Kejang: Faktor Penyebab dan Prognosis

Jumlah kasus epilepsi yang terjadi dalam suatu populasi pada periode tertentu. Di Indonesia, prevalensi epilepsi diperkirakan 0,5% hingga 2% dari jumlah penduduk.

Penyebab epilepsi meliputi trauma kepala, malformasi kongenital, gangguan metabolik, penggunaan obat tertentu, faktor genetik, infeksi, hipertermia, dan tumor otak.

Kejang terjadi karena ketidakseimbangan antara sinyal eksitatori (depolarisasi) dan inhibitori (hiperpolarisasi) dalam jaringan saraf otak. Kurangnya neurotransmiter inhibitori seperti GABA dan peningkatan neurotransmiter eksitatori seperti glutamate menyebabkan aktivitas saraf yang berlebihan.

GABA adalah neurotransmiter inhibitori yang berperan menghambat aktivitas saraf. Pada epilepsi, kurangnya GABA menyebabkan terjadinya depolarisasi berlebihan dan memicu kejang.

Glutamat adalah neurotransmiter eksitatori yang merangsang aktivitas saraf. Pada epilepsi, peningkatan glutamate menyebabkan depolarisasi berlebihan dan memicu kejang.

Sistem yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengoordinasikan fungsi tubuh, menerima dan memproses informasi dari lingkungan dan memberikan perintah kepada organ tubuh.

Bagian dari sistem saraf yang terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. SSP bertanggung jawab untuk memproses informasi dan mengontrol sebagian besar fungsi tubuh.

Bagian dari sistem saraf yang menghubungkan SSP ke bagian tubuh lainnya. SST berisi saraf yang menghantarkan informasi sensorik dari organ tubuh ke SSP dan saraf yang membawa perintah motorik dari SSP ke organ tubuh.

Bagian dari sistem saraf yang mengontrol fungsi tubuh yang tidak disadari, seperti detak jantung, pernapasan, pencernaan, dan sekresi kelenjar.

Bagian dari SSP yang menghubungkan otak dengan saraf-saraf di seluruh tubuh. Medulla Spinalis berperan dalam pengiriman informasi sensorik ke otak dan mengirimkan perintah motorik ke otot.

Memperantarai pengiriman informasi sensorik dari SSP ke otak, menghantarkan perintah motorik dari otak ke berbagai sel effector (otot rangka, jantung, dll), dan sebagai minor reflex center.

Bagian dari medulla spinalis yang terdiri dari akson yang termielinisasi, yang berfungsi untuk menghantarkan sinyal saraf dengan cepat.

Bagian dari medulla spinalis yang terdiri dari badan sel saraf, sel glia, dan kapiler. Grey Matter berfungsi untuk memproses informasi dan mengontrol aktivitas.

Unit dasar sistem saraf yang bertanggung jawab untuk menghantarkan informasi. Terdiri dari badan sel, akson, dendrit, dan ujung sinaptik.

Jenis sel saraf yang memiliki banyak dendrit dan satu akson. Menerima banyak input.

Jenis sel saraf yang memiliki satu dendrit dan satu akson. Menerima satu input utama.

Proses saat ion natrium (Na+) masuk ke dalam sel saraf, menyebabkan sel menjadi lebih positif. Memicu hantaran impuls.

Proses saat ion kalium (K+) keluar dari sel saraf atau ion klorida (Cl-) masuk ke dalam sel, menyebabkan sel menjadi lebih negatif. Menghambat impuls.

Perjalanan impuls saraf sepanjang akson, dimulai dari depolarisasi akibat pembukaan kanal Natrium.

Proses komunikasi antara dua sel saraf di ujung akson. Pelepasan neurotransmitter dan interaksi dengan reseptor di sel saraf penerima.

Senyawa kimia yang berperan dalam komunikasi antar sel saraf. Dilepaskan dari ujung akson dan bekerja pada reseptor di sel saraf penerima.

Proses penghentian aktivitas neurotransmitter. Terjadi melalui degradasi enzim di celah sinaps atau re-uptake masuk ke ujung pre-sinaps.

Neurotransmitter yang berperan dalam banyak fungsi tubuh, termasuk kontraksi otot, memori, dan kognisi.

Neurotransmitter eksitatori di otak yang berperan penting dalam proses belajar dan memori jangka panjang.

Obat yang digunakan untuk membantu mengatasi gejala Alzheimer sedang-berat dengan cara meningkatkan fungsi kognitif.

Efek samping yang umum dari Mamantin termasuk konstipasi, kebingungan, pusing, sakit kepala, halusinasi, batuk, dan hipertensi.

Mamantin tidak dimetabolisme di hati dan memiliki ikatan protein yang rendah, dengan waktu paruh 60-80 jam.

Terapi yang bertujuan memperlambat progresi Alzheimer dengan mencegah atau mengurangi kerusakan sel akibat radikal bebas.

Suplemen antioksidan yang digunakan dalam terapi Alzheimer untuk melindungi sel dari kerusakan.

Ginkgo Biloba meningkatkan aliran darah, mengurangi kekentalan darah, meningkatkan toleransi anoksia, menghambat monoamine oksidase dan mencegah kerusakan akibat radikal bebas. Juga memiliki efek neuroprotektif.

Mini Mental Status Examination, alat ukur untuk menilai fungsi kognitif seseorang.

Global Deterioration Scale digunakan untuk memantau perkembangan Alzheimer.

Late Confusion (Early Alzheimer Disease/AD), pasien tidak bisa mengatur keuangan/aktivitas rumah tangga, sulit mengingat peristiwa yang baru terjadi, dan sering menyangkal gangguan memori.

Obat yang bekerja dengan cara memblokir efek asetilkolin (Ach) di otak. Ini membantu dalam mengendalikan tremor pada penyakit Parkinson karena Ach berlebihan menyebabkan tremor.

Efek samping yang terkait dengan obat anti kolinergik meliputi penglihatan buram, detak jantung cepat, sedasi, sembelit, mual, retensi urin, dan memperburuk demensia.

Sindrom demensia yang ditandai dengan penurunan memori dan kemampuan kognitif pasien secara progresif.

Faktor yang meningkatkan kemungkinan seseorang terkena penyakit Alzheimer, termasuk usia tua, riwayat keluarga, gen APO-E4, jenis kelamin (wanita lebih tinggi kemungkinannya), penyakit jantung, diabetes, trauma kepala, dan sindrom Down.

Gen yang mengatur produksi protein yang membawa kolesterol dan lemak lainnya dalam darah ke seluruh sel tubuh. Varian khusus dari gen ini (APO-E4) dikaitkan dengan peningkatan risiko Alzheimer.

Faktor risiko penyakit cardiovascular, seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan diabetes, juga merupakan faktor risiko untuk Alzheimer dan demensia.

Penggunaan anti kolinergik harus dihindari pada orang berusia di atas 70 tahun karena risiko efek samping seperti memburuknya fungsi kognitif dan munculnya masalah neuropsikiatrik.

Contoh obat anti kolinergik yang digunakan untuk mengendalikan tremor pada penyakit Parkinson.

Efek samping Triheksifenidil meliputi penglihatan buram, detak jantung cepat, sedasi, sembelit, mual, retensi urin, memperburuk demensia, dan ileus paralitik.

Amantadin memiliki efek antivirus dan anti-Parkinson, sedangkan Triheksifenidil adalah obat anti kolinergik. Amantadin diduga meningkatkan dopamine, sedangkan Triheksifenidil memblokir reseptor Ach. Keduanya digunakan untuk mengatasi gejala penyakit Parkinson.