaman asal : Physalis minima L. Familia : Solanaceae Nama Daerah : Herba ceplukan Organoleptik Warna : Batang coklat kekuningan, helaian daun cokelat kehitaman Bau : Tidak berbau Rasa : Sangat pahit 17. Foeniculi Vulgaris Fructus Tanaman asal : Foeniculum vulgare Mill Familia : Apiaceae Nama Daerah : Buah adas Organoleptik Warna : Kekuningan, coklat kehijauan atau cokelat kekuningan hingga coklat Bau : Bau khas Rasa : Agak manis 18. Piperis Cubebae Fructus Tanaman asal : Piper cubeba L.f. Familia : Piperaceae Nama Daerah : Buah Kemukus Organoleptik Warna : Permukaan luar berwarna cokelat tua atau cokelat kelabu sampai hitam, permukaan dalam cokelat muda, kulit biji cokelat tua Bau : Bau khas Rasa : Agak pedas dan pahit 19. Piperis Nigri Fructus Tanaman asal : Piper nigrum L. Familia : Piperaceae Nama Daerah : Buah Lada Hitam Organoleptik Warna : Cokelat kelabu sampai hitam kecokelatan Bau : Bau aromatik Rasa : Sangat pedas 20. Amomi Compacti Fructus Tanaman asal : Amomum compactum Sol. Familia : Zingiberaceae Nama Daerah : Buah Kapulaga Organoleptik Warna : Kulit buah berwarna kecokelatan atau kuning muda kecokelatan, biji berwarna cokelat kemerahan Bau : Bau khas aromatik Rasa : Agak pedas 21. Piperis Retrofracti Fructus Tanaman asal : Piper retrofractum Vahl. Familia : Piperaceae Nama Daerah : Buah Cabe Jawa Organoleptik Warna : Kelabu hingga cokelat sampai hitam kecokelatan Bau : Bau khas Rasa : Pedas 22. Sesami Orientalis Semen Tanaman asal : Sesamum orientale L. Familia : Pedaliaceae Nama Daerah : Biji Wijen Organoleptik Warna : cokelat Pucat Bau : Bau khas aromatis Rasa : Tidak berasa 23. Arecae Catechi Semen Tanaman asal : Areca catechu L. Familia : Arecaceae Nama Daerah : Biji pinang Organoleptik Warna : cokelat kehitaman Bau : Tidak berbau Rasa : Mula mula kelat, lama lama agak pahit 24. Vetiveriae Zizanioidi Radix Tanaman asal : Vetiveria zizanioides (L.) Nash Familia : Poaceae Nama Daerah : Akar wangi Organoleptik Warna : Cokelat kekuningan atau cokelat muda Bau : Bau khas Rasa : Tidak berasa 25. Rhei Officinalis Radix Tanaman asal : Rheum officinale Baill Familia : Polygonaceae Nama Daerah : Akar kelembak Organoleptik Warna : Kuning putih keabuan dengan garis cokelat kemerahan Bau : Bau khas Rasa : Agak pahit, agak kelat 26. Kaempferiae Galangae Rhizoma Tanaman asal : Kaempferia galanga L. Familia : Zingiberaceae Nama Daerah : Rimpang kencur Organoleptik Warna : Cokelat hingga cokelat kemerahan Bau : Bau khas Rasa : Pedas 27. Zingiberis Officinalis Rhizoma Tanaman asal : Zingiber officinale Rosc, var, rubrum Familia : Zingiberaceae Nama Daerah : Rimpang jahe merah Organoleptik Warna : Putih kekuningan dengan permukaan luar kuning kecoklatan Bau : Bau khas Rasa : Pedas 28. Alpiniae Galange Rhizima Tanaman asal : Alpinia galanga (L.) Willd Familia : Zingeberaceae Nama Daerah : Rimpang lengkuas Organoleptik Warna : Lapisam luar : merah kecoklatan Lapisan dalam : putih kekuningan Bau : Bau khas Rasa : Agak pedas 29. Curcumae Xanthorrhizae Rhizoma Tanaman asal : Curcumae xanthorrhizae Roxb. Familia : Zingeberaceae Nama Daerah : Rimpang temulawk Organoleptik Warna : cokelat kuning hingga coklat Bau : Bau khas aromatik Rasa : Tajam dan pahit 30. Zingiberis Aromatici Rhizoma Tanaman asal : Zingiberis aromatici Val. Familia : Zingeberaceae Nama Daerah : Rimpang lempuyang wangi Organoleptik Warna : kuning dengan bintik bintik putih, dengan permukaan coklat muda sampa tua Bau : Bau khas Rasa : Pahit 31. Zingiberis Zerumbeti Rhizoma Tanaman asal : Zingiberis zerumbeti (L.) Roscoe ex Sm Familia : Zingeberaceae Nama Daerah : Rimpang lempuyang gajah Organoleptik Warna : Cokelat kekuningan samnpai kuning pucat Bau : Bau khas Rasa : pedas, Pahit 32. Curcumae Longae Rhizoma Tanaman asal : Curcuma longa L. Familia : Zingeberaceae Nama Daerah : Rimpang kunyit Organoleptik Warna : Kuning jingga, kuning jingga kemerahan, kuning jingga kecoklatan Bau : Bau khas Rasa : Pedas, pahit, lama lama rasa tebal 33. Allii Sativi Bulbus Tanaman asal : Allium sativum L. Familia : Liliaceae Nama Daerah : Umbi lapis bawang putih Organoleptik Warna : Putih atau putih keunguan Bau : Bau khas Rasa : Agak pahit dan agak pedas 34. Amilum Maydis Tanaman asal : Zea mays L Familia : Poaceae / Graminae Nama Daerah : Pati jagung Organoleptik Warna : Putih Bentuk : Halus Bau : Tidak berbau Rasa : Tidak berasa 35. Amilum Solani Tanaman asal : Solanum tuberosum L Familia : Solanaceae Nama Daerah : Pati kentang Organoleptik Warna : Putih Bentuk : Halus Bau : Tidak berbau Rasa : Tidak berasa 36. Amilum Manihot Tanaman asal : Manihot utilissima Pohl Familia : Euphorbiaceae Nama Daerah : Pati singkong Organoleptik Warna : Putih Bentuk : Halus Bau : Tidak berbau Rasa : Tidak berasa MATERI TOPIK 4 Bahan Organik Asing dan Derajat Halus Serbuk Penetapan Bahan Organik Asing 1 2 3 4 Bahan Organik Asing (BOA) adalah : 1. Bagian tanaman atau seluruh tanaman asal simplisia, tertera atau jumlahnya dibatasi dalam uraian atau pemerian dalam monografi yang bersangkutan. 2. Hewan asing atau bagiannya atau zat yang dikeluarkan hewan asing. Kecuali dinyatakan lain, yang dimaksud dengan BOA pada simplisia nabati adalah bahan organik yang berasal dari tanaman. Cara Penetapan BOA 1 2 3 4 Alat dan bahan : Cara kerja : 1. Kaca pembesar 1. Ditimbang antara 25 g-500 g sejumlah simplisia utuh atau rajangan dan disebarkan pada lempengan datar 2. Pinset (di atas kertas yang bersih). 3. Kertas polos dan bersih 2. Dibagi dalam empat kelompok dan masing-masing 4. Timbangan analitik kelompok dipilih dan dipisahkan bahan organic asingnya dengan mata biasa atau dengan menggunakan kaca pembesar. 3. Bahan organic asing yang sudah dipisahkan ditimbang sampai ketelitian 0,05 g dan dihitung kadar BOA nya per 100 g simplisia yang dikeringkan di udara. 4. Carilah berapa persyaratan BOA Pengukuran kehalusan serbuk simplisia Derajat halus simplisia : ukuran partikel serbuk simplisia yang dinyatakan dengan angka. 1. Jika derajat halus serbuk dinyatakan dengan 1 nomor, dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor tersebut. 2. Jika derajat halus serbuk dinyatakan dengan 2 nomor, dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor terendah dan tidak lebih dari 40% serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor tertinggi. Ketentuan MMI derajat halus simplisia = 4/18 Cara Penetapan Derajat Halus Alat dan bahan : 1. Ayakan no 4 2. Ayakan no 18 3. Timbangan analitik Cara kerja : 1. Sejumlah 100 gram serbuk simplisia diayak melalui ayakan no 4. 2. Ditimbang jumlah serbuk yang dapat melalui ayakan no 4 dan serbuk yang tidak dapat melalui ayakan no 4. 3. Serbuk yang dapat melalui ayakan no 4, diayak melalui ayakan no 18. 4. Timbang jumlah serbuk yang dapat melalui ayakan 18 dan serbuk yang tidak dapat melalui ayakan 18. 5. Dihitung prosentase serbuk yang dapat melewati masing-masing ayakan dan dihitung terhadap serbuk yang digunakan. 6. Tetapkan ukuran serbuk simplisia. MATERI TOPIK 5 Uji Kemurnian pada Evaluasi Mutu Simplisia 69 Penetapan Kadar Air Penetapan kadar air harus dilakukan karena jumlah air dalam simplisia harus dibatasi dan akan memudahkan tumbuhnya jamur, bakteri serta kerja enzim yang dapat merusak simplisia 1. Metode Destilasi Azeotrop Prinsip: Terbentuk azeotrop antara air dan toluen, selanjutnya air dan toluen akan memisah pada buret. Cara kerja 1. Tabung penerima dan pendingin dibersihkan dengan asam pencuci, bilas dengan air, keringkan di lemari pengering. 2. Sejumlah bahan yang diperkirakan mengandung 1 sampai 4 ml air ditimbang saksama dan dimasukkan ke dalam labu kering. Jika zat berupa pasta, timbang dalam sehelai lembaran logam dengan ukuran yang sesuai dengan leher labu. Untuk zat yang menyebabkan gejolak mendadak saat mendidih, tambahkan batu didih secukupnya. 3. Sejumlah 200 ml toluen jenuh air dimasukkan ke dalam labu, pasang rangkaian alat. 4. Toluen jenuh air dimasukkan ke dalam labu penerima melalui pendingin sampai leher alat penampung. 5. Labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. 6. Setelah toluen mulai mendidih, atur penyulingan dengan kecepatan lebih kurang 2 tetes tiap detik, hingga sebagian besar air tersuling, kemudian naikkan kecepatan penyulingan hingga 4 tetes tiap detik. 7. Setelah semua air tersuling, bagian dalam pendingin dicuci dengan toluen jenuh air, sambil dibersihkan dengan sikat tabung yang disambung pada sebuah kawat tembaga dan telah dibasahi dengan toluen jenuh air. Lanjutkan penyulingan selama 5 menit. 8. Dinginkan tabung penerima hingga suhu ruang. Jika ada tetes air yang melekat, gosok tabung pendingin dan tabung penerima dengan karet yang diikatkan pada sebuah kawat tembaga dan dibasahi dengan toluen jenuh air hingga tetesan air turun. 9. Baca volume air setelah air dan toluen memisah sempurna. Kadar air dihitung dalam % v/b. 71 2. Metode Titrimetri ▪ Prinsip percobaan :Reaksi antara iodium dan sulfurdioksida dalam suatu medium yang mengandung air ▪ Yang terukur adalah hanya air Nama alat : Karl Fischer Coulometric Moisture Analyzer ▪ Digunakan dalam :USP 34 Water Determination, British Pharmacopeia 2012 Determination of water, Farmakope Eropa Method 1 (Ph.Eur.method2.5.12), FI, dll Penetapan Kadar Abu 1. Penetapan Kadar Abu Total 2. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam dan Penetapan Kadar Abu Larut Air Definisi : a. Kadar abu total adalah abu yang dihasilkan dari sejumlah simplisia yang dipijarkan dalam tanur. Menunjukkan abu fisiologis (yang berasal dari jaringan tumbuhan) dan abu non fisiologis. b. Kadar abu yang tidak larut dalam asam adalah sisa abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu total, yang tidak larut dalam asam klorida. Menunjukkan adanya cemaran logam berat dan silika terutama pasir dan tanah. Dasar penetapan : Kadar abu merupakan pemijaran simplisia di dalam tanur (suhu lebih kurang 450°C) sampai diperoleh abu yang ditetapkan secara gravimetri sampai diperoleh penimbangan bobot tetap. Alat dan Bahan Alat : alat gelas, timbangan analitik, labu bersumbat, cawan penguap Krus porselen Krus tang Tanur Kertas saring bebas abu Bahan : Asam klorida encer, aqua dest, kloroform, etanol 95% 1. Cara penetapan kadar abu total a. Sejumlah + 2-3 g simplisia yang telah digerus dan ditimbang saksama, dimasukkan ke dalam krus porselen/silikat yang telah dipijarkan dan ditara, kemudian diratakan. a. Krus dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, lalu didinginkan dan ditimbang. b. Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan maka ditambahkan air panas, kemudian disaring dengan kertas saring bebas abu. c. Sisa dan kertas saring dipijarkan dalam krus yang sama. d. Filtrat dimasukkan ke dalam krus, diuapkan, dipijarkan hingga bobot tetap dan ditimbang. e. Hitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. 74 Rumus Perhitungan Kadar Abu Total = (W1-W0)/Bobot simplisia x 100% Ket : W1 = bobot krus+abu ; W0 = bobot krus kosong 2. Cara penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam a. Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total, dididihkan dengan 25 ml asam klorida encer P selama 5 menit. b. Kumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam, disaring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu. c. Dicuci dengan air panas, kemudian dipijarkan hingga bobot tetap dan ditimbang. d. Hitung kadar abu yang tidak larut dalam asam terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. Rumus Perhitungan Kadar Abu Tidak Larut Asam = (W2-W0)/Bobot simplisia x 100% Ket : W2 = bobot krus+abu (sesudah dilarutkan dalam asam) ; W0 = bobot krus kosong 75 Kertas saring bebas abu 3. Cara penetapan kadar abu yang larut dalam air a. Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total, dididihkan dengan 25 ml air selama 5 menit. b. Kumpulkan bagian yang tidak larut, disaring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu. c. Dicuci dengan air panas, kemudian dipijarkan selama 15 menit pada suhu tidak lebih dari 450°C, hingga bobot tetap dan ditimbang. d. Perbedaan bobot sesuai dengan jumlah abu yang larut dalam air. e. Hitung kadar abu yang larut dalam air terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. Rumus Perhitungan Kadar Abu Larut Air = (W1-W0)-(W2-W0)/Bobot simplisia x 100% Ket : W1 = bobot krus+abu 76 W2 = bobot krus+abu (sesudah dilarutkan dalam air) W0 = bobot krus kosong MATERI TOPIK 6 Uji Kemurnian pada Evaluasi Mutu Simplisia Kadar Sari Larut Etanol dan Air Kadar sari larut etanol adalah sejumlah substansi simplisia yang dapat larut dalam etanol, menunjukkan jumlah senyawa organik yang ada dalam simplisia. Kadar sari larut air adalah sejumlah substansi simplisia yang dapat larut dalam air, menunjukkan jumlah senyawa organik yang terdapat di dalam simplisia. Prinsip : Simplisia disari dengan pelarut air dan etanol, sari yang diperoleh diuapkan dan sari kering ditetapkan secara gravimetri dengan penimbangan sampai diperoleh bobot tetap. Kadar Sari Larut Air 79 ▪ Sejumlah 5 g serbuk (4/18) yang ditimbang saksama dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml air - kloroform P, menggunakan labu bersumbat kaca sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. ▪ Kemudian disaring, di pipet sejumlah 20,0 ml filtrat dan diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara. ▪ Residu dipanaskan pada suhu 105o C hingga bobot tetap. ▪ Kadar sari yang larut dalam air, dihitung dalam persen terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. Perhitungan : Kadar sari yang larut dalam air = W1 - W 0 X 100 X 100% Bobot simplisia 20 W0 = bobot cawan kosong W1 = bobot cawan + residu Penetapan Kadar Sari yang Larut dalam Etanol 80 ▪ Sejumlah 5 g serbuk yang ditimbang saksama dimaserasi selama 24 jam dengan 100,0 ml etanol 95% , menggunakan labu bersumbat kaca sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan dibiarkan selama 18 jam. ▪ Kemudian disaring cepat untuk menghindari penguapan etanol, ▪ Di pipet sejumlah 20,0 ml filtrat dan diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara. ▪ Residu dipanaskan pada suhu 105o C hingga bobot tetap. ▪ Kadar sari yang larut dalam etanol dihitung dalam persen terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. Perhitungan Kadar sari yang larut dalam etanol = W1 - W 0 X 100 X 100% Bobot simplisia 20 W0 = bobot cawan kosong ; W1 = bobot cawan + residu MATERI TOPIK 7 Berbagai Metode Ekstraksi Maserasi Refluks Video Refluks SOKHLETASI Video sokhletasi 40 gram serbuk simplisia, masukkan ke dalam thimble (kertas saring dibuat selongsong) dalam alat ekstraktor sokhlet Tambahkan 400 ml ethanol 96 % melalui mulut soxhlet, yang sebelumnya sudah terpasang tegak lurus, hingga 2 kali sirkulasi, Bila perlu dapat ditambahkan ethanol lagi secukupnya Lakukan soxhletasi selama 2.5 jam (minimal 4-5 kali sirkulasi) kemudian ekstrak hasil soxhletasi (dalam labu) dinginkan dengan air mengalir dan saring ekstraknya dengan kertas saring (terpasang dengan corong). Infusa Pembuatan Ekstrak kental MATERI TOPIK 8 Destilasi DESTILASI AIR serbuk simplisia 100 gram, masukkan dalam labu destilasi, tambahkan aquadest sampai menjadi 2/3 volumenya, lalu pasangkan dengan seperangkat alat destilasi Destilasi lebih kurang 3.5 jam sampai 4 jam, menggunakan penangas udara Video Destilasi Air Tampung semua destilat, masukkan pada corong pisah. Ekstraksi menggunakan eter 4 x 30 ml, ambil fase eter dan keringkan dengan natrium sulfat anhidrat. Uapkan fase eter sehingga diperoleh minyak atsiri. DESTILASI STAHL a. Cara 1 Simplisia + aquades, pasang alat, isi buret dengan air hingga penuh, panaskan dengan tangas udara. Penyulingan berlangsung dengan lambat tetapi teratur, setelah penyulingan selesai, biarkan selama tidak kurang dari 15 menit, catat volume minyak atsiri pada buret. Hitung kadar minyak atsiri dalam % v/b. a. Cara 2 Dilakukan menurut cara yang tertera pada Cara 1, sebelum buret diisi penuh dengan air, lebih dahulu diisi dengan 0.2 ml xilena P yang diukur seksama. Volume minyak atsiri dihitung dengan mengurangkan volume yang dibaca dengan volume xilena. MATERI TOPIK 9 Parameter Ekstraksi Non Spesifik (susut pengeringan, bobot jenis, kadar air, kadar abu total, abu larut air, abu tak larut asam, sisa pelarut, residu pestida, cemaran logam berat, cemaran mikroba, khamir dan aflatoksin) Parameter Non Spesifik 1.PENETAPAN SUSUT PENGERINGAN -Ditimbang saksama 1 gram ekstrak kedalam botol timbang yang sebelumnya sudah dipanaskan sampai bobot konstan. -Diratakan ekstrak kemudian dimasukkan kedalam oven dengan suhu 105˚C, lalu ditimbang hingga diperoleh bobot konstan. -Sebelum setiap pengeringan, biarkan botol dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu kamar. Perhitungan = ((botol timbang+ekstrak)-(botol timbang+ekstrak pemanasan))/(bobot ekstrak) x 100% CONTOH SOAL Diketahui bobot ekstrak kental 2,2819 g. Botol Timbang Kosong (21,6879 g) , Botol Timbang + Ekstrak 23,9698 g sebelum pemnasan dan bobot Botol Timbang + Ekstrak setelah pemanasan (23,8365 g). Hitung berapa susut pengeringan (%), 2.PENETAPAN KADAR AIR (TITRASI FARL-FISCHER) -Dilakukan dengan metode titrasi karl-fischer kecuali dinyatakan lain. -Dimasukkan ± 20 mL metanol P ke dalam labu titrasi. -Dimasukkan 50-60 mg ekstrak lalu dimasukan kedalam alat titrasi, lalu titrasi dengan pereaksi Karl-Fischer hingga titik akhir tercapai. 3.PENETAPAN KADAR ABU TOTAL -Ditimbang 2 gram ekstrak secara saksama, dimasukkan kedalam krus porselen yang telah dipijarkan dan ditara. -Dipijarkan pada suhu 405˚C hingga arang habis, dinginkan lalu ditimbang. -Jika arang tidak dapat dihilangkan, ditambahkan air panas kemudian disaring dengan kertas saring bebas abu. Residu dan kertas saring dipijarkan dalam krus yang sama. Lalu dipijarkan kembali pada suhu 405˚C hingga didapat bobot konstan. Perhitungan: Kadar abu total = (W1-W0)/B x 100% CONTOH SOAL Pada penimbangan diperoleh data bobot ekstrak sebesar 1,0399 gram, Bobot kurs kosong konstan sebesar 19,7543 gram, dan bobot abu+kurs konstan sebesar 19,8424 gram. Hitung kadar abu total ekstrak Tersebut 4. PENETAPAN KADAR ABU TIDAK LARUT ASAM Abu yang sebelumnya diperoleh pada penetapan kadar abu total, didihkan dengan 25 ml air selama 5 menit. Disaring dengan kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas. Dipiijarkan pada suhu 405˚C hingga diperoleh bobot konstan. Perhitungan: Kadar abu total = (𝑊2−𝑊0)/𝐵 𝑥 100% W2 = Bobot krus + abu (sesudah dilarutkan dalam asam) W0 = Bobot krus kosong B = Bobot simplisia CONTOH SOAL Diketahui Bobot ekstrak 2,2539 g, setelah pemanasan bobot konstan krus kosong 38,3710 g dan bobot konstan krus + abu sebesar 38,3841 g. Hitung berapa kadar abu tidak larut asam (%) MATERI TOPIK 10 Parameter Ekstraksi Spesifik (organoleptis dari ekstrak dan senyawa terlarut dalam pelarut tertentu) Parameter Spesifik 1.IDENTITAS EKSTRAK Deskripsi tata nama berupa nama ekstrak, nama latin tanaman, bagian tumbuhan yang digunakan serta nama Indonesia tumbuhan. 2.ORGANOLEPTIK Cara kerja: Diamati secara visual konsistensi, warna, bau dan rasa dari ekstrak. 3.PENETAPAN KADAR SARI LARUT AIR -Ditimbang 5 gram ekstrak secara saksama kemudian dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml air-kloroform P menggunakan Erlenmeyer bertutup kaca. -Disaring lalu dipipet 20 ml dan diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal. -Dipanas residu pada suhu 105˚C hingga bobot konstan. -Kadar sari yang larut dalam air, dihitung dalam persen terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. Perhitungan: Kadar sari larut dalam air = (W1-W0)/B x 100/20 x 100% W1 = bobot cawan + residu B = bobot ekstrak W0 = bobot cawan kosong 4.PENETAPAN KADAR SARI LARUT ETANOL -Ditimbang 5 gram ekstrak secara saksama kemudian dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml etanol 95% menggunakan Erlenmeyer bertutup kaca. -Disaring lalu dipipet 20 ml dan diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal. -Dipanas residu pada suhu 105˚C hingga bobot konstan. -Kadar sari yang larut dalam air, dihitung dalam persen terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. Perhitungan: Kadar sari larut dalam air = (W1-W0)/B x 100/20 x 100% W0 = bobot cawan kosong W1 = bobot cawan + residu B = bobot ekstrak CONTOH SOAL 1. Diketahui ekstrak yang ditimbang sebanyak 5,3701gram , Bobot cawan kosong konstan sebesar 27,6146 gram, dan bobot ekstrak + cawan konstan sebesar 28,3264 gram. Hitung berapa kadar sari larut air tersebut?. 2. Diketahui bobot ekstrak yang ditimbang sebanyak 5,3514 gram, bobot konstan cawan kosong 37,3766 gram dan bobot konstan cawan + sari sebesar 37,5540 gram. Hitung berapa kadar sari larut etanol ?. MATERI TOPIK 11 Kromatografi Lapis Tipis KLT Setelah praktikum ini mahasiswa diharapkan : 1. Memahami fungsi penggunaan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dalam bidang fitokimia. 2. Mampu mengaplikasikan acara analisis kandungan kimia dari simplisia menggunakan metode KLT. Jenis kromatografi Siapkan fase gerak/eluen Siapkan plat KLT dan beri tanda garis bawah dan garis Cara Kerja atas dengan pensil Masukkan dalam chamber Penjenuhan Chamber dengan Totolkan sampel dan tertutup yang sudah kertas saring pembanding dengan jarak 1 terpasang kertas saring cm menggunakan pipa kapiler Jenuhkan chamber Masukkan plat dalam Chamber yang sudah jenuh scr cepat dan hati-hati Bila Fase gerak sudah sampai garis atas, angkat KLT Perhitungan Rf Keringkan dan amati noda pada sinar matahari, dibawah lampu UV 254 dan 366nm, serta semprot dengan penampak bercak. Hitung RF Penotolan ekstrak Kromatografi Kertas KLT Alat Semprot Pereaksi penampak bercak Deteksi noda a. lampu UV 254 dan 366 nm. Beberapa senyawa yang memiliki gugus kromofor akan berfluoresensi di bawah lampu tsb. b. pereaksi semprot kimia. Pereaksi kimia yang dapat menimbulkan warna dengan senyawa uji, Lampu UV 254 dan 366 nm menggunakan semprotan aerosol (membentuk tetesan halus). c. Deteksi biologi : untuk mendeteksi senyawa yang memiliki aktivitas fisiologi tertentu Kromatografi Lapis Tipis Piper nigri atau Piper albi Fructus I. Lempeng KLT a. Lapisan fase diam silica gel GF254 b. Plat KLT siap pakai dengan fase diam silica gel GF254 II. Pengembang (fase gerak) : Penjenuhan Bejana : n-heksana – etil asetat (60:40) III. Deteksi Dengan pereaksi anilsadehide – Asam sulfat (pereaksi no.22) atau disemprot dengan pereaksi H2SO4 P 10% dalam metanol (cukup 2-3 kali semprot). Panaskan 5 menit pada suhu 1100C. Diperiksa dibawah sinar biasa dan sinar UV365. IV. Larutan Cuplikan I. Ekstrak : Ambil filtrat, totolkan dengan pipa kapiler 5 µl (pada titik A). II. Larutan pembanding : Senyawa piperin sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 1,0 ml metanol dan ditotolkan 1 µl (pada titik B). Kromatografi Lapis Tipis Curcuma domesticae Rhizoma (Rimpang kunyit) dan Curcuma xanthoriza (Temulawak) I. Lempeng KLT a. Lapisan fase diam silica gel GF254 b. Plat KLT siap pakai dengan fase diam silica gel GF254 II. Pengembang (fase gerak) : Penjenuhan Bejana : : n-heksana – kloroform – etanol 96% (40:40:20) III. Deteksi Dengan pereaksi asam borat – metanol (Pereaksi No.26), Diperiksa dibawah sinar biasa dan sinar UV 365 IV. Larutan Cuplikan a. Ekstrak : 0.1 gram ekstrak di dalam tabung reaksi. Tambahkan 1,0 ml etanol 96 % kocok agak kuat selama 5 – 10 menit. Diamkan sebentar, totolkan filtrat dengan pipa kapiler 5 µl (pada titik A). b. Larutan pembanding : Senyawa kurkumin sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 1,0 ml etanol 96 % dan ditotolkan 1 µl (pada titik B). Kromatografi Lapis Tipis Carryophilli Flos Eugenia caryophyllus (cengkeh) I. Lempeng KLT a. Lapisan fase diam silica gel GF254 b. Plat KLT siap pakai dengan fase diam silica gel GF254 II. Pengembang (fase gerak) : Penjenuhan bejana kromatografi dengan n-heksan-etilasetat (94:4), eluasi 2 kali setinggi 10 cm, pengeringan antara 2 pengembangan 5 menit pada suhu kamar. III. Deteksi Deteksi dengan lampu UV, penampak bercak dengan pereaksi anilsadehide – asam sulfat, panaskan 5 menit pada 100 – 110 0C IV. Larutan Cuplikan a. Minyak atsiri dilarutkan dalam toluen dengan konsentrasi 1 % ( 1 tetes minyak atsiri dilarutkan ad 5 ml toluene ). Diamkan sebentar, totolkan filtrat dengan pipa kapiler 5 µl (pada titik A). b. Larutan pembanding: Eugenol dilarutkan dalam toluen dengan konsentrasi 1 % ( 1 tetes minyak atsiri dilarutkan ad 5 ml toluene), ditotolkan 1 µl (pada titik B). Video KLT Video juga dapat dilihat pada youtube official FFUP MATERI TOPIK 12 Skrining Fitokimia Penapisan fitokimia Setelah praktikum mahasiswa diharapkan : 1. Dapat melakukan uji identifikasi pendahuluan terhadap kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam simplisia tumbuhan. 2. Dapat mengenal golongan senyawa – senyawa metabolit sekunder yang biasa terdapat dalam tumbuhan. 107 Identifikasi Golongan Alkaloid Sebanyak 2 gram serbuk simplisia dilembabkan dengan 5 ml ammonia 30%, digerus dalam mortir, kemudian ditambahkan 20 mL kloroform dan digerus kembali dengan kuat, campuran tersebut disaring dengan kertas saring, filtrat berupa larutan organik diambil (seabagai larutan A), sebagian larutan A (10 mL) diekstraksi dengan 10 mL larutan HCl 1:10 dengan pengocokan dalam tabung reaksi, ambil larutan bagian atasnya (larutan B). Larutan A diteteskan beberapa tetes pada kertas saring dan disemprot atau ditetesi dengan pereaksi Dragendorff, terbentuk warna merah/jingga pada kertas saring menunjukkan adanya senyawa alkaloid. Larutan B dibagi dalam dua tabung reaksi, ditambahkan masing-masing pereaksi Dragendorff dan Mayer, terbentuk endapan warna merah bata dengan pereaksi Dragendorff dan endapan putih dengan pereaksi Mayer menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloid. Pemeriksaan Alkaloid SAMPEL + Amonia 25% + CHCl3 --> gerus kuat - Saring AMPAS FILTRAT Ekstraksi dengan HCl 10% Fase air di ambil Bagi 3 bagian BLANKO + Mayer +Dragendorff Endapan Endapan putih jingga CONTOH HASIL Jenis Penapisan Hasil Keterangan Alkaloid Pereaksi Dragendroff Kertas saring Dragendroff Pereaksi Mayer Identifikasi Golongan Flavonoid 2 gram serbuk simplisia ditambahkan 100 mL air panas, didihkan selama 5 menit, saring dengan kertas saring, diperoleh filtrat yang akan digunakan sebagai larutan percobaan. Kedalam 5 mL larutan percobaan (dalam tabung reaksi), ditambahkan serbuk atau lempeng magnesium secukupnya dan 1mL HCl pekat, tambahkan 5 mL amil alkohol dikocok dengan kuat, biarkan hingga memisah, terbentuk warna dalam larutan amilalkohol menunjukkan adanya senyawa golongan flavonoid. SAMPEL + air panas, didihkan Sampel - Saring AMPAS FILTRAT + Serbuk Mg + HCl pekat Diamkan 1 menit + Amil alkohol - Kocok kuat & biarkan memisah Warna jingga-merah pada lapisan amil alkohol → + Flavonoid Identifikasi Golongan Saponin Sebanyak 10 mL lerutan percobaan yang diperoleh dari percobaan no. 2, dimasukan kedalam tabung reaksi dan dikocok secara vertikal selama 10 detik, kemudian dibiarkan selama 10 menit, terbentuk busa yang stabil dalam tabung reaksi, menunjukkan adanya senyawa golongan saponin, bila ditambahkan 1 tetes HCl 1% (encer) busa tetap stabil. Pada umumnya saponin merupakan suatu glikosida. Bila dihidrolisis akan menghasilkan bagian glikon (gula) dan aglikon (non gula). Dengan pengocokan kuat glikosida mampu membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi gula dan senyawa lain. Pemeriksaan saponin dilakukan dengan uji Froth berdasarkan kemampuannya membentuk buih dalam air Pemeriksaan saponin SAMPEL + air panas, didihkan - Saring AMPAS FILTRAT Kocok secara vertikal selama 10 detik Biarkan 10 menit Busa > 1 cm + HCl 2N → busa stabil (positif saponin) Identifikasi Golongan Tanin 2 gram serbuk simplisia ditambahkan 100 mL air, didihkan selama 15 menit, dinginkan dan disaring dengan kertas saring dan filtrat dibagi dua bagian. Kedalam filtrat pertama ditambahkan larutan Ferri(III)klorida 1%, ternentuk warna biru tua atau hijau kehitaman menunjukan adanya senyawa golongan tanin. Kedalam filtrat yang kedua ditambahkan 15 mL pereaksi Stiasny (formaldehid 30% : HCl pekat = 2:1), dipanaskan diatas penangas air, terbentuk endapan warna merah muda menunjukan adanya tanin katekuat. Selanjutnya endapan disaring, filtrat dijenuhkan dengan natrium asetat, ditambahkan beberapa tetes larutan Ferri(III)klorida 1%, terbentuk warna biru tinta menunjukkan adanya tanin galat. Tanin merupakan suatu senyawa polifenolat Gugus fenol akan memberikan warna hijau, biru kehitaman (biru tinta) dengan FeCl3 Ciri khas tanin → mengendapkan protein dan makromolekul lain 114 Pemeriksaan tanin SAMPEL + air panas , didihkan - Saring Warna + FeCl3 biru-tinta → AMPAS FILTRAT polifenolat + steasny (T 90°C) + gelatin 1% Endapan merah muda Endapan putih FILTRAT saring → tanin katekat → tanin + Na asetat + FeCl3 Warna biru tinta → tanin galat Identifikasi Golongan Kuinon Diambil 5 mL larutan percobaan dari no.2, masukan ke dalam tabunag reaksi, ditambahkan beberapa tetes larutan NaOH 1N, terbentuk warna merah menunjukkan adanya senyawa golongan kuinon. SAMPEL SAMPEL + air panas 🡪 didihkan - Saring AMPAS FILTRAT + NaOH Warna kuning-merah Identifikasi Golongan Steroid dan Triterpenoid 1 gram serbuk simplisia dimaserasi dengan 20 mL eter selama 2 jam (dalam wadah dengan penutup rapat), disaring dan diambil filtratnya, 5 mL dari filtrat tersebut diuapkan dalam cawan penguap hingga diperoleh residu/sisa, ke dalam residu ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat (pereaksi Liebermann-Burchad), terbentuk warna hijau atau merah menunjukkan adanya senyawa golongan steroid dan triterpenoid. SAMPEL maserasi dalam eter Saring AMPAS FILTRAT Uapkan + pereaksi Liebermann Bourchard perlahan-lahan, diteteskan pada dinding cawan Warna biru-hijau → steroid Warna merah ungu → triterpenoid Identifikasi Golongan Minyak Atsiri Sejumlah 2 gram serbuk simplisia dalam tabung reaksi (volume 20 mL), ditambahkan 10 mL pelarut petroleum eter dan pasang corong (yang diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air) pada mulut tabung, panaskan selama 20 menit diatas penangas air dan didinginkan, saring dengan kertas saring, filtrat diuapkan pada cawan penguap, residu dilarutkan dengan pelarut alkohol sebanyak 5 mL lalu saring dengan kertas saring, filtratnya diuapkan pada cawan penguap, residu berbau aromatik / menyenangkan, menunjukan adanya senyawa golongan minyak atsiri. Jenis Hasil Keterangan Penapisan Minyak Atsiri Aroma khas 118 Identifikasi Golongan Kumarin 2 gram serbuk simplisia, dimasukan dalam tabung reaksi (volume 20 mL) ditambahkan 10 mL pelarut kloroform dan pasang corong (yang diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air) pada mulut tabung, panaskan selam 20 menit di atas penangas air dan didinginkan, saring dengan kertas saring, filtrat diuapkan pada cawan penguap sampai kering, sisa ditambahkan air panas sebnyak 10 mL, dinginkan, larutan dimasukan ke dalam tabung reaksi, tambahkan 0,5 mL larytan ammonia (NH4OH) 10 %, amati dibawah sinar lampu ultraviolet pada panjang gelombang 365 nm, maka terjadi fluoresensi warna biru atau hijau, menunjukkan adanya golongan senyawa kumarin. Jenis Hasil Keterangan Penapisan Kumarin 119 Video Penapisan Fitokimia Video juga dapat dilihat pada youtube official FFUP REFERENSI TERIMAKASIH