EYD Edisi V (1) PDF
Document Details
Uploaded by UncomplicatedFractal
Universitas Hasanuddin
Tags
Summary
This document contains guidelines on how to form words in Indonesian, using Indonesian spelling and grammar rules (EYD Edisi V).
Full Transcript
Tugas Kelompok 1 BAB I PENGGUNAAN HURUF ====================== A. **Huruf** -- -- -- --...
Tugas Kelompok 1 BAB I PENGGUNAAN HURUF ====================== A. **Huruf** -- -- -- -- -- -- -- -- we -- -- -- ----- eks zet Huruf Vokal =========== -- -- -- -- -- -- -- -- Huruf Konsonan ============== -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- D. Gabungan Huruf Vokal ==================== 1. **Monoftong** -- -- -- -- -- -- -- -- Diftong ======= ---- ------------- -- -- Posisi Awal ai au *ei*gendom oi *oi*kumene ---- ------------- -- -- Gabungan Huruf Konsonan ======================= -- -- -- -- -- -- -- -- F. Huruf Kapital ============= 3. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama awal kalimat. Misalnya: 4. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan. 5. Huruf kapital *tidak* digunakan sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. 6. Huruf kapital digunakan pada nama orang seperti pada nama teori, hukum, dan rumus. 7. Huruf kapital *tidak* digunakan untuk menuliskan huruf pertama kata yang bermakna \'anak dari\', seperti *bin*, *binti*, *boru*, dan *van*, kecuali dituliskan sebagai awal nama atau huruf pertama kata tugas *dari*. Misalnya: 8. Huruf kapital digunakan pada awal kalimat dalam petikan langsung. Misalnya: 9. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama dalam hal tertentu yang berkaitan dengan nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti Tuhan serta singkatan nama Tuhan. 10. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, kebangsawanan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang dan gelar akademik yang mengikuti nama orang. Misalnya: 11. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang digunakan sebagai sapaan. 12. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang digunakan sebagai pengganti nama orang, nama instansi, atau nama tempat. 13. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama seperti pada nama bangsa, suku, bahasa, dan aksara. 14. Huruf kapital *tidak* digunakan pada nama bangsa, suku, bahasa, dan aksara yang berupa bentuk dasar kata turunan. 15. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama, seperti pada nama tahun, bulan, hari, dan hari besar atau hari raya. 16. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah. 17. Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama ditulis dengan huruf nonkapital. 18. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya: *B*enua *A*frika ---------------------------- -- *A*sia *T*enggara *P*ulau *M*iangas *J*azirah *A*rab *D*ataran *T*inggi *D*ieng *G*unung *S*emeru *P*ergunungan *H*imalaya *B*ukit *B*arisan *D*anau *T*oba *N*garai *S*ianok *L*embah *B*aliem *S*ungai *M*amberamo *T*anjung *H*arapan *S*elat *L*ombok 19. Huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti nama diri ditulis dengan huruf nonkapital. 20. Huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai nama jenis ditulis dengan huruf nonkapital. 21. Huruf kapital digunakan untuk nama geografi yang menyatakan asal daerah. 22. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua kata (termasuk unsur bentuk ulang utuh) seperti pada nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas. 23. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur bentuk ulang utuh) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah, serta nama media massa, kecuali kata tugas yang tidak terletak pada posisi awal. 24. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar dan nama pangkat. 25. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti *bapak*, *ibu*, *kakak*, dan *adik* serta kata atau ungkapan lain (termasuk unsur bentuk ulang utuh) yang digunakan sebagai sapaan. a. Kata *Anda* ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya: b. Kata atau ungkapan yang digunakan dalam pengacuan ditulis dengan huruf awal kapital. c. Istilah kekerabatan yang diikuti oleh kata yang menunjukkan kepemilikan ditulis dengan huruf nonkapital. G. Huruf Miring ============ 26. Huruf miring digunakan untuk menuliskan judul buku, judul film, judul album lagu, judul acara televisi, judul siniar, judul lakon, dan nama media massa yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka. Misalnya: 27. Huruf miring digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat. 28. Huruf miring digunakan untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah dan bahasa asing. d. Nama diri, seperti nama orang, lembaga, organisasi, atau merek dagang dalam bahasa asing atau bahasa daerah *tidak* ditulis dengan huruf miring. e. Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer), bagian yang akan dicetak miring ditandai dengan garis bawah satu. H. Huruf Tebal =========== 29. Huruf tebal digunakan untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring. 30. Huruf tebal digunakan untuk menegaskan bagian karangan, seperti bab atau subbab. Tugas Kelompok 2 ================ BAB II PENULISAN KATA ===================== A. **Kata Dasar** B. Kata Turunan ============ 1. Kata Berimbuhan a. Kata yang mendapat imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan imbuhannya. Misalnya: b. Kata yang mendapat bentuk terikat ditulis serangkai jika mengacu pada konsep keilmuan tertentu. *Adi*busana ----------------- -- -- *aero*dinamika *antar*golongan c. Kata yang diawali dengan huruf kapital dan mendapat bentuk terikat dirangkaikan dengan tanda hubung (-). d. Kata yang ditulis dengan huruf miring dan mendapat bentuk terikat dirangkaikan dengan tanda hubung (-). e. Bentuk terikat *maha-* dan kata dasar atau kata berimbuhan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital sebagai pengkhususan. 2. Bentuk Ulang f. Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya. g. Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama. Misalnya: ------------------ --- -- kapal barang → kereta api cepat → rak buku → surat kabar → 3. Gabungan Kata h. Unsur gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Misalnya: i. Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya. Misalnya: j. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai. k. Gabungan kata yang hanya mendapat awalan atau akhiran ditulis terpisah. l. Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya: Acapkali -------------- -- -- Adakala Apalagi bagaimana barangkali Beasiswa belasungkawa Bilamana ----------- -- -- bumiputra Daripada C. Pemenggalan Kata ================ 4. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut. m. Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. Misalnya: n. Monoftong *eu* tidak dipenggal. Misalnya: o. Diftong *ai*, *au*, *ei*, dan *oi* tidak dipenggal. Misalnya: p. Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan) di antara dua huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu. q. Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. r. Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. s. Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal. 5. Pemenggalan kata pada kata berimbuhan dilakukan sebagai berikut. t. Pemenggalan kata berimbuhan dilakukan di antara bentuk dasar dan unsur pembentuknya. u. Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan dilakukan seperti pemenggalan pada kata dasar. v. Pemenggalan kata yang mendapat sisipan dilakukan seperti pada kata dasar. w. Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal atau akhir baris tidak dilakukan. 6. Jika kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu. 7. Nama orang yang terdiri atas dua kata atau lebih pada akhir baris dipenggal di antara kata tersebut. 8. Singkatan tidak dipenggal. Misalnya: Kata Depan ========== E. Partikel ======== 9. Partikel -*lah*, -*kah*, dan -*tah* ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. 10. Partikel *pun* ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya: 11. Bentuk *pun* yang merupakan bagian kata penghubung seperti berikut ditulis serangkai. 12. Partikel *per* yang berarti \'demi\', \'tiap\', \'mulai\', atau \'melalui\' ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. F. Singkatan ========= 13. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik di setiap unsur singkatan itu. 14. Singkatan nama orang dalam bentuk inisial ditulis tanpa tanda titik. Misalnya: 15. Singkatan, termasuk akronim, yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. 5. Singkatan satuan ukuran, takaran, dan timbangan; lambang kimia; dan mata uang tidak diikuti tanda titik. 6. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf dan suku kata atau gabungan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya: 7. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf dan suku kata atau gabungan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf nonkapital. G. Angka dan Bilangan ================== 16. Angka Arab atau angka Romawi lazim digunakan sebagai lambang bilangan atau nomor. 17. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu kata ditulis dengan huruf, kecuali jika digunakan secara berurutan seperti dalam perincian. 18. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran, seperti ukuran panjang, berat, luas, isi, dan waktu, serta (b) nilai, seperti nilai uang dan persentase. 19. Bilangan berupa angka pada awal kalimat yang terdiri atas lebih dari satu kata didahului kata seperti *sebanyak, sejumlah,* dan *sebesar* atau diubah susunan kalimatnya. 20. Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan huruf supaya lebih mudah dibaca. 21. Angka digunakan sebagai bagian dari alamat, seperti jalan, rumah, apartemen, atau kamar. 22. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau bagian kitab suci. 23. Penulisan bilangan dengan huruf seperti dalam peraturan perundang- undangan, akta, dan kuitansi dilakukan sebagai berikut. x. Bilangan utuh ditulis secara mandiri. Misalnya: y. Bilangan pecahan ditulis dengan *per*- yang dilekatkan pada bilangan penyebut yang mengikutinya. setengah atau se*per*dua -------------------------- -- se*per*enam belas tiga *per*empat dua *per*sepuluh tiga dua-*per*tiga satu *per*sen satu *per*mil 24. Penulisan bilangan tingkat dapat menggunakan angka Romawi, gabungan awalan *ke*- dan angka Arab, atau huruf. 25. Penulisan angka dan akhiran *-an* dirangkaikan dengan tanda hubung (-). 26. Bilangan seperti yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan, akta, atau kuitansi dapat ditulis dengan angka dan diikuti oleh huruf. Misalnya: 27. Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf secara serangkai. H. **Kata Ganti *ku-*, *kau-*, *-ku*, *-mu*, dan *-nya*** 28. Kata ganti *ku*- dan *kau*- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan -*ku*, -*mu*, dan -*nya* ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. 29. Kata ganti *kau* yang bukan bentuk terikat ditulis terpisah dengan kata yang lain. I. **Kata Sandang *si* dan *sang*** 30. Kata *si* dan *sang* ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya: 31. Kata *sang* ditulis dengan huruf awal kapital jika merupakan unsur nama Tuhan. Tugas Kelompok 3 ================ BAB III PENGGUNAAN TANDA BACA ============================= 1. Tanda titik digunakan pada akhir kalimat pernyataan. Misalnya: 2. Tanda titik digunakan untuk mengakhiri pernyataan lengkap yang diikuti perincian berupa kalimat baru, paragraf baru, atau subjudul baru. Latar Belakang ============== Masalah ======= Tujuan ====== 3. Tanda titik digunakan di belakang angka atau huruf dalam suatu daftar, perincian, tabel, atau bagan. a. Contoh Penggunaan Tanda Titik dalam Daftar I. Kondisi Kebahasaan di Indonesia A. Bahasa Indonesia 1. Kedudukan 2. Fungsi B. Bahasa Daerah 3. Kedudukan 4. Fungsi C. Bahasa Asing 5. Kedudukan 6. Fungsi b. Contoh Penggunaan Tanda Titik dalam Perincian II. Patokan Umum III. Patokan Khusus c. Contoh Penggunaan Tanda Titik dalam Tabel Tabel 1 Kelas Kata -- -- -- -- -- -- d. Contoh Penggunaan Tanda Titik dalam Bagan 4. Tanda titik *tidak* digunakan di belakang angka terakhir pada deret nomor dalam perincian. BAB II KERANGKA TEORI ===================== 1. **Bahasa** 1. Fonologi ======== 2. **Morfologi** 3. Sintaksis ========= 2. **Sastra** 4. Puisi ===== 5. **Prosa** 6. Drama ===== A. Bahasa ====== 1. **Fonologi** 2. Morfologi ========= 3. **Sintaksis** B. Sastra ====== 4. **Puisi** 5. Prosa ===== 6. **Drama** 5. Tanda titik *tidak* digunakan pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung dalam perincian. 1. bahasa nasional yang berfungsi sebagai, antara lain, a. lambang kebanggaan nasional, b. identitas nasional, c. alat pemersatu bangsa, dan d. sarana perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya; 2. bahasa negara.... 6. Tanda titik *tidak* digunakan di belakang angka terakhir, baik satu digit maupun lebih, dalam judul tabel, bagan, grafik, atau gambar. Misalnya: 7. Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu. 8. Tanda titik digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah. 9. Tanda titik *tidak* digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. 10. Tanda titik *tidak* digunakan pada akhir judul dan subjudul. Misalnya: 11. Tanda titik *tidak* digunakan di belakang alamat penerima surat serta tanggal surat. B. Tanda Koma (,) ============== 1. Tanda koma digunakan di antara unsur-unsur dalam perincian berupa kata, frasa, atau bilangan. 1. akta kelahiran, 2. ijazah terakhir, dan 3. surat keterangan kesehatan. Satu, dua, \... tiga! 2. Tanda koma digunakan sebelum kata penghubung, seperti *tetapi*, *melainkan*, dan *sedangkan*, dalam kalimat majemuk pertentangan. Misalnya: 3. Tanda koma digunakan untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimat. 4. Tanda koma *tidak* digunakan jika induk kalimat mendahului anak kalimat. 5. Tanda koma digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, seperti *oleh karena itu*, *jadi*, *dengan demikian*, *sehubungan dengan itu*, dan *meskipun demikian*. 6. Tanda koma digunakan sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti *o*, *ya*, *wah*, *aduh*, atau *hai*, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti *Bu*, *Dik*, atau *Nak*. 7. Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. 8. Tanda koma *tidak* digunakan untuk memisahkan petikan langsung yang diakhiri tanda tanya atau tanda seru dari bagian kalimat yang mengikutinya. 9. Tanda koma digunakan di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah yang ditulis berurutan. 10. Tanda koma digunakan sesudah salam pembuka (seperti *dengan hormat* atau *salam sejahtera*), salam penutup (seperti *salam takzim* atau *hormat kami*), dan nama jabatan penanda tangan surat. 11. Tanda koma digunakan di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, nama keluarga, atau nama marga. B. Ratulangi, S.E. Ny. Khadijah, M.A. a. Bandingkan *Siti Khadijah*, *M.A.* (*Siti Khadijah*, *Master of Arts*) dengan b. Spasi digunakan untuk memisahkan unsur nama dan singkatannya serta antargelar dan singkatannya. 12. Tanda koma digunakan sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. 13. Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi. 14. Tanda koma dapat digunakan di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah pengertian. Tanda Titik Koma (;) ==================== 1. Tanda titik koma dapat digunakan sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat setara di dalam kalimat majemuk. Misalnya: 2. Tanda titik koma digunakan pada bagian perincian yang berupa frasa verbal. 1. berkewarganegaraan Indonesia; 2. berijazah sarjana S-1; 3. berbadan sehat; dan 4. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 3. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan bagian-bagian perincian dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda koma. a. pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara; b. penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; serta c. pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi. 4. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan sumber-sumber kutipan. Tanda Titik Dua (:) =================== 1. Tanda titik dua digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap yang langsung diikuti perincian atau penjelasan. 2. Tanda titik dua *tidak* digunakan jika perincian atau penjelasan itu merupakan bagian dari kalimat lengkap. a. persiapan, b. pengumpulan data, c. pengolahan data, dan d. pelaporan. 3. Tanda titik dua digunakan sesudah kata atau frasa yang memerlukan pemerian. e. Ketua : Ahmad Wijaya Wakil Ketua: Deni Simanjuntak Sekretaris : Siti Aryani Bendahara : Aulia Arimbi f. Narasumber: Prof. Dr. Saputra Effendi Pemandu : Abdul Gani, M.Hum. Pencatat : Sri Astuti Amelia, S.Pd. 4. Tanda titik dua digunakan dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. 5. Tanda titik dua digunakan di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, 6. Tanda titik dua dapat digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu. 7. Tanda titik dua digunakan untuk menuliskan rasio dan hal lain yang menyatakan perbandingan dalam bentuk angka. Tanda Hubung (-) ================ 1. Tanda hubung digunakan untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian baris. 2. Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur bentuk ulang. Misalnya: 3. Tanda hubung digunakan untuk (a) menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan angka, (b) menyambung huruf dalam kata yang dieja satu demi satu, dan (c) menyatakan skor pertandingan. Misalnya: 4. Tanda hubung digunakan untuk memperjelas hubungan bagian kata atau ungkapan. 5. Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan unsur yang berbeda, yaitu di antara huruf kapital dan nonkapital serta di antara huruf dan angka. 6. Tanda hubung *tidak* digunakan di antara huruf dan angka jika angka tersebut melambangkan jumlah huruf. 7. Tanda hubung digunakan untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah, bahasa asing, atau slang. 8. Tanda hubung digunakan untuk menandai imbuhan atau bentuk terikat yang menjadi objek bahasan. 9. Tanda hubung digunakan untuk menandai dua unsur yang merupakan satu kesatuan. Tanda Pisah (---) ================= 1. Tanda pisah dapat digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat. 2. Tanda pisah dapat digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang merupakan bagian utama kalimat dan dapat saling menggantikan dengan bagian yang dijelaskan. 3. Tanda pisah digunakan di antara dua bilangan, tanggal (hari, bulan, tahun), atau tempat yang berarti \'sampai dengan\' atau \'sampai ke\'. Misalnya: Tanda Tanya (?) =============== 1. Tanda tanya digunakan di akhir kalimat tanya. Misalnya: 2. Tanda tanya digunakan di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang diragukan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Tanda Seru (!) ============== Tanda Elipsis (\...) ==================== 1. Tanda elipsis digunakan untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan ada bagian yang dihilangkan atau tidak disebutkan. 2. Tanda elipsis digunakan untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog. 3. Tanda elipsis digunakan untuk menandai jeda dalam tuturan yang dituliskan. 4. Tanda elipsis di akhir kalimat diikuti dengan tanda baca akhir kalimat berupa tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. Tanda Petik (\"...\") ===================== 1. Tanda petik digunakan untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. 2. Tanda petik digunakan untuk mengapit judul puisi, judul lagu, judul artikel, judul naskah, judul bab buku, judul pidato/khotbah, atau tema/subtema yang terdapat di dalam kalimat. 3. Tanda petik digunakan untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Tanda Petik Tunggal (\'...\') ============================= 1. Tanda petik tunggal digunakan untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan lain. 2. Tanda petik tunggal digunakan untuk mengapit makna, padanan, atau penjelasan kata atau ungkapan. Tanda Kurung ((...)) ==================== 1. Tanda kurung digunakan untuk mengapit keterangan tambahan, seperti singkatan atau padanan kata asing. 2. Tanda kurung digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat. 3. Tanda kurung digunakan untuk mengapit kata yang keberadaannya di dalam teks dapat dimunculkan atau dihilangkan. 4. Tanda kurung digunakan untuk mengapit huruf atau angka sebagai penanda perincian yang ditulis ke samping atau ke bawah di dalam kalimat. 1. daftar riwayat hidup, 2. ijazah terakhir, dan 3. surat keterangan kesehatan. Tanda Kurung Siku (\[...\]) =========================== 1. Tanda kurung siku digunakan untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain. 2. Tanda kurung siku digunakan untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang terdapat dalam tanda kurung. Tanda Garis Miring (/) ====================== 1. Tanda garis miring digunakan dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa 1 tahun yang terbagi dalam 2 tahun takwim. Misalnya: 2. Tanda garis miring digunakan sebagai pengganti kata *dan*, *atau*, serta Semua organisasi harus memiliki AD/ART. -------------------------------------------------------------------------------------------------- -- Dalam susunan kepanitiaan dia tercatat sebagai ketua/anggota. Pilih salah satu moda transportasi darat/laut! Yang harus mengambil rapor adalah orang tua/wali peserta didik masing-masing. Buku dan/atau majalah dapat dijadikan sumber rujukan. Staf yang berhalangan hadir diwajibkan mengganti hari dan/atau bertukar jadwal dengan staf lain. Harga kain itu Rp75.000,00/meter. Kecepatan mobil ini dapat mencapai 150 km/jam. 3. Tanda garis miring dapat digunakan untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain. Tanda Apostrof (') ================== Tugas Kelompok 4 ================ BAB IV PENULISAN UNSUR SERAPAN ============================== A. Penulisan Unsur Serapan Umum ============================ 1. Harakat fatah atau bunyi (Arab) yang dilafalkan pendek atau panjang menjadi *a*. y*a*tim ) َي ِت ْي ˚م( *y**a**tīm* 2. Huruf *'ain* (ﻉ Arab) pada awal suku kata menjadi *a, i,* atau *u*. Misalnya: عجا ِئ َعا َدة(˚ *sa**'ā**dah* س ِع ْل ˚م( ***'i**lm* طاع ْو 3. Huruf *'ain* (ﻉ Arab) pada akhir suku kata menjadi *k*. Misalnya: i*k*tikad )اِع ِتقَا ˚د( *i**'**tiqād* ta*k*rif )تَ ْع ِر ْي ruku*k* ) ُر ُك ْو 4. Huruf *hamzah* (ﺀ Arab) yang dibaca vokal menjadi *a, i,* atau *u*. Misalnya: ) ِإ َشا َرة(˚ -- ---------------- -- )نَا ِئ ˚ب( )أُفُ ˚ق( )أُ ُص ْو ˚ل( 5. Gabungan huruf *aa* (Belanda) menjadi *a*. Misalnya: 6. Gabungan huruf *ae* yang bervariasi dengan *e* menjadi *e*. Misalnya: 7. Gabungan huruf *ae* yang tidak bervariasi dengan *e* tetap *ae*. Misalnya: 8. Gabungan huruf *ai* tetap *ai*. Misalnya: 9. Gabungan huruf *au* tetap *au*. Misalnya: 10. Gabungan huruf *bl* tetap *bl*. Misalnya: 11. Huruf *c* (Inggris) yang diikuti *a, o, u,* atau konsonan menjadi *k*. Misalnya: 12. Huruf *c* yang diikuti *e*, *i*, *oe*, atau *y* menjadi *s*. Misalnya: 13. Gabungan huruf *cc* yang diikuti *o, u,* atau konsonan menjadi *k*. Misalnya: 14. Gabungan huruf *cc* yang diikuti *e* dan *i* menjadi *ks*. Misalnya: 15. Gabungan huruf *cch* menjadi *k*. Misalnya: 16. Gabungan huruf *ch* yang diikuti *a*, *o*, atau konsonan menjadi *k*. Misalnya: 17. Gabungan huruf *ch* yang dilafalkan atau menjadi *s*. Misalnya: -- -- -- -- -- -- 18. Gabungan huruf *ch* yang dilafalkan menjadi *c*. Misalnya: -- -- -- -- -- -- 19. Gabungan huruf *ck* menjadi *k*. Misalnya: 20. Gabungan huruf *cr* (Belanda, Inggris, Prancis) menjadi *kr*. Misalnya: 21. Gabungan huruf *ct* pada akhir kata menjadi *k*. Misalnya: 22. Huruf *ç* (Sanskerta) menjadi *s*. Misalnya: 23. Huruf *dal* dan *ḍad* (د dan ﺽ Arab) menjadi *d*. Misalnya: َض ِع ْي حا 24. Gabungan huruf *dh* menjadi *d*. Misalnya: 25. Huruf *e* tetap *e*. Misalnya: 26. Gabungan huruf *ea* yang dilafalkan menjadi *i*. Misalnya: -- -- -- -- -- -- 27. Gabungan huruf *ea* yang dilafalkan bukan tetap *ea*. Misalnya: -- -- -- -- -- -- 28. Gabungan huruf *ee* menjadi *e*. Misalnya: 29. Gabungan huruf *ei* tetap *ei*. Misalnya: 30. Gabungan huruf *eo* tetap *eo*. Misalnya: 31. Gabungan huruf *eu* tetap *eu*. Misalnya: 32. Gabungan huruf *eu* (Aceh, Sunda, Rejang) yang dilafalkan tetap *eu*. Misalnya: 33. Huruf *fa* (ﻑ Arab) menjadi *f*. Misalnya: a*f*dal )أَ ْف ْي عا ِر ِص فَ) *f*asih 34. Huruf *f* tetap *f*. Misalnya: 35. Gabungan huruf *gh* menjadi *g*. Misalnya: 36. Huruf *gain* (غ Arab) menjadi *g*. Misalnya: ْي َبة(˚ ***g**ībah* غ ma*g*rib ) َم ْغ ِر 37. Huruf *ḥa* dan *ha* (ﺡ dan ﻩ Arab) menjadi *h*. Misalnya: حا ِك ˚م( ***ḥ**ākim* ٌ ْوَ َو( ***h**awā**'*** ٌْ َم َه( *sa**h**m* 38. Huruf *hamzah* (ﺀ Arab) pada tengah kata menjadi *k*. Misalnya: ma*k*mum ) َمأْ ُم ْو ˚م( *m**a'**mūm* mu*k*min ) ُم ْؤ ِم ta*k*wil )تَأْ ِو ْي 39. Huruf *hamzah* (ﺀ Arab) pada akhir kata dihilangkan. Misalnya: iml*a* ) ِإ ْم َال ˚ء( *imlā**'*** munsy*i* ) ُم ْنش 40. Harakat kasrah atau bunyi (Arab) yang dilafalkan pendek atau panjang menjadi *i*. *i't**i**ka* ِت َكاف( ع 41. Huruf *i* pada awal suku kata dan diikuti *a* atau *o* tetap *i*. Misalnya: 42. Gabungan huruf *ie* (Belanda) yang dilafalkan menjadi *i*. Misalnya: -- -- -- -- -- -- 43. Gabungan huruf *ie* (Latin) tetap *ie*. Misalnya: 44. Huruf *jim* (ﺝ Arab) menjadi *j*. Misalnya: جا َزة(˚ *i**j**āzah* ُج ْز ˚ء( ***j**uz'* 45. Huruf *kha* (ﺥ Arab) menjadi *kh*. Misalnya: ٌوْ َو tari*kh* )ٌْة دْ َِ 46. Gabungan huruf *kl* tetap *kl*. Misalnya: 47. Gabungan huruf *kr* tetap *kr*. Misalnya: 48. Huruf *n* (Jepang, Cina) di depan *p* menjadi *m*. Misalnya: 49. Gabungan huruf *ng* tetap *ng*. Misalnya: 50. Gabungan huruf *oe* (*oi* Yunani) menjadi *e*. Misalnya: 51. Gabungan huruf *oi* (Belanda, Inggris, Prancis) tetap *oi*. Misalnya: 52. Gabungan huruf *oo* (Belanda) menjadi *o*. Misalnya: 53. Gabungan huruf *oo* yang dilafalkan menjadi *u*. Misalnya: -- -- -- -- -- -- 54. Gabungan huruf *oo* (vokal ganda) tetap *oo*. Misalnya: 55. Gabungan huruf *ou* yang dilafalkan menjadi *u*. Misalnya: -- -- -- -- -- -- 56. Gabungan huruf *ou* yang dilafalkan bukan tetap *ou*. Misalnya: -- -- -- -- -- -- 57. Gabungan huruf *ph* menjadi *f*. Misalnya: 58. Gabungan huruf *pl* tetap *pl*. Misalnya: 59. Gabungan huruf *pr* tetap *pr*. Misalnya: 60. Gabungan huruf *ps* tetap *ps*. Misalnya: 61. Gabungan huruf *pt* tetap *pt*. Misalnya: 62. Huruf *q* menjadi *k*. Misalnya: 63. Huruf *qaf* (ﻕ Arab) menjadi *k*. Misalnya: طلَ *k*urun )ٌْ ْن ُو 64. Gabungan huruf *rh* menjadi *r*. Misalnya: 65. Huruf *śa, sin,* dan *ṣad* (ﺙ, ﺱ, dan ﺹ Arab) menjadi *s*. Misalnya: wari*s* ) َوا ِر سا أَ) a*s*a*s* 66. Huruf *syin* (ﺵ Arab) menjadi *sy*. Misalnya: َع ْر عاش 67. Gabungan huruf *sc* yang diikuti *a, o, u,* atau konsonan menjadi *sk*. Misalnya: 68. Gabungan huruf *sc* yang diikuti *e, i*, atau *y* menjadi *s*. Misalnya: 69. Gabungan huruf *sch* yang diikuti vokal menjadi *sk*. Misalnya: 70. Gabungan huruf *sr* tetap *sr*. Misalnya: 71. Huruf *t* yang diikuti *i* dan dilafalkan menjadi *s*. Misalnya: -- -- -- -- -- -- 72. Huruf *ṭa* (ﻁ Arab) menjadi *t*. Misalnya: ْطلَ َش ْر ْي ط ِب ُم ) mu*t*lak 73. Gabungan huruf *th* menjadi *t*. Misalnya: 74. Gabungan huruf *tr* tetap *tr*. Misalnya: 75. Gabungan huruf *ts* (Jepang) tetap *ts*. Misalnya: 76. Huruf *u* tetap *u*. Misalnya: 77. Harakat damah atau bunyi (Arab) yang dilafalkan pendek atau panjang menjadi *u*. m*u*bah ) ُم َبا *u*f*u*k )أُفُ mafh*u*m ) َم ْف ُه ْو ˚م( *mafh**ū**m* kam*u*s )قَا ُم ْو 78. Gabungan huruf *ua* tetap *ua*. Misalnya: 79. Gabungan huruf *ue* tetap *ue*. Misalnya: 80. Gabungan huruf *ui* tetap *ui*. Misalnya: 81. Gabungan huruf *uo* tetap *uo*. Misalnya: 82. Gabungan huruf *uu* menjadi *u*. Misalnya: 83. Huruf *v* tetap *v*. Misalnya: 84. Huruf *wau* (و Arab) yang tidak terletak pada akhir kata tetap *w*. Misalnya: tak*w*a )تَ ْق ًوى( *taq**w***ā 85. Huruf *wau* (و Arab) yang terdiri atas dua konsonan dan didahului *u* 86. Huruf *x* pada awal suku kata tetap *x*. Misalnya: 87. Huruf *x* pada tengah kata atau akhir suku kata menjadi *ks*. Misalnya: 88. Gabungan huruf *xc* yang diikuti *e* atau *i* menjadi *ks*. Misalnya: 89. Gabungan huruf *xc* yang diikuti *a*, *o*, *u*, atau konsonan menjadi *ksk*. Misalnya: 90. Huruf *y* yang dilafalkan tetap *y*. Misalnya: -- -- -- -- -- -- 91. Huruf *y* yang dilafalkan atau menjadi *i*. Misalnya: 92. Huruf *ya* (ﻱ Arab) pada awal suku kata menjadi *y*. Misalnya: *y*akni ) َي ْع ِني( ***y**a'nī* *y*akin ) َي ِق ْين( ***y**aqīn* 93. Huruf *ya* (ﻱ Arab) yang didahului *i* dihilangkan. Misalnya: 94. Huruf *z* tetap *z*. Misalnya: 95. Huruf *zai*, *żal*, dan *ẓa* (ﺯ, ﺫ, dan ﻅ Arab) menjadi *z*. Misalnya: *z*aman ) َز َما usta*z* )أُستَاذُ( *ustā**ż*** حا ِف B. Penulisan Unsur Serapan Khusus ============================== 96. Deret konsonan pada akhir kata bahasa Arab disisipi vokal yang sama dengan vokal sebelumnya (, , atau ) di antara deret konsonan tersebut. m*i*l*i*k ) ِم ْل 97. Deret konsonan pada akhir kata bahasa Arab dapat ditambah vokal. Misalnya: fard*u* )فَ ْر salj*u* )ثَ ْل wakt*u* ) َو ْق 98. Konsonan ganda diserap menjadi konsonan tunggal. Misalnya: -- -- -- -- -- -- 99. Unsur serapan yang sudah lazim digunakan dan tidak sesuai dengan kaidah umum penulisan unsur serapan tidak diubah. alamat ---------- -- -- bengkel dongkrak faedah heran kabar Kamis khotbah koperasi lafal lahir majedub majelis ![](media/image2.jpeg)