Rangkuman Sustainability PDF
Document Details
Uploaded by Deleted User
Tags
Summary
Dokumen ini merangkum materi tentang keberlanjutan, termasuk aspek etika dan dimensi-dimensinya (ekonomi, lingkungan, dan sosial). Diskusi mencakup kasus harga murah daging babi dan perdebatan pembangunan bendungan Hetch Hetchy. Beberapa perspektif tentang keberlanjutan, seperti *Dominion Thesis*, *Stewardship*, juga dibahas.
Full Transcript
Materi 1 Etika adalah ilmu tentang hal yang benar atau salah sehingga menyangkut moralitas: apa yang seharusnya dilakukan oleh seseorang dalam situasi tertentu dan mengapa. Sustainability adalah tentang keberlanjutan, langkah yang harus diambil agar kehidupan manusia dapat terus berjalan hingga ke...
Materi 1 Etika adalah ilmu tentang hal yang benar atau salah sehingga menyangkut moralitas: apa yang seharusnya dilakukan oleh seseorang dalam situasi tertentu dan mengapa. Sustainability adalah tentang keberlanjutan, langkah yang harus diambil agar kehidupan manusia dapat terus berjalan hingga ke masa depan. Terdapat tiga elemen etika: - Tanggung jawab manusia untuk lingkungan alam sekitar (contohnya memastikan alam dapat dilestarikan) - Tanggung jawab manusia untuk dunia sosial (contohnya keadilan sosial) - Tanggung jawab manusia untuk dirinya sendiri (contohnya hak dan kebahasan yang dimiliki oleh seorang individu) Sustainability bukan disiplin ilmu, tidak dapat dijawab secara saintifik karena melibatkan etika dan moral. Oleh karena sustainability ditinjau sebagai open-ended question, yang jawabannya tergantung keadaan dan waktu, budaya dan pengetahuan. Penelitian hanya membantu dalam proses menjawab, namun tidak bisa menjadi jawaban itu sendiri. Dimensi sustainability Sebenarnya ada beberapa model, tapi dalam model yang diajarkan ada 3: ekonomi (contohnya etika bisnis, manajemen dan transparansi), lingkungan (contohnya dampak ekologi), dan sosial (contohnya hak asasi manusia, inklusi sosial). Tujuan utama sustainability adalah pembangunan dimensi-dimensi yang saling berkaitan satu sama lain dimana tidak ada satu dimensi yang lebih penting. Kasus: Harga murah daging babi Hewan ternak dibesarkan di peternakan pabrik (factory farm). Misalkan dalam peternakan babi, ada “breeder sow”, babi betina yang tujuannya khusus untuk melahirkan dan membesarkan anak babi. Setelah dibuat hamil secara artifisial, babi tersebut dimasukkan ke dalam “gestation crate”, sebuah peti dari besi yang hanya cukup besar untuk babi tersebut berbaring namun tidak bisa bergerak. Ketika sudah mau melahirkan, babi betina tersebut dipindahkan ke “farrowing crate” yang pada dasarnya adalah gestation crate namun dengan lubang agar anak babi bisa menyusui tanpa risiko ditimpa oleh induknya. Setelah anak babi disapih, babi betina tersebut segera dibuat hamil secara artifisial lagi. Kasus ini dapat ditinjau dari 2 sisi: - Sisi pro yaitu efisiensi industri dan ekonomi, peti yang kecil memaksimalkan ruang yang ada dan pengurungan babi memastikan masa hamil dan prediksi tanggal kelahiran dapat ditentukan dengan cukup akurat. Dengan langkah-langkah tersebut, harga daging dapat ditekan dan masyarakat lapis bawah dapat memiliki akses daging setiap hari. - Sisi kontra yaitu bangkrutnya usaha peternakan kecil yang tak mampu bersaing, polusi udara dan air bagi lingkungan sekitar, dan etika terhadap hewan (hewan adalah makhluk hidup yang memiliki perasaan). Environmental justice vs environmental ethics: - Environmental justice berfokus pada kesetaraan distribusi barang-barang (goods) yang berkaitan dengan lingkungan hidup seperti taman, udara bersih, dan lingkungan sehat untuk semua manusia terlepas dari identitas dan golongan mereka (manusia terhadap manusia). - Environmental ethics berfokus pada etika dari aksi yang diambil oleh manusia terhadap dunia non-manusia (manusia terhadap non-manusia/alam). Beberapa perspektif dalam sustainability: - Dominion Thesis, berisi seluruh alam berada di bawah kuasa manusia sehingga manusia dapat mengeksploitasi alam sesuai kehendak. - Stewardship, alam dapat digunakan oleh manusia namun manusia memiliki tanggung jawab untuk tetap melestarikan lingkungan. - Utilitarian (John Locke), segala sesuatu (termasuk alam) adalah properti yang dapat dimiliki oleh manusia sehingga hanya dinilai dari kegunaannya terhadap manusia. - Konservasi (Gifford Pinchot), alam dimanfaatkan namun tidak melebihi batas agar produktivitasnya dapat terjamin secara berkelanjutan. Barang publik (collective goods) dikontrol sedemikian rupa untuk memberikan manfaat yang paling banyak untuk pihak yang paling banyak. Semua pandangan di atas termasuk pandangan antroposentris, yaitu pandangan-pandangan yang menilai segala sesuatu dengan manusia sebagai faktor utama dalam pertimbangan. Sebaliknya ada ekosentris: - Preservasi (John Muir), manusia tidak boleh menggunakan alam, sebaliknya manusia seharusnya sebisa mungkin mempertahankan alam liar (protection of nature/preservation for its own sake). - The Land Ethics (Aldo Leopold), manusia adalah bagian dari alam dan manusia tidak bisa hidup tanpa alam oleh sebab itu manusia harus menjadi bagian dari ekosistem (from conqueror to plain member and citizen). Dalam pandangan ini, bukan hanya manusia yang layak untuk mendapat pertimbangan moral, namun juga alam (contohnya animal rights). Kasus Hetch Hetchy Valley: Perdebatan untuk pembangunan dam: dapat menguntungkan manusia karena dapat menjadi reservoir air, namun sebagai akibatnya alam menjadi terganggu. Kasus ini adalah perdebatan antara utilitarianisme dan non-utilitarianisme, penggunaan sumber daya alam vs preservasi alam liar. Materi 2 Tragedy of the commons : situasi dimana individu yang menggunakan suatu barang publik (public goods/barang yang dimiliki oleh semua anggota komunitas) mengakibatkan habisnya sumber daya (barang) tersebut. Ilustrasi: misalkan sebuah kolam ikan yang digunakan oleh masyarakat desa tertentu dengan memancing. Satu keluarga memiliki jatah memancing 1 ikan setiap harinya agar kolam tersebut bisa memiliki jumlah populasi ikan yang cukup untuk berkembang biak dan mengembalikan populasi ikan ke semula. Apabila kemudian salah satu keluarga memutuskan untuk mengambil 2 ikan dalam satu hari, ikan ekstra yang dipancing keluarga tersebut hanya dinikmati oleh keluarga tersebut di hari itu, namun populasi ikan dalam kolam tersebut perlahan-lahan terganggu karena tidak mampu mengembalikan populasi ikan ke keadaan semula. Akibatnya populasi ikan terancam dan masyarakat desa tersebut tidak bisa memancing ikan di kolam tersebut lagi. Oleh karena keserakahan satu anggota dari komunitas yang hanya mendapatkan keuntungan jangka pendek, semua anggota komunitas tersebut terkena dampaknya jangka panjang. Commons vs Open-Access Resources : commons itu dimiliki oleh sebuah komunitas (yang di luar komunitas tidak punya hak pakai), sedangkan open-access bisa dipakai semua manusia (tidak ada kepemilikan). Planetary Boundaries: batas aman aktivitas manusia untuk 9 proses yang penting untuk mempertahankan fungsinya. Proses-proses ini dibutuhkan agar kehidupan dapat terus berlangsung. Aktivitas-aktivitas manusia bisa mengganggu proses-proses ini sehingga menyebabkan permasalahan. Climate Change/perubahan iklim (kita semua tahu lah ya): - CO2 concentration: CO2 dan gas rumah kaca lainnya memerangkap panas yang dilepaskan oleh Bumi. Gas rumah kaca bukan hal yang selalu buruk, namun jika berlebihan dapat menyebabkan gangguan terhadap sistem. - Radiative forcing: perubahan jumlah energi radiasi yang masuk dan keluar di lapisan troposfer sehingga dapat menyatakan adanya gangguan yang merusak pola energi radiasi matahari. Simpelnya, RF menyatakan perbandingan antara panas yang masuk vs panas yang keluar dari bumi. Novel entities/pelepasan entitas baru: Entitas disini itu apapun yang bisa masuk ke dalam suatu ekosistem, tapi yang masukin manusia (umumnya berdampak buruk), contohnya seperti polusi dan spesies invasif. Spesies invasif contohnya tikus yang pas zaman penjelajahan numpang kapal-kapal keliling seluruh dunia, tiba di benua-benua lain dan menyebabkan punahnya beberapa spesies tumbuhan dan hewan karena kalah bersaing dengan tikus, dengan tikus sendiri tidak memiliki predator alami di ekosistem tersebut. Stratospheric ozone depletion/penipisan ozon: Stratosfer adalah salah satu dari lapisan atmosfer kita yang mengandung gas ozon (O3). Di ketinggian stratosfer, gas ozon dapat menyerap sinar UV-B dengan efektif tanpa mengganggu manusia (gas ozon beracun bagi manusia). Sinar UV menyebabkan kerusakan DNA dalam sel-sel tubuh dan menyebabkan kanker, sehingga ozon berperan dalam melindungi kehidupan di bumi dari radiasi-radiasi yang berbahaya. Sinar UV juga dapat menyebabkan gangguan terhadap siklus biogeokimia. Gas-gas yang dilepas oleh manusia seperti CFC (Chlorofluorocarbon) dan halon mengandung atom-atom halogen yang mengganggu proses alami pembentukan ozon/bereaksi dengan ozon sendiri menghasilkan senyawa lain yang tidak efektif dalam menyerap sinar UV. Gas-gas ini dihasilkan manusia dalam proses pendinginan, pembentukan busa, pembersihan barang elektronik, pesawat udara komersial, dan lain-lain. Protokol Montreal adalah perjanjian global untuk mengurangi gas ODS (Ozone Depleting Substances/zat pengurai ozon) yang berjalan sejak tahun 1980-an sehingga planetary boundary ini berada di zona aman. Atmospheric aerosol loading/pemuatan aerosol (ke dalam) atmosfer: Aerosol adalah partikel halus/kecil seperti abu dan debu, garam laut, uap air, serbuk sari, spora, mikroplastik, limbah nuklir, insektisida/pembasmi serangga, dan lain-lain (literally semua yang cukup kecil untuk bisa melayang/tersuspensi di udara). Tergantung dari bahan pembentuk aerosol tersebut, partikel-partikel tersebut bisa menyerap atau memantulkan panas dan sinar matahari. Aerosol juga memiliki kaitan dalam proses pembentukan awan-awan. Kehadiran aerosol dalam atmosfer bisa disebabkan dari emisi langsung (seperti pembakaran yang menghasilkan abu atau bunga yang menghasilkan serbuk sari) atau dari reaksi-reaksi dalam atmosfer yang membentuk partikel. Kadar aerosol yang lebih tinggi di daerah yang mengalami monsun mengakibatkan curah hujan yang lebih kecil. Aerosol juga berdampak dalam polusi udara di ekosistem darat dan perairan. Planetary boundary ini masih di berada di zona aman. Ocean acidification/pengasaman laut: Pengasaman air laut berkaitan dengan penurunan pH air laut dalam jangka waktu tertentu akibat penyerapan CO2. CO2 bereaksi dengan air menghasilkan bikarbonat (HCO3-) dan proton (H+) yang menyebabkan penurunan pH. Laut menyerap sekitar 30% dari CO2 yang dilepas ke atmosfer, maka meningkatnya konsentrasi CO2 akan mengakibatkan semakin asamnya laut. Ion hidrogen yang dihasilkan juga bereaksi dengan konsentrasi alami karbonat (CO32-) membentuk bikarbonat. Karbonat adalah ion yang penting untuk ekosistem laut karena karbonat digunakan untuk membentuk cangkang hewan laut dan terumbu karang yang sangat penting bagi keberlangsungan ekosistem laut serta mencegah abrasi pada beberapa pesisir pantai. Untuk alasan ini pengasaman air laut disebut juga ‘osteoporosis of the sea.’ Perubahan pH juga mengganggu pertumbuhan, kemampuan reproduksi, dan komunikasi ikan. Dampak tersebut akan memengaruhi industri perikanan dan pariwisata perairan. Planetary boundary ini masih dihitung sebagai aman, namun peningkatan kadar CO2 di atmosfer membuat planetary boundary ini semakin mendekati ambang batas. Biogeochemical flow/siklus biogeokimia: Siklus biogeokimia menunjukkan daur/perjalanan dari unsur atau senyawa yang mengalir dari makhluk hidup (komponen biotik) ke lingkungan (komponen abiotik). Contoh utamanya seperti siklus air, juga siklus karbon, nitrogen, fosfor, dan sulfur. Kenapa secara spesifik zat-zat tersebut? Karena semua zat tersebut dibutuhkan untuk makhluk hidup (nitrogen dan sulfur banyak digunakan untuk membentuk protein, sedangkan fosfor untuk DNA atau RNA). Penjelasan singkat untuk masing-masing siklus: - Air (H2O): kita sudah cukup familiar, ada evaporasi/evapotranspirasi (penguapan air dari lingkungan/makhluk hidup), kemudian kondensasi (pembentukan awan), kemudian presipitasi (hujan/salju). - Karbon (C): ada respirasi (makhluk hidup melepaskan CO2), ada pembakaran (api menghasilkan CO2), ada fotosintesis (tumbuhan menyerap CO2), dan ada makhluk hidup yang mati (dekomposisi/penguraian menghasilkan CO2 atau jika terkubur bisa membentuk gas alam/minyak bumi). - Nitrogen (N): fiksasi (gas N2 diubah menjadi NH3), asimilasi (NH3 diserap oleh tumbuhan), amonifikasi (dekomposisi makhluk hidup yang mati membentuk NH4+), nitrifikasi (NH4+ -> NO2- -> NO3-), kemudian denitrifikasi (NO3- -> N2 kembali). - Fosfor (P): pengangkatan tektonik (batu yang mengandung fosfor naik ke atas akibat aktivitas geologis), erosi (fosfor terkikis dan masuk ke dalam perairan), asimilasi (diserap oleh makhluk hidup), dekomposisi/ekskresi (makhluk hidup melepaskan fosfor kembali setelah mati/pas buang air), sedimentasi (fosfor membentuk batuan di dasar laut), nantinya batu yang mengandung fosfor akan mengalami pengangkatan tektonik lagi. - Sulfur (S): SO2 diproduksi dari aktivitas mikroba, gunung berapi, atau pabrik, kemudian turun (presipitasi) dalam bentuk SO42-, mengalami asimilasi (diserap oleh makhluk hidup), dekomposisi (makhluk hidup mati dan melepaskan sulfur), kembali ke laut/terkubur membentuk minyak bumi. Planetary boundary ini secara spesifik membahas tentang dampak manusia terhadap siklus alam ini. Untuk siklus karbon, kegiatan manusia telah melepas lebih banyak CO2 daripada yang bisa diserap oleh lingkungan, sehingga menimbulkan berbagai masalah. Fosfor dan nitrogen berlebih terjadi akibat penggunaan pupuk berlebihan yang menimbulkan banyak masalah seperti pembentukan N2O, salah satu gas rumah kaca dan eutrofikasi (algae bloom yang menyebabkan kematian ekosistem). Kelebihan sulfur juga dapat mengakibatkan hujan asam. Freshwater change/perubahan siklus air tawar: Siklus air tawar berkaitan dengan penggunaan air tawar untuk keperluan makhluk hidup. Manusia mengganggu siklus ini dengan pembuatan bendungan, irigasi besar-besaran, dan mempercepat perubahan iklim. Perubahan ini menyebabkan abnormalitas dalam persediaan air, di daerah tertentu yang seharus kering malah jadi basah (atau bahkan banjir), di daerah lain yang harusnya basah malah jadi kering. Terdapat dua komponen dalam planetary boundary ini: - Blue water mencakup regulasi badan perairan (sungai, danau, air bawah tanah) dan integritas ekosistem perairan. - Green water mencakup regulasi aktivitas hidrologi seperti hujan, kelembapan tanah, dan evaporasi. Land system change/alih fungsi lahan: Alih fungsi lahan yang dimaksudkan adalah perubahan ekosistem hutan (tropis, hujan temperata, dan taiga). Kerusakan disebabkan oleh deforestasi untuk digunakan sebagai lahan untuk pertanian, peternakan, urbanisasi (pembentukan kota dan permukiman), dan lainnya. Akibat dari kerusakan ini adalah berkurangnya penyerapan CO2, hilangnya biodiversitas dan habitat, gangguan terhadap siklus biogeokimia, dan juga pelanggaran terhadap hak suku asli yang menempati daerah tersebut. Biosphere integrity/integritas biosfer: Integritas biosfer berkaitan dengan kesehatan dan aktivitas keseluruhan dari ekosistem Bumi. Kerusakan pada bidang ini mengganggu ketersediaan jasa ekosistem, yaitu komponen alam yang dikonsumsi atau digunakan oleh manusia. Terdapat dua komponen: - Genetic membicarakan tentang biodiversitas dan kepunahan spesies. Laju kepunahan spesies meningkat sebagai akibat aktivitas manusia yang dapat memberikan dampak buruk pada rantai makanan dan degradasi lingkungan. - Functional membicarakan kemampuan ekosistem untuk mempertahankan interaksi spesies yang penting untuk keberlangsungan ekosistem. Manusia menggunakan sumber daya alam lebih cepat daripada kemampuan alam untuk menghasilkan kembali sumber daya alam yang diambil, menyebabkan gangguan terhadap lingkungan. Materi 3 Global North dan Global South adalah istilah yang digunakan untuk penggolongan negara berdasarkan status sosio ekonomi dan politik. Global South kurang lebih mencakup negara-negara di Afrika, Amerika Latin, Asia (dengan beberapa pengecualian), dan Oceania (kecuali Australia dan Selandia Baru). Secara umum, Global South didefinisikan sebagai negara dengan tingkat pembangunan dan kemampuan ekonomi yang lebih rendah dari negara Global North. Jumlah populasi Global South jauh melebihi Global North. Pandangan Malthusian: Pertumbuhan penduduk itu eksponensial (makin lama makin cepat bertambahnya) namun produksi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan penduduk itu linear (setiap waktu bertambahnya konstan). Akibatnya, akan ada periode dimana tidak cukup sumber daya dan populasi mencapai ‘natural limit ’ atau batas natural seperti terjadinya perang, kelaparan, wabah penyakit, dan lainnya sehingga jumlah populasi menurun di bawah ambang batas, dan siklusnya terulang lagi. Kelemahan dari pandangan ini adalah Malthus tidak mempertimbangkan affluence (kemakmuran) dan technology (teknologi). Paul Ehrlich dan John Holdren merumuskan dampak lingkungan / environmental impact (I) dengan jumlah populasi (P), kemakmuran (A), dan teknologi (T): I=P*A*T Rumus ini menyatakan bahwa dampak lingkungan dipengaruhi dari jumlah manusia yang membutuhkan sumber daya, berapa banyak sumber daya yang digunakan per orang, dan teknologi yang digunakan untuk mengolah sumber daya tersebut. Dari koreksi ini muncul pandangan neo-Malthusian, mirip Malthusian tapi mengenali faktor-faktor lain yang mempengaruhi ketersediaan sumber daya, namun tetap percaya bahwa populasi adalah faktor utama. Tidak semua orang setuju, berpendapat bahwa teknologi lebih berpengaruh. Paradoks Jevon: inovasi membuat teknologi jadi lebih efisien tapi karena akibatnya harga turun, lebih banyak yang beli (konsumsi naik) sehingga environmental impact dari inovasi tersebut tidak berdampak. Overpopulation vs Overconsumption : apa yang menyebabkan kelangkaan sumber daya? 4 tahap perkembangan populasi (demographic transition model ): - Di awal, angka kematian tinggi sehingga untuk mengimbangi, angka kelahiran juga tinggi agar jumlah populasi terjaga. - Dengan adanya Revolusi Hijau (perkembangan agrikultur) dan perkembangan ilmu pengetahuan, angka kematian menurun, namun angka kelahiran tetap tinggi, sehingga jumlah populasi meningkat tajam. - Angka kematian yang rendah menyebabkan angka kelahiran perlahan-lahan menurun (karena sudah tidak ada alasan untuk mempertahankan angka kelahiran yang tinggi). - Di akhir, angka kematian dan kelahiran kembali seimbang dan jumlah populasi kembali konstan. Namun seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan perbaikan standar hidup berlangsung, konsumsi sumber daya per orang juga ikut meningkat. Apabila dilihat datanya, negara-negara penghasil emisi CO2 yang tertinggi adalah negara-negara yang berada di Global North, meskipun mayoritas populasi dunia berada di Global South. Overconsumption dan hyperconsumption adalah fenomena dimana orang-orang menggunakan sumber daya berlebihan hingga berdampak buruk. Dampak buruknya tidak hanya dirasakan oleh lingkungan (polusi, produksi gas rumah kaca, kerusakan ekosistem), namun juga konsumen itu sendiri (hilangnya interaksi sosial dengan sesama, stres yang berkaitan dengan tekanan pekerjaan untuk mempertahankan overconsumption). Hyperconsumption terjadi, melalui periklanan, karena konsumen merasa bahwa hidup tidak akan sejahtera jika mereka tidak membeli produk terbaru yang sebenarnya tidak diperlukan, padahal sebenarnya produk terbarunya hampir tidak ada bedanya, hanya dianggap lebih fashionable / trendy. Materi 4 Sekarang kita bahas the commons khususnya di Bumi Selatan. The commons meliputi semua jenis kekayaan termasuk sumber daya alam, tanah. norma, tradisi, pengetahuan, dan lainnya. The commons bukan properti pribadi, namun digunakan oleh semua orang yang merupakan bagian dari komunitas tersebut. The commons di Bumi Selatan memegang banyak potensi untuk menjadi maju dan sustainable, namun jika tidak dikelola dengan baik, potensi tersebut tidak akan tercapai. The commons dapat terancam masalah dari komersialisasi, komodifikasi (barang atau jasa yang sebelumnya tidak memiliki nilai ekonomi menjadi punya nilai ekonomi), dan privatisasi (yang sebelumnya dimiliki bersama menjadi dimiliki satu pihak). Industrialisasi oleh korporasi dan kaum elit mendapatkan keuntungan sendiri dari memanfaatkan commons yang telah dijaga oleh komunitas lokal dari generasi terdahulu dan terkadang malah sampai merusak commons tersebut. Terdapat juga Prisoner’s Dilemma yang berkaitan dengan Tragedy of the Commons dimana dalam suatu komunitas, setiap anggota mengambil lebih dari seharusnya karena takut anggota lain mengambil lebih. Kenapa namanya Prisoner’s Dilemma? Bayangkan situasi berikut: Ada 2 orang yang dituduh melakukan pencurian. Polisi tidak memiliki bukti yang cukup kuat untuk menuduh kedua orang tersebut, namun polisi bisa menggunakan testimoni dari masing-masing sebagai bukti. Secara rasional, jika kedua orang tersebut tidak memberikan testimoni apapun, maka polisi tidak akan memiliki bukti yang kuat dan kedua orang tersebut bisa saja lepas dari tuduhan atau jika tidak, hukumannya lebih ringan. Namun masalahnya timbul dari pemikiran bahwa salah satu dari mereka bisa saja memutuskan untuk mengkhianati yang lainnya. Seandainya temannya mengkhianati dia, maka hanya adil dia mengkhianati temannya juga. Akibatnya, kedua orang tersebut saling mengkhianati dan memberikan testimoni, sehingga keduanya mendapat hukuman yang lebih berat. Prinsip yang sama bisa terjadi dalam penggunaan the commons di dalam komunitas. Satu orang bisa saja memutuskan untuk memanfaatkan suatu sumber daya lebih banyak dari yang lain, keuntungan yang diterimanya lebih banyak dan dampaknya terhadap commons tersebut minimal. Namun, karena setiap orang dalam komunitas tersebut mempunyai insentif yang sama, akibatnya semua orang mengambil lebih dan commons tersebut menjadi rusak. Solusinya: - Boundary/batas: definisikan apa saja yang bagian dari commons dan apa yang bukan serta siapa yang berhak untuk memanfaatkan commons tersebut. - Proportionality/perbandingan: perbandingan yang dimaksud disini adalah perbandingan antara biaya dan manfaat. Orang-orang yang menanggung biaya dari manajemen commons tersebut seharusnya mendapat manfaat yang setidaknya sama atau lebih dari orang-orang yang sekadar menggunakannya. - Collective choice/pilihan bersama: pilihan yang dimaksud adalah aturan-aturan untuk menggunakan commons tersebut. - Monitoring/pemantauan: pemantauan diperlukan agar aturan-aturan yang disepakati bersama benar-benar dijalankan. - Sanctions/sanksi: pelanggaran perlu ditindaklanjuti agar aturan bisa ditegakkan, namun harus berhati-hati dalam menentukan sanksi: sanksi seharusnya mendorong kepatuhan dengan sukarela, tidak terlalu berat, dan menggunakan koersi (penggunaan tekanan untuk memaksakan) hanya untuk kasus terburuk. - Conflict resolution/resolusi konflik: konflik tidak bisa dihindari, maka diperlukan suatu cara/proses untuk menyelesaikan konflik tanpa mengeluarkan biaya yang tinggi (seperti pengadilan). Contohnya musyawarah gitu. - Autonomy/otonomi: suatu daerah yang memiliki commons perlu diberikan otonomi daerah untuk mengurus dirinya sendiri agar kesepakatan bersama bisa ditegakkan. Materi 5 TPB (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan) atau SDG (Sustainable Development Goals ) adalah tujuan yang ditetapkan oleh PBB untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan berkelanjutan untuk semua orang. Ingat dimensi sustainability, ada 3: lingkungan (6, 13, 14, 15), ekonomi (7, 8, 9, 11, 12) , dan sosial (1, 2, 3, 4, 5). Masing-masing tujuan dipecah menjadi target yang lebih spesifik dan indikatornya. Pelaporan perkembangan SDG dilaporkan dari The Sustainable Development Report yang dikeluarkan setiap tahun. Untuk masing-masing negara (termasuk Indonesia), ada Voluntary National Reviews setiap tahunnya juga. STI (Science, Technology, and Innovation) memiliki peran yang penting dalam mencapai SDG: - Science berfokus pada pencarian ilmu melalui studi sistematis tentang struktur dan perilaku dunia fisik, alam, dan sosial. - Technology berkaitan dengan penerapan dari pengetahuan untuk mencapai tujuan tertentu. - Innovation adalah cara baru untuk memproduksi, mendistribusikan, atau menggunakan barang/jasa berdasarkan teknologi baru, model bisnis baru, atau organisasi ekonomi/sosial yang baru. Ilmuwan dan peneliti adalah aktor utama dalam science, dengan pemerintah bertanggung jawab dalam pembuatan kebijakan dan pembiayaan penelitian. Ilmuwan juga melakukan penelitian terapan dengan insinyur dan pengembang produk/jasa mengaplikasikan teknologi baru. Pengusaha, pemimpin industri, dan masing-masing individu juga berperan mengembangkan inovasi-inovasi. TFM (Technology Facilitation Mechanism ) bertujuan untuk mendukung kolaborasi dan kerja sama melalui berbagi informasi, pengalaman, praktik, dan saran kebijakan antara anggota PBB, masyarakat, sektor swasta, komunitas akademia, dan lainnya. Ada 4 komponen TFM agar STI dapat dikembangkan dan diaplikasikan: - IATT (UN interagency task team on STI for the SDGs) untuk mempromosikan koordinasi, koherensi, dan kerja sama dalam hal-hal yang berkaitan dengan STI, meningkatkan efisiensi dan sinergi, terutama inisiatif pengembangan kapasitas. - 10-Member-Group berisi 10 ilmuwan IPA dan IPS, insinyur, dan inovator yang terkenal untuk mempersiapkan STI Forum dan operasional Online Platform 2030 Connect. - STI Forum (Multi-stakeholder Forum on Science, Technology and Innovation for the SDGs) diadakan setiap tahunnya untuk membahas kerja sama STI sekitar tema implementasi SDG. - Online Platform 2030 Connect adalah alat bagi pengusaha, inovator, pelajar, dan pemimpin untuk bertukar ide dan teknologi, membangun jaringan, dan mengusahakan kemajuan SDG. Setiap SDG di setiap negara memiliki tantangan yang berbeda-beda sehingga membutuhkan STI yang berbeda-beda juga. Pembahasan masing-masing SDG SDG 1 - No Poverty: akhiri segala bentuk kemiskinan dimanapun. SDG 2 - Zero Hunger: akhiri kelaparan, capai ketahanan pangan, perbaikan nutrisi, dan promosikan praktik agrikultur berkelanjutan. SDG 3 - Good Health and Well Being: jamin hidup sehat dan promosikan kesejahteraan untuk semua di seluruh rentang usia. SDG 4 - Quality Education: jamin pendidikan berkualitas yang inklusif dan adil dan promosikan belajar seumur hidup untuk semua orang. SDG 5 - Gender Equality: capai kesetaraan gender dan berdayakan semua wanita dan perempuan. SDG 6 - Clean Water and Sanitation: jamin keberadaan dan manajemen berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua orang. SDG 7 - Affordable and Clean Energy: jamin akses untuk energi yang terjangkau, dapat diandalkan, berkelanjutan, dan modern untuk semua orang. SDG 8 - Decent Work and Economic Growth: promosikan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, berkelanjutan, dan terus-menerus, kondisi pekerjaan yang lengkap dan produktif, dan pekerjaan yang baik untuk semua orang. SDG 9 - Industry, Innovation, and Infrastructure: bangun infrastruktur yang tahan banting, promosikan industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan, dan asuh inovasi. SDG 10 - Reduced Inequalities: kurangi kesenjangan dalam dan antar negara. SDG 11 - Sustainable Cities and Communities: bangun kota dan tempat tinggal manusia yang inklusif, aman, tahan banting, dan berkelanjutan. SDG 12 - Responsible Consumption and Production: jamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan. SDG 13 - Climate Action: ambil aksi mendesak untuk melawan perubahan iklim dan dampaknya. SDG 14 - Life Below Water: konservasikan dan gunakan secara berkelanjutan laut, samudra, dan sumber daya perairan untuk pembangunan berkelanjutan. SDG 15 - Life on Land: lindungi, kembalikan, dan promosikan penggunaan ekosistem darat secara berkelanjutan, kelola hutan secara berkelanjutan, lawan penggurunan, serta hentikan dan balikkan degradasi lahan dan hentikan hilangnya biodiversitas. SDG 16 - Peace, Justice, and Strong Institution: promosikan masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan, sediakan akses keadilan untuk semua orang, dan bangun institusi yang efektif, akuntabel, dan inklusif di semua tingkat. SDG 17 - Partnerships For The Goals: perkuat cara-cara implementasi dan hidupkan kembali kerja sama global untuk pembangunan berkelanjutan. Materi 6 Terdapat banyak tantangan dalam mencapai SDG, contohnya perubahan iklim. Kesepakatan Paris (Paris Agreement) bertujuan untuk mempertahankan peningkatan suhu rata-rata global di bawah 2°C sebelum masa revolusi industri dan membatasi peningkatan suhu sebanyak 1,5°C di atas sebelum masa revolusi industri. Setiap 5 tahun, negara-negara wajib untuk mengirim Nationally Determined Contribution (NDC) yang berisi aksi-aksi yang akan ditempuh untuk mengurangi emisi gas rumah kaca agar dapat mencapai target Kesepakatan Paris. Global Stocktake digunakan untuk memonitor implementasi Kesepakatan Paris dan mengevaluasi progres bersama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Common but Differentiated Responsibilities and Respective Capabilities (CBDR–RC) adalah prinsip yang menyatakan kemampuan dan tanggung jawab yang berbeda yang dimiliki setiap negara dalam mengatasi perubahan iklim. Pada dasarnya, setiap dari kita bertanggung jawab untuk mencegah perubahan iklim (ada yang memiliki tanggung jawab lebih) namun memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam mendukung usaha tersebut. Komitmen Indonesia: mengurangi emisi gas rumah kaca sebanyak 29% dengan kekuatan sendiri atau 41% dengan dukungan internasional pada sektor energi, limbah, IPPU (Industrial Processes and Product Use), pertanian, dan kehutanan. Maladaptasi: aksi yang sebenarnya bermaksud baik, namun malah memperburuk keadaan, dalam kasus ini perubahan iklim. Pasif/tidak berbuat apapun juga dapat berujung pada maladaptasi. Contohnya: sebuah perusahaan ingin menanam lebih banyak pohon, namun tanamnya di daerah yang rentan kebakaran hutan, akibatnya pas terjadi kebakaran malah memperbanyak emisi gas rumah kaca. Materi 7 SDG memiliki universality: berlaku di setiap negara dan indivisibility: masing-masing tujuan saling berkaitan. SDG interlinkage (keterkaitan) ada synergy dan trade off. Synergy berarti pembangunan di satu tujuan juga sekaligus berdampak positif di tujuan lain, sedangkan trade off berarti pembangunan di salah satu tujuan menyebabkan gangguan di tujuan lain. Contoh synergy : penggunaan sumber energi terbarukan (7) juga berdampak positif untuk polusi udara (3, 15) dan perubahan iklim (13). Contoh trade off : usaha peningkatan pertanian (2) menyebabkan deforestasi (15). Responsible Research and Innovation: memperhatikan dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap lingkungan dan masyarakat, harus bisa dipercayai, dipandu oleh nilai-nilai demokratis, menjawab permasalahan masyarakat, dan bisa dipertanggungjawabkan terhadap masyarakat. Pendekatan Nexus pangan, energi, dan air (aku singkat PEA): PEA saling berkaitan karena air digunakan dalam agrikultur dan pembangkit listrik. Kenapa perlu pendekatan ini: - Akses terbatas: tidak semua orang memiliki PEA yang cukup. - Permintaan meningkat: pertumbuhan populasi dan pembangunan membutuhkan PEA. - Keterbatasan sumber daya: jumlah PEA terbatas karena tidak sustainable penggunaannya. - Barang global: PEA termasuk barang yang diperdagangkan sehingga berdampak pada perekonomian suatu negara. - Perbedaan regional: setiap daerah memiliki penawaran dan permintaan yang berbeda yang memengaruhi distribusi dan akses PEA. - Interdependensi pada perubahan iklim dan lingkungan: produksi PEA dipengaruhi oleh perubahan iklim dan kondisi lingkungan. - Isu ketahanan (food security): PEA diperlukan dalam masyarakat, tanpanya akan terjadi ketidakstabilan sosial dan disrupsi (gangguan) ekonomi. - Pasar teregulasi ketat: PEA penting, sehingga perlu regulasi dan kebijakan yang hati-hati. - Identifikasi dan pengelolaan: risiko perlu dikelola dengan efektif untuk mencegah kelangkaan, polusi, dan ketimpangan akses. Contoh intervensi Nexus: - Konservasi agrikultur: meningkatkan penyimpanan air, penggunaan mesin untuk meningkatkan konsumsi bahan bakar, meningkatkan keragaman bahan makan. - Penggunaan kompor hemat energi: berkurangnya deforestasi (lebih sedikit energi yang dipakai -> lebih sedikit pohon yang dipotong buat menghasilkan energi) dapat meningkatkan penyimpanan air, perubahan kebiasaan memasak sehingga dapat mengoptimalkan waktu kerja. Dalam implementasi Nexus perlu kerja sama dalam mengejar tujuan yang telah dibuat dengan koordinasi antar kementerian yang masing-masing memiliki tanggung jawab yang jelas dan juga akuntabilitas horizontal (antar lembaga negara harus saling kontrol dan seimbang). Tantangan dalam implementasi nexus: tidak adanya kerangka kerja, kendala bahasa, waktu yang tidak jelas, permasalahan saat publikasi, tidak adanya insentif untuk bekerja sama.