🎧 New: AI-Generated Podcasts Turn your study notes into engaging audio conversations. Learn more

3. Perilaku Konsumen.pdf

Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...

Full Transcript

PERILAKU KONSUMEN Rola Nurul Fajria, S.ST, M.E. Ruang lingkup ekonomi mikro islam mengacu pada prinsip-prinsip islam berupa nilai-nilai moral (akidah dan akhlak) dan prinsip syariat (hukum Islam) Nilai-nilai moral Islam seperti keim...

PERILAKU KONSUMEN Rola Nurul Fajria, S.ST, M.E. Ruang lingkup ekonomi mikro islam mengacu pada prinsip-prinsip islam berupa nilai-nilai moral (akidah dan akhlak) dan prinsip syariat (hukum Islam) Nilai-nilai moral Islam seperti keimanan, zuhud dan ukhuwwah dari sudut pandang ekonomi akan menyasar pada pembentukan perilaku yang peduli dengan manusia lain yang kekurangan. Prinsip syariat yang mewajibkan zakat, pelarangan riba dan maysir serta aktivitas ekonomi yang patuh pada prinsip halal cenderung membentuk sistem ekonomi dan menjadi panduan bagi pelaku-pelaku ekonomi di dalamnya Prototipe Manusia Dalam Ekonomi Mikro Islam Dan Konvensional Ciri Homo Economicus Homo Islamicus Motif perilaku ekonomi Self interest Altruistik (harmonisasi sosial) melalui orientasi maslahah Acuan Rasionalitas Nafs al-mutmainnah untuk mencapai kesadaran tauhid Tujuan utama kegiatan Kemajuan atau Falah ekonomi kesejahteraan material Prinsip Rasionalitas Ekonomi Kelengkapan Setiap individu selalu dapat menentukan keadaan mana yang lebih disukainya diantara dua keadaan Transitivitas Konsistensi seseorang dalam menentukan dan memutuskan pilihannya bila dihadapkan oleh beberapa alternatif pilihan produk Kesinambungan Jika seorang individu mengatakan “Produk A lebih disukai daripada produk B”, maka setiap keadaan yang mendekati Produk A pasti juga akan lebih disukai daripada produk B Konsep Rasionalitas Dalam Ekonomi Islam Konsumen Muslim ❑ Pembelanjaan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan (QS Al- Israa: 29 & Al Baqarah: 219) ❑ Membelanjakan tidak hanya untuk barang-barang yang bersifat duniawi semata, melainkan turut pula untuk keperluan di jalan Allah SWT (QS Al-Israa: 26 & Al- Furqaan: 67) ❑ Konsumsi hanya diperbolehkan untuk barang-barang yang halal dan thayyib dengan motivasi memenuhi kebutuhan saja (QS Al Baqarah: 173 & Al-Maaidah: 93) ❑ Tidak menimbun dan menumpuk kekayaan melalui tabungan saja, tetapi harus melakukan investasi yang dapat mengembangkan atau memacu sirkulasi uang dalam rangka memacu dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Konsep Rasionalitas Dalam Ekonomi Islam Produsen Muslim ❑ Produksi barang yang dilakukan tidak bertentangan dengan syariat Islam ❑ Mengalokasikan sumber daya pada sumber daya yang tidak bertentangan dengan syariah ❑ Mempunyai tingkat produksi yang lebih kecil daripada produsen non- muslim dikarenakan produksi hanya diperbolehkan untuk barang-barang yang halal dan thayyib, sehingga kelebihan harta dapat dioptimalkan untuk meningkatkan belanja amal shaleh Tipologi Manusia Berdasarkan Orientasi Perilaku Ascetic economic man: hanya memikirkan kehidupan akhirat dan melupakan Maslahah-oriented economic man kehidupan dunia) (QS Al-Qashash: 77, Al Baqarah: 219) (QS Al-Hadid: 20-21, Al-Maidah: 77) Apathetic economic man: menjauhi Conventional economic man: hanya kehidupan dunia maupun akhirat berorientasi kepada kehidupan di dunia (QS Al Hud: 15-16, Al-Qashash ayat 76 dan 78) Hierarki Kebutuhan Menurut Maslow (1943) Kebutuhan aktualisasi diri Kebutuhan untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri sendiri, kebutuhan untuk Kebutuhan penghargaan meningkatkan kompetensi dirinya, serta kebutuhan untuk menjadi orang yang lebih baik. Setiap manusia pada dasarnya akan bahagia apabila dihargai, oleh karenanya setiap manusia akan memiliki kecenderungan untuk dihargai atas pencapaian yang berhasil diraihnya. Kebutuhan sosial Manusia sejatinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan untuk bersosialisasi dengan orang Kebutuhan rasa aman lain dan membutuhkan bantuan dari orang lain Kebutuhan keamanan dan perlindungan dari bahaya fsik dan emosi Kebutuhan fisiologis Manusia harus memenuhi kebutuhan fisiologis terlebih dahulu sebelum ia beranjak pada kebutuhan berikutnya, seperti: makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal Hierarki Kebutuhan Berdasarkan Tipologi Manusia Kebutuhan mengutamakan orang lain Kebutuhan mengutamakan orang lain daripada dirinya sendiri pada sesuatu yang (itsar) 04 bermanfaat baginya dan memberikan pada orang lain Kebutuhan aktualisasi diri dan Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan duniawi yang bertujuan untuk self centered 03 aktualisasi diri namun berorientasi kepada dirinya sendiri saja Setelah terpenuhi kebutuhan fisiologis dasarnya maka ia Kebutuhan amal shaleh 02 berorientasi pada pemenuhan amal shaleh semata Kebutuhan paling mendasar dan paling Kebutuhan fisiologis 01 mendominasi kebutuhan manusia Preferensi Maslahah-oriented Economic Man Pengeluaran konsumsi yang berorientasi pada akhirat berada pada titik Y0 Titik maksimalisasi konsumsi amal shaleh/maslahah di mana konsumsi barang dan jasa dicukupkan pada tingkat kebutuhan pokok (X0) Apabila pendapatannya sebesar M1 maka eksekusi konsumsi tipologi manusia maslahah oriented economic man akan ada pada titik A (X0, Y0) Apabila pendapatannya meningkat menjadi M2 (pada titik C), maka konsumsi barang dan jasa pada tingkat kebutuhan dasar sebesar X0 dan konsumsi amal shalehnya sebesar Y3 Saat pendapatan meningkat menjadi M2 pada tingkat konsumsi amal shaleh sebesar Y0, memiliki kemampuan belanja barang dan jasa lebih besar X3, namun konsistensi dengan nilai-nilai moral Islam, membuat eksekusi konsumsinya dilakukan pada titik B (Y0, X3) Preferensi Conventional Economic Man Dengan tingkat pendapatan sebesar M1, manusia tipe ini akan memiliki pola konsumsi yang cenderung mendekati titik A (X1, 0), dimana hal ini menunjukkan bahwa konsumsi hanya untuk urusan duniawi dan juga tidak mempertimbangkan kebaikan dan kehalalan dari barang yang dikonsumsi. Jika pendapatannya meningkat menjadi M2, maka konsumsinya cenderung sama yaitu memaksimalkan konsumsi barang dan jasa pada titik B (X2, 0), Preferensi Ascetic Economic Man Konsumsinya manusia tipe ini nampak dieksekusi pada titik A (X0, 0) dengan pendapatan sebesar M1. Manusia tipe ini diasumsikan mencukupkan dirinya dengan M1, dan tidak berupaya meningkatkan pendapatannya, karena khawatir aktivitas mencari nafkah akan mengorbankan aktivitas ibadahnya. Preferensi Apathetic Economic Man Posisi apathetic man pada barang barang X dan Y berdasarkan kemampuan pendapatannya cenderung mendekati 0 atau secara ekstrim sama dengan 0 (titik A), untuk pemenuhan kebutuhannya (X0) menjadi beban orang lain Apathetic man dikategorikan sebagai mustahik, dimana pemenuhan kebutuhan pokoknya didapat dari santunan zakat, dengan diasumsikan pendapatan zakat digambarkan sebesar M1, dimana eksekusi konsumsinya sebesar X0 (titik B). Setelah mendapatkan zakat penggambaran konsumsinya sama dengan gambar ascetic man, namun yang membedakan adalah pendapatan M1 yang dimiliki bukanlah dari kerja dirinya sendiri, tetapi dari bantuan atau santunan pihak lain Konsep Efisiensi Dalam Islam Pada pilihan pertama dan kedua seorang Maslahah-oriented Economic Man akan menggunakan rasionalitasnya untuk mengkombinasi antara kebutuhan duniawi dan akhirat berdasarkan kerangka maqashid al-syariah. Pada pilihan ketiga seorang konsumen muslim akan bertindak rasional memilih konsumsi berdasarkan prioritas dan kerangka maqashid al-syariah. Namun, apabila pendapatan yang digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan sesuai syariah telah mencukupi, maka asumsi rasionalitasnya akan kembali menjadi seorang Maslahah-oriented Economic Man.

Use Quizgecko on...
Browser
Browser