Makalah Gagal Jantung Revisi Fix PDF

Document Details

Uploaded by Deleted User

Putri Anastasya, Florencia Eka Lidya H, Gadis Ellvina Damayanti, Elisa Zalzabillah Putri, Adelia Ismawati Dewi, Veronika

Tags

gagal jantung kesehatan jantung asuhan keperawatan penyakit jantung

Summary

Makalah ini membahas gagal jantung, termasuk definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, dan aspek lainnya. Penanganan dan asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung juga turut dibahas dalam makalah ini.

Full Transcript

**GAGAL JANTUNG** Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB I **Disusun Oleh :** 1. Putri Anastasya (9103023016) 2. Florencia Eka Lidya H (9103023017) 3. Gadis Ellvina Damayanti (9103023025) 4. Elisa Zalzabillah Putri (9103023033) 5. Adelia Ismawati Dewi (9103023034) 6. Veronika (9103023036...

**GAGAL JANTUNG** Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB I **Disusun Oleh :** 1. Putri Anastasya (9103023016) 2. Florencia Eka Lidya H (9103023017) 3. Gadis Ellvina Damayanti (9103023025) 4. Elisa Zalzabillah Putri (9103023033) 5. Adelia Ismawati Dewi (9103023034) 6. Veronika (9103023036) **DAFTAR ISI** **DAFTAR ISI** **KATA PENGANTAR** **BAB I PENDAHULUAN** 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Umum 1.4 Tujuan Khusus 1.5 Manfaat **BAB II TINJAUAN PUSTAKA** 2.1 Definisi 2.2 Klasifikasi 2.3 Etiologi 2.4 Patofisiologi 2.5 WOC 2.6 Gejala Klinis 2.7 Komplikasi 2.8 Pemeriksaan Penunjang 2.9 Penatalaksanaan Pengobatan Medis 2.10 Pencegahan **BAB III KASUS** 3.1 Asuhan Keperawatan **BAB IV PENUTUP** 4.1 Kesimpulan 4.2 Saran **DAFTAR PUSTAKA** **KATA PENGANTAR** Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah **\"*GAGAL JANTUNG* \"** tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas akademik yang bertujuan untuk memperdalam pemahaman mengenai penyakit gagal jantung, sebuah penyakit yang menjadi salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. Dalam makalah ini, kami berusaha membahas berbagai aspek yang berkaitan dengan gagal jantung. Mulai dari definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, WOC, manifestasi klinis, komplikasi, pencegahan, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan pengobatan medis. Melalui makalah ini, kami berharap dapat memberikan kontribusi kecil dalam peningkatan pemahaman kita tentang gagal jantung, sehingga upaya pencegahan, diagnosis, dan pengobatan dapat lebih efektif dilakukan. Makalah ini kami tulis dengan bahasa yang komunikatif, sederhana, dan interaktif. Untuk itu kami menyadari segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik secara materi maupun tata letak penggunaan tata bahasa. Demi kesempurnaan dan perbaikan dalam penyusunan makalah ini, kami siap menerima kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca untuk perbaikan di masa mendatang. Akhir kata, kami harapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, terutama dalam menambah wawasan dan pengetahuan mengenai gagal jantung. Semoga upaya kecil ini dapat memberikan kontribusi positif dalam upaya pencegahan dan penanganan gagal jantung di masyarakat. Penyusun **BAB I PENDAHULUAN** 1.1 Latar Belakang Gagal jantung atau congestive heart failure (CHF) adalah salah satu masalah kesehatan utama di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, gagal jantung merupakan sindrom klinis akibat kerusakan struktural dan fungsional jantung yang menyebabkan berkurangnya volume darah yang dipompa oleh jantung (Inamdar dan Inamdar, 2016). Gagal jantung yaitu ketidakmampuan jantung memompa darah ke seluruh tubuh sehingga jantung hanya memompa darah dalam waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa dengan adekuat. Bila terjadi kegagalan jantung hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh dan menyebabkan edema (Udjianti, Wajan Juni, 2013). Gagal jantung juga dapat terjadi karena hipertensi kronis yang tidak terkontrol. Hipertensi dapat menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah melalui pembuluh darah yang mengalami peningkatan resistensi akibat tekanan darah tinggi. Kelelahan otot jantung dalam jangka panjang dapat mengakibatkan penebalan dinding jantung (hipertrofi ventrikel kiri) yang kemudian dapat melemahkan fungsi jantung dan memicu gagal jantung (Sari, 2021). Secara keseluruhan, gagal jantung menjadi isu penting dalam kesehatan masyarakat karena membutuhkan penanganan yang kompleks, termasuk perawatan jangka panjang dan pengobatan yang terus-menerus. Hal ini juga berdampak pada kualitas hidup pasien serta beban ekonomi yang besar, baik untuk keluarga pasien maupun sistem kesehatan nasional (Astuti et al., 2021). Oleh karena itu, pencegahan, deteksi dini, dan pengelolaan faktor risiko kardiovaskular menjadi hal yang sangat penting dalam mengurangi beban penyakit gagal jantung di Indonesia 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari Gagal Jantung? 2. Apa saja klasifikasi dari Gagal Jantung? 3. Apa etiologi dari Gagal Jantung? 4. Bagaimana patofisiologi penyakit Gagal Jantung? 5. Bagaimana WOC dari penyakit Gagal Jantung? 6. Apa saja manifestasi klinis pada penyakit Gagal Jantung? 7. Apa saja komplikasi dari Gagal Jantung? 8. Bagaimana pencegahan dari penyakit Gagal Jantung? 9. Apa saja pemeriksaan penunjang dari penyakit Gagal Jantung? 10. Bagaimana penatalaksanaan pengobatan medis pada penderita Gagal Jantung? 11. Bagaimana asuhan keperawatan pada penderita Gagal Jantung? 1.3 Tujuan Umum Mendeskripsikan proses penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung, dengan memberikan pemahaman lebih dalam mengenai gagal jantung mulai dari definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, WOC, manifestasi klinis, komplikasi, pencegahan, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan pengobatan medis. Makalah ini bertujuan untuk memberikan manfaat akademis dan praktis dalam penanganan dan pemahaman kondisi gagal jantung. 1.4 Tujuan Khusus 1. Untuk memahami gagal jantung 2. Untuk mengetahui klasifikasi gagal jantung 3. Untuk memahami etiologi gagal jantung 4. Untuk memahami patofisiologi gagal jantung 5. Untuk mengetahui WOC gagal jantung 6. Untuk memahami manifestasi klinis gagal jantung 7. Untuk mengetahui komplikasi gagal jantung 8. Untuk memahami pencegahan gagal jantung 9. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang gagal jantung 10. Untuk memahami penatalaksanaan pengobatan medis 1.5 Manfaat 1. Memberikan tambahan wawasan mengenai gagal jantung, yaitu definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi,, WOC, manifestasi klinis, komplikasi, pencegahan, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan pengobatan medis gagal jantung. 2. Materi gagal jantung yang diberikan pada makalah ini dapat diterima dan dipahami oleh pembaca dengan jelas dan efektif **BAB II TINJAUAN PUSTAKA** 2.1 Definisi Gagal jantung adalah kondisi kronis di mana jantung tidak mampu memompa darah secara efektif untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Gejala gagal jantung meliputi sesak napas, kelelahan, edema (pembengkakan), dan penurunan toleransi aktivitas fisik. Sesak napas terutama terjadi ketika pasien berbaring datar, karena penumpukan cairan di paru-paru (edema paru) yang mempengaruhi proses pertukaran oksigen. Gagal jantung merupakan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam memenuhi kebutuhan akan metabolisme jaringan, baik saat melakukan aktivitas maupun pada saat beristirahat (Azzahra dkk, 2018). Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan oksigen sel-sel tubuh secara adekuat sehingga dapat menyebabkan terjadinya peregangan pada bilik jantung (dilatasi) yang berfungsi untuk menampung lebih banyak darah untuk dipompa ke seluruh tubuh. (Linasari, 2021). 2.2 Klasifikasi Klasifikasi gagal jantung dibagi menjadi : 1. Berdasarkan sisi jantung yang terkena: a. Gagal jantung sisi kiri : dikenal sebagai gagal jantung depan. Terjadi ketika ventrikel kiri tidak mampu memompa darah dengan efektif ke seluruh tubuh yang menyebabkan kongesti di paru-paru. b. Gagal jantung sisi kanan : dikenal sebagai gagal jantung belakang. Terjadi ketika ventrikel kanan tidak mampu memompa darah dengan baik ke paru-paru yang menyebabkan akumulasi cairan berlebih di dalam tubuh. c. Gagal jantung biventrikular : gagal jantung di kedua sisi jantung. 2. Berdasarkan fungsi sistolik ventrikel kiri : a. Gagal jantung dengan fraksi ejeksi menurun (HFrEF) : Gagal jantung dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri (LVEF) ≤ 40%. b. Gagal jantung dengan fraksi ejeksi sedang (HFmrEF) : Gagal jantung dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri (LVEF) antara 41% dan 49%. c. Gagal jantung dengan fraksi ejeksi normal (HFpEF) : Gagal jantung dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri (LVEF) ≥ 50%. 3. Berdasarkan waktu terjadinya : a. Gagal jantung akut : Terjadi secara tiba-tiba, seperti setelah serangan jantung atau aritmia. Gejala gagal jantung akut berkembang secara cepat atau perlahan, namun cukup berat sehingga pasien memerlukan pertolongan medis segera. b. Gagal jantung kronis : Terjadi seiring waktu akibat kondisi medis seperti hipertensi (tekanan darah tinggi) jangka panjang atau penyakit arteri koroner. Diagnosis gagal jantung kronis ditegakkan ketika pasien sudah memiliki onset gejala yang perlahan. 4. Berdasarkan derajat keparahan gejala (klasifikasi fungsional New York Heart Association/NYHA) : a. Kelas I : Tidak ada gejala atau keterbatasan aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang khas tidak menyebabkan dispnea, kelelahan, atau palpitasi. b. Kelas II : Sedikit keterbatasan dalam aktivitas fisik tetapi nyaman saat istirahat. Aktivitas biasa menyebabkan dispnea, kelelahan, atau palpitasi. c. Kelas III : Keterbatasan yang nyata dalam aktivitas fisik. Gejala muncul dengan aktivitas fisik atau aktivitas ringan atau minimal. d. Kelas IV : Gejala saat aktivitas fisik minimal atau saat istirahat, tidak dapat melakukan aktivitas fisik apapun dengan nyaman. 5. Berdasarkan tahapan penyakit (klasifikasi American College of Cardiology Foundation/American Heart Association) : a. Stadium A : Pasien dengan gagal jantung stadium A berisiko mengalami gagal jantung. Mereka tidak memiliki gejala atau kelainan jantung struktural atau fungsional tetapi memiliki kondisi yang meningkatkan risiko gagal jantung, seperti hipertensi, penyakit kardiovaskular, obesitas, diabetes, paparan zat beracun, varian genetik tertentu, atau riwayat keluarga kardiomiopati. b. Stadium B : Stadium pra-gagal jantung. Ventrikel kiri memiliki kelainan struktural atau tidak berfungsi normal, tetapi tidak mengalami gejala yang berhubungan dengan gagal jantung. c. Stadium C : Pasien dengan gagal jantung stadium C memiliki gagal jantung simtomatik. Mereka memiliki penyakit jantung struktural dengan gejala gagal jantung saat ini atau sebelumnya. d. Stadium D : Pasien dengan gagal jantung stadium D mengalami gagal jantung stadium lanjut. Mereka mengalami gejala parah yang mengganggu aktivitas sehari-hari dan harus dirawat di rumah sakit berulang kali meskipun sudah ada upaya untuk mengoptimalkan pengobatan. Gagal jantung stadium D juga disebut gagal jantung stadium akhir, (Siswanto et al., 2015) 2.3 Etiologi Penyebab Gagal jantung yaitu kegagalan miokard antara lain akibat sindrom koroner akut dan miokarditis, hipertensi, kardiomiopati, maupun ada kelainan otot pada jantung. Hal ini dapat menimbulkan gangguan oksigenasi sehingga menyebabkan ruang pompa utama menjadi lebih besar dan otot-otot jantung tidak dapat bekerja dengan semestinya, sehingga terjadi penumpukan cairan di paru-paru yang akan menimbulkan gejala sesak nafas (dispnea) (Andiantro, 2019). Gagal jantung paling sering disebabkan oleh gagal kontraktilitas miokard seperti yang terjadi pada infark miokard, hipertensi lama, atau kardiomiopati. Namun pada kondisi tertentu infark miokard dengan kontraktilitas yang baik tidak dapat memenuhi kebutuhan darah sistemik ke seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Kondisi ini disebabkan misalnya masalah mekanik seperti regurgitasi katup berat, fistula arteriovenosa, defisiensi tiamin, dan anemia berat. Keadaan curah jantung yang tinggi secara tiba-tiba dapat menyebabkan gagal jantung (Siregar, 2020). Menurut (Rahmatiana & Clara, 2019) ada 6 jenis penyebab gagal jantung sebagai berikut : a\. Kelainan pada otot jantung biasanya disebabkan penurunan kontraktilitas jantung. b\. Aterosklerosis koroner dapat menyebabkan disfungsi miokard sehingga terganggunya aliran darah ke otot jantung. c\. Hipertensi sistemik dapat meningkatkan beban kerja pada jantung dan mengakibatkan hipertrofi serabut otot pada jantung. d\. Penyakit degeneratif miokard berhubungan dengan gagal jantung akibat kondisi pada serabut jantung yang rusak sehingga penurunan kontraktilitas. e\. Penyakit gagal jantung bisa terjadi karena penyakit jantung yang sebenarnya tidak langsung mempengaruhi jantung. f\. Faktor sistemik, terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan keparahan gagal jantung peningkatan laju metabolisme. 2.4 Patofisiologi Proses dasar gagal jantung yaitu gangguan kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung menjadi lebih rendah dari curah jantung normal. Ketika output jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat detak jantung untuk mempertahankan curah jantung. Volume sekuncup adalah sejumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi yang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu preload , kontraktilitas, serat jantung dan kadar kalsium dan afterload (jumlah tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang diciptakan oleh tekanan arteriolar). Jika salah satu komponen tersebut terganggu maka curah jantung berakibatkan akan menurun (Kasron, 2016). Gagal jantung adalah kondisi di mana jantung tidak mampu memompa darah secara efektif untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Salah satu mekanisme utama dalam patofisiologi gagal jantung adalah penurunan fungsi ventrikel, baik ventrikel kiri maupun kanan, yang dapat disebabkan oleh disfungsi sistolik atau diastolik (Adriani & Martono, 2017). Pada gagal jantung sistolik, terdapat penurunan kemampuan kontraktilitas jantung akibat penyakit jantung koroner atau kardiomiopati dilatasi, sedangkan pada gagal jantung diastolik, terjadi gangguan relaksasi ventrikel karena peningkatan kekakuan otot jantung (Rahajeng, 2018). Selain itu, aktivasi sistem neurohormonal seperti sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS) dan sistem saraf simpatis juga berperan penting dalam perkembangan gagal jantung. Aktivasi RAAS menyebabkan retensi natrium dan air, yang memperburuk kelebihan volume dan tekanan pada jantung (Nugroho, 2020). Pada tahap lanjut, terjadi remodeling jantung, di mana ventrikel membesar dan kehilangan bentuk normalnya, yang selanjutnya memperparah penurunan fungsi jantung (Suryani, 2019). Menurut Purwowiyoto (2018), terjadinya gagal jantung diawali dengan adanya kerusakan pada jantung atau miokardium. Hal tersebut akan menyebabkan menurunnya curah jantung. Bila curah jantung tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme, maka jantung akan memberikan respon mekanisme kompensasi untuk mempertahankan fungsi jantung agar tetap dapat memompa darah secara adekuat. Bila mekanisme tersebut telah secara maksimal digunakan dan curah jantung normal tetap tidak terpenuhi, maka setelah akan itu timbul gejala gagal jantung. Terdapat tiga mekanisme primer yang dapat dilihat dalam respon kompensatorik, yaitu meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis, meningkatnya beban awal akibat aktivasi Sistem Renin Angiotensin Aldosteron (RAAS), dan hipertrofi ventrikel. Menurunnya volume sekuncup pada gagal jantung akan membangkitkan respon simpatis kompensatorik. Hal ini akan merangsang pengeluaran katekolamin dari saraf-saraf adrenergik jantung dan medula adrenal. Denyut jantung dan kekuatan kontraksi akan meningkat untuk menambah curah jantung. Selain itu juga terjadi vasokonstriksi arteri perifer untuk menstabilkan tekanan arteri dan redistribusi volume darah untuk mengutamakan perfusi ke organ vital seperti jantung dan otak. Aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron akan menyebabkan retensi natrium dan air oleh ginjal, meningkatkan volume ventrikel dan regangan serabut. Peningkatan beban awal ini akan menambah kontraktilitas miokardium sesuai dengan mekanisme Frank Starling. Respon kompensatorik yang terakhir pada gagal jantung adalah hipertrofi miokardium atau bertambahnya ketebalan otot jantung. Hipertrofi akan meningkatkan jumlah sarkomer dalam sel-sel miokardium. Sarkomer dapat bertambah secara paralel atau serial bergantung pada jenis beban 14 hemodinamik yang mengakibatkan gagal jantung. Awalnya, respon kompensatorik sirkulasi ini memiliki efek yang menguntungkan. Namun, pada akhirnya mekanisme kompensatorik dapat menimbulkan gejala dan meningkatkan kerja jantung yang mengakibatkan meningkatnya beban miokardium dan terus berlangsungnya gagal jantung ![](media/image2.png)2.5 WOC ![](media/image4.png) 6. Manifestasi Klinis [Manifestasi klinis gagal jantung meliputi](https://www.bing.com/ck/a?!&&p=e8c6c11cfb4112f8JmltdHM9MTczMDA3MzYwMCZpZ3VpZD0yMDAxYzQ2NC0xOWViLTZmMGUtMDU2NC1kMDg4MThiZDZlYTImaW5zaWQ9NTcyMg&ptn=3&ver=2&hsh=3&fclid=2001c464-19eb-6f0e-0564-d08818bd6ea2&psq=manifestasi+klinis+gagal+jantung&u=a1aHR0cHM6Ly9oZWxsb3NlaGF0LmNvbS9qYW50dW5nL2dhZ2FsLWphbnR1bmcvZ2FnYWwtamFudHVuZy1rYW5hbi8&ntb=1) : 1. Sesak napas 2. Mudah lelah 3. Edema 4. Batuk disertai lendir 5. Suara nafas tambahan seperti ronchi, mengi 6. Sianosis 7. Kepala terasa pusing 8. Tubuh terasa lemas 9. Retensi cairan yang menyebabkan pembengkakan pada kaki, pergelangan kaki, atau bagian perut 10. Nyeri dada 11. Jantung berdebar 2.7 Komplikasi Jika tidak segera ditangani, gagal jantung dapat memicu munculnya gangguan lain pada jantung karena pemompaan darah yang tidak maksimal ke seluruh tubuh dapat mengakibatkan komplikasi, seperti : 1. Aritmia 2. Gagal ginjal 3. Anemia 4. Kerusakan hati 5. Penumpukan cairan pada paru-paru (edema paru) 6. Serangan jantung 7. Malnutrisi 8. Stroke 9. Kegagalan fungsi pada banyak organ tubuh (kegagalan multi organ) 10. Kematian mendadak 11. Efusi pleura 2.8 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menegakkan diagnosis gagal jantung, menentukan penyebab yang mendasari, dan mengevaluasi derajat keparahan penyakit. Berikut adalah beberapa pemeriksaan penunjang yang umum digunakan dalam penanganan gagal jantung: 1. Elektrokardiogram (EKG) 1. Frekuensi Jantung: Normal berkisar antara 60 hingga 100 denyut per menit. 2. Ritme Jantung: Ritme sinus, yang ditandai dengan gelombang P sebelum setiap kompleks QRS. 3. Interval PR\*\*: Normal antara 120 hingga 200 ms 4. Interval QRS: Normal kurang dari 120 ms 5. Interval QT: Normal bervariasi tergantung pada frekuensi jantung, tetapi biasanya antara 350 hingga 450 ms untuk pria dan 360 hingga 460 ms untuk Wanita 6. Aksis Jantung: Normal umumnya antara -30° hingga +90°. \"Electrocardiography in Clinical Practice\" oleh Galen S. S. W. P. M. S. R. Y. K. J. (2020). \"Clinical Electrocardiography: A Textbook\" oleh C. W. D. R. (2018). 2. Ekokardiogram (USG Jantung) 1. Ukuran dan Fungsi Ventrikel: Ventrikel kiri memiliki diameter diastolik sekitar 4-5 cm dan fungsi ejeksi (EF) normal di atas 55-70%. 2. Dinding Jantung: Dinding jantung harus bergerak secara normal tanpa adanya dinding yang melemah atau tidak bergerak. 3. Katup Jantung: Katup jantung (mitral, trikuspid, aorta, dan pulmonal) harus menunjukkan gerakan normal dan tidak ada regurgitasi atau stenosis. 4. Ruang Jantung: Ruang jantung (atrium dan ventrikel) harus berukuran normal tanpa dilatasi. 5. Perikardium: Tidak ada efusi perikardial atau kelainan lainnya. \"Echocardiography: A Practical Guide for Clinicians\" oleh A. C. P. et al. (2019). \"Textbook of Clinical Echocardiography\" oleh C. A. S. et al. (2017 ) 3. Tes laboratorium darah 1. Hitung Darah Lengkap (HDL) a. Hemoglobin: Pria: 13.5--17.5 g/dL Wanita: 12.0--15.5 g/dL b. Hematokrit : Pria: 40%--52% Wanita: 37%--47% c. Sel Darah Merah (RBC) : Pria: 4.7--6.1 juta sel/µL Wanita: 4.2--5.4 juta sel/µL d. Sel Darah Putrih (WBC) : 4,000--11,000 sel/µL e. Trombosit : 150,000--450,000 sel/µL 2. Profil Metabolik Dasar a. Glukosa: 70--99 mg/dL (puasa) b. Kreatinin: c. Natrium: 135--145 mEq/L d. Kalium: 3.5--5.0 mEq/L 3. Lipid Panel a. Kolesterol Total: \50 mg/dL untuk Wanita d. Trigliserida: \ 4. Foto Rontgen Dada (X-Ray) 1. Luas Ruang Paru: Kedua paru-paru tampak simetris dan tidak ada infiltrat atau nodul. 2. Pola Vasculatur: Pola pembuluh darah terlihat normal tanpa pembesaran. 3. Ukuran Jantung: Jantung tidak lebih besar dari setengah diameter thoraks (normal ≤50%). 4. Diafragma: Diafragma harus tampak halus dan terangkat, tanpa adanya penebalan atau kelainan. 5. Struktur Tulang: Tidak ada fraktur atau kelainan pada tulang rusuk dan tulang belakang. \"Diagnostic Imaging: Chest\" oleh B. A. D. et al. (2018). \"Fundamentals of Diagnostic Radiology\" oleh A. G. M. et al. (2014). 5. Tes Fungsi Ginjal dan Tes Laboratorium Lainnya 1. Kreatinin Serum Pria: 0.6--1.2 mg/dL Wanita: 0.5--1.1 mg/dL 2. Glomerular Filtration Rate (GFR) Nilai normal: \90 mL/min/1.73 m² (GFR dapat bervariasi berdasarkan usia, jenis kelamin, dan ras). 3. Urea Nitrogen Darah (BUN) Normal: 7--20 mg/dL 4. Elektrolit Serum Natrium: 135--145 mEq/L Kalium: 3.5--5.0 mEq/L Klorida: 98--106 mEq/L 5. Asam Urat Pria: 3.4--7.0 mg/dL Wanita: 2.4--6.0 mg/dL \"Clinical Chemistry\" oleh E. R. K. et al. (2016). \"Brenner and Rector\'s The Kidney\" oleh J. L. S. et al. (2019). 6. Tes Stres Jantung (Exercise Stress Test) 1. Ritme Jantung f. Meningkat secara proporsional sesuai dengan intensitas latihan. g. Tidak ada aritmia yang signifikan selama atau setelah tes. 2. Tekanan Darah e. Peningkatan tekanan darah sistolik yang wajar, biasanya meningkat 10-12 mmHg untuk setiap 1 MET (Metabolic Equivalent of Task) yang dicapai. f. Tidak ada penurunan tekanan darah selama tes. 3. Gejala e. Tidak ada gejala angina (nyeri dada) atau gejala lainnya yang tidak biasa selama tes. f. Pasien mampu mencapai target detak jantung yang diharapkan berdasarkan usia dan kondisi fisik. 4. Elektrokardiogram (EKG) a. Tidak ada perubahan ST-segment yang menunjukkan iskemia (misalnya, elevasi atau depresi ST). b. Gelombang P dan QRS yang normal selama aktivitas. 5. Pemulihan a. Pemulihan detak jantung dan tekanan darah yang baik setelah aktivitas fisik. \"Exercise Testing and Prescription: A Physical Activity and Health Perspective\" oleh A. S. et al. (2019). \"Clinical Exercise Testing\" oleh K. S. et al. (2018). 7. Kateterisasi Jantung 1. Tekanan Jantung : h. Tekanan di atrium kanan: 2--8 mmHg i. Tekanan di ventrikel kanan: 15--30 mmHg (sistolik) dan 0--8 mmHg (diastolik) j. Tekanan di atrium kiri: 2--12 mmHg k. Tekanan di ventrikel kiri: 100--140 mmHg (sistolik) dan 3--12 mmHg (diastolik) 2. Fraksi Ejeksi (Ejection Fraction) g. Fraksi ejeksi ventrikel kiri: ≥55% (normal). 3. Pemeriksaan Koronari g. Tidak ada stenosis signifikan (≥50%) di arteri koroner utama. h. Aliran darah normal di arteri koroner. 4. Gambar Angiografi a. Tidak ada kelainan struktural pada jantung seperti kelainan katup atau kelainan kongenital. 5. Respon terhadap Tes Stres (jika dilakukan) a. Tidak ada iskemia miokardial yang terdeteksi \"Catheterization and Cardiovascular Interventions\" oleh H. M. et al. (2017). \"Hurst\'s The Heart\" oleh J. A. F. et al. (2018). 8. MRI Jantung (Cardiac Magnetic Resonance Imaging) 1. Struktur Jantung l. Ukuran dan bentuk jantung normal, tanpa pembesaran atrium atau ventrikel. m. Dinding jantung simetris dan tidak ada kelainan morfologi. 2. Fungsi Jantung h. Fraksi ejeksi ventrikel kiri (LVEF) normal: ≥55%. i. Gerakan dinding normal tanpa adanya area hipokinesia atau akinesia. 3. Tissue Characterization i. Tidak ada tanda-tanda fibrosis miokardial, edema, atau infiltrasi jaringan abnormal. j. Sinyal jaringan miokard yang konsisten dan homogen. 4. Katup dan Ruang Jantung a. Katup jantung berfungsi normal tanpa regurgitasi atau stenosis. b. Tidak ada efusi perikardial atau kelainan struktural lainnya. 5. Vaskularisasi a. Arteri koroner bebas dari stenosis atau kelainan lainnya. \"Cardiac MRI: A Comprehensive Handbook\" oleh A. R. et al. (2019). \"Clinical MRI\" oleh C. S. et al. (2017). 2.9 Penatalaksanaan Pengobatan Medis 2.9.1 Penatalaksanaan Farmakologi 1\. Diuretik Tujuan: Diuretik membantu menghilangkan kelebihan cairan dari 2. ACE inhibitor Tujuan : membantu meningkatkan Cardiac Out Put (COP) dan menurunkan kerja jantung. Obatnya adalah: 1\) Digoxin : meningkatkan kontraktilitas. Obat ini tidak digunakan untuk kegagalan diastolic yang mana dibutuhkan pengembangan ventrikel untuk relaksasi. 2\) Hedralizine : menurunkan after load pada disfungsi sistolik. 3\) Isobarbide dinitrat : mengurangi preload dan afterload untuk disfungsi sistolik, hindari vasodilator pada disfungsi sitolik. 4\) Calcium channel blocker : untuk kegagalan diastolik, meningkatkan relaksasi dan pengisian ventrikel (jangan dipakai pada CHF kronik). 5\) Beta blocker : sering dikontra indikasikan karena menekan respon miokard. Digunakan pada disfungsi diastolic untuk mengurangi HR, mencegah iskemi miokard, menurunkan TD, hipertrofi ventrikel kiri. 8.Pola Makan - Pembatasan Garam : Kurangi asupan natrium untuk mencegah retensi cairan. Gunakan bumbu alami seperti rempah-rempah dan jus lemon sebagai pengganti garam. - Pilih Makanan Bergizi : Utamakan makanan tinggi serat, seperti sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian utuh. Konsumsi protein tanpa lemak, seperti ikan, ayam tanpa kulit, dan kacang-kacangan. - Batasi Lemak Jenuh dan Trans : Pilih lemak sehat seperti minyak zaitun dan alpukat. Hindari makanan olahan dan cepat saji. - Kendalikan Karbohidrat : Pilih karbohidrat kompleks, seperti beras merah dan roti gandum. 1. B1 (Breathing) a. Inspeksi : pada inspeksi, pemeriksaan dilakukan dengan melihat tanda-tanda yang terlihat dari luar, terutama pernapasan : 1. Pola pernapasan : pada gagal jantung, pernapasan cepat sering ditemukan 2. Pergerakan dada : pergerakan dada simetris atau tidak saat bernapas 3. Penggunaan otot bantu napas : penggunaan otot leher atau interkostal, pernapasan cuping hidung menunjukkan kesulitan bernapas 4. Warna kulit atau membran mukosa : terdapat sianosis (kebiruan) atau tidak pada bibir yang menunjukkan kekurangan oksigen b. Palpasi : pada palpasi, pemeriksaan dilakukan dengan meraba dinding dada untuk merasakan : 1. Pergerakan dada : memastikan pergerakan dada simetris atau tidak 2. Taktil fremitus : merasakan getaran dengan meletakkan kedua telapak tangan pada dada anterior dan posterior kemudian meminta mengatakan "sembilan sembilan" dan rasakan getaran dada c. Perkusi : pada perkusi, pemeriksaan dilakukan dengan mengetuk dinding dada untuk mendengarkan : 1. Suara perkusi : pada jantung yang normal seharusnya berbunyi "*lub*" dan "*dub*" d. Auskultasi : pada auskultasi, pemeriksaan dilakukan untuk mendengarkan suara napas dengan menggunakan stetoskop : 1. Suara napas : dengarkan jika ada suara napas tambahan, pada gagal jantung biasanya terdengar suara tambahan ronchi atau crackles 2. B2 (Blood) e. Inspeksi : pada inspeksi, pemeriksaan dilakukan dengan melihat tanda-tanda yang terlihat dari luar : 1. Mengalami sianosis atau kebiruan pada bibir, kuku dan kulit yang menunjukkan kekurangan oksigen, tampak pucat, ada jaringan parut pada dada, keluhan kelemahan fisik 2. Edema : terdapat edema atau pembengkakan pada kaki, tangan dan tungkai yang dapat menunjukkan gagal jantung f. Palpasi : pada palpasi, pemeriksaan dilakukan dengan meraba dinding dada untuk merasakan : 1. Pulsasi abnormal : denyut nadi perifer melemah g. Perkusi : pada perkusi, pemeriksaan dilakukan dengan mengetuk dinding dada untuk mendengarkan : 1. Batas jantung : mengetuk area dada untuk menentukan dimensi jantung, pada gagal jantung batas jantung mengalami pergeseran yang menandakan adanya hipertrofi jantung (kardiomegali). 2. Efusi pleura : pada gagal jantung terdapat cairan di rongga pleura sehingga dapat mengidentifikasi area yang terdapat cairan (suara redup) h. Auskultasi : pada auskultasi, pemeriksaan dilakukan untuk mendengarkan suara napas dengan menggunakan stetoskop : 1. Bunyi jantung S1 dan S2 : mendengarkan bunyi jantung pertama (S1) dan kedua (S2) yang mewakili penutupan katup jantung. Bunyi yang abnormal seperti S3 atau S4 menunjukkan gagal jantung atau gangguan ventrikel 2. Murmur Jantung: Murmur dapat terdengar jika ada aliran darah abnormal melalui katup jantung, seperti pada stenosis atau regurgitasi katup. Murmur dideskripsikan berdasarkan lokasi, intensitas, dan pola. 3. Bunyi Tambahan: Bunyi seperti rub perikardial (gesekan perikardium) mungkin terdengar jika ada perikarditis (radang selaput jantung). 4. Fremitus Vokalis: Pemeriksa juga dapat mengevaluasi fremitus vokalis (getaran suara) di atas area jantung untuk membantu menentukan apakah ada cairan di rongga pleura atau masalah jantung. 3. B3 (Brain) i. Inspeksi : pada inspeksi, pemeriksaan dilakukan dengan melihat tanda-tanda yang terlihat dari luar : 1. Amati tanda-tanda gangguan kesadaran atau orientasi, yang bisa menjadi indikasi infeksi berat atau sepsis. 2. Perhatikan apakah pasien menunjukkan gejala seperti kebingungan atau penurunan kesadaran 3. Apakah pasien tampak meringis, merintih, mengerang, dan menggeliat j. Palpasi : pada palpasi, pemeriksaan dilakukan dengan meraba dinding dada untuk merasakan : 1. Palpasi kulit dan jaringan subkutan untuk menilai adanya tanda-tanda gangguan sirkulasi atau perubahan warna kulit 2. Periksa respons terhadap rangsangan nyeri atau sentuhan untuk menilai tingkat kesadaran dan respons saraf. k. Perkusi : - l. Auskultasi : - 4. B4 (Bladder) m. Inspeksi : pada inspeksi, pemeriksaan dilakukan dengan melihat tanda-tanda yang terlihat dari luar : 1. Amati permukaan kulit pada perut bagian bawah dan genitalia eksterna untuk mendeteksi adanya ruam, lesi, bengkak, atau adanya perubahan warna 2. Bentuk dan ukuran abdomen untuk melihat adanya distensi pada area suprapubik yang bisa mengindikasi retensi urine di kandung kemih 3. Lihat apakah ada edema (pembengkakan) di area genitalia dan ekstremitas bawah yang berkaitan dengan penyakit sistemik n. Palpasi : pada palpasi, pemeriksaan dilakukan dengan meraba dinding dada untuk merasakan : 1. Meraba di area punggung bawah untuk mendeteksi adanya pembesaran ginjal dan adanya nyeri tekan atau tidak 2. Merasakan area kandung kemih apakah terasa penuh atau tidak, jika mengalami retensi urine kandung kemih akan teraba penuh dan tegang o. Perkusi : pada perkusi, pemeriksaan dilakukan dengan mengetuk dinding dada untuk mendengarkan : 1. Melakukan perkusi untuk mengetahui kandung kemih penuh atau kosong, seharusnya kandung kemih yang kosong menghasilkan suara timpani saat dilakukan perkusi, jika kandung kemih terisi penuh akan menghasilkan suara tumpul p. Auskultasi : pada auskultasi, pemeriksaan dilakukan untuk mendengarkan suara napas dengan menggunakan stetoskop : 1. Untuk mengetahui apakah ada perubahan bunyi usus, gesekan atau bruit vaskular 5. B5 (Bowel) q. Inspeksi : pada inspeksi, pemeriksaan dilakukan dengan melihat tanda-tanda yang terlihat dari luar : 1. Amati bentuk perut simteris tidak, apakah ada distensi, pembengkakan ataupun perubahan warna r. Palpasi : pada palpasi, pemeriksaan dilakukan dengan meraba dinding dada untuk merasakan : 1. Palpasi ringan : untuk mendeteksi adanya nyeri, massa, atau ketegangan di dinding perut. 2. Palpasi dalam : untuk merasakan ukuran, konsistensi, dan lokasi organ-organ dalam seperti hati dan limpa, serta mengevaluasi nyeri atau pembesaran organ. 3. Pada gagal jantung terdapat pembesaran vena di dalam rongga abdomen, serta penurunan berat badan. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar merupakan manifestasi dari kegagalan jantung. Bila proses ini berkembang maka tekanan dalam pembuluh portal akan meningkat, sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen, yaitu suatu kondisi yang dinamakan asites. s. Perkusi : pada perkusi, pemeriksaan dilakukan dengan mengetuk dinding dada untuk mendengarkan : 1. Perkusi perut untuk menilai area di mana gas atau cairan mungkin berada. Suara normalnya adalah tympany di area perut, sedangkan dullness dapat menunjukkan adanya massa atau cairan di perut. t. Auskultasi : pada auskultasi, pemeriksaan dilakukan untuk mendengarkan suara napas dengan menggunakan stetoskop : 1. Mendengar suara peristaltik usus. Suara normal adalah peristaltik yang terdengar secara periodik. Periksa adanya suara abnormal, seperti hyperperistalsis atau hipoperistalsis, serta suara vaskular yang bisa menunjukkan adanya stenosis atau aneurisma. 6. B6 (Bone) u. Inspeksi : pada inspeksi, pemeriksaan dilakukan dengan melihat tanda-tanda yang terlihat dari luar : 1. Tampak lelah karena terjadi akibat curah jantung yang kurang, sehingga menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Perfusi yang kurang pada otot -- otot rangka menyebabkan kelemahan dan keletihan. 2. Apakah adanya deformitas pada sendi, seperti pembengkakan, kemerahan, atau malposisi (pergeseran tulang atau sendi), bisa menunjukkan radang sendi (artritis), dislokasi, atau fraktur. v. Palpasi : pada palpasi, pemeriksaan dilakukan dengan meraba dinding dada untuk merasakan : 1. Kulit terasa dingin, kulit yang pucat dan dingin diakibatkan oleh vasokontriksi perifer, penurunan lebih lanjut dari curah jantung mengakibatkan sianosis. 2. Meraba tulang, sendi, dan otot untuk mencari area yang terasa nyeri. Nyeri tekan pada sendi bisa menunjukkan peradangan sendi atau cedera. w. Perkusi : pada perkusi, pemeriksaan dilakukan dengan mengetuk dinding dada untuk mendengarkan : 1. Melakukan perkusi pada ekstremitas atas dan bawah meliputi, siku, lutut, otot bisep, otot trisep x. Auskultasi : - 2.10 Pencegahan Untuk mencegah terjadinya gagal jantung, cara terbaik yang dapat dilakukan adalah menjalani pola hidup sehat, seperti: 1. Menjaga berat badan agar tetap ideal atau mengurangi berat badan jika memiliki berat badan berlebih 2. Mengonsumsi makanan yang tinggi serat atau tinggi protein, seperti sayur, buah, ikan, dan biji-bijian atau sereal 3. Mengurangi asupan gula dan garam 4. Mengurangi konsumsi minuman beralkohol 5. Berolahraga secara rutin, setidaknya 30 menit setiap hari 6. Mencukupi waktu tidur dan istirahat 7. Mengelola stres dengan baik 8. Tidak merokok Selain dengan menjalani pola hidup sehat, gagal jantung juga dapat dicegah dengan menjalani pemeriksaan kesehatan secara rutin, seperti pemeriksaan tekanan darah, gula darah, dan kolesterol. Bagi penderita kondisi atau penyakit yang dapat menyebabkan gagal jantung, seperti penyakit jantung atau diabetes, jalani pengobatan yang telah diberikan oleh dokter dan lakukan kontrol secara rutin. **BAB III KASUS** 3.1 Asuhan Keperawatan **KASUS** Tn. R berusia 44 tahun datang bersama istrinya (Ny. M) ke Rumah Sakit Widya Mandala Surabaya pada tanggal 6 Oktober 2024 pukul 08.00 wib dengan keluhan sesak napas yang semakin memberat saat beraktivitas maupun istirahat disertai keringat dingin, pusing, jantung terasa berdebar debar dan terasa nyeri saat bernapas dibagian dada seperti ditusuk-tusuk benda tumpul dengan skala 5, Ny. M mengatakan jika suaminya batuk berdahak namun dahak susah keluar, saat dilakukan pemeriksaan didapatkan : TD : 125/100 mmHg, suhu 36,4°C, nadi : 107 x/menit, RR : 25 x/menit, spO2 : 90%, CRT \> 3 detik, kesadaran Compos Mentis GCS 456, pernafasan cuping hidung (+), retraksi dinding dada (+), ekspirasi pasien tampak memanjang, pernapasan cepat dan dalam, terdengar suara ronchi +/+, nadi teraba lemah, akral teraba dingin, pasien tampak meringis, gelisah, pasien tampak pucat, lemas, sianosis, turgor kulit menurun dan terdapat edema pada kaki dengan derajat 2, terdapat Hasil foto thorax: Cardiomegali dan Congestive Pulmonum. dan Tn. R diberikan nasal kanul 4lpm. Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak SMA 12 batang/hari, berat badan mengalami penurunan dari 58 kg turun menjadi 48 kg dengan tinggi badan 160 cm. Saat pengkajian Ny. M mengatakan jika nafsu makan suaminya menurun karena sulit untuk menelan dan merasa mual tetapi tidak muntah. Ny. M mengatakan makanan yang disajikan hanya habis 4 sendok karena sudah merasa kenyang, hasil pemeriksaan didapat bising usus meningkat (32 x/menit) , dan sesekali kadang perut terasa kram atau sebah, pasien tampak pucat, turgor kulit menurun dan bibir kering, diet yang diberikan makanan biasa 2.500 KKal. Pasien mengatakan sering terbangun saat tidur pada malam hari karena nyeri yang dirasakan sebelumnya Tn. R tidur selama 8 jam sekarang hanya 4-5 jam, pasien mengatakan sering terasa ingin BAK namun yang keluar hanya sedikit dan saat BAK terasa tidak tuntas. Saat diperiksa terdapat distensi dan ada nyeri tekan pada abdomen Pasien bekerja sebagai pegawai swasta dan pasien sudah menikah, ia merupakan anak tunggal di keluarganya, sedangkan istrinya anak kedua dari dua bersaudara, orangtua dari keduanya sudah tidak ada. Tn. A memiliki 2 orang anak laki-laki dan perempuan, anak pertama laki laki sudah menikah dan mempunyai anak kembar perempuan. Ny. M mengatakan tidak ada penyakit keluarga dan Tn. R tidak pernah mengalami sakit seperti sekarang. Pasien mengatakan sering mudah lelah padahal tidak melakukan aktivitas, sejak mengalami sakit pasien tidak mampu lagi bekerja dengan maksimal dan membutuhkan orang lain untuk membantunya melakukan aktivitas karena pasien merasa cepat lelah. Hasil pemeriksaan darah lengkap didapatkan : **Hemoglobin : 15.2 (13.2 -- 17.3)** **Hematokrit : 45.2 (40.0 -- 52.0)** **Eritrosit : 5.51 H (4.40 -- 5.00)** **Trombosit : 222.00 (150 -- 400)** **PCT : 1.56 L (1.09-1.82)** **Leukosit : 9.38 (3.80 -- 10.60)** **Neutrofil% : 71.90 H (50 -- 70)** **Limfosit% :19.00L(25.00-40.00)** **pH : 8,5 (7,35 -- 7,45)** **PCO2 : 48 mmHg (35 -- 45)** **PO2 : 70 (80 -- 100)** **GDS : 242 H (74-106)** **BUN : 17 (10-24)** **Kreatinin : 1.19 (0.6-1.5)** **Natrium : 150 L (135 -- 147)** **Kalium : 4.89 (3.0 -- 5.0)** **Clorida : 101.7 (95-105)** HCO3 : 18 (22-28) **ANALISA DATA** +-----------------+-----------------+-----------------+-----------------+ | **No.** | **Data** | **Etiologi** | **Masalah | | | | | Keperawatan** | +=================+=================+=================+=================+ | **1.** | **Ds :** | Ketidakseimbang | Gangguan | | | | an | Pertukaran Gas | | | - px | ventilasi-perfu | | | | mengatakan | si | **(D.0003, hal | | | sesak napas | | : 22)** | | | yang | | | | | semakin | | | | | memberat | | | | | saat | | | | | beraktivita | | | | | s | | | | | maupun | | | | | istirahat | | | | | disertai | | | | | keringat | | | | | dingin, | | | | | pusing, | | | | | jantung | | | | | terasa | | | | | berdebar | | | | | debar | | | | | | | | | | **Do :** | | | | | | | | | | - PCO2: 48 | | | | | mmHg | | | | | | | | | | - PO2: 70 | | | | | | | | | | - Nadi: | | | | | 107x/mnt | | | | | | | | | | - pH: 8,5 | | | | | | | | | | - HCO3: 18 | | | | | | | | | | - Spo2: 90% | | | | | | | | | | - RR: 25x/mnt | | | | | | | | | | - Ronchi +/+ | | | | | | | | | | - Sianosis | | | | | | | | | | - Pasien | | | | | gelisah | | | | | | | | | | - Napas | | | | | cuping | | | | | hidung | | | | | | | | | | - Pernapasan | | | | | cepat dan | | | | | dalam | | | | | | | | | | - Pasien | | | | | tampak | | | | | pucat | | | +-----------------+-----------------+-----------------+-----------------+ | **2.** | **Ds :** | Perubahan | Penurunan Curah | | | | Frekuensi | Jantung | | | - Px | Jantung | | | | mengatakan | | **(D.0008, hal | | | sesak apas | | : 34)** | | | yang | | | | | semakin | | | | | memberat | | | | | saat | | | | | beraktivita | | | | | s | | | | | maupun | | | | | istirahat | | | | | disertai | | | | | keringat | | | | | dingin, | | | | | pusing, | | | | | jantung | | | | | terasa | | | | | berdebar-de | | | | | bar | | | | | | | | | | - Px | | | | | mengatakan | | | | | sering | | | | | mudah lelah | | | | | padahal | | | | | tidak | | | | | melakukan | | | | | aktivitas | | | | | | | | | | - Ny. M | | | | | mengatkan | | | | | bahwa | | | | | suaminya | | | | | batuk | | | | | berdahak | | | | | tetapi | | | | | dahak susah | | | | | keluar | | | | | | | | | | **Do :** | | | | | | | | | | - Nadi | | | | | 107x/mnt | | | | | | | | | | - Terdapat | | | | | edema pada | | | | | kaki dengan | | | | | derajat 2 | | | | | | | | | | - TD: 125/100 | | | | | mmHg | | | | | | | | | | - CRT \> 3 | | | | | detik | | | | | | | | | | - Warna kulit | | | | | sianosis | | | | | | | | | | - Pasien | | | | | tampak | | | | | pucat | | | | | | | | | | - Pasien | | | | | tampak | | | | | gelisah | | | +-----------------+-----------------+-----------------+-----------------+ | **3.** | **Ds :** | **Agen | **Nyeri Akut** | | | | Pencedera | | | | - **Pasien | Fisiologis | **(D. 0077, hal | | | mengatakan | (Iskemia)** | : 172)** | | | terasa | | | | | nyeri saat | | | | | bernapas | | | | | dibagian | | | | | dada | | | | | seperti | | | | | ditusuk-tus | | | | | uk | | | | | benda | | | | | tumpul | | | | | dengan | | | | | skala 5** | | | | | | | | | | - **Pasien | | | | | mengatakan | | | | | sejak sakit | | | | | saat tidur | | | | | sering | | | | | terbangun | | | | | karena | | | | | nyeri yang | | | | | dirasakan** | | | | | | | | | | - **Ny. M | | | | | mengatakan | | | | | nafsu makan | | | | | suaminya | | | | | menurun | | | | | karena | | | | | sulit untuk | | | | | menelan** | | | | | | | | | | **Do :** | | | | | | | | | | - **TD : | | | | | 125/100 | | | | | mmHg** | | | | | | | | | | - **Nadi : | | | | | 107 | | | | | x/menit** | | | | | | | | | | - **RR : 25 | | | | | x/menit** | | | | | | | | | | - **spO2 : 90 | | | | | %** | | | | | | | | | | - **P : sesak | | | | | napas** | | | | | | | | | | - **Q : | | | | | ditusuk | | | | | tuduk benda | | | | | tumpul** | | | | | | | | | | - **R : | | | | | dada** | | | | | | | | | | - **S : 5** | | | | | | | | | | - **T : saat | | | | | beraktivita | | | | | s** | | | | | | | | | | - **Ronchi | | | | | +/+** | | | | | | | | | | - **Pernapasa | | | | | n | | | | | cuping | | | | | hidung** | | | | | | | | | | - **Retraksi | | | | | dinding | | | | | dada\ | | | | | (+)** | | | | | | | | | | - **Ekspirasi | | | | | pasien | | | | | tampak | | | | | memanjang** | | | | | | | | | | - **Pernapasa | | | | | n | | | | | cepat dan | | | | | dalam** | | | | | | | | | | - **Pasien | | | | | tampak | | | | | gelisah, | | | | | meringis** | | | | | | | | | | - **Pasien | | | | | tampak | | | | | pucat dan | | | | | lemas** | | | +-----------------+-----------------+-----------------+-----------------+ **DIAGNOSA KEPERAWATAN** 1. Gangguan pertukaran gas b.d. ketidakseimbangan ventilasi-perfusi d.d. PCO2: 48 mmHg, PO2: 70, Nadi: 107x/mnt, pH: 8,5, ronchi +/+, sianosis, pasien tampak gelisah, napas cuping hidung, pernapasan cepat dan dalam, pasien tampak pucat, Spo2:90x/mnt, RR 25x/mnt 2. Penurunan curah jantung b.d. perubahan frekuensi jantung d.d nadi pasien 107x/mnt, terdapat edema pada kaki dengan derajat 2, TD 125/100 mmHg,CRT \> 3 detik, warna kulit sianosis, pasien tampak pucat, pasien tampak gelisah. 3. **Nyeri akut b.d. agen pencedera fisiologis (iskemia) d.d. Pasien mengatakan terasa nyeri saat bernapas dibagian dada seperti ditusuk-tusuk benda tumpul dengan skala 5, pasien mengatakan sejak sakit saat tidur sering terbangun karena nyeri yang dirasakan, Ny. M mengatakan nafsu makan suaminya menurun karena sulit untuk menelan, TD : 125/100 mmHg, nadi : 107 x/menit, RR : 25 x/menit, spO2 : 90 %, ronchi +/+, pernapasan cuping hidung, retraksi dinding dada (+), ekspirasi pasien tampak memanjang, pernapasan cepat dan dalam, pasien tampak gelisah, meringis, pasien tampak pucat dan lemas** **INTERVENSI** +-------------+-------------+-------------+-------------+-------------+ | **No.** | **Diagnosa | **Tujuan | **Intervens | **Rasional* | | | Keperawatan | dan | i** | * | | | ** | kriteria | | | | | | hasil** | | | +=============+=============+=============+=============+=============+ | **1.** | Gangguan | Setelah | (I.08250, | | | | pertukaran | dilakukan | hal : 430) | | | | gas b.d. | intervensi | | | | | ketidakseim | keperawatan | **Terapi | | | | bangan | pertukaran | Oksigen** | | | | ventilasi-p | gas selama | | | | | erfusi | 1x24 jam | **Observasi | | | | d.d. PCO2: | maka | ** | | | | 48 mmHg, | pertukaran | | | | | PO2: 70, | gas | 1.1 Monitor | | | | Nadi: | meningkat | kecepatan | | | | 107x/mnt, | dengan | aliran | | | | pH: 8,5, | kriteria | oksigen | | | | ronchi +/+, | hasil: | | | | | sianosis, | | 1.2 Monitor | | | | pasien | - Dispnea | posisi alat | | | | tampak | menurun | terapi | | | | gelisah, | | oksigen | | | | napas | - Ronchi | | | | | cuping | -/- | 1.3 Monitor | | | | hidung, | | aliran | | | | pernapasan | - Takikar | oksigen | | | | cepat dan | dia | secara | | | | dalam, | menurun | periodik | | | | pasien | (60-100 | dan | | | | tampak | x/mnt) | pastikan | | | | pucat, | | fraksi yang | | | | Spo2:90x/mn | - PCO2 | diberikan | | | | t, | membaik | cukup | | | | RR 25x/mnt | (35-45) | | | | | | | 1.4 Monitor | | | | | - PO2 | efektifitas | | | | | membaik | terapi | | | | | (80-100 | oksigen(Mis | | | | | ) | s. | | | | | | oksimetri, | | | | | - pH | analisis | | | | | arteri | gas darah) | | | | | membaik | | | | | | (7,35-7 | 1.5 Monitor | | | | | ,45) | tingkat | | | | | | kecemasan | | | | | - Gelisah | akibat | | | | | menurun | terapi | | | | | | oksigen | | | | | - Napas | | | | | | cuping | **Terapeuti | | | | | hidung | k** | | | | | menurun | | | | | | | 1.6 | | | | | - Sianosi | Pertahankan | | | | | s | kepatenan | | | | | membaik | jalan napas | | | | | | | | | | | - Pola | **Edukasi** | | | | | nafas | | | | | | membaik | 1.7 Ajarkan | | | | | | pasien dan | | | | | - Warna | keluarga | | | | | kulit | cara | | | | | pucat | menggunakan | | | | | membaik | oksigen | | | | | | dirumah | | | | | - Spo2 | | | | | | membaik | **Kolaboras | | | | | (95-100 | i** | | | | | ) | | | | | | | 1.8 | | | | | - RR | Kolaborasi | | | | | membaik | penentuan | | | | | (16-22x | dosis | | | | | /mnt) | oksigen | | | | | | | | | | | (L.01003, | 1.9 | | | | | hal : 96) | Kolaborasi | | | | | | penggunaan | | | | | | oksigen | | | | | | saat | | | | | | aktivitas | | | | | | atau tidur | | | | | | | | | | | | (I.01014, | | | | | | hal : 247) | | | | | | | | | | | | **Pemantaua | | | | | | n | | | | | | Respirasi** | | | | | | | | | | | | **Observasi | | | | | | ** | | | | | | | | | | | | 1.1 Monitor | | | | | | frekuensi, | | | | | | irama, | | | | | | kedalaman | | | | | | dan upaya | | | | | | napas | | | | | | | | | | | | 1.2 Monitor | | | | | | pola napas | | | | | | ( | | | | | | bradipnea, | | | | | | takipnea, | | | | | | hiperventil | | | | | | asi, | | | | | | kussmaul, | | | | | | cheyne-stok | | | | | | es, | | | | | | biot, | | | | | | ataksik) | | | | | | | | | | | | 1.3 Monitor | | | | | | kemampuan | | | | | | batuk | | | | | | efektif | | | | | | | | | | | | 1.4 Palpasi | | | | | | kesimetrisa | | | | | | n | | | | | | ekspansi | | | | | | paru | | | | | | | | | | | | 1.5 | | | | | | Auskultasi | | | | | | bunyi napas | | | | | | | | | | | | 1.6 Monitor | | | | | | saturasi | | | | | | oksigen | | | | | | | | | | | | **Terapeuti | | | | | | k** | | | | | | | | | | | | 1.7 | | | | | | Dokumentasi | | | | | | kan | | | | | | hasil | | | | | | pemantauan | | | | | | | | | | | | **Edukasi** | | | | | | | | | | | | 1.8 | | | | | | Jelaskan | | | | | | tujuan dan | | | | | | prosedur | | | | | | pemantauan | | | | | | | | | | | | 1.9 | | | | | | Informasika | | | | | | n | | | | | | hasil | | | | | | pemantauan, | | | | | | jika perlu | | +-------------+-------------+-------------+-------------+-------------+ | **2.** | Penurunan | Setelah | (I.02075, | | | | curah | dilakukan | hal : 317) | | | | jantung | intervensi | | | | | b.d. | keperawatan | **Perawatan | | | | perubahan | selama 1x24 | Jantung** | | | | frekuensi | jam maka | | | | | jantung d.d | curah | **Observasi | | | | nadi pasien | jantung | ** | | | | 107x/mnt, | meningkat | | | | | terdapat | dengan | 1.1 | | | | edema pada | kriteria | Identifikas | | | | kaki dengan | hasil: | i | | | | derajat 2, | | tanda dan | | | | TD 125/100 | - Kekuata | gejala | | | | mmHg,CRT \> | n | primer | | | | 3 detik, | nadi | penurunan | | | | warna kulit | perifer | curah | | | | sianosis, | meningk | jantung(mel | | | | pasien | at | iputi | | | | tampak | | dispnea, | | | | pucat, | - Palpita | kelelahan, | | | | pasien | si | edema, | | | | tampak | menurun | ortopnea, | | | | gelisah | | paroxysmal | | | | | - Takikar | noctumal | | | | | dia | dyspnea, | | | | | menurun | peningkatan | | | | | | CVP) | | | | | - Lelah | | | | | | menurun | 1.2 | | | | | | Identifikas | | | | | - Edema | i | | | | | menurun | tanda/gejal | | | | | | a | | | | | - *Dyspne | skunder | | | | | a* | penurunan | | | | | menurun | curah | | | | | | jantung | | | | | - *Pu*cat | | | | | | /sianosis | 1.3 Monitor | | | | | menurun | tekanan | | | | | | darah | | | | | - Batuk | | | | | | menurun | 1.4 Monitor | | | | | | saturasi | | | | | - Tekanan | oksigen | | | | | darah | | | | | | membaik | 1.5 Monitor | | | | | | keluhan | | | | | | nyeri | | | | | | | | | | | | 1.6 Periksa | | | | | | tekanan | | | | | | darah dan | | | | | | nadi | | | | | | sebelum dan | | | | | | sesudah | | | | | | aktivitas | | | | | | | | | | | | 1.7 Periksa | | | | | | tekanan | | | | | | darah dan | | | | | | nadi | | | | | | sebelum | | | | | | pemberian | | | | | | obat | | | | | | | | | | | | **Terapeuti | | | | | | k** | | | | | | | | | | | | 1.8 | | | | | | Posisikan | | | | | | posisi | | | | | | semi-fowler | | | | | | atau fowler | | | | | | dengan kaki | | | | | | ke bawah | | | | | | atau posisi | | | | | | nyaman | | | | | | | | | | | | 1.9 Berikan | | | | | | terapi | | | | | | relaksasi | | | | | | untuk | | | | | | mengurangi | | | | | | stres | | | | | | | | | | | | 1.10 | | | | | | Berikan | | | | | | oksigen | | | | | | untuk | | | | | | mempertahan | | | | | | kan | | | | | | saturasi | | | | | | oksigen | | | | | | \>94% | | | | | | | | | | | | **Edukasi** | | | | | | | | | | | | 1.11 | | | | | | Anjurkan | | | | | | beraktivita | | | | | | s | | | | | | fisik | | | | | | secara | | | | | | bertahap | | | | | | | | | | | | 1.12 | | | | | | Anjurkan | | | | | | berhenti | | | | | | merokok | | | | | | | | | | | | **Kolaboras | | | | | | i | | | | | | :** | | | | | | | | | | | | **1.13 | | | | | | Kolaborasi | | | | | | pemberian | | | | | | aritmia, | | | | | | *jika | | | | | | perlu*** | | +-------------+-------------+-------------+-------------+-------------+ | **3.** | **Nyeri | **Setelah | **(I.08238, | | | | akut b.d. | dilakukan | hal : | | | | agen | intervensi | 201)** | | | | pencedera | keperawatan | | | | | fisiologis | selama 1 x | **Manajemen | | | | (iskemia) | 24 jam | Nyeri** | | | | d.d. Pasien | maka** | | | | | mengatakan | | **Observasi | | | | terasa | **Tingkat | :** | | | | nyeri saat | nyeri | | | | | bernapas | menurun | **1. | | | | dibagian | dengan | Identifikas | | | | dada | kriteria | i | | | | seperti | hasil :** | lokasi, | | | | ditusuk-tus | | karakterist | | | | uk | - **Kemam | ik, | | | | benda | puan | durasi, | | | | tumpul | menunta | frekuensi, | | | | dengan | skan | kualitas, | | | | skala 5, | aktivit | intensitas | | | | pasien | as | nyeri** | | | | mengatakan | meningk | | | | | sejak sakit | at | **2. | | | | saat tidur | (pasien | Identifikas | | | | sering | dapat | i | | | | terbangun | berakti | skala | | | | karena | vitas | nyeri** | | | | nyeri yang | maksima | | | | | dirasakan, | l)** | **3. | | | | Ny. M | | Identifikas | | | | mengatakan | - **Keluh | i | | | | nafsu makan | an | respon | | | | suaminya | nyeri | nyeri non | | | | menurun | menurun | verbal** | | | | karena | (pasien | | | | | sulit untuk | tidak | **4. | | | | menelan, TD | nyeri)* | identifikas | | | | : 125/100 | * | i | | | | mmHg, nadi | | faktor yang | | | | : 107 | - **Merin | memperberat | | | | x/menit, RR | gis | dan | | | | : 25 | menurun | memperingan | | | | x/menit, | (pasien | nyeri** | | | | spO2 : 90 | tidak | | | | | %, ronchi | meringi | **5. | | | | +/+, | s)** | Identifikas | | | | pernapasan | | i | | | | cuping | - **Gelis | pengetahuan | | | | hidung, | ah | dan | | | | retraksi | menurun | keyakinan | | | | dinding | (pasien | tentang | | | | dada (+), | tidak | nyeri** | | | | ekspirasi | gelisah | | | | | pasien | )** | **6. | | | | tampak | | Identifikas | | | | memanjang, | - **Kesul | i | | | | pernapasan | itan | pengaruh | | | | cepat dan | tidur | nyeri pada | | | | dalam, | menurun | kualitas | | | | pasien | (pasien | hidup** | | | | tampak | tidak | | | | | gelisah, | terbang | **7. | | | | meringis, | un | monitor | | | | pasien | saat | efek | | | | tampak | tidur)* | samping | | | | pucat dan | * | penggunaan | | | | lemas** | | analgesik** | | | | | - **Mual | | | | | | menurun | **Terapeuti | | | | | (pasien | k | | | | | tidak | :** | | | | | mual)** | | | | | | | **8. | | | | | - **Freku | Kontrol | | | | | ensi | lingkungan | | | | | nadi | yang | | | | | membaik | memperberat | | | | | (60-100 | rasa nyeri | | | | | x/menit | (mis. Suhu | | | | | )** | ruangan, | | | | | | pencahayaan | | | | | - **Pola | , | | | | | napas | kebisingan) | | | | | membaik | ** | | | | | (pola | | | | | | napas | **9. | | | | | normal) | Fasilitasi | | | | | ** | istirahat | | | | | | tidur** | | | | | - **Tekan | | | | | | an | **10. | | | | | darah | Pertimbangk | | | | | membaik | an | | | | | ( TD : | jenis dan | | | | | 90-120/ | sumber | | | | | 60-80 | nyeri dalam | | | | | mmHg)** | pemilihan | | | | | | strategi | | | | | - **Nafsu | meredakan | | | | | makan | nyeri** | | | | | membaik | | | | | | (porsi | **Edukasi | | | | | makan | :** | | | | | dihabis | | | | | | kan)** | **11. | | | | | | Jelaskan | | | | | - **Pola | penyebab, | | | | | tidur | periode, | | | | | membaik | dan pemicu | | | | | (tidur | nyeri** | | | | | 6-8 | | | | | | jam)** | **12. | | | | | | Jelaskan | | | | | **( | strategi | | | | | L.08066, | meredakan | | | | | hal : | nyeri** | | | | | 147)** | | | | | | | **13. | | | | | | Anjurkan | | | | | | memonitor | | | | | | nyeri | | | | | | secara | | | | | | mandiri** | | | | | | | | | | | | **Kolaboras | | | | | | i | | | | | | :** | | | | | | | | | | | | **14. | | | | | | Kolaborasi | | | | | | pemberian | | | | | | analgetik, | | | | | | jika | | | | | | perlu** | | +-------------+-------------+-------------+-------------+-------------+ **IMPLEMENTASI** +-------------+-------------+-------------+-------------+-------------+ | **Diagnosa | **Hari, | **No. | **Tindakan* | **TTD** | | Keperawatan | tanggal, | Diagnosa** | * | | | ** | jam** | | | | +=============+=============+=============+=============+=============+ | Gangguan | **Minggu, | | Memonitor | | | pertukaran | 06-Oktober- | | kecepatan | | | gas b.d. | 2024** | | aliran | | | ketidakseim | | | oksigen | | | bangan | | | | | | ventilasi-p | | | **Respon | | | erfusi | | | Hasil :** | | | d.d. PCO2: | | | | | | 48 mmHg, | | | Kecepatan | | | PO2: 70, | | | aliran | | | Nadi: | | | oksigen | | | 107x/mnt, | | | 4lpm | | | pH: 8,5, | | | | | | ronchi +/+, | | | Memonitor | | | sianosis, | | | posisi alat | | | pasien | | | terapi | | | tampak | | | oksigen | | | gelisah, | | | | | | napas | | | **Respon | | | cuping | | | Hasil :** | | | hidung, | | | | | | pernapasan | | | Posisi alat | | | cepat dan | | | terapi | | | dalam, | | | oksigen | | | pasien | | | sudah | | | tampak | | | terletak | | | pucat, | | | disamping | | | Spo2:90x/mn | | | tempat | | | t, | | | tidur | | | RR 25x/mnt | | | pasien | | | | | | | | | | | | Memonitor | | | | | | aliran | | | | | | oksigen | | | | | | secara | | | | | | periodik | | | | | | dan | | | | | | pastikan | | | | | | fraksi yang | | | | | | diberikan | | | | | | cukup | | | | | | | | | | | | **Respon | | | | | | Hasil :** | | | | | | | | | | | | Humidifier | | | | | | pasien | | | | | | terpasang | | | | | | dengan | | | | | | benar dan | | | | | | terisi | | | | | | aquades | | | | | | sesuai | | | | | | takaran | | | | | | | | | | | | Memonitor | | | | | | efektifitas | | | | | | terapi | | | | | | oksigen(Mis | | | | | | s. | | | | | | oksimetri, | | | | | | analisis | | | | | | gas darah) | | | | | | | | | | | | **Respon | | | | | | Hasil :** | | | | | | | | | | | | Terapi yang | | | | | | diberikan | | | | | | pada pasien | | | | | | efektif, | | | | | | dan pasien | | | | | | mengatakan | | | | | | bahwa | | | | | | sesaknya | | | | | | berkurang | | | | | | | | | | | | Memonitor | | | | | | tingkat | | | | | | kecemasan | | | | | | akibat | | | | | | terapi | | | | | | oksigen | | | | | | | | | | | | **Respon | | | | | | Hasil :** | | | | | | | | | | | | Pasien | | | | | | mengatakan | | | | | | bahwa | | | | | | pasien | | | | | | tidak | | | | | | merasa | | | | | | cemas | | | | | | akibat | | | | | | pemasangan | | | | | | terapi | | | | | | oksigen | | | | | | | | | | | | Mempertahan | | | | | | kan | | | | | | kepatenan | | | | | | jalan napas | | | | | | | | | | | | **Respon | | | | | | Hasil :** | | | | | | | | | | | | Napas | | | | | | pasien | | | | | | berjalan | | | | | | dengan baik | | | | | | | | | | | | Mengajarkan | | | | | | pasien dan | | | | | | keluarga | | | | | | cara | | | | | | menggunakan | | | | | | oksigen di | | | | | | rumah | | | | | | | | | | | | **Respon | | | | | | Hasil :** | | | | | | | | | | | | Pasien dan | | | | | | keluarga | | | | | | mengatakan | | | | | | bahwa | | | | | | mereka | | | | | | paham | | | | | | dengan apa | | | | | | yang | | | | | | diajarkan | | | | | | perawat | | | | | | | | | | | | Berkolabora | | | | | | si | | | | | | penentuan | | | | | | dosis | | | | | | oksigen | | | | | | | | | | | | **Respon | | | | | | Hasil :** | | | | | | | | | | | | Dokter | | | | | | menganjurka | | | | | | n | | | | | | untuk | | | | | | memberikan | | | | | | pasien | | | | | | oksigen | | | | | | dengan | | | | | | kecepatan | | | | | | aliran 4 | | | | | | lpm | | | | | | | | | | | | Berkolabora | | | | | | si | | | | | | penggunaan | | | | | | oksigen | | | | | | saat | | | | | | aktivitas | | | | | | atau tidur | | | | | | | | | | | | **Respon | | | | | | Hasil :** | | |

Use Quizgecko on...
Browser
Browser