Materi Sejarah Indonesia XII (PDF)

Summary

This document appears to be Indonesian History study material focusing on the analysis of Indonesia's efforts in dealing with threats of disunity, mentioning specific events like the PKI Madiun Uprising of 1948 and DI/TII. It covers factors, causes, and events related to these historical issues.

Full Transcript

MATERI SEJARAH INDONESIA XII Menganalisis upaya bangsa Indonesia dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa antara lain PKI Madiun 1948, DI/TII, APRA, Andi Aziz, RMS , PRRI, Permesta, G-30-S/PKI A. Upaya bangsa Indonesia dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa PKI Madiun 1948, DI/T...

MATERI SEJARAH INDONESIA XII Menganalisis upaya bangsa Indonesia dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa antara lain PKI Madiun 1948, DI/TII, APRA, Andi Aziz, RMS , PRRI, Permesta, G-30-S/PKI A. Upaya bangsa Indonesia dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa PKI Madiun 1948, DI/TII 1. PEMBERONTAKAN PKI MADIUN 1948 Perundingan Renville berakibat negative bagi stabilitas politik Indonesia, diantaranya adalah pecahnya pemberontakan PKI Madiun 1948 dan DI/ TII. Setelah kabinet Amir jatuh, Presiden menunjuk Hatta untuk menggantikannya. Program kabinet Hatta adalah : 1. melaksanakan persetujuan Renville 2. mempercepat terbentuknya RIS 3. melaksanakan rasionalisasi di dalam negeri dan pembangunan 4. menunjuk M. Roem sebagai ketua delegasi perundingan Indonesia Kabinet Hatta mendapat tentangan dan rongrongan dari FDR yang dipimpin Amir Syarifuddin. Tanggal 5 Juli 1948 buruh pabrik karung Delanggu yang bernaung di bawah FDR mengadakan pemogokan. Selain itu mereka mengadakan rapat yang bertujuan untuk menjatuhkan cabinet Hatta. Gerakan ini diimbangi oleh Tan Malaka yang membentuk GRR. Agustus 1948 Muso kembali ke Indonesia, dan membuat partai sosialis dan buruh berfusi dengan PKI. Selanjutnya Muso yang menganggap Hatta telah menjual Indonesia terus melakukan perlawanan. Pertentangan politik meningkat. Muso menjadikan Solo sebagai daerah kekacauan dengan terus menimbulkan insiden antara pengikut PKI dengan lawan politiknya dan tentara. Pusat gerakan Muso sesungguhnya adalah Madiun karena pada tanggal 18 September 1948 ia memproklamasikan berdirinya Republik Soviet Indonesia. Pemerintah segera mengambil tindakan dengan membentuk Gerakan Operasi Militer I yang dipimpin oleh Kol. Gatot Subroto. Mereka bergerak dari Surakarta, Kediri dan Malang untuk menyerbu Madiun. Tanggal 30 September 1948 pemberontakan PKI dipadamkan, Muso tertembak di daerah Ponorogo oleh pasukan Mobrig. Amir Syarifuddin, Suripno dan tokoh komunis lainnya ditangkap di Purwodadi (hutan Ketu) dan dihukum mati. Tetapi banyak tokoh muda komunis yang berhasil melarikan diri seperti Aidit dan Nyono. Mereka berhasil menghidupkan kembali PKI dan melancarkan G30S/ PKI tahun 1965 2. DI/ TII (Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia) Perundingan ini menyebabkan jatuhnya cabinet Amir Syarifuddin pada tanggal 23 Januari 1948. Ia digantikan oleh M. Hatta. Perundingan ini dikhianati Belanda dengan mengadakan AMB II. DK PBB membentuk UNCI ( United Nation Comission for Indonesia) pimpinan Merle Cochran yang berfungsi untuk menyelesaikan konflik Indonesia- Belanda. Perundingan Renville juga membuat kecewa S.M. Kartosuwiryo dan membuatnya mengobarkan perlawanan DI/TII di Jawa barat yang diikuti oleh wilayah yang lain. DI/ TII Jawa Barat Tujuan : mendirikan Negara Islam Indonesia Faktor penyebab : kekecewaan akan hasil perundingan renvilleyang menetapkan garis demarkasi Van Mook Kronologi : Berdasarkan perundingan Renville, pada tanggal 26 Pebruari 1948 35 ribu personil TNI harus meninggalkan Jawa Barat karena mentaati garis demarkasi Van Mook. TNI berangkat, tetapi pasukan Hisbullah dan Sabilillah memilih tinggal. Bulan itu juga diadakan konferensi di Cisayong yang mengangkat Kartosuwiryo menjadi imam NII. Mereka juga membentuk TII. Mereka mulai mengadakan perlawanan menghadapi Belanda dan RI. Proklamasi NII dilakukan pada tanggal 7 Agustus 1949 di Cisampak, Tasikmalaya. Untuk mengatasi konflik ini pemerintah RI menempuh dua cara: 1. Cara damai dengan membentuk Komite Perundingan yang dipimpin oleh M. Natsir. Tetapi cara ini gagal 2. Cara militer dengan melakukan operasi penumpasan. Tetapi sejak tahun 1949 sampai tahun 1959 cara ini tidak berhasil. Hambatan yang dialami TNI adalah : ✔ DI/ TII lebih mengenal medan ✔ Pasukannya berbaur dengan rakyat ✔ Situasi politik Negara sedang kacau Sejak tahun 1960 pemerintah menjalankan strategi sistematik dengan operasi pagar betis. Kodam VI Siliwangi bekerjasama dengan rakyat mengepung markas DI/ TII untuk mempersempit ruang geraknya sehingga mudah dilumpuhkan. Pada tanggal 4 Juni 1962 kartosuwiryo tertangkap di Gunung Geber Majalaya dan dieksekusi pada tanggal 12 September di Pulau Ubi, Kepulauan Seribu. DI/ TII Jawa Tengah Dipimpin oleh Amir Fatah (bekas anggota laskar Hisbullah) dengan wilayah Brebes, tegal, Pekalongan. Semula Amir bergabung dengan TNI, tetapi setelah mengenal lascar ia mulai mendukung Kartosuwiryo. Gerakan Amir mendapat dukungan dengan munculnya gerakan AUI (Angkatan Umat Islam) di Kebumen yang dipimpin oleh Kyai M. Mahfud Abdurrachman/ Kyai Somalangu. Kronologi : Pada tanggal 23 Agustus 1949 proklamasi DI dilakukan di pangarasan tegal. Amir diangkat sebagai panglima perang di Jawa Tengah dan pasukannya dinamakan Batalyon syarif Hidayatullah Wijaya Kusuma (SH WK). untuk memadamkan perlawanan ini pemerintah membentuk komando operasi GBN (Gerakan Banteng Negara) pada januari 1950. untuk menangani AUI, berhubung AUI mendapat bantuan dari Batalyon 426 (Kudus) dan 423 (Magelang) maka penumpasannya terhambat. Pemerintah melakukan operasi Merdeka Timur untuk menumpasnya dan berhasil pada tahun 1952. Sisa pasukan AUI melarikan diri ke Jawa Barat atau daerah GBN. Perlawanan DI/ TII Jawa tengah berhasil dipadamkan, tetapi sisa kelompok ini membentuk kelompok pengacau dengan nama MMC (Merapi Merbabu Compleks). Setelah mereka berhasil ditumpas, sisa anggotanya bergabung dengan kelompok DI/ TII lain dan bertahan di perbatasan Pekalongan-Banyumas. Mereka dapat dilumpuhkan oleh pasukan khusus Banteng Raiders pada Juni 1954. DI/ TII Kalimantan Selatan Dipimpin oleh Ibnu Hajar yang menyatakan bahwa gerakannya adalah bagian dari DI/ TII Kartosuwiryo. Kronologi : Pada akhir 1950 Kesatuan Rakjat jang tertindas (KRJT) yang dipimpin Ibnu Hajar menyerang pos-pos TNI di Kalimantan Selatan. Pemerintah berusaha mengatasinya dengan memberikan kesempatan kepada pemberontak untuk menyerah dengan damai. Anjuran ini diikuti dan mereka diterima kembali menjadi Angkatan Perang RI. Tetapi setelah mendapat bekal dan senjata, mereka kembali melarikan diri dan memberontak. Kejadian ini berulangkali terjadi sehingga pemerintah memutuskan mengambil tindakan tegas. Ibnu Hajar ditangkap dan pada 22 maret 1965 dijatuhi hukuman mati. DI/ TII Sulawesi Selatan Dipimpin oleh Kahar Muzakkar yang pada perang kemerdekaan merupakan komandan tentara Ri persiapan resimen Hasanuddin dengan pangkat Letkol di Yogyakarta. Pada tanggal 16 April 1946 bersama Andi Matalatta dan M. Saleh lahade Kahar diperintah untuk membentuk TRI di Sulawesi selatan. Kahar juga memimpin laskar yang diberi nama KGSS (Komando Gerilya Sulawesi Selatan). Setelah perang kemerdekaan berakhir, pemerintah mengeluarkan kebijakan nasionalisasi lascar. Saat itulah Kahar memulai gerakannya. Factor penyebab : Kahar Muzakkar ingin agar semua anggota KGSS bisa direkrut dalam APRIS. Pemerintah tidak mengabulkannya dan anggota KGSS yang tidak lolos seleksi dimasukkan dalam Corps Tjadangan Negara (CTN). Pada hari pelantikan, 24 Maret 1951 kelompok Kahar melarikan diri dan memberontak. Kronologi : Pada 24 Maret 1951 kelompok Kahar mlai memberontak. Kemudian pada 7 Agustus 1953 mereka mengubah nama menjadi TII dan menyatakan bergabung dengan NII Kartosuwiryo. Penumpasan perlawanan Kahar Muzakkar memerlukan waktu 14 tahun karena beberapa factor seperti : ✔ Tertanamnya rasa kesukuan yang kuat ✔ Kahar Muzakkar sangat mengenal karakter masyarakat setempat ✔ Lingkungan alam yang mendukung Pada akhirnya pada tanggal 3 Pebruari 1965 Kahar tertembak mati dan perlawanan berhasil dipadamkan. DI/ TII Aceh Dipimpin oleh Daud Beureueh (mantan Gubernur Militer DI Aceh). Perlawanan ini merupakan kelanjutan dari konflik ulama dengan ulee balang pada awal kemerdekaan. Factor penyebab : 1. ditolaknya tuntutan otonomi Aceh 2. pertentangan antar golongan 3. tidak lancarnya rehabilitasi dan modernisasi Aceh 4. pemerintah menyingkirkan petinggi pemerintah asal Aceh dari Aceh 5. sikap tentara pendatang yang menyakitkan rakyat kronologi : Daud Beureueh yang merupakan tokoh PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) menyerukan jihad suci dilanjutkan pernyataan penggabungan diri dengan NII Kartosuwiryo pada 20 September 1953. pemerintah kemudian mendatangkan pasukan dari Sumatera Utara dan Sumatera tengah untuk memadamkannya, tetapi gagal. Kelompok Daud melanjutkan perlawanan di hutan. Akhirnya perlawanan DI/ TII Aceh diselesaikan dengan MKRA (Msyawarah Kerukunan Rakyat Aceh) yang menghasilkan ikrar Blangpadang yang berisi janji untuk memelihara kerukunan, persatuan dan persahabatan.

Use Quizgecko on...
Browser
Browser