Bacaan Santai untuk Relaksasi PDF
Document Details
Uploaded by ChasteSloth
Universitas Kristen Maranatha
Tags
Related
Summary
Dokumen ini menyediakan ringkasan bacaan santai yang cocok untuk relaksasi, berfokus pada teori dan definisi kecerdasan. Didukung oleh berbagai teori kecerdasan dari berbagai perspektif seperti budaya dan berbagai tokoh psikologi.
Full Transcript
20 24 INTELLIGENCE THEORIES AND TEST DAFTAR PUSTAKA Gregory, Robert J. (2015). Psychological Testing: History, Principles and Applications, 7 th Edition. England. Pearson Education Limited. Reynolds, C. R., et. al...
20 24 INTELLIGENCE THEORIES AND TEST DAFTAR PUSTAKA Gregory, Robert J. (2015). Psychological Testing: History, Principles and Applications, 7 th Edition. England. Pearson Education Limited. Reynolds, C. R., et. all. (2021). Mastering Modern Psychological Testing: Theory and Methods 2 nd Edition. Switzerland. Springer. DEFINITION Konsep atau istilah KECERDASAN cukup sering digunakan dalam percakapan sehari-hari, namun tidak mudah untuk mengembangkan definisi kecerdasan. Sebagian besar definisi ini akan menggabungkan kemampuan seperti problem-solving, abstract reasoning dan the ability to acquire knowledge (Gray, 1999; Reynolds & Kamphaus, 2003) DEFINITION Spearman (1904, 1923) Kecerdasan adalah kemampuan umum yang terkait dengan pemahaman mengenai korelasi (eduction of corellation) dan pemahaman mengenai keterkaitan (eduction of relation). Binet dan Simon (1905) Kecerdasan adalah kemampuan untuk mempertimbangkan, memahami dan berpikir dengan baik. Thorndike (1921) Kecerdasan adalah daya untuk memberikan respon yang baik melalui sudut pandang yang sesuai dengan kenyataan atau fakta. DEFINITION Thurstone (1921) Kecerdasan dalah kapasitas untuk mencegah munculnya penyesuaian instingtif, membayangkan berbagai respon yang muncul secara fleksibel dan melakukan perubahan bentuk penyesuaian instingtif ke dalam perilaku nyata yang lebih teratur bentuknya. Wechsler (1939) Kecerdasan adalah kapasitas global yang dimiliki individu untuk bertindak secara terarah/ bertujuan, berpikir secara rasional dan menyelesaikan masalah di lingkungannya. INTELEGENSI TERMASUK KEMAMPUAN UNTUK : Membutuhkan dan mengaplikasikan pengetahuan Reason logically Pembuatan rencana secara efektif Persepsi Judgement dan menyelesaikan masalah Daya tangkap Fokus dan daya konsentrasi Intuisi Menemukan kata yang tepat dan pola pikir Mengatasi, menyesuaikan diri dan menghadapi berbagai situasi baru Berbagai penjelasan yang ada merupakan sudut KESIMPULAN pandang budaya barat. Budaya timur juga menjelaskan kecerdasan ditinjau dari kemampuan individu untuk bertindak secara bijaksana, manusiawi dan sebagainya Budaya Afrika bahkan menjelaskan kecerdasan sebagai aspek dari kecerdasan sosial, seperti bagaimana menjaga kedamaian dan stabilitas hubungan individu di dalam kelompok (Sternberg dan Kuafman, 1998) KESIMPULAN Kecerdasan adalah: 1. Kapasitas untuk belajar melalui pengalaman 2. Kapasitas untuk beradaptasi dengan lingkungan 20 24 THE BRIEF HISTORY OF INTELLIGENCE GALTON AND SENSORY KEENNESS Teori kecerdasan pertama kali dikembangkan pada masa Brass Instruments. Sir Francis Galton dan J. McKeen Cattell menjelaskan bahwa kecerdasan terkait dengan kemampuan sensoris / indera. Semakin peka indera seseorang, maka semakin besar kemungkinannya untuk dapat bertindak dengan cerdas dan cermat. GALTON AND SENSORY KEENNESS Untuk mengukurnya, dilakukan eksperimen oleh Jensen (1980): Reaction Time-Movement Time (RT-MT). Subjek diminta untuk menekan tombol ‘home’. Akan ada bunyi ‘warning signal’ yang diikuti dengan salah satu lampu hijau menyala. Kemudian diinstruksikan untuk menekan tombol ‘microswitch’ di bawah tombol ‘home’ secepat mungkin ketika mendengar bunyi ‘warning signal’ untuk mematikan lampu hijau. RT : waktu yang diperlukan subjek untuk melepaskan jarinya dari tombol ‘home’. MT : jarak waktu subjek dari melepaskan jarinya dari tombol ‘home’ dan menekan tombol ‘microswitch’ hingga lampu hijau mati. GALTON AND SENSORY KEENNESS HASIL DARI PENELITIAN menunjukkan bahwa alat ukur ini dapat saja digunakan sebagai tes kecerdasan. KEKURANGAN : Alat ukur yang ada belum terstandarisasikan untuk mengukur kecerdasan pada berbagai situasi. SPEARMAN AND THE G FACTOR Charles Spearman merumuskan bahwa kecerdasan terdiri dari dua jenis faktor, yaitu general factor (g) dan berbagai specific factors (s1, s2, s3, dst). G-FACTOR adalah daya atau energi yang dimiliki individu yang dapat mengaktifkan seluruh cortex. S-FACTORS hanya dapat mengaktifkan kelompok neuron tertentu. SPEARMAN AND THE G FACTOR SPEARMAN MEYAKINI BAHWA PERBEDAAN G-FACTOR PADA INDIVIDU DAPAT DILIHAT DARI 3 PRINSIP KEMAMPUAN KOGNISI: 1. Apprehension of experience adalah pemahaman terhadap pengalaman. 2. Eduction of relations adalah kemampuan untuk mengambil kesimpulan dari hubungan di antara dua konsep. 3. Eduction of correlations adalah kemampuan untuk mengaplikasikan prinsip yang sudah dipahami dari education of relations ke dalam bentuk/ situasi yang baru. SPEARMAN AND THE G FACTOR KRITIK TERHADAP PENJELASAN SPEARMAN 1. Jika g-factor tidak hanya berasal dari proses pendidikan, maka perlu ada tes kecerdasan yang dapat benar-benar mengukur g-factor ini. Muncul pertanyaan, apakah tes kecerdasan yang terdiri dari berbagai subtes (verbal, kemampuan persepsi visual dan sebagainya) benar-benar dapat mengukur g-factor. 2. Jika g-factor dibentuk dari kumpulan s factor, perlu diketahui kesesuaian dari tujuan pengukuran s-factor tersebut. Misalnya, jika subtes-nya hanya terdiri dari s-factor long term memory dan s-factor short term memory, maka tes ini tidak dapat dikatakan mengukur g-factor, melainkan mengukur memori. THURSTONE AND THE PRIMARY MENTAL ABILITIES Thurstone (1931) melakukan penelitian mengenai korelasi antara faktor kecerdasan. Diperoleh 7 faktor yang sudah teruji signifikansinya secara berkala KETUJUH FAKTOR (PRIMARY MENTAL ABILITIES / PMA) TERDIRI DARI: Verbal Word Fluency Comprehension Dapat diukur melalui tes seperti Space Alat ukur yang paling baik untuk anagram atau Kemampuan untuk mengetahui hal ini. menyebutkan memvisualisasikan Namun berbagai kata Number benda 3-dimensi kemampuan verbal berdasarkan jika diputar atau comprehension juga kategori tertentu dibongkar melibatkan (misalnya, Perhitungan sebagian. kemampuan menyebutkan aritmatika secara reading nama makanan akurat dan comprehension dan yang diawali cepat. analogi verbal. dengan huruf S). KETUJUH FAKTOR (PRIMARY MENTAL ABILITIES / PMA) TERDIRI DARI: Associative Inductive Memory Reasoning Keterampilan untuk Perceptual Speed Untuk mengukur menyelesaikan hal ini dapat tugas hapalan Melibatkan tugas dengan cara seperti belajar klerikal sederhana menemukan aturan untuk seperti memeriksa seperti dalam tes mengasosiasikan persamaan dan urutan angka. hubungan antara perbedaan detil item yang tidak visual. terkait. THURSTONE AND THE PRIMARY MENTAL ABILITIES THURSTONE mengakui adanya g-factor sebagai faktor higher-order dan PMA sebagai faktor second- order. P.E. VERNON (1950): g factor merupakan faktor kecerdasan yang ada di hirarki paling atas, terdiri dari dua major group factor yang disebut sebagai verbal- educational (V:ed) dan practical-mechanical-spatial- physical (k:m). Penelitian dari Schaie (1985) PMA yang menunjukkan sedikit penurunan seiring dengan bertambahnya usia adalah Verbal Comprehension, Word Fluency, dan Inductive Reasoning sementara PMA yang menunjukkan adanya penurunan secara berkala seiring dengan bertambahnya usia adalah Space dan Numbers. CATTELL-HORN-CARROLL (CHC) THEORY Raymond Catell (1941, 1971) memiliki teori yang cukup berpengaruh mengenai struktur kecerdasan yang kemudian direvisi oleh John Horn (1968) dan John Carroll (1993). Muncullah Catell-Horn-Carroll (CHC) Theory, yaitu teori mengenai taxonomic tour de force yang berusaha mengolah penemuan mengenai analisa faktor kecerdasan. CATTELL-HORN-CARROLL (CHC) THEORY GUILFORD AND THE STRUCTURE-OF-INTELLECT MODEL J.P. Guilford (1967, 1985) melakukan penelitian lebih dalam mengenai faktor kecerdasan yang telah diteliti oleh Thurstone. Thurstone dinilai luput untuk menyertakan aspek kreatifitas dalam menjelaskan kecerdasan. Guilford kemudian membentuk Structure-Of- Intellect (SOI), menjelaskan penemuannya. Secara keseluruhan, Guilford mengklasifikasikan kecerdasan menjadi tiga dimensi utama, yaitu OPERATIONS, CONTENTS, DAN PRODUCTS. Operations dapat diketahui melalui aktifitas mental seperti berikut ini: Cognition : Menemukan, mengetahui, atau memahami. Memory : Mengingat berbagai item dari informasi yang diberikan, seperti urutan angka. Divergent : Mengingat kembali item yang sudah ada dalam memori untuk diklasifikasikan ke dalam kriteria tertentu seperti menyebutkan benda yang keras dan dapat dimakan. Evaluation : Menentukan seberapa sesuai informasi tertentu dapat dinilai logis atau memenuhi persyaratan logika pikir individu. Contents dapat diketahui melalui informasi atau material yang dihadapkan kepada individu. Berikut adalah kategorinya: Visual : Gambar yang diperlihatkan ke mata. Auditory : Suara yang diperdengarkan ke telinga. Symbolic : Misalnya simbol matematik tertentu yang menyatakan makna tertentu. Semantic : Makna, biasanya dari simbol kata. Behavioral : Kemampuan untuk memahami perilaku dan kondisi mental orang lain. Products merujuk pada berbagai jenis struktur mental yang dihasilkan oleh proses berpikir otak sebagai bentuk jawaban yang tepat. Terdiri dari: 1. Unit: sebuah kesatuan utuh yang memiliki kombinasi unik dari suatu ciri tertentu. Misalnya, jeruk memiliki ciri bulat, kuning, manis, dapat dimakan, nama buah, dsb. 2. Class: pengelompokkan unit-unit yang memiliki kesamaan tertentu, misalnya kelompok segitiga, kelompok makanan, dsb. 3. Relation: sebuah hubungan dari dua aitem/ hal. Misalnya, hubungan dari jeruk dan apel. 4. System: tiga atau lebih aitem/ hal yang membentuk sistem tertentu yang dapat dipahami. Misalnya, urutan perilaku makan. 5. Transformation: perubahan aitem/ hal dalam informasi. Misalnya, mengoreksi pelafalan kata tertentu. 6. Implication: hal yang menyiratkan suatu hal lainnya. Misalnya, kilat akan diikuti dengan bunyi gemuruh petir. GUILFORD AND THE STRUCTURE-OF-INTELLECT MODEL INFORMATION PROCESSING THEORIES OF INTELLIGENCE INFORMATION PROCESSING berusaha menjelaskan kecerdasan sebagai model individu dalam melakukan representasi mental dan memproses informasi. Borkowski (1985) ‘meminjam’ analogi fungsi komputer untuk menjelaskan kecerdasan ini. ARCHITECTURAL SYSTEM (HARDWARE) merujuk pada kondisi biologis yang penting bagi information processing, seperti memory span dan kecepatan melakukan encoding/decoding informasi. Architectural system dianggap sebagai kemampuan “bawaan” dan tahan dari pengaruh lingkungan. INFORMATION PROCESSING THEORIES OF INTELLIGENCE Hal-hal yang termasuk ke dalam architectural system adalah Capacity (misalnya, jumlah kemampuan meningat dalam short-term memory dan long-term memory) Durability (jangka waktu hingga informasi hilang dari memory) Efficiency of Operation (misalnya kecepatan untuk mencari informasi dalam memory). GARDNER AND THE THEORY OF MULTIPLE INTELLIGENCES Menurut Howard Gardner, KECERDASAN tidak bisa terlepas dari hubungan antara BRAIN-BEHAVIOR. Ia berpendapat tentang adanya beberapa kecerdasan manusia yang relatif independen dan natural. Terdiri dari 7 ASPEK – linguistic, logical-mathematical, spatial, musical, bodily-kinesthetic, interpersonal, intrapersonal. Gardner menguraikan kriteria kecerdasan autonomous, diantaranya adalah: Adanya orang- orang yang IDENTIFIABLE POTENTIAL memiliki CORE OPERATION: ISOLATION karena KEMAMPUAN kemampuan cedera otak: LEBIH, seperti para PENGALAMAN bergantung pada kemampuan dapat savant: SEJARAH: satu atau lebih rusak atau kemampuan ada di kemampuan yang proses information terganggu karena atas rata-rata khas, diperoleh processing dasar. ada cedera otak. orang pada pada periode umumnya. sejarah tertentu. Gardner menguraikan kriteria kecerdasan autonomous, diantaranya adalah: DUKUNGAN DARI PSIKOLOGI HASIL TEMUAN EVOLUTIONARY EKSPERIMEN: PSIKOMETRI: PLAUSINILITY: kemampuan kemampuan SUSCEPTIBILITY TO kemampuan ditemukan dari terungkap dari SYMBOL ENCODING: sebagai hasil hasil studi kemampuan dapat hasil pengukuran evolusi (misalnya, psikologi kognitif dikomunikasi melalui psikometri. primata memiliki secara simbolik (tapi tidak eksperimental. terbatas pada) kemampuan bahasa, gambar dan sosial). matematika STERNBERG AND THE TRIARCHIC THEORY OF SUCCESSFUL INTELLIGENCE Menurut Sternberg, kecerdasan bukan hanya bawaan saja, melainkan mekanisme mental individu untuk menampilkan intelligent behavior (perilaku yang cerdas) melibatkan kemampuan untuk melakukan adaptasi terhadap lingkungan dan dunia sebenarnya. Hal ini menjadi dasar teori mengenai successful intelligence atau kemampuan untuk beradaptasi, membentuk dan menyeleksi lingkungan dalam rangka mencapai tujuan individu, tujuan budaya serta tujuan kondisi sosial di sekitar individu tersebut. STERNBERG AND THE TRIARCHIC THEORY OF SUCCESSFUL INTELLIGENCE Teori Sternber disebut dengan triarchic karena terdiri dari 3 aspek kecerdasan yaitu: COMPONENTIAL INTELLIGENCE: EXPERENTIAL INTELLIGENCE: dikenal dengan analysis intelligence, berguna untuk menyelesaikan terdiri dari mekanisme mental internal tugas baru. Dikenal pula dengan yang bertujuan untuk menampilkan creative intelligence. intelligent behaviour. CONTEXTUAL INTELLIGENCE: dikenal sebagai practical intelligence, sebuah aktifitas mental yang melibatkan perilaku bertujuan untuk beradaptasi, membantu dan menyeleksi lingkungan sebenarnya yang dianggap sesuai dengan kehidupan individu. 20 24 THE USE OF INTELLIGENCE ASSESSMENT SCHOOL SETTING (Reynolds, 2021) Penggunaan asesmen intelegensi di bidang sekolah memiliki Sejarah pengembangan yang panjang, hal ini ditunjukan untuk: Membantu pendidik menyesuaikan instruksi untuk Memberikan alternatif cara memenuhi pola unik dari untuk mengukur kekuatan dan kelemahan proses kemampuan kognitif yang kognitif siswa mencerminkan kualitas informasi, bukan yang ditangkap oleh tes prestasi standar atau nilai sekolah. Dan masih banyak fungsi lainnya CLINICAL SETTING Psikolog yang terlibat dalam berbagai health care setting menggunakan tes kecerdasan untuk berbagai tujuan, baik pada anak-anak maupun dengan orang dewasa, diantaranya adalah : 1. Tes kecerdasan dapat digunakan dalam seting klinis untuk MENGEVALUASI kesesuaian pasien dengan jenis intervensi psikologis tertentu. 2. Untuk MEMANTAU pemulihan setelah cidera otak 3. Untuk MENILAI tingkat perawatan yang sesuai ketika terlihat ada penurunan intelektual 4. Untuk MENENTUKAN disability status untuk program pemerintah (contohnya adalah program kesehatan untuk para veteran) 5. MENGIDENTIFIKASI efek samping yang tidak diinginkan dari perawatan medis; misalnya perawatan leukemia dan bentuk kemoterapi lainnya dapat mengurangi fungsi intelektual 6. Dan sebagainya Ada pertanyaan? THE WECHSLER INTELLIGENCE SCALE Tes Kecerdasan Wechsler‐Bellevue Intelligence Scale (WB) Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC) TES WECHSLER Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence (WPPSI) - dipelajari di S2 Klinis Anak dan Remaja ADMINISTRASI The Wechsler Intelligence Scale dilakukan secara individual. Versi terbaru dalam The Wechsler Intelligence Scale → WAISC‐IV dan WISC‐V. The Wechsler Intelligence Scale dianggap sebagai tes terbaik dari semua tes psikologis karena memiliki karakteristik psikometris dan menghasilkan informasi yang relevan bagi praktisi. Sebagai dampaknya, The Wechsler Intelligence Scale menjadi tes yang paling sering digunakan dalam lingkup praktek klinis. WECHSLER‐BELLEVUE INTELLIGENCE SCALE (WB) Tes Kecerdasan Sejarah Tes Wechsler: Wechsler‐Bellevue Intelligence Scale (WB) WB diciptakan oleh DAVID WECHSLER pada tahun 1939. Menurut Wechsler, alat tes intelegensi yang pada masa itu beredar (seperti Stanford‐Binet), hanya dirancang untuk mengukur intelegensi anak‐anak: 1. Bentuk soal tidak dianggap menarik untuk orang dewasa 2. Terlebih untuk tes verbal yang standarnya lebih sesuai untuk anak. Sejarah Tes Wechsler: Wechsler‐Bellevue Intelligence Scale (WB) Maka, perlu ada alat tes intelegensi yang bisa digunakan oleh orang dewasa. Untuk mengatasi masalah ini, Wechsler membuat alat tes yang bernama Wechsler‐Bellevue, di mana aitem‐aitemnya banyak yang diadopsi dari Tes Stanford‐Binet, Army Alpha dan tes‐tes lainnya. Sejarah Tes Wechsler: Wechsler‐Bellevue Intelligence Scale (WB) Nama alat tes WB diambil dari: 1. Wechsler: diambil dari nama pencipta alat tes WB, yaitu David Wechsler 2. Bellevue: diambil dari nama the Bellevue Psychiatric Hospital, sebuah rumah sakit jiwa di New York – USA sebagai tempat dimana Wechsler bekerja. Sejarah Tes Wechsler: Wechsler‐Bellevue Intelligence Scale (WB) Intelegensi menurut Wechsler adalah AGGREGATE ATAU KAPASITAS GLOBAL dari individu untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional dan berhubungan secara efektif dengan lingkungan WB merupakan alat yang mengukur kecerdasan sekaligus juga aspek kepribadian dalam diri seseorang. Diperuntukkan bagi individu dengan rentang usia 15 – >55 tahun. Sejarah Tes Wechsler: Wechsler‐Bellevue Intelligence Scale (WB) Perkembangan tes WB: Tes WB I terbit di tahun 1939 Tes WB II terbit di tahun 1946 Tes WAIS* terbit di tahun 1955 (WAIS bentuk revisi dari WB I) *WAIS = Wechsler Adult Intelligence Scale Fakultas Psikologi UKM menggunakan WB I. KELENGKAPAN ALAT TES WB PROTOKOL Lembar untuk menuliskan SELURUH jawaban klien atas pertanyaan yang diajukan oleh tester pada setiap subtes MANUAL Petunjuk tes dan instruksi Petunjuk cara scoring hasil tes Tabel skor IQ KOTAK Berisi materi performance test dan sebagian materi verbal test SPESIFIKASI ALAT UKUR WB Kelompok Verbal Test terdiri dari Kelompok Performance Test subtes: terdiri dari subtes Information Picture Completion Comprehension Picture Arrangement Similarities Block Design Digit Span (Forward & Object Assembly Backward) Arithmetic Digit Symbol Vocabulary KEMAMPUAN YANG DIUKUR DALAM VERBAL TEST SUBTES KEMAMPUAN Information Mengukur luasnya pengetahuan seseorang, sehingga dapat mencerminkan wawasan berpikirnya, menggali seberapa jauh informasi yang dimiliki seseorang. Comprehension Mengukur ketepatan evaluasi subjek terhadap pengalamannya. Terutama saat dihadapkan pada suatu situasi praktis sehari‐hari. Similarities Merupakan tes mengenai pembentukan konsep verbal (verbal concept formation), mengukur cara berpikir abstrak seseorang. Pembentukan konsep merupakan suatu fungsi individu yang membantu untuk mengatur/menyusun serta memadukan segala objek/ gejala di sekelilingnya sedemikian rupa, sehingga terdapat keteraturan. KEMAMPUAN YANG DIUKUR DALAM VERBAL TEST SUBTES KEMAMPUAN Digit Span Mengukur immediate auditory recall dan atensi (Forward & seseorang. Backward) BENTUK TES: deret angka yang harus diucapkan kembali oleh testee dengan urutan yang benar dan urutan terbalik dari belakang ke depan (untuk Digit Backward). Arithmetic Mengukur kemampuan hitung dan daya konsentrasi testee, melihat kesiagaan mental testee karena ia harus segera memberikan jawaban (persoalan‐persoalan hitungan harus diselesaikan ‘di luar kepala’) Vocabulary Memberi informasi secara verbal, memberikan gambaran mengenai perbendaharaan kata seseorang KEMAMPUAN YANG DIUKUR DALAM PERFORMANCE TEST SUBTES KEMAMPUAN Picture Menilai kemampuan subjek dalam membedakan detil yang Completion penting dan tidak penting (menyebutkan bagian penting yang hilang dari gambar) Picture Sub tes ini dapat mengukur: Arrangement Visual perception Kemampuan melihat sebab akibat Kemampuan memahami dan menyelesaikan situasi sosial (menyusun gambar sehingga memiliki cerita tertentu) Block Design Subtes ini mengukur: Problem solving Daya bayang ruang Kemampuan analisa sintesa (menyusun kubus dalam pola tertentu) KEMAMPUAN YANG DIUKUR DALAM PERFORMANCE TEST SUBTES KEMAMPUAN Object Sub tes ini mengukur: Assembly Visual analisis, Kreativitas Koordinasi visual motorik. (Menyusun potongan‐potongan gambar menjadi objek yang utuh) Digit Melihat kemampuan belajar seseorang terhadap hal yang Symbol baru, kemampuan mempelajari tugas yang tidak familiar, keakurasian koordinasi mata dan tangan, kemampuan atensi dan konsentrasi, short-term memory, dan bekerja di bawah tekanan. (menuliskan tanda‐tanda tertentu yang menjadi pasangan dari angka‐angka) WECHSLER INTELLIGENCE SCALE FOR CHILDREN (WISC) Tes Kecerdasan Sejarah Tes Wechsler: Wechsler Intelligence Scale For Children (WISC) WISC dikembangkan sebagai reaksi untuk menentang bentuk skala umur yang dimiliki Tes Stanford Binet → Wechsler kemudian menyusun dan mengorganisir sebuah rangkaian subtes menjadi sebuah skala yang terstandarisasi → Material dalam WISC cocok untuk pengetesan anak. Sejarah Tes Wechsler: Wechsler Intelligence Scale For Children (WISC) Penelitian menunjukkan bahwa tes WISC : 1. Reliabel dan valid. 2. Berkorelasi baik dengan tes kecerdasan dan prestasi yang lain, baik yang bersifat individu ataupun kelompok. Sejarah Tes Wechsler: Wechsler Intelligence Scale For Children (WISC) Tahun 1949 David Wechsler memperkenalkan versi pertama tes intelegensi untuk anak anak → WISC Revisi skala WISC diterbitkan tahun 1974, dinamai WISC‐ R WISC bertujuan untuk mengukur intelegensi anak usia 6 sampai 15 tahun. KELENGKAPAN ALAT TES WB PROTOKOL Lembar untuk menuliskan SELURUH jawaban testee atas pertanyaan yang diajukan oleh tester pada setiap subtes MANUAL Petunjuk tes dan instruksi Petunjuk cara scoring hasil tes Tabel skor IQ KOTAK Berisi materi performance test dan sebagian materi verbal test SPESIFIKASI ALAT UKUR WB Kelompok Verbal Test terdiri Kelompok Performance Test dari subtes: terdiri dari subtes Picture Completion Information (Informasi) (Kelengkapan Gambar) Comprehension Picture Arrangement (Pemahaman) (Susunan Gambar) Arithmetic (Hitungan) Block Design (Rancangan Balok) Similarities (Kesamaaan) Object Assembly Digit Span (Rentang (Perakitan Balok) Coding (Sandi) Angka) KEMAMPUAN YANG DIUKUR DALAM VERBAL TEST SUBTES KEMAMPUAN Information Melihat informasi yang dimiliki seseorang, merefleksikan bakat bawaan, kekayaan informasi dari lingkungan asal, dan luasnya pengetahuan. Subtes ini membutuhkan kemampuan memori. Comprehensio Mengukur kemampuan menilai atau n common sense. Kesuksesan tes ini bergantung pada informasi praktis yang dimiliki, ditambah kemampuan mengevaluasi dan menggunakan pengalaman masa lalu. KEMAMPUAN YANG DIUKUR DALAM VERBAL TEST SUBTES KEMAMPUAN Similarities Melihat pembentukan konsep verbal dan berpikir logis. Digit Span Mengukur atensi dan memori jangka pendek. (Forward & Backward) Pada Digits Backward dibutuhkan tidak hanya memori tetapi juga remanipulasi dan reorganisasi. Arithmetic Melihat kemampuan penalaran dan ketepatan numerikal dalam mental arithmetic, proses meliputi konsentrasi dan atensi. Subtes ini juga bergantung pada memori dan pembelajaran sebelumnya. KEMAMPUAN YANG DIUKUR DALAM PERFORMANCE TEST SUBTES KEMAMPUAN Picture Dasar pemikiran dari tes ini meliputi Completio kemampuan mengenali gambar, menemukan n ketidaklengkapan dan menentukan bagian yang hilang. Tes kemampuan untuk membedakan detil yang penting dan tidak penting yang juga membutuhkan konsentrasi, atau kesadaran visual, organisasi visual dan juga memori visual. KEMAMPUAN YANG DIUKUR DALAM PERFORMANCE TEST SUBTES KEMAMPUAN Picture Mengukur pemahaman dari sebuah cerita Arrangement seperti yang diberikan oleh gambar. Dasar pemikiran tes ini ialah bahwa subtes ini membutuhkan interpretasi dari sebuah situasi sosial → sebuah tes penalaran non- verbal. Pengukuran terhadap kemampuan perencanaan dalam situasi sosial, sebuah kemampuan untuk memahami dan menyatukan sebuah situasi total. Kemampuan untuk menilai dan memahami kemungkinan sebab dan akibat dari peristiwa. KEMAMPUAN YANG DIUKUR DALAM PERFORMANCE TEST SUBTES KEMAMPUAN Block Mengukur aspek reproduktif dari koordinasi Design visual motorik. Kemampuan daya bayang ruang dibutuhkan dalam subtes ini. Subtes ini juga dapat dibayangkan sebagai sebuah tugas pembentukan konsep yang membutuhkan analisa dan sintesa. Object Dasar pemikiran dari subtes ini adalah untuk Assembly melihat kemampuan koordinasi visual motorik. Aktivitas motor diarahkan oleh masukan dari persepsi visual dan sensori motor. Tes ini untuk juga dapat melihat kemampuan konstruktif. KEMAMPUAN YANG DIUKUR DALAM PERFORMANCE TEST SUBTES KEMAMPUAN Coding Dasar pemikiran dari subtes ini adalah untuk mengukur koordinasi visual motorik, kecepatan operasi mental, dan memori jangka pendek. Kesuksesan dalam tes ini tergantung pada aktivitas visual, aktivitas motor dan koordinasi. Ini merupakan sebuah tes kecepatan psikomotor yang juga membutuhkan kemampuan pemahaman dan kemampuan paper and pencil. DAFTAR PUSTAKA Kaufman, A.S & Lichtenberger, E. O. (2006). Assessing Adolescent and Adult Intelligence. New Jersey: John Wiley & Sons. Marnat, G. G. & Wright, A. J. (2016). Handbook of Psychological Assessment 6th edition. USA: Wiley Polhaupessy, Leonard F. (2007). Handout Materi Perkuliahan Psikodiagnostik (Tes Inteligensi). Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran. Sattler, Jerome M. 1974. Assesment of Children’s Intelligence. W.B. Saunders Company. Weschler, David.(1944). The Measurement Of Intelegence 3th edition. USA: The Williams & Wilkins Company. IST INTELLIGENZ STRUKTUR TEST Tes Kecerdasan INTELLIGENZ STRUKTUR TEST Salah satu ukur INTELLIGENCE TEST adalah INTELLIGENZ STRUKTUR TEST (IST) Tes ini dikembangkan oleh seorang Psikolog Jerman, RUDOLF AMTHAUER pada tahun 1953. Alat tes ini dikembangkan untuk tujuan seleksi pekerjaan dan bimbingan penjurusan Tes ini dirancang tidak hanya untuk mengetahui the general level of intelligence development, tetapi juga mengukur komponen yang terpisah Seperti : verbal, numerical and spatial thinking, logic abilities, attention, memory, amount of knowledge. INTELLIGENZ STRUKTUR TEST TERDIRI DARI 9 SUBTEST, YAITU: 1. SE (Satzerganzung) 2. WA (Wortauswahl) 3. AN (Analogien) 4. GE (Gemeinsamkeiten) 5. RA (Renchenaufgaben) 6. ZR (Zahlen Reihen) 7. FA (Form Auswahl) 8. WU (Wurfel Aufgaben) 9. ME (Merk Aufgaben) KEMAMPUAN / ASPEK INTELEKTUAL YANG DIUKUR MELALUI INTELLIGENZ STRUKTUR TEST SUBTES KEMAMPUAN SUBTES 1 - SE Pembentukan keputusan (SATZERGANZUNG) Common sense / akal sehat WAKTU TES - 6 Penekanan pada praktis konkrit MENIT Pemaknaan realitas Berpikir mandiri SUBTES 2 - WA Daya simpan isi pengertian bahasa (WORTAUSWAHL) Rasa bahasa WAKTU TES – 6 Berpikir verbal yang integratif / induktif MENIT Komponen reseptif (menerima ) SUBTES 3 - AN Daya mengkombinasikan fleksibilitas atau (ANALOGIEN) kelincahan berpikir WAKTU TES – 7 Mendeteksi dan memindahkan MENIT (mentransfer hubungan-hubungan) Kejelasan dan konsekuen dalam berpikir Perlawanan/pertentangan terhadap penguraian yang bersifat mengira-ngira SUBTES 4 - GE (GEMEINSAMKEITEN) WAKTU TES - 8 MENIT Daya abstraksi verbal Pembentukan pengertian Berpikir logis dalam bentuk bahasa Subtes ini mengukur kemampuan menemukan ciri-ciri khas dari suatu obyek kemudian menyusunnya secara logis tentang suatu pengertian yang mencakup kekhasan obyek tersebut dengan memakai bahasa yang lazim. Kemampuan ini penting untuk memahami esensi dari pengertian yang dikandung dalam suatu kata, sehingga ditemukan kesamaan yang esensial dari beberapa kata-kata. Melalui subtes ini, juga diharapkan dapat diukur kemampuan subyek untuk bernalar secara logis. SUBTES 5 - RA (RENCHENAUFGABEN) WAKTU TES - 10 MENIT Berpikir praktis dalam masalah hitungan Berpikir logis-induktif Berpikir matematis Reasoning (daya nalar) Daya mengambil kesimpulan SUBTES 5 - RA (RENCHENAUFGABEN) WAKTU TES - 10 MENIT Subtes ini mengukur kemampuan memecahkan masalah praktis dengan berhitung. Subyek dituntut untuk bernalar secara logis, runtut dengan cara berhitung matematis. Diperkirakan pengalaman subyek turut berperan dalam memecahkan soal-soal ini. Orang yang memiliki pengalaman di bidang jual beli misalnya, jika memecahkan masalah penggunaan uang dalam proses jual beli atau dalam terminologi keuangan, akan lebih cepat dan biasa bernalar dalam konteks hitungan praktis, dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai pengalaman seperti itu. SUBTES 6 ZR (ZAHLEN REIHEN) WAKTU TES - 10 MENIT Berpikir teoretis dalam masalah hitungan Berpikir induktif dengan angka angka Kelincahan dalam berpikir Subtes ini mengukur kemampuan berhitung yang didasarkan pada pendekatan analitis atas informasi faktual dalam bentuk angka, sehingga ditemukan suatu teori atau pola mengenai hubungan antara angka-angka tersebut. Subyek juga dituntut untuk berpikir fleksibel, lincah dan mudah beralih dari satu cara ke cara lain jika mengalami hambatan. SUBTES 7 FA (FORM AUSWAHL) WAKTU TES - 7 MENIT Kemampuan membayangkan Daya mengamati dan memikirkan secara menyeluruh Subtes ini mengukur kemampuan imajinasi (bersifat visual) subyek yang ditampilkan dengan menggabungkan potongan-potongan suatu obyek visual secara konstruktif sehingga menghasilkan suatu bentuk seperti yang diharapkan. Kemampuan ini menunjukkan kreativitas subyek yang dibantu oleh kemampuan membayangkan atau mengamati secara menyeluruh. SUBTES 8 WU (WURFEL AUFGABEN) WAKTU TES - 9 MENIT Daya bayang ruang Kemampuan konstruktif teknis Subtes ini mengukur kemampuan analisis yang disertai dengan kemampuan membayangkan secara antisipatif terhadap perubahan keadaan ruang. Meliputi fungsi kreativitas dan kemampuan menyusun atau mengkonstruksikan perubahan, imajinasi dan fleksibilitas berpikir. SUBTES 9 ME (MERK AUFGABEN) WAKTU TES - 3 Menit Menghafal + 6 Menit Mengerjakan Soal Daya atensi Daya menyimpan kata-kata yang dipelajari Daya ingat Subtes ini mengukur mengukur daya ingat. Ingatan sangat berkaitan dengan perhatian, dan kemampuan mencamkan. Perasaan, emosi, harapan dan kemauan; juga berperan dalam fungsi ingatan. Tes Intelegensi Kolektif Indonesia (TIKI) T ES K ECERDASAN TES INTELEGENSI KOLEKTIF INDONESIA (TIKI) Pengembangan dan validasi dari serial TesIntelegensi Kolektif Indonesia (TIKI) dilakukan dalam rangka proyek pengembangan tes di Indonesia. Adapun proyek pengembangan tes ini meliputi konstruksi dan validasi dari tes intelegensi yang bersifat individu. Salah satu tes yang dikembangkan di awal adalah Tes Intelegensi Anak (TIA). Proses pengembangan test ini awalnya ditujukan pada siswa-siswa SD.Namunkemudian pengembangan tes-nya tidak hanya diperuntukan untuk anak-anak, tetapi juga dikembangkan alat tes intelegensi untuk Dewasa. TES INTELEGENSI ▪ Sampai saat ini sudah banyak tesinteligensi yang disusun oleh para ahli baik tesintelegensi untuk anak-anak maupun orang dewasa ▪ Tesinteligensi yang disajikan secara individual maupun secara kelompok, yang berupa tes verbal dan tes performansi ▪ Juga berkembang TesInteligensi untuk orang cacat khusus misalnya tuna rungu dan tuna netra. TES INTELEGENSI Beberapa bentuk tes inteligeni antara lain : 1. Tesinteligensi untuk anak-anak (tes Binet, WISC, WPPSI, CPM, CFIT skala 1 & 2, dan TIKI dasar). 2. Tesinteligensi untuk remaja - dewasa (TIKI menengah, TIKI tinggi, WAIS, SPM, APM, CFIT skala 3). 3. Tesinteligensi untuk tuna rungu(SON Test) Yang akan kita bahas lebih lanjut saat ini adalah alat Tes Intelegensi Kolektif Indonesia (TIKI) ▪ Pada awalnya, Joint partner dalam proyek kerjasama ini adalah Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran (UNPAD)Bandungdan “Department of Industrial and Organizational Psychology and TestDevelopment” yang merupakan bagian fakultas Psikologi “Vrije Universiteit” (UV) di Amsterdam, yang kemudian bernama “Laboratory of Psychodiagnostic and Industrial Psychological Research”. ▪ Penanggungjawab dalam proyek ini adalah Prof. Dr. P.J.D.Drent dari UV dan B. Dengah, Dipl. Psych. dari UNPAD. Dibantu oleh anggota tim riset (untuk TIKI ) adalah Drs. N. Bleichrodt dari UV, Soemarto, Dipl. Psych dan Drs. P. Poespadibrata dari UNPAD. Kelima orang inilah yang merupakan penulis dari tes TIKI tersebut. TES INTELIGENSI KOLEKTIF INDONESIA (TIKI) Merupakan tes intelegensi yang disusun di Indonesia ini merupakan kerjasama antara ahli Indonesia dan Belanda, bertujuan untuk mengungkap inteligensi dengan standar Indonesia. Tes ini dapat diberikan secara individual dan kelompok. Tes ini terdiri dari tiga kelompok yaitu : ▪ TIKI Dasar (TIKI-D) untuk Sekolah Dasar sampai SMP kelas II ▪ TIKI Menengah (TIKI-M) untuk siswa SMP kelas III dan SMA ▪ TIKI Tinggi (TIKI-T) untuk mahasiswa dan orang dewasa. TIKI MENENGAH Terdiri dari 12 subtes : 1. Berhitung Angka (8 menit) (TIKI-M) 2. Gabungan Bagian (8 menit) 3. Hubungan Kata (6 menit) Untuk lebih lanjut kita akan membahaslebih detil 4. Eksklusi Gambar (5 menit) 5. Berhitung Soal (10 menit) tentang alat tes TIKI-M sebagai salah satu alat 6. Meneliti (4 menit) Tes yang digunakan di lingkungan Fakultas 7. Membentuk Benda (6 menit) Psikologi Maranatha. Pemberian Tes TIKI 8. Eksklusi Kata (6 menit) biasanya dibuat dalam rangkaian tes psikologi 9. Bayangan Cermin (10 menit) (battery test). Diawali dengan pemberian 10. Berhitung Huruf (8 menit) Riwayat Hidup untuk menggali data dari 11. Membandingkan Benda (5 menit) responden yang akan kita tes. 12. Pembentukan Kata (5 menit) WONDERLIC PERSONNEL TEST (WPT) MANFAAT WPT Fokus bahasan: WPT-R/ dikenal sebagai WPT saja (di Indonesia) WPT ITU MENGUKUR? “general mental ability, widely accepted as being one of the single best predictors of job success. It helps measure a candicate’s ability to understand instructions, learn, adapt, solve problems, and handle the mental demands of the positions” 4 TIPE PERTANYAAN DALAM WPT 4 TIPE PERTANYAAN DALAM WPT Contoh : Bulan ke sembilan dalam tahun adalah... 1.Juli 2.Agustus 3.September 4.Oktober 5.Desember Jawaban : September 4 TIPE PERTANYAAN DALAM WPT Logic questions Pertanyaan ini lebih (20%) “tricky”, dirancang untuk mengukur kemampuan Contoh: Jika dua pernyataan ini adalah benar, dalam menjawab apakah apakah pernyataan terakhir juga benar? suatu pernyataan itu James membelikan Thomas minuman benar atau salah dalam Thomas membelikan Suzette minuman. kondisi spesifik berdasarkan aturan James membelikan Suzette minuman tertentu, hal sama juga 1.Betul berlaku dalam spatial 2.Salah reasoning dan 3.Tidak Tentu manipulation exercises. Jawaban : Tidak Tentu 4 TIPE PERTANYAAN DALAM WPT Contoh : Kata “benevolant” dan “magnanimous” memiliki... arti. 1.Persamaan 2.Perlawanan 3.Tidak Berhubungan Jawaban : Persamaan 4 TIPE PERTANYAAN DALAM WPT Contoh : four friends go to a local restaurant for dinner. Ini merupakan test After finishing their meal, they decide to split the check yang paling banyak total evently among the four of them. Friend N had a bill menghabiskan waktu of 50 dollar, friend X had a bill of 35 dollar, friend Y had a dan menantang. Test bill of 20 dollar and friend Z had a bill of 15 dollar. How ini mengukur much money does friend Z have to spend on dinner when the friends split the check evenly then if they paid for algebraic knowlede their bills individually? dan computational 1.35 dollar skills. Testee tidak 2.30 dollar boleh menggunakan 3.25 dollar kalkulator,tapi dapat 4.20 dollar 5.15 dollar memakai pensil dan mengkotret untuk Jawaban : 15 dollar mengerjakan persoalan ini. Median Job Applicant Scores for Selected Occupations Position Score Position Score Chemist 31 Clerk, order 22 Engineer, Electrical 30 Foreman 22 Manager, General 30 Clerical, General 21 Administrator 29 Police, Patrol Officer 21 Computer programmer 29 Receptionist 21 Adjuster, Claims 28 Typist 21 Librarian 27 Labor, Unskilled 20 Manager Trainee 27 Mechanic, helper 19 Writer, News 26 Maintenance 18 Office, General 24 Guard, security 17 Sales, General 24 Nurse's aide 17 Cashier 24 Assembler 16 Secretary 24 Packer 15 Drafter 23 Warehouse Person 15 Bank Teller 22 Maid/Matron 11 This relationship was confirmed in a study by Mc Cormick, Mecham and Jeanneret (1989) WPT Correlated with PAQ (r multy values 1970.81; 1983,.79; combined.82) ▪ TABEL INI MERUPAKAN TABEL YANG MENGGAMBARKAN KECOCOKAN PEKERJAAN BERDASARKAN TOTAL SCORE WPT YANG DIDAPAT. CATATAN PENTING WPT merupakan test singkat, dari test tersebut dapat diketahui IQ testee, tapi tidak dapat merinci aspek apa yang menjadi kekuatan/ kelemahan ybs. Dengan demikian, penggunaan test ini sebaiknya tidak berdiri sendiri, karena informasi yang diperoleh cenderung terbatas. DAFTAR PUSTAKA Chamorro-Premuzic, Tomas & Adrian Furnham. (2008). Personality, Intelligence and Approaches to Learning as Predictor of Academic Performance. Personality and Individual Differences 44, 1596 – 1603. Hawkins, Keith A., Stephen V. Faraone, John R. Pepple, Larry J. Seidman dan Ming T. Tsuang. (1990). WAIS-R Validation of the Wonderlic Personnel Test as a Brief Intelligence Measure in a Psychiatric Sample. Psychological Assessment: A Journal of Consulting and Clinical Psychology Vol. 2, No. 2, 198 – 201. McKELVIE, Stuart. (1989). The Wonderlic Personnel Test: Reliability and Validity in an Academic Setting. Psychological Reports 65, 161 – 162. Hollis, Alex. (2017). Beat The Wonderlic Personnel Test: The Complete Guide to the Wonderlic Personnel Test (WPT-Q & WPT-R). Beat the Wonderlic. Wonderlic, Eldon F. & Carl I Hovland. (1939). The Personnel Test: A Restandardized Abridgment of the Otis S-A Test for Business and Industrial Use. Journal of Applied Psychology, 23 (6), 685 – 702. Tes K e c e r d a s a n Raven’s Progressive Matrices & Figure Reasoning Test Tes K e c e r d a s a n Raven’s Progressive Matrices (RPM) RAVEN’S PROGRESSIVE MATRICES ▪ Raven’s Progressive Matrices diciptakan oleh J.C Raven pada tahun 1938. ▪ Tes ini mula-mula dikembangkan di Inggris dan secara luas dipergunakan dalam lingkungan angkatan bersenjata Inggris pada Perang Dunia II ▪ Merupakan tes non-verbal yang mengukur kemampuan penalaran berdasarkan rangsangan tes mengenai bentuk (figural). ▪ Tes ini dapat diadministrasikan secara individual atau kelompok. RAVEN’S PROGRESSIVE MATRICES ▪ Tes ini secara umum mengukur general factor, sedangkan sebagian kecil mengukur spatial aptitude, inductive reasoning, dan perceptual accuracy. ▪ Tes ini mengukur kemampuan untuk membuat perbandingan, melakukan penalaran melalui analogi, dan untuk mengorganisasikan persepsi spatial kedalam bentuk keseluruhan yang terkait secara sistematis. ▪ Tes ini juga dirancang untuk mengukur kemampuan untuk mengerti dan melihat hubungan antara bagian-bagian gambar yang disajikan serta mengembangkan pola berpikir yang sistematis. Raven’s Progressive Matrices memiliki 3 bentuk berbeda: 1. COLOURED PROGRESSIVE MATRICES (CPM), CPM terdiri dari 36 soal yang dikelompokkan ke dalam tiga seri, A, Ab, dan B. tes ini dapat dipergunakan untuk anak usia 5-11 tahun, anak yang mengalami hambatan mental, dan orang lanjut usia. 2. STANDARD PROGRESSIVE MATRICES (SPM), umumnya digunakan untuk usia 6 sampai dengan 17 tahun, meski demikian dapat juga digunakan untuk individu dewasa. SPM terdiri dari 60 soal yang dikelompokkan ke dalam lima seri, A, B, C, D, dan E. 3. ADVANCED PROGRESSIVE MATRICES (APM), ▪ Disusun pertama kali pada tahun 1943. Revisi dilakukan pada tahan 1947 dan 1962, tes ini dapat dipergunakan untuk orang normal tanpa batasan waktu. ▪ Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan observasi dan ‘clear thinking’. Hanya saja, jika tes ini dipergunakan dengan batasan waktu (selama 40 menit), berarti untuk mengukur kecepatan dan ketetapan kemampuan intelektual. ▪ APM terdiri atas dua bagian. Bagian I terdiri dari 12 soal, sedangkan bagian II terdiri dari 36 soal. Biasanya tes ini dipergunakan untuk subyek yang berusia di atas 11 tahun. Tes K e c er das a n Figure Reasoning Test (FRT) FIGURE REASO NI NG TEST ▪ Tes ini dikembangkan oleh L.L. Thurstone, merupakan salah satu tes intelegensi yang mengukur G-Factors (General Ability) dari seorang individu. ▪ Tes ini merupakan tes yang bebas dari pengaruh budaya (culture free), karena tidak mensyaratkan kemampuan berbahasa, bahkan orang yang buta aksara maupun bisu-tuli dapat menggunakan tes ini dengan menggunakan instruksi yang menggunakan bahasa isyarat. ▪ Tes ini dapat diadministrasikan secara individual atau kelompok. FIGURE REASO NI NG TEST ▪ Tes ini terdiri dari 45 item yang tersusun berdasarkan tingkat kesukaran (mulai dari item yang mudah sampai item yang sukar) ▪ Tes ini merupakan tes speed test, karena karena menekankan pada banyaknya soal yang dapat dikerjakan dalam satu waktu tertentu. Waktu pengerjaan tes ini adalah 25-30 menit. FIGURE REASONING TEST ▪ Tes ini disusun untuk menganalisa kecepatan berpikir dari seorang individu ▪ Cara mengerjakan tes ini bersifat bebas, tidak harus dikerjakan secara berurutan, sehingga seluruh persoalan dikerjakan melalui proses berpikir yang dapat dianalisa. ▪ Skor atau total nilai yang didapatkan dari tes ini menggambarkan kedudukan atau grade seorang individu dibandingkan norma yang digunakan. ▪ Item-item dalam Tes FRT tersusun dalam kategori berikut : ✓ Item 1-15 menggambarkan cara berpikir asosiatif ✓ Item 16-30 menggambarkan kemampuan aosiatif dan sistesis ✓ Soal 31-45 menggambarkan cara berpikir asosiatif, sintesis, analisis, konstruktif dan struktural ▪ Secara umum, aspek kecerdasan yang terukur melalui Tes FRT adalah kemampuan berpikir konkrit praktis (menggambarkan taraf penggunaan reasoning), analisa masalah (mencerminkan cara individu menghadapi masalah), dan analisa sintesa (melihat cara individu dalam mengambil keputusan). Raven’s Progressive Matrices (RPM) Figure Reasoning Test (FRT) The Cattle Culture-Fair Intelligence Test (CFIT) 01 Raven’s Progressive Matrices (RPM) RPM Raven’s Progressive Matrices Merupakan tes non-verbal yang diciptakan oleh J.C Raven pada mengukur kemampuan penalaran tahun 1938. berdasarkan rangsangan tes mengenai bentuk (figural). Tes ini mula-mula dikembangkan di Inggris dan secara luas Tes ini dapat diadministrasikan dipergunakan dalam secara individual atau kelompok. lingkungan angkatan bersenjata Inggris pada Perang Dunia II. RPM Tes ini secara umum mengukur general factor, sedangkan sebagian kecil mengukur spatial aptitude, inductive reasoning, dan perceptual accuracy. Tes ini mengukur kemampuan untuk membuat perbandingan, melakukan penalaran melalui analogi, dan untuk mengorganisasikan persepsi spatial kedalam bentuk keseluruhan yang terkait secara sistematis. Tes ini juga dirancang untuk mengukur kemampuan untuk mengerti dan melihat hubungan antara bagian-bagian gambar yang disajikan serta mengembangkan pola berpikir yang sistematis. Terdapat 3 bentuk RPM: COLOURED PROGRESSIVE MATRICES (CPM), STANDARD PROGRESSIVE MATRICES (SPM), dan ADVANCED PROGRESSIVE MATRICES (APM). COLOURED PROGRESSIVE MATRICES (CPM) CPM terdiri dari 36 soal yang dikelompokkan ke dalam tiga seri, A, Ab, dan B. tes ini dapat dipergunakan untuk anak usia 5-11 tahun, anak yang mengalami hambatan mental, dan orang lanjut usia. STANDARD PROGRESSIVE MATRICES (SPM) Umumnya digunakan untuk usia 6 sampai dengan 17 tahun, meski demikian dapat juga digunakan untuk individu dewasa. SPM terdiri dari 60 soal yang dikelompokkan ke dalam lima seri, A, B, C, D, dan E. ADVANCED PROGRESSIVE MATRICES (APM) Disusun pertama kali pada tahun 1943. Revisi dilakukan pada tahan 1947 dan 1962, tes ini dapat dipergunakan untuk orang normal tanpa batasan waktu. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan observasi dan ‘clear thinking’. Hanya saja, jika tes ini dipergunakan dengan batasan waktu (selama 40 menit), berarti untuk mengukur kecepatan dan ketetapan kemampuan intelektual. APM terdiri atas dua bagian. Bagian I terdiri dari 12 soal, sedangkan bagian II terdiri dari 36 soal. Biasanya tes ini dipergunakan untuk subyek yang berusia di atas 11 tahun. 02 Figure Reasoning Test (FRT) FRT Tes ini dikembangkan oleh L.L. Thurstone, merupakan salah satu tes intelegensi yang mengukur G-Factors (General Ability) dari seorang individu. Tes ini merupakan tes yang bebas dari pengaruh budaya (culture free), karena tidak mensyaratkan kemampuan berbahasa, bahkan orang yang buta aksara maupun bisu-tuli dapat menggunakan tes ini dengan menggunakan instruksi yang menggunakan bahasa isyarat. Tes ini dapat diadministrasikan secara individual atau kelompok. FRT Tes ini terdiri dari 45 item yang tersusun berdasarkan tingkat kesukaran (mulai dari item yang mudah sampai item yang sukar) Tes ini merupakan tes speed test, karena karena menekankan pada banyaknya soal yang dapat dikerjakan dalam satu waktu tertentu. Waktu pengerjaan tes ini adalah 25-30 menit. FRT Tes ini disusun untuk menganalisa kecepatan berpikir dari seorang individu. Cara mengerjakan tes ini bersifat bebas, tidak harus dikerjakan secara berurutan, sehingga seluruh persoalan dikerjakan melalui proses berpikir yang dapat dianalisa. Skor atau total nilai yang didapatkan dari tes ini menggambarkan kedudukan atau grade seorang individu dibandingkan norma yang digunakan. FRT Item-item dalam Tes FRT tersusun dalam kategori berikut: Item 1-15 menggambarkan cara berpikir asosiatif Item 16-30 menggambarkan kemampuan asosiatif dan sistesis Item 31-45 menggambarkan cara berpikir asosiatif, sintesis, analisis, konstruktif dan struktural Secara umum, aspek kecerdasan yang terukur melalui Tes FRT adalah kemampuan berpikir konkrit praktis (menggambarkan taraf penggunaan reasoning), analisa masalah (mencerminkan cara individu menghadapi masalah), dan analisa sintesa (melihat cara individu dalam mengambil keputusan). 03 The Cattle Culture-Fair Intelligence Test (CFIT) CFIT Raymond B. Cattell berusaha untuk mengembangkan tes inteligensi yang bebas dari budaya (culture fair) atau tes IQ yang dapat memisahkan antara faktor lingkungan dengan faktor bawaan. Cattell menciptakan CFIT atau Culture Fair Intelligece Test (Cattell Culture Fair Test – CCFT). Pertamakali dipublikasikan pada 1944 dan merupakan tes yang pertama kali berusaha untuk mengembangkan pengukuran inteligensi yang bebas dari pengaruh-pengaruh budaya. Dasar Pengembangan dari alat tes ini adalah Cattell beranggapan bahwa setiap individu memiliki general intelligence (g) yang terdiri dari fluid intelligence (gf) dan crystallized intelligence (gc). CFIT – Fluid Intelligence Fluid intelligence tersusun berdasarkan kemampuan-kemampuan nonverbal, yang tidak bergantung pada paparan (exposure) di seting tertentu seperti sekolah atau pengalaman lainnya sehingga dapat dianggap culture-free. Fluid intelligence merupakan gambaran umum dari kapasitas mental untuk melakukan problem solving, teutama pada situasi yang baru/ asing/ unik. Fluid Intelligence dianggap lebih mendasar dan akan nampak (bisa diamati) dalam tes yang membutuhkan individu memberikan respon pada situasi yang benar- benar baru. Sebelum individu mencapai kematangan biologis, perbedaan antara gf dan gc dari individu terutama dikarenakan perbedaan dari fungsi dalam kesempatan (sesuai budaya yang berlaku) dan minat. karena jarak antara gc dan gf cenderung meningkat seiring bertambah usia dikarenakan faktor pengalaman (pengalaman akan meningkatkan gc, di sisi lain berdasarkan penelitian terlihat bahwa seiring dengan bertambahnya usia berdampak pada penurunan gf). CFIT – Crystallized Intelligence Crystalized intelligence merujuk pada keterampilan-keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh, merefleksikan pengalaman pendidikan yang spesifik, oleh karena itu dianggap sebagai culture related (R. B. Cattell, 1963; 1987). Crystalized intelligence merujuk pada aspek dari kognisi yang telah “mengkristal” sebagai kebiasaan (habits). Crystalized intelligence berkembang melalui penggunaan fluid intelligence, dan keduanya memiliki hubungan korelasi yang tinggi. CFIT Memiliki 3 skala (“scale” – terminasi yang memang dipakai dalam tes). Skala I Skala II Skala III Digunakan untuk: usia 4 – 8 Digunakan untuk: usia 8 Digunakan untuk: siswa tahun; terdiri dari 8 subtest – 12 tahun dan orang SMA dan “superior adult” yang meliputi: maze, dewasa pada copying of symbols, identifying similar drawings, umumnya (“average dan bentuk-bentuk tugas adult”) nonverbal lainnya. CFIT Skala II maupun III terdiri dari 4 subtest, yaitu: 1. Series subtest: responden diminta untuk melengkapi rangkaian gambar dengan cara memilih gambar yang tepat diantara opsi yang diberikan. 2. Clasification subtest: responden diminta untuk memilih gambar yang berbeda dari gambar lainnya. 3. Matrices subtest: responden diminta untuk melengkapi matrix atau pola tertentu. 4. Conditions subtest: responden diminta untuk mengidentifikasi gambar geometric yang memenuhi/ sesuai dengan kondisi tertentu. Terdapat dua bentuk yang dipakai, yaitu bentuk A dan bentuk B, keduanya dikombinasikan dan diadministrasikan sebagai satu skala dalam proses standarisasi. Menurut Karnes, May dan Lee (1982) skor antara form A dan B memiliki nilai korelasi sebesar 0,59 (dengan sampel anak-anak yang berasal dari keluarga dengan kesulitan ekonomi). CFIT Culture Fair Intelligence Test dapat diadministrasikan baik secara individual maupun kelompok. Berdasarkan Surat Keputusan No. 24/SK/PP-HIMPSI/VIII/18 tentang Klasifikasi Tes Psikologi, CFIT masuk dalam kategori C. CFIT sebagai Alat Tes Kategori C 1. Membutuhkan beberapa pengetahuan tentang konstruksi tes dan prosedur tes untuk penggunaannya dan didukung oleh pengetahuan dan Pendidikan Psikologi seperti statistik, perbedaan individu dan bimbingan konseling (Kode Etik HIMPSI, 2010) 2. Mensyaratkan pemahaman prinsip psikometri (reliabilitas, validitas, konstruksi tes), pengetahuan (teori, faktor yang diukur, dan bidang ilmu yang terkait dengan tes) dan keahlian (administrasi, skoring, dan intepretasi) melalui Pendidikan formal dari Universitas yang terakreditasi. 3. Dilakukan oleh minimal sarjana dengan kualifikasi tersebut melalui pelatihan terkait alat tes dibawah supervisi psikolog yang berpengalaman pada tes tersebut. 4. Skoring dapat dilakukan oleh mahasiswa dibawah supervisi psikolog. 5. Intepretasi hanya dapat dilakukan oleh psikolog yang menguasai teori dan keahlian tes terkait. 6. Intepretasi dibuat untuk pengkategorian individu, dilakukan dengan supervisi psikolog, seperti pada tes inteligensi dan profil kepribadian pada tes inventori. Pro dan Kontra CFIT PRO 3. CFIT memiliki hasil lebih baik untuk 1. Dapat menjawab isu-isu terkait mengukur inteligensi kelompok dengan teori dan konteks sosial, minoritas dibandingkan WISC-R serta masalah praktikal. Sebagai karena dianggap mengurangi efek contoh: proses pengadilan bagi dari culture bias dan memberikan anak juvenile seringkali hasil yang lebih akurat mengenai membutuhkan screening gambaran kapasitas intelektual mengenai kemampuan kelompok minoritas. intelektual dari populasi yang diwakili oleh kelompok minoritas. KONTRA 2. CFIT dapat digunakan pada 1. Marquart & Bailey (1955) kelompok minoritas juvenile memberikan agrumen mengenai delinquents kulit hitam dan kinerja pada aitem dari Skala I hispanic dibandingkan alat Tes sebenarnya dipengaruhi oleh WISC-R (Smith, Hays, dan Solway, status sosial ekonomi, sama 1977) seperti pengukuran verbal pada tes Stanford-Binet Contoh CFIT Skala 3