Sejarah Indonesia PDF
Document Details
Uploaded by Deleted User
Tags
Summary
This document contains information about Indonesian history, focusing on significant events and figures. It covers key aspects of the Indonesian struggle for independence and the events of the conflict against the Dutch.
Full Transcript
SEJARAH INDONESIA 1. Makna syair Lagu Satu Nusa Satu Bangsa : Lagu “Satu Nusa Satu Bangsa” diciptakan oleh Liberty Manik pada tahun 1947. Lagu ini mencerminkan semangat nasionalisme dan persatuan bangsa Indonesia. Syairnya menekankan pentingnya kesatuan dalam menghadapi tantangan dan ancama...
SEJARAH INDONESIA 1. Makna syair Lagu Satu Nusa Satu Bangsa : Lagu “Satu Nusa Satu Bangsa” diciptakan oleh Liberty Manik pada tahun 1947. Lagu ini mencerminkan semangat nasionalisme dan persatuan bangsa Indonesia. Syairnya menekankan pentingnya kesatuan dalam menghadapi tantangan dan ancaman terhadap keutuhan negara. Lagu ini juga mengingatkan kita akan perjuangan para pahlawan yang telah berkorban demi kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia. 2. Latar Belakang pemberontakan PKI Madiun 1948 : Pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948 dipicu oleh ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap tidak pro-rakyat dan cenderung kapitalis. PKI, di bawah pimpinan Musso, berusaha mendirikan negara komunis di Indonesia. Konflik ini juga dipengaruhi oleh situasi internasional, di mana terjadi persaingan ideologi antara blok Barat (kapitalis) dan blok Timur (komunis). 3. Upaya penumpasan pemberontakan PKI Madiun 1948 : Pemerintah Indonesia, di bawah pimpinan Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, segera mengambil tindakan tegas untuk menumpas pemberontakan ini. TNI dan polisi dikerahkan untuk menghadapi pasukan PKI. Operasi militer ini berhasil dalam waktu singkat, dan para pemimpin PKI, termasuk Musso, berhasil ditangkap atau dibunuh. 4. Tujuan pemberontakan RMS : Republik Maluku Selatan (RMS) diproklamasikan pada 25 April 1950 oleh Dr. Soumokil. Tujuan utama RMS adalah memisahkan diri dari Indonesia dan mendirikan negara merdeka di wilayah Maluku. Pemberontakan ini dipicu oleh ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah pusat yang dianggap tidak adil terhadap daerah-daerah di luar Jawa. 5. Latar belakang pemberontakan DI/TII : Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) dipimpin oleh Kartosuwiryo dan bertujuan mendirikan negara Islam di Indonesia. Pemberontakan ini dimulai pada tahun 1949 di Jawa Barat dan kemudian menyebar ke beberapa daerah lain. Latar belakang pemberontakan ini adalah ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat yang dianggap tidak menjalankan syariat Islam dan ketidakadilan sosial. 6. Latar belakang pemberontakan PRRI : Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) diproklamasikan pada tahun 1958 oleh beberapa tokoh militer dan sipil di Sumatera Barat. Pemberontakan ini dipicu oleh ketidakpuasan terhadap kebijakan sentralistik pemerintah pusat yang dianggap tidak adil dan merugikan daerah-daerah di luar Jawa. PRRI menuntut otonomi yang lebih besar bagi daerah-daerah. 7. Bentuk-bentuk ancaman disintegrasi dari dalam negeri dan luar negeri pada awal kemerdekaan : Ancaman disintegrasi dari dalam negeri termasuk pemberontakan PKI, DI/TII, dan PRRI. Ancaman ini muncul karena ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah pusat dan perbedaan ideologi. Ancaman dari luar negeri termasuk agresi militer Belanda yang berusaha mengembalikan kekuasaannya di Indonesia melalui Agresi Militer I dan II. 8. Peran Tokoh Hamengku Buwono IX : Sultan Hamengku Buwono IX berperan penting dalam mempertahankan Yogyakarta sebagai ibu kota sementara Indonesia selama Agresi Militer Belanda. Beliau juga memberikan dukungan logistik dan moral kepada para pejuang kemerdekaan. Setelah kemerdekaan, Hamengku Buwono IX aktif dalam pemerintahan dan berperan dalam pembangunan nasional. 9. Peran Tokoh Frans Kaiseipo : Frans Kaiseipo adalah tokoh pejuang kemerdekaan dari Papua. Beliau berperan dalam memperjuangkan integrasi Papua ke dalam NKRI dan menolak upaya Belanda untuk memisahkan Papua dari Indonesia. Kaiseipo juga aktif dalam berbagai organisasi perjuangan dan menjadi gubernur pertama Papua setelah integrasi. 10. Peran Tokoh Opu Daeng Risaju : Opu Daeng Risaju adalah tokoh pergerakan nasional dari Sulawesi Selatan. Beliau aktif dalam organisasi Sarekat Islam dan berjuang melawan penjajahan Belanda. Opu Daeng Risaju juga berperan dalam menggalang dukungan masyarakat Sulawesi Selatan untuk kemerdekaan Indonesia. 11. Dampak dikeluarkannya Pengumuman No. 5 tanggal 11 November 1945 oleh BP KNIP : Pengumuman ini mengatur pembentukan partai politik di Indonesia. Dampaknya adalah munculnya berbagai partai politik yang memperkuat sistem demokrasi di Indonesia. Pengumuman ini juga memberikan landasan hukum bagi partisipasi politik rakyat dalam pemerintahan. 12. Upaya Kabinet Ali-Wongso dalam menghadapi permasalahan ekonomi : Kabinet Ali-Wongso (1953-1955) menghadapi berbagai masalah ekonomi pasca kemerdekaan, termasuk inflasi dan defisit anggaran. Upaya yang dilakukan termasuk stabilisasi mata uang, pengendalian harga, dan peningkatan produksi pangan. Kabinet ini juga berusaha menarik investasi asing untuk mendukung pembangunan ekonomi. 13. Tugas Dewan Konstituante : Dewan Konstituante dibentuk pada tahun 1956 dengan tugas utama menyusun konstitusi baru untuk menggantikan UUD 1945. Dewan ini terdiri dari wakil-wakil partai politik yang dipilih melalui pemilu. Namun, Dewan Konstituante gagal mencapai kesepakatan mengenai konstitusi baru, yang akhirnya menyebabkan dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959. 14. Penyebab berakhirnya kabinet Natsir : Kabinet Natsir (1950-1951) berakhir karena ketidakstabilan politik dan ketidakmampuan menyelesaikan masalah ekonomi. Kabinet ini juga menghadapi oposisi kuat dari partai- partai lain di parlemen, yang menyebabkan mosi tidak percaya dan akhirnya jatuhnya kabinet. 15. Dampak positif munculnya deklarasi Djuanda : Deklarasi Djuanda (1957) menegaskan kedaulatan Indonesia atas wilayah perairan dan memperluas batas laut teritorial Indonesia. Dampak positifnya adalah pengakuan internasional terhadap kedaulatan maritim Indonesia dan peningkatan keamanan serta pengelolaan sumber daya laut. 16. Hambatan yang dihadapi pemerintahan Indonesia masa Demokrasi Liberal dalam mewujudkan sistem ekonomi nasional : Hambatan utama termasuk ketidakstabilan politik akibat seringnya pergantian kabinet, tekanan dari pihak asing, dan kurangnya sumber daya untuk pembangunan. Selain itu, adanya perbedaan ideologi dan kepentingan antar partai politik juga menghambat konsensus dalam kebijakan ekonomi. 17. Gerakan Benteng : Gerakan Benteng adalah program ekonomi yang diluncurkan pada awal 1950-an untuk memperkuat pengusaha pribumi agar mampu bersaing dengan pengusaha asing. Program ini memberikan bantuan modal dan pelatihan kepada pengusaha pribumi. Namun, program ini menghadapi berbagai kendala, termasuk korupsi dan kurangnya pengalaman pengusaha pribumi. 18. Tujuan ekonomi Ali-Baba : Program Ali-Baba bertujuan meningkatkan kerjasama antara pengusaha pribumi (Ali) dan pengusaha keturunan Tionghoa (Baba). Program ini diharapkan dapat mempercepat pembangunan ekonomi dengan memanfaatkan keahlian dan modal pengusaha Tionghoa serta memperkuat posisi pengusaha pribumi. 19. Kebijakan ekonomi pada masa Demokrasi Liberal : Kebijakan ekonomi pada masa Demokrasi Liberal berfokus pada pembangunan ekonomi nasional melalui berbagai program dan kebijakan, termasuk nasionalisasi perusahaan asing, pengendalian inflasi, dan peningkatan produksi pangan. Namun, kebijakan ini sering terganggu oleh ketidakstabilan politik dan pergantian kabinet yang sering terjadi. 20. Perbedaan sistem Presidensil dan Parlementer : - Sistem Presidensil : Presiden adalah kepala negara dan kepala pemerintahan. Presiden dipilih langsung oleh rakyat dan memiliki kekuasaan eksekutif yang kuat. Contoh: Amerika Serikat. - Sistem Parlementer : Perdana Menteri adalah kepala pemerintahan, sedangkan presiden atau raja adalah kepala negara. Perdana Menteri dipilih oleh parlemen dan bertanggung jawab kepada parlemen. Contoh: Inggris. 21. Masa Kabinet Sukiman bentuk pertikaian politik yang sering terjadi : Kabinet Sukiman (1951-1952) menghadapi berbagai pertikaian politik, termasuk konflik antara partai-partai politik di parlemen dan ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah. Pertikaian ini menyebabkan ketidakstabilan politik dan akhirnya jatuhnya kabinet. 22. Faktor penyebab kekosongan kas negara : Kekosongan kas negara disebabkan oleh pengeluaran besar untuk perang kemerdekaan, kurangnya pendapatan negara, dan inflasi yang tinggi. Selain itu, korupsi dan mismanajemen juga berkontribusi terhadap masalah keuangan negara. 23. Gerakan Assaat mendapat dukungan pemerintah berupa apa : Gerakan Assaat, yang dipimpin oleh Mr. Assaat, mendapat dukungan moral dan material dari pemerintah Indonesia. Dukungan ini termasuk bantuan logistik, persenjataan, dan dukungan politik untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda. Gerakan ini juga mendapat dukungan dari masyarakat luas yang mendambakan kemerdekaan penuh. 24. Dampak negatif sistem multipartai masa demokrasi liberal : Sistem multipartai pada masa demokrasi liberal menyebabkan ketidakstabilan politik karena seringnya terjadi konflik antar partai. Hal ini mengakibatkan seringnya pergantian kabinet, yang berdampak pada lambatnya proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan. Selain itu, fragmentasi politik juga menghambat konsensus nasional dalam menghadapi masalah-masalah penting. 25. Partai-partai yang mendominasi parlemen pada masa demokrasi liberal : Pada masa demokrasi liberal, beberapa partai yang mendominasi parlemen antara lain: - PNI (Partai Nasional Indonesia) : Partai yang berhaluan nasionalis. - Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) : Partai yang berhaluan Islam. - NU (Nahdlatul Ulama) : Partai yang berhaluan Islam tradisional. - PKI (Partai Komunis Indonesia) : Partai yang berhaluan komunis. 26. Latar belakang pemerintah menasionalisasi perusahaan asing tahun 1957 : Nasionalisasi perusahaan asing pada tahun 1957 dilakukan untuk mengurangi dominasi asing dalam perekonomian Indonesia dan meningkatkan kontrol negara atas sumber daya ekonomi. Langkah ini juga bertujuan untuk memperkuat kedaulatan ekonomi Indonesia dan mendukung pembangunan nasional. Nasionalisasi ini terutama menyasar perusahaan-perusahaan Belanda yang masih beroperasi di Indonesia pasca kemerdekaan. 27. Latar belakang Dekrit Presiden 5 Juli 1959 : Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dikeluarkan oleh Presiden Soekarno karena Dewan Konstituante gagal menyusun konstitusi baru yang menggantikan UUD 1945. Ketidakmampuan Dewan Konstituante mencapai kesepakatan menyebabkan ketidakstabilan politik. Dekrit ini membubarkan Dewan Konstituante, kembali ke UUD 1945, dan membentuk MPRS serta DPAS untuk memperkuat pemerintahan. 28. Tujuan TRIKORA : TRIKORA (Tri Komando Rakyat) dicanangkan oleh Presiden Soekarno pada 19 Desember 1961 dengan tujuan membebaskan Irian Barat dari penjajahan Belanda dan mengintegrasikannya ke dalam NKRI. TRIKORA mencakup tiga komando utama: menggagalkan pembentukan negara boneka Papua oleh Belanda, mengibarkan bendera Merah Putih di Irian Barat, dan mempersiapkan mobilisasi umum untuk mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia. 29. Alasan Presiden Soekarno menolak Federasi Malaysia : Presiden Soekarno menolak pembentukan Federasi Malaysia karena menganggapnya sebagai ancaman terhadap kedaulatan Indonesia dan stabilitas kawasan. Soekarno juga melihat Federasi Malaysia sebagai proyek neo-kolonialisme yang didukung oleh Inggris untuk mempertahankan pengaruhnya di Asia Tenggara. Penolakan ini memicu konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia. 30. Dampak Indonesia keluar dari PBB tahun 1965 : Keputusan Indonesia untuk keluar dari PBB pada tahun 1965 menyebabkan isolasi diplomatik dan berkurangnya dukungan internasional. Langkah ini diambil sebagai protes terhadap penerimaan Malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Dampaknya, Indonesia kehilangan forum penting untuk diplomasi internasional dan mengalami kesulitan dalam menjalin kerjasama internasional. 31. Alasan Soekarno membubarkan DPR hasil Pemilu 1955 : Soekarno membubarkan DPR hasil Pemilu 1955 karena ketidakpuasan terhadap kinerja DPR yang dianggap tidak efektif dan sering berkonflik dengan pemerintah. Soekarno menganggap DPR tidak mampu menjalankan fungsi legislatif dengan baik dan lebih banyak terlibat dalam pertikaian politik. Pembubaran ini dilakukan untuk memperkuat pemerintahan dan mengurangi ketidakstabilan politik. 32. Tugas Front Nasional : Front Nasional dibentuk untuk menggalang persatuan dan kesatuan bangsa serta mendukung program-program pemerintah. Tugas utamanya termasuk mobilisasi masyarakat untuk mendukung pembangunan nasional, menjaga stabilitas politik, dan memperkuat pertahanan negara. Front Nasional juga berperan dalam mengkoordinasikan berbagai organisasi massa dan partai politik untuk mencapai tujuan nasional. 33. Tujuan Resopim : Resopim (Revolusi, Sosialisme, dan Pimpinan Nasional) adalah konsep yang diperkenalkan oleh Soekarno untuk membangun kembali ekonomi dan politik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Tujuan utamanya adalah menciptakan masyarakat yang adil dan makmur melalui revolusi sosial dan ekonomi, serta memperkuat kepemimpinan nasional yang berorientasi pada kepentingan rakyat. 34. Upaya Angkatan Darat mencegah adanya kedekatan antara PKI dan Soekarno, dampak ajaran Nasakom : Angkatan Darat berusaha mencegah kedekatan antara PKI dan Soekarno dengan berbagai cara, termasuk kampanye anti-komunis dan operasi militer. Dampak ajaran Nasakom (Nasionalisme, Agama, dan Komunisme) yang diusung oleh Soekarno adalah meningkatnya ketegangan antara kelompok nasionalis, agama, dan komunis. Angkatan Darat khawatir pengaruh PKI yang semakin kuat dapat mengancam stabilitas negara dan ideologi Pancasila. 35. Alasan Indonesia gagal mengajukan masalah Irian Barat dalam Sidang Umum PBB tahun 1954-1957 : Indonesia gagal mengajukan masalah Irian Barat dalam Sidang Umum PBB karena kurangnya dukungan internasional dan tekanan diplomatik dari Belanda. Belanda berhasil mempengaruhi negara-negara Barat untuk tidak mendukung resolusi Indonesia. Selain itu, situasi politik internasional yang dipengaruhi oleh Perang Dingin juga menyulitkan Indonesia untuk mendapatkan dukungan yang cukup di PBB. 36. Upaya Indonesia melakukan pembebasan Irian Barat melalui konfrontasi ekonomi : Indonesia melakukan konfrontasi ekonomi terhadap Belanda dengan cara mengembargo produk-produk Belanda dan nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia. Langkah ini bertujuan untuk melemahkan ekonomi Belanda dan memaksa mereka menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia. Konfrontasi ekonomi ini juga didukung oleh kampanye diplomatik untuk mendapatkan dukungan internasional. 37. Dampak perang dingin antara blok Barat dan blok Timur dalam pembebasan Irian Barat : Perang Dingin antara blok Barat (AS dan sekutunya) dan blok Timur (Uni Soviet dan sekutunya) mempengaruhi perjuangan Indonesia dalam membebaskan Irian Barat. Uni Soviet memberikan dukungan diplomatik dan militer kepada Indonesia, sementara AS dan sekutunya cenderung mendukung Belanda. Dukungan dari blok Timur membantu Indonesia dalam memperkuat posisinya di arena internasional dan meningkatkan tekanan terhadap Belanda. 38. Tugas UNTEA : UNTEA (United Nations Temporary Executive Authority) adalah badan sementara PBB yang bertugas mengawasi proses penyerahan Irian Barat dari Belanda ke Indonesia. Tugas utama UNTEA termasuk menjaga keamanan dan ketertiban, memastikan pelaksanaan referendum, dan memfasilitasi transisi pemerintahan. UNTEA beroperasi dari Oktober 1962 hingga Mei 1963, setelah itu Irian Barat resmi menjadi bagian dari Indonesia. 39. Program-program: Gunting Syafruddin, Kasimo Plan, Ali-Baba : - Gunting Syafruddin : Kebijakan moneter yang diluncurkan oleh Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara pada tahun 1950 untuk menstabilkan ekonomi. Kebijakan ini melibatkan pemotongan nilai uang kertas untuk mengurangi jumlah uang beredar dan mengendalikan inflasi. - Kasimo Plan : Program pertanian yang diusulkan oleh Menteri Pertanian I.J. Kasimo untuk meningkatkan produksi pangan dan mencapai swasembada pangan. Program ini mencakup peningkatan irigasi, penggunaan bibit unggul, dan penyuluhan pertanian. - Ali-Baba : Program ekonomi yang bertujuan meningkatkan kerjasama antara pengusaha pribumi (Ali) dan pengusaha keturunan Tionghoa (Baba). Program ini diharapkan dapat mempercepat pembangunan ekonomi dengan memanfaatkan keahlian dan modal pengusaha Tionghoa serta memperkuat posisi pengusaha pribumi. 40. Tujuan Belanda melakukan blokade ekonomi terhadap Indonesia : Belanda melakukan blokade ekonomi terhadap Indonesia untuk melemahkan ekonomi Indonesia dan memaksa Indonesia menerima kedaulatan terbatas yang diusulkan oleh Belanda. Blokade ini melibatkan pemutusan jalur perdagangan dan pengiriman barang ke Indonesia, serta embargo terhadap produk-produk Indonesia di pasar internasional. 41. Usaha Indonesia keluar dari blokade ekonomi Belanda : Indonesia berusaha keluar dari blokade ekonomi Belanda dengan berbagai cara, termasuk mencari dukungan internasional dan memperkuat ekonomi domestik. Pemerintah Indonesia melakukan diplomasi aktif untuk mendapatkan dukungan dari negara-negara Asia dan Afrika serta blok Timur. Selain itu, Indonesia juga berusaha meningkatkan produksi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor. 42. Dampak sering terjadinya pergantian kabinet masa Demokrasi Liberal : Seringnya pergantian kabinet pada masa Demokrasi Liberal menyebabkan ketidakstabilan politik dan pemerintahan. Hal ini berdampak negatif pada kontinuitas kebijakan dan program pembangunan, sehingga banyak program yang tidak berjalan dengan baik atau terhenti di tengah jalan. Ketidakstabilan ini juga mengurangi kepercayaan masyarakat dan investor terhadap pemerintah. 43. Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959 : Dekrit Presiden 5 Juli 1959 berisi tiga poin utama: - Pembubaran Dewan Konstituante yang gagal menyusun konstitusi baru. - Kembali ke UUD 1945 sebagai konstitusi negara. - Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) untuk membantu presiden dalam menjalankan pemerintahan. 44. Penyimpangan terhadap UUD 1945, Pancasila dan Politik Luar negeri masa Demokrasi Terpimpin : Pada masa Demokrasi Terpimpin, terjadi beberapa penyimpangan terhadap UUD 1945 dan Pancasila, termasuk: - Sentralisasi kekuasaan di tangan presiden, yang mengurangi peran lembaga-lembaga negara lainnya. - Dominasi presiden dalam pengambilan keputusan politik dan ekonomi. - Kebijakan luar negeri yang konfrontatif, seperti konfrontasi dengan Malaysia dan keluar dari PBB, yang bertentangan dengan prinsip-prinsip perdamaian dan kerjasama internasional.