Bab 2 - Pembangunan Wilayah, Revolusi Industri PDF

Document Details

EnjoyableSamarium5266

Uploaded by EnjoyableSamarium5266

SMA Labschool Kebayoran

2022

Budi Handoyo

Tags

peta konsep pembangunan wilayah revolusi industri geografi

Summary

Buku ini, diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan, Ke budayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, membahas pembangunan wilayah, revolusi industri, dan pengaruhnya terhadap ruang muka bumi serta kesejahteraan. Buku ini termasuk topik seperti paradigma pembangunan, revolusi industri 4.0, dan pembangunan yang berkelanjutan. Materi ini cocok untuk siswa SMA/MA kelas XII.

Full Transcript

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, 2022 Geografi untuk SMA/MA Kelas XII Penulis: Budi Handoyo ISBN: 978-602-427-914-1 (jil.2) Bab 2 Pembangunan Wilayah, Revolus...

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, 2022 Geografi untuk SMA/MA Kelas XII Penulis: Budi Handoyo ISBN: 978-602-427-914-1 (jil.2) Bab 2 Pembangunan Wilayah, Revolusi Industri, dan Pengaruhnya terhadap Ruang Muka Bumi dan Kesejahteraan Apa pembangunan itu? Bagaimana teori dan paradigma pembangunan? Apa dan bagaimana Revolusi Industri 4.0? Bagaimana pengaruh pembangunan dan revolusi industri terhadap perubahan ruang dan kesejahteraan? Bab 2 - Pembangunan Wilayah, Revolusi Industri, dan 93 Pengaruhnya terhadap Ruang Muka Bumi dan Kesejahteraan Tujuan Pembelajaran Setelah membaca dan mengikuti kegiatan belajar dalam buku ini diharapkan kalian mampu: 1. Menjelaskan konsep pembangunan. 2. Menerapkan konsep pembangunan. 3. Mengidentifikasi masalah dampak pembangunan. 4. Menelaah perubahan ruang permukaan bumi sebagai dampak pembangunan, interaksi keruangan, dan bencana. 5. Menganalisis perubahan perilaku keruangan pada era Revolusi Industri 4.0 dan Masyarakat 5.0. 6. Mengevaluasi implementasi pembangunan dalam konteks kewilayahan. 7. Merancang secara sederhana pembangunan wilayah berkelanjutan. Kata Kunci pendekatan pembangunan - paradigma pembangunan - indikator keberhasilan pembangunan - revolusi industri - kesejahteraan 94 Geografi untuk SMA/MA Kelas XII Peta Konsep Berwawasan Kependudukan Berwawasan Lingkungan Pendekatan Pembangunan Pembangunan Berkelanjutan Pembangunan Berpusat Manusia Top Down Paradigma Pembangunan Perubahan Bottom Up Rumah Tinggal Pertumbuhan Ekonomi Indikator Keberhasilan Pemerataan Distribusi Moda Transportasi Pendapatan Pembangunan Pembangunan Wilayah Indeks Kualitas Hidup Kegiatan Sosial Ekonomi R I 1.0 Pemanfaatan Energi R I 2.0 Mitigasi Becana Revolusi R I 3.0 Industri/RI R I 4.0 R I 5.0 Kesejahtraan Indeks Kesejahtraan Bab 2 - Pembangunan Wilayah, Revolusi Industri, dan 95 Pengaruhnya terhadap Ruang Muka Bumi dan Kesejahteraan Gambar 2.1 Jakarta Kota Terbaik Dunia dalam Inovasi Transportasi Sumber: smartcity.jakarta.go.id/Amira Sofa (2022) Pada bab sebelumnya, kalian telah mempelajari pengembangan wilayah, tata ruang, dan pengaruhnya terhadap kebahagiaan. Berbagai prinsip dan teori pengembangan wilayah telah kalian pelajari. Demikian pula konsep kebahagiaan dan indikatornya telah kalian kenali. Belajar pengembangan wilayah dan tata ruang tentu amat menarik, karena objek yang kita pelajari terkait dengan lokasi kalian tinggal. Pengetahuan ke arah mana wilayah kalian tinggal dikembangkan dan peruntukannya menjadi sangat penting agar kalian dapat menentukan tindakan terbaik. Kalian juga dapat menjadi pengamat apakah peruntukan tata ruang sudah benar. Menarik, bukan? Pada pembahasan berikut, kalian akan diajak untuk mempelajari topik pembangunan wilayah, revolusi industri, dan pengaruhnya terhadap perubahan ruang muka bumi dan kesejahteraan. Tentu topik ini menarik untuk kalian pelajari. Kalian tinggal di suatu wilayah kabupaten atau kota yang berkembang secara dinamis. Revolusi industri yang sudah mencapai tahap revolusi 4.0 turut berdampak terhadap perilaku keruangan penduduk. Jika di era sebelumnya mobilitas penduduk secara fisik amat tinggi, di era Revolusi Industri 4.0 ini berkurang secara drastis. Kegiatan penduduk dapat dilakukan dengan work from home (WFH). Tentu perubahan tersebut akan berpengaruh besar terhadap bidang transportasi, kuliner, dan sebagainya. 96 Geografi untuk SMA/MA Kelas XII A. Pengertian, Paradigma, Pendekatan, dan Indikator Pembangunan Istilah pembangunan tentu bukan hal asing bagi kalian. Istilah tersebut sering diperdengarkan dalam pemberitaan media massa atau percakapan sehari- hari di sekolah dan keluarga. Misalnya pembangunan jalan, gedung sekolah, gedung pemerintah, waduk, lampu jalan, sumur resapan, saluran irigasi, dan masih banyak lagi pembangunan fisik lainnya. Tidak hanya pembangunan fisik, pembangunan nonfisik atau manusia juga sering kita dengarkan dari berbagai sumber. Misalnya ada istilah pembangunan manusia seutuhnya, peningkatan kualitas pendidikan masyarakat, kesehatan, peningkatan kesadaran beragama, keterampilan big data, artificial intelligence, pembangunan demokrasi, dan lain-lain. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa pembangunan tidak hanya menyangkut aspek fisik, tetapi juga aspek nonfisik. Apa arti pembangunan, teori dan paradigma pembangunan, aspek pembangunan, revolusi industri, dan kesejahteraan akan dibahas dalam bab ini. Berikut definisi pembangunan yang dikemukakan oleh Pembangunan merupakan usaha yang para ahli. dilakukan secara sadar, terencana, dan berkelanjutan menuju kehidupan yang lebih baik dari segi material-spiritual, SID/Society for International fisik-nonfisik, dan aspek kehidupan Development (2021) lainnya. Pembangunan adalah suatu proses Purwaningsih (2008) yang menciptakan pertumbuhan, kemajuan, perubahan positif atau Pembangunan merupakan proses penambahan komponen fisik, ekonomi, mewujudkan tujuan atau cita- lingkungan, sosial, dan demografi. cita suatu negara dengan tujuan mensejahterakan dan memakmurkan Purba et al. (2021) masyarakatnya secara merata dan adil. Pembangunan merupakan proses Cambridge Dictionary transformasi suatu masyarakat menuju kondisi yang dicita-citakan dengan Pembangunan adalah proses di mana memperhatikan aspek perubahan dan seseorang atau sesuatu tumbuh atau keberlanjutan yang akan mendukung berubah dan menjadi lebih maju dari perkembangan masyarakat. sebelumnya. Rosana (2018) Bab 2 - Pembangunan Wilayah, Revolusi Industri, dan 97 Pengaruhnya terhadap Ruang Muka Bumi dan Kesejahteraan 1. Pengertian Pembangunan Kata yang sering kali digunakan untuk menunjukkan pembangunan adalah perubahan. Namun, tentu tidak setiap perubahan dapat dikatakan pembangunan. Secara sederhana, perubahan yang mengarah pada kebaikan dari keadaan sebelumnya adalah pembangunan (constructive), sedangkan perubahan yang menuju keburukan lebih tepat disebut perusakan (destructive). Beberapa definisi pembangunan menurut para ahli di atas menggambarkan bahwa (1) pembangunan merupakan suatu proses yang di dalamnya ada pertumbuhan, kemajuan, dan perubahan positif. Pembangunan mensyaratkan pertumbuhan, terutama pertumbuhan ekonomi yang positif dan juga kemajuan di berbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, sosial, keagamaan, dan lain-lain. (2) Pembangunan juga menggambarkan perubahan yang lebih menyeluruh. Bukan hanya perubahan fisik, tetapi juga perubahan nonfisik. (3) Pada ujungnya pembangunan bertujuan menyejahterakan kehidupan warga suatu bangsa dalam mencapai cita-cita. Dari uraian di atas, pembangunan dapat diartikan sebagai usaha untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan dan kemajuan kehidupan suatu masyarakat. Kesejahteraan dan kemajuan menjadi dua titik penting yang hendak dicapai dalam pembangunan secara simultan. Sejahtera yang maju dan maju yang sejahtera merupakan gambaran di ujung pembangunan. 2. Paradigma Pembangunan Setelah teori pembangunan kalian bahas, topik yang menantang selanjutnya adalah paradigma pembangunan. Seperangkat kepercayaan dasar yang menuntun dan mengarahkan tindakan yang perlu diambil berkaitan dengan ilmu pengetahuan disebut paradigma (Guba, 1990). Dalam pembangunan, paradigma memiliki fungsi yang penting sebagai kerangka pikir, tolok ukur, acuan, parameter, arah, dan tujuan pembangunan. Oleh karena itu, paradigma pembangunan perlu dimiliki untuk menetapkan kebijakan arah pembangunan ke depan agar sesuai dengan tujuannya, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ada dua paradigma pembangunan yang lazim digunakan pemerintah dalam membangun masyarakat. Pertama, paradigma pendekatan dari atas (top-down). Paradigma tersebut menghasilkan program-program yang memiliki tanggung jawab sosial yang hanya berfokus pada pelaksana (pemerintah dan lembaga terkait) serta kelompok tertentu. Sekalipun program atau 98 Geografi untuk SMA/MA Kelas XII rencana didasarkan pada “analisis kebutuhan” masyarakat, penilaian hanya berdasarkan survei dan penelitian yang tidak melibatkan masyarakat secara berarti. Pola pendekatan ini sering kali menimbulkan permasalahan, seperti terjadinya ketidakcocokan antara peneliti dengan pelaksana, masyarakat hanya berperan sebagai objek, serta ketidaktahuan masyarakat terkait proses pembangunan yang dilakukan (Parr, 2003). Selain itu, banyak menimbulkan persoalan seperti ketidakberhasilan program dan ketidaksesuaian dengan kebutuhan masyarakat lokal (Handoko, 2017). Paradigma pendekatan top-down ini semakin kurang digunakan dan masyarakat beralih menggunakan pendekatan yang lain. Kedua, paradigma pendekatan dari bawah (bottom-up). Paradigma ini belakangan banyak diikuti pemerintah selaku pelaksana. Paradigma kedua ini berkembang pesat sejak rezim otoritarian mulai berjatuhan, digantikan rezim yang demokratis sekitar tahun 1990-an. Pendekatan paradigma ini merupakan modifikasi dan reaksi dari pendekatan pembangunan sebelumnya. Paradigma baru ini membuka peluang yang luas bagi pemerintah dan masyarakat untuk terlibat secara bersama-sama dalam proses pembangunan. Paradigma bottom-up akan membantu tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat sehingga kesenjangan ekonomi dan sosial menjadi berkurang. Paradigma ini juga memberikan wadah penting dengan adanya forum “komunikasi pembangunan” sehingga pelaksana dapat melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Pemanfaatan forum dalam pendekatan ini bertujuan untuk memperluas pengetahuan dan mengubah perilaku masyarakat untuk mencapai peningkatan kesejahteraan. Melalui pembangunan bottom- up, forum “komunikasi pembangunan” dinilai lebih efektif dan memposisikan masyarakat sebagai subjek daripada sebagai target pembangunan/objek (Fardiah, 2005). Planning Top–Down The Vision Executing Bottom–Up Gambar 2.2 Paradigma Pembangunan Bab 2 - Pembangunan Wilayah, Revolusi Industri, dan 99 Pengaruhnya terhadap Ruang Muka Bumi dan Kesejahteraan Terapkan Konsep Lakukan kegiatan belajar sebagai berikut. Ada beberapa paradigma pembangunan yang dapat digunakan sebagai acuan membangun daerah atau kota. Paradigma mana yang digunakan untuk membangun daerah tempat tinggal kalian? Berikan argumentasinya. 3. Pendekatan-Pendekatan Pembangunan Pembangunan merupakan fenomena yang kompleks dan dinamis. Dalam skala besar, pembangunan nasional memiliki banyak aspek yang saling terkait di dalamnya. Ada aspek ekonomi, sosial, politik, pertahanan, dan keamanan yang saling terkait. Perwujudan pembangunan harus mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi, kondisi sosial yang kondusif, stabilitas politik, dan juga stabilitas pertahanan dan keamanan. Dalam skala kecil, pembangunan di lingkungan masyarakat setempat juga harus mempertimbangkan keadaan masyarakat, ketersediaan bahan material, tenaga kerja, dan sebagainya. Oleh karena itu, diperlukan cara pandang/pendekatan yang tepat dalam mewujudkan pembangunan. Ada beberapa pendekatan pembangunan yang dapat dipilih untuk mewujudkan pembangunan. Dalam buku ini disajikan empat pendekatan pembangunan, yaitu pembangunan berwawasan kependudukan, pembangunan berwawasan lingkungan, pembangunan berkelanjutan, dan pembangunan berpusat pada manusia. Keempat pendekatan tersebut akan diuraikan sebagai berikut. a. Pembangunan Berwawasan Kependudukan (Population Based Development) Pendekatan Pembangunan Berwawasan Kependudukan (PBK) adalah pembangunan sumber daya manusia. Pendekatan berbasis kependudukan berorientasi pada partisipasi penduduk dan peningkatan kualitas penduduk sebagai tujuan pembangunan. Dengan peningkatan kualitas penduduk sebagai sumber daya manusia yang besar, maka akan menekan laju pertambahan penduduk dan meningkatkan kualitas penduduk menuju masyarakat yang lebih sejahtera. Peningkatan kualitas penduduk akan meningkatkan pendapatan negara (GNP) untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan kelaparan (Tjiptoherijanto, 2000). 100 Geografi untuk SMA/MA Kelas XII PBK menempatkan penduduk sebagai titik sentral. Penduduk menjadi subjek sekaligus objek dalam pembangunan. Pembangunan lebih menekankan pada peningkatan sumber daya manusia dibandingkan dengan peningkatan infrastruktur semata-mata. Pembangunan berwawasan kependudukan itu sendiri merupakan pembangunan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dalam hal ini rakyat merupakan penduduk yang berpengaruh terhadap pembangunan Jalal, 2014). 1) Latar Belakang Pembangunan Berwawasan Kependudukan Permasalahan kependudukan yang terjadi di negara berkembang bersifat kompleks dan multidimensional. Persoalan kependudukan masih berbelit-belit antara pengendalian kuantitas, peningkatan kualitas, pembangunan keluarga, persebaran, dan pengarahan mobilitas penduduk. Permasalahan lain yang turut serta ialah administrasi kependudukan dengan dinamika pembangunan, seperti kemiskinan, pemenuhan pangan, pembukaan lapangan kerja, kesenjangan sosial, dan pengendalian dampak lingkungan. Tanpa perhatian dan perencanaan yang memadai, upaya pembangunan dalam mencapai perbaikan kesejahteraan penduduk kemungkinan terancam gagal. Berbagai temuan empiris menunjukkan bahwa kemajuan bangsa sangat ditentukan oleh kualitas penduduknya, bukan oleh kekayaan sumber daya alamnya. Oleh karena itu, aspek kependudukan merupakan faktor yang sangat strategis dalam rangka pembangunan nasional yang berkelanjutan. Program kependudukan perlu diintegrasikan dan disinergikan dalam semua aspek pembangunan. Berdasarkan kenyataan ini, sudah waktunya untuk memulai pembangunan yang berpusat pada penduduk. Sebagai motor penggerak pembangunan, negara harus mampu menentukan arah yang tepat bagi pembangunan berwawasan kependudukan (Sintong, 2013). Sementara itu, penduduk harus dapat berpartisipasi penuh dalam pengambilan keputusan dan proses yang akan menentukan arah dan bentuknya. Gambar 2.3 Urbanisasi Jakarta Sumber: www.john-moses.my.id/John Moses (2022) Bab 2 - Pembangunan Wilayah, Revolusi Industri, dan 101 Pengaruhnya terhadap Ruang Muka Bumi dan Kesejahteraan 2) Tujuan Pembangunan Berwawasan Kependudukan Pembangunan berwawasan kependudukan dianggap sebagai upaya untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Melalui pembangunan ini diharapkan dapat mewujudkan penduduk yang maju, mandiri, dan sejahtera yang memiliki hidup selaras dan seimbang dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan (Nurkholis, 2018). Beberapa harapan yang menjadi tujuan adanya pembangunan berwawasan kependudukan sebagai berikut. Produktivitas: produktivitas penduduk berkaitan dengan human capital yang dimiliki dan investasi manusia dilakukan untuk meningkatkan human capital itu sendiri. Pemerataan: penduduk memiliki kesempatan untuk mendapatkan akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial dengan porsi yang sama. Hambatan yang memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses tersebut harus dihilangkan. Kesinambungan: pembangunan yang dilakukan dapat mencukupi kebutuhan saat ini dan juga masa depan. Pemberdayaan: penduduk memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam keputusan dan proses yang akan menentukan kehidupan mereka. 3) Dampak Pembangunan Berwawasan Kependudukan Tujuan pembangunan berwawasan kependudukan adalah untuk mengembangkan bakat yang kompetitif. Pembangunan berwawasan kependudukan berjalan dengan baik ketika program yang dilaksanakan pemerintah memprioritaskan pendekatan dari bawah ke atas. Pendekatan bergerak artinya program-program yang dilaksanakan ialah program-program yang mendukung masyarakat, khususnya masyarakat desa. Pembangunan berwawasan penduduk memungkinkan untuk mengatur pertumbuhan penduduk. Program-program yang ada tidak hanya terfokus pada pertumbuhan ekonomi. Perkembangan model ini dirasakan pada program-program yang berkaitan dengan pertumbuhan penduduk. Lembaga dari pemerintah pusat atau desa memberikan pelayanan kesejahteraan sosial yang mengutamakan kesehatan dan produktivitas masyarakat. 4) Implementasi Pembangunan Berwawasan Kependudukan Untuk mewujudkan pembangunan berwawasan kependudukan, maka harus diciptakan suatu kondisi masyarakat yang sudah mampu menerapkan perilaku hidup yang berwawasan kependudukan. Masyarakat berwawasan kependudukan maksudnya meyakini bahwa fertilitas, mortalitas, dan migrasi harus dipertimbangkan dengan saksama melalui penalaran akal dan hati nurani 102 Geografi untuk SMA/MA Kelas XII agar dapat memberi makna yang berguna bagi kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Perilaku hidup berwawasan kependudukan merupakan tata nilai/norma yang dianut dalam hidup dan diharapkan menjadi karakter bagi setiap individu dalam masyarakat. Perilaku hidup berwawasan kependudukan merupakan penunjang pembangunan berwawasan kependudukan (Usman, 2017). Kebijakan dan strategi yang dapat ditempuh ialah mengaktifkan program Keluarga Berencana (KB) dengan meningkatkan pelayanan yang terjangkau dan berkualitas. Caranya melalui sosialisasi kebijakan pengendalian kependudukan, mendorong kemandirian KB, serta meningkatkan pemberdayaan dan mobilisasi masyarakat. Program prioritas yang dapat dilaksanakan melalui advokasi dan program Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE), peningkatan program KB, program kesehatan reproduksi remaja, program ketahanan dan pemberdayaan keluarga, serta peningkatan sistem Gambar 2.4 Program KB keluarga kecil yang berkualitas. Pembangunan yang berwawasan kependudukan memerlukan strategi pembangunan dari bawah ke atas. Melalui pendekatan ini, tujuan utama dari keseluruhan proses pembangunan ialah untuk mendistribusikan kesejahteraan penduduk secara lebih merata daripada mengutamakan tingkat pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, pendekatan bottom-up bertujuan mengoptimalkan alokasi sumber daya yang ada dan potensial di seluruh wilayah dan mengembangkannya sesuai dengan potensi dan masalah spesifik yang dihadapi masing-masing wilayah. Studi pembangunan berwawasan kependudukan ini dapat dilihat di Desa Sumberjaya, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang. Kegiatan program KB meliputi kegiatan advokasi dan KIE, pelayanan konseling KB, serta pertemuan berkala kelompok kegiatan atau poktan (Andhiki et al., 2020). Namun, implementasinya belum optimal karena beberapa alasan sebagai berikut. Sumber daya manusia yang menjadi pelaksana dari program sangat minim. Kebijakan yang diberikan kurang spesifik sehingga dukungan dana kurang untuk mencapai target. Sarana operasional yang terbatas, seperti sarana prasarana tidak cukup menampung jumlah masyarakat yang banyak. Bab 2 - Pembangunan Wilayah, Revolusi Industri, dan 103 Pengaruhnya terhadap Ruang Muka Bumi dan Kesejahteraan b. Pembangunan Berwawasan Lingkungan (Environmental Based Development) Pendekatan pembangunan berwawasan lingkungan bukanlah pendekatan yang asing didengar. Pendekatan ini juga disebut dengan pendekatan berwawasan lingkungan. Kita mengenal pendekatan ini sebagai konsep pembangunan yang sangat memperhatikan kondisi alam dan menjaganya agar tetap lestari. Pembangunan mengandung dua konsep penting. Pertama, gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk menopang hidup dengan prioritas masyarakat miskin. Kedua, gagasan keterbatasan, yaitu keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan, baik masa kini maupun masa yang akan datang. Pembangunan berwawasan lingkungan memerlukan keterpaduan dan koordinasi yang matang antara pemanfaatan sumber daya manusia, sumber daya buatan, dengan sumber daya alam yang menopangnya. Hal terpenting dalam pelaksanaan pembangunan ialah lingkungan yang berfungsi sebagai penopang pembangunan. Definisi pembangunan berwawasan lingkungan telah banyak dijelaskan. Pembangunan berwawasan lingkungan merupakan upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam secara bijaksana yang berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas hidup (Rosana, 2018). Selaras dengan UU Nomor 23 Tahun 1997 Pasal 1 ayat (3) yang menyebutkan bahwa pembangunan berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan terencana menggunakan serta mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup generasi masa kini dan masa depan. Pembangunan ini harus dilakukan dengan mengelola dan memanfaatkan sumber daya dengan memperhatikan faktor lingkungan hidup, di samping meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Rosana, 2018). 1) Latar Belakang Pembangunan Berwawasan Lingkungan Kemajuan ilmu teknologi yang terjadi selama revolusi industri memberikan kesejahteraan bagi manusia. Namun, hasil itu juga harus dibayar mahal dengan dampak buruk yang mengganggu kelestarian lingkungan. Pertumbuhan industri terbukti membuat pencemaran limbah dan erosi pada tanah pertanian yang menyebabkan terjadinya proses penggaraman atau penggurunan pada lahan produktif. 104 Geografi untuk SMA/MA Kelas XII Pertumbuhan industri yang besar-besaran memang memberikan keuntungan untuk banyak pihak, terutama manusia. Dampak positifnya ialah adanya gedung-gedung yang menjadi lokasi kegiatan industri berlangsung telah menyediakan lapangan kerja, mengurangi masalah kemiskinan dan pengangguran, meningkatkan pendapatan negara, dan sebagainya. Namun, pertumbuhan industri juga menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, seperti timbulnya pencemaran air, udara, dan tanah. Pencemaran air dan tanah yang disebabkan oleh limbah industri (sampah anorganik dan zat-zat kimia) dari sisa proses produksi dan dibuang secara sembarangan (Rahmat, 2014). Alasan munculnya istilah pembangunan berwawasan lingkungan berkaitan dengan aktivitas pembangunan yang dilakukan oleh manusia (industri, pertambangan, transportasi, dan pertanian). Untuk menjaga alam dan lingkungan yang menjadi penopang kehidupan, maka dibutuhkan upaya agar dapat menjaga kelestarian alam seiring dengan pemanfaatan dan pengelolaan sumber dayanya. Kebijakan yang dapat dilakukan ialah kebijakan dengan pembangunan berwawasan lingkungan seiring dengan upaya pendayagunaan sumber daya alam yang tetap mempertahankan aspek- aspek pemeliharaan dan pelestarian lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan diharapkan menjadi pembangunan berkelanjutan yang dapat mengoptimalkan sumber daya, baik alam maupun manusia dengan cara menyeimbangkan keduanya (Bappeda, 2015). 2) Tujuan Pembangunan Berwawasan Lingkungan Pembangunan berwawasan lingkungan merupakan upaya membangun dengan tidak mengganggu keseimbangan ekosistem dan memperhatikan perlindungan dan pengembangannya. Mengelola lingkungan hidup harus didasarkan pada pelestarian dan kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang agar pembangunan berjalan secara berkesinambungan dengan peningkatan kesejahteraan manusia. Tujuan pembangunan berwawasan lingkungan adalah agar masyarakat yang memanfaatkan sumber daya alam tidak merusak lingkungan. Sumber daya alam adalah penopang bagi kehidupan manusia yang kelestariannya perlu dijaga sehingga kebutuhan dalam pemenuhan dapat terus berkelanjutan (Pratiwi, 2018). Pembangunan berwawasan lingkungan dilaksanakan tidak hanya berjalan begitu saja. Pembangunan dilakukan untuk mencapai hasil yang lebih baik. Berikut beberapa tujuan dalam pelaksanaan pembangunan berwawasan lingkungan. Bab 2 - Pembangunan Wilayah, Revolusi Industri, dan 105 Pengaruhnya terhadap Ruang Muka Bumi dan Kesejahteraan Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindakan yang melindungi lingkungan hidup. Terjaminnya kepentingan generasi sekarang dan generasi yang akan datang. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana. Terlindunginya wilayah Indonesia dari pengaruh negatif pembangunan, seperti pencemaran tanah, air, dan udara. 3) Dampak Pembangunan Berwawasan Lingkungan Pembangunan yang dilakukan dengan pemanfaatan dan pengelolaan yang baik tentu akan memberikan hasil yang baik. Kehidupan akan memiliki mutu yang lebih baik dari aspek lingkungan, alam, dan manusianya. Tujuan pembangunan berwawasan lingkungan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia tanpa mengganggu kelestarian alam. Berikut beberapa dampak atau manfaat pembangunan berwawasan lingkungan. Mencegah terjadinya kerusakan yang besar. Misalnya memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam agar selalu dalam jumlah yang cukup, kualitas lingkungan yang baik, serta bertahan lama. Memulihkan sumber daya alam terutama tiga gatra (udara, air, dan tanah). Misalnya menggunakan pupuk organik agar kesuburan tanah terjaga dan meningkat. Meningkatkan kualitas lingkungan yang berkaitan dengan kelangsungan kualitas hidup. Memberikan pola pemanfaatan sumber daya alam altenatif ke depan. Misalnya penggunaan kendaraan listrik bebas emisi. Gambar 2.5 Kota Jakarta Sumber: Freepik.com/Saiko3p (2022) 106 Geografi untuk SMA/MA Kelas XII Memaksimalkan pembangunan yang berkelanjutan. Misalnya menumbuhkan solidaritas antargenerasi. Artinya kesejahteraan dari sumber daya alam yang tersedia saat ini bisa diwariskan untuk kesejahteraan generasi di masa mendatang. 4) Implementasi Pembangunan Berwawasan Lingkungan Pembangunan berwawasan lingkungan memberi keimbangan perhatian, tidak hanya pada lingkungan fisik, tetapi juga pada aspek perekonomian dan kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, implementasi pembangunan berwawasan lingkungan harus memberi hasil dengan bentuk kemakmuran rakyat, kelestarian fungsi, dan keseimbangan lingkungan hidup (Jazuli, 2015). Bentuk implementasi pembangunan berwawasan lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan reboisasi, menanam pohon, dan membiasakan gerakan bersih lingkungan. Pada masa Orde Baru, pembangunan berwawasan lingkungan merupakan kebijakan dari pemerintah yang digaungkan kepada seluruh masyarakat. Pada prosesnya, pembangunan berwawasan lingkungan ini harus mampu menyesuaikan ketiga komponen (sumber daya alam, sumber daya manusia, dan teknologi) agar berfungsi secara berkesinambungan. Gambar 2.6 Kawasan Summarecon Kota Bekasi Sumber: Summarecon Bekasi (2021) Salah satu bentuk implementasi dari pembangunan berwawasan lingkungan ada di Jawa Barat. Kota Summarecon Bekasi dapat dikatakan sebagai ikon kawasan hunian dan komersial terbaik di Bekasi. Sejalan dengan penggunaan teknologi, Summarecon Bekasi mengedepankan kualitas hidup warganya dengan memenuhi kebutuhan kualitas udara yang baik. Hal itu Bab 2 - Pembangunan Wilayah, Revolusi Industri, dan 107 Pengaruhnya terhadap Ruang Muka Bumi dan Kesejahteraan dilakukan melalui penanaman pohon sebanyak 8.793 untuk 1.680 unit Hunian Landed (Landed House/Rumah Tapak) yang terbangun. Summarecon sendiri telah menanam 8.885 pohon untuk lingkungannya. Jumlah pohon yang ditanam itu mampu memenuhi kebutuhan oksigen lebih dari 16.000 jiwa, yang saat ini dapat dinikmati oleh hampir 11.000 warga yang menempati Summarecon Bekasi. Keberadaan taman di sekitar turut memberikan keasrian dan kesejukan sehingga kualitas hidup penghuni bisa terjamin (Riski, 2021). Untuk menambah wawasan kalian tentang kota-kota ramah lingkungan di dunia, silakan pindai kode QR di samping atau klik tautan di bawah. https://bit.ly/KotaRamahLingkungandiDunia c. Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development) Pembangunan berkelanjutan bukan sebuah isu baru bagi kalian. Sebelum pembangunan berkelanjutan digaungkan, pertumbuhan ekonomi menjadi satu-satunya tujuan pembangunan yang berjalan tanpa mempertimbangkan aspek lainnya. Seiring dengan munculnya dampak lain yang ditimbulkan dari sistem pembangunan yang tidak tepat, pembangunan berkelanjutan menjadi pembahasan penting untuk menciptakan pembangunan yang tetap menjaga dan mempertahankan fisik dan biologis alam sebagai sektor penting dari proses pembangunan. Konsep pembangunan berkelanjutan menjadi dasar dari Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan di Rio de Janeiro, Brazil tahun 1992 yang dihadiri lebih dari 100 kepala negara dan 178 perwakilan pemerintah nasional. KTT tersebut menandai upaya internasional pertama untuk menyusun rencana aksi dan strategi untuk bergerak menuju pola pembangunan yang lebih berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan merupakan solusi untuk masalah degradasi lingkungan yang dibahas oleh Komisi Brundtland dalam laporan Our Common Future pada 1987. Pembangunan berkelanjutan berarti pembangunan yang memiliki keberlangsungan jangka panjang, lintas generasi, dan berupaya menyediakan sumber daya dan lingkungan yang sehat, serta cukup untuk menunjang kehidupan. Konsep pembangunan berkelanjutan berkaitan erat dengan kesadaran mengenai tatanan sosial dalam masyarakat dengan tujuan 108 Geografi untuk SMA/MA Kelas XII kepentingan ekonomi. Konsep pembangunan berkelanjutan harus memiliki nilai ekonomi, moral, dan ekologi. Sebagai generasi masa kini, kita mempunyai tanggung jawab moral terhadap alam dan generasi yang akan datang. Bentuk tanggung jawab moral kita adalah dengan memberikan kesempatan generasi mendatang kesempatan yang sama untuk menikmati pembangunan berkelanjutan (Pawlowski, 2008). Prinsip pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang terjadi pada generasi saat ini jangan sampai mengorbankan generasi yang akan datang dalam hal kesejahteraan sosial yang lebih rendah. Konferensi Stockholm di Swedia menghasilkan 21 konsep pembangunan berkelanjutan yang menguraikan dua hal mendasar tentang pemanfaatan sumber daya alam. Pertama, hak berdaulat terhadap sumber daya alam yang bersifat lintas batas negara. Kedua, keterkaitan eksploitasi sumber daya (yang menjadi bagian dari kegiatan pembangunan) dengan kebijakan pengelolaan lingkungan sebagai tanggung jawab negara (Gionidas, 2015). Gambar 2.7 Pembangunan Berkelanjutan Sumber: Freepik.com/Arissu (2022) Pembangunan berkelanjutan adalah suatu proses perubahan yang menyangkut seluruh aktivitas investasi, eksploitasi sumber daya, pengembangan teknologi, dan perubahan kelembagaan berada dalam keadaan selaras yang mampu meningkatkan potensi untuk generasi masa kini dan masa depan dalam memenuhi kebutuhan. Proses perubahan ini sebagai wujud strategi yang mempertimbangkan pola pembangunan dengan sumber daya alam yang dimanfaatkan serta kesejahteraan bagi generasi masa kini dan masa mendatang. Oleh karena itu, tujuan pembangunan ekonomi dan sosial harus diupayakan dengan keberlanjutan. Bab 2 - Pembangunan Wilayah, Revolusi Industri, dan 109 Pengaruhnya terhadap Ruang Muka Bumi dan Kesejahteraan Berikut beberapa definisi mengenai pembangunan UU RI No. 32 Tahun 2009 berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu upaya secara sadar The Brundtland Comission of The dan terencana yang memadukan aspek United Nations (1987) lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan Konsep pembangunan berkelanjutan untuk menjamin keutuhan lingkungan adalah pembangunan yang hidup serta keselamatan, kemampuan, memenuhi kebutuhan saat ini kesejahteraan, dan mutu hidup tanpa mengorbankan kemampuan generasi masa kini dan generasi masa generasi mendatang untuk memenuhi depan. kebutuhan mereka sendiri. 1) Latar Belakang Pembangunan Berkelanjutan Pembangunan berkelanjutan berakar dari gagasan mengenai keberlanjutan dalam pengelolaan hutan yang dikembangkan di Eropa sepanjang abad ketujuh belas dan kedelapan belas. Pengelolaan hutan yang berakibat pada eksploitasi berlebihan menyebabkan menipisnya sumber daya kayu di wilayah Inggris (Michelsen et al., 2016). Akibat kerusakan itu, muncul suatu pendapat tentang kegiatan menabur dan menanam pohon sebagai sebuah kewajiban nasional bagi setiap pemilik tanah dengan tujuan untuk mengurangi bahkan menghentikan eksploitasi berlebihan yang merusak sumber daya alam. Pada tahun 1713, Hans Carl von Carlowitz, seorang manajer pertambangan menerbitkan buku berjudul Sylvicultura Oeconomica, berisi tentang pengelolaan hutan yang berkelanjutan (Von Carlowitz, 2013). Dia berpendapat bahwa kayu akan sama pentingnya dengan makanan sehari-hari yang harus digunakan dengan hati-hati untuk menciptakan keseimbangan antara pertumbuhan kayu dan penebangan yang dilakukan. Ini akan memungkinkan penggunaan yang terus-menerus. Pendapat tersebut diikuti dengan munculnya pendekatan dalam pengelolaan hutan yang didorong dengan gagasan penggunaan sumber daya alam yang bijaksana yang kemudian disebut dengan Laporan Brundtland. Konsep pembangunan berkelanjutan pertama kali secara sah diperkenalkan sebagai tujuan sosial dalam Konferensi Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa yang pertama di Stockholm pada tahun 1972. Latar belakang konferensi ini dipicu oleh kekhawatiran global tentang kemiskinan yang berkepanjangan dan meningkatnya ketidakadilan sosial. Kekhawatiran ditambah dengan kebutuhan pangan serta munculnya masalah lingkungan global dan kesadaran bahwa ketersediaan sumber daya alam sangat terbatas untuk mendukung pembangunan ekonomi (Keiner, 2005). Pada tahun 1980, 110 Geografi untuk SMA/MA Kelas XII Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam mengumumkan Strategi Konservasi Alam Dunia yang memasukkan salah satu referensi pertama untuk pembangunan berkelanjutan sebagai prioritas global dan memperkenalkan istilah “pembangunan berkelanjutan”. Dua tahun kemudian, Piagam Dunia PBB untuk Alam menetapkan lima prinsip konservasi untuk mengarahkan dan menilai perilaku manusia yang memengaruhi alam. Dalam Laporan Brundtland membahas salah satu definisi pembangunan berkelanjutan yang paling banyak digunakan saat ini. Gambar 2.8 Konferensi Stockholm Sumber: United Nations UNCHE Conference Documentation in Stockholm 1972 Sejak adanya Laporan Brundtland, konsep pembangunan berkelanjutan terus berkembang melebihi kerangka antargenerasi yang terfokus pada tujuan “pertumbuhan ekonomi yang inklusif secara sosial dan berkelanjutan secara lingkungan”. Konferensi PBB tahun 1992 tentang Lingkungan dan Pembangunan menerbitkan Piagam Bumi. Piagam tersebut menguraikan pembangunan masyarakat global secara adil, berkelanjutan, dan damai di abad ke-21. Selanjutnya rencana Agenda 21 untuk pembangunan berkelanjutan mengidentifikasi beberapa hal seperti informasi, integrasi, dan partisipasi untuk membantu negara-negara dalam mencapai pembangunan yang didasarkan pada pilar-pilar yang saling bergantung. Hal ini menekankan bahwa dalam pembangunan berkelanjutan setiap orang menjadi pengguna dan penyedia informasi. Untuk menambah wawasan kalian tentang pembangunan berkelanjutan, silakan pindai kode QR di samping atau klik tautan di bawah. https://bit.ly/Pembangunan_Berkelanjutan Bab 2 - Pembangunan Wilayah, Revolusi Industri, dan 111 Pengaruhnya terhadap Ruang Muka Bumi dan Kesejahteraan 2) Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) lahir dari adanya Konferensi PBB tentang Pembangunan Berkelanjutan di Rio de Janeiro pada tahun 2012. Tujuan dari pembangunan berkelanjutan adalah untuk menghasilkan serangkaian tujuan universal yang memenuhi tantangan lingkungan, politik, dan ekonomi yang dihadapi dunia kita. SDGs berperan dalam menggantikan Tujuan Pembangunan Milenium atau Millennium Development Goals (MDGs), yang dimulai pada tahun 2000 untuk mengatasi masalah kemiskinan. Warisan dan pencapaian MDGs yang telah berjalan memberikan pengalaman dan pelajaran berharga untuk mulai bekerja dengan tujuan baru. MDGs belum selesai. Melalui SDGs, tugas kita adalah bekerja keras untuk mengakhiri kelaparan, mencapai kesetaraan gender, meningkatkan pelayanan kesehatan, dan menyekolahkan setiap anak di luar sekolah dasar. SDGs juga menjadi sebuah seruan mendesak untuk mengubah dunia ke jalur yang lebih berkelanjutan (Lisbet et al., 2013). SDGs adalah komitmen yang berani untuk menyelesaikan apa yang kita mulai, dan mengatasi beberapa tantangan yang lebih mendesak yang dihadapi dunia saat ini. Semua tujuan dalam SDGs saling terhubung, artinya kesuksesan dalam satu tujuan mempengaruhi kesuksesan tujuan lain. Berurusan dengan ancaman perubahan iklim berdampak pada bagaimana kita mengelola sumber daya alam kita yang rapuh, mencapai kesetaraan gender atau kesehatan yang lebih baik, membantu memberantas kemiskinan, dan mendorong perdamaian dan masyarakat yang inklusif akan mengurangi ketidaksetaraan dan membantu ekonomi menjadi makmur. Singkatnya, ini adalah kesempatan terbesar yang kita miliki untuk meningkatkan kehidupan generasi mendatang. SDGs bertepatan dengan kesepakatan bersejarah lainnya yang dicapai pada 2015 di Konferensi Iklim Paris (COP21). Bersama dengan Sendai Framework for Disaster Risk Reduction, yang ditandatangani di Jepang pada Maret 2015, perjanjian ini memberikan seperangkat standar umum dan target yang dapat dicapai untuk mengurangi emisi karbon, mengelola risiko perubahan iklim dan bencana alam, dan untuk membangun kembali dengan lebih baik setelah krisis. SDGs unik karena mencakup isu-isu yang memengaruhi kita semua. Mereka menegaskan kembali komitmen internasional kita untuk mengakhiri kemiskinan secara permanen di mana-mana. Mereka ambisius dalam memastikan tidak ada yang tertinggal. Lebih penting lagi, mereka melibatkan kita semua untuk membangun planet yang lebih berkelanjutan, lebih aman, dan lebih sejahtera bagi seluruh umat manusia (Bappeda, 2016). 112 Geografi untuk SMA/MA Kelas XII Gambar 2.9 Kampung adat Bali Penglipuran & Bus Listrik Transjakarta Sumber: Freepik.com/Hoverstock (2022) & Detik.com/Agung Pambudhy (2022) 3) Dampak Pembangunan Berkelanjutan Pembangunan berkelanjutan dalam jangka panjang dapat memberikan solusi bagaimana dunia bekerja dengan merencanakan kegiatan dan pertumbuhan ekonomi. Ada tiga hal yang menjadi prioritas keberlanjutan, yaitu planet di urutan pertama, manusia di urutan kedua, dan produksi di urutan ketiga. Pembangunan berkelanjutan yang dilakukan dengan benar akan menciptakan ketahanan lingkungan. Manfaat lain dari pembangunan berkelanjutan adalah membantu manusia mengurangi pemborosan dan memangkas biaya. Misalnya, dengan pertanian berkelanjutan akan membantu kita mengurangi pemborosan hasil pertanian, yang bisa mencapai 40 persen. Pembangunan berkelanjutan di bidang infrastruktur juga dapat membantu memenuhi kebutuhan layanan esensial masyarakat seperti jembatan, jalan, dan pembangkit listrik tenaga air. Dampak positif dari pembangunan adalah dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat, baik dari segi kualitas fisik, turunnya angka kematian, serta meningkatkan angka kesejahteraan (Salim, 1980). Selain memenuhi kebutuhan masyarakat tanpa mengecilkan kesempatan orang lain, pembangunan berkelanjutan juga mencakup permasalahan yang lebih luas, seperti kemajuan ekologi, kehidupan sosial, dan ekonomi yang sangat penting bagi kemakmuran sosial semua orang. Meskipun mengakui bahwa kemajuan besar telah dicapai sejauh ini, tetapi kelemahannya secara keseluruhan masih merupakan faktor manusianya. Pembangunan yang cepat di beberapa negara berkembang telah mengurangi standar hidup yang tinggi yang memperburuk kemiskinan dan ketidaksetaraan. Ketidaksetaraan ini menyabot inklusivitas, perlindungan sosial, bahkan pembangunan berkelanjutan karena mengurangi minat dalam sistem kesehatan dan kerangka kerja pelatihan dalam menyeimbangkan stabilitas keuangan dan politik. Bab 2 - Pembangunan Wilayah, Revolusi Industri, dan 113 Pengaruhnya terhadap Ruang Muka Bumi dan Kesejahteraan Meskipun dinamika populasi yang tumbuh cepat dapat meningkatkan pasar tenaga kerja, hal itu juga memunculkan ketidaksetaraan yang semakin luas, baik di negara berkembang maupun negara maju. Urbanisasi yang semakin luas, pertumbuhan penduduk membengkak, dan penuaan penduduk juga meningkat pesat di negara-negara tertentu yang dapat menyebabkan tekanan signifikan pada infrastruktur nasional, keuangan publik, pendidikan, dan sistem perawatan kesehatan, mengakibatkan pengeksploitasian yang tinggi terhadap sumber daya alam dan akan cenderung mengabaikan aspek- aspek lingkungan hidup. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka akan membutuhkan lahan untuk melakukan aktivitas dalam menunjang kehidupan dan memanfaatkan sumber daya alam guna memenuhi kebutuhan hidup. Eksploitasi yang berlebihan terhadap potensi alam akan menimbulkan dampak bagi kelestarian SDA dan fungsi lingkungan itu sendiri. Dampak yang ditimbulkan dapat berupa kekeringan, pencemaran (air, tanah, udara), bencana alam (banjir, tanah longsor, dan sebagainya), serta kerusakan lainnya (Astuti & Purnomo, 2021). 4) Implementasi Pembangunan Berkelanjutan Penerapan pembangunan berkelanjutan sudah merupakan suatu kebutuhan. Agenda 2030 untuk pembangunan berkelanjutan telah mengubah paradigma pembangunan yang lazim hingga saat ini. Tiga komponen pembangunan berkelanjutan (lingkungan, ekonomi, dan sosial) harus membentuk satu kesatuan yang seimbang. Adapun pondasi utama dalam pembangunan ialah kreativitas, warisan, pengetahuan, dan keragaman. Pondasi ini disebut dengan budaya. Budaya menjadi modal pengetahuan dalam sektor kegiatan ekonomi untuk membantu mendorong keberlanjutan, melalui pembangunan ekonomi dan kelestarian lingkungan yang inklusif dan seimbang, yang beriringan dengan membangun perdamaian dan keamanan. Kegiatan budaya, dari produk, jasa, dan warisan memiliki nilainya sendiri melalui identitas, makna, dan nilai bagi kehidupan manusia sehingga menjadi dimensi yang tak terpisahkan (Asmin, 2018). d. Pembangunan Berpusat pada Manusia (People Center Development) Pembangunan berpusat pada manusia ini disebut juga dengan pembangunan berpusat pada masyarakat (people center development). Pembangunan yang berpusat pada manusia lebih menekankan kepada pemberdayaan. Pemberdayaan masyarakat tidak hanya dilakukan untuk mengembangkan 114 Geografi untuk SMA/MA Kelas XII potensi ekonomi rakyat, tetapi rasa percaya diri dan harga dirinya, harkat dan martabat, serta terpeliharanya tatanan nilai budaya yang telah ada. Pemberdayaan dilakukan sebagai konsep sosial budaya yang diwujudkan dalam pembangunan berpusat pada manusia. Melalui pemberdayaan manusia diharapkan mampu menciptakan sumber kehidupan rumah tangganya dan secara langsung dapat mengejar pembangunan nasional yang diprogramkan sebagai suatu upaya mencapai kesejahteraan. Konsep pembangunan berpusat pada manusia lebih memandang pada inisiatif kreatif sebagai sumber daya pembangunan utama dan memandang kesejahteraan material dan spiritual mereka sebagai tujuan proses pembangunan (Korten, 1993). Pembangunan yang berpusat pada manusia adalah pendekatan pembangunan yang berfokus pada peningkatan kemandirian, keadilan sosial, dan pengambilan keputusan partisipatif terhadap masyarakat lokal. Fokus sentral proses pembangunan adalah meningkatkan perkembangan dan kesejahteraan manusia, persamaan dan sustainability (keberlanjutan). Pada proses ini pemerintah berperan sebagai fasilitator. Pemerintah berperan dalam menciptakan lingkungan sosial yang memungkinkan manusia dapat mengembangkan potensinya lebih besar. Pembangunan yang berpusat pada manusia lebih mengedepankan pada partisipasi manusia dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi program pembangunan yang menyangkut hajat hidup mereka sendiri (Purwowibowo et al., 2018). 1) Latar Belakang Pembangunan Berpusat pada Manusia Pemahaman tentang pembangunan yang berpusatkan pada manusia muncul karena adanya pemahaman tentang ekologi manusia yang menjadi pusat perhatian pembangunan. Peran dan perilaku manusia sebagai bagian dari makhluk hidup dipelajari secara khusus dalam ekologi manusia sehingga pengkajian dipusatkan pada manusia (baik sebagai individu maupun sebagai populasi) dalam ekosistem. Seluruh manusia, baik itu generasi sekarang maupun mendatang, haruslah menjadi yang utama dalam pembangunan. Pembangunan tidak boleh menyingkirkan sebagian atau besar masyarakat demi segelintir yang lain (Hikmat, 2014). Pembangunan harus berpusat pada manusia dan proses pembangunan harus menguntungkan semua manusia yang terlibat. Dalam konteks ini, kita perlu mengatasi masalah kemiskinan, kelompok rentan, dan meningkatnya pengangguran. Ini adalah masalah besar karena dapat menyebabkan ketidakstabilan dengan efek samping seperti hubungan sosial yang longgar Bab 2 - Pembangunan Wilayah, Revolusi Industri, dan 115 Pengaruhnya terhadap Ruang Muka Bumi dan Kesejahteraan serta nilai-nilai dan hubungan antarmanusia yang melemah. Oleh karena itu, diperlukan komitmen untuk mendorong pertumbuhan ekonomi secara adil tanpa mengecualikan masyarakat miskin. Di samping itu, untuk mempromosikan inklusi sosial serta politik berdasarkan hak asasi manusia, larangan diskriminasi, dan perlindungan bagi yang kurang mampu. Ini adalah inti dari paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia. 2) Tujuan Pembangunan Berpusat pada Manusia Pembangunan yang berpusat pada manusia tentu memiliki tujuan melakukan perubahan dengan fokus tujuan ada pada manusia itu sendiri. Pembangunan model ini bertujuan mempertinggi tingkat partisipasi masyarakat, komunikasi, kelompok masyarakat adat, perempuan, anak-anak, dan lain-lain. Memandang remaja dan anak-anak sebagai peserta aktif dalam segala bentuk kegiatan dalam menemukan solusi konstruktif. Pembangunan model ini memberikan manusia kesempatan untuk mengembangkan kepandaian yang kreatif bagi masa depannya sendiri dan masa depan masyarakat. Pembangunan berpusat pada manusia ini dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap birokrasi, lebih menjamin pertumbuhan kapasitas mandiri masyarakat menuju pembangunan berkelanjutan, dan menciptakan masyarakat yang lebih maju (Sudarmanto, et al., 2020). Pembangunan yang berpusat pada manusia, dalam arti tradisi budaya saat ini, memiliki tujuan akhir untuk meningkatkan kualitas hidup semua orang yang memiliki keinginan dan harapan, baik individu maupun kelompok. Sasaran objektif dari strategi pembangunan yang berpusat pada manusia pada hakikatnya adalah pengentasan kemiskinan, terwujudnya keadilan yang merata, dan peningkatan partisipasi masyarakat yang signifikan. Pertama dan terutama, daerah tertinggal dan kelompok sosial berisiko terkena dampak. Kelompok yang terkena dampak termasuk perempuan, anak-anak, pemuda kurang mampu, orang tua, dan kelompok terpinggirkan lainnya. 3) Dampak Pembangunan Berpusat pada Manusia Selain memandang manusia sebagai masyarakat, pembangunan model ini memandang manusia sebagai fokus utama dan sumber utama pembangunan di segala bidang. Perubahan dalam masyarakat terjadi di semua bidang, yaitu bidang politik, bahasa, kesenian, hiburan, dan terutama di bidang ekonomi. Model pembangunan yang berpusat pada manusia ini kini telah dibingkai dengan bentuk yang disebut revolusi mental. Sebuah upaya yang digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia pada zaman yang 116 Geografi untuk SMA/MA Kelas XII terus berkembang (saat ini). Revolusi mental yang diintegrasikan oleh sebuah pembangunan berbasis masyarakat mengubah pola hidup dengan cara yang tidak biasa dalam kehidupannya (Mahadiansar et al., 2020). Salah satu hasil dari pengembangan model ini adalah dimulainya pemberdayaan dengan memberikan motivasi, pelatihan keterampilan, dukungan bisnis, nasihat bisnis, dan pendapatan bagi perempuan. Dampak dari model pembangunan ini dianggap tidak signifikan, baik pada tingkat kemakmuran maupun ekonomi lokal. Untuk mencapai tujuan model ini, pemerintah sebagai fasilitator perlu menyediakan program-program pendukung untuk memaksimalkan pembangunan. Identik dengan gerakan penguatan kepribadian untuk membangkitkan jiwa kehidupan yang baru, seperti revolusi spiritual Indonesia (Sadjuri, 2010). 4) Implementasi Pembangunan Berpusat pada Manusia Model pembangunan yang berpusat pada manusia dilakukan dengan adanya empowerment (pemberdayaan). Salah satu strategi yang dikembangkan dalam konsep PCD (People Centered Development) yang menekankan pemberdayaan pada masyarakat adalah Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat (WKSBM). Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 42/ HUK/2004 membahas tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberdayaan Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat. WKSBM merupakan sistem kerja sama yang terjadi antarmasyarakat dalam bentuk kelompok atau lembaga (RT, RW, kelompok usaha ekonomi produktif, kelompok tani, kelompok pengajian, dasawisma, dan lain-lain). Kelompok atau lembaga yang tumbuh melalui proses alamiah dan tradisional maupun lembaga dibentuk dan dikembangkan oleh masyarakat lokal, yang dapat menumbuhkan interaksi lokal dalam pelaksanaan tugas. WKSBM dapat disebut sebagai investasi sosial pembangunan dengan tujuan mensejahterakan anggotanya termasuk menyelesaikan masalah sosial di masyarakat. Masyarakat dapat menyelesaikan masalah melalui kegiatan terorganisasi untuk memenuhi kebutuhan, baik secara individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat secara keseluruhan sehingga tercipta kesejahteraan sosial. Wahana ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesejahteraan sosial bagi masyarakat. Kegiatan WKSBM meliputi pertemuan rutin atau tertentu melalui jaringan kerja sama. Wahana ini juga mendukung penyelenggaraan penghimpunan dana sosial (dana kematian, arisan, jimpitan beras, dan lain-lain) yang ada di masyarakat. Komitmen, pengetahuan, dan keterampilan dari pengurus WKSBM menjadi Bab 2 - Pembangunan Wilayah, Revolusi Industri, dan 117 Pengaruhnya terhadap Ruang Muka Bumi dan Kesejahteraan faktor keberhasilan dalam melaksanakan tugasnya. Upaya penguatan dan pendampingan kepada pengelola WKSBM dilaksanakan oleh dinas sosial dan kelurahan secara berkelanjutan sebagai pembina fungsional dan teknis kegiatan WKSBM (Dinsos, 2019). Salah satu implementasi WKSBM ini ada di Desa Jetis, Saptosari, Gunungkidul, Yogyakarta. Salah satu bentuk kegiatan WKSBM yang diusung oleh Dinas Sosial DIY adalah pengumpulan beras. Kegiatan pengumpulan beras ini dilakukan hampir setiap bulan dari masing-masing RT setiap ada pertemuan, misalnya rapat atau arisan. Beras yang dikumpulkan tersebut akan dibagi di setiap minggu awal bulan kepada lansia yang berhak menerima dan membutuhkan. Jumlah pendistribusian beras yang dilakukan WKSBM ini berjumlah 2,5 kg beras yang diberikan minimal setiap dua bulan sekali. Pembagian beras dilakukan secara bertahap, tetapi mengutamakan 25 orang setiap pembagian beras (Sumariyanti, 2017). Beralih pada pembangunan yang berpusat pada masyarakat yang diupayakan oleh United Nations Development Programme (UNDP). Salah satu elemen pekerjaan tata kelola UNDP ialah memastikan bahwa suara dan kebutuhan masyarakat biasa didengar dan diperhatikan, terutama mereka yang termasuk dalam kelompok yang terpinggirkan atau rentan. Misalnya, di negara Laos, Kementerian Informasi dan Kebudayaan bekerja sama dengan UNDP. Kerja sama ini untuk mendirikan stasiun radio komunitas pertama di negara itu di distrik Khoun yang mengudara dalam tiga bahasa yang digunakan oleh kelompok etnis yang berbeda. (UNDP, 2011) Stasiun radio Khoun menyiarkan pengumuman layanan masyarakat dan program tentang berbagai masalah sosial seperti kesehatan, pendidikan dan pekerjaan, atau topik keselamatan seperti persenjataan. Akibatnya, distrik tersebut mengalami tingkat vaksinasi yang lebih tinggi, lebih banyak kelahiran dengan bantuan medis, dan adopsi metode pertanian baru dan lebih baik. Pemerintah sekarang berencana untuk mereplikasi stasiun radio komunitas serupa di masing-masing 47 kabupaten termiskin di Laos dan telah meminta bantuan UNDP. Sementara itu, UNDP telah mendanai dua stasiun baru di tenggara negara itu dengan rencana untuk mendukung empat stasiun lagi (UNDP, 2011). 118 Geografi untuk SMA/MA Kelas XII Ayo, Berdiskusi! Agar pembangunan suatu wilayah secara ekonomi dapat tumbuh optimal dengan lingkungan yang terjaga kelestariannya, ada beberapa pendekatan pembangunan yang dapat dipilih. Diskusikan secara berkelompok atau berpasangan tentang permasalahan berikut. 1. Pendekatan mana yang perlu dipilih atau digunakan? 2. Mengapa pendekatan tersebut dipilih? 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Indikator keberhasilan pembangunan sangat penting kalian ketahui sebagai warga negara. Secara kuantitatif, tolok ukur keberhasilan pembangunan adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi. Namun, pada hakikatnya keberhasilan pembangunan dapat diatur dengan beberapa indikator selain indikator ekonomi. Berikut akan dijabarkan indikator-indikator keberhasilan pembangunan. a. Pertumbuhan Ekonomi Sebuah paradigma pembangunan yang berkembang saat ini ialah pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara dapat dikatakan maju atau meningkat, pembangunan yang dilakukan oleh negara tersebut dapat dikatakan berhasil (Fitriyani & Rasaili, n.d.). Aspek yang diukur dalam pertumbuhan ekonomi ialah produktivitas masyarakat ataupun produktivitas negara setiap tahunnya yang diukur dengan besarnya Gross National Product (GNP) negara yang bersangkutan. GNP mengukur hasil produksi keseluruhan dari suatu negara yang jumlah penduduk setiap negara berbeda-beda. Agar dapat membandingkan keadaan pertumbuhan ekonomi suatu negara dengan negara lainnya, digunakan income per kapita (GNP dibagi dengan jumlah penduduk) (Fuady, 2013). Dengan menggunakan cara tersebut, dapat dilihat seberapa besar produksi atau pendapatan rata-rata setiap orang. Indikator pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan bagian kesejahteraan manusia yang dapat diukur sehingga dapat menggambarkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat dalam suatu negara. Namun, timbul kelemahan dalam pendekatan per kapita karena pendekatan ini mengabaikan adanya perbedaan karakteristik antarnegara, seperti struktur umur penduduk, perbedaan nilai tukar satu mata uang terhadap mata uang yang lain, distribusi pendapatan masyarakat, dan kondisi sosial budaya. Bab 2 - Pembangunan Wilayah, Revolusi Industri, dan 119 Pengaruhnya terhadap Ruang Muka Bumi dan Kesejahteraan b. Pemerataan Distribusi Pendapatan (Rasio Gini) Rasio Gini digunakan sebagai salah satu cara mengukur keberhasilan pembangunan. Menurut Todaro (dalam Fuady, 2013), rasio Gini adalah sebuah ukuran ketimpangan pendapatan atau kesejahteraan keseluruhan yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) sampai satu (ketimpangan sempurna). Jika rasio Gini melampaui angka 0,5, artinya ketimpangan pendapatan atau kesejahteraan sudah masuk kategori buruk dan mudah menimbulkan masalah sosial. Gambar 2.10 Perkembangan Rasio Gini Indonesia Periode Maret 2019 – Maret 2022 Sumber: Publikasi Badan Pusat Statistik 15 Juli 2022 120 Geografi untuk SMA/MA Kelas XII Ketimpangan distribusi pendapatan dapat terjadi saat terdapat sekat antara masyarakat kaya dengan masyarakat miskin yang semakin melebar. Segelintir orang hidup kaya raya di mana-mana, tetapi masih banyak pula orang yang hidup dalam garis kemiskinan, kesehatan buruk, kekurangan gizi, dan sebagainya. Maka dari itu, mulai muncul pandangan bahwa tujuan utama dari proses pembangunan bukan lagi menitikberatkan pada aspek pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi bagaimana mengurangi angka kemiskinan serta ketimpangan (Arsyad, 2020). c. Indeks Kualitas Hidup (IKH) Indeks kualitas hidup (physical quality of life index) adalah satu indikator alternatif dalam mengukur kinerja pembangunan suatu negara. Ada tiga indikator yang dijadikan acuan IKH, yaitu tingkat harapan hidup pada usia satu tahun (life expectancy at age), tingkat kematian bayi, dan tingkat melek huruf (literacy) (Arsyad, 2020). Di dalam indeks ini, angka rata-rata harapan hidup dan angka kematian bayi dapat menggambarkan status gizi ibu dan anak, derajat kesehatan, serta lingkungan keluarga yang langsung berasosiasi dengan kesejahteraan keluarga. Pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf bisa menggambarkan jumlah penduduk yang mendapatkan akses pendidikan sebagai hasil pembangunan. Masing-masing indikator tersebut mengukur kinerja pembangunan suatu negara berdasarkan skala 1 sampai 100. Angka 1 artinya kinerja pembangunan terburuk dan angka 100 untuk kinerja pembangunan yang terbaik (Fuady, 2013). IKH digunakan untuk mengukur kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Pertumbuhan penduduk mendorong urbanisasi dan Demografi dan Urbanisasi tumbuhnya kota kecil dan sedang di seluruh indonesia. Berdasarkan sensus penduduk 2010 (SP2010) masyarakat Indonesia 2010–2045 yang tinggal di perkotaan menjadi 72,8% pada tahun 2045. Sedangkan menurut Survei Penduduk Antar Sensus 2015 (SUPAS 2015) menjadi 75,5%. Jumlah Penduduk Jumlah Lansia (65+) 2010 238,5 Jt 2010 11,9 Jt 2045 SP 2010 318,7 Jt 2045 SP 2010 42,8 Jt SUPAS 2015 318,9 Jt SUPAS 2015 44,9 Jt Harapan Hidup Jumlah Lansia (65+) 2010 69,8 Th 2010 49,9% 2045 SP 2010 72,8 Th 2045 SP 2010 69,1% SUPAS 2015 75,5 Th SUPAS 2015 72,8% Sumber: Kementrian PPN/Bappenas, SP2010, SUPAS 2015 Produksi 28 Mei 2019 Gambar 2.11 Demografi dan Urbanisasi Indonesia 2010-2045 Bab 2 - Pembangunan Wilayah, Revolusi Industri, dan 121 Pengaruhnya terhadap Ruang Muka Bumi dan Kesejahteraan Terapkan Konsep Lakukan kegiatan belajar sebagai berikut. Amati pembangunan nasional dan daerah kabupaten/kota kalian. Bagaimana tingkat keberhasilan pembangunan nasional atau daerah tempat tinggal kalian jika dilihat dari beberapa jenis indikator keberhasilan pembangunan? Berikan argumentasinya. 5. Dampak Pembangunan Wilayah terhadap Perubahan Ruang Muka Bumi a. Perubahan Muka Bumi sebagai Dampak Pembangunan Pembangunan merupakan perubahan fisik untuk memenuhi kebutuhan hidup penduduk. Ada berbagai jenis perubahan fisik alam yang harus diubah agar dapat berfungsi secara lebih optimal dalam memenuhi fungsinya. Sebagai contoh pembangunan Bendungan Sutami di Malang, Jawa Timur. Pembangunan bendungan tersebut mengubah kenampakan Sungai Brantas menjadi bendungan. Jika semula bentuk muka bumi di wilayah tersebut berupa Sungai Brantas yang curam, kini penampakan itu berubah menjadi bendungan dengan hamparan air yang luas dengan multifungsi, sebagai penyedia air untuk pertanian, energi listrik, bahkan pariwisata. Fenomena yang sama banyak dijumpai di wilayah lain di Indonesia, seperti Bendungan Jatiluhur di Jawa Barat, Bendungan Gajah Mungkur di Jawa Tengah, Bendungan Asahan di Sumatra yang diikuti perubahan-perubahan bentuk di muka bumi. Tidak hanya pembangunan bendungan yang mengubah bentuk muka bumi. Ada pembangunan lain yang telah mengubah muka bumi. Pembangunan kawasan industri yang terjadi di banyak tempat. Di Jawa Timur, pembangunan kawasan industri di Mojokerto telah mengubah kawasan pertanian menjadi kawasan industri. Hal serupa juga terjadi di tempat yang lain. Gambar 2.12 Tompahnya minyak ke laut Sumber: Freepik. com/@uiinternational (2022) 122 Geografi untuk SMA/MA Kelas XII b. Perubahan Muka Bumi sebagai Dampak Interaksi Antarruang Dewasa ini pemerintah gencar melakukan pembangunan infrastruktur jalan. Tidak hanya pembangunan jalan tol, tetapi juga jalan-jalan umum yang menghubungkan antar desa, desa dengan kota, antarkota, dan bahkan antarprovinsi. Misalnya Jalan Tol Trans-Jawa telah menghubungkan banyak daerah di Pulau Jawa, dari wilayah barat hingga timur. Demikian pula perbaikan kualitas dan pelebaran jalan-jalan umum yang menghubungkan wilayah pedesaan maupun perkotaan. Pembangunan infrastruktur jalan tersebut telah meningkatkan mobilitas penduduk antarwilayah. Jumlah penduduk yang bepergian untuk kegiatan bisnis atau sekedar berkunjung mengalami peningkatan secara drastis, bahkan sering menimbulkan kemacetan. Aktivitas antar wilayah yang semakin meningkat tersebut dapat berdampak positif tumbuhnya aktivitas ekonomi industri dalam skala besar maupun kecil yang mengubah bentuk muka bumi. Area-area yang semula berupa pertanian dapat berubah menjadi area industri, bisnis ekonomi, maupun pemukiman penduduk. Banyak area di suatu wilayah telah tumbuh berubah dari bentuk asalnya sebagai dampak dari interaksi antarruang. Banyak area di wilayah pedesaan berubah bentuknya menjadi area bisnis, aktivitas perdagangan, atau industri. Sebagai contoh pembangunan Jembatan Nasional Suramadu. Jembatan ini menjadi sarana mobilitas penduduk yang besar, terutama hari- hari raya. Aktivitas penduduk melewati jembatan tersebut telah mengubah area-area sekitarnya di Madura berubah menjadi area perdagangan dari area pertanian. Demikian pula pembangunan Jalan Tol Trans-Jawa (1.056,38 km), Tol Jabodetabek (298,71 km), Tol Trans-Sumatera (684,5 km), dan lain-lain. Pembangunan jalan cepat tersebut telah diikuti perubahan bentuk muka bumi sebagai akibat timbulnya aktivitas ekonomi penduduk. Gambar 2.13 Mudik di Jembatan Suramadu Sumber: Antara Foto/Moch Asim (2009) Bab 2 - Pembangunan Wilayah, Revolusi Industri, dan 123 Pengaruhnya terhadap Ruang Muka Bumi dan Kesejahteraan c. Perubahan Muka Bumi sebagai Dampak Bencana Bumi akan selalu mengalami perubahan setiap waktu. Perubahan ini diakibatkan faktor alam ataupun faktor manusia. Faktor alam seperti fenomena pergerakan lempeng, gunung meletus, tsunami, gempa, curah hujan yang tinggi, longsor, dan lain-lain. Adapun faktor manusia seperti adanya pembangunan yang tidak mempertimbangkan kondisi alam, pemanfaatan sumber daya berlebihan, dan lain-lain. Kedua faktor ini sangat berpengaruh terhadap perubahan muka bumi. Perubahan muka bumi yang diakibatkan oleh faktor alam juga menjadi ancaman bencana besar bagi Indonesia. Tingginya risiko bencana ini menjadikan aksi pengurangan risiko bencana sebagai salah satu prioritas pembangunan. Upaya penanggulangan bencana merupakan tantangan dan tanggung jawab besar yang harus digerakkan dengan strategi yang terstruktur, sistematis, terukur, dan berkelanjutan. Strategi penanggulangan bencana dimulai dari penerapan sistem peringatan dini dengan teknologi tepat guna, penilaian dan pemetaan risiko bencana untuk menentukan wilayah prioritas penanganan dan berisiko tinggi (Agung, 2018). Tantangan besar bagi negara kita untuk dapat mencapai pembangunan di samping tingginya risiko bencana. Risiko ini dilihat dari kondisi Indonesia yang memiliki 317 daerah rawan banjir tinggi, 127 gunung berapi aktif, 3 lempeng aktif, dan lain-lain. Lalu, bagaimana Indonesia mengambil kebijakan untuk pembangunan? Negara kita berupaya untuk meningkatkan ketahanannya terhadap bencana. Indonesia Multi Donor Fund Facility for Disaster Recovery (IMDFF-DR) merupakan salah satu aksi nyata yang telah diupayakan. IMDFF-DR didirikan untuk melengkapi program penanggulangan bencana pemerintah pada tahun 2009. Upaya ini untuk pemulihan mata pencaharian masyarakat, mendukung pembangunan kembali ekonomi daerah, memperkuat ketahanan individu terhadap bencana di masa depan, dan rekonstruksi pemukiman (Vun et al., 2018). Keberhasilan pembangunan di Indonesia juga terletak pada pendekatan yang digunakan. Fokus pendekatan ini berada pada komunitas dan masyarakat lokal untuk proses pembangunan kembali. Keberhasilan ini dilihat dari upaya pemulihan di Jawa pasca gempa bumi tahun 2006 di Yogyakarta, di Nias dan Aceh setelah tsunami Samudra Hindia 2004, dan di Pangandaran pasca tsunami. Bahkan Bank Dunia juga ikut membantu dalam proses rekonstruksi permukiman berbasis masyarakat ini (Vun et al., 2018). Bencana-bencana alam tersebut telah turut mengubah bentuk muka bumi dari bentuk asalnya. Misalnya peristiwa gempa bumi di Palu. Peristiwa itu telah mengubah kenampakan muka bumi di Palu. 124 Geografi untuk SMA/MA Kelas XII Pembangunan & Indikator Kesejahteraan Rakyat Pembangunan adalah upaya secara sadar dari manusia untuk memanfaatkan lingkungan dalam usaha memenuhi kebutuhan Paradigma Pembangunan Wilayah hidupnya. Dengan adanya pembangunan, kehidupan dan Paradigma baru pembangunan berfokus pada pengembangan kesejahteraan manusia dapat meningkat. ekonomi wilayah yang berorientasi pada tiga aspek, yaitu: Tujuan Pembangunan Pertumbuhan Pemerataan (eficiency) (equity) - Pengendalian pertumbuhan penduduk dan kualitas sumber Keberkelanjutan daya manusia (sustainability) - Pemeliharaan daya dukung lingkungan - Pengendalian ekosistem dan jenis spesies sebagai sumber Indikator Kesejahteraan Rakyat daya bagi pembangunan Berdasarkan data 2019–2021 - Pengembangan Industri - Mengantisipasi krisis energi sebagai penopang utama Kependudukan industrialisasi Populasi Laju pertumbuhan 0,98 1.276,36 Juta jiwa Kepadatan 142 jiwa/km Sex ratio 101,4% Jumlah kelahiran Bentuk Pembangunan Dependency ratio 45% (Fertilitas) 4,4 juta jiwa Pembangunan berorientasi pada kualitas sumber daya manusia Kesehatan dan Gizi danbukan pembangunan Angka kematian tinggi akibat Pandemi Covid-19 infrastruktur semata, 1.682.500 juta jiwa, fasilitas dan tenaga kesehatan bertujuan agar berdampak masih kurang mencukupi. Status kecukupan gizi balita melalui pemenuhan ASI 95%. Imunisasi dasar lengkap Pembangunan lebih besar mendorong sebesar 57,17% Berwawasan kesejahteraan penduduk Kependudukan secara keseluruhan. Pendidikan Hakikat pembangunan berwawasan Angka Melek Huruf (AHM) 96% lingkungan adalah: inventarisasi dan Angka Partisipasi Sekolah (APS) 72–99% rehabilitasi sumber daya alam, pemanfaatan teknologi yang Pembangunan Taraf Hidup & Pola Konsumsi memadai, serta pendayagunaan Berwawasan Pengeluaran Perkapita 1,225 Juta wilayah dengantidak merusak uit Lingkungan Bisk lingkungan hidup. Susu Indeks Gini (Kesenjangan Pendapatan) 0,381 Konsumsi perkapita/hari: 2152 kkal (energi) & 62 gram (protein).(Standar kecukupan gizi WNPG XI adalah 2100 kkal Pembangunan berkelanjutan 01 02 03 04 05 & 57 gram perkapita perhari) NO POVERTY ZERO HUNGER GOOD HEALTH QUALITY EDUCATION GENDER EQUALITY berawaldari Konverensi di AND WELL-BEING 06 07 08 09 10 Rio de Jenairo (1992). CLEAN WATER AFFORDABLE DECENT WORK AND INDUSTRY, INNOVATION REDUCED AND SANITATION AND CLEAN ENERGY ECONOMIC GROWTH AND INFRASTRUCTURE INEQUALITIES Pembangunan berorientasi Ketenagakerjaan 11 12 13 14 15 SUSTAINABLE CITIES RESPONSIBLE CLIMATE ACTION LIFE BELOW WATER LIFE ON LAND AND COMMUNITIES CONSUMPTION AND PRODUCTION pada pemenuhan kebutuhan 16 PEACE, JUSTICE AND 17 PARTNERSHIPS Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 2021 hidup masa sekarang sekaligus STRONG INSTITUTIONS FOR THE GOALS kebutuhan hidup generasi masa Pembangunan 68,08% depan. Hal penting yang perlu Berkelanjutan diperhatikan meliputi tiga aspek: Perumahan & Lingkungan Fisik bangunan layak tinggal 95–99%, rumah Kesejahteraan K kepemilikan sendiri 80%, lingkungan sehat 49–90% ekonomi Keadilan eadilan Pelestarian Pelesta Kemiskinan sosial lingkungan Jumlah penduduk miskin 10% (27,54 juta jiwa) (indikator kemampuan memenuhi kebutuhan dasar rumah tangga) Sosial Lainnya Sumber: jdih.kemenkeu.go.id Adanya perubahan gaya hidup berbasis teknologi https://repository.ipb.ac.id terutama di bidang telekomunikasi dan transportasi, juga perubahan pola pikir yang semakin maju https://sdgs.un.org/goals/bps.go.id Bab 2 - Pembangunan Wilayah, Revolusi Industri, dan 125 https://eprints.untirta.ac.id Pengaruhnya terhadap Ruang Muka Bumi dan Kesejahteraan Gambar 2.14 Pembangunan dan indikator kesejahteraan rakyat Ayo, Berdiskusi! Pembangunan memiliki dampak terhadap perubahan ruang muka bumi, seperti perubahan pengunaan lahan. Diskusikan secara berkelompok pengaruh pembangunan jalan terhadap perubahan penggunaan lahan di daerah dimana kalian tinggal. B. Revolusi Industri 4.0 dan Masyarakat 5.0 1. Pembangunan Era Revolusi Industri 4.0 Industrialisasi merupakan suatu proses pembangunan dengan perubahan struktural. Sumber produktivitas, pertumbuhan output, serta lapangan kerja yang beralih dari pertanian ke industri. Perubahan teknologi ini memperkenalkan cara baru untuk bekerja dan hidup untuk mengubah masyarakat secara mendasar. Peningkatan produktivitas dan output dalam industri telah menjadi alat pendorong utama pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan nasional serta pendapatan per kapita, yang menyediakan pasar besar untuk produk industri. Pembangunan industri bergerak dengan melepaskan kinerja ekonomi yang dinamis dan kompetitif untuk menghasilkan keseimbangan antara pendapatan dan lapangan kerja serta memfasilitasi perdagangan internasional dan meningkatkan efisiensi sumber daya. Dalam menentukan tujuan pembangunan sektor industri jangka panjang, tidak hanya ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan di sektor industri saja, tetapi juga harus mengatasi permasalahan nasional. Pembangunan industri merupakan salah satu pilar pembangunan perekonomian nasional yang diarahkan dengan menerapkan prinsip- prinsip pembangunan industri berkelanjutan yang didasarkan pada aspek pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup. Definisi dari pembangunan industri sendiri adalah proses pembangunan dan pertumbuhan industri dalam perekonomian menggunakan teknologi baru untuk membuat pekerjaan menjadi lebih mudah, lebih cepat, dan lebih baik sehingga mampu meningkatkan output bisnis dan peningkatan keuntungan (Migo, 2021). Kemunculan pembangunan yang bergerak di sektor industri tidak terlepas dari peristiwa revolusi industri yang terjadi berpuluh-puluh tahun lalu. Sejarah yang mengubah kehidupan agraris beralih pada industri dan manufaktur. 126 Geografi untuk SMA/MA Kelas XII Dalam sejarah modern, proses perubahan dari ekonomi agraris dan kerajinan menjadi ekonomi yang didominasi oleh industri dan manufaktur mesin. Proses ini dimulai di Inggris pada abad ke-18, kemudian menyebar ke berbagai negara. a. Revolusi Industri 1.0 Istilah revolusi industri pertama kali dipopulerkan oleh sejarawan ekonomi Inggris bernama Arnold Toynbee (1852–1883) untuk menggambarkan perkembangan ekonomi Inggris dari tahun 1760 hingga 1840. Secara spesifik terdapat tiga faktor penting yang mendorong revolusi 1.0, yakni revolusi pertanian, peningkatan populasi, dan keunggulan Inggris Raya. Revolusi industri menganggap era waktu sangat penting karena teknik pertanian yang lebih baik, pertumbuhan populasi, dan keunggulan Inggris Raya yang memengaruhi negara-negara di seluruh dunia. Revolusi pertama menjadi revolusi yang paling sering dibicarakan karena penemuan mesin uap sebagai pengganti tenaga manusia dan hewan Gambar 2.15 Industri di Era dalam melakukan pekerjaan berat. Tenaga lain Revolusi 1.0 Sumber: id.wikipedia.org/Chris Allen yang sering digunakan adalah tenaga air dan tenaga (2008) angin yang tidak bisa digunakan kapan saja. Maka penemuan mesin uap menjadi revolusi baru yang dapat menggantikan tenaga manusia dan dua tenaga alam yang terbatas (Fajariah & Suryo, 2020). b. Revolusi Industri 2.0 Revolusi 2.0 tidak begitu banyak dibicarakan seperti halnya Revolusi Industri 1.0. Revolusi industri kedua ini terjadi pada abad 20 awal. Sebelum adanya Revolusi Industri 2.0, proses produksi tenaga manusia tidak lagi diperlukan. Pekerjaan di pabrik pada umumnya sudah menggunakan tenaga mesin uap, bahkan digantikan dengan tenaga listrik. Namun, kendala lain ditemukan dalam proses produksi, khususnya dalam hal transportasi (mobil) untuk mengangkut barang di dalam pabrik yang luas. Gambar 2.16 Pabrik Mobil Ford Sumber: The Henry Ford.org Bab 2 - Pembangunan Wilayah, Revolusi Industri, dan 127 Pengaruhnya terhadap Ruang Muka Bumi dan Kesejahteraan Sebelum revolusi 2.0, proses perakitan mobil harus dilakukan di satu tempat yang sama untuk menghindari proses transportasi dari tempat spare part satu ke tempat spare part lainnya. Hingga akhirnya pada tahun 1913, revolusi 2.0 dimulai dengan menciptakan “lini produksi” atau assembly line yang menggunakan “ban berjalan” atau conveyor belt di tahun 1913. Munculnya lini produksi membuat proses produksi mengalami perubahan total. Jika sebelumnya satu tukang harus diajarkan merakit semua bagian mobil, tugas perakitan dilakukan dengan satu tukang mengurus satu bagian saja, seperti pemasangan ban (Binus University, 2019). c. Revolusi Industri 3.0 Bila pada revolusi pertama pemicu perubahan ialah ditemukannya mesin uap, revolusi kedua dengan ditemukannya ban berjalan dan listrik, revolusi ketiga ialah dari sisi manusianya. Penemuan baru dalam revolusi ketiga ini ialah ditemukannya mesin yang dapat bergerak, yang dapat berpikir secara otomatis: komputer dan robot. Pada masa ini, dunia mulai bergerak dengan memasuki era digitalisasi, yang sebagian pekerjaan atau aktivitas yang sebelumnya hanya dapat dilakukan oleh manusia (menghitung atau menyimpan hal penting seperti dokumen), dapat dilakukan oleh komputer. Perubahan lain bergerak tidak hanya mengenai revolusi di sektor industri saja, tetapi juga di bidang informasi. Apabila dilihat dari sisi positifnya, kemajuan teknologi digital dapat mempermudah pekerjaan manusia. Sisi positif ini dapat mengembangkan potensi terbesar manusia yang sesungguhnya agar lebih dioptimalkan, seperti berpikir, memimpin, dan menciptakan karya. Perkembangan komputer juga semakin cepat setelah adanya perang dunia kedua. Komputer yang dulunya memiliki ukuran hampir sebesar ruangan, terus mengalami perubahan dengan ukuran yang lebih kecil dan memiliki fungsi yang semakin baik. Hingga saat ini fungsi dari komputer tersebut hanyalah sebagai salah satu perangkat dan manusia mulai menjelajahi era revolusi industri baru, yaitu Revolusi Industri 4.0. d. Revolusi Industri 4.0 Revolusi keempat mulai dicetuskan pertama kali pada tahun 2011 dalam acara Hannover Trade Fair, oleh sekelompok perwakilan ahli dari berbagai bidang asal Jerman. Melalui pertemuan itu dipaparkan bahwa industri telah memasuki babak baru, inovasi baru dengan proses produksi akan berubah semakin pesat. 128 Geografi untuk SMA/MA Kelas XII Pada tahun 2015, Angela Merkel mengenalkan gagasan Revolusi Industri 4.0 di acara World Economic Forum (WEF). Sejumlah modal besar dikeluarkan, yaitu sebesar €200 juta oleh Jerman dalam mendukung para akademisi, pemerintah, dan juga pebisnis untuk melakukan penelitian lintas akademis mengenai Revolusi Industri 4.0. Revolusi industri keempat merupakan puncak dari revolusi industri. Revolusi yang melahirkan teknologi digital dan berdampak masif terhadap hidup manusia di seluruh bagian dunia. Di masa revolusi industri keempat memungkinkan kemudahan yang hadir di segala bidang untuk mencapai produktivitas yang efektif dan efisien yang akan meminimalkan peran manusia. Secara umum, revolusi keempat akan mengganti tenaga manusia yang bermula sebagai operator menjadi seorang ahli dengan kompetensi tinggi. Hal ini dimunculkan dengan tidak hanya mesin dan sistem pintar, tetapi revolusi pada manusia juga telah mengalami perubahan yang lebih besar, dari adanya pengurutan DNA sampai nanoteknologi, Gambar 2.17 Komputer sebagai hingga energi baru terbarukan sampai komputasi Teknologi Automasi Sumber: Tim Lintas Pewarta. Printerest kuantum (Scwab, 2019). (2022) Salah satu bentuk implementasi dari pembangunan industri ialah dengan adanya pembangunan pabrik daur ulang botol polyethylene terephthalate (PET) di Cikarang. Pembangunan pabrik itu sejalan dengan komitmen pemerintah untuk mendukung pembangunan industri berkelanjutan sekaligus mengurangi sampah plastik hingga 70% pada 2025 sebagai agenda prioritas nasional. Pembangunan pabrik daur ulang juga menjadi alasan dalam memperkuat upaya pemerintah untuk menanggulangi permasalahan ekonomi, sosial, dan lingkungan sesuai dengan konsep pembangunan industri. Hal baik dari pembangunan pabrik daur ulang di Cikarang ialah pemanfaatan pembangunan dengan rendah karbon dan ekonomi sirkular. Kebijakan ini tentunya diharapkan mampu memenuhi target dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) dan target pengurangan emisi gas rumah kaca sesuai Paris Agreement pada 2030. Selain di Cikarang, pabrik daur ulang plastik juga terdapat di wilayah Pasuruan. Pembangunan pabrik daur ulang dimulai sejak 2019 dengan total investasi 600 Bab 2 - Pembangunan Wilayah, Revolusi Industri, dan 129 Pengaruhnya terhadap Ruang Muka Bumi dan Kesejahteraan miliar. Di samping itu, fasilitas ini juga menyerap lebih dari 200 orang tenaga kerja lokal sehingga mampu mengecilkan masalah pengangguran. Pabrik ini berdiri dengan didukung teknologi mesin moderen yang mampu memisahkan tutup dan label sekaligus dengan cepat. Bentuk investasi di pabrik daur ulang botol PET ini dapat memperkuat ekosistem daur ulang. Ayo, Berdiskusi! Revolusi industry 4.0 memudahkan cara hidup manusia dengan kecerdasan buatan yang berupa ciptaan robot dalam berbagai bentuk. Namun, di sisi lain menimbulkan masalah pemutusan kerja yang besar. Diskusikan secara berkelompok bagaimana mengantisipasi agar dampak revolusi 4.0 tersebut dapat diminimalisasi. 2. Keterkaitan Era Revolusi Industri 4.0 dengan Masyarakat 5.0 Banyak perbincangan mengenai Revolusi Industri 4.0 dan Masyarakat 5.0 (Society 5.0) saat ini. Kedua hal ini muncul dengan era yang berbeda, tetapi memiliki keterkaitan yang erat. Ini juga bukan topik yang sama, sehingga Masyarakat 5.0 bukan tahapan lanjutan setelah Revolusi Industri 4.0. Dua topik ini ada kaitannya dengan konsep evolusi perkembangan teknologi dan evolusi peradaban manusia. Revolusi Industri 4.0 merupakan bagian dari konsep evolusi perkembangan teknologi, sedangkan Masyarakat 5.0 merupakan bagian dari konsep evolusi peradaban manusia. Model Masyarakat 5.0 merupakan sebuah model society baru semenjak Jepang mengumumkannya. Revolusi 3.0 Revolusi Industri 4.0 2.0 Revolusi Industri Revolusi Industri 1.0 mekanisasi, Industri produksi massal, automasi, komputer, dan sistem robot, internet, dan jaringan jalur perakitan, elektronik tenaga uap, energi listrik alat tenun 1784 1870 1969 sekarang Gambar 2.18 Perkembangan Revolusi Industri 130 Geografi untuk SMA/MA Kelas XII Masyarakat 5.0 merupakan penyebutan bagi peradaban manusia yang dapat bertahan dan menyelesaikan tantangan ataupun permasalahan di era Revolusi Industri 4.0 (era teknologi). Lalu sebenarnya bagaimana tahapan dalam perkembangan revolusi industri? Tahapan ini sudah dibahas pada bahasan sebelumnya, yaitu Revolusi Industri 1.0, Revolusi Industri 2.0, Revolusi Industri 3.0, dan Revolusi Industri 4.0. Selanjutnya bagaimana dengan tahapan peradaban manusia? Masyarakat 5.0 dicetuskan pertama kali di Jepang sehingga tahapan peradaban juga mengacu negara tersebut (Falah, 2022). Tahapan peradaban manusia tersebut dapat dilihat pada gambar berikut. Society 5.0 Society 5.0 Masyarakat pintar Penemuan Komputer Mulai pendistribusian informasi Masyarakat informasi Penemuan lokomotif uap Mulai produksi massal Masyarakat industri Pengembangan teknik irigasi Pendirian pemukiman yang kokoh Masyarakat agraris Hidup berdampingan dengan alam Inovasi ekonomi Masyarakat berburu dan sosial dengan Paruh kedua pendalaman Kelahiran manusia 13.000 SM Akhir abad ke-18 abad ke-20 Abad 21 Society 5.0 Sumber: Prepared based on materials from the Japan Bussiness Federation (Keidanren) Gambar 2.19 Tahapan Peradaban Manusia menurut Keidanren Jepang Peradaban tahapan pertama ialah hunting society. Masyarakat pada tahapan ini masih sangat bergantung pada alam. Kegiatan yang mereka lakukan ialah berburu dan mengambil secara langsung dari alam. Persaingan masyarakat pada tahapan ini dengan otot (kekuatan) manusia itu sendiri. Selanjutnya Masyarakat 1.0 dan Masyarakat 2.0 disebut dengan agrarian society. Masyarakat pada tahapan ini masih menggantungkan dirinya pada alam dan bersaing dengan otot (kekuatan) manusia. Level manusia pada era ini sudah mulai melakukan kegiatan pertanian dan melakukan sistem irigasi. Bab 2 - Pembangunan Wilayah, Revolusi Industri, dan 131 Pengaruhnya terhadap Ruang Muka Bumi dan Kesejahteraan Beralih pada Masyarakat 3.0, yaitu industrial society. Fase ini beriringan dengan Revolusi Industri 1.0 yang dimulai dengan ditemukannya mesin uap. Pada fase ini juga terdapat era Revolusi Industri 2.0 yang mulai menggunakan energi listrik. Fase ini menandakan bahwa persaingan tidak hanya dilakukan dengan otot (kekuatan), tetapi juga menggunakan mesin. Peradaban selanjutnya ialah Masyarakat 4.0 atau yang disebut information society. Fase ini beriringan dengan adanya Revolusi Industri 3.0. Revolusi ini ditandai dengan adanya penggunaan sistem Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di segala bidang. Fase ini menandakan persaingan tidak hanya menggunakan mesin, tetapi juga dapat dilakukan dengan menggunakan informasi. Fase Masyarakat 4.0 ini pada akhirnya juga memasuki era Revolusi Industri 4.0 yang dimulai dari adanya Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT). Perkembangan Revolusi Industri 4.0 yang sangat pesat inilah yang melatarbelakangi munculnya fase Masyarakat 5.0. Fase ini mengusungkan manusia sebagai pusat dari kehidupan, bukan teknologi atau informasi. Masyarakat 5.0 ini merupakan respons dari penggunaan AI dan IoT yang sangat kuat pada Revolusi Industri 4.0. Fase Masyarakat 5.0 ini akan menempatkan keseimbangan peran manusia dengan penggunaan AI dan IoT. Posisi manusia sebagai pusat dari kehidupan sehingga dua hal tersebut dapat berjalan bersamaan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Terapkan Konsep Lakukan kegiatan belajar sebagai berikut. Ada beberapa tahapan perkembangan revolusi industri yang telah berlangsung dalam sejarah peradaban manusia. 3. Kemukakan tahapan-tahapan perkembangan revolusi industri tersebut. 4. Jika melihat perubahan yang terjadi di masyarakat kota/kabupaten kalian, revolusi industri manakah yang relevan untuk menjelaskannya? 3. Perubahan Perilaku Keruangan sebagai Dampak Revolusi Industri 4.0 dan Masyarakat 5.0 a. Perubahan Perilaku dalam Desain Rumah Tempat Tinggal Masyarakat 5.0 merupakan suatu konsep yang dikembangkan oleh Jepang dengan menggambarkan masyarakat yang berpusat pada manusia (human centered) dan berbasis teknologi (technology based). Masyarakat 5.0 merupakan 132 Geografi untuk SMA/MA Kelas XII babak baru dari masyarakat informasi (Masyarakat 4.0) untuk menciptakan Masyarakat Super Cerdas (MSC). Pada Masyarakat 4.0, manusia mengumpulkan informasi melalui jaringan dan menganalisisnya. Namun, dalam Masyarakat 5.0, manusia, benda, dan sistem terhubung di dunia maya yang diperoleh oleh Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT). Konsep Masyarakat 5.0 ini memungkinkan manusia menggunakan teknologi untuk memiliki kehidupan nyaman dan mudah yang serba otomatis (Fukuyama, 2018). Salah satu wujud transformasi pada Masyarakat 5.0 ialah dengan munculnya desain rumah pintar. Smart home atau rumah pintar ini dirancang dengan bantuan komputer yang dapat memberikan keamanan, kenyamanan, dan penghematan energi. Pada Masyarakat 5.0, manusia memanfaatkan IoT untuk membantu

Use Quizgecko on...
Browser
Browser