Geografi Ekonomi Maritim Indonesia PDF
Document Details
Uploaded by WellRegardedEuler2664
Tags
Summary
This document provides a summary of Indonesian maritime economics and natural resources. It outlines maritime resources, their potential, and the country's geographical characteristics including its location and size. The document also touches upon environmental capacity and management.
Full Transcript
Rangkuman: Ekonomi Maritim dan Sumber Daya Alam Maritim 1. Pengertian Sumber Daya Maritim Sumber daya maritim mencakup flora, fauna, dan habitat laut dari perairan dalam hingga daerah pasang surut. Sumber daya ini terbagi menjadi: Dapat diperbaharui (renewable): perikanan, hutan mangrove, teru...
Rangkuman: Ekonomi Maritim dan Sumber Daya Alam Maritim 1. Pengertian Sumber Daya Maritim Sumber daya maritim mencakup flora, fauna, dan habitat laut dari perairan dalam hingga daerah pasang surut. Sumber daya ini terbagi menjadi: Dapat diperbaharui (renewable): perikanan, hutan mangrove, terumbu karang, dan pulau kecil. Tidak dapat diperbaharui (unrenewable): minyak bumi, gas, bahan tambang, dan mineral. Energi kelautan: pasang surut, gelombang, angin, dan OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion). Jasa lingkungan: pariwisata, pelayaran, kepelabuhanan, dan penetral limbah. 2. Potensi Sumber Daya Maritim di Indonesia Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya maritim, antara lain: 2.1. Sumber Daya yang Dapat Diperbaharui Perikanan Tangkap: Produksi meningkat 1,32% per tahun (2003–2007). Perikanan Budidaya: Pertumbuhan signifikan, seperti budidaya laut meningkat 62,23% (2003–2007). Potensi Ekonomi: Senilai USD 71,9 miliar, tetapi baru 24,5% yang dimanfaatkan. 2.2. Sumber Daya yang Tidak Dapat Diperbaharui Minyak dan Gas: 70% produksi berasal dari laut; terdapat 60 cekungan potensial dengan cadangan 11,3 miliar barel minyak dan 101,7 triliun kaki kubik gas. 2.3. Energi Kelautan OTEC: Indonesia memiliki wilayah perairan ideal untuk pengembangan energi thermal laut. (Energi thermal laut adalah teknologi yang memanfaatkan perbedaan suhu antara air permukaan laut yang hangat dan air laut di kedalaman yang dingin untuk menghasilkan energi listrik.) Pasang Surut & Gelombang: Potensi di daerah seperti Bagan Siapi-Api dan Merauke. 2.4. Jasa Lingkungan Pelayaran & Transportasi Laut: Menopang 90% volume ekspor/impor dan 88% barang antar-pulau. Pariwisata Bahari: Dengan garis pantai terpanjang (95.181 km), Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang menarik wisatawan dan peneliti. Rangkuman: Letak, Luas, dan Batas Wilayah Indonesia A. Letak Wilayah Indonesia 1. Letak Astronomis Terletak antara 6° LU – 11° LS dan 95° BT – 141° BT. Memengaruhi aspek iklim tropis, sirkulasi atmosfer, dan penerimaan energi matahari (insolasi). 2. Letak Lintang Berada di antara 23,5° LU – 23,5° LS. Menyebabkan Indonesia memiliki iklim tropis, ditandai dengan: ○ Temperatur dan curah hujan tinggi sepanjang tahun. ○ Penyinaran matahari yang relatif tetap. 3. Letak Geologis Berada pada pertemuan tiga lempeng: Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik. Memiliki tiga dangkalan besar: ○ Dangkalan Sunda ○ Dangkalan Sahul ○ Dangkalan Lautan Dalam Dilalui dua jalur pegunungan muda dunia: Sirkum Mediterania dan Sirkum Pasifik. 4. Letak Geomorfologis Berdasarkan bentuk muka bumi (relief): ○ Dilalui dua jalur pegunungan dunia. ○ Perbedaan suhu memengaruhi jenis tanaman dan kandungan mineral tanah. ○ Berpengaruh pada kepadatan penduduk. 5. Letak Geografis Diapit oleh dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudra (Pasifik dan Hindia). 6. Letak Maritim Ditinjau dari sudut kelautan: ○ Memungkinkan kegiatan ekonomi seperti pelayaran, perikanan, dan pelabuhan. ○ Berpengaruh dalam politik dunia. B. Luas dan Batas Wilayah Indonesia 1. Luas Wilayah Luas daratan: 1.919.440 km². Luas laut: 3.257.483 km². 2. Batas Wilayah Darat: Ditentukan oleh gunung, hutan, sungai, atau patok wilayah. Laut: ○ Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). ○ Landas Kontinen. ○ Laut Teritorial. C. Karakteristik Wilayah Daratan dan Perairan 1. Wilayah Daratan Sirkum Mediterania membentuk busur vulkanik (busur dalam) dan non-vulkanik (busur luar). Sirkum Pasifik menciptakan Cincin Api Pasifik. 2. Wilayah Perairan Terdiri atas danau, sungai, laut, teluk, selat, dan samudra. D. Perkembangan Jalur Transportasi Laut Indonesia 1. Latar Belakang Diatur oleh Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) 1982. Diperkuat melalui PP No. 37 Tahun 2002 tentang Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). 2. Jalur ALKI ALKI I: Laut Cina Selatan → Laut Natuna → Selat Karimata → Selat Sunda → Samudra Hindia. ALKI II: Laut Sulawesi → Selat Makassar → Laut Flores → Selat Lombok → Samudra Hindia. ALKI III: Laut Maluku → Laut Seram → Laut Banda → Selat Ombai → Samudra Hindia (dengan cabang ke Laut Arafura). E. Poros Maritim Dunia Gagasan strategis untuk meningkatkan konektivitas antar-pulau dan pengembangan kemaritiman, meliputi: 1. Budaya maritim. 2. Pengembangan SDA laut. 3. Pengembangan infrastruktur dan transportasi laut. 4. Diplomasi maritim. 5. Pertahanan maritim. F. Potensi Kekayaan Laut Indonesia Perikanan: Indonesia kaya akan hasil laut. Wisata bahari: Memiliki potensi besar dalam pariwisata berbasis kelautan. Rangkuman Daya Dukung Lingkungan dan Pengelolaan Sumber Daya Alam 1. Daya Dukung Lingkungan: Daya dukung lingkungan adalah kemampuan ekosistem untuk mendukung kehidupan makhluk hidup secara berkelanjutan. Hal ini mencakup penyediaan sumber daya alam, ruang hidup, dan kapasitas maksimum lingkungan untuk mendukung populasi tanpa merusak ekosistem. Faktor penentu daya dukung mencakup faktor biofisik (seperti ketersediaan air, tanah, dan energi), sosial-budaya-ekonomi (pola konsumsi, teknologi, kesadaran masyarakat), serta proses ekologi yang mempengaruhi kualitas lingkungan, seperti fotosintesis di hutan. Terdapat dua komponen utama dalam daya dukung: Supportive Capacity: Kemampuan lingkungan menyediakan kebutuhan dasar seperti air dan makanan. Assimilative Capacity: Kemampuan lingkungan untuk menyerap dan mengolah limbah. Tingkat kapasitas daya tampung dibagi menjadi empat kategori: maksimum, subsistem, suboptimum, dan optimum, tergantung pada sejauh mana lingkungan dapat mendukung kehidupan manusia tanpa merusak ekosistemnya. Maksimum: Tingkat pemanfaatan lingkungan yang paling tinggi, tetapi berisiko merusak ekosistem karena eksploitasi yang berlebihan. Subsistem: Pemanfaatan lingkungan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, tanpa mempertimbangkan pengembangan atau keberlanjutan jangka panjang. Suboptimum: Pemanfaatan yang belum mencapai potensi optimal, sehingga sumber daya tidak dimanfaatkan sepenuhnya atau secara efisien. Optimum: Tingkat pemanfaatan yang ideal, di mana kebutuhan manusia terpenuhi tanpa merusak atau mengancam keseimbangan ekosistem. 2. Upaya Pelestarian dan Jejak Ekologi: Upaya untuk menjaga daya dukung lingkungan termasuk pemanfaatan sumber daya secara bijak, penggunaan teknologi untuk efisiensi, dan pengembangan pembangunan berkelanjutan. Jejak ekologi mengukur perbandingan antara luas lahan yang dibutuhkan dan yang tersedia untuk mendukung kehidupan manusia. 3. Tata Ruang dan Kelayakan Lahan: Dalam perencanaan tata ruang, penting untuk memperhatikan kelayakan lahan, kesadaran lingkungan, dan perspektif ekonomi. Jika penggunaan lahan kurang sesuai dengan potensi lahan, meskipun dapat menghemat ruang, hal ini tidak akan memaksimalkan potensi ekonominya. Penggunaan lahan yang berlebihan juga dapat merusak kualitas lingkungan dan memerlukan teknologi untuk mempertahankan penggunaannya. 4. Inventarisasi dan Pengelolaan Lingkungan Hidup: Inventarisasi lingkungan dilakukan untuk memahami potensi sumber daya alam dan kondisi lingkungan yang ada, termasuk data mengenai ketersediaan, pemanfaatan, dan kerusakan sumber daya. Kegiatan inventarisasi meliputi pemetaan wilayah, pengelolaan hutan, tanah, dan air, serta penelitian dan pengembangan teknologi. Penetapan wilayah ekoregion dilakukan berdasarkan kesamaan karakteristik ekosistem, seperti bentang alam, iklim, dan sosial budaya. 5. Pengertian dan Tantangan Lahan: Kepadatan penduduk meningkatkan konsumsi lahan per kapita, yang dapat mendorong pembukaan hutan dan penggunaan lahan yang tidak sesuai, seperti daerah rawan erosi. Daya dukung lingkungan sangat dipengaruhi oleh jumlah populasi yang dapat didukung oleh habitat yang ada, dengan keseimbangan lingkungan yang harus dijaga. 6. Pengelolaan Sumber Daya Alam: Menurut UU No. 32 Tahun 2009, pengelolaan lingkungan hidup meliputi pelestarian fungsi lingkungan melalui perencanaan, pemanfaatan, pemeliharaan, pengawasan, dan pengendalian. Pembangunan berkelanjutan bertujuan memenuhi kebutuhan generasi kini tanpa mengorbankan generasi mendatang dan melibatkan tata ruang yang memperhatikan standar lingkungan dan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). 7. Pembangunan Berkelanjutan dan Strategi Pengelolaan Lingkungan: Pembangunan berkelanjutan harus menyeimbangkan kebutuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan, dengan merujuk pada perjanjian internasional seperti KTT Bumi (1992) dan KTT Johannesburg (2002). Strategi pengelolaan lingkungan mencakup inventarisasi lingkungan, penetapan wilayah ekoregion, dan penyusunan RPPLH (Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup) yang mengintegrasikan prinsip lingkungan dalam pembangunan. Penting untuk mengelola daya dukung lingkungan dengan bijak agar ekosistem tetap seimbang dan dapat mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya di masa depan. Rangkuman Materi: Hakekat Biosfer A. Pengantar Biosfer mengacu pada ruang kehidupan bagi semua organisme di Bumi, termasuk flora, fauna, dan manusia. Persebaran flora dan fauna bergantung pada faktor-faktor tertentu, seperti iklim, kondisi tanah, dan interaksi antar organisme. Sebagai contoh, harimau dan gajah hanya ditemukan di Sumatera dan Jawa, sedangkan burung Cendrawasih hanya ditemukan di wilayah timur Indonesia. B. Uraian Materi 1. Biosfer Biosfer adalah lapisan tempat tinggal mahluk hidup yang mencakup semua ekosistem di Bumi, baik di daratan maupun perairan (air tawar dan laut). Setiap organisme memiliki tempat hidup atau habitat yang sesuai dengan kebutuhan spesiesnya. Studi mengenai persebaran flora dan fauna disebut Biogeografi, yang mencakup dua cabang utama: ○ Fitogeografi: Studi tentang persebaran tumbuhan ○ Zoogeografi: Studi tentang persebaran fauna Dalam ekosistem, ada dua komponen utama: ○ Komponen biotik: Organisme hidup seperti tumbuhan, hewan, bakteri, dan jamur. ○ Komponen abiotik: Lingkungan fisik seperti iklim, tanah, air, dan udara yang mendukung kehidupan. 2. Bioma Bioma adalah unit geografis besar berdasarkan vegetasi utama yang dominan dan jenis fauna yang ada di wilayah tersebut. Bioma terbentuk sebagai hasil interaksi antara iklim, tanah, dan organisme hidup. Ciri-ciri bioma antara lain: ○ Komunitas klimaks: Vegetasi utama mendominasi wilayah. ○ Berkelanjutan: Komunitas bioma stabil dalam waktu lama, kecuali ada gangguan seperti bencana alam. ○ Dikenali dengan vegetasi dominan: Misalnya hutan gugur daun, hutan konifer, atau padang rumput. 3. Bioma terbagi menjadi 7 kelompok, yaitu: Hutan Hujan Tropik Ciri-ciri: Hutan yang ditemukan di daerah tropis dengan curah hujan tinggi dan suhu yang stabil. Tumbuhan tumbuh sangat lebat, memiliki pohon yang tinggi dan daun besar. Keanekaragaman hayati sangat tinggi. Contoh: Hutan Amazon di Brazil, Hutan Hujan Tropis di Indonesia dan Malaysia. Savana Ciri-ciri: Padang rumput yang luas dengan beberapa pohon tersebar. Wilayah ini memiliki musim hujan yang singkat dan musim kemarau yang panjang. Biasanya ditemukan di daerah tropis atau subtropis. Contoh: Sabana di Afrika Timur, seperti di Kenya dan Tanzania, serta Savana di Australia. Steppa (Padang Rumput) Ciri-ciri: Wilayah datar yang hampir tidak memiliki pohon, hanya rumput dan semak-semak rendah. Steppa memiliki iklim semi-arid dengan musim kemarau yang panjang. Contoh: Steppa di Rusia dan Mongolia, serta padang rumput di Amerika Utara (Great Plains). Tundra Ciri-ciri: Wilayah yang sangat dingin dan kering, dengan suhu rendah hampir sepanjang tahun. Vegetasi yang ada umumnya berupa lumut, tanaman perenial, dan semak rendah. Tundra tidak memiliki pohon besar. Contoh: Tundra di daerah kutub utara, seperti di Alaska, Kanada, dan Siberia (Rusia). Taiga Ciri-ciri: Hutan yang terletak di daerah iklim dingin, dengan pohon-pohon konifer (seperti pohon pinus dan cemara). Musim panasnya pendek dan dingin, sementara musim dinginnya sangat panjang. Contoh: Hutan Taiga di Rusia, Kanada, dan Skandinavia. Gurun Ciri-ciri: Wilayah yang sangat kering dengan curah hujan sangat rendah. Gurun dapat memiliki suhu ekstrem, sangat panas pada siang hari dan sangat dingin pada malam hari. Vegetasi yang ada sangat terbatas dan terdiri dari tanaman yang tahan kekeringan. Contoh: Gurun Sahara di Afrika, Gurun Gobi di Asia, dan Gurun Atacama di Chili. Hutan Gugur Ciri-ciri: Hutan yang memiliki pohon-pohon yang menggugurkan daunnya pada musim gugur untuk bertahan hidup selama musim dingin. Hutan ini memiliki empat musim yang jelas dan mengalami perubahan iklim yang cukup signifikan antara musim panas dan musim dingin. Contoh: Hutan Gugur di Eropa, Amerika Utara (seperti di negara bagian Ohio dan Michigan), dan beberapa bagian di Asia Timur. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Flora dan Fauna Bumi hanya memiliki sebagian kecil wilayah yang dapat dihuni organisme hidup. Persebaran flora dan fauna dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: ○ Faktor Klimatik (Iklim): Faktor iklim seperti suhu, kelembaban, angin, dan curah hujan mempengaruhi persebaran flora dan fauna. Suhu: Mempengaruhi jenis organisme yang bisa hidup di suatu wilayah. Wilayah dengan suhu ideal mendukung keberagaman hidup. Kelembaban Udara: Jenis tumbuhan dibedakan berdasarkan kelembaban udara, seperti kaktus di daerah kering (xerophyta) atau anggrek di tempat lembab (mesophyta). Angin: Berfungsi sebagai alat transportasi bagi benih tumbuhan dan membantu proses penyerbukan. Curah Hujan: Daerah dengan curah hujan tinggi mendukung keberagaman spesies, seperti hutan hujan tropis yang memiliki banyak flora dan fauna. ○ Faktor Edafik (Tanah): Tanah merupakan media tumbuh bagi tumbuhan, dan kesuburan tanah sangat mempengaruhi keberagaman dan jumlah tumbuhan di suatu wilayah. ○ Faktor Biotik (Interaksi Organisme): Manusia sebagai komponen biotik terbesar dapat mempengaruhi ekosistem, baik melalui pelestarian maupun perusakan lingkungan. Manusia mengubah hutan menjadi permukiman atau lahan pertanian yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. 1. Konservasi Lahan Konservasi lahan adalah upaya untuk melindungi dan memperbaiki tanah dari kerusakan akibat erosi dan memanfaatkan sumber daya tanah dan air secara berkelanjutan. Tujuannya mencakup pengendalian erosi, pengelolaan air, peningkatan daya guna lahan, dan kesejahteraan petani. Metode Konservasi Lahan: Vegetatif: Menggunakan tanaman untuk melindungi tanah, meningkatkan kandungan air, dan memperbaiki struktur tanah. Contoh: sistem perakaran, menutupi lahan dengan serasah. Teknis: Mengatur aliran permukaan melalui teknik seperti terasering, guludan, dan saluran air. Mekanis: Memanfaatkan bahan fisik seperti batu dan tanah untuk memperlambat aliran air. Contoh: teras gulud, teras bangku, pematang kontur. Kimiawi: Menggunakan bahan kimia untuk memperbaiki sifat tanah dan mengurangi erosi, tetapi jarang digunakan karena mahal. Perbedaan antara teknis dan mekanis dalam pengelolaan aliran air bisa dijelaskan sebagai berikut: Teknis: Menggunakan metode atau cara yang dirancang untuk mengatur aliran air. Ini lebih tentang perencanaan dan struktur yang diterapkan, seperti membuat terasering atau saluran air untuk mengarahkan aliran air dengan cara yang lebih terorganisir. Mekanis: Menggunakan bahan fisik atau material (seperti batu, tanah) untuk menghalangi atau memperlambat aliran air. Misalnya, membuat teras gulud atau pematang kontur yang secara fisik menghalangi air agar tidak mengalir cepat dan menyebabkan erosi. 2. Reklamasi Lahan Reklamasi lahan bertujuan memperbaiki lahan yang rusak akibat pertambangan atau bencana agar kembali bermanfaat. Contohnya: pengisian pasir di pantai yang terkikis (beach nourishment). Tahapan Reklamasi: 1. Persiapan Lahan: Pengukuran, pembersihan, dan pengeboran lubang tanam. 2. Pengendalian Erosi dan Sedimentasi: Mengelola limpasan air, meningkatkan infiltrasi, dan meminimalkan kerusakan. 3. Pengolahan Tanah Pucuk: Mengupas, menyimpan, dan mengembalikan tanah atas yang subur untuk revegetasi. 3. Ruang Terbuka Hijau (RTH) RTH adalah area yang ditumbuhi vegetasi alami atau buatan untuk mendukung keseimbangan ekosistem. Menurut peraturan, kota wajib menyediakan 30% RTH dari total luas wilayah. Jenis RTH Berdasarkan Fungsi: Publik: Dikelola pemerintah, seperti taman kota. Privat: Dikelola pihak swasta, perorangan, atau masyarakat. Jenis RTH Berdasarkan Tipe: RTH Lindung (RTHL): Dominan tanaman alami, seperti hutan lindung dan sawah. RTH Binaan (RTHB): Dominan perkerasan buatan dengan elemen hijau, seperti taman kota atau jalur hijau di pinggir jalan. RTH berfungsi sebagai paru-paru kota, penyerap air, dan elemen estetika yang meningkatkan kualitas lingkungan. Konservasi Air 3.1 Definisi Konservasi Air Konservasi air adalah pengelolaan air hujan agar efektif mencegah banjir saat hujan dan menyediakan air saat kemarau. Manfaatnya mencakup perlindungan sumber air, mengurangi dampak lingkungan, dan menggunakan air hujan secara efisien (Kudeng Sallata, 2015; Moglia, 2018; Jati Ratna Arifah, 2022). 3.2 Green Metric (Air) Indikator penggunaan air dalam GreenMetric bertujuan menghemat air dan melestarikan habitat air melalui: a. Permeable Pavement (Aspal Berpori, Beton Tembus Air) Definisi: Permukaan jalan atau trotoar yang memungkinkan air hujan meresap ke tanah melalui pori-pori kecil di materialnya. Fungsi: Mengurangi limpasan air hujan (runoff), membantu pengisian air tanah, dan mencegah genangan air. Keunggulan: Mengurangi risiko banjir, menurunkan beban drainase, dan meningkatkan kualitas air dengan menyaring partikel polutan. Contoh Material: Aspal berpori, beton berpori, paving block permeabel. b. Rain Garden Definisi: Area taman yang dirancang khusus dengan tanaman lokal untuk menyerap air hujan dari atap, jalan, atau trotoar. Fungsi: Mengurangi limpasan air hujan, menyaring polutan, dan memperbaiki kualitas air tanah. Keunggulan: Mempercantik lanskap, habitat bagi satwa liar, dan memperbaiki ekosistem lokal. Komponen Utama: Tanaman tahan banjir, lapisan tanah yang subur, dan desain cekungan untuk menangkap air. c. Green Roof Definisi: Atap yang ditanami tumbuhan hidup di atas lapisan media tanam khusus, membran tahan air, dan sistem drainase. Fungsi: Mengurangi suhu atap, menyerap air hujan, dan meningkatkan kualitas udara. Keunggulan: Isolasi termal, pengurangan efek pulau panas perkotaan, dan efisiensi energi pada bangunan. Jenis: ○ Extensive Green Roof: Lapisan tanah tipis, tanaman kecil. ○ Intensive Green Roof: Lapisan tanah tebal, tanaman besar seperti semak dan pohon kecil. d. Rainwater Harvesting Definisi: Sistem pengumpulan dan penyimpanan air hujan dari atap atau permukaan lain untuk digunakan kembali. Fungsi: Menyediakan pasokan air alternatif untuk irigasi, toilet, atau kebutuhan non-minum lainnya. Keunggulan: Mengurangi tekanan pada sumber air bersih, pengelolaan air secara berkelanjutan, dan mengurangi risiko banjir. Komponen Sistem: Talang air, tangki penyimpanan, filter, dan pipa distribusi. e. Blue Roofs Definisi: Atap yang dirancang untuk menampung dan menunda aliran air hujan sebelum dialirkan ke sistem drainase. Fungsi: Mengurangi limpasan air secara langsung ke sistem drainase selama hujan lebat. Keunggulan: Solusi pengelolaan air hujan untuk area perkotaan yang padat tanpa ruang hijau. Jenis: ○ Active Blue Roofs: Menggunakan teknologi kontrol aliran. ○ Passive Blue Roofs: Memanfaatkan cekungan atau lapisan penahan air. 3.3 Low Impact Development (LID) LID adalah pendekatan inovatif dalam pengelolaan air hujan untuk melindungi sumber daya air dengan praktik seperti infiltrasi, penyimpanan, dan pengolahan limpasan (Zhao & Meng, 2020). Tekniknya melibatkan bioretensi, permeable pavement, rain garden, dan green roof. 3.4 Manfaat LID Manfaat LID meliputi solusi ramah lingkungan yang menguntungkan semua pihak, seperti pelestarian ruang terbuka, perlindungan fitur alam, dan desain berkelanjutan (NAHB Research Center, 2003). 3.5 Tujuan LID Tujuan LID mencakup: a. Melestarikan ruang terbuka. b. Melindungi fitur alam. c. Menggabungkan fitur alam ke dalam desain. d. Mengelola air hujan di sumbernya. 3.6 Kategori Model LID Model LID mencakup: a. Permeable Pavement (aspal berpori, beton tembus air). b. Rain Garden. c. Green Roof. d. Rainwater Harvesting. e. Blue Roofs.