Modul 1 Kelas 9 - Kumpulan Kisah
Document Details
Uploaded by PicturesqueTrust
Tags
Summary
Modul 1 Kelas 9 mengandung kumpulan kisah-kisah dan cerita tentang kejujuran, yang berkaitan dengan kepercayaan dan nilai-nilai. Kisah-kisah tersebut menceritakan tentang pentingnya kejujuran dalam kehidupan.
Full Transcript
Kejujuran Dalam Perkataan Kunci Kepercayaan Kisah Penggembala Domba dan Serigala Seorang anak gembala selalu menggembalakan domba milik tuannya dekat suatu hutan yang gelap dan tidak jauh dari kampungnya. Karena mulai merasa bosan tinggal di daerah peternakan, dia selalu menghibur dirinya se...
Kejujuran Dalam Perkataan Kunci Kepercayaan Kisah Penggembala Domba dan Serigala Seorang anak gembala selalu menggembalakan domba milik tuannya dekat suatu hutan yang gelap dan tidak jauh dari kampungnya. Karena mulai merasa bosan tinggal di daerah peternakan, dia selalu menghibur dirinya sendiri dengan cara bermain-main dengan anjingnya dan memainkan serulingnya. Suatu hari ketika dia menggembalakan dombanya di dekat hutan, dia mulai berpikir apa yang harus dilakukannya apabila dia melihat serigala, dia merasa terhibur dengan memikirkan berbagai macam rencana. Tuannya pernah berkata bahwa apabila dia melihat serigala menyerang kawanan dombanya, dia harus berteriak memanggil bantuan, dan orang-orang sekampung akan datang membantunya. Anak gembala itu berpikir bahwa akan terasa lucu apabila dia pura-pura melihat serigala dan berteriak memanggil orang sekampungnya datang untuk membantunya. Dan anak gembala itu sekarang walaupun tidak melihat seekor serigala pun, dia berpura-pura lari ke arah kampungnya dan berteriak sekeras-kerasnya, "Serigala, serigala!" Seperti yang dia duga, orang-orang kampung yang mendengarnya berteriak, cepat-cepat meninggalkan pekerjaan mereka dan berlari ke arah anak gembala tersebut untuk membantunya. Tetapi yang mereka temukan adalah anak gembala yang tertawa terbahak-bahak karena berhasil menipu orang-orang sekampung. Beberapa hari kemudian, anak gembala itu kembali berteriak, "Serigala! serigala!", kembali orang-orang kampung yang berlari datang untuk menolongnya, hanya menemukan anak gembala yang tertawa terbahak-bahak kembali. 1 Pada suatu sore ketika matahari mulai terbenam, seekor serigala benar-benar datang dan menyambar domba yang digembalakan oleh anak gembala tersebut. Dalam ketakutannya, anak gembala itu berlari ke arah kampung dan berteriak, "Serigala! serigala!" Tetapi walaupun orang-orang sekampung mendengarnya berteriak, mereka tidak datang untuk membantunya. "Dia tidak akan bisa menipu kita lagi," kata mereka. Serigala itu akhirnya berhasil menerkam dan memakan banyak domba yang digembalakan oleh sang anak gembala, lalu berlari masuk ke dalam hutan kembali. Pembohong tidak akan pernah di percayai lagi, walaupun saat itu mereka berkata benar. Kejujuran dan Arti Pentingnya Kejujuran (di dalam perkataan dan perbuatan) merupakan akhlak yang diharapkan dari setiap manusia. Selain itu juga merupakan salah satu perintah terbesar yang diberikan Allah kepada setiap orang beriman. Beberapa ayat yang membahas topik kejujuran ini di antaranya adalah: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” [QS Al Ahzab: 70] Kebenaran sangat penting dalam bertutur kata, menjadi sumber rasa cinta kasih antar sesama manusia, sebuah unsur penting dalam ketertiban dan keteraturan. Demikian pula pentingnya kejujuran dan kebenaran dalam bertingkah lakupun sebanding dengan itu. Kejujuran berarti kesesuaian antara hati dan tutur kata. Seseorang yang kata-kata atau tingkah lakunya hari ini A esoknya B, maka ia akan kehilangan kepercayaan dihadapan orang lain, orang lain tidak akan pernah menanggapinya dengan serius. Ia tidak akan bisa mendapatkan kepercayaan maupun keyakinan dari orang-orang di sekitarnya. Jika demikian, maka mana 2 mungkin ia diajak mengerjakan sebuah pekerjaan yang penting, ataupun dijalin hubungan persahabatan dengannya. Oleh karena itu, seorang pembohong, yang merupakan lawan dari orang jujur, dapat melakukan berbagai hal buruk apapun. Terkait dengan kejujuran, seorang ulama besar yaitu Ustadz BediuzzamanSaid Nursi berpesan ―Engkau harus berkata benar dalam setiap perkataan, namun engkau tidak berhak untuk menyampaikan semua kebenaran di semua tempat. Engkaupun harus berkata jujur dalam setiap ucapan, tetapi tidaklah benar jika engkau mengatakan segalanya.― Ada sebuah pepatah yang mengatakan ―Barang siapa menanam benih maka dia akan menuai hasilnya.― Pepatah ini juga cocok untuk menggambarkan orang yang dalam hidupnya selalu bersikap jujur. Walaupun orang-orang yang jujur ini pada awalnya menghadapi berbagai kesulitan akan tetapi pada akhirnya mereka akan tetap mendapatkan buah kebaikannya. Kejujuran adalah sebuah prinsip yang sangat penting yang harus dimiliki setiap manusia untuk mencapai sebuah keberhasilan. Sebaliknya, kebohongan yang merupakan lawan dari kejujuran, adalah sumber utama berbagai masalah dan musibah. Oleh karena itu, kejujuran dapat diterima di setiap kebudayaan dan peradaban, sementara sebaliknya kebohongan adalah sikap yang tertolak di manapun. Apabila berkata bohong sudah menjadi kebiasaan seseorang, maka pembohong tidak akan pernah di percayai lagi, walaupun saat itu mereka berkata benar. 3 Buah Kejujuran Oleh: Ahmad Naufa Khoirul Faizun Sebagai agama yang mengedepankan aspek moral, Islam mengajarkan sifat kejujuran dalam berperilaku baik secara pribadi maupun berinteraksi di tengah masyarakat. Efek dari kejujuran sangatlah luar biasa, seperti kesuksesan yang telah dicapai para ulama besar terdahulu. Salah satu aspek dibalik kesuksesan itu adalah sifat kejujuran. Alkisah, dahulu di tanah Jailan, Bagdad, ada seorang santri kecil yang sangat jujur dalam bersikap. Dia bernama Abdul Qadir. Suatu ketika, ia ingin menuntut ilmu di negeri seberang. Karena ketika itu, alat transportasi masih sulit, ibunya menitipkan Abdul Qadir kepada sebuah kafilah (rombongan) yang ingin berdagang agar sampai kepada guru yang dituju. Sebelum berangkat, Ibunya berpesan kepada Abdul Qadir agar selalu jujur dalam perkataan. ―Nak, jika kamu ditanya siapapun, jawablah dengan jujur!, kata Ibu Abdul Qadir menasehatinya. ―Iya bu, nasehat ibu akan selalu aku pegang‖ jawab Abdul Qadir. Lalu, sang ibu menjahitkan uang saku untuk Abdul Qadir di bawah ketiak bajunya, untuk menjaga keamanan. Setelah itu, beragkatlah Abdul Qadir bersama kafilah itu. Sampai di tengah perjalanan, kafilah yang membawa Abdul Qadir diboikot oleh segerombolan perampok. Semua barang dagangan, perhiasan termasuk uang dirampas. Setelah satu-persatu para anggota kafilah diperas harta bendanya, tinggallah Abdul Qadir. Lalu, Mendekatlah salah satu angota perampok kepada abdul Qadir dan mengintrogasinya. ―Mau kemana kamu anak kecil?― Tanya anggota perampok. ―Saya mau menuntut ilmu di negeri seberang, pak― jawab Abdul Qadir. 4 ―Apa kamu membawa uang?― tanyanya lagi. ―Iya, saya membawa uang yang dikasih ibu― jawab Abdul Qadir dengan polosnya. ―ah, masa? Anak lusuh dan miskin seperti kamu punya uang?― Lalu anggota perampok itu mengadukan perihal anak kecil lusuh yang mengaku memiliki uang itu kepada sang pimpinannya. Karena tertarik perihal pengakuan anak kecil yang mengaku memiliki uang, datanglah ketua perampok itu kepada Abdul Kadir. ― Siapa namamu nak?― Tanya pimpinan perampok itu. ―Abdul Qadir― jawab anak kecil itu. ―Apa benar kamu membawa uang?― tanyanya lagi. ―Iya, ibu menjahitkan uang saku di bawah ketiak baju saya― jawab Abdul Qadir. Lalu, pimpinan perampok itupun mengecek kebenaran perkataan Abdul Qadir. Ternyata benar, didapatinya sejumlah uang dibawah ketiak baju Abdul Qadir. Pimpinan perampok itupun tertegun keheranan. ―Kenapa kamu mau mengaku bahwa kamu punya uang?― Tanya pimpinan perampok dengan penuh tanda tanya. ―Ibu yang menasehati, supaya saya harus selalu jujur jika ditanya― jawab Abdul Qadir. Mendengar ketulusan dan kejujuran jawaban Abdul Qadir, pimpinan perampok itupun menundukkan kepala dan menitikan air mata. Dia malu pada Abdul Qadir, yang begitu teguh memegang kejujuran, sedangkan dirinya merasa 5 telah banyak berbuat kemaksiatan. Seketika itu juga, pimpinan perampok itu pun menyatakan bertaubat dan ingin menjadi murid Abdul Qadir yang masih belia, diikuti seluruh anak buahnya. Lambat laun, Abdul Qadir pun menjadi orang dewasa yang cerdas, santun, ‘alim ‘alamah dan memiliki karomah. Kemudian beliau dikenal dengan nama Syaikh Abdul Qadir al-Jilan Radliallahu ‘Anhu yang diakui sebagai shultanul auliya‘ atau pemimpin para wali. Ulama kelahiran 470 H/ 1077 M itu kini Muridnya tersebar di berbagai pelosok penjuru negeri, termasuk Indonesia. Metodologinya dalam memahami agama, terutama dalam tasawuf, melahirkan Thariqah (Jalan Pendekatan) bernama Qadiriyyah.Thariqah Qadiriyyah hingga kini semakin besar dan meluas. Nama besar Syekh Abdul Qadir pun tak luput dari penyebutan, tiap kali orang bertawasshul di berbagai ritual keagamaan, baik tasyakuran, tahlilan ataupun dalam berdoa. Itulah sekelumit kisah tentang kejujuran seorang Shulthanul Auliya‘. Dalam Islam, masih banyak lagi kisah yang bisa di ambil ibrah-nya dalam hal kejujuran. Salah satunya adalah kisah sukses metode dagang Nabi Muhammad SAW, sampai akhirnya beliau di beri gelar Al-Amin (yang dapat dipercaya), juga dapat menjadi teladan bagi kita guna menjadi manusia yang saleh secara pribadi dan sosial. Jujur dalam kehidupan sehari-hari; merupakan anjuran dari Allah dan Rasulnya. Banyak ayat Al Qur‘an menerangkan kedudukan orang-orang jujur antara lain: QS. Ali Imran (3): 15-17, An Nisa‘ (4): 69, Al Maidah (5): 119. Sedangkan kejujuran dalam hadits, secara gamblang Rasulullah bersabda: ―Wajib atas kalian untuk jujur, sebab jujur itu akan membawa kebaikan, dan kebaikan akan menunjukkan jalan ke surga, begitu pula seseorang senantiasa jujur dan memperhatikan kejujuran, sehingga akan termaktub di sisi Allah atas kejujurannya. Sebaliknya, janganlah berdusta, sebab dusta akan mengarah 6 pada kejahatan, dan kejahatan akan membewa ke neraka, seseorang yang senantiasa berdusta, dan memperhatikan kedustaannya, sehingga tercatat di sisi Allah sebagai pendusta― (HR.Bukhari-Muslim dari Ibnu Mas‘ud) Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/34266/buah-kejujuran Kebohongan Dalam Sudut Pandang Hikmah Kebohongan adalah perkataan orang kafir. Kebohongan, ketika di dunia cepat atau lambat dapat menghilangkan harga diri seorang manusia di mata masyarakat. Sementara di akhirat ia akan dihukum masuk neraka. *** Kebohongan adalah bermuka dua. Sementara hakikat adalah sungguh-sungguh dan merasa cukup. Kebohongan adalah kepandiran dan kecerobohan. Sedangkan hakikat adalah berwibawa dan bermartabat. *** Negara-negara dimana kebohongan, penipuan, pencurian, dan fitnah telah menyebar adalah negara yang telah hancur. Sedangkan para penduduknya adalah fakir miskin dan para tentaranya adalah para pengkudeta. *** Walaupun kebohongan itu disembunyikan dalam bentuk yang berbeda-beda, ia tidak akan dapat disembunyikan dari hati nurani masyarakat. Apalagi dari ashabul firasat yang dapat melihat dengan cahaya Allah, tidak akan mungkin! *** Ketika kebohongan dihargai dan suaranya telah terdengar di semua lingkup 7 kehidupan, ini artinya suara hakikat telah terbungkam. *** Hati nurani masyarakat itu bagaikan lautan. Lautan dapat mengumpulkan kebohongan dan mengembalikannya ke pinggiran pantai. Meskipun kebohongan telah mencapai bagian tengah dari lautan. *** Jika ada yang meludah di wajah kebohongan, keingkaran, dalih, dan riya', serta yang selalu menghina semua hal tersebut, maka ia adalah hati nurani. *** Musibah Lidah Banyak berbicara merupakan penyakit yang bersumber dari ketidakseimbangan ruh dan akal, sedangkan ucapan yang baik adalah penjelasan atas sesuatu kepada lawan bicara dengan sesingkat-singkatnya dan tidak berbelit-belit. Untuk bisa menjelaskan sesuatu kepada lawan bicara kita tidak perlu berlebih-lebihan, bahkan berbicara dengan panjang lebar dan berulang-ulang justru dapat membawa kerugian tertentu kepadanya. Karena itu banyak berbicara dapat mengundang perselisihan yang tidak dapat dihindarkan dan akan memunculkan bermacam macam pertanyaan baru dalam pikiran lawan bicara. Hal ini akan mendatangkan kerugian bagi pembicara alih-alih mendapatkan faedah dari pembicaraannya. *** Orang pintar akan memberikan kesempatan berbicara kepada orang lain yang lebih menguasai topik pembicaraan, dengan begitu akan membuka faedah baik untuk dirinya maupun lawan bicara. Sebenarnya, siapapun yang telah memenuhi 8 dan matang akalnya dengan ilmu-ilmu alam dan hatinya dengan hikmah kebijaksanaan yang merupakan anugerah dari Allah, maka berbicara disamping mereka merupakan hal yang tidak sopan. Sebaliknya diamnya ruh yang sempurna itu akan memberikan dampak kerugian kepada orang di sekitarnya. *** Sedikit berbicara dan banyak mendengar merupakan tanda-tanda keutamaan dan kesempurnaan. Keinginan untuk selalu didengarkan walaupun tidak selamanya akibat dari kegilaan tapi merupakan akibat dari ketidakseimbangan ruh dan akal dan ketidaksopanan. *** Kata-kata yang akan disampaikan harus diarahkan untuk menyelesaikan masalah dan berisi jawaban terhadap suatu pertanyaan. Ketika menyampaikan, pembicara harus menghindari hal-hal yang membosankan baik bagi penanya maupun pendengar. Adalah suatu hal yang alami dan lumrah ketika orang berbicara pada tempat yang mengharuskan ia bicara dan diam pada tempat ia harus diam. Tetapi pembicaraan orang yang dapat memberikan manfaat selalu menjadi pilihan utama. Hal ini merupakan pilihan yang beradab dan berhubungan dengan kesadaran terhadap keutamaan diam. Begitu indahnya kata-kata dari nenek moyang kita, ―bicara adalah perak, sedangkan diam adalah emas.― *** Derajat manusia akan dinaikkan bukan dengan seberapa banyak ia bicara tapi dengan seberapa tepat dan bermanfaat bicaranya tersebut. Sebaliknya, seseorang yang berbicara sembarangan terutama dalam hal yang mengandung makna-makna agung dan membutuhkan keahlian khusus, maka 9 ia akan jatuh ke dalam kesalahan dan akan menurunkan derajatnya. Betapa tepat dan berharganya kata-kata ini, ―semakin banyak bicara, semakin banyak salahnya.― *** Manusia menunjukkan dirinya dengan kata-katanya dan sikap-sikapnya mencerminkan keagungan ruhnya. Orang cerewet yang berpikir bahwa setiap kata harus disampaikan olehnya dengan tidak memberikan kesempatan kepada orang lain, seiring berjalannnya waktu akan dibenci dan dikucilkan oleh sahabat-sahabatnya. Kadang-kadang mereka mampu mengatakan sesuatu yang benar dan memiliki hakikat yang tinggi, namun karena diucapkan dengan kecerewetannya tidak akan didengarkan dan merendahkan hakikat yang agung, hal itu juga dianggap sebagai ketidakhormatan dan ketidaksopanan terhadap nilai-nilai agung tersebut. *** Sedikit makan, sedikit tidur, dan sedikit bicara merupakan kebiasaan orang-orang yang matang dari dulu. Tausiah pertama untuk manusia dalam meningkatkan kapasitas ruhnya adalah dengan menjaga lisan dan menghindarinya dari kata-kata yang tidak perlu dan tidak pantas. Karena itu di mana ia membuka mulut dan berbicara omong kosong, itu menunjukkan bahwa lisannya lebih besar dari akal dan hatinya yang akan menjadi sebab kehancuran abadi baginya baik di dunia maupun di akhirat kelak. *** 10 Toleransi Bukalah hatimu seluas samudra, hingga kau bisa merangkul semua manusia. İsilah dirimu dengan keimanan dan berikanlah kasih sayang kepada manusia. Ulurkan tanganmu pada semua orang, dan jangan biarkan ada hati yang bersedih terabaikan. *** Apresiasilah orang baik dengan kebaikannya. Jadilah orang yang bermuruah di hadapan hati-hati yang beriman. Dekatilah mereka yang tidak beriman dengan kelembutan, hingga kebencian dan kedengkian mereka meleleh dan sirna. Jadilah selalu seperti Almasih Alaihissalam dalam setiap hembusan nafasmu! *** Ingatlah bahwa engkau berjalan di atas jalan terbaik dan mengikuti Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, teladan yang mulia. Sadarlah bahwa engkau mengikuti panduan melalui wahyu yang paling sempurna dan ekspresif. Jangan lupa dan insaflah, bahwa banyak orang tidak mendapatkan anugerah ini! *** Jauhkanlah keburukan dengan kebaikan. Abaikanlah perbuatan-perbuatan mereka yang tidak etis. Karena setiap orang menampakkan karakternya melalui perilakunya masing masing. Pilihlah jalan toleransi dan jadilah ksatria di hadapan mereka yang tidak tahu etika...! *** Ciri yang paling utama dari hati yang penuh dengan keimanan adalah mencintai semua hal yang mengekspresikan rasa cinta dan memusuhi semua hal yang 11 mengekspresikan permusuhan. Membenci segala sesuatu adalah suatu pertanda ketidakwarasan atau keranjingan dengan setan. Cintailah manusia dan kagumilah kemanusiaan! *** Jangan pernah sekalipun kau terpeleset dan menjadikan nafsu sebagai hakim. Karena menurut nafsu semua orang selain dirimu adalah pendosa dan setiap individu adalah merugi. Berdasarkan sabda dari manusia paling benar, ini adalah kehancuran dari seseorang. Keraslah terhadap nafsumu sendiri, dan lemah lembutlah kepada orang lain selembut-lembutnya. *** Perhatikanlah perilaku dan sikap orang lain yang dapat membuatmu cinta pada dirinya dan menjadikannya tampak menyenangkan dalam pandanganmu. Jangan lupa bahwa hal yang sama juga mungkin akan menjadi perantara agar kau dicintai dan disayangi. Selalu bersikaplah manusiawi dan jadilah orang yang penuh kasih sayang! *** Terimalah bagaimana Allah Ta'ala memperlakukanmu. Buatlah itu sebagai ukuran untuk engkau gunakan dalam memperlakukan orang lain. Sehingga engkau dapat mewakili Al-Haq (kebenaran) di antara mereka dan bebas dari rasa takut akan kesendirian baik di dunia maupun akhirat kelak. *** Ukurlah dirimu di sisi Sang Khaliq dengan seberapa luas Dia menempati ruangan di dalam hatimu, dan ukurlah dirimu di mata orang lain dengan cara bagaimana engkau memperlakukan dirinya. Jangan kau mengabaikan Al-Haq (kebenaran) meskipun hanya sesaat! Dan tetaplah "menjadi manusia di antara 12 manusia lain." *** Jika di dalam hati Anda terdapat perasaan bahwa orang-orang yang beriman mungkin berbuat buruk kepadamu, maka ketahuilah bahwa perasaan itu adalah sebuah keplinplanan dan kurangnya akal. Selain itu, ini merupakan tanda dari kekalahan diri terhadap nafsu dan keadaan ruh yang telah jatuh rendah. Maka segera temukanlah sosok "rabbani" yang mampu membasahi kedua matamu dan menggetarkan hatimu. *** Kemanusiaan Manusia harus menjadikan dirinya sendiri sebagai timbangan dalam semua perilaku baik maupun buruk terhadap orang lain. İa harus menjadikannya sebagai tolak ukur. Apa yang disukai oleh dirinya, ia juga harus menginginkan supaya hal tersebut dapat juga dimiliki orang lain. Ia juga tidak boleh melupakan bahwa segala sesuatu yang tidak disukai olehnya juga tidak disukai oleh orang lain. Dengan demikian, dia akan terselamatkan dari perbuatan yang salah. İa juga akan terselamatkan dari hal-hal yang menyakiti hati orang lain. *** Kebaikan yang diberikan orang lain kepadamu akan meluluhkan hati nuranimu. Kau pun akan merasakan cinta dan perhatian terhadap siapapun yang berbuat baik padamu. Dengan begitu, kau pun bisa mencari sebuah cara agar orang lain suka dan perhatian kepadamu. ―Manusia adalah budaknya kebaikan.― Kebaikan pun adalah tempat berlindung yang paling kokoh terhadap orang-orang yang merisaukan. 13 *** Kematangan dan kedewasaan manusia dapat terlihat jelas lewat bagaimana ia berusaha semaksimal mungkin melakukan kebaikan bahkan terhadap pribadi-pribadi buruk sekalipun. Ia selalu berbuat baik dan tidak terpisahkan dari jalan kebenaran. Ya, seorang manusia tidak boleh terpisah dari perilaku manusiawi dan bijaksana, bahkan terhadap orang yang berbuat jahat sekalipun. Karena perbuatan jahat adalah sifat hewani. Membalas perbuatan buruk dengan keburukan, adalah sebuah kekurangan dan kelemahan yang amat serius dari seorang manusia. Sedangkan membalas perbuatan buruk dengan kebaikan adalah suatu sifat ksatria dan wujud keluhuran hati. *** Tidak ada batasan untuk berbuat baik kepada orang lain. Seseorang yang memiliki cita-cita agung, demikian besar kepeduliannya bahkan rela mengorbankan dirinya untuk orang lain. Akan tetapi, agar sifat ksatria yang demikian menjadi sebuah kebajikan bagi seorang manusia, harus berlandaskan dengan ketulusan, tanpa pamrih, dan kebersihan niat, serta jauh dari fanatisme ras dan kesukuan. *** Kemanusiaan dan kebijaksanaan seorang manusia berbanding lurus dengan kedekatannya kepada teman dan sahabatnya. Berbanding lurus juga dengan pemeliharaan hubungan persahabatannya. Membahas kebijaksanaan tanpa mengekspresikan kehangatan dan kedekatan dalam hubungan hanyalah sebuah pernyataan yang abstrak. Melakukan kebaikan kepada orang lain sebagai balas budi kebaikan orang lain, atau berhenti berbuat baik untuk menghukum orang lain, adalah pertanda ketidaksempurnaan jiwa dan 14 ketidakdewasaan. *** Salah satu kebaikan terbaik yang diberikan seseorang kepada orang lain adalah menutup mata terhadap kesalahan orang lain, bersikap seolah-olah ia tidak melihat perilaku tidak pantas yang mereka perbuat. Mencari-cari kesalahan orang lain adalah perilaku yang tidak beradab. Membongkar kesalahan orang lain kepada khalayak adalah sesuatu yang tidak bisa dimaafkan. Menyampaikan kesalahan yang diperbuat secara langsung kepada pelakunya adalah sebuah pukulan yang dapat merusak ikatan persaudaraan yang mengikat persatuan antar manusia. Sayangnya, ego-ego yang telah disakiti dengan pukulan seperti ini tidak akan mungkin menyatu kembali. Persahabatan ini hampir tidak mungkin pulih sepenuhnya. *** Orang-orang sempurna yang telah mencapai tingkatan akhlaq Ilahi dan meraih kedamaian hati nurani, mereka menganggap kebaikan terbesar yang pernah dilakukannya kepada orang lain sebagai sesuatu yang tidak berharga, sebaliknya mereka menghargai kebaikan terkecil orang lain sebagai sesuatu yang besar. Orang-orang seperti itu tidak pernah mengingatkan orang lain tentang hal-hal baik yang telah mereka lakukan, dan tidak pernah mengeluh ketika orang lain tampak acuh tak acuh terhadap mereka. 15 Cinta Cinta adalah bagian terpenting dari setiap makhluk. Ia adalah sinar paling cemerlang dan kekuatan paling dahsyat yang dapat melawan dan mengatasi segala hal. Cinta mengangkat setiap jiwa yang meresapinya, dan mempersiapkan jiwa itu untuk perjalanan menuju keabadian. Jiwa yang mampu membangun hubungan dengan keabadian melalui cinta, memacu dirinya untuk mengilhami jiwa-jiwa lain untuk memperoleh hal yang sama. Jiwa itu membaktikan hidupnya untuk tugas suci ini, yang demi tugas tersebut, ia rela memikul segala penderitaan yang paling pedih, dan seperti ketika ia melafalkan “cinta” pada hembusan nafas terakhirnya, ia juga akan mengucapkan “cinta” ketika diangkat pada Hari Pembalasan kelak. Tidaklah mungkin jiwa yang tak memiliki cinta dapat naik ke horison kesempurnaan manusia. Meskipun ia hidup beribu tahun, ia tak akan mampu melangkah menuju kesempurnaan. Mereka yang kehilangan cinta, seperti orang-orang yang terperangkap dalam sikap mementingkan diri sendiri, tidak mampu mencintai orang lain dan benar-benar tidak menyadari cinta yang tertanam dalam-dalam pada setiap yang ada. Seorang anak disambut dengan cinta ketika ia lahir, dan tumbuh dalam suasana hangat dari jiwa jiwa yang penuh kasih sayang. Meskipun anak-anak mungkin tidak merasakan cinta dengan kadar yang sama pada fase kehidupan berikutnya, mereka selalu merindukan dan mengejarnya selama hidup mereka. Ada banyak bias cinta pada paras matahari; air menguap, naik membubung tinggi, dan setelah mengembun dalam tetasan-tetasan di bubungan tinggi itu, tetesan-tetesan itu jatuh dengan riangnya ke bumi pada sayap-sayap cinta. Lalu, ribuan kuntum bunga bermekaran bersamaan dengan cinta, menawarkan senyuman indah ke sekeliling. Embun menetes pada dedaunan membiaskan cinta dan berkelap-kelip dengan jenakanya. Domba dan anak-anaknya 16 mengembek dan berjingkrakan dengan cinta, dan burung-burung serta anak-anak ayam bercicitan dengan cinta memadukan suara cinta. Setiap makhluk ambil bagian dalam orkestra paripurna cinta di dunia dengan simponi khasnya dan mencoba mendemonstrasikannya, dengan bebas semaunya atau dengan sifat bawaannya, aspek cinta yang begitu dalam yang ada pada kehidupan. Cinta melekat pada jiwa manusia sebegitu dalam sehingga banyak orang rela meninggalkan rumah untuk mengejarnya, banyak rumah tangga hancur, dan, di tiap sudut seorang Majnun mendesah dengan cinta, merindukan Layla.1 Bagi mereka yang belum menemukan cinta yang ada pada diri mereka, penjelmaan cinta seperti itu dianggap sebagai keganjilan! Mementingkan orang lain adalah sikap mulia yang dimiliki manusia, dan sumbernya adalah cinta. Siapapun yang memiliki andil terbesar dalam masalah cinta ini, mereka lah pahlawan kemanusiaan paling hebat; orang-orang ini telah mampu mencabut perasaan benci dan dendam pada diri mereka. Pahlawan-pahlawan cinta ini akan senantiasa hidup bahkan setelah mereka tiada. Jiwa-jiwa agung ini, yang tiap hari menyalakan suluh cinta yang baru dalam alam batiniah mereka dan menjadikan hati sebagai sumber cinta dan altruisme, akan disambut dan dicintai masyarakat. Mereka berhak untuk memasuki kehidupan abadi atas ridho Yang Mahaadil. Kematian, bukan hanya Hari Kiamat, akan mampu mengangkat jejak mereka. Seorang ibu yang rela mati demi anaknya adalah pahlawan cinta; orang-orang yang membaktikan hidup untuk kebahagiaan orang lain adalah ―pejuang yang gagah berani―, dan mereka yang hidup dan mati untuk kemanusiaan diabadikan dengan monumen-monumen yang tak kenal mati yang pantas 1 Layla dan Majnun adalah dua sejoli yang dimabuk cinta dalam kisah legendaries literatur Timur. 17 untuk disematkan ke dalam hati kemanusiaan. Di tangan para pahlawan ini, cinta menjadi obat mujarab untuk mengatasi setiap hambatan dan kunci untuk membuka setiap pintu. Mereka yang memiliki obat mujarab dan kunci demikian ini lambat atau cepat akan dapat menguak gerbang semua belahan dunia dan menyebarkan semerbak wangi kedamaian di mana pun, dengan menggunakan ―pedupaan― cinta di tangan. Cara paling langsung untuk sampai pada hati umat manusia adalah cara cinta, jalan para Nabi. Mereka yang menempuh jalan ini jarang sekali ditolak, kalaupun ditolak oleh segelintir orang, mereka disambut dengan gembira oleh ribuan lainnya. Sekali mereka diterima dengan cinta, tak akan ada yang mampu menghalangi mereka untuk meraih cita-cita gemilang, keridhoan Tuhan. Betapa bahagia dan melimpahnya mereka yang mengikuti petunjuk cinta. Sebaliknya, betapa malangnya mereka yang melakoni kehidupan ―tuli dan bisu―, tidak menyadari hakikat cinta yang dalam pada jiwa mereka! Ya Allah Yang Mahaagung! Hari ini ketika benci dan dendam meruap di mana-mana seperti gumpalan-gumpalan kegelapan, kami berlindung di bawah Cinta-Mu yang tak berbatas dan memohon dengan sangat di pintu-Mu, agar Engkau memenuhi hati hamba-hamba-Mu yang jahat dan bengis dengan rasa cinta dan kasih sayang! Cinta Untuk Umat Manusia Cinta adalah obat mujarab; manusia hidup dengan cinta, menjadi bahagia oleh karena cinta dan membuat orang-orang sekeliling bahagia dengan cinta. Dalam kamus kemanusiaan, cinta adalah kehidupan; kita merasakan dan mengindra satu sama lain dengan cinta. Allah swt belum menciptakan hubungan yang lebih kuat dari pada cinta, mata rantai yang mengikat manusia satu sama lain. 18 Sejatinya, bumi ini tak akan berarti apa-apa, bahkan akan hancur tanpa rasa cinta untuk menjaganya agar tetap segar dan hidup. Jin dan manusia punya Raja; lebah, semut dan anai-anai punya Ratu; masing-masing punya singgasana. Raja dan Ratu berkuasa dengan berbagai cara untuk kemudian naik singgasana. Cinta adalah Raja yang memerintah di atas singgasana hati kita, dengan tanpa mengerahkan kekuatan. Lidah dan bibir, mata dan telinga hanya berharga manakala membawa panji-panji cinta, sedang cinta sendiri tetap berharga baik di dalam sesuatu atau sendirian. Hati, pavlyun cinta, menjadi tak berharga tergantung cinta yang dibawanya. Istana dapat ditaklukkan dengan tanpa pertumpahan darah hanya dengan melambaikan bendera cinta di depannya. Raja menjadi prajurit kasih sayang ketika ditaklukkan oleh para prajurit cinta. Kita telah dibesarkan dalam suasana cinta; kemenangan cinta berada di pelupuk mata dan genderang cinta membahana dalam hati. Jantung kita berdetak dengan girang ketika melihat bendera cinta melambai-lambai. Kita menjadi begitu terjalin erat dengan cinta sehingga hidup kita sepenuhnya bergantung pada cinta, dan ketika kita mati, kita mati bersama cinta. Pada tiap helai nafas, kita merasakannya dengan seluruh keberadan kita; ia merupakan kehangatan dalam dingin dan oase dalam hati. Di dunia yang terlampau banyak polusi, di mana kejahatan ada di mana-mana, jika ada sesuatu yang masih utuh tak tersentuh dan masih suci, itulah cinta; diantara ornamen dalam kehidupan yang pudar ini, jika ada jelita yang masih mampu memelihara kecemerlangan dan pesona tanpa memudar, itulah cinta. Tidak ada yang lebih nyata dan lebih langgeng ketimbang cinta di negeri dan masyarakat manapun di dunia ini. Di mana pun ada alunan cinta—yang lebih halus dan hangat ketimbang nyanyian ninabobok—terdengar, segala bentuk suara yang lain, segala instrumen, semuanya bungkam, dan semuanya ikut 19 larut dalam kontemplasi sunyi dengan nada yang paling merdu. Penciptaan merupakan hasil dari menyalakan sumbu lilin cinta, sumbu ―menjadi diketahui dan dilihat. Jika Tuhan tidak mencintai penciptaan, tidak akan pernah ada bulan, matahari maupun bintang. Langit dipenuhi syair cinta, dengan bumi menjadi sajak. Di alam, tiupan kencang cinta begitu terasa, dalam hubungan antar manusia, bendera cinta dapat dilihat berkibar. Di masyarakat, jika ada mata uang yang dapat mempertahankan nilai tukarnya, itulah cinta, dan lagi-lagi nilai cinta ada dalam dirinya. Cinta lebih berbobot meskipun ditimbang dengan emas yang paling murni. Baik emas maupun perak dapat berkurang harganya di pasar atau tempat yang berbeda, tapi pintu-pintu cinta tertutup untuk segala jenis pesimisme dan tak ada yang sanggup mengubah stabilitas dan harmoninya. Sampai di sini, hanyalah mereka yang tenggelam dalam kebencian, kemurkaan dan permusuhan yang sengaja menolak dan melawan cinta. Ironisnya, satu-satunya obat yang dapat menenangkan jiwa yang kacau itu adalah cinta. Di luar pengaruh harta duniawi ada masalah lain yang hanya dapat dipecahkan oleh kunci cinta yang mistik. Nilai-nilai apapun di muka bumi ini tidak mungkin ada yang dapat menguasai atau menyaingi cinta. Para juragan emas, perak, koin, atau benda lain yang berharga, hampir selalu dapat ditaklukkan dalam perjalanan panjang yang melelahkan ini oleh mereka yang berbakti pada cinta dan kasih sayang. Ketika saatnya tiba, meskipun para hartawan hidup dengan mewah dan melimpah ruah, pundi-pundi mereka kosong melompong, api yang mereka nyalakan cepat padam; namun lilin cinta selalu menyala, memberikan cahaya dan menyebarkannya ke dalam hati dan jiwa kita. Orang-orang beruntung yang telah berlutut di depan altar cinta dan yang telah mengabdikan hidup untuk menyebarkan cinta, tidak menyisakan sejengkal ruang pun dalam kosakata mereka untuk dimasuki kata-kata seperti benci, 20 murka, konspirasi, atau dendam, dan bahkan jika itu menjadi taruhan hidup, mereka tidak akan hanyut dalam permusuhan. Kepala mereka dengan rendah hati merunduk, penuh dengan cinta, mereka tidak pernah menyambut apa pun selain cinta. Ketika mereka berdiri, rasa permusuhan bersembunyi, rasa benci menjelma cemburu, lenyap ditiup angin yang dihembuskan oleh cinta. Satu-satunya daya magis dan mantra yang dapat menghancurkan tipu daya Setan, adalah cinta. Para Rasul dan Nabi telah memadamkan api kebencian dan kecemburuan yang dikobarkan oleh Fir'aun, Namrud, dan raja-raja tirani lainnya; mereka tidak menggunakan apa-apa kecuali cinta. Orang-orang suci telah mencoba mengumpulkan jiwa-jiwa yang tidak tertib dan berontak, yang berserakan di mana-mana seperti lembaran-lembaran lepas; mereka telah menggunakan cinta untuk memperkenalkan perilaku manusiawi kepada orang lain. Kekuatan cinta itu cukup besar untuk mematahkan mantra Harut dan Marut,2 dan cukup efektif untuk memadamkan api neraka. Oleh karena itu, tidak ada keraguan bahwa orang yang terbalut cinta tidak memerlukan senjata lainnya. Sungguh, cinta cukup kuat untuk menghentikan peluru atau bahkan meriam. Ketertarikan kita pada lingkungan dan cinta kita untuk manusia—yakni, kemampuan kita untuk melindungi penciptaan—tergantung pada pengetahuan dan pemahaman jati diri kita sendiri, kemampuan untuk menemukan diri kita sendiri, dan untuk merasakan hubungan dengan Sang Pencipta. Sejalan dengan kemampuan untuk menemukan dan merasakan kedalaman batin kita dan potensi tersembunyi di dalam jati diri kita, kita juga akan mampu menghargai potensi yang sama yang dimilki orang lain. Selain itu, karena nilai-nilai batiniah ini langsung berhubungan dengan Sang Pencipta, dan demi terpeliharanya anugerah yang tersembunyi dalam setiap makhluk, kita akan 2 Dua malaikat, yang kisahnya diceritakan dalam Al-Qur'an (Al-Baqarah 2:102), yang mengisahkan dasar-dasar sihir dan memperingatkan agar tidak menyalahgunakannya. 21 mulai melihat segala sesuatu yang hidup dari perspektif yang berbeda dan dengan cara yang berbeda. Pada kenyataannya, tingkat pemahaman dan apresiasi kita satu sama lain tergantung pada seberapa baik kita mengenali kualitas dan anugerah yang dimiliki setiap orang. Kita dapat meringkas konsep ini dengan sabda Nabi saw, "Seorang mu‘min adalah cermin bagi mu‘min lainnya." Kita bisa memperluas pengertian hadis ini dengan "manusia adalah cermin dari manusia lain ". Kalau kita berhasil melakukan hal ini, serta mampu memahami dan menghargai anugerah yang tersembunyi di dalam diri setiap orang, kita juga akan memahami bagaimana menghubungkan anugerah ini kepada Pemilik yang sebenarnya, dan dengan demikian kita akan menerima bahwa apa pun yang ada di alam ini yang indah, terkasih, atau tercinta hanyalah milik-Nya. Jiwa yang bisa merasakan kedalaman batin ini mengatakan—seperti yang disampaikan Rumi3 yang bertutur dengan bahasa hati, Mari, Datang Dan Bergabunglah Bersama Kami, Karena Kami Adalah Orang-Orang Yang Cinta Dan Berbakti Kepada Allah! Mari, Datang Melalui Pintu Cinta Dan Bergabung Bersama Kami Dan Duduk Bersama Kami. Mari Kita Berbicara Satu Sama Lain Melalui Hati Kita. Mari Kita Berbicara Diam-Diam, Tanpa Telinga Dan Mata. Mari Kita Tertawa Bersama Tanpa Bibir Atau Suara, Marilah Kita Tertawa Seperti Mawar. 3 Maulana Jalal al-Din al Rumi (1207-1273): Seorang tokoh Sufi berpengaruh. Tarekat Mevlevi – Para Darwis Berputar didirikan oleh para pengikutnya. 22 Seperti Berpikir, Mari Kita Lihat Satu Sama Lain Tanpa Kata-Kata Atau Suara. Karena Kita Semua Sama, Marilah Kita Saling Memanggil Dari Hati Kita, Kita Tidak Akan Menggunakan Bibir Atau Lidah Kita. Seperti Tangan Kita Menggenggam Bersama, Mari Kita Bicara Tentang Hal Itu. Dalam budaya kita sekarang, tidak begitu mudah untuk menyaksikan suatu pemahaman yang mendalam tentang perasaan manusiawi dan nilai-nilai seperti itu; tidak mudah pula untuk menemukannya dalam pemikiran Yunani atau Latin atau dalam filsafat Barat. Islam melihat diri kita masing-masing sebagai penjelmaan yang berbeda dari bijih yang unik, sebagai aspek yang berbeda dari satu realitas. Sungguh, orang-orang yang telah bergabung menganut prinsip yang sama, seperti Keesaan Allah, Nabi dan agama, laksana kumpulan anggota-anggota tubuh. Tangan tidak perlu bersaing dengan kaki, lidah tidak mengkritik bibir, mata tidak melihat kesalahan telinga, hati tidak memusuhi otak. Karena kita semua menjadi anggota dari tubuh yang sama, kita harus menghentikan dualitas yang mengancam kesatuan. Kita harus mengetahui bagaimana menyatukan manusia; inilah salah satu cara terbaik Allah untuk menjamin keberhasilan manusia di dunia ini, dan bagaimana Allah mengubah dunia ini menjadi surga. Dengan cara inilah pintu surga akan terbuka lebar menyambut kita dengan hangat. Karenanya, kita harus menghapus semua gagasan dan perasaan yang memecah belah kita, dan berusaha untuk saling merangkul. 23 Menyikapi Kebencian Sebagai umat Islam, kita pasti sering mendengar kisah Nabi Adam As. dengan kedua anaknya Habil dan Qabil. Dikisahkan dalam Al-Quran bahwa terjadi konflik antar keduanya. Karena konflik tersebut, Qabil akhirnya membunuh Habil. Peristiwa ini yang diyakini sebagai peristiwa pembunuhan pertama di muka bumi. Banyak sudah pembunuhan terjadi di muka bumi. Tidak hanya pembunuhan, banyak juga jenis kejahatan lain yang terjadi di muka bumi ini. Jika kita perhatikan, kejahatan itu bisa terjadi salah satunya disebabkan oleh rasa kebencian yang timbul dalam diri seseorang. Rasa Benci Tak bisa dipungkiri, nafsu manusia yang dikelilingi dengan rasa iri, dengki, hasad, atau kecemburuan akan membawa kepada kebencian. Rasa benci yang akan membuat pembenci berani melakukan tindakan apapun demi orang yang dibenci. Pembenci tak akan melihat kebaikan orang yang dibenci, walaupun terkadang kebaikannya justru dilakukan terhadap dirinya. Misalnya, ketika orang yang dibenci menyapa, pembenci akan bermuka masam atau mungkin saja berbalik muka, tak ingin menghiraukan. Pembenci, pemikirannya berpola tetap. Di matanya, apapun yang dilakukan orang yang ia benci adalah salah, tak ada benarnya. Ia tak mampu membedakan antara kebaikan dan keburukan lagi. Ia ibarat melihat dengan kaca mata yang dipenuhi dengan kotoran sehingga tidak bisa melihat lagi dengan jernih. Lebih jauh lagi, sikap membenci terkadang membuat pembenci melakukan tindakan yang tidak rasional, dan di luar nalar akal sehat. Mereka bahkan rela menghalalkan segala cara demi melakukan pembenaran terhadap dirinya, dan 24 menyalahkan orang yang ia benci. Kebohongan, kemunafikan, bahkan perilaku anarkis bisa saja ia lakukan. Rasa benci itu juga tidak melihat hubungan dan kedekatan seseorang. Kebencian bisa menjadi gunting pemutus ikatan antar sesama kita. Seseorang bisa sangat mudah membenci temannya, sahabatnya, kerabatnya, bahkan saudara kandungnya. Jika sudah kadung benci, hubungan dan ikatan sudah tak memiliki makna lagi. Sikap Kita Lantas, bagaimana sebaiknya kita bersikap ketika kita dibenci? Hal pertama yang seharusnya kita lakukan adalah intropeksi diri. Lihat kembali ke dalam diri kita, apakah kita benar-benar sudah menjadi insan yang baik? Apakah kita bisa menjaga tingkah laku kita sehingga orang tidak membenci kita? Jangan-jangan kebencian seseorang timbul disebabkan oleh diri kita sendiri. Intropeksi diri ini seharusnya dilakukan setiap saat, terlepas kita mengetahui apakah ada orang yang membenci kita atau tidak. Ada atau tidak pembenci, introspeksi dan mawas diri harus terus dilakukan. Sejatinya, rasa benci itu berpotensi untuk ada pada siapapun yang ada di sekitar kita, apalagi jika kita tidak mampu menjaga sikap kita, tidak mampu mengintrospeksi diri kita. Hal kedua yang perlu kita lakukan jika kita memiliki pembenci adalah sabar menghadapinya. Kebencian yang mengarah kepada kita adalah sebuah ujian yang harus kita hadapi dengan pikiran jernih. Jangan sampai kita terbawa emosi dan perasaan, yang justru bisa melahirkan kebencian juga dalam diri kita. Kebencian tak akan hilang jika dihadapi dengan kebencian juga. Kesabaran sangat penting karena pembenci pasti akan menyerang dari berbagai sisi dalam diri kita. Jika diri kita kurang sabar, dan benteng pertahanan kita 25 kurang kuat, kita akhirnya bisa terbawa emosi dan perasaan. Jika hal ini terjadi, diri kita sendiri yang akan menderita kerugiannya. Kita bisa saja semakin terpuruk dengan adanya kebencian itu. Hal ketiga adalah perlu adanya kekuatan mental dalam diri kita. Kekuatan mental sangat diperlukan agar kita tidak terpengaruh dengan adanya para pembenci di sekitar kita. Hanya memikirkan para pembenci akan membuat diri kita lebih terpuruk dan tidak bisa produktif dalam kehidupan. Memfokuskan perhatian kepada tugas dan kewajiban kita dalam kehidupan bisa menjadi kekuatan terbesar dalam melawan para pembenci kita. Kita harus bisa membuktikan diri bahwa kita masih tetap bisa move on walaupun para pembenci tidak memberikan dukungan kepada kita. Tanpa mereka, kita masih bisa memberikan yang terbaik dalam melaksanakan tugas dan kewajiban kita. Sebuah Refleksi Lantas, apa yang semestinya kita lakukan agar tidak ada kebencian dalam kehidupan kita? Komunikasi yang baik, yang dilakukan dari hati ke hati, akan bisa melelehkan es kebencian dalam hati manusia. Tidak mudah melakukannya ketika ada api kebencian yang membara. Terkadang diperlukan sarana mediator untuk bisa melakukannya. Dengan adanya komunikasi dua arah, kita akan bisa mengetahui apa sebenarnya sumber kebencian yang mungkin timbul dalam hati seseorang. Kebencian baru bisa dihilangkan dengan adanya kesadaran dalam diri pembenci dan orang yang dibenci. Kesadaran akan terbentuk setelah adanya komunikasi efektif yang dilakukan secara intensif, komunikasi yang tidak hanya dilakukan sesekali atau sekali saja. Karena kebencian adanya di hati, sebagai manusia sebaiknya kita bisa menjaga 26 hati kita dari belenggu kebencian itu. Menjaga hati tak semudah menjaga diri. Menjaga hati memerlukan kewaspadaan tingkat tinggi. Menjaga hati ibarat menjaga diri dari gigitan kalajengking dan ular kobra, yang bisa saja menyerang tanpa kita sadari. Alhasil, bersikap seperti Habil dalam kisah Nabi Adam As. di dalam Al-Quran kiranya bisa menjadi sikap yang seharusnya dikedepankan dalam melawan kebencian. Dalam Al-Quran diabadikan bagaimana sikap yang dilakukan Habil ketika berkonflik dengan saudaranya Qabil. Habil berkata, “Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam” (QS 3:28). Sikap Habil ini memberikan pembelajaran kepada kita bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap orang yang ingin melakukan keburukan kepada kita. Seorang ksatria adalah seorang yang mampu menjawab keburukan yang dilakukan terhadap dirinya dengan kebaikan, mampu menjawab kebencian dengan rasa cinta dan kasih sayang. Al-Quran sebagai pedoman hidup, pastinya memberikan banyak hikmah dan pelajaran bagi umat Islam. Setiap ayat Al-Quran terkadang tidak langsung kita pahami, perlu penghayatan, dan perenungan untuk bisa memahami benar-benar apa sebenarnya makna yang terkandung di dalamnya. Kiranya, kisah Habil dan Qabil bisa membuka perspektif kita bagaimana seharusnya kita memahami dan bersikap menghadapi kebencian yang mungkin saja terjadi kepada diri kita. 27 Menghidupkan 30 Menit Menjelang Subuh Setibanya baginda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam di Madinah untuk berhijrah, pesan pertama yang beliau ucapkan adalah, "Wahai para manusia, sebarkanlah salam kedamaian, bagikanlah makanan, dan salatlah di waktu malam ketika manusia lain dalam keterlelapan, niscaya kalian akan masuk ke surga dengan penuh kedamaian." Pesan tersebut mengandung nilainilai yang sangat penting dan mendasar bagi pembentukan sebuah masyarakat madani yang sehat secara horizontal dengan menebarkan nilai-nilai kedamaian dan berbagi dengan sesama, serta mengarahkan mereka dalam memperkuat hubungan vertikal dengan Allah melalui ibadah yang dilakukan di malam hari. Dalam berbagai barisan ayatnya, Al-Qur’an juga menyebutkan karakteristik manusia yang memiliki ketakwaan dan keimanan dalam hatinya, ‘’Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam dan mereka banyak memohon ampunan di waktu sahur.’’ (QS. Adz-Dzariyat : 17-18); ‘’Dan orang yang melewati malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka.’’ (QS. AlFurqan : 64); ‘’Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, dan mereka berdoa kepada Rabb mereka dengan rasa takut dan harap.’’ (QS As-Sajdah [32: 16). Bahkan jika ditelisik di masa-masa awal diturunkannya wahyu, Baginda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam serta para Sahabat waktu itu melaksanakan salat kurang lebih seperdua malam dengan bacaan Al-Qur’an secara tartil. Namun kini, kita sebagai umat Rasulullah telah tenggelam dalam kelalaian dan kecintaan kepada selain Allah dan agama-Nya, sehingga terasa berat bagi kita untuk sekadar bangun dari tidur yang berkepanjangan. Kondisi kita yang demikian tentu perlu dibenahi, karena sebagai seseorang yang setiap harinya berikrar dengan lisan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan baginda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam adalah utusan-Nya yang hak, kita tidak bisa memungkiri bahwa ibadah malam merupakan bagian yang tidak terpisahkan 28 dalam keimanan ini. Terlebih lagi bahwa Allah, Sang Kekasih yang Abadi, selalu memanggil kita dengan getaran maknawi, "Adakah orang yang meminta, pasti Aku kabulkan permintaannya! Adakah orang yang memohon ampunan, tentu Aku akan bebaskannya dari dosa-dosa! Adakah orang yang kembali, pasti Aku terima tobatnya!" Lelaki Sebaik-baiknya Manusia Betapa istimewanya malam, sehingga Allah jadikan di dalamnya waktu terbukanya pintu-pintu langit yang penuh dengan kebaikan dan keberkahan bagi mereka yang bersedia untuk memasukinya. Salah satu sosok yang mendapat arahan langsung untuk menghidupkan malamnya adalah Abdullah bin Umar radliallahu 'anhuma, putra Al-Faruq yang telah memeluk Islam sedari kecil dan memiliki pengalaman yang menarik. Ketika masih remaja, beliau sering menghabiskan malam-malamnya di masjid Nabawi. Beliau memang dikenal gemar menelaah dan membaca Kitabullah hingga larut, hingga suatu ketika, beliau terlelap dalam sayup-sayup suara tilawah dan zikirnya yang kian melirih. Hingga akhirnya beliau bermimpi. Dalam mimpinya, beliau ditemui dua malaikat yang memegang kedua tangannya dan membawanya ke neraka. Dalam mimpinya itu, neraka tampak seperti sumur yang sangat dalam dan memiliki dua tanduk. Di dalamnya beliau mendapati beberapa sosok yang dikenalnya. Mereka tersiksa atas perbuatan buruknya selama di dunia. Hal itu membuat beliau lantas mengucapkan doa, ‘’Aku berlindung kepada Allah dari siksa neraka’’. Setelah itu muncul malaikat lain yang berkata kepada Abdullah bin Umar, “Kau belum terjaga dari api neraka!” Hal itu tentu membuat Abdullah muda merasa khawatir dan bersedih. Beliau pun menceritakan hal tersebut kepada saudarinya, Hafsah, yang merupakan istri Rasulullah. Sayidah Hafsah pun menceritakannya kepada suaminya, Rasulullah. Setelah mendengarkan mimpi tersebut, Baginda Nabi pun bersabda, 29 “Sebaik-baik lelaki adalah Abdullah bin Umar jika dia mau mendirikan salat malam!” Kisah ini termaktub dalam kitab Shahih Bukhari. Sebagai penjelasan hadis ini, Ibnu Hajar Al-Atsqalani menuliskan bahwa siapa saja yang menjalankan salat malam, Rasulullah memujinya dengan sebutan sebaik-baik manusia. Ibadah malam memang memiliki kedudukan yang istimewa di hadapan Allah. Sebagaimana disabdakan oleh Baginda Nabi, "Sesungguhnya di setiap malam hari itu ada waktu tertentu, waktu yang Allah pasti akan mengabulkan permohonan seorang muslim jika bertepatan dengan waktu tersebut. Baik permohonan itu berkaitan dengan urusan dunia maupun akhiratnya."6 Kedudukan istimewa itu pun diperuntukkan bagi mereka yang memiliki niat dan tekad khusus untuk mendapatkannya. Saat ini, kita banyak mengejar promo-promo penjualan di berbagai marketplace yang mengharuskan pelanggan untuk bertransaksi di momenmomen tertentu. Demi mendapatkan promo duniawi itu, tak sedikit orang yang rela menunggu di tengah malam pada tanggal-tanggal tertentu. Namun, untuk mendapatkan promo ukhrawi yang langsung dari Allah, tidak banyak orang yang mau meraih dan mengusahakannya. Kita selalu merasa butuh terhadap barangbarang yang kita inginkan, tapi melupakan Dia yang segala sesuatu berada dalam kuasa-Nya. Langkah Mendidik Diri Menghidupkan Malam Untuk memulai kebiasaan yang baik ini, Baginda Nabi memberikan contoh dengan mengawali ibadah malamnya dengan dua rakaat yang ringan. Hal ini dimaksudkan agar seseorang mendapatkan semangat dalam melaksanakan salat-salat berikutnya. Tentunya terdapat langkah-langkah praktis lain yang perlu diperhatikan agar kita mendapatkan kemudahan dalam melaksanakan ibadah istimewa ini. 30 Pertama, menyambut datangnya malam yang ditandai dengan azan Magrib dengan perasaan dan pikiran positif. Menyibukkan diri dengan bertasbih dan berzikir petang, lalu dilanjutkan dengan melaksanakan salat Magrib, sunah rawatib, dan salat awwabin yang akan menghadirkan suasana hati lebih khusyu'. Dalam sebuah hadis disebutkan amalan yang mampu menghapus kesalahan dan mengangkat derajat, salah satu di antaranya adalah menunggu kedatangan salat setelah melaksanakan salat. Beberapa ulama memahami hadis tersebut dengan menunggu pelaksanaan salat Isya setelah salat Magrib, Karena definisi malam dalam bahasa Arab adalah setelah tenggelamnya matahari. Sejatinya salat yang dilaksanakan setelah salat Magrib pun disebut dengan salat malam. Kedua, melaksanakan salat Isya di awal waktu dengan berjamaah. Baginda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bersabda terkait hal ini dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Muslim, ‘’Barangsiapa yang melaksanakan salat Isya dengan berjamaah, maka seakan-akan dia telah menghidupkan separuh malam. Barangsiapa yang melaksanakan salat Subuh dengan berjamaah, maka seakan-akan dia telah menghidupkan seluruh malam.’’ Kita bisa melihat betapa Allah itu Maha Pemurah. Allah selalu memberikan keutamaan-keutamaan besar hanya dengan melakukan tindakan yang sederhana. Ketiga, menyampaikan niat disertai tekad dalam diri untuk bangun malam. Hal ini bisa dibuktikan dengan melakukan beberapa hal sebelum tidur seperti berwudu, berbaring pada sisi kanan dengan wajah menghadap kiblat, serta mengucapkan doa, ‘’Dengan menyebut Nama-Mu ya Allah, aku baringkan tubuhku. Dan dengan izinmu, aku membangkitkannya. Jika Engkau mengambil jiwaku -kala aku tidur ini-, maka ampuni dan rahmatilah diriku. Jika Engkau mengembalikan jiwaku, maka hamba mohon jagalah ia sebagaimana Engkau menjaga hamba-hamba-Mu yang saleh. Ya Allah aku serahkan jiwaku kepadaMu, aku hadapkan wajahku kepada-Mu, aku pasrahkan urusanku kepada-Mu, aku 31 sandarkan punggungku kepada-Mu dengan penuh rasa cemas dan harap kepada-Mu. Tiada tempat lari dan berlindung dari-Mu kecuali hanya dengan bersandar kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab yang telah Engkau turunkan dan kepada Rasul yang telah Engkau utus. Ya Allah, jagalah diriku dari adzab-Mu pada hari ketika Engkau membangkitkan hamba-hamba-Mu.' Dengan langkah-langkah di atas, pikiran, jiwa, dan raga kita sudah siap untuk menerima panggilan maknawi dari Allah, sehingga kita akan lebih mudah untuk bangun setelah terlelap. Hal ini sebagaimana kondisi yang sering kita alami ketika memiliki rencana bepergian di malam hari dengan jadwal yang telah ditetapkan. Kita lebih mudah untuk bangun, karena pikiran dan jiwa kita telah bersiap untuk melaksanakan perjalanan tersebut. Sejatinya, ibadah salat malam merupakan sebuah perjalanan yang mengantarkan rohani kita ke suatu tingkatan tertentu. Karenanya, ada sebagian ulama menyebut salat sebagai ‘’Mi'raj bagi umat Muslim’’. Memang, salat adalah buah dari peristiwa Isra' Mi'raj, sebuah perjalanan panjang yang dialami Baginda Nabi ke Sidratul Muntaha, titik tertinggi yang tak mampu dicapai oleh makhluk apapun guna bertemu dengan Allah subhânahu wata'âla. Hal itu diabadikan dengan bacaan tahiyat, yang merupakan dialog pembuka antara Baginda Nabi dengan Allah Dzat yang Maha Agung. 30 menit yang kita niatkan sebagai perjalanan malam tentu sama sekali bukan hal yang berlebihan, juga bukan sesuatu yang berat untuk dilakukan. 30 menit sebelum azan subuh dikumandangkan akan menjadi momentum terbaik dalam hari yang dianugerahkan Allah kepada kita. Di waktu itu, kita akan bisa melakukan kegiatan yang tidak bisa dilakukan dalam 3 jam di waktu-waktu lainnya. Dalam 30 menit itu, kita bisa melaksanakan 10 rakaat salat dengan membaca 5 halaman mushaf Al-Quran dengan asumsi setiap rakaat akan membaca setengah halaman. Bagi kita yang tidak memiliki hafalan, kita bisa 32 menggunakan Mushaf Tahajud berukuran besar yang dilengkapi dengan penyangga, sehingga dengan 30 menit, kita bisa melatih diri menjalankan perintah-Nya. Wahai orang yang berselimut (Muhammad)! bangunlah (untuk shalat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil. (yaitu) separuhnya atau kurang sedikit dari itu, atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahanlahan. (QS. Al-Muzzammil 1-4) 33