🎧 New: AI-Generated Podcasts Turn your study notes into engaging audio conversations. Learn more

Evaluasi Pembelajaran Berbasis Multikultural PDF

Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...

Document Details

ComfortingIsland6468

Uploaded by ComfortingIsland6468

SDN Rawarengas 2

Ina Magdalena, Shinta Anjani Nura, Tiara Nur Cahyani, Vadlina Putry Prikustini

Tags

multicultural learning primary school national character education

Summary

This document evaluates multicultural-based learning at SDN Rawarengas 2, a primary school in Indonesia. It argues that multicultural education is crucial in developing national character, especially in an increasingly diverse society. The study uses an interview method with a teacher to analyze the effectiveness of the approach.

Full Transcript

Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sosial Vol. 1 No. 3 Juli 2023 e-ISSN :2985-7716, p-ISSN :2985-6345, Hal 232-258 DOI: https://doi.org/10.54066/jupendis.v1i3.51...

Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sosial Vol. 1 No. 3 Juli 2023 e-ISSN :2985-7716, p-ISSN :2985-6345, Hal 232-258 DOI: https://doi.org/10.54066/jupendis.v1i3.512 Evaluasi Pembelajaran Berbasis Multikultural Untuk Mengembangkan Karakter Bangsa Di Sekolah Dasar Negeri Rawarengas 2 Ina Magdalena1, Shinta Anjani Nura2, Tiara Nur Cahyani3, Vadlina Putry Prikustini4 1,2,3,4Universitas Muhammadiyah Tangerang Alamat: Jl. Perintis Kemerdekaan I No.33, RT. 007/RW. 003, Babakan, Cikoko,Kec. Tangerang, Kota Tangerang, Banten 15118 Korespondensi penulis: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected] Abstract. SDN Rawarengas 2 is a school located in one of the areas in Tangerang Regency, precisely in Rawarengas Village. Learning is basically a process of interaction between educators and students, both direct (face-to-face) and indirect interaction (learning activities using learning media in web applications). Multicultural-based learning in elementary schools plays an important role in developing the nation's character that is inclusive and respects diversity. In this era of globalization, society is increasingly diverse with various cultural backgrounds, tribes, religions, and different traditions. Therefore, education that focuses on multiculturalism is important to prepare the younger generation to face the challenges and needs of an increasingly complex society. This study used an interview method to one of the teachers of SDN Rawarengas 2. The interview was conducted directly/offline by approaching the speakers. Keywords: Multicultural Learning, Primary School, Character of the Nation. Abstrak. SDN Rawarengas 2 merupakan sekolah yang terletak di salah satu daerah di Kabupaten Tangerang tepatnya di Kelurahan Rawarengas. Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu proses interaksi pendidik dengan peserta didik, baik interaksi langsung (tatap muka) maupun tidak langsung (kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran dalam aplikasi web). Pembelajaran berbasis multikultural di sekolah dasar memegang peranan penting dalam mengembangkan karakter bangsa yang inklusif dan menghargai keragaman. Dalam era globalisasi ini, masyarakat semakin beragam dengan berbagai latar belakang budaya, suku, agama, dan tradisi yang berbeda. Oleh karena itu, pendidikan yang berfokus pada multikulturalisme penting untuk mempersiapkan generasi muda dalam menghadapi tantangan dan kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks. Penelitian ini menggunakan metode wawancara kepada salah satu guru SDN Rawarengas 2. Wawancara dilakukan secara langsung/offline dengan menghampiri narasumber. Kata kunci: Pembelajaran Multikultural, Sekolah Dasar, Karakter Bangsa. Received Mei 30, 2023; Revised Juni 02, 2023; Accepted Juli 05, 2023 * Ina Magdalena, [email protected] Evaluasi Pembelajaran Berbasis Multikultural Untuk Mengembangkan Karakter Bangsa Di Sekolah Dasar Negeri Rawarengas 2 LATAR BELAKANG Bangsa Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan budaya, sejarah, dan keberagaman etnis. Dengan lebih dari 17.000 pulau dan lebih dari 300 suku bangsa, Indonesia menjadi rumah bagi berbagai kelompok etnis dengan bahasa, adat istiadat, dan agama yang berbeda-beda. Keberagaman ini telah membentuk karakteristik unik dari bangsa Indonesia. Sejak meraih kemerdekaan pada tahun 1945, bangsa Indonesia telah menghadapi berbagai tantangan dalam upaya membangun negara yang bersatu dan maju. Salah satu aspek penting dalam membangun karakter bangsa Indonesia adalah memahami dan menghargai keberagaman budaya, agama, suku, dan bahasa yang ada di dalamnya. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter bangsa. Melalui sistem pendidikan yang inklusif dan berbasis multikultural, generasi muda Indonesia dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang keberagaman budaya dan nilai-nilai yang melandasi kehidupan bersama. Pembelajaran berbasis multikultural di sekolah dasar sebagai upaya untuk mengembangkan karakter bangsa Indonesia yang inklusif, menghargai keberagaman, dan mampu hidup dalam masyarakat yang semakin kompleks dan multikultural. Dalam konteks pendidikan di Indonesia, implementasi Kurikulum 2013 telah memberikan perhatian khusus pada pembentukan karakter bangsa melalui pendekatan yang holistik dan terintegrasi. Pada tingkat sekolah dasar, pendidikan multikultural dapat diterapkan melalui kurikulum yang memperkenalkan berbagai budaya, bahasa, dan tradisi Indonesia kepada siswa. Melalui pembelajaran berbasis multikultural, pendidikan di Indonesia bertujuan untuk membentuk generasi yang menghargai keberagaman, menghormati hak asasi manusia, mampu berkomunikasi secara efektif, dan siap menghadapi tantangan global. Dalam konteks yang lebih luas, pembentukan karakter bangsa Indonesia tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah dan lembaga pendidikan, tetapi juga melibatkan seluruh komponen masyarakat. Peran orang tua, masyarakat, dan pemimpin bangsa. Hal tersebut juga dituangkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha 233 Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sosial - Vol. 1 No. 3 Juli 2023 e-ISSN :2985-7716, p-ISSN :2985-6345, Hal 232-258 Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab (Pasal 3 UU Sisdiknas, 2003). Melalui pendidikan nasional diharapkan dapat ditingkatkan kemampuan, mutu kehidupan, dan martabat manusia Indonesia. Untuk itu, pendidikan nasional diharapkan menghasilkan manusia terdidik yang beriman, berbudi pekerti luhur, berpengetahuan, berketerampilan, dan memiliki rasa tanggungjawab. SD Negeri Rawarengas 2 sebagai salah satu satuan pendidikan tingkat dasar, tidak luput dari dekadensi moral, baik perempuan maupun laki-laki. Hal itu terlihat dari sikap kurang menghargai kepada orang yang lebih tua, tidak mematuhi tata tertib, tidak berangkat tanpa ijin, ataupun tidak mengerjakan tugas tepat waktu. Pendidikan karakter mutlak diperlukan karena pada dasarnya hakikat pendidikan tidak dapat dipisahkan dari karakter. Sujana (2019, p. 29) mengatakan bahwa pendidikan adalah upaya untuk membantu jiwa anak-anak didik baik lahir maupun batin, dari sifat kodratnya menuju ke arah peradaban manusiawi yang lebih baik. Munib (2004) mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang- orang yang diserahi tanggung jawab untuk memengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. Berdasarkan penjelasan tersebut, menegaskan betapa pentingnya pendidikan dalam kehidupan seseorang. Sekolah sebagai lembaga pendidikan, memiliki kewajiban untuk membentuk karakter dan kepribadian seseorang sehingga menjadi orang yang memiliki nilai moral tinggi, berakhlak mulia, toleransi, tangguh, dan berperilaku baik. Oleh karena itu, setiap satuan pendidikan diharapkan memiliki komitmen dan integritas yang tinggi untuk membangun karakter anak bangsa. Salah satu langkah yang dapat diterapkan yaitu mengintegrasikan pendidikan karakter dalam proses pendidikan di satuan pendidikan masing-masing. KAJIAN TEORITIS Menurut Hilda Hernandez dalam Mahfud (2010:168), mengartikan pendidikan multikultural sebagai pengakuan terhadap realitas ekonomi, sosial, dan politik yang ada dalam kehidupan bermasyarakat secara kultur dan kompleks serta merefleksikan pentingnya etnisitas, budaya, agama, ras, seksualitas dan gender, status sosial, ekonomi, dan pengecualian dalam proses pendidikan.Dengan kata lain pendidikan sebagai media Evaluasi Pembelajaran Berbasis Multikultural Untuk Mengembangkan Karakter Bangsa Di Sekolah Dasar Negeri Rawarengas 2 transformasi pengetahuan yang mampu memberikan nilai-nilai multikultur dengan cara saling menghormati dan menghargai atas adanya keberagaman, baik dari latar belakang maupun sosio budaya yang melingkupinya. James Banks dalam Suryana (2015:196) menjelaskanPendidikan multikultural merupakan suatu kepercayaan dan penjelasan tentang pengakuan dan penilaian akan keberagaman budaya dan etnis, yang bertujuan mengubah struktur pendidikan agar para siswa yang berasal dari stnis, ras, dan kultur yang berbeda, laki-laki maupun perempuan ataupun siswa yang berkebutuhan khusus memiliki hak yang sama untuk mencapai prestasi akademis di sekolah. Menurut Ainurrafiq Dawam dalam Sauqi (2008:50), pendidikan multikultural adalah sebuah proses pengembangan potensi manusia yang menjunjung tinggi penghormatan dan penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia dari manapun dia datangnya dan berbudaya apapun sebagai konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku, dan aliran (agama). Berdasarkan teori-teori tentang pendidikan multikultural maupun penerapan pendidikan multikultural oleh beberapa tokoh di atas dapat disederhanakan bahwa pendidikan multikultural merupakan proses pengembangan pola pikir manusia untuk lebih menghargai dan menghormati keberagaman yang ada melalui pengajaran dan pelatihan agar tumbuh sikap saling toleransi serta menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia dari manapun datangnya dan berbudaya apapun. Penerapan pendidikan multikultural dilakukan dengan kesetaraan antara sistem dan kurikulum pendidikan serta terdapat beberapa program diantaranya adalah program pembelajaran dan program non- pembelajaran. Program pembelajaran dapat dilakukan dengan cara mengintegrasikan pendidikan multikultural ke dalam mata pelajaran, sedangkan program non-pembelajaran dengan cara penerapan pendidikan multikultural melalui kegiatan ekstrakurikuler, melalui peraturan atau tata tertib sekolah, dan melalui pembiasaan. METODE PENELITIAN Penelitian yang disusun oleh penulis ialah deskriptif, dalam pelaksanaannya menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskripsi merupakan suatu penelitian paling dasar, yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu fenomena yang terjadi, baik fenomena yang bersifat alami maupun fenomena buatan manusia. Penelitian deskriptif yakni sebuah tindakan yang mempelajari mengenai bentuk, aktivitas, karakter, hubungan, 235 Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sosial - Vol. 1 No. 3 Juli 2023 e-ISSN :2985-7716, p-ISSN :2985-6345, Hal 232-258 perubahan, perbedaan, dan kesamaan dengan suatu fenomena lainnya. Hasil yang diperoleh dari tindakan penelitian ini dapat menemukan temuan-temuan yang penting sebagai contoh sebuah temuan mengenai metode pembelajaran. Permasalahan dalam suatu penelitian dapat dilakukan suatu tindakan untuk memecahkan permasalahan tersebut yakni dengan adanya informasi, dengan penelitian deskriptif dapat digunakan untuk melakukan pengumpulan data informasi. Terdapat beberapa macam informasi yang digunakan untuk mengatasi permasalahan dalam penelitian. Informasi yang pertama yaitu tentang keadaan saat ini, bagaimana keadaan yang kita hadapi sekarang ini, apa saja yang kita miliki, tentang hal-hal yang dilakukan, mengenai kelebihan dan kelemahan yang kita miliki, kesalahan-kesalahan yang kita lakukan, dan sebagainya. Informasi yang kedua yaitu informasi yang sesuai dengan yang diinginkan. Penelitian ini dilakukan guna menampung data informasi mengenai suatu dorongan atau desakan yang harus diselesaikan, mengenai kebutuhan yang ingin dipenuhi, dan kesulitan yang dilalui. Informasi yang ketiga adalah bagaimana cara untuk mencapai tempat tujuan, bagaimana cara menggapainya, serta informasi yang terkumpul didapatkan melalui pengalaman dari seseorang lainnya yang menjalani desakan yang sama. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti merupakan sebagai instrumen kunci. Teknik pengumpulan datanya dilakukan secara gabungan (tringulasi), lalu analisis datanya bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menguraikan suatu fenomena tertentu dan menceritakan sebuah peristiwa baik itu dari individu maupun kelompok. Metode kualitatif digunakan untuk memperoleh informasi yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna yang dimaksud adalah data yang sebenarnya, merupakan data yang sudah pasti yang menjadi suatu nilai di balik data yang terlihat. Maka dari itu penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, akan tetapi lebih fokus pada maknanya. Generalisasi dalam penelitian kualitatif disebut dengan transferability. Evaluasi Pembelajaran Berbasis Multikultural Untuk Mengembangkan Karakter Bangsa Di Sekolah Dasar Negeri Rawarengas 2 Berdasarkan penjabaran dari data kualitatif, tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti antara lain: 1. Memperoleh penjelasan mengenai cara seseorang menjelaskan suatu hal yang dilakukan tentang aktivitas, rancangan, dan sebagainya. 2. Menguraikan suatu situasi yang terdiri dari suatu peristiwa untuk menjelaskan tindakan tertentu yang tidak dapat dipisahkan dari keadaan lingkungan yang tersedia. 3. Mendeskripsikan dan menjelaskan proses berlangsungnya suatu tindakan itu dapat terjadi dan cara tindakan tersebut dilakukan. 4. Menjelaskan argumen atau pendapat mengenai tindakan yang telah dilakukan.  Tempat dan Waktu Penelitian a) Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jl. Rawarengas RT. 1 RW. 1, Kelurahan Rawarengas, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang. SDN Rawarengas 2 merupakan pertama kalinya mahasiswa/i meneliti dengan judul ”EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER BANGSA DI SEKOLAH DASAR NEGERI RAWARENGAS 2” sehingga peneliti tertarik untuk mengulas tema ”EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER BANGSA” di SDN Rawarengas 2 dalam penelitian ini. b) Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada saat wawancara terhadap narasumber melalui pembicaraan langsung/offline. Penelitian dilakukan di luar jam aktif pelajaran.  Sumber dan Jenis Data Data yang dihimpun terdiri dari macam-macam data tentang pembelajaran sebagai strategi pembelajaran dan capaian hasil belajar pada siswa kelas 6 B SDN Rawarengas 2 Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang. Data yang dikumpulkan pada umumnya meliputi data primer dan data sekunder. 237 Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sosial - Vol. 1 No. 3 Juli 2023 e-ISSN :2985-7716, p-ISSN :2985-6345, Hal 232-258 Data primer merupakan suatu data yang disusun oleh peneliti yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam menyelesaikan permasalahan yang akan diteliti. Peneliti mengumpulkan data-data langsung yang diperoleh dari sumber utama atau tempat penelitian tersebut dilaksanakan. Adapun data yang diperoleh merupakan hasil dari wawancara dengan Kepala Sekolah, dan Guru Kelas 6 B. Sedangkan data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau melalui dokumen. Data tersebut bisa diperoleh dengan cepat, dan sumber datanya bisa berasal dari buku, artikel, tunjangan literatur, dan sebagainya (Sugiyono, 2015: 225).  Teknik Pengumpulan Data Salah satu faktor tercapainya keberhasilan suatu penelitian terletak pada pemilihan metode atau pendekatan penelitian, serta informasi yang telah dikumpulkan peneliti sebagai penentu hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan macam-macam teknik pengumpulan data, antara lan: 1. Metode Observasi Observasi merupakan suatu kegiatan merekam atau mencatat sebuah peristiwa menggunakan instrumen bertujuan untuk keperluan ilmiah maupun tujuan yang lain. Peneliti menggunakan segenap kemampuan yang dimiliki untuk memperoleh data informasi. Data informasi bisa didapatkan melalui interaksi langsung. Observasi dilakukan untuk mengetahui tentang pembelajaran dan strategi pembelajaran sebagai data awal, observasi dilakukan secara langsung/Offline. Data yang terkumpulkan melalui observasi dihasilkan berdasarkan pernyataan dari guru kelas mengenai pembelajaran dan strategi pembelajaran yang merupakan suatu pembelajaran yang baru pertama kali diaplikasikan kepada siswa. 2. Metode Wawancara Wawancara adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh suatu data dari narasumber yang dilakukan oleh peneliti, kegiatan tersebut berupa dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada narasumber atau responden secara langsung dan berusaha mencari data informasi. Evaluasi Pembelajaran Berbasis Multikultural Untuk Mengembangkan Karakter Bangsa Di Sekolah Dasar Negeri Rawarengas 2 Wawancara terbagi menjadi dua macam, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Definisi wawancara terstruktur merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum wawancara, peneliti akan mempersiapkan kisi-kisi pertanyaan tertulis yang akan diajukan kepada narasumber guna memperoleh data informasi dalam penelitan yang dilakukan. Sedangkan definisi wawancara tidak terstruktur merupakan suatu kegiatan wawancara yang dilaksanakan tidak direncanakan terlebih dahulu, topik pembicaraan yang dipilih penulis bersifat bebas tidak terikat, dapat terjadi di mana saja dan waktu yang tidak ditentukan pula, serta pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan terucap dengan tanpa disengaja atau spontan (Syamsudin, 2014: 404). Pada penelitian ini, metode wawancara dilakukan untuk menemukan data informasi tentang pembelajaran, strategi pembelajaran, dan hasil belajar siswa kelas 6 B. Data informasi yang diperoleh ini dari kegiatan wawancara dengan koresponden sebagai informan mengenai pembelajaran yang diterapkan pada siswa kelas SDN Rawarengas 2. Observer A. Waktu dan Tempat Kegiatan Hari/Tanggal : Kamis, 22 Juni 2023 Pukul : 09:00 Tempat : SDN Rawarengas 2 B. Laporan Hasil Wawancara Narasumber Nama : Herawati Suhardiati, S.Pd. Alamat : Jl. Rawarengas RT. 1 RW. 1, Kelurahan Rawarengas Kec. Kosambi Kab. Tangerang, Banten. Lulusan : S1-PGSD Pewawancara 1. Shinta Anjani Nura (2086206203) 2. Tiara Nur Cahyani (2086206191) 3. Vadlina Putry Prikustini (2086206197) 239 Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sosial - Vol. 1 No. 3 Juli 2023 e-ISSN :2985-7716, p-ISSN :2985-6345, Hal 232-258 HASIL DAN PEMBAHASAN 1) Hasil Laporan Observasi Pembelajaran sebagai strategi pembelajaran dan capaian hasil belajar siswa kelas SDN Rawarengas 2. Perkembangan baru terhadap pandangan pelaksanaan belajar mengajar membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya, karena proses belajar mengajar dan hasil belajar peserta didik sebagian besar ditentukan oleh peran guru yang kompeten. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga hasil belajar peserta didik berada pada tingkat optimal. Salah satu peran guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai evaluator. Dalam satu kali proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi seorang evalutor yang baik. Kegiatan evaluasi pembelajaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi pembelajaran. Kemudian evaluasi pembelajaran pendidikan dasar/tingkat Sekolah Dasar (SD) ditinjau dan dikaji dari pendidikan karakter dan multikultural peserta didik 2) Hasil Laporan Wawancara Wawancara dilaksanakan secara bertahap, dalam penelitian ini penulis melibatkan 1 orang narasumber, diantaranya yaitu Guru Kelas 1. Bagaimana konsep multikulturalisme diterapkan dalam pembelajaran sehari- hari di sekolah dasar? Penjelasan : “Ya, Saya berusaha menerapkan konsep multikulturalisme dengan beberapa pendekatan. Pertama-tama, saya mengakui dan menghargai keberagaman budaya, etnis, agama, dan bahasa yang dimiliki oleh siswa-siswa saya. Saya menggunakan berbagai materi pembelajaran yang mencerminkan keberagaman budaya siswa. Misalnya, saya memilih buku-buku teks yang mencakup cerita-cerita dari berbagai latar belakang budaya, serta menghadirkan contoh-contoh nyata dari berbagai budaya dalam pelajaran. Saya juga memperkenalkan siswa Evaluasi Pembelajaran Berbasis Multikultural Untuk Mengembangkan Karakter Bangsa Di Sekolah Dasar Negeri Rawarengas 2 pada berbagai tradisi dan kebiasaan budaya melalui cerita, gambar, dan kegiatan di kelas. Ada strategi lain yang Ibu gunakan untuk menerapkan multikulturalisme di kelas yaitu saya mendorong kerja sama dan kolaborasi antar siswa dengan membentuk kelompok yang terdiri dari siswa dengan latar belakang budaya yang berbeda. Melalui kerja sama ini, siswa dapat saling belajar dan menghargai perbedaan satu sama lain. Saya juga mengadakan kegiatan budaya di sekolah, seperti perayaan Hari Kebudayaan atau acara pertunjukan seni yang melibatkan siswa dari berbagai latar belakang budaya. Nah, Manfaat dari penerapan multikulturalisme dalam pembelajaran sehari-hari di sekolah dasar itu manfaatnya sangat besar. Dengan menerapkan multikulturalisme, kita menciptakan lingkungan yang inklusif, adil, dan menghormati perbedaan antara siswa. Siswa belajar untuk menghargai keberagaman budaya sejak dini, sehingga dapat tumbuh menjadi individu yang toleran dan dapat berinteraksi dengan baik dalam masyarakat yang multikultural. Hal ini juga membantu siswa merasa diterima dan dihormati, sehingga mereka dapat mengembangkan rasa percaya diri dan kesejahteraan secara keseluruhan”. 2. Apakah ada integrasi nilai-nilai dan prinsip multikultural dalam rencana pembelajaran sekolah dasar? Penjelasan : “Ya ada, dalam rencana pembelajaran di sekolah dasar, saya berusaha untuk mengintegrasikan nilai-nilai dan prinsip multikultural. Salah satu cara yang saya lakukan adalah dengan memasukkan tujuan pembelajaran yang berhubungan dengan pengembangan pemahaman dan penghargaan terhadap keberagaman budaya. Saya mengintegrasikan nilai-nilai multikultural melalui berbagai kegiatan pembelajaran. Misalnya, saat membahas topik tertentu, saya memperkenalkan siswa pada berbagai perspektif budaya yang berbeda terkait dengan topik tersebut. Saya juga mendorong siswa untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri tentang budaya mereka, sehingga dapat saling belajar dan menghargai perbedaan. ada beberapa 241 Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sosial - Vol. 1 No. 3 Juli 2023 e-ISSN :2985-7716, p-ISSN :2985-6345, Hal 232-258 nilai dan prinsip multikultural yang secara khusus saya integrasikan. Salah satunya adalah nilai saling menghormati dan menghargai perbedaan. Saya berupaya mengajarkan siswa untuk menghormati dan menghargai keberagaman budaya, agama, bahasa, dan latar belakang etnis dari teman-teman sekelas mereka. Selain itu, saya juga mengintegrasikan nilai kesetaraan dan keadilan. Saya ingin siswa memahami bahwa setiap individu memiliki hak yang sama untuk dihormati dan diperlakukan dengan adil, tanpa memandang perbedaan budaya atau latar belakang mereka. Nah, untuk evaluasi dilakukan melalui berbagai cara, seperti observasi kelas, penilaian formatif, dan refleksi. Saya melihat bagaimana siswa berinteraksi satu sama lain, apakah mereka menunjukkan sikap terbuka dan menghargai perbedaan, serta bagaimana mereka mengaplikasikan nilai-nilai multikultural dalam kehidupan sehari-hari di kelas. Selain itu, saya juga mengamati perubahan sikap dan pemahaman siswa terhadap keberagaman budaya melalui tanggapan mereka dalam diskusi atau tugas-tugas tertentu. 3. Bagaimana guru menerapkan pendekatan multikultural dalam mengajar dan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif? Penjelasan : “Ya, saya berusaha menerapkan pendekatan multikultural dengan beberapa cara. Pertama-tama, saya menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dengan memberikan perhatian pada setiap siswa dan mengakui keberagaman mereka. Saya menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dengan memastikan bahwa setiap siswa merasa diterima dan dihargai. Saya memperhatikan keberagaman budaya, etnis, agama, dan bahasa di kelas dan menciptakan suasana yang aman dan mendukung bagi semua siswa. Saya membangun hubungan yang baik dengan setiap siswa dan mendorong interaksi positif antara mereka. Ada strategi khusus yang Ibu gunakan dalam mengajar dengan pendekatan multikultural salah satunya strategi yang saya gunakan adalah menggunakan materi pembelajaran yang mencerminkan keberagaman budaya siswa. Saya memilih buku-buku teks, bahan bacaan, dan sumber Evaluasi Pembelajaran Berbasis Multikultural Untuk Mengembangkan Karakter Bangsa Di Sekolah Dasar Negeri Rawarengas 2 belajar lainnya yang mencakup cerita-cerita, contoh-contoh, atau gambar-gambar yang mewakili berbagai latar belakang budaya. Saya juga mendorong siswa untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka tentang budaya mereka sendiri. Selain itu, saya menggunakan pendekatan pengajaran yang berpusat pada siswa, di mana siswa memiliki kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Saya mendorong siswa untuk saling berbagi, berdiskusi, dan bekerja sama dalam kelompok yang terdiri dari siswa dengan latar belakang budaya yang berbeda. Dengan itu, siswa dapat saling belajar dan menghargai perbedaan satu sama lain”. 4. Apakah ada upaya untuk memperkenalkan beragam budaya dan tradisi kepada siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler atau kunjungan ke tempat- tempat bersejarah atau budaya? Penjelasan : “Tentu, ada upaya untuk memperkenalkan beragam budaya dan tradisi kepada siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler atau kunjungan ke tempat-tempat bersejarah atau budaya. Di sekolah kami, kami menyadari pentingnya memperluas pengetahuan siswa tentang dunia yang beragam ini. Oleh karena itu, kami mengorganisir berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang melibatkan unsur-unsur budaya dan tradisi. Kami memiliki beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang berfokus pada memperkenalkan beragam budaya dan tradisi kepada siswa. Salah satunya adalah kelompok studi budaya, di mana siswa memiliki kesempatan untuk mempelajari berbagai aspek budaya dari berbagai negara atau komunitas. Mereka belajar tentang makanan tradisional, tarian, musik, bahasa, dan pakaian khas dari budaya-budaya tersebut. Kami juga mengadakan pertunjukan seni dan budaya di sekolah, di mana siswa dapat menampilkan tarian, musik, atau drama yang mencerminkan beragam budaya. Siswa berpartisipasi dalam persiapan dan pentas, yang melibatkan pengenalan dan pemahaman mendalam tentang budaya yang mereka tampilkan. Selain itu, kami juga mengorganisir kunjungan ke tempat-tempat bersejarah atau budaya yang relevan. Misalnya, kami 243 Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sosial - Vol. 1 No. 3 Juli 2023 e-ISSN :2985-7716, p-ISSN :2985-6345, Hal 232-258 mengunjungi museum lokal, situs bersejarah, atau pusat seni dan budaya. Siswa dapat melihat langsung artefak, benda-benda seni, atau tempat-tempat yang memiliki nilai sejarah atau budaya yang penting. Mereka mendapatkan penjelasan dan pengetahuan tentang latar belakang budaya dan sejarah di tempat-tempat tersebut. Kegiatan- kegiatan tersebut memberikan manfaat yang signifikan bagi siswa. Pertama, mereka dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang beragam budaya dan tradisi di dunia. Siswa dapat mengembangkan rasa toleransi, pengertian, dan penghargaan terhadap perbedaan budaya. Ini membantu membentuk sikap inklusif dan saling menghormati di antara siswa. Kegiatan-kegiatan ini juga dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang sejarah dan warisan budaya yang berharga. Siswa dapat mengaitkan pembelajaran mereka di dalam kelas dengan pengalaman langsung di luar kelas. Mereka dapat melihat, merasakan, dan mengalami budaya dan tradisi yang berbeda secara nyata. Selain itu, kegiatan-kegiatan tersebut juga dapat mengembangkan keterampilan siswa, seperti keterampilan kolaborasi, kreativitas, dan komunikasi. Siswa bekerja bersama dalam mempersiapkan pertunjukan atau dalam menjelajahi tempat-tempat bersejarah. Mereka belajar bekerja dalam tim, menghormati perbedaan pendapat, dan menghargai kontribusi setiap anggota”. 5. Apakah ada penilaian yang mencerminkan pembelajaran multikultural, seperti tugas atau proyek yang melibatkan pemahaman dan penghargaan terhadap keberagaman budaya? Penjelasan : “Ya tentu ada, di sekolah kami, kami berupaya untuk mencerminkan pembelajaran multikultural dalam penilaian siswa. Kami percaya bahwa penilaian yang mencerminkan pemahaman dan penghargaan terhadap keberagaman budaya merupakan bagian penting dari proses pembelajaran. Salah satu contohnya adalah tugas penulisan atau proyek yang melibatkan penelitian tentang budaya atau tradisi dari berbagai negara atau kelompok etnis. Siswa diminta untuk memilih sebuah budaya Evaluasi Pembelajaran Berbasis Multikultural Untuk Mengembangkan Karakter Bangsa Di Sekolah Dasar Negeri Rawarengas 2 atau tradisi yang menarik minat mereka dan melakukan penelitian yang mendalam tentang aspek-aspek budaya tersebut, seperti makanan, pakaian, bahasa, atau perayaan tradisional. Mereka kemudian diminta untuk membuat laporan atau presentasi yang mencerminkan pemahaman dan penghargaan mereka terhadap keberagaman budaya tersebut. Selain itu, kami juga menggunakan penilaian formatif dalam kegiatan diskusi atau presentasi di kelas. Siswa diberi kesempatan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka tentang budaya mereka sendiri atau budaya yang mereka pelajari. Kami menilai kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan baik, menghormati pandangan orang lain, dan mengintegrasikan nilai-nilai multikultural dalam presentasi atau diskusi mereka. Penilaian semacam itu memberikan manfaat yang beragam bagi siswa. Pertama, mereka memperluas pemahaman siswa tentang budaya dan tradisi yang berbeda. Dengan melakukan penelitian dan menyajikan informasi tentang budaya yang berbeda, siswa dapat mengembangkan rasa penghargaan terhadap keberagaman dan menghargai perspektif budaya yang berbeda. Penilaian semacam itu juga membantu siswa mengembangkan keterampilan penelitian, analisis, dan presentasi. Mereka belajar mengumpulkan informasi yang akurat tentang budaya yang dipilih, menganalisisnya secara kritis, dan menyajikannya dengan cara yang menarik dan relevan. Ini membantu siswa mengembangkan keterampilan komunikasi yang efektif dan keterampilan pemecahan masalah. Selain itu, penilaian semacam itu juga dapat memperkuat sikap inklusif dan saling menghormati di antara siswa. Siswa dapat melihat dan menghargai keberagaman budaya melalui tugas atau proyek ini, dan ini dapat memperkuat ikatan sosial dan toleransi di antara mereka”. 245 Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sosial - Vol. 1 No. 3 Juli 2023 e-ISSN :2985-7716, p-ISSN :2985-6345, Hal 232-258 6. Bagaimana sekolah mengukur dampak pembelajaran multikultural terhadap perkembangan karakter bangsa siswa, seperti sikap saling menghargai, toleransi, dan kepedulian terhadap sesama? Penjelasan : “Ya tentu ada, di sekolah kami, kami berupaya untuk mengukur dampak pembelajaran multikultural terhadap perkembangan karakter bangsa siswa. Kami percaya bahwa penting untuk melihat bagaimana pembelajaran multikultural mempengaruhi sikap siswa terhadap saling menghargai, toleransi, dan kepedulian terhadap sesama. Kami menggunakan berbagai metode untuk mengukur dampak pembelajaran multikultural terhadap perkembangan karakter bangsa siswa. Pertama, kami mengamati dan mengevaluasi interaksi dan perilaku siswa di dalam dan di luar kelas. Guru dan staf sekolah mengamati sikap siswa, termasuk sikap saling menghargai, toleransi, dan kepedulian terhadap sesama. Kami menggunakan catatan pengamatan dan observasi untuk mengukur perubahan dalam perilaku siswa seiring dengan pembelajaran multikultural. Selain itu, kami juga mengadakan wawancara atau kuesioner kepada siswa untuk mendapatkan pemahaman langsung tentang perspektif dan sikap mereka terkait dengan keberagaman budaya. Kami bertanya kepada siswa tentang pandangan mereka terhadap budaya lain, toleransi mereka terhadap perbedaan, dan kepedulian mereka terhadap sesama siswa dari latar belakang budaya yang berbeda. Ini membantu kami mendapatkan insight tentang dampak pembelajaran multikultural dalam membentuk karakter bangsa siswa. Hasil pengukuran digunakan untuk menginformasikan keputusan dan pengembangan lebih lanjut dalam pembelajaran multikultural di sekolah. Jika kita melihat adanya perubahan positif dalam sikap siswa, seperti peningkatan sikap saling menghargai, toleransi, dan kepedulian terhadap sesama, kita menggunakannya sebagai dasar untuk memperkuat dan melanjutkan pendekatan multikultural dalam kurikulum dan kegiatan sekolah. Jika ada area yang masih perlu diperbaiki, kami menggunakan hasil pengukuran sebagai Evaluasi Pembelajaran Berbasis Multikultural Untuk Mengembangkan Karakter Bangsa Di Sekolah Dasar Negeri Rawarengas 2 titik awal untuk merancang strategi dan intervensi yang sesuai. Misalnya, jika kami menemukan bahwa siswa memiliki kebutuhan lebih dalam pengembangan toleransi, kami dapat melibatkan kegiatan atau program khusus yang fokus pada memperkuat sikap toleransi dan menghormati perbedaan”. 7. Apakah ada tantangan atau hambatan dalam implementasi pembelajaran multikultural di sekolah dasar? Jika ya, bagaimana sekolah mengatasi hambatan tersebut? Penjelasan : “Ya, tentu saja, ada tantangan yang dihadapi oleh sekolah dalam mengimplementasikan pembelajaran multikultural. Beberapa tantangan yang umumnya muncul meliputi keterbatasan sumber daya, perbedaan budaya dan bahasa, serta resistensi atau ketidaknyamanan dari beberapa stakeholder, seperti siswa, guru, atau orang tua. Kami melakukan beberapa langkah untuk mengatasi tantangan dalam implementasi pembelajaran multikultural. Pertama, kami berfokus pada peningkatan kesadaran dan pemahaman guru dan staf sekolah tentang pentingnya pembelajaran multikultural. Kami menyelenggarakan pelatihan dan workshop untuk membekali guru dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menciptakan lingkungan belajar multikultural yang inklusif. Dengan pemahaman yang lebih baik, guru dapat mengatasi resistensi atau ketidaknyamanan yang mungkin muncul. Kami juga berusaha untuk meningkatkan keterlibatan orang tua dalam pendekatan multikultural. Kami mengadakan pertemuan atau acara yang melibatkan orang tua untuk menjelaskan manfaat dan tujuan pembelajaran multikultural, serta mendengarkan masukan dan perspektif mereka. Melibatkan orang tua dalam proses ini dapat membantu mengatasi kekhawatiran atau ketidakpastian yang mungkin mereka miliki. Selain itu, kami berusaha untuk mengatasi perbedaan budaya dan bahasa dengan menciptakan lingkungan yang inklusif. Kami menyediakan sumber daya tambahan, seperti materi pembelajaran yang mendukung keberagaman budaya dan bahasa. Kami juga mengadakan 247 Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sosial - Vol. 1 No. 3 Juli 2023 e-ISSN :2985-7716, p-ISSN :2985-6345, Hal 232-258 kegiatan yang mendorong siswa untuk berbagi dan menghargai keanekaragaman budaya mereka sendiri, serta budaya orang lain di sekolah. Tantangan keterbatasan sumber daya juga diatasi dengan kolaborasi antar guru dan pemanfaatan sumber daya yang tersedia. Kami berbagi ide, strategi, dan sumber daya dengan rekan guru lainnya untuk menciptakan pembelajaran multikultural yang kaya dan bervariasi. Responnya bervariasi, tetapi secara umum, responnya positif. Siswa seringkali merasa antusias dan tertarik untuk mempelajari budaya dan tradisi yang berbeda. Mereka menunjukkan minat dalam berbagi pengalaman mereka sendiri dan belajar tentang budaya orang lain. Guru juga merespons positif dan berusaha untuk menghadapi tantangan dengan kreativitas dan kerja sama. Orang tua juga mendukung upaya sekolah dalam implementasi pembelajaran multikultural. Banyak dari mereka mengakui pentingnya mempersiapkan anak-anak untuk hidup dalam masyarakat yang beragam, dan mereka menghargai upaya sekolah dalam memperkenalkan keberagaman budaya kepada siswa”. PEMBAHASAN Pembelajaran Multikultural Pengertian multikultural secara luas mencakup pengalaman yang membentuk persepsi umum terhadap usia, gender, agama, status sosial ekonomi, jenis identitas budaya, bahasa, rasa, dan berkebutuhan khususs. (Sutarno, 2008: 1- 18). Sementara itu menurut Pembelajaran berbasis multikultural merupakan pembelajaran yang didasarkan pada gagasan filosofis tentang kebebasan, keadilan, kesederajatan dan perlindungan terhadap hak-hak manusia. Hakekat pendidikan multikultural mempersiapkan seluruh siswa untuk bekerja secara aktif menuju kesamaan struktur dalam organisasi dan lembaga sekolah. Pendidikan multikultural bukanlah kebijakan yang mengarah pada pelembagaan pendidikan dan pengajaran inklusif dan pengajaran oleh propaganda pluralisme lewat kurikulum yang berperan bagi kompetisi budaya individual. Pembelajaran berbasis multikultural berusaha memberdayakan siswa untuk mengembangkan rasa hormat kepada orang yang berbeda budaya, memberi Evaluasi Pembelajaran Berbasis Multikultural Untuk Mengembangkan Karakter Bangsa Di Sekolah Dasar Negeri Rawarengas 2 kesempatan untuk bekerja bersama dengan orang atau kelompok orang yang berbeda etnis atau rasnya secara langsung. Pendidikan multikultural sangat relevan dilaksanakan dalam mendukung proses demokratisasi, dimana pada pendidikan multikultural terdapat beberapa hal terkait mengenai; pengakuan hak asasi manusia, tidak adanya diskriminasi dan diupayakannya keadilan sosial. Selain itu, dengan pendidikan multikultural ini dimungkinkan seseorang dapat hidup dengan tenang di lingkungan kebudayaan yang berbeda dengan yang dimilikinya. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dan bahkan paling majemuk di dunia, karena itu agar kemajemukan ini tidak berkembang menjadi ancaman disintegrasi harus diupayakan untuk dikelola. Adapun bentuk pengembangan pendidikan multikultural dapat bermacammacam sebagai berikut: 1. Penambahan materi multilultural yang dalam aktualisasinya berupa pemberian materi tentang berbagai budaya yang ada di tanah air dan berbagai budaya di belahan dunia. Semua bidang studi bisa bermuatan multikultural. 2. Berbentuk bidang studi atau mata pelajaran yang berdiri sendiri. 3. Berbentuk program dan praktek rencana dari lembaga pendidikan. 4. Pada wilayah kerja sekolah, pendidikan multilultural mungkin berarti: 1) Suatu kurikulum yang berhubungan dengan pengalaman kelompok etnis, 2) Suatu program yang mencakup pengalaman multikultural, dan 3) Suatu total school reform, upaya yang didesain untuk meningkatkan keadilan pendidikan kelompok budaya, etnis, dan ekonomis. 5. Gerakan persamaan. Gerakan persamaan ini lebih dilihat sebagai kegiatan nyata daripada sekedar dibicarakan di forum-forum ilmiah. 6. Proses. Sebagai proses tujuan pendidikan multikultural yang berasal keadilan sosial, persamaan, demokrasi, toleransi, dan penghormatan hak asasi manusia tidak mudah tercapai. Perlu proses panjang dan berkelanjutan. Perlu ada pembudayaan di segenap sektor kehidupan. (Sutarno, 2008: 5.13-5.14) 249 Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sosial - Vol. 1 No. 3 Juli 2023 e-ISSN :2985-7716, p-ISSN :2985-6345, Hal 232-258 Pembelajaran Di Sekolah Dasar Sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 6-12 tahun. Pendidikan di Sekolah Dasar bertujuan untuk member bekal kemampuan dasar kepada anak didik berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang bermanfaat bagi dirinya sesuai dengan tingkat perkembangannya, dan mempersiapkan mereka melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan sekolah menengah pertama (Suharjo, 2006:1). Melihat pendapat tentang pendidikan Sekolah Dasar tersebut, maka Sekolah Dasar dapat dikatakan sebagai lembaga pendidikan formal yang meletakkan dasar perndidikan kepada pesrta didik untuk menempuh jenjang pendidikan di atasanya. Oleh karena itu di Sekolah Dasar peserta didik harus diberi wawasan pengetahuan yang jelas agar tidak mengaburkan pengetahuannya di jenjang pendidikan selanjutnya. Sekolah Dasar tidak hanya memiliki peran untuk membentuk peserta didik menjadi generasi yang berkualitas dari sisi kognitif (pengetahuan), tetapi juga harus membentuk sikap dan perilaku peserta didik sesuai dengan tuntutan yang berlaku. Apa jadinya jika di sekolah peserta didik hanya dikembangkan ranah kognitifnya? Tentunya akan banyak generasi penerus bangsa yang pandai secara akademik, tapi lemah pada tataran sikap dan perilaku. Hal demikian tidak boleh terjadi, karena akan membahayakan peran generasi muda dalam menjaaga keutuhan bangsa dan Negara Indonesia. Untuk mencapai perannya tersebut, dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar yang dilakukan oleh seorang guru tidak akan mampu berjalan lancer tanpa dukungan dari beberapa komponen lainnya. Untuk itu dalam melakukan pembelajaran di Sekolah Dasar seorang guru memerlukan beberapa komponen yang mampu mendukung kelancaran berlangsungnya proses tersebut. Komponen-komponen itu adalah: 1. Visi, misi, dan tujuan pendidikan Visi, misi, dan tujuan pendidikan perlu dimiliki oleh Sekolah Dasar agar dalam menjalankan perannya sebagai lembaga pendidikan formal dapat terarah dengan baik. Sementara itu tujuan pendidikan yang dimiliki Sekolah Dasar harus merujuk kepada tujuan pendidikan nasional, kemudian dirumuskan ke dalam tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan pembelajaran. Oleh karena itu dalam merumuskan tujuan pembelajaran yang dilakukan guru untuk keperluan proses belajar mengajar sehari-hari tidak boleh menyimpang dari tujuan Evaluasi Pembelajaran Berbasis Multikultural Untuk Mengembangkan Karakter Bangsa Di Sekolah Dasar Negeri Rawarengas 2 pendidikan nasional yang dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2. Peserta didik Peserta didik di Sekolah Dasar merupakan anak yang berada pada rentang usia 6-12 tahun. Dalam rentang usia ini anak Sekolah Dasar memiliki beberapa karaketristik khusus yang berbeda dengan anak-anak di jenjang pendidikan selanjutnya. Karakteristik anak Sekolah dasar seperti dikemukakan Suharjo, (2006: 37) adalah sebagai berikut: a. Pertumbuhan fisik dan motorik maju pesat. Hal ini akan sangat penting peranannya bagi pengembangan dasar yang diperlukan sebagai makhluk individu dan sosial b. Kehidupan sosialnya diperkaya selain kemampuan dalam hal kerjasama juga dalam hal bersaing dan kehidupan kelompok sebaya. c. Semakin menyadari diri selain mempunyai keinginan, perasaan tertentu juga semakin bertumbuhnya minat tertentu. d. Kemampuan berfikirnya masih dalam tingkatan persepsional. e. Dalam bergaul, bekerjasama, dan kegitan bersama tidak membedakan jenis, yang menjadi dasar adalah perhatian dan pengalaman yang sama. f. Mempunyai kesanggupan untuk memahami hubungan sebab akibat. g. Ketergantungan kepada orang dewasa semakin berkurang dan kurang memerlukan perlindungan orang dewasa. Guru dalam menjalankan perannya sebagai tenaga pendidik di Sekolah Dasar harus memahami masing-masing karakteristik yang dimiliki peserta didik tersebut. Guru yang professional akan mampu memahami karakteristik peserta didiknya untuk kemudian digunakan dalam menyusun proses pembelajaran di kelas. 3. Pendidik dan tenaga kependidikan Pendidik dan tenaga kependidikan merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam penyelenggaraan pendidikan. Agar dapat menjalankan perannya dengan baik, maka pendidik dan tenaga kependidikan di Sekolah Dasar harus memiliki kualifikasi pendidikan yang sesuai dengan tugas dan kewenangannya. 251 Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sosial - Vol. 1 No. 3 Juli 2023 e-ISSN :2985-7716, p-ISSN :2985-6345, Hal 232-258 4. Kurikulum/materi pendidikan Untuk dapat menjalankan proses pendidikannya dengan baik, salah satu hal penting yang tidak boleh dilupakan adalah kurikulum. Manurut Nasution (2008: 5) menyatakan pengertian kurikulum sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses berlajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggunga jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya. 5. Proses belajar mengajar Dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar banyak sekali strategi belajar mengajar, dan metode pembelajaran yang dapat dikembangkan. Semua strategi dan metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Keduanya akandapat berperan maksimal dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar manakala digunakan secara tepat oleh guru. Oleh karena itu guru sebagai pelaksana proses belajar mengajar di sekolah harus mampu memilih strategi dan metode yang tepat dalam pembelajaran. Pemilihannya tentu disesuaikan dengan tujuan, materi dan pengalaman yang hendak disampaikan kepada peserta didik. 6. Sarana dan prasarana pendidikan Sarana dan prasarana pendidikan di sekolah memegang peranan penting dalam tercapainya tujan pendidikan. Termasuk dalam sarana dan prasarana di Sekolah Dasar adalah tersedianya sumber belajar dan media pembelajaran. Sebaik apapun pembelajaran dikemas oleh guru, tanpa ada dukungan berupa sumber belajar dan media pembelajaran, maka pencapaian tujuan pendidikan akan menjadi terhambat. Sama seperti komponen lainnya bahwa guru dalam memilih sumber dan media pembelajaran ini harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai. 7. Manajemen pendidikan di sekolah, dan Penciptaan lingkungan yang kondusif di sekolah perlu dikembangkan untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Hal ini bertujuan agar peserta didik merasa nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Evaluasi Pembelajaran Berbasis Multikultural Untuk Mengembangkan Karakter Bangsa Di Sekolah Dasar Negeri Rawarengas 2 8. Lingkungan eksternal pendidikan. Lingkungan eksternal pendidikan adalah masyarakat sekitar sekolah. Sekolah harus membangun hubungan yang positif dengan masyarakat di sekitarnya agar memperoleh dukungan yang positif pula dalam prose pencapaian tujuan pembelajaran. Masing-masing komponen pendidikan di Sekolah Dasar tersebut memiliki fungsi, tujuan dan peran yang berbeda. Akan tetapi dalam pelaksanaannnya tersebut harus saling berhubungan dan saling mendukung demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah dirumuskan. Pembelajaran Berbasis Multikultural Di Sekolah Dasar Seperti telah diutarakan di atas bahwa sekolah dasar merupakan lembaga formal yang bertugas meletakkan dasar pendidikan bagi peserta didik di jenjang pendidikan yang selanjutnya. Dasar yang diberikan harus kokoh agar peserta didik yang dipersiapkan untuk menjadi generasi penerus bangsa tidak akan mudah terombang-ambing di tengah- tengah derasnya arus globalisasi sekarang ini. Salah satu hal perlu mendapat perhatian yang serius sekarang ini adalah berkaitan dengan pembentukan karakter bangsa yang mampu dan mau menerima perbedaan yang ada. Tidak dapat dipungkiri bahwa Negara Indonesia adalah Negara yang sangat majemuk dan beraneka ragam. Namun keanekaragaman yang dimiliki bangsa Indonesia bukan untuk dijadikan ajang pemecah persatuan dan kesatuan bangsa, tetapi judtru dijadikan ajang pemerkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Untuk mencapai hal ini salah satu cara yang ditempuh adalah memberikan pembelajaran tentang multikulturalisme bangsa kepada siswa sekolah dasar. Pembelajaran multikultural di sekolah dasar dapat dilakukan salah satu caranya dengan memasukkan nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran. Hal pertama yang dapat dilakukan oleh guru adalah mengenalkan peserta didik tentang pluralism budaya yang ada di luar dirinya. Setelah peserta didik mengenal budaya di luar dirinya, kemudian guru harus mendorong untuk mengembangkan sikap peserta didik agar mau dan mampu menghargai budaya yang ada di luar dirinya yang sudah barang tentu banyak terdapat perbedaan. Dalam prosesnya tentu guru harus menggunakan teknik yang tepat dan cocok untuk perkembangan anak usia sekolah dasar. 253 Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sosial - Vol. 1 No. 3 Juli 2023 e-ISSN :2985-7716, p-ISSN :2985-6345, Hal 232-258 Menurut Sutarno (2008: 7-5) ada beberapa hal yang perlu dilakukan guru dalam mengintegrasikan nilai-nilai multicultural dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Memberi setiap siswa kesempatan untuk mencapai potensinya. 2. Mempelajari bagaimana belajar dan berpikir kritis. 3. Mendorong siswa untuk mengambil peranan aktif dalam pendidikannya sendiri dengan membawa kisah dan pengalamannya ke dalam lingkup belajarnya. 4. Menunjukkan pada gaya belajar yang bermacam-macam. 5. Menghargai kontribusi kelompok lain yang telah berkontribusi pada dasar pengetahuan kita. 6. Mengembangkan sikap positif tentang kelompok orang yang berbeda dari dirinya sendiri. 7. Menjadi warga sekolah, warga masyarakat, warga Negara dan masyarakat dunia yang baik. 8. Belajar bagaimana mengevaluasi pengetahuan dari perspektif yang berbeda. 9. Mengembangkan identitas etnis, nasional dan global. 10. Member keterampilan mengambil keputusan dan keterampilan analisis kritis sehingga siswa dapat membuat pilihan yang lebih baik dalam kehidupannya sehari-hari. Sementara itu menurut Gordon dan Robert, sperti dikutip Sutarno (2008: 7-5) ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam menyeleksi materi pokok untuk pembelajaran multicultural sebagai berikut: 1. Seleksi materi pokok bahasan seharusnya mencantumkan hal-hal cultural, didasarkan pada keilmuan masa kini. 2. Materi pokok bahasan yang diseleksi untuk dicantumkan seharusnya mempresentasikan keragaman dan kesatuan ndi dalam dan lintas kelompok. 3. Materi pokok bahasan yang diseleksi untuk dicantumkan seharusnya berada dalam konteks waktu dan tempat. 4. Materi pokok bahasan yang diseleksi untuk dicantumkan seharusnya memberikan prioritas untuk memperdalam di samping keleluasaan. 5. Perspektif multi budaya seharusnya dimasukkan di dalam keseluruhan kurikulum. Evaluasi Pembelajaran Berbasis Multikultural Untuk Mengembangkan Karakter Bangsa Di Sekolah Dasar Negeri Rawarengas 2 6. Materi pokok bahasan yang diseleksi untuk dicantumkan seharusnya diberlakukan sebagai konstruk sosial dan oleh karena itu tentatif seperti halnya seluruh pengetahuan. 7. Pokok bahasan seharusnya menggambarkan dan tersusun berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dialami siswa untuk dbawa ke kelas. 8. Pedagogi seharusnya berkaitan dengan sejumlah cara belajar mengajar interaktif agar menambah pengertian, pengujian kontraversi, dan saling belajar. Itulah beberapa hal yang penting dilakukan guru dalam mengintegrasikan nilai- nilai multikultural ke dalam pembelajaran di Sekolah Dasar. Dengan pengintegrasian nilai-nilai multikultural ke dalam proses pembelajaran ini diharapkan nantinya siswa yang dipersiapkan untuk menjadi generasi penerus bangsa mampu menerima, menghormati dan menghargai perbedaan-perbedaan yang muncul di kalangan etnis yang berbeda. Siswa tidak lagi menjadikan perbedaan sebagai ajang pemecah persatuan bangsa, akan tetapi justru mampu mengambil makna dari perbedaan-perbedaan yang ada. KESIMPULAN DAN SARAN Pembelajaran berbasis multikultural perlu dikembangkan di Sekolah Dasar. Hal ini mengingat Sekolah dasar sebagai lembaga pendidikan formal yang menjadi peletak dasat pertama bagi peserta didik untuk mengikuti pendidikan pada jendang selanjutnya. Pembelajaran berbasis multikultural bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan dan kemampuan menghargao dan menghormati pluralism budaya yang ada di dalam wadah Negara kesatuan Indonesia. Peserta didik tidak lagi menjadikan pluralism budaya sebagai wahana pemecah persatuan dan kesatuan, akan tetapi justru menjadikannya sebagai wahana pemersatu bangsa. Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis multikultural di Sekolah Dasar, peran guru dalam mengintegrasikan nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran sangat banyak. Guru harus memiliki pengetahuan yang luas dalam hal pluralism etnis. Di samping itu guru juga harus mampu memilih dan memilah materi yang cocok dimasukan ke dalam pembelajaran di sekolah dasar. 255 Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sosial - Vol. 1 No. 3 Juli 2023 e-ISSN :2985-7716, p-ISSN :2985-6345, Hal 232-258 Dengan memperhatikan hasil dan kesimpulan di atas, maka penulis dapat mengemukakan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bagi sekolah, kebudayaan sekolah tetap di pelihara dan dipertahankan 2. Bagi Kepala Sekolah, kemampuan guru dalam pembinaan kesiswaan perlu di tingkatkan lagi agar dapat menjadi lebih baik. 3. Bagi guru, diharapkan lebih memaksimalkan langkah-langkah dalam pengintegrasian pada pendidika karakter berbasis kearifan huyula pada pembinaan kesiswaan. 4. Bagi siswa, diharapkan dapat menaati segala aturan yang telah ditetapkan oleh sekolah agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik. 5. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan mengadakan penelitian yang lebih mendalam mengenai evaluasi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal. Evaluasi Pembelajaran Berbasis Multikultural Untuk Mengembangkan Karakter Bangsa Di Sekolah Dasar Negeri Rawarengas 2 DAFTAR REFERENSI Amruddin.dkk. 2022. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. Jakarta: PT. Publica Indonesia Utama. Ani Nur Aeni. 2014. Pendidikan Karakter untuk Mahasiswa PGSD Hlm. 23. Bandung: Upi Press. Fadhallah. 2021. Wawancara. Jakarta: UNJ Press. Kemdiknas. (2010). Kerangka acuan pendidikan karakter tahun anggaran 2010. Jakarta: Kemdiknas Koesoema, D. (2012). Pendidikan karakter utuh dan menyeluruh. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Lickona, T. (2004). Character matters: how to help our children develop good judgment, integrity, and other essential virtues. New York: Touchstone Mashar, Riana. 2015. Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya. Jakarta: Prenadamedia Grup. Mardawani. 2020. Praktis Penelitian Kualitatif Teori Dasar dan Analisis Data dalam Perspektif Kualitatif. Yogyakarta: Deepublish. Awaru, A. O. T. (2016). MEMBANGUN KARAKTER BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BERBASIS MULTIKULTURAL DI SEKOLAH. SEMINAR NASIONAL “Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Membentuk Karakter Bangsa Dalam Rangka Daya Saing Global,” 10. https://ojs.unm.ac.id/PSN- HSIS/article/download/2747/1489 Banks, J. (1993). Multicultural Education: Historical Development, Dimension, and Practice. Review of Research in Education. Buchori, M. (2007). Pendidikan Multikultural. (Fri, 12 Januari 2007). Havilland, W. A. (1988). Antropologi edisi keempat jilid 2. Jakarta: Erlangga. Isparwoto. (2016). PERAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM MEMBANGUN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA. JPPKN, vo. 1 No. https://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/jppkn/article/view/30 Lickona, T. (1992). Educanting for Character, How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. Batam book, New York. Lie, A. (2006). Mengembangkan Model Pendidikan Multikultural. (Harian Kompas, diakses tanggal 9 Januari 2006). Najmina, N. (2018). PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA INDONESIA. JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, vol 10. No. https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jupiis Sonhadji K. H., A. (2003). Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pendidikan Multikultural Makalah Dipresentasikan dalam Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional (KITNAS) VIII 2003. Jakarta:Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bekerjasama dengan DIKTI Depdiknas 257 Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sosial - Vol. 1 No. 3 Juli 2023 e-ISSN :2985-7716, p-ISSN :2985-6345, Hal 232-258 Sonhadji K.H., A. (2015). Membangun Peradaban Bangsa dalam Perspektif Multikultural. Potensi Indonesia Negara Besar): Malang, Universitas Negeri Malang. Tilaar, H. A. R. (2003). Kekuasaan dan Pendidikan: Suatu Tinjauan dari Perspektif Kultural. Magelang: Indonesia Tera. Mahfud, Choirul, 2009, Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Hanum, Farid Sutarno. 2008. Pendidikan Multikultural. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Use Quizgecko on...
Browser
Browser