Ringkasan Anatomi Terapan 2024 PDF
Document Details
Uploaded by ProgressiveConnemara8130
2024
Tags
Summary
Ringkasan Anatomi Terapan 2024 membahas Saccus Gutturalis, gejala klinis, observasi, dan pengobatan. Dokumen juga menyertakan informasi tentang Mastitis, gejala, penyebab, dan dampaknya pada sapi perah. Secara khusus, dokumen ini meneliti anatomi dan fisiologi ambing dengan fokus pada struktur membran sel, droplet fat, dan penjelasan mengenai cara kerja dan mekanisme alveoli lactiferus.
Full Transcript
SACCUS GUTTURALIS Gejala Klinis 1. Leleran ingus/pus (nanah) = antigen kalah dengan patogen 2. Mimisan (epistaksis) 3. Sulit menelan (disfagia) 4. Tersedak 5. Sulit bernapas 6. Performan Wajah = legokan dibelakang rahang lebam seperti balon, paralisis sisi wajah (karena men...
SACCUS GUTTURALIS Gejala Klinis 1. Leleran ingus/pus (nanah) = antigen kalah dengan patogen 2. Mimisan (epistaksis) 3. Sulit menelan (disfagia) 4. Tersedak 5. Sulit bernapas 6. Performan Wajah = legokan dibelakang rahang lebam seperti balon, paralisis sisi wajah (karena mengenai N. Facialis (N.C. VII) Observasi 1. Alat Endoscopi dimasukkan via jalan nafas ditujukan ke celah nasopharynx https://youtu.be/ATpOcxm1JOc?si=AHNkXAym4VY-K6Ok Gambaran yang dapat dilihat: Saccus Gutturalis Normal Saccus Gutturalis dibatasi oleh Os Stylohyoideum, membuat Saccus Gutturalis terbagi menjadi Saccus Gutturalis Lateral dan Saccus Gutturalis Medial. Disisi medial, ada lipatan neurovaskular (neurovascular fold) Saccus Gutturalis yang terkena Mycosis, terlihat ada masa putih yang merupakan manifestasi dari jamur karena proses peradangan (gambar kiri). Terlihat cairan mucopurulent yang mengendap di ventral SG saat terkena imflamasi (gambar kanan). 2. X-Ray Saccus Gutturalis Normal, dalam keadaan kosong Saccus Gutturalis yang terkena Mycosis, terlihat bagian bawah SG terdapat akumulasi cairan mucopurulent, tampak os Stylohyoideus dan Ramus Mandibulae Saran Penanganan 1. Bedah Saccus Gutturalis = melalui segitiga viborg, untuk mengalirkan drainase ada beberapa tempat lain selain segitiga viborg untuk melakukan bedah - Hyovertebrotomi = pada os atlas - Whitehouse = sejajar dengan vena jugularis - Modifikasi Whitehouse = pada ramus mandibula Prosedur Bedah - Sayatan segitiga Viborg (paralel dg V. jugularis), M. Cutaneus faciei, dan jaringan subcutan - Gld. parotis ditraksi, maka akan terlihat saccus gutturalis - Pemasangan kanul yang berada ventral = untuk pengaliran (flushing), bisa mencapai 1,5 L cairan infeksi selama bedah dan terapi post operasi dilaksanakan 2. Terapi Medical Post Operasi = flushing 14 hari dengan menggunakan cairan saline (NaCl) yang dialirkan melalui lubang drainase untuk menetralkan cairan infeksi dan bakterial. Diberikan antibiotik juga Pengertian - Saccus Gutturalis (SG) adalah sepasang kantung yang tersusun atas epitel selapis kubis. terletak di antara nasopharynx dengan telinga tengah. kantung ini dapat menampung 300-500 ml udara - Saccus gutturalis sendiri merupakan perluasan nasopharynx dan antara keduanya dihubungkan melalui tuba auditiva. hubungan tersebut menyebabkan saccus mudah terimbas jika sistem respirasi atas terinfeksi. - Setiap kantung terdiri atas pars medial dan lateral, di mana bagian medial lebih besar dan mengarah caudoventral. - Saccus gutturalis berfungsi sebagai penyeimbang tekanan telinga tengah dan juga tekanan intracranial pada A. carotis interna, terutama saat merumput. - Posisi saccus sangat rawan karena banyak sekali organ neurovascular dari nervus cranial maupun dari arteri carotis communis, yang mengambil peran utama untuk regio kepala, otak, dan rahang “menempel erat” pada dinding kantung ini Orientasi Segitiga Viborg Sistem Osteologi 1. Os Stylohyoideus & Rams Mandibula → SG berada di caudal 2. Basis Os Occipitale et Sphenoidale → SG berada di ventral 3. Os Atlas (Os Vertebrae Cervicalis I) → SG berada di cranial Saccus Gutturalis terlihat dari median, berada di ventral Basis Cranii dan di cranial Os Atlas Sistem Muscularis Tampak Dorsal 1. M. Occipitomandibularis → di Lateral 2. M. Rectus Capitis Ventralis → di dorsomedian 3. M. Longus Capitis ———→ di dorsomedian 4. M. Pterygoideus → di Rostral Tampak Ventral dan Lateral 1. M Rectus Capitis Ventralis 2. M. Longus Capitis Ventral Segitiga Viborg 1. M. Omohyideus 2. Tendo M. Sternomandibularis Medial Ramus Mandibula 1. M. Parotidoauricularis 2. M. Occipitomandibularis 3. M. Stylohyoideus 4. M. Digastricus Sistem Vaskularisasi Arteri 1. A. Carotis communis a) A. Carotis externa b) A. Carotis interna 2. A. Occipitalis 3. A. Lingualis 4. A. Maxillaris 5. A. Auricular caudale Vena 1. V. Occipitalis 2. V. Maxillaris 3. V. Jugularis 4. V. Linguofacialis 5. V. Auricular caudale Sistem Innervasi 1. Trunkus Sympaticus & ganglion cervicalis 2. N. Trigeminus 3. N. Facialis 4. N. Glossopharyngeus 5. N. Vagus/Vagosympaticus 6. N. Accessorius 7. N. Hypoglossus 8. N. Laryngeal medial Sistem Limfatik 1. Lgn. Retropharyngeal lateral 2. Lgn. Retropharyngeal medial Aliran Limfatik Lgl. Retropharyngeal medial > Cervicalis superficialis >> Ductus thoracicus Struktur lain 1. Pharynx 2. Larynx 3. Oesophagus 4. Glandula parotis 5. Ductus parotidus 6. Glandula mandibularis 7. Glandula thyroid MATERI MASTITIS “Pendekatan Anatomi dan Fisiologis Ambing sebagai Pendalaman pada Kasus Mastitis Sapi Perah” Gejala: 1. Pemerahan yang tidak tuntas. 2. Ambing bengkak, merah, dan memiliki suhu yang hangat. 3. Produksi ambing salah satu bagian saja tidak normal (e.g ambing kanan depan). 4. Susu yang menggumpal. Penyebab: Mastitis merupakan radang ambing yang disebabkan oleh bakteri gram positif, yaitu Streptococcus agalactiae. Akibat: Mastitis yang parah pada sapi perah dapat mengakibatkan penurunan jumlah produksi susu bahkan hingga menyebabkan terhentinya produksi susu. Hal tersebut dikarenakan terjadinya degenerasi sel lactiferus dan degradasi sel-sel epitel glandula mammarica. Organ Target Mastitis: Organ target dari kasus mastitis adalah derivat integumentum berupa ambing yang secara ilmiah disebut dengan corpus mammae. Ambing (corpus mammae) terletak pada regio inguinalis, tepatnya di ventral dari rongga pelvis, di belakang Musculus abdominis, dan diapit oleh paha (os. Femur dan otot-ototnya) di bagian medial. Secara rinci, orientasi dari ambing (corpus mammae), yaitu terletak di: a. Posisi ambing: pada regio inguinalis. b. Sisi atas/dorsal dari ambing berbatasan dengan symphysis pelvis (merupakan tempat perlekatan ligamentum suspensorium ambing yang berfungsi sebagai penggantung ambing). Selain symphysis pelvis, sisi dorsal corpus mammae juga berbatasan dengan inguinal ring (lubang di rongga tubuh di daerah inguinalis tempat pembuluh darah, pembuluh limfa, dan saraf masuk dan keluar dari rongga tubuh untuk mensuplai kulit di bagian posterior hewan; isi dari inguinal ring, antara lain, yaitu: A/V Pudenda Externa, N. Genitofemoralis, dan pembuluh limfatik efferens yaitu Lgl. Supramammaria. Rincian lebih lanjut mengenai penggantung ambing, Ligamentum Suspensorium Uberis turun dari sisi depan, lateral, dan median, yaitu: - Ligamentum suspensorium uberis merupakan jaringan elastis yang digantung pada symphysis pelvis hingga sisi depan ambing dekat inguinal ring yang bertemu dengan tunica flava dan linea alba yang mengarah pada basis abdominal (M. Rectus Abdominis), sehingga posisi ambing tampak menanjak miring mengikuti arah lengkung perut. - Ligamentum suspensorium uberis juga membentuk tendo symphysialis yang menempel pada tuberculum pubicum ventralis dan eminentia iliopubicum, serta crista symphysialis dan turun ke garis median berupa jaringan colagen yaitu lamina medial ambing dan lamellae suspensorium. - Ligamentum suspensorium uberis turun dari atas ke lateral dengan memecah pada sisi kiri dan kanan serta belakang berupa jaringan elastis berupa lamina lateral. 1) Tendo symphysialis; 2) Inguinal ring; 3)Tunica flava dan M. Rectus Abdominis; 4) Linea Alba Sisi depan dari ambing berbatasan dengan M. abdominal (M. Rectus Abdominis) dan tunica flava. c. Sisi kiri dan kanan di apit oleh paha medial yang terdiri dari os. Femur, tendo M. Adductor, dan Tendo M. Gracilis. Sympisis Pelvis Ambing atau corpus mammae secara detail, terdiri dari: a. Ambing Sapi dilengkapi dengan 4 glandula mammari dan 4 puting yang dibagi berdasarkan kuartir. Ambing dibedakan menjadi ambing kiri dan kanan yang memiliki sekat tengah berupa lamina medial, yang dari luar dipisah oleh satu lekukan memanjang yang disebut dengan intramammary groove (sulcus intramammary), dimana setiap ambing memiliki 2 kuartir, yaitu kuartir depan (forequarter) dan kuartir belakang (hindquarter) yang tampak lebih besar. Di antara kedua kuartir tersebut tidak memiliki disekat, namun seolah olah dilingkupi kantung masing-masing, karena pada faktanya, produksi dan sekresi susu setiap kuartir tidak bercampur, sehingga apabila terjadi infeksi pada salah satu ambing, ambing lainnya tidak terdampak (e.g: terjadi infeksi pada ambing kuartir depan, maka ambing kuartir belakang tidak terdampak terhadap infeksi tersebut). Berdasarkan hal tersebut, secara keseluruhan ambing sapi memiliki 4 kuartir. Secara skematis sebagai berikut: b. 4 Glandula mammari pada sapi memulai perkembangannya pada masa puber sejalan dengan perkembangan pada ovarium yang distimulasi oleh Hormon Esterogen. c. Perkembangan glandula mammari dan ovarium sapi berfungsi untuk menyiapkan jaringan adiposum (lemak) dan glandula lactiferus. d. Glandula, alveoli, dan ductus lactiferus mengalami perkembangan pada saat kebuntingan yang dipengaruhi oleh hormon Estrogen dan Progesteron. e. Selanjutnya, pada periode post-natal atau setelah kelahiran, 4 glandula mammari akan berkembang pesat untuk mensekresi susu secara produktif yang dikendalikan oleh Prolactin. Produksi/Sintesis Susu: Tempat dari produksi dan sintesis susu pada sapi adalah pada setiap kuartir ambingnya. Setiap kuartir ambing terdiri atas beberapa lobus mamari, dimana setiap lobus mampu membentuk kurang lebih 200 bentukan seperti anggur, yang disebut dengan alveoli mammarica atau alveoli lactiferus. Alveoli lactiferus ini merupakan komponen utama yang diperlukan dalam produksi atau sintesis susu. Hal tersebut dikarenakan, alveoli lactiferus memiliki sel yang dapat mensintesis susu dari nutrient (konsentrat dan hijauan). Hasil sintesis susu kemudian dialirkan melalui Ductus alveoli (sebagai Ductus interlobularis) yang dilanjutkan ke Ductus lobuli (sebagai Ductus interlobaris), kemudian ditampung sementara di Ductus lactiferus colligentes untuk dialirkan menuju sinus glandula (sinus lactiferus pars glandularis), kemudian menuju ke sinus puting (sinus lactiferus pars papillaris) dan ductus papillaris serta yang terakhir menuju ke orificium puting yang merupakan tempat susu memancar ketika di perah. Untuk melindungi puting dari kontaminasi luar, maka ketika belum dilakukan proses pemerahan, orificium puting akan tertutup rapat oleh M. Sphincter puting. M. Sphincter puting merupakan otot polos yang dapat ditemukan pada Ductus papillaris, karena merupakan lapisan mukosa (lapisan dalam) dari Ductus papillaris, yang ditemukan bersama dengan jaringan elastik (lapisan fibrosa, longitudinal, dan sirkuler), yang berfungsi untuk menutup rapat lumen sinus dan orificium puting sebelum dilakukan pemerahan. Setelah dilakukan pemerahan, maka akan merangsang relaks/collaps pada jaringan elastis tersebut. Alveoli Lactiferus: Adapun beberapa struktur atau bentukan pada Alveoli lactiferus, antara lain: a. Sel lactiferus b. Sel pendukung yang berupa sel myoepithel dan membran sel. c. Droplet fat d. Kapiler arteri/vena yang melingkupi alveoli untuk mendistribusikan nutrisi. c) sel lactiferus; d) droplet fat; e) sel myoepithel; f) membran sel; 12) alveoli lactiferus; 13) ductus alveoli; 14) ductus lobuli Sinus Lactiferus: Sinus lactiferus terdiri dari 2 pars: a. sinus glandula (sinus lactiferus pars glandularis) yang disebut juga dengan cysterna glandula, yang memiliki banyak lipatan longitudinal dan sirkuler yang disebut dengan diverticula dan dipenuhi oleh susu. b. sinus puting (sinus lactiferus pars papillaris) yang disebut dengan teat cystern dan nantinya akan bermuara pada Ductus papillaris. Skema Produksi Susu: Alveoli lactiferus (Sel Epitel Selapis Kubis) >> Lumen Alveolus >> Ductus Intralobularis >> Ductus Alveoli (Ductus Interlobularis) >> Ductus Lobuli (Ductus Interlobaris) >> Ductus lactiferus colligentes >> Sinus glandulae (sinus lactiferus pars glandularis) >> Sinus puting (sinus lactiferus pars papillaris) >> Ductus papillaris yang terdiri dari A/V Papillaris dan M. Sphincter puting >> Orificium puting >> susu memancar ketika diperah dan ketika tidak orificium (ostium) puting tertutup oleh M. Sphicter puting. Pembuluh darah: Alur Pembuluh Darah (Arteri): Aorta Abdominalis >> mencabangkan A. Circumflexa Iliaca Profunda dan A.Femoralis Profunda >> mencabangkan A. Circumflexa Femoris Medialis dan Trunkus Pudenda Epigastrica >> mencabangkan A. Epigastrica Caudalis dan A. Pudenda Externa >> mencabangkan menjadi A. Mammari Cranialis (pemasok nutrisi ambing kuartir depan (forequarter) dan A. Mammari Caudalis pemasok nutrisi untuk ambing kuartir belakang (hindquarter). Vena: Adapun pada area tepi ventral kulit abdomen yang berada pada area cranial corpus mammae (ambing) terdapat vena yang menonjol, yaitu: Vena Subcutaneous Abdominalis atau yang sering disebut dengan Vena Epigastrica Sub Cranialis. Menonjol atau tidaknya Vena Subcutaneous Abdominalis dapat menjadi pertanda tinggi atau rendahnya produksi dari sapi perah. Vena Subcutaneous Abdominalis ini berbatasan dengan Venous ring, yaitu penggabungan antara, vena mammaria Cranialis et caudalis yang berbentuk seperti cincin. Penyaluran Vena dari ambing (venous ring) menuju jantung memiliki 2 alur, yang dibedakan karena ketika sapi sedang berbaring, maka penyaluran vena model atau tipe A akan terhambat, sehingga akan diakomodasi dengan tipe atau model B. Alur Pembuluh Darah (Vena): A. Vena Subcutaneous Abdominalis (Vena Epigastrica Sub Cranial) >> Vena Thoracica Interna >> Vena Brachiocephalica >> Vena Cava Cranialis >> Jantung (Atrium Dexter). B. V. Mammari Cranial et Caudalis >> Vena Epigastrica Cranialis et Caudalis >> Vena Pudenda Externa >> Vena Pudenda Epigastrica >> Vena Femoralis Profunda >> Vena Iliaca Externa >> Vena Iliaca Communis >> Vena Abdominalis >> Vena Thoracalis >> Vena Cava Caudalis >> Jantung (Atrium Dexter). Note Anastomosis: 1. Vena mammarica Cranialis et Caudalis beranastomose dengan Vena Subcutaneous Abdominalis. 2. Vena Mammarica Caudalis beranastomose dengan Vena Pudenda Interna. Sistem Limfatik: Skema Sistem Limfatik: Cairan limfe di pembuluh limfatik aferen -> penyaringan pada limfonodul supramammarika bilateral -> pembuluh limfa eferen (Limfoglandula Iliofemoralis/Lgl. Inguinalis Profunda) -> sistem peredaran darah (vena epigastrica superficial caudalis >> vena pudenda Externa >> vena pudenda epigastrica ) -> glandula mammae (Lgl. Subiliaca/Lgl.Prefemoralis) - > cysterna chili -> ductus thoracicus -> vena subclavia -> vena cava caudalis. Sistem Nervus: Nervus otonom glandula mammae yaitu melalui simpatisan N. Sacralis I-III Adapun nervus sensasi pada ambing puting, antara lain: 1. Cabang dari N. Lumbalis ke-1: n. Iliohypogastrica 2. Cabang dari N. Lumbalis ke-2: n. Ilioinguinalis 3. Cabang dari N. Lumbalis ke-3: n. Genitofemoralis yang bercabang lagi menjadi: - n. Mammari Cranialis - n. Mammari Caudalis VOCAB MASTITIS Sistem Limfatik: 1. Lgl. supramamarika bilateral 2. Lgl. Iliofemoralis/Lgl. Inguinalis profunda 3. Ln. Inguinalis superficialis Sistem Osteologi: 1. Pelvis 2. Eminentia iliopubicum 3. Tuberculum pubicum ventralis 4. Os. Femur 5. Ligamentum suspensorium Uberis Sistem Muskuloskeletal: 1. M. Rectus Abdominis 2. Tendo M. Adductor 3. Tendo M. Gracilis 4. Tunica Flava 5. Linea Alba 6. Tendo Symphysialis 7. M. Sphincter puting Struktur Ambing: 1. Lamina Medial 2. Lamina Lateral 3. Lamellae Suspensorium 4. Lobus Mammarica 5. Alveoli Mammarica/Alveoli Lactiferus 6. Ductus Alveoli (Ductus Interlobularis) 7. Ductus lobuli (Ductus Interlobaris) 8. Ductus Lactiferus Colligentes 9. Sinus Lactiferus yang terdiri dari - sinus glandula (cysterna glandula) - sinus puting 10. Ductus papillaris 11. Orificium puting Vaskularisasi: 1. Aorta Abdominalis 2. A/V Iliaca Eksterna 3. A. Femoralis Profunda 4. Trunkus Pudenda Epigastrica 5. A/V Pudenda Externa 6. A/V Mammari Craniale 7. A/V Mammari Caudale 8. V. Subcutaneous abdominalis/V. Epigastrica Sub Cranialis 9. A/V Papilaris 10. Kapiler Inervasi: 1. n. Genitofemoralis, mencabangkan: - n. Mammari Cranialis - n. Mammari Caudalis 2. n. Sacralis I-III 3. n. Ilioinguinalis 4. n. Iliohypogastrica FRAKTUR FEMUR Os Femur 1. Diafisis Os Femur (Corpus Os Femur) = berbentuk silindris dibatasi oleh metafisis proximal et distal Musculus Melekat Pada Diafisis Femur 1. Facies Cranio-Proximal - M. Vastus Lateralis - M. Vastus Intermedius - M. Vastus Medialis - M. Adductor Longus 2. Facies Caudal - M. Adductor Magnus et Brevis 3. ⅓ Distal Caudo Medial - M. Pectineus - M. Semimembranosus Vaskularisasi 1. A/V Femuralis Mencabangkan : - A. CIRCUMFLEXA ILIACA SUPERFISIAL - A. CIRCUMFLEXA FEMORALIS LATERAL - A. FEMORALIS CAUDAL - PROXIMAL - A. GENUCULARIS DESCENDENS - A. SAPHENOUS - A. FEMORALIS CAUDAL - MEDIAL = kelanjutan dari A. Femoralis Profunda, akan masuk ke foramen nutritia os femur pada bagian diafisis menjadi A. NUTRITIA (saat fraktur mengalami hipertropi dan membentuk anyaman-anyaman kapiler darah baru yang mengawali proses penyembuhan) - A. FEMORALIS CAUDAL - DISTAL Inervasi 1. Cabang superfisial dari N. Femoralis = di area M. Iliopsoas 2. Ramus Muscularis et Cutaneus = medial M. Tensor Fascia Lata - Ramus Muscularis = mengarah ke sisi cranial et caudal M. Sartorius - Ramus Cutaneus = sisi cranial A. Femoralis ke distal sepanjang permukaan medial M. Quadriceps Femoris 3. N. Saphenous = di plantar persendiaan genu 4. N. Ischiadicus = berasal dari Plexus Lumbosacral → L6, L7, S1 kadang S2, keluar dari Foramen Ischiadica Major ke arah distal diantara M. Quadratus Femoris, M. Adductor, dan M. Semimembranosus Mencabangkan : - N. Fibularis Communis - N. Tibialis Limfaticus 1. Ln. Popliteal = - berbentuk oval, panjang ± 20 mm, terbungkus oleh jaringan lemak - lokasi : margo medial M. BICEPS FEMORIS dan margo lateral M. SEMITENDINOSUS - pembuluh afferent berasal dari bagian distal ln. popliteal - pembuluh efferent menuju LN. ILIACA MEDIALIS Gejala 1. Kelumpuhan karena tidak sengaja terlindas mobil 2. Kaki belakang kanan sakit saat dipalpasi 3. Terasa ada dua tulang pada bagian femur 4. Nampak sehat dengan napsu makan dan minum baik, perilakunya diam 5. Kesulitan defekasi dan urinasi karena tidak bisa menumpu pada kaki belakang 6. Frekuensi detak jantung 100 x/menit, frekuensi pulsus 68 x/menit, frekuensi respirasi 24 x/menit 7. Pemeriksaan mukosa mulut dan conjungtiva mata tidak ditemukan adanya tanda-tanda abnormalitas 8. Pemeriksaan pada sistem kardiovaskuler dan respirasi normal Tindakan Operasi Posisi Pasien - Dibaringkan pada posisi lateral - Titik orientasi = a) Proximal : Trochanter Major b) Distal = Os Patella Prosedur Operasi 1. Insisi kulit, jaringan lemak, dan fascia dibawah kulit pada sisi lateral margo craniolateral diafisis os femur 2. Insisi dilakukan dari distal trochanter major os femur hingga os patella 3. Insisi selanjutnya dilakukan pada distal M. TENSOR FASCIA LATA, sepanjang sisi cranial M. BICEPS FEMORIS 4. M. BICEPS FEMORIS di traksi ke caudal hingga terlihat corpus os femur → terbungkus fascia 5. Insisi fascia (septum aponeurotic) M. VASTUS LATERALIS & mentraksi M. VASTUS LATERALIS ke cranial 6. Exposure corpus os femur dilakukan dengan memisahkan fascia-fascia dari M. VASTUS LATERALIS & M. VASTUS INTERMEDIUS yang melekat pada sisi cranial corpus os femur No. 1 dan 2 No. 3 No. 4 dan 5 No. 6 NB = tindakan dilakukan pada sisi craniolateral regio femur karena pada regio medial terdapat N. Ischiadicus yang mana bisa membahayakan pada prosedur operasi No. 19 adalah N. Ischiadicus