Ancient History of Parenting PDF
Document Details
Uploaded by Deleted User
Tags
Summary
This document explores the ancient history of parenting, examining cultural values, social norms, and child-rearing practices across various civilizations. It delves into the diversity of parenting styles and philosophies throughout history and across cultures.
Full Transcript
PPT Mahasiswa Ancient History of Parenting.pptx PPT Materi Pertemuan 2_Ancient History of Parenting.pptx Tujuan pembelajaran: Memahami nilai-nilai kebudayaan dan sosial, kepercayaan, dan praktik mengenai peng...
PPT Mahasiswa Ancient History of Parenting.pptx PPT Materi Pertemuan 2_Ancient History of Parenting.pptx Tujuan pembelajaran: Memahami nilai-nilai kebudayaan dan sosial, kepercayaan, dan praktik mengenai pengasuhan anak di berbagai peradaban kuno. Memahami keberagaman gaya dan filosofi pengasuhan anak sepanjang sejarah dan pada lintas budaya. Memahami sejarah praktik pengasuhan anak dan teori-teori yang mempengaruhi pengasuhan anak modern. Memahami peran dan harapan orang tua dan anak dalam masyarakat kuno, serta tantangan dan pengalaman yang dihadapi. Patriarchy vs Matriarchy Patriarchy Matriarchy Emerged in ancient Eastern Associated with prehistoric Mediterranean cultures societies Characterized by the belief in Hypothesized to be male superiority, hierarchical “Goddess-centered” and based power structures, and the on maternal, life-giving values prioritization of production over reproduction Persamaan dan perbedaan Persamaan: menyadari bahwa infancy dan early childhood adalah dari Ancient Eastern tahapan hidup yang penting, namun praktik pengasuhannya Mediterranean History of berbeda-beda Parenting Perbedaan: Egypt lebih affectionate dan optimistic Mesopotamian lebih pesimis dan harsh Israel lebih dipengaruhi dengan kepercayaan dan menghubungkan dengan konseptualisasi tentang Tuhan Ciri-ciri Parenting Ancient Patriarchal Society Egypt ○ Ayah yang memegang kendali atas keluarganya dan berperan dalam mengajarkan dan mempersiapkan anak laki-lakinya untuk memasuki usia dewasa Parental Devotion ○ Disebut sebagai the most devoted parents, dengan ekspektasi sosial orang tua memiliki keluarga besar (8-12 anak), dan membesarkan anak-anaknya dengan cinta dan perhatian Recognition of Child’s Development ○ Egyptian memberikan perhatian pada perbedaan tahap perkembangan anak dan memiliki hieroglif terpisah yang menunjukkan infants, toddlers, youth dan adolescents Socioeconomic Status Influence ○ Upper-class Egyptians menunjukkan pendekatan yang lebih positif dan penuh kasih sayang dalam mengasuh anak, dibandingkan dengan lower-class Egyptians ○ Upper-class: Anak-anak dianggap penting, melibatkan anak-anak dalam kegiatan seperti makan, bermain dan berburu. ○ Lower-class: Ibu dan Ayah terpisah dalam mengasuh anak Ibu lebih memperhatikan infants dan toddlers Ayah mempersiapkan anak laki-laki untuk memasuki masa dewasa. Gambaran kehidupan keluarga mesir kuno: Akhenaten dan istrinya, dengan kehidupan keluarga yang penuh cinta bersama tiga anaknya. Naunakhte yang menyatakan bahwa ia telah memberikan segalanya untuk kedelapan anaknya namun hanya empat anak yang mengurusnya di hari tua, sehingga empat lainnya tidak mendapat warisan Ciri-ciri Parenting Ancient Absence of Celebrated Family Life Mesopotamia ○ Mesopotamian memiliki kebudayaan yang lebih “gelap”, yang mempengaruhi kehidupan keluarga, yaitu tidak merayakan kehidupan keluarga dan anak-anak hampir tidak pernah hadir di acara resmi dan pemakaman Kebudayaan “gelap”: ikut perang, struggle dengan bencana alam, memiliki mitologi kehidupan dan akhirat yang suram Hampir tidak ada catatan atau kesenian yang menggambarkan kehidupan rumah dengan orang tua dan anak yang Bahagia Namun, ekspresi kasih sayang seperti peluk dan cium dari orang tua untuk anak juga tetap ada Burdensome Parenting ○ Tuntutan parenting dan keluarga dipandang membebankan, perlu adanya kebutuhan untuk melindungi anak dari perilaku buruk orang tua, dan terdapat jarak emosional antara orang tua dan anak Early Military Training ○ Ayah dari keluarga aristocrat mengajarkan anak laki-laki untuk berkuda dan memanah sejak usia dini (sekitar 3 tahun) sebagai kemampuan militer Recognition of Childhood Illnesses ○ Mesopotamians memahami berbagai kondisi penyakit anak dan memiliki pemahaman tentang pengobatannya Ciri-ciri Parenting Ancient Religious and Cultural Influences Israel ○ Kehidupan keluarga dipengaruhi oleh praktik keagamaan dan budaya Family Structure ○ Terdiri dari beberapa generasi, dengan latar belakang ekonomi agraris yang sederhana Parental Authority ○ Baik Ibu maupun Ayah perlu dihormati dan dipatuhi oleh anak-anaknya Parental Responsibility ○ Ibu dan perempuan yang lebih tua bertanggug jawab untuk mengasuh infants dan toddler Concern for Children’s Well-Being ○ Kesejahteraan anak diperhatikan mulai dari asupan gizi, kegiatan dan kebersihan Desire for Children ○ Keinginan kuat untuk memiliki banyak anak dan keluarga yang besar dipandang sebagai sebuah berkat Ciri-ciri Parenting Ancient Influence of Greek Philosophy Greek ○ Filsuf Yunani memberikan wawasan mengenai parenting dengan menekankan pentingnya anak dalam melengkapi rumah tangga, melanjutkan garis keturunan dan merawat orang tua di masa tuanya Importance of Parenting ○ Mengasuh anak dianggap sangat penting untuk stabilitas dan kesejahteraan masyarakat dan negara Aristocratic as Role Model ○ Masyarakat elit (aristokrat) menjadi role model dalam praktik pengasuhan, yang menekankan pentingnya mengasuh anak secara tepat Concern for Child Development ○ Orang tua memiliki pemahaman yang kuat mengenai karakteristik dan kebutuhan anak-anak, pengetahuan yang luas tentang perkembangan anak dan yakin bahwa kebutuhan anak harus dipenuhi Collective Behavior ○ Orang tua diekspektasikan dapat menerima dukungan dari orang dewasa lainnya dalam membesarkan anak Orangtua menerima bantuan dari nenek atau mertua untuk membantu membesarkan anak Family Planning ○ Terdapat praktik kontrasepsi dan aborsi untuk merencanakan kehamilan secara efektif dan mengatur jumlah & jarak kelahiran anak-anak dalam keluarga Tapi di budaya Indonesia, aborsi masih tidak boleh dilakukan tanpa alasan khusus (Abuse dan medical issue) The Social Construction of Children and Childhood ○ Anak dianggap bersifat fleksibel dan dapat dibentuk melalui usaha orang tua untuk membentuk anaknya menjadi orang dewasa yang dibutuhkan oleh masyarakat Anak disiapkan untuk menghadapi masyarakat Ciri-ciri Parenting Rome Patriarchal Family Structure ○ Ayah memegang otoritas yang besar dalam keluarga, bertanggung jawab atas kesejahteraan dan pendidikan anak, dan perannya dianggap penting untuk stabilitas dan kemakmuran keluarga Parental Authority ○ Orang tua, terutama Ayah, memiliki legal authority yang luas atas anak-anaknya. Education ○ Ayah diharapkan untuk memberikan arahan moral dan practical, dan Ibu bertanggung jawab untuk mengajarkan keterampilan dasar dan kebajikan Discipline ○ Anak-anak diharapkan untuk menunjukkan rasa hormat dan kepatuhan terhadap orang tua mereka, namun tetap ada kasih sayang dan kepedulian Gender Roles ○ Anak laki-laki memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mendapat pendidikan, sedangkan anak perempuan disiapkan untuk menikah dan mengerjakan tugas rumah tangga Dapatkah kita bisa Perlu tau konteks (Waktu, situasi, pengalaman) membandingkan parenting di masa kuno dan masa Diskusi kelompok sekarang Modern History of Parenting PPT: Pertemuan 3 PPT Kelompok 6: https://drive.google.com/drive/folders/18lQ6dNxTIVQywg2OtEaeIKT7gJHAaVG7 The Emergence of the 1960s → Development of Social History History of Parenting: ❖ Aries’s Centuries of Childhood: social pattern → a Debates and Theories framework for study a parent-child relationship; greater supervision of children 1970s → European and American ❖ Hunt (1970) ❖ Stone (1983) → study tentang family, sex, marriage an early modern Britain menekankan bagaimana perbedaan English parenting pada tahun 18th premodern 1980s → Studies in Western ❖ Elias → “Civilized Parents” had to pay more attention to monitoring their offspring 2003 → Increasing Studies on Parenting and Childhood Central Issues in the 1. Demographic Transition Emergence of Modern Abad 20 Parenting ○ penurunan angka kelahiran → average family size menurun ○ Penurunan angka kematian bayi ○ Penyebab penurunan → peningkatan standar hidup 2. Work and the Family: New Challenge Tantangan ibu yang bekerja = lebih besar; kenapa? ○ Karena pandangan tradisional dimana Ayah = providing (bekerja), sedangkan Ibu = nurturing (caregiving) Work family conflict banyak diteliti khususnya pada ibu yang bekerja dengan waktu yang tetap, misal pegawai, bidan, perawat In modern way → memunculkan pertanyaan, klo gitu peran ayah apa? Dampak anak yang ayahnya terlibat dalam pengasuhan: ○ Akademik lebih tinggi ○ Kemampuan adaptasi lebih bagus ○ Kehidupan sosial lebih baik In 19th: involve fathers in parenting grandparent’s role Di Indonesia → tangan pertama yang mengulurkan tangan klo kedua orang tua bekerja adalah grandparent ○ Alternatif lainnya: Daycare 3. Parents of Students: The Rise of Schooling Middle class: Support schooling ○ More job opportunities ○ Part of good parenting New parental behaviour: ○ School preparation ○ Recreation to compensate for the rigor of school and homework ○ Intense emotional relationship = motivation to succeed in school ○ No household task = homework 4. Consumerism Consumerism: affecting parent-child relationships ○ Indulgence vs comfort/affection New parental behavior ○ Enternatain/express love for their children ○ Teach them budgeting ○ Set guidelines for external influences Saran dari ahli harus ○ Tetap mengajarkan anak budgeting kayak klo mau main “hayuk nabung dulu” Nonton ini: DEMI CIPUNG RAFATHAR PUAS MAIN,RAFFI NAGIT… 5. Parents and other authorities Other authorities ○ Guide parental behavior ○ Intervene directly with children Other authorities sometimes give parent perasaan “cemas” ○ Helicopter parenting Either a mother or a father might actively intervene on their children’s behalf to seek a better grade or a better slot on a sports team—the targets could be varied Bentuk kasih sayang di era modern, yang menunjukkan bahwa saya (orang tua) masih care sm kamu (anak) Sometimes bisa menimbulkan rasa tidak nyaman ke anak Baiknya orang tua perlahan memberikan authorites ke anak Other authorities: Guru ○ Di TK A/B → Guru berperan sbg ortu di sekolah Sometimes ini involve ke behaviour ke anak The Modern Parent 1. Exploring Parental Adjustments 19th century → exploitation Early 20th → immigration 21st century → poverty 2. The Diverse Experiences of Modern Parenting East Asian ○ Many parts of Asia prioritize family and group identities over the Western individualistic goals for child development The US ○ Individual ○ Lebih ke well-being anak ○ American parents face unique challenges due to lack of support and increased concerns about their children well being and safety Middle East ○ Following tratidional practies Comparing these models reveals the importance of understanding different cultural approaches Indonesia ○ Anak itu dibesarkan bersama-sama ○ Ada kesepakatan dengan orang tua, keluarga besar → anak mau dibesarkan seperti apa? 3. Challenges of Modern Parenting Work-life balance ○ With working hours increasing, finding time for family life has become challenging than ever Screen Time ○ A child’s digital game addiction is known to affect health and social skills ○ Muncul masalah mengenai cara mengatur screen time tersebut Diverse Family Structures ○ Dulu → cerai = aib; Now → divorce is choice ○ Sejak 2009, Single parents melonjak secara global ○ Modern single parents often rely on relatives to create stability for their children 4. The Evolution of Parental Knowledge Jadi orang tua harus terus belajar ○ Karena anak semakin besar → orang tua juga harus semakin besar Information explosion ○ Internet memberikan banyaknya informasi yang mudah didapatkan ○ Pro Parents can be informed and make better choices Parents can connect with other parents and form support groups ○ Cons Parents now face a paradox of choice for every issue Internet sources can sometimes be unreliable The future of parenting ○ Parenting → A paradigm shift ○ Increased focus on mental health ○ Parents are expected to be more aware and approach their child’s mental practively ○ Digital parenting Have new challenges in the form of screen time and cyberbullying Minggu Depan Sudah harus milih variabel yang akan dibahas Fix-in responden InsyaAllah minggu ini, udah dikasih tau alat ukur nya Cul t u r e & Par e n t i n g kelompok 2 anggota 190110220023 Salsabila Fauzi 190110220049 Syelma Safina Aulia 190110220041 Layyina Sharikha 190110220071 Niar Larasati 190110220047 Nasha Khoirotun Hisan 190110220093 Melani Putri Rosa Introduction Anak-anak dan remaja di Afrika dan Asia cenderung kurang mengekspresikan emosi mereka dan terlibat dalam interaksi yang kurang aktif dibandingkan dengan yang ada di budaya barat. Anak-anak Cina, Korea, dan Meksiko menunjukkan perilaku yang lebih terkendali dan patuh pada aturan dibandingkan dengan anak-anak Amerika Utara. Dengan latar belakang ini, para ahli teori dan peneliti telah tertarik pada bagaimana faktor sosialisasi, khususnya pengasuhan, berperan dalam menjelaskan fungsi sosio- emosional dan kognitif anak-anak serta variasi budayanya. APA YANG AKAN KITA PELAJARI HARI INI Bagaimana budaya terlibat dalam pengasuhan anak (parenting). Bagaimana nilai-nilai budaya mempengaruhi aspek atau dimensi utama pengasuhan anak (parenting) Signifikansi perkembangan pengasuhan anak dalam kaitannya dengan hasil perkembangan Implikasi perubahan sosial dan budaya terhadap pengasuhan anak Kesimpulan: arah masa depan dalam studi budaya dan pengasuhan anak The exploration of culture and parenting: a brief history Edwards (2000) Whiting dan Anak-anak di masyarakat yang relatif Whiting (1975) "terbuka" (Taira, Orchard Town) lebih aktif diinteraksi sosial dan terlibat dalam Six Culture Study of Socialization, bentuk permainan yang lebih canggih, menunjukan bahwa pemberian tugas daripada di masyarakat yang lebih kepada anak-anak dan pengaturan "tertutup" (Khalapur, Nyansongo) sosialisasi lainnya merupakan Terdapat dorongan bermain dan "lingkungan belajar anak" untuk kesempatan untuk memilih teman pengembangan gaya perilaku, bermain tanpa supervisi dewasa atau keterampilan, dan psikologis atribut. kontrol adalah beberapa faktor yang mungkin menjelaskan variasi lintas budaya. Kususnya dalam bidang psikologi, belum mengikuti arah penelitian tradisional Bagaimana tentang budaya dan pengasuhan. dengan Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa, meskipun peneliti perkembangan telah perkembangan berusaha memahami pengaruh sosial dan budaya terhadap pembangunan kontemporer? manusia, mereka kurang tertarik dalam isu-isu yang luas tentang paradigma antropologi Khususnya tertarik pada budaya yang terlibat dalam proses pengasuhan specitic. Fokus penelitian mereka, antara lain, pada Sedangkan, (1) kepercayaan, sikap, dan perilaku orangtua pada tingkat individu dan psikolog individu variasi di dalam dan di seluruh perkembangan masyarakat (seperti yang tercermin dalam analisis varians)... (2) pola hubungan yang serupa dan berbeda secara budaya antara pengasuhan anak dan hasil anak (seperti yang tercermin dalam analisis regresi multi-kelompok atau uji varians kelompok). theoretical and methodological issues in the study of culture and parenting Culture: conceptualizations and research approaches Budaya dapat didefinisikan dengan berbagai cara Peneliti dapat memperlakukan budaya sebagai sifat pribadi. Menggunakan berbagai pendekatan dan metode menjadi penting untuk mencapai pemahaman yang relatif komprehensif tentang budaya dan pengasuhan anak. Culture, parenting, and human development: major perspectives THE CONTEXTUAL- SOCIOECOLOGICAL DEVELOPMENTAL PERSPECTIVE PERSPECTIVE VYGOTSKY’S CULTURAL- THE DEVELOPMENTAL HISTORICAL NICHE MODEL PERSPECTIVE Culture and Parenting attitudes cultural values Cultural values merupakan dasar bagi penilaian orang tua dan respon emosional terhadap perilaku anak. dimensions of social behavioral functioning social initiative Self control Parenting attitudes in socialization of social initiative and related behaviors Sikap orang tua terhadap inisiatif sosial anak dapat ditunjukkan dengan bagaimana orang tua memandang dan mendukung interaksi sosial anak, khususnya bermain dengan teman sebaya. Penelitian Chen dan Li (2012) Orang tua di perkotaan lebih mungkin untuk menghargai & mengapresiasi kualitas inisiatif sosial anak dibandingkan dengan orang tua di pedesaan. Di Kanada, hambatan seorang anak berhubungan positif dengan penolakan, kepedulian, dan orientasi hukuman orang tua. Sedangkan di China, hambatan seorang anak secara positif berkaitan dengan sikap orang tua yang hangat dan menerima. Parenting attitudes in socialization of self-control Penelitian menunjukkan bahwa orang tua dalam budaya yang lebih berorientasi pada kelompok cenderung memberikan penekanan yang lebih besar pada self control anak (Chen and French, 2008). Di banyak masyarakat Asia Timur, melatih anak-anak untuk melakukan kontrol adalah suatu tujuan utama bersosialisasi sejak masa kanak-kanak hingga remaja karena mengendalikan perilaku seseorang sesuai dengan aturan sosial dipandang sebagai komponen penting dalam mengembangkan nilai-nilai kebaikan (Chao, 1995; Ho, 1986). Orang tua Afrika-Amerika, terutama yang berstatus sosial ekonomi rendah cenderung mendukung penggunaan disiplin yang keras daripada orang tua Eropa-Amerika. Selain itu, orang tua Afrika-Amerika lebih khawatir daripada orang tua Amerika Eropa tentang anak-anak mereka yang tumbuh dewasa dan memiliki masalah di masa depan (Pinderhughes et al., 2000). Nilai-nilai budaya familisme/familismo dan rasa hormat/respeto di masyarakat Latin umumnya diyakini terkait dengan sikap pengasuhan anak (Halgunseth, Ispa, dan Rudy, 2006; White, Zeiders, Gonzales, Tein, dan Roosa, 2013). Parenting styles and behaviors across cultures 08 Cultural variations on parental warmth and affect expression Kehangatan dan kasih sayang orang tua yang memadai dalam hubungan orang tua- anak diperlukan untuk sosialisasi dan perkembangan manusia lintas budaya (Barnard dan Solchany, 2002; Bornstein, Suwalsky, dan Breakstone, 2012). 09 Aspek Budaya Barat Budaya Timur Lebih menekankan pada kepatuhan, rasa Pentingnya Sangat penting untuk menumbuhkan hormat, dan hierarki keluarga. Ekspresi ekspresi kepercayaan diri, ekspresi diri, dan kompetensi kehangatan yang berlebihan dianggap dapat kehangatan sosioemosional anak. merusak otoritas orang tua. Lebih tersirat dan sering melalui tindakan Cara Lebih terbuka dan langsung, seperti pelukan, konkret, seperti memenuhi kebutuhan sehari- mengekspreksika ciuman, pujian verbal, dan komunikasi tentang hari anak, memberikan bimbingan, dan n kehangatan perasaan. menciptakan lingkungan belajar yang baik. Membangun hubungan yang kuat antara orang Mendorong individualitas, ekspresi emosi, dan Tujuan tua dan anak, serta mempersiapkan anak untuk kepercayaan diri anak. menjadi anggota masyarakat yang baik. "Aku sayang kamu", pelukan, pujian, diskusi Memasak makanan favorit anak, membantu Contoh terbuka tentang perasaan. dengan pekerjaan rumah, memberikan nasihat. Cultural variations on parental control, directiveness, and discipline 08 Kontrol orang tua adalah dimensi lain yang telah menerima banyak perhatian dalam penelitian perkembangan (Baumrind, 1971; Maccoby dan Martin, 1983). Aspek Budaya Barat Budaya Timur Menekankan kepatuhan, rasa hormat, dan nilai- Tujuan Mempromosikan otonomi dan kemandirian anak. nilai sosial. Kontrol orang tua dianggap sebagai Kontrol bentuk kasih sayang dan tanggung jawab. Cara mengeksp Lebih menekankan pada negosiasi dan penjelasan. Lebih langsung dan otoriter. reksikan Kontrol yang berlebihan dianggap dapat menghambat Kontrol yang ketat dianggap penting untuk Persepsi perkembangan anak. membentuk karakter anak. Membicarakan konsekuensi dari suatu tindakan, memberikan Meminta anak untuk melakukan sesuatu tanpa Contoh pilihan. banyak penjelasan. Authoritative and authoritarian parenting styles 11 Pengasuhan Authoritative di Budaya Barat Karakteristik: Mendukung eksplorasi, kemandirian, dan menghormati hak anak. Orang tua memantau perilaku tetapi tetap hangat dan mendukung. Dampak: Promosi otonomi dan inisiatif sosial pada anak. Pengasuhan Authotitarian Orang Tua Asia, Afrika-Amerika, dan Latin: Menggunakan strategi pengasuhan yang lebih "berpusat pada orang dewasa" dan tegas kekuasaan. Cenderung lebih memaksakan kontrol dan menggunakan hukuman. Penelitian: Orang tua Asia menunjukkan lebih sedikit perilaku "otoritatif" prototipikal (misalnya, mendengarkan anak, memberikan penjelasan). Baumrind (1971) Pengasuhan yang ketat dan berkuasa tinggi sering disertai dengan kehangatan dan kepedulian orang tua. Relations between parenting and children's socioemotional and cognitive functioning in cultural context role of culture in the relations between parents and children Norma dan nilai budaya membentuk signifikansi, atau makna fungsional, dari perilaku pengasuhan (Bornstein, 1995). Perbedaan norma dan nilai budaya ini akan mempengaruhi perkembangan anak. the major dimensions of parenting Parental Control Parental Warmth parental warmth and children's socioemotional and cognitive functioning Kehangatan orang tua yang lebih tinggi secara umum cenderung dikaitkan dengan kompetensi anak dan penyesuaian positif dalam domain sosial, akademis, Kehangatan orang tua dapat dan psikologis di tingkat individu dalam budaya (Chen dkk., 1997; Eisenberg, Liew, dan Pidada, 2001) memberikan dampak positif secara universal bagi Hasil dari penelitian-penelitian yang ada menunjukkan perkembangan anak kehangatan dan dukungan emosional orang tua merupakan sumber daya sosial dan psikologis yang penting bagi anak-anak dan remaja untuk mempelajari perilaku sosial yang sesuai dan berprestasi di sekolah. Tetapi, Bagaimana kehangatan orang tua berkontribusi pada pengembangan perilaku atau kualitas tertentu dapat bervariasi di berbagai budaya, tergantung pada sejauh mana perilaku atau kualitas tersebut dihargai dalam masyarakat. parental control and children's socioemotional and cognitive functioning Hubungan antara kontrol orang tua dan hasil perkembangan anak sangat bervariasi di berbagai budaya. Kontrol psikologis orang tua diasosiasikan lebih maladaptif terhadap fungsi sosioemosional dan kognitif daripada kontrol perilaku orang tua pada umumnya (Stattin dan Kerr, 2000), kedua jenis kontrol orang tua tersebut tampaknya terkait dengan lebih sedikit masalah penyesuaian anak di banyak masyarakat non-Barat dibandingkan dengan masyarakat Barat, dengan beberapa pengecualian (Wang, Pomerantz, dan Chen, 2007). Beberapa penelitian lintas budaya dengan keluarga di Amerika Utara dan Asia menunjukkan bahwa, meskipun kontrol orang tua yang tinggi, terutama kontrol psikologis, berhubungan dengan masalah eksternalisasi (misalnya, agresi, perilaku melanggar peraturan) dan internalisasi (misalnya, kecemasan/depresi, keluhan somatik) pada anak di Amerika Utara, namun hubungan tersebut tidak signifikan di negara-negara Asia seperti Hong Kong dan Korea Selatan (Fung dan Lau, 2012; Kim dan Rohner, 2002; Rudy dan Halgunseth, 2005). Such difference! what could be the cause? Parental authority and Child autonomy Dukungan terhadap otoritas orang tua dalam budaya non-Barat dan dorongan terhadap otonomi anak dalam budaya Barat dapat menjadi dasar bagi orang tua dan anak untuk melihat dan bereaksi terhadap penggunaan strategi kontrol dalam pengasuhan anak, dan pada akhirnya akan memengaruhi signifikansinya terhadap perkembangan anak. Sikap berterima kasih atas pengorbanan orang tua dan rasa tanggung jawab keluarga cenderung mengurangi reaksi emosional negatif remaja Asia Implications of social change for parenting what is that? Greenfield (2009) mengemukakan teori tentang perubahan sosial dan perkembangan manusia, dengan berfokus pada hubungan antara perubahan kondisi sosial, nilai-nilai budaya, dan lingkungan pembelajaran, serta pengembangan manusia. Menurut Greenfield (2009), gerakan antara ekonomi Gemeinschaft (tinggal di pedesaan, berdasarkan substansi berbasis ekonomi, penggunaan teknologi sederhana, pendidikan informal) dan Gesellschaft (tinggal di kota, ekonomi komersial atau industri, penggunaan teknologi yang kompleks, pendidikan formal) berkaitan dengan peralihan antara nilai kolektivistik dan individualistik, dengan perilaku kerja sama yang bersifat mendorong dan sekaligus mendorong perilaku independen. what is that? Dari sudut pandang yang berbeda, Kağıtçıbaşı (2012) berpendapat bahwa urbanisasi global dan modernisasi mungkin tidak selalu menyebabkan perubahan budaya. Sebaliknya, ketika masyarakat pedesaan menjadi semakin terpusat, munculnya nilai- nilai yang dapat membantu keluarga dan anak-anak beradaptasi dengan tuntutan dalam lingkungan baru. findings Chen (2012, 2015) berpendapat dari perspektif pluralist constructivist bahwa migrasi penduduk, kemajuan dalam teknologi informasi, dan interaksi antar sistem kebudayaan di seluruh kawasan telah menyebabkan integrasi nilai dan gaya hidup yang beragam. Menurut sudut pandang ini, meskipun nilai-nilai dari kebudayaan yang berbeda memainkan peranan yang signifikan dalam membentuk sikap dan praktek sebagai orang tua, nilai-nilai baru mungkin terintegrasi dengan tradisi budaya dalam masyarakat. Examples in western and non-western Western Chen (2015) berpendapat bahwa masyarakat barat menjadi lebih inklusif terhadap nilai-nilai yang berorientasi pada kelompok, meskipun beberapa aspek dari konteks barat mungkin menjadi Non-Western lebih individualistis sebagaimana disarankan oleh Greenfield Integrasi nilai-nilai yang berbeda dapat diilustrasikan oleh (2009). pengalaman para orang tua eropa timur yang terbuka pada kebudayaan individualistis amerika sebagaimana diuraikan oleh Orang tua dan anak-anak di masyarakat barat dan non-barat Nesteruk and Marks (2011)—meskipun orang tua memberi anak- memperoleh manfaat dari pengalaman mereka tentang nilai-nilai anak mereka lebih banyak pilihan dan lebih bersedia yang beragam karena mempertahankan keseimbangan antara mendengarkan pendapat mereka, mereka masih berupaya mengejar kepentingan diri sendiri dan membangun hubungan memastikan bahwa anak-anak mereka belajar tanggung jawab dan kelompok yang positif adalah penting bagi fungsi sosial dan pengendalian diri. individu (Maccoby, 1998). Examples in Examples in Turkish china Kağıtçıbaşı and Ataca (2005) telah menemukan bahwa Orang tua di China menjadi kurang mengendalikan dan tujuan orangtua keluarga turki berubah selama tiga dekade kurang berkuasa, tetapi pada saat yang sama, mereka seiring dengan transformasi masyarakat turki. Sebagai menjadi lebih peka terhadap perasaan dan kebutuhan anak- akibat dari urbanisasi dan pengembangan ekonomi sosial, anak dan lebih cenderung mendorong mereka untuk terlibat kebutuhan akan ketergantungan materi dalam keluarga dalam penjelajahan. berkurang, dan karenanya, orang tua merasa lebih positif terhadap otonomi dan inisiatif-nya anak. Perubahan serupa dalam kehangatan dan kendali orang tua di perkotaan orang tua cina dan korea selatan telah diamati Orang tua di turki pada tahun 2003 juga lebih cenderung dalam penelitian - penelitian lain (Lu dan Chang, 2013; Park, daripada rekan-rekan mereka pada tahun 1975 untuk Joo, Quiroz, dan Greenfield, 2015; Ren dan Edwards, 2016; menghargai "nilai psikologis anak" (misalnya, senang Way et al., 2013; Yoshikawa, Way, dan Chen, 2012). melihat anak-anak tumbuh, menyenangkan memiliki anak- anak kecil, memiliki seseorang untuk dicintai dan dirawat). Examples in German, Indian, and Cameroonian Nso families Dibandingkan dengan nenek di keluarga Nso, ibu di keluarga Nso menggunakan pengasuhan yang lebih berorientasi pada otonomi dalam merawat bayi kecil mereka. Di Delhi dan Berlin, gaya percakapan antara nenek dan ibu juga berbeda; Dibandingkan dengan nenek, para ibu memberikan penekanan yang lebih besar pada otonomi dan menyatakan lebih sedikit perhatian dengan pemeliharaan wewenang mereka dalam mengasuh anak. Examples in European Orang tua, khususnya para ayah, di negara-negara eropa menjadi lebih aktif dalam memantau kegiatan dan pendidikan anak-anak. Collishaw, Gardner, Maughan, Scott, and Pickles (2012), misalnya, menemukan bahwa, dibandingkan dengan rekan mereka pada tahun 1986, remaja inggris pada tahun 2006 melaporkan bahwa: Orang tua mereka lebih berharap untuk pergi ke sekolah, mengerjakan pr, dan berlaku sopan. Orang tua mereka mengerahkan pengawasan yang lebih tinggi, seperti memberi tahu orang tua ke mana mereka pergi dan kegiatan apa yang mereka lakukan di luar rumah. Lebih cenderung memberitahukan kegiatan mereka kepada orang tua mereka. conclusions and evaluations conclusions Budaya mempengaruhi signifikansi fungsional praktik pengasuhan, seperti yang ditunjukkan dalam hubungan mereka dengan hasil perkembangan anak-anak. Perubahan sosial tingkat makro yang terjadi di banyak negara karena pergerakan populasi, pengembangan teknologi, dan interaksi antara sistem politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang berbeda telah menyebabkan adanya kehidupan bersama dan integrasi nilai-nilai budaya. evaluations Peran sebagai orang tua dan dampaknya terhadap perkembangan anak muncul dalam konteks sosial yang lebih luas, seperti pelayanan masyarakat, praktik di sekolah, dan hubungan teman sebaya. Para peneliti hendaknya menyelidiki bagaimana konteks ini bekerja bersama dengan pengasuhan dalam menyeimbangkan pengaruh kebudayaan pada perilaku anak-anak. Pemahaman kita tentang peran aktif anak dalam sosialisasi masih agak terbatas, khususnya dalam masyarakat non-barat. Pengamatan, baik di laboratorium yang terkontrol maupun di rumah yang alami, dapat memberikan informasi yang lebih objektif, tetapi dapat menjadi sensitif Reference Bornstein, M. H. (2019). Handbook of Parenting. Routledge. Trismayangsari, R., Yuliana Hanami, Hendriati Agustiani, & Shally Novita. (2023). Gambaran nilai dan kebiasaan budaya Jawa dan Batak pada pengendalian diri: Analisis psikologi budaya. Satwika : Kajian Ilmu Budaya Dan Perubahan Sosial, 7(1), 113–125. https://doi.org/10.22219/satwika.v7i1.25225 The Rights of Children The moral norms of Reciprocity : keseimbangan, bahwa setiap pihak memiliki hak dan reciprocity and kewajiban complementary Complementary : hak yang dimiliki satu pihak akan dapat terpenuhi jika pihak lain menjalankan kewajibannya Jika di indonesia secara moral ada norma lainnya yang menjadi basic assumption/motivasi dasar, yaitu: Agama → mengajarkan bahwa anak itu harus disayangi dan dituntun menjadi seseorang yang baik. The Child’s Best Interest Liberationist : anak menentukan sendiri pakaian yang akan Criteria for Determining dipakainya Ethical Lebih di barat Contohnya: orang tua membebaskan anak untuk memilih baju untuk digunakan pada hari itu. Protectionist : fenomena strict parents Berfokus pada perlindungan anak, bukan pemberian hak anak. Menggambarkan budaya timur, bisa disebut juga helicopter parenting → selalu memastikan anaknya ‘safe’ Contoh: tidak boleh menutup pintu kamar, tidak boleh menelepon orang, orang tua selalu ikut campur. Developmentalist : sensory play untuk perkembangan anak dan pencegahan gtm (gerakan tutup mulut) Bagaimana kesiapan anak (the best interest for the child) dan upaya orang tua untuk menstimulasi Kritik terhadap the child best interest: adanya tuntutan yang besar pada orang tua, bahkan ada yang nyebut “the whole of child”, karena dianggap tidak balance, dan tuntutan yang berlebihan akan peran orang tua terhadap anak. Parents Developmental Parents are responsible for contributing substantially to the Relationshibilities Shaping development of ethical character and competence in their children Children's Character and through their socialization effort (Bumrind, 1998) Competence Strategies/parental practice 1. Scaffolding 2. Inclusion in family habits 3. Direct training (sometimes through parent-child conversation) 4. Parental use of induction and reasoning 5. The child observation of their loved adults 6. Person-centered persuasion rather than on coercion (the practice of persuading someone to do something by using force or threats) 7. Monitoring and reinforcement 8. Consistency and just enough pressure 9. Instantiation of the ethical principle of reciprocity 10. Involved and engaged participation in the child’s life Parents, Children, and the Negara berfungsi sebagai “parens patriae” yang berarti the state as state parents State intervention into Negara turut andil dalam memastikan ethical parenting. family life Terdapat beberapa situasi di mana negara dapat mengintervensi dalam pengasuhan orang tua terhadap anak, dalam bentuk hukum Contohnya: situasi perceraian Example of Family Negara berperan sebagai pendukung bagi pengasuhan anak. Assistance by State Contohnya: adanya cuti melahirkan bagi orang tua dan tetap mendapatkan gaji, memberikan tunjangan kepada anak PNS Perkembangan Ethics of Sebelum abad 19, “children just to be seen, not to be heard” Parenting Seiring waktu, berkembang pemahaman bahwa anak memiliki suara yang besar sehingga perlu untuk didengar Pemerintah Dari pemerintah: Pasal 1 (6) Anak Terlantar adalah Anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Pasal 53 (1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk memberikan biaya pendidikan dan/atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus bagi Anak dari Keluarga kurang mampu, Anak Terlantar, dan Anak yang bertempat tinggal di daerah terpencil. Pasal 54 (1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menyelenggarakan pemeliharaan, perawatan, dan rehabilitasi sosial Anak terlantar, baik di dalam lembaga maupun di luar lembaga. (3) Untuk menyelenggarakan pemeliharaan dan perawatan Anak terlantar, lembaga pemerintah dan lembaga masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat mengadakan kerja sama dengan berbagai pihak yang terkait. Pasal 58 (1) Penetapan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 sekaligus menetapkan tempat penampungan, pemeliharaan, dan perawatan Anak Terlantar yang bersangkutan. Sebagai masyarakat/Psikolog → meningkatkan well being orang tua karena akan memberikan domino effect pada efektivitas pengasuhan mereka Bisa dengan intervensi kebijakan tenaga kerja dan kesejahteraan pekerja “Masyarakat menyediakan sumber daya yang dapat membantu orang dewasa dalam pengasuhan yang bertanggung jawab secara etis” → memberikan edukasi kepada orang tua pada tingkat sekolah, yang diwajibkan oleh orang tua. Hal ini dapat membantu meningkatkan pengetahuan orang tua, terutama yang dari kalangan minim pendidikan. Sehingga orang tua mengetahui perannya dalam perkembangan anak. (CONS - aksesibilitas kurang) → laporan kekerasan anak lebih accessible dan transparan agar masyarakat lebih aware bahwa didikan anak yang keras itu bisa dikategorikan pelanggaran dan orang tua bukan yang bisa semena-mena sama anak, anak juga dilindungi hukum → menyediakan sekadar safe place untuk bercerita misal konseling anak di sekolah → preventif: KB dan konsekuensi pelanggaran ketentuan ini → ibu PKK social support STAGES OF PARENTAL DEVELOPMENT Parenting, Science & Application (A) Kelompok 4 Hilma Tsaqifa Nurdiliani (190110220003) Rebecca Keyza Grace S (190110220035) Nailah Putri (190110220051) Puan Amanda Qonita (190110220055) Retno Anggita Saraswati (190110220069) Zahra Amira (190110220141) PARENTHOOD AS DEVELOPMENTAL STAGE ‘Parenthood as developmental phase’ pertama kali diperkenalkan oleh Benedek pada 1959. (1) Sejak masa konsepsi hingga anak meninggalkan rumah, periode “total parenthood” adalah di mana orang tua menganggap anak sebagai anak mereka sepenuhnya; (2) Saat anak bungsu mencapai usia remaja dan orang tua harus menghadapi fenomena “empty nest”; (3) Dimulai ketika orang tua menjadi kakek-nenek dan memanjakan cucu-cucunya secara naluriah. Kemudian Erikson mengusulkan beberapa hal berdasarkan hasil memodifikasi teori Freud (1) Menambahkan aspek psikososial yang melibatkan konflik sosial utama yang harus diselesaikan oleh individu pada setiap tahap; (2) Perkembangan sosial berlanjut setelah masa remaja dan mengarah pada tiga tahap perkembangan tambahan, yaitu, dewasa muda, dewasa, dan kedewasaan (maturity). PARENTHOOD AS DEVELOPMENTAL STAGE Konseptualisasi parenthood: (1) Tahap kehidupan yang utama dengan potensi yang kuat untuk orang tua menata diri dan peningkatan fokus pada hubungan keluarga; (2) Tahap kehidupan dengan durasi tertentu dengan tahap awal, tengah, dan akhir yang jelas (sejajar dengan perkembangan anak); (3) Tahap dengan implikasi perkembangan yang signifikan saat ini dan di masa depan; (4) Framework di mana orang tua dapat menempati beberapa tahap secara bersamaan. TRANSITION TO PARENTHOOD Transisi menuju peran sebagai orang tua merupakan tahap perkembangan penting yang dimulai sejak konsepsi, kelahiran, hingga tahun-tahun awal kehidupan anak. Penelitian awal menyebut fase ini sebagai periode krisis bagi orang tua baru, sering kali diwarnai oleh depresi pasca melahirkan. Namun, penelitian psikologis kemudian memperluas pandangan ini dengan menunjukkan perubahan kepribadian dan sikap pada orang tua. Pasangan yang memiliki hubungan mutualisme positif pada fase ini menunjukkan pengasuhan optimal yang mengarah pada hasil yang positif bagi anak setidaknya sampai usia taman kanak-kanak. Faktor seperti karakteristik anak, kesejahteraan psikologis orang tua, dan sumber dukungan maupun stres mempengaruhi pengasuhan. Selain adanya sebuah perubahan psikologis, terdapat pula perubahan biologis (pada otak) yang dapat memfasilitasi regulasi emosi orang tua dalam menanggapi isyarat bayi mereka. TRANSITION TO PARENTHOOD Faktor-faktor penentu pengasuhan anak yang sebagian besar sudah ada atau muncul pada fase transition to parenthood, dengan asumsi bahwa faktor penentu mengkondisikan dan/atau membentuk fungsi pengasuhan dengan cara dua arah (Bornstein, 2016): Karakter biologis dan psikologis orang tua: sifat genetik, aktivitas neurohormonal, struktur/fungsi otak, usia/tahap, status kesehatan, kognisi/pengalaman orang tua Karakter biologis dan psikologis anak: sifat genetik, aktivasi neuron, aktivasi neurohormonal, penampilan fisik, usia/tahap, jenis kelamin, urutan kelahiran, perkembangan kognitif, temperamen/kepribadian, perilaku individu/sosial Karakteristik situasional: situasi tertentu, struktur/fungsi keluarga, lingkungan, jaringan pendukung, status pekerjaan orang tua Kelompok sosial: status sosial-ekonomi, agama, etnisitas, budaya Konteks distal: ekologi, waktu/sejarah, proses evolusioner STAGE THEORIES OF COGNITIVE DEVELOPMENT IN PARENTHOOD Ketika seseorang mengalami transisi sebagai orang tua, hal ini sering dianggap sebagai proses alami. Konsep orang tua tentang anak dan peran orang tua tampaknya secara logis mewakili struktur kognitif dalam peran orang tua. Sruktur kognitif mengacu pada pola-pola pemikiran yang menentukan bagaimana seorang individu memahami pengalaman dan mengatur responsnya terhadap pengalaman tersebut. Teori Samerrof Menggunakan konsep Piaget yang berfokus pada 4 tahap konsepsi orang tua mengenai perkembangan anak, namun dapat diaplikasikan perkembangan anak - anak untuk memahami kognitif orang tua. Namun, a. Symbiotic (sensorimotor) perkembangan anak tidak hanya bergantung pada B. Categorical (preoperational) konsep Piaget, tetapi juga melibatkan interaksi C. Compensating (concrete operational) yang dinamis antara anak dan lingkungan, D. Perspectivistic (formal operational) khususnya lingkungan pengasuhan. STAGE THEORIES OF COGNITIVE DEVELOPMENT IN PARENTHOOD Newberger’s Stages on Parental Development Egoistic orientation Egoistic Orientation Subjective-individualistic Subjectivue-Individualisticorientation Orientation Orang tua self - focused, anak dianggap sebagai proyeksi Orang tua memandang diri sebagai individu yang unik. dari pengalaman mereka Contoh: Seorang wanita karier yang dibesarkan dalam keluarga yang Contoh: Seorang ayah yang mengharapkan anaknya tradisional, di mana peran seorang ibu adalah mengurus rumah tangga dan menjadi dokter karena dirinya sendiri berprofesi sebagai anak sesuai dengan norma sosial. Namun, setelah menjadi ibu, beliau dokter, tanpa mempertimbangkan minat atau keinginan memutuskan untuk membesarkan anaknya dengan cara yang sangat anak sendiri. berbeda dari pola asuh yang diterimanya. Conventional Conventional orientation Orientation Orang tua memahami anak dalam kaitannya dengan Analytic–systemsOrientation Analytic-system orientation orangtua melihat perkembangan diri dan anak sehingga menemukan definisi eksternal cara untuk menyeimbangkan antara kebutuhan diri mereka dan kebutuhan anak mereka Contoh: Orang tua yang mendisiplinkan anaknya Contoh: ketika anak-anak mulai terpapar teknologi sejak dini, orang dengan keras karena ingin dipandang sebagai tua tidak hanya fokus pada kontrol penggunaan gawai, tetapi juga orang tua yang "tegas" oleh masyarakat, bukan memperhatikan bagaimana teknologi tersebut mempengaruhi karena memahami kebutuhan anak. perkembangan kognitif, emosional, dan sosial anak mereka. CENTRAL ISSUES IN STAGE THEORY Penelitian yang dilakukan Sameroff maupun Newberger yang didasarkan pada teori tahap perkembangan kognitif Piaget, membuka jalan ke masalah yang lebih umum tentang tahapan perkembangan orang tua. Peneliti ini menggambarkan urutan tipikal dalam perkembangan kognitif orang tua dan menunjukkan hubungan antara proses kognitif yang mendasari orang tua dan aspek perilaku sosial mereka. Stage Theory populer pada tahun 1950-an dan 1960-an Stage Theory tidak terbatas, tetapi sebagian besar variasinya berdasarkan teori tahap perkembangan kognitif Piaget dan teori perkembangan psikoseksual Freud Stage Theory mengaitkan perubahan terutama dengan blueprint bawaan yang mengatur perkembangan dengan cara yang sama pada semua anggota spesies (dengan peran lingkungan diakui tetapi dengan tingkat efektivitas yang berbeda) Stage Theory dilihat secara berurutan sehingga penyeleisaian yang sukses dari satu tahap diperlukan untuk kemajuan yang sukses ke tahap berikutnya. Akibatnya kegagalan untuk memperoleh keterampilan atau menyelesaikan masalah pada tahap sebelumnya mengurangi kesuksesan pada tahap berikutnya. KRITIK Menganggap bahwa perkembangan terjadi dalam serangkaian tahap yang berbeda dengan titik tertentu dan jenis perilaku yang berbeda secara kualitatif terjadi pada setiap tahap (diskontinuitas). Meskipun banyak kritik mengenai Stage Theory, teori ini tetap bertahan karena fungsi deskriptif, penyadaran, integratif, ekplanatif, dan nilai mereka (Knapp, 2009). Tidak ada penanda usia yang jelas untuk awal dan akhir tahapan. Stage Theory berfungsi sebagai latar Penekanan pada Usia Kronologis: belakang untuk pembahasan tentang Penekanan pada usia dapat teori-teori kontemporer yang lebih holistik mengabaikan variasi individu. dan penelitian mengenai tahap perkembangan orang tua Tahapan sering digunakan tanpa menjelaskan penyebab spesifik untuk berada di tahap tertentu. Teori tahapan sering mengabaikan pengaruh lingkungan dan konteks sosial. MODERN THEORY AND RESEARCH ON STAGES OF PARENTAL DEVELOPMENT Bornstein, Putnick, Suwalsky, dan Gini (2006) meneliti hubungan antara chronological age ibu-ibu Eropa-Amerika yang baru pertama kali memiliki bayi dan beberapa variabel terkait, Jumlah kelahiran pada perempuan seperti riwayat kehamilan dan persalinan, dukungan sosial, pemahaman tentang berusia 30 tahun ke atas terus meningkat pengasuhan, serta praktik pengasuhan, hasilnya: Namun, perempuan dalam kelompok usia ini Terlepas dari usia saat melahirkan anak pertama, para ibu secara alami merawat sering mengungkapkan bahwa, meskipun bayi mereka untuk memastikan kesehatan dan kesejahteraannya Ibu di bawah dan di atas 30 tahun cenderung memberikan lebih sedikit kesempatan ada penelitian medis dan psikologis terbaru eksplorasi kepada bayi mereka. yang menunjukkan manfaat menjadi ibu di Ibu yang lebih tua (di atas 30 tahun) merasa lebih banyak stres fisik saat persalinan usia yang lebih tua, media tetap sering dan mendapatkan dukungan lebih sedikit dari keluarga besar menyebarkan pandangan negatif tentang Ibu yang lebih tua juga lebih responsif dan lebih banyak berbicara dengan anak- ibu yang lebih tua. Hal ini membuat anak mereka dibandingkan ibu yang lebih muda (di bawah 30 tahun) pengasuhan anak bagi ibu yang lebih tua Ada 2 fase model perkembangan orang tua, yaitu fase pertumbuhan linear hingga menjadi lebih sulit usia sekitar 30 tahun, diikuti oleh fase statis atau tetap setelah usia 30 tahun. Temuan ini menekankan pentingnya mempertimbangkan usia kronologis ibu sebagai perbedaan individu yang relevan dalam tahapan perkembangan sebagai orang tua. GALINSKY’S STAGES OF PARENTHOOD Image-making stage (Pregnancy - Birth) Nurturing Stage (Birth - 2 years old) Calon orang tua membentuk gambaran mental tentang Orang tua mulai menyesuaikan harapan mereka dengan bayi dan membayangkan kehidupan baru dengan anak. realitas menjadi orang tua. Contoh : Orang tua yang mulai membeli perlengkapan Contoh : Orang tua mendiskusikan bagaimana bayi dan mempersiapkan kamar anak, sambil berusaha membagi waktu untuk anak mereka dan tetap menjaga mengelola perubahan dalam hubungan mereka sebagai hubungan sosial serta pekerjaan mereka. pasangan orang tua Authority Stage (2 - 5 years old) Orang tua belajar mengelola kekuasaan dan tanggung jawab terhadap anak mereka. Contoh : Ketika anaknya mencapai usia 3 tahun dan mulai sering mengatakan "tidak", sang ibu berusaha konsisten dalam menetapkan batas waktu tidur dan belajar mengelola amukan anaknya saat tidak mendapatkan apa yang diinginkan. GALINSKY’S STAGES OF PARENTHOOD Interpretive (5 - 12 years old) Interdependent (Adolescence) Orang tua mengenalkan dunia kepada anaknya dan Orang tua kembali mendefinisikan ulang terkait mulai menanamkan nilai-nilai yang dibutuhkan anak hubungannya dengan anaknya sudah masuk ke fase melalui pengalaman nyata. remaja. Contoh : Orang tua mulai mencari sekolah yang cocok Contoh : Anak pergi main sama temen-temennya tapi (Sekolah International) dan mendorong anaknya ikut masih dikasih jam malem sama orang tuanya. Anaknya berbagai aktivitas (kumon, les piano, ballet). menolak dengan alasan sudah besar Departure (Adolescence gets older) Orang tua mulai mengevaluasi perannya sebagai orang tua setelah melepas anaknya untuk menjadi lebih mandiri. Contoh : Orang tua melepas anaknya untuk pergi merantau untuk melanjutkan studinya di luar pulau. MOWDER’S PARENT DEVELOPMENT THEORY (PDT) Mowder menyarankan bahwa PDT mengemukakan bahwa teori tentang tahap Mowder (1993) pengasuhan melibatkan perkembangan orang tua perlu menyatakan bahwa semua enam perilaku positif mempertimbangkan orang, baik orang tua (Bonding, Discipline, 1. Perubahan peran orang tua maupun bukan, belajar Education, General sesuai dengan tahap tentang pengasuhan Welfare and Protection, perkembangan anak selama masa kanak-kanak Responsivity, and 2. Perbedaan individu mereka Sensitivity) (karakteristik orang tua) 3. Pengaruh konteks 4. Intervensi untuk membimbing PDT kemudian dimodifikasi (Mowder dan Sanders, 2008) orang tua ke jalur perkembangan untuk menambahkan dimensi yang positif. Negativity DEMICK’S HOLISTIC/SYSTEMS-DEVELOPMENTAL THEORY (HSDT) Teori Holistik/Sistem-Perkembangan (Holistic/Systems-Developmental Theory atau HSDT) dari Demick adalah pendekatan yang menggabungkan pandangan holistik, perkembangan, dan berorientasi sistem dalam memahami interaksi individu dengan lingkungan sepanjang hidup. Teori ini didasarkan pada teori perkembangan komparatif Werner dan Kaplan, yang menekankan bahwa setiap proses psikologis (seperti kognisi, emosi, penilaian, dan perilaku) harus dipahami dalam konteks keseluruhan aktivitas manusia. HSDT menganggap individu sebagai bagian dari sistem yang terintegrasi dengan lingkungan, dan menekankan bahwa perkembangan tidak hanya mencakup perkembangan individu (ontogenesis), tetapi juga aspek lain seperti perkembangan spesies (filogenesis), perkembangan ide atau persepsi (mikrogenesis), perkembangan penyakit (patogenesis), dan perubahan budaya sepanjang sejarah manusia (etnogenesis). Teori ini menggunakan prinsip ortogenetik yang menyatakan bahwa perkembangan diukur berdasarkan seberapa terorganisasi dan terintegrasi suatu sistem. Sistem yang lebih berkembang adalah yang lebih terdiferensiasi dan terintegrasi secara hierarkis, dengan kemampuan untuk beradaptasi, fleksibel, dan mencapai tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. POLARITAS Prinsip ortogenetik juga telah ditetapkan sehubungan dengan sejumlah polaritas, yang pada satu sisi mewakili perkembangan yang kurang maju dan pada sisi lain berfungsi lebih maju (Werner & Kaplan, 1956) Interfused to Subordinated Interfused: orang tua yang perkembangannya kurang maju, selalu menyenangkan anak dengan mengabulkan segala keinginannya, tidak memikirkan efek jangka panjangnya Subordinated: orang tua yang lebih maju perkembangannya mampu membedakan dan mensubordinasikan tujuan jangka pendek sebelumnya dengan tujuan jangka panjang Diffuse to Articulate Diffuse: the law of pars pro toto (werner, 1957). Suatu bagian mempunyai kualitas keseluruhan, seperti halnya ketika penilaian orang tua terhadap seorang anak dibuat berdasarkan satu pengalaman singkat Articulate: pengalaman di mana peristiwa-peristiwa dapat dibedakan membentuk keseluruhan kesan orang tua terhadap anaknya, dengan masing-masing peristiwa berkontribusi namun tetap dapat dibedakan dari keseluruhan POLARITAS Rigid to flexible Rigid: ketekunan, rutinitas, dan sikap orang tua yang tidak berubah dalam menangani anaknya Fleksibilitas: kemampuan orang tua untuk mengubah transaksinya dengan anak tergantung pada konteks dan tuntutan khusus dari situasi tertentu Labile to stable Labilitas: Perilaku orang tua yang cepat berubah, tidak konsisten, dan berubah-ubah terhadap anaknya (misalnya, penggunaan kata-kata yang memiliki banyak arti, pergeseran perhatian yang terikat stimulus) Stabilitas: tindakan konsisten orang tua, yang didukung oleh pemikiran yang melibatkan definisi yang tepat tentang peristiwa, istilah, atau gagasan Syncretic to Discreate Syncretic: kurangnya pemisahan perasaan sendiri dari perasaan anak Discreate: cara orang tua secara akurat mendefinisikan dan membedakan perasaannya sendiri dengan perasaan anak PRACTICAL INFORMATION ON PARENT DEVELOPMENT STAGES 2. TEORI UNELL DAN WYCKOFF Teori ini mirip dengan tahapan perkembangan 1. TEORI SAMEROFF’S DAN NEWBERGER’S orang tua dari Galinsky yang mana teori ini terdiri dari 3 lingkaran yang ditandai dengan usia dan Parental attitudes: evaluasi positif atau perkembangannya, yaitu: negatif terhadap suatu peristiwa. contonya Lingkaran pertama: Mengasuh anak kecil adalah dalam perilaku mengasuh yang dimulai dari pregnancy, infancy, Parental awareness: struktur kognitif preschool years, middle years, and mendasar yang mencerminkan cara berpikir adolescence. yang lebih dalam dan fleksibel yang dapat Lingkaran kedua: mengasuh anak-anak menerima intervensi. yang sudah dewasa, yaitu Family remodeler yang mana pada usia dewasa anak meninggalkan rumah untuk menjadi mandiri dan plateau parent yaitu kemandirian. Lingkaran ketiga: pada tahap ini di mana orang tua dirawat oleh anak-anak atau disebut dengan rebounder. PRACTICAL INFORMATION ON PARENT DEVELOPMENT STAGES 2. TEORI UNELL DAN WYCKOFF 3. TEORI MOWDER 4. TEORI DEMICK karya mowder dikembangkan secara khusus Cara untuk mengatasi dampak sebagai sarana komunikasi bagi para ketidakseimbangan dari interaksi antara orang profesional seperti psikolog sekolah dan tenaga tua dan anak adalah dengan mendahulukan pendidik kepada orang tua tentang konstruksi kebutuhan anak-anak agar terjalinnya pengasuhan yang positif yang memfasilitasi hubungan yang sehat dan positif antara orang hasil perkembangan anak daripada berfokus tua dan anak. pada faktor- faktor perkembangan yang lebih negatif. CONCLUSION Penelitian mengenai teori-teori Pareting Development mengharuskan pada orang tua dan profesional untuk tidak menelah mentah-mentah seluruh teori ini dan dapat mengkaji dengan hati-hati. TERIMA KASIH THE FAMILY SYSTEM Presentation by Kelompok 5 ANGGOTA KELOMPOK Arum Kusuma Wardhani - 190110210047 Fayra Khansa Putri Sadewo - 190110220037 Rosiana Tiurmajuli Samosir - 190110220038 Alfhianha Amanda Araisya - 190110220139 Siti Nur Asyifaa Zhafirah - 190110220155 Rafzani Aletha Firdauzi Putri - 190110220161 Syakila Amara Fergus Putri - 190110220165 Family System Cara hubungan dalam keluarga saling memengaruhi, atau istilah lainnya "pengaruh hubungan terhadap hubungan" (Emde, 1988). Dalam teori sistem keluarga, yang dilihat bukan hanya hubungan antara orang tua dan anak, tapi seluruh dinamika keluarga sebagai satu kesatuan. Fundamental Concepts Underlying Family Systems Theories Holism Enmeshed Disengaged (Hubungan yang (Hubungan yang Terlalu Dekat) Terlalu Jauh) Seorang ibu yang terlalu Akibatnya, hubungan dekat dengan anaknya antara ibu dan ayah bisa bisa membuat anak menjadi renggang karena bergantung secara ibu menghabiskan lebih emosional pada ibunya. banyak waktu dengan anak daripada dengan pasangannya. Ini bisa menyebabkan ketegangan antara kedua orang tua. Interdependency Salah satu orang tua mungkin menjadi sangat dekat dengan anak untuk mencari kenyamanan Suatu hubungan memiliki Keluarga: atau dukungan emosional. sebuah dampak pada hubungan jaringan yang saling lainnya (Emde, 1988) terkait di mana gangguan pada satu untai Sebuah keluarga dengan 1 mengirimkan gema anak. Jika orang tua sering bertengkar atau merasa tidak di sepanjang bahagia dalam hubungan benang yang mereka, hal ini dapat menghubungkan mempengaruhi cara mereka bagian-bagian lain berinteraksi dengan anak. dari sistem. Masalah dalam hubungan orang tua dapat menyebar dan Efek: ketidakseimbangan dalam keluarga, karena anak berada di mempengaruhi dinamika dalam hubungan lain, seperti posisi yang terlalu dekat dengan salah satu orang tua, yang hubungan orang tua dan anak, menunjukkan bahwa semua dapat menimbulkan ketegangan dan kebingungan bagi anak bagian dalam keluarga saling bergantung dan terhubung satu tentang kesetiaan mereka kepada kedua orang tua. sama lain. Circularity Sebab-akibat dalam sistem keluarga tidak bersifat searah, melainkan timbal balik dan dua arah. Ada efek timbal balik di Ada seorang ibu dan Hal ini membuat anak semakin antara pasangan, anak yang sering memberontak atau pengasuhan, dan hubungan bertengkar menunjukkan perilaku buruk. orang tua-anak. Sebagai contoh, negativitas dalam hubungan Akibatnya, ibu menjadi semakin stres dan pengasuhan anak meningkatkan perilaku buruk marah, yang pada akhirnya memperburuk anak, yang pada gilirannya meningkatkan stres dan perilaku anak. negativitas pengasuhan. Proses di mana individu dalam sebuah keluarga Siklus ini terus berputar—keduanya memengaruhi satu sama membentuk perilaku satu sama lain dari waktu ke lain, menciptakan lingkaran sebab-akibat yang saling waktu. memicu. Homeostasis Homeostasis Buruk (Tidak Sehat) Proses pengaturan yang Misalkan ada sebuah keluarga di mana pola komunikasi mereka selalu sama, meskipun ada masalah. Setiap kali menjaga sistem keluarga ada konflik, mereka cenderung menghindarinya, tidak tetap utuh cenderung membicarakan perasaan mereka, dan berharap masalah menjaga sistem tersebut akan hilang dengan sendirinya. tetap konsisten dari waktu ke Ini mungkin memberi kesan ketenangan waktu, baik maupun buruk. sementara, tapi pola ini terus berulang— mereka tetap pada "zona nyaman" meskipun ada ketegangan yang tidak Homeostasis Baik (Sehat) terselesaikan. Homeostasis di sini menjaga keluarga tetap stabil dan konsisten dengan Ada keluarga yang secara rutin menghadapi caranya, meskipun pola ini sebenarnya masalah dengan terbuka dan jujur. Meskipun mereka tidak sehat. mungkin mengalami ketegangan atau konflik, mereka selalu memiliki waktu untuk berbicara dan mencari solusi. Ini menciptakan homeostasis yang sehat, di mana meskipun ada tantangan, mereka memiliki sistem dukungan yang kuat dan bisa beradaptasi dengan perubahan. Organization & Coherence Hubungan antara anggota keluarga dipengaruhi oleh Ada keluarga yang sangat dekat, di mana semua anggota menghabiskan cara keluarga itu sendiri waktu bersama dan terlibat dalam segala aspek kehidupan satu sama lain. Dalam konteks ini, mereka saling mendukung dan memahami terorganisir. kebutuhan masing-masing, menciptakan lingkungan yang positif. Namun, kedekatan ini juga dapat membuat anak-anak merasa sulit untuk mandiri, karena mereka selalu merasa harus menjaga hubungan yang Koherensi dan struktur dalam keluarga dapat memberikan erat dengan orang tua dan saudara mereka. manfaat atau tantangan bagi anggota keluarga, tergantung pada seberapa baik mereka mampu menyeimbangkan kedekatan dengan kebebasan individu. Sebagai contoh, ketika seorang remaja ingin mencoba aktivitas baru, seperti bergabung dengan klub di sekolah atau menghabiskan lebih banyak waktu dengan teman-teman, dia mungkin merasa bersalah atau takut mengganggu keseimbangan yang telah ada. Ini menunjukkan bagaimana struktur organisasi keluarga yang sangat terikat dapat Jika keluarga memiliki cara membatasi kemandirian dan pertumbuhan individu. Dalam keluarga yang sangat yang baik untuk mendukung terikat, anak-anak mungkin satu sama lain bisa mengalami kesulitan untuk Di sisi lain, ada keluarga yang memiliki struktur lebih longgar, di mana membawa manfaat. Ketika mandiri karena mereka setiap anggota diberi ruang untuk mengejar minat mereka sendiri. Dalam keluarga berfungsi dengan merasa selalu harus keluarga ini, orang tua mendukung anak-anak untuk menjelajahi dunia di baik, semua anggota bisa mengikuti aturan atau luar rumah dan mengembangkan identitas mereka sendiri tumbuh dan berkembang harapan orang tua. dengan lebih baik. Families as Open System Keluarga dianggap sebagai sistem terbuka, yang berarti ia dapat terpengaruh oleh berbagai faktor, baik dari dalam keluarga itu sendiri maupun dari lingkungan luar. Dengan kata lain, meskipun keluarga memiliki pola Misalnya, jika ada masalah serius Situasi ini dapat memicu tertentu yang stabil (homeostasis), mereka juga perlu dalam keluarga, seperti salah perubahan dalam cara mampu beradaptasi ketika menghadapi stres atau satu orang tua mengalami keluarga berfungsi. Perubahan tantangan. Hal ini menciptakan dinamika saling masalah kesehatan mental ini bisa melibatkan cara ketergantungan antara anggota keluarga dan (psikopatologi) anggota keluarga saling subsistem (seperti hubungan antara orang tua dan anak, berinteraksi dan mendukung atau antara saudara kandung). satu sama lain Dalam konteks ini, perubahan dapat menjadi kesempatan bagi keluarga untuk memperbaiki fungsi mereka dan menghadapi masalah dengan cara yang lebih baik. Boundaries, Subsystems, and Boundary Dissolution Keluarga terdiri dari bagian-bagian yang lebih kecil, atau subsistem, yang harus memiliki batas yang jelas. Batas ini penting karena membantu menjaga keseimbangan dalam hubungan. Batasnya harus cukup terbuka agar anggota keluarga bisa saling Jika batas-batas ini tidak ada atau Inti dari sistem keluarga: berkomunikasi dan hilang, itu bisa menyebabkan masalah. suami & istri berbagi emosi Misalnya, jika orang tua terlalu terlibat dalam masalah hubungan suami-istri, atau jika anak-anak tidak memiliki ruang untuk mengembangkan hubungan mereka sendiri, maka dinamika keluarga bisa terganggu. Harus cukup kuat untuk menjaga agar setiap bagian tetap utuh. Boundaries, Subsystems, and Boundary Dissolution Enmeshment Anggota keluarga terlibat secara berlebihan dan sangat reaktif secara emosional satu sama lain (Minuchin, 1974). Keterikatan dapat terjadi di tingkat seluruh keluarga (ketika semua hubungan terlalu dekat) atau di tingkat pasangan tertentu dalam keluarga (ketika orang tua terlalu terlibat dalam kehidupan anaknya). Dalam keluarga yang terlalu terlibat, orang tua mengatur hampir semua aspek kehidupan anak, sehingga anak merasa tidak punya ruang untuk membuat keputusan sendiri. Jika anak mencoba mengekspresikan pendapat, orang tua mungkin bereaksi emosional, seperti marah atau khawatir. Akibatnya, anak bisa merasa cemas dan sulit mengembangkan kemandirian karena selalu berusaha memenuhi harapan orang tua. Boundaries, Subsystems, and Boundary Dissolution Parentification Parentifikasi, atau “pembalikan peran,” terjadi ketika anak-anak mengambil tanggung jawab yang tidak sesuai dengan usia mereka, seperti mengasuh orang tua atau memberikan dukungan emosional (Boszormenyi-Nagy & Spark, 1973; Jacobvitz & Bush, 1996; Jurkovic, 1997; Kerig, 2005; MacFie et al., 2005). Hal ini sering terjadi ketika ada masalah dalam hubungan pasangan, yang membuat anak-anak merasa harus memenuhi kebutuhan orang tua (Kerig, 2005) Boundaries, Subsystems, and Boundary Dissolution Spousification Intrusiveness Anak diperlakukan seolah-olah mereka adalah Perilaku orang tua yang mengganggu dan manipulatif pasangan intim orang tua. Istilah ini diperkenalkan terhadap pikiran, perasaan, dan keterikatan anak dengan oleh Sroufe dan Ward (1980) untuk orang tua (Barber, 2002) menggambarkan perilaku ibu yang sangat penuh kasih, tetapi juga genit, terhadap anak-anaknya, terutama anak laki-laki. Seorang ayah yang Seorang ibu berkata, "Saya selalu memberikan kecewa jika kamu tak tekanan pada anaknya berusaha maksimal. Saya untuk mendapatkan berkorban banyak, jadi nilai sempurna di hargailah itu." Anak pun sekolah. Ia mungkin merasa bersalah dan secara terbuka tertekan memenuhi mengancam akan ekspektasi orang tua, Spousification (Emotional Incest) in Black Families ⋆ memberikan hukuman bukan keinginan sendiri. Afro Empath Ascension A Brief Historical Walk Through the Development of Family Systems Theories Early Architects of Family Systems Theory Family systems theories pertama kali berkembang sebagai respons terhadap pendekatan psikoanalitik yang dominan pada tahun 1950-an 1. Ackerman (1958) = Pelopor terapi keluarga, mengajak orang tua dan anak terlibat bersama dalam terapi. 2. Lidz (1957) = Fokus pada pentingnya hubungan pasangan dalam memahami masalah emosional anak yang kemudian ia memperkenalkan konsep marital schism (konflik terbuka) dan marital skew (konflik tersembunyi). 3. Wynne (1958) = Menemukan bahwa gangguan pada pasien skizofrenia lebih sering dipengaruhi oleh interaksi dalam keluarga, bukan hanya masalah pribadi, menyoroti pentingnya dinamika keluarga dalam gangguan mental 1. Bowen Family System Theory = 4. Minuchin’s Structural Family Theory = Mengembangkan konsep undifferentiated ego Salvador Minuchin : menekankan pentingnya mass yaitu keterlibatan emosional yang terlalu erat healthy boundaries antara subsistem keluarga. dalam keluarga. rigid triangles (bentuk-bentuk patologis): 2. Mental Research Institute (MRI) = a. Coalition: Salah satu orang tua membentuk ikatan Kelompok MRI salah satu nya Haley, Weakland, erat dengan anak dan mengabaikan pasangan Watzlawick (teori komunikasi) menekankan bahwa b. Triangulation: Anak ditarik oleh kedua orang tua pola komunikasi yang terdistorsi dalam keluarga untuk memihak dan memposisikan ditengah konflik. dapat memicu skizofrenia. c. Detouring: Anak dijadikan kambing hitam, masalah kontribusi paling lama adalah yang dibuat oleh pasangan diabaikan Bateson: memperkenalkan teori sistem umum dan 5. The Social Learning Perspective = cybernetics Coercive Family Process: Penguatan perilaku 3. Borzormenyi-Nagy’s Contextual Theory = negatif antara anak dan orang tua. konsep parentifikasi, di mana anak-anak Parent Management Training Oregon (PMTO): mengambil peran sebagai orang tua dalam Digunakan untuk menangani agresi, hubungan keluarga penyalahgunaan zat, dan konflik keluarga. konsekuensi : gangguan psikologis dapat diturunkan Dinamika: Anak melawan batasan, orang tua antar generasi. menyerah, memperkuat pola negatif. Subsequent Developments in Family Systems Theory Subsequent Developments in Family Systems Theory Multisystemic Therapy (MST) MST adalah salah satu intervensi paling didukung secara empiris untuk masalah perilaku anak dan remaja. Studi menunjukkan efektivitas MST dalam mengurangi kekerasan kronis dan pelanggaran seksual, dengan hasil positif bertahan hingga 5 tahun. Subsequent Developments in Family Systems Theory Multidimensional Family Functional Family Therapy (FFT) Therapy (MDFT) FFT menggabungkan perspektif sistem MDFT berfokus pada remaja dengan keluarga dengan teori interpersonal. Terapi masalah penyalahgunaan zat. Intervensi ini menekankan pentingnya memahami untuk orang tua fokus pada peningkatan fungsi relasional di balik perilaku keterampilan pengasuhan, memperbaiki bermasalah remaja, seperti keinginan untuk komunikasi, dan memenuhi kebutuhan otonomi atau koneksi. emosional mereka. Empirical Investigations of the Association Between Family Systems and Parenting Whole family construct a. Cohesion Konsep dalam sistem keluarga yang berarti adanya ikatan emosional yang positif antara anggota keluarga. Penelitian menunjukkan manfaat positif terhadap orang dewasa dan anak dengan hidup dalam keluarga yang cohesive b. Hierarchical Organization Keluarga yang sehat memiliki struktur hierarki yang jelas dimana orang tua adalah pemimpin, bukan anak-anak (Haley, 1976; Minuchin and Fishman, 1975). c. Family Structural Types Davies et al.(2004) membagi keluarga menjadi 4 kelompok: https://drive.google.com/file/d/1qtZzqfR29YIuC72KchGPRFNGvwsZyX8O/view?usp=sharing a. Triangulation : Spillover of Couple Grych dan Fincham (1990) mengartikan konsep triangulasi dengan fokus pada Relationships Onto bagaimana anak melihat atau merasakan dirinya dalam konflik antara orang tua. Parenting and Family Triangulasi bisa terjadi karena orang tua melibatkan anak dalam masalah Process mereka atau membentuk aliansi dengan anak dalam konflik mereka. Anak-anak yang terjebak dalam triangulasi lebih berisiko mengalami masalah perilaku. b. Coparenting and family process Coparenting adalah bagaimana orang tua bekerja sama dalam mengasuh anak. Konflik dalam coparenting bisa menyebabkan masalah pada perilaku anak (McHale dan Rasmussen, 1998). c. Boundary Dissolution/ Pembubaran Batas in the Family System Mencakup : Kaburnya batas peran antara orang tua dan anak Ketegangan antar orangtua yang merembes/ terlimpahkan kepada anak-anak Gender Dynamic in Family System Fathering & Spillover Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perilaku ayah sangat rentan berdampak buruk dikarenakan hubungan pasangan yang tidak bahagia. Secara khusus, ayah pada pasangan yang tertekan menunjukkan tingkat yang lebih tinggi dalam menarik diri, penolakan, dan kurangnya dukungan. Ibu umumnya dianggap sebagai “ahli” pengasuhan anak dalam keluarga sedangkan para ayah melihat pasangan mereka untuk mencontohkan bagaimana berinteraksi dengan anak-anak mereka. Oleh karena itu, jika hubungan antar orang tua bersifat konfliktual atau jauh, begitu pula hubungan antara ayah dan anaknya (Cowan, Cowan, dan Kerig, 1993; McHale dkk, 2004). Variations in Family Systemic Processes by Child Gender Telah disebutkan bahwa “orang tua” dan “anak” memiliki berkaitan dengan ekspektasi sosial bagaimana jenis kelamin yang berbeda dan lebih sering anak perempuan diorientasikan hubungan diidentifikasikan sebagai ibu, ayah, anak laki-laki, dan anak secara umum dan pengasuh dalam keluarga perempuan (Cowan dkk., 1993). Oleh karena itu, dapat diperkirakan bahwa proses keluarga akan diberlakukan cenderung dilibatkan ketika orang tua sedang secara berbeda tergantung pada jenis kelamin pihak- berkonflik, laki laki cenderung bertindak dengan pihak yang terlibat. perilaku sebagai reaksi terhadap konlik orang tua Other Studies of Parenting in the Context of the Family System Other Studies of Parenting in the Context of the Family System “Dalam teori sistem keluarga, apa yang terjadi dalam pengasuhan anak tidak hanya diatur oleh karakteristik masing-masing anak tetapi juga oleh pola transaksi antara orang tua dan orang lain” Bornstein (2016). Penelitian menunjukkan bahwa ibu dan ayah berperilaku berbeda terhadap anak-anak ketika interaksi terjadi dalam konteks seluruh keluarga dibandingkan ketika orang tua sendirian dengan anak Cox dan Paley (2003). Beberapa pengaruh orang tua dapat dimediasi melalui pengaruh salah satu orang tua ke orang tua lainnya →contoh jenis keluarga itu disebut dengan “gatekeeping” di mana salah satu orang tua membentuk, mengatur, dan menafsirkan perilaku orang tua lainnya terhadap anak (Brown, Cannon, Mangelsdorf, dan Schoppe-Sullivan, 2008; Fagan dan Cherson, 2017) apabila iklim keluarganya positif, salah satu pasangan dapat mendorong dan membina hubungan pasangannya dengan anak Theoretical and Empirical Challenges to Family Systems Theory Where’s Poppa? Kurangnya representasi dan perhatian dalam penelitian psikologi terhadap peran ayah dalam dinamika keluarga.Penelitian Phares (1992), menyoroti pentingnya kehadiran ayah dalam riset keluarga. Penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan ayah dalam hubungan keluarga bisa menjadi pelindung terhadap dampak negatif, seperti depresi ibu. Sumber: Beautynesia (2024) Cultural and Ethnic Diversity Tantangan utama terhadap teori sistem keluarga adalah penerapannya di berbagai budaya dan kelompok etnis. Perbedaan budaya penting karena mempengaruhi cara keluarga berfungsi (Lindahl dan Malik, 1999). Cultural and Ethnic Diversity Kağıtçıbaşı (2007) mengusulkan bahwa setiap upaya untuk memahami sistem keluarga harus berada dalam konteks budaya yang lebih luas di mana nantinya menentukan apakah keluarga lebih mempromosikan kemandirian atau keterkaitan antaranggota. Keluarga Independen Keluarga Interdependen Keluarga dengan (kemandirian tinggi dan (Keterkaitan tinggi, Ketergantungan Psikologis keterkaitan rendah) kemandirian rendah) (Keterkaitan tinggi, kemandirian tinggi) Social and Historical Changes Affecting the Family System Model sistem keluarga yang dikembangkan pada tahun 1950-an menghadapi